• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) dan Hubungannnya Dengan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Studi Kasus : Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Adopsi Petani Terhadap Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) dan Hubungannnya Dengan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Studi Kasus : Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai)"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Lampiran 2. Tingkat Adopsi Petani

No. Sampel 1 2 3 4 Nilai Tingkat Adopsi

1. 3 3 2 1 9 Tinggi

2. 3 3 3 1 10 Tinggi

3. 3 3 3 2 11 Tinggi

4. 3 2 2 1 8 Sedang

5. 3 3 2 3 11 Tinggi

6. 3 3 3 2 11 Tinggi

7. 3 3 3 3 12 Tinggi

8. 1 1 1 1 4 Rendah

9. 1 1 1 1 4 Rendah

10. 1 1 1 1 4 Rendah

11. 2 2 1 1 6 Sedang

12. 2 2 1 1 6 Sedang

13. 3 3 3 3 12 Tinggi

14. 2 2 2 2 8 Sedang

15. 2 2 2 1 7 Sedang

(4)

Lampiran 3. Korelasi Rank Spearman antara Umur dengan Tingkat Adopsi

Correlations

Umur Petani

Tingkat Adopsi Petani Spearman's

rho

Umur Petani Correlation Coefficient

1.000 -.064

Sig. (2-tailed) . .821

N 15 15

Tingkat Adopsi Petani

Correlation Coefficient

-.064 1.000

Sig. (2-tailed) .821 .

(5)
(6)
(7)

Lampiran 6. Korelasi Rank Spearman antara Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi

Correlations

luas lahan petani

tingkat adopsi petani Spearman's

rho

luas lahan petani Correlation Coefficient

1.000 .352

Sig. (2-tailed) . .198

N 15 15

tingkat adopsi petani

Correlation Coefficient

.352 1.000

Sig. (2-tailed) .198 .

(8)

Lampiran 7. Korelasi Rank Spearman antara Jumlah Tanggungan dengan Tingkat Adopsi

Correlations

jumlah tanggungan keluarga

tingkat adopsi petani Spearman's

rho

jumlah tanggungan keluarga

Correlation Coefficient

1.000 -.055

Sig. (2-tailed) . .847

N 15 15

tingkat adopsi petani Correlation Coefficient

-.055 1.000

Sig. (2-tailed) .847 .

(9)

Lampiran 8. Foto Tanaman Program KRPL di pekarangan

(10)

Lampiran 9. Foto Peneliti dengan Penyuluh Pertanian Lapangan Binjai Utara

Lampiran 10. Foto Peneliti dengan Petani Sampel

(11)

Lampiran 11. Foto Kebun Bibit Kelurahan (KBK)

(12)
(13)

DAFTAR PUSTAKA

Afrinis, Nur. 2009. Pengaruh Program Home Gardening dan Penyuluhan Gizi

terhadap Pemanfaatan Pekarangan dan Konsumsi Pangan Balita. Tesis

Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 155 hlm.

Ancok, D. 1997. Teknik Penyusunan Skala Pengukuran Pusat Penelitian

Kependudukan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

A.W.Van Den Ban & H.s Hawskin. 2003. Penyuluhan Pertanian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2012. Pengembangan Kawasan

Rumah Pangan Lestari. Jakarta.

Badan Pusat Statistik, 2013, Kota Binjai Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Binjai.

Ginting, M. 2002. Strategi Komunikasi Bagi Para Penyuluh dalam Pembangunan

Masyarakat Desa, Medan : FP USU.

Harnanik, Sri. 2014. Keragaan Adopsi Teknologi pada Pelaksanaan M-KRPL di

Tiga Lokasi Kota Prabumulih. BPTP Sumsel.

Kantor Kecamatan Binjai Utara. Binjai Utara Dalam Angka 2015. Kota Binjai Kartasapoetra, A,G., 1993. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara.

Jakarta.

Kartasapoetra, A.G., 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Jakarta

Marzuki, 2005. Metodologi Riset (Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial).

Yogyakarta : Ekonisia

Rahayu, M. dan S. Prawiroatmodjo. 2005. Keanekaragaman Tanaman Pekarangan dan Pemanfaatannya di Desa Lampeapi, Pulau Wawoni

Sulawesi Tenggara. J. Tek. Ling. P3TL-BPPT, 6 (2): 360-364.

(14)

Kebijakan Pengembangan Penganekaragaman Pangan“, Hotel Bidakara, Jakarta, 28 November 2007. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.

Sadono, Dwi. 2008. Pemberdayaan Petani : Paradigma Baru Penyuluhan

Pertanian di Indonesia. Jurnal Penyuluhan Maret 2008, Vol. 4 No.1.

Simatupang, P. 2006. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Ketahanan Pangan Wilayah. Makalah Pembahas pada Seminar Nasional “Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian Sebagai Penggerak Ketahanan Pangan

Nasional” Kerjasama Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan

Teknologi Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB dan Universitas Mataram, Mataram 5–6 September 2006.

Slamet, M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press. Bogor.

Soekartawi, 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia (UI-press). Jakarta. 137 hal.

Sudarta, W. 2005. Pengetahuan dan Sikap Petani Terhadap Pengendalian Hama

Tanaman Terpadu (Online). http://ejournal .unud. ac.id/

abstrak/(6)%20soca-sudarta-pks%20pht(2).pdf diakses 30 Desember 2009.

Sugiono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung

Supriana, Tavi. 2009. Pengantar Ekonometrika. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.

Syafruddin, dkk. 2006. Hubungan Sejumlah Karakteristik Petani Mete dengan Pengetahuan Mereka dalam Usahatani Mete di Kabupaten Bombana,

Sulawesi Tenggara. Jurnal Penyuluhan Juni 2006, Vol. 2 No.2.

(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai, Sumatera Utara. Terpilihnya daerah tersebut dikarenakan memang dipilih oleh Dinas pertanian sebagai daerah penerapan Program KRPL di Kota Binjai dan merupakan kelurahan dengan jumlah rumah tangga yang terbesar yang berada di Kecamatan Binjai Utara. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2 berikut :

Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Menurut Kelurahan di Kecamatan Binjai Utara 2014

No Kelurahan Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Rumah Tangga

9. Jati Makmur 8.222 2.034

Jumlah 75.058 17.354

Sumber : Kecamatan Binjai Utara Dalam Angka 2015

(16)

3.2 Metode Penentuan Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan dijadikan objek dalam melakukan penelitian dan pengujian data. Metode yang digunakan dalam penarikan sampel ini adalah sampling jenuh atau sensus. Pengertian dari sampling jenuh atau sensus menurut Sugiyono (2006) “Sampling jenuh atau sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.” Berdasarkan dari pengertian tersebut, maka dapat diketahui bahwa sampling jenuh atau sensus teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya sedikit (terbatas) sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan sampel, sehingga peneliti mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah populasi atau disebut dengan sensus yaitu petani yang ikut dalam Kelompok Wanita Tani Makmur sebanyak 15 orang.

3.3 Metode Pengumpulan Data

(17)

Tabel 3. Spesifikasi dan Metode Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Metode Wawancara

1 Monografi Desa Kepala Lurah √

2 Identitas Petani Petani √

3 Karakteristik Sosial Ekonomi

Petani √

4 Tingkat Adopsi Petani √

5 Hubungan Faktor Sosial Ekonomi

Petani √

3.4 Metode Analisis Data

(18)

Tabel 4. Skor tingkat adopsi komponen Program KRPL No Komponen

Program

Indikator Bobot

1. Pembibitan a. Mengikuti Program dan Melaksanakan semua pembibitan sesuai anjuran PPL

b. Mengikuti Program dan melaksanakan salah satu pembibitan sesuai anjuran PPL c. Mengikuti Program tetapi tidak

melaksanakan pembibitan sesuai anjuran PPL

d. Tidak mengikuti Program dan tidak melaksanakan pembibitan sesuai dengan anjuran PPL

3

2

1

0

2. Penanaman a. Mengikuti Program dan Melaksanakan semua penanaman sesuai anjuran PPL

b. Mengikuti Program dan melaksanakan salah satu

penanaman sesuai anjuran PPL c. Mengikuti Program tetapi tidak

melaksanakan penanaman sesuai anjuran PPL

d. Tidak mengikuti Program dan tidak melaksanakan penanaman sesuai dengan anjuran PPL

3

2

1

0

3. Pemeliharaan a. Mengikuti Program dan

Melaksanakan semua pemeliharaan sesuai anjuran

PPL

b. Mengikuti Program dan melaksanakan salah satu pemeliharaan sesuai anjuran PPL

c. Mengikuti Program tetapi tidak melaksanakan pemeliharaan

a. Mengikuti Program dan Melaksanakan semua pertemuan

(19)

bulanan sesuai anjuran PPL

b. Mengikuti Program dan melaksanakan salah satu pertemuan bulanan sesuai anjuran PPL

c. Mengikuti Program tetapi tidak

melaksanakan pertemuan bulanan sesuai anjuran PPL

d. Tidak mengikuti Program dan tidak melaksanakan pertemuan bulanan sesuai dengan anjuran PPL

2

1

0

Sumber : PPL Binjai Utara

Kriteria penilaian untuk skor adalah :

 Mengikuti Program dan melaksanakan semua anjuran PPL skor 3  Mengikuti Program dan melaksanakan salah satu anjuran PPL skor 2  Mengikuti Program dan tidak melaksanakan anjuran PPL skor 1  Tidak mengikuti Program dan tidak melaksanakan anjuran PPL skor 0

Tabel 5. Jumlah Skor Tingkat Adopsi Program KRPL No. Kategori Range

1 Tinggi 8 – 12

2 Sedang 5 – 8

3 Rendah 0 – 4

Untuk menguji hipotesis 2 diuji dengan menggunakan korelasi Rank Spearman

(rs) untuk membuktikan adanya keeratan hubungan antara faktor sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsinya dengan rumus :

(20)

Dimana :

rs = koefisien korelasi

di = selisih antara rangking nilai karekteristik petani dengan tingkat adopsi n = jumlah petani yang mengadopsi Program KRPL

dimana range rs = -1 ≤ 0 ≥ 1

│th

│= r

s

Dengan kriteria sebagai berikut :

t- hitung ≤ tα (0,05) ... Ho diterima, tidak ada hubungan

t- hitung > tα (0,05) ... Ho ditolak, ada hubungan

Untuk melihat besarnya nilai dari derajat keeratan dapat menggunakan klasifikasi koefisien korelasi dua variabel menurut Guilford dalam Supriana (2009), berikut ini :

Tabel 6. Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford Nilai Koefisien Korelasi Keterangan

<0,2 Tidak terdapat hubungan antara kedua

variabel

(21)

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

3.5.1 Defenisi

Definisi dalam penelitian ini untuk menghindari kesalahpahaman dalam penafsiran dan pengertian dari beberapa istilah yang dipakai dalam penelitian. Berikut definisi dari istilah yang digunakan dalam operasional penelitian ini :

1. Petani sampel adalah petani yang ikut dalam kelompok wanita tani makmur dalam penerapan Program KRPL di daerah penelitian.

2. Komponen Program KRPL adalah pembibitan tanaman di Kebun Bibit Kelurahan (KBK), penanaman tanaman dipekarangan, pemeliharaan tanaman, dan pertemuan bulanan oleh PPL.

3. Adopsi dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap

(affective), maupun ketrampilan (psycho-motoric) pada diri seseorang

setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya.

4. Karakteristik sosial ekonomi terdiri dari umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan dan jumlah tanggungan.

5. Umur adalah usia petani yang masih produktif untuk mengikuti Program KRPL, dihitung dalam satuan tahun.

6. Tingkat pendidikan adalah pendidikan yang pernah diikuti oleh petani, dihitung dalam satuan tahun.

7. Pengalaman bertani adalah lamanya petani dalam menjalani profesi petani, dihitung dalam satuan tahun.

(22)

9. Jumlah tanggungan adalah banyaknya tanggungan anggota keluarga, dihitung dalam satuan orang.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Sampel penelitian adalah petani yang ikut dalam Kelompok Wanita Tani Makmur dalam penerapan Program KRPL di daerah penelitian.

2. Daerah penelitian adalah Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai.

(23)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Luas dan Letak Geografis

Kecamatan Binjai Utara adalah salah satu dari lima kecamatan yang terdapat di Kota Binjai , terletak pada posisi Utara dari Kota Binjai. Luas wilayah Kecamatan Binjai Utara sebesar 23.59 km2 atau 26,14 persen dari total luas Kota Binjai . Dilihat dari topografinya, Kecamatan Binjai Utara terletak ± 30 m di atas permukaan laut . Kecamatan Binjai Utara, terdiri atas 9 kelurahan dan 64 lingkungan, terletak di sebelah Utara Kota Binjai yang berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Binjai Kota, Kecamatan Binjai Barat dan Kecamatan Binjai Timur.

(24)

Kelurahan Jati Utomo terletak di Kecamatan Binjai Utara dengan luas wilayah 3,19 Km2 dengan ketinggian ± 30 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar 30ºC. Kelurahan Jati Utomo terletak 2,9 km dari Ibukota Madya Binjai. Adapun batas –batas daerah adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tandem Hulu II • Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Jati Karya • Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Cengkeh Turi • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tandem Hulu I

Luas wilayah biasanya menjadi salah satu indikator dalam menganalisis potensi yang dimiliki oleh suatu daerah. Semakin luas sebuah daerah maka akan semakin besar pula peluang untukmeningkatkan berbagai potensi yang dimiliki. Misalnya pemanfaatan lahan pertanian, pemukiman penduduk, serta berbagai pemanfaatan lainnya. Selain itu, luas lahan juga menjadi faktor penting dalam melakukan pemetaan dan pemerataan penduduk. Secara rinci luas Kelurahan Jati Utomo Menurut Penggunaannya adalah sebagai berikut :

Tabel 7. Luas Wilayah Kelurahan Jati Utomo Menurut Penggunaannya No. Penggunaan Luas (Ha)

1. Pemukiman :

• Pemukiman Penduduk • Perumahan KPR BTN • Lapangan Olahraga

111,8

• Tempat Peribadatan

(25)

3. Pertanian :

• Sawah Tadah Hujan • Kebun Rakyat

175,72 17,19

Jumlah Luas Wilayah 318,81

Sumber : Kantor Kelurahan Jati Utomo Dalam Angka 2015

4.1.2 Keadaan Penduduk

a. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Jumlah penduduk Kelurahan Jati Utomo tahun 2014 sebanyak 10.913 jiwa, terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 5.364 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 5.549 jiwa.

b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Untuk mengetahui jumlah penduduk Kelurahan Jati Utomo menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 8 berikut :

Tabel 8. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Kelurahan Jati Utomo Tahun 2015

No. Jenis Pekerjaan Jumlah (Jiwa)

1. PNS 130

(26)

Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut mata pencaharian terbesar adalah jenis pekerjaan petani, yaitu sebanyak 2.571 jiwa. Untuk jenis pekerjaan PNS sebanyak 130 jiwa, Guru sebanyak 122 jiwa, pedagang 136 jiwa, supir 72 jiwa, wiraswasta 1.381 jiwa, pekerja bangunan sebanyak 2.513jiwa dan untuk jumlah penduduk menurut mata pencaharian terkecil adalah jenis pekerjaan TNI/POLRI dengan jumlah penduduk 24 jiwa.

c. Komposisi Penduduk Menurut Agama

Untuk mengetahui jumlah penduduk Kelurahan Jati Utomo menurut agama dapat dilihat pada tabel 9 berikut :

Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Agama Kelurahan Jati Utomo Tahun 2015

No. Agama Jumlah (jiwa)

1. Islam 9.492

2. Kristen 504

3. Hindu 12

4. Budha 905

Jumlah 10.913

Sumber : Kantor Kelurahan Jati Utomo, 2015

Dari tabel 9 diketahui bahwa jumlah penduduk menurut agama di Kelurahan Jati Utomo yang terbesar adalah agama islam dengan jumlah penduduk sebanyak 9.492 jiwa. Agama kristen sebanyak 504 jiwa, agama hindu sebanyak 12 jiwa, dan agama budha sebanyak 905 jiwa.

(27)

Untuk mengetahui jumlah penduduk Kelurahan Jati Utomo menurut etnis dapat dilihat pada tabel 10 berikut :

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Etnis Kelurahan Jati Utomo Tahun 2015

Sumber : Kantor Kelurahan Jati Utomo, 2015

(28)

e. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Untuk mengetahui jumlah penduduk Kelurahan Jati Utomo menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 11 berikut :

Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Kelurahan Jati Utomo Tahun 2015

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

1. SD 1.255

2. SMP 250

3. SMA 301

4. S1 150

Jumlah 1.956

Sumber : Kantor Kelurahan Jati Utomo, 2015

Dari tabel 11 diketahui bahwa jumlah penduduk Kelurahan Jati Utomo menurut tingkat pendidikan terbesar adalah penduduk dengan tingkat pendidikan SD dengan jumlah penduduk sebanyak 1.255 jiwa, SMP 250 jiwa, SMA 301 jiwa, dan yang terkecil adalah penduduk dengan tingkat pendidikan S1 150 jiwa.

4.1.3 Pertanian

(29)

Tabel 12. Komoditi Hasil Pertanian Yang diperoleh Dari Hasil Panen Petani Di Kecamatan Binjai Utara Tahun 2014

No. Jenis Komoditi Banyaknya (Ton)

1. Padi Sawah 5.229

2. Jagung 1.281

3. Kedelai 9,28

4. Kacang Tanah 68

5. Kacang Hijau 140

6. Ubi Kayu 806

7. Ubi Jalar 187

Sumber : Kecamatan Binjai Utara, 2015

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa jeniskomoditi unggulan di Kecamatan Binjai Utara adalah Padi dan Jagung.

4.1.4 Sarana Dan Prasarana

(30)

Tabel 13. Sarana Dan Prasarana Kelurahan Jati Utomo Tahun 2015 No. Sarana Dan Prasarana Jumlah

1. Lembaga Pendidikan • PAUD

2. Lembaga Kesehatan • PUSTU

Sumber : Kelurahan Jati utomo, 2015

4.2 Karakteristik Sampel penelitian

(31)

a. Umur

Faktor umur berkaitan dengan kemampuan petani dalam melakukan kegiatan bertaninya. Semakin produktif usia petani akan semakin mampu ia dalam kegiatan bertaninya. Di daerah penelitian diketahui umur petani antara 21 tahun hingga 70 tahun. Seperti tertera pada tabel 14 dibawah ini :

Tabel 14. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Umur

No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 21 - 30 3 20

2. 31 - 40 2 13,3

3. 41 - 50 6 40

4. 51 - 60 2 13,3

5. 61 – 70 2 13,3

Jumlah 15 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1)

Berdasarkan tabel 14 menunjukkan bahwa kelompok umur petani sampel dengan jumlah terbanyak dalam mengadopsi Program KRPL adalah kelompok umur 41-50 tahun (40%) merupakan usia produktif yakni masih kuat serta mampu dari aspek fisik.

b. Tingkat Pendidikan

(32)

memikirkan segala tindakan yang memberikan manfaat terbesar. Tabel berikut memperlihatkan tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian :

Tabel 15. Distribusi petani Sampel Berdasarkan Tingkat pendidikan

No. Tingkat pendidikan (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 1 – 6 7 46,6

2. 7 – 12 6 40

3. 13 – 18 2 13,3

Jumlah 15 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1)

Berdasarkan tabel 15 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian yang terbesar adalah petani dengan tingkat pendidikan 1-6 tahun (SD) yaitu sebanyak 7 jiwa (46,6%).

c. Pengalaman Bertani

Karakteristik petani sampel berdasarkan pengalaman bertani di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 16 sebagai berikut :

Tabel 16. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani No. Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 1 – 10 10 66,7

2. 11 – 20 4 26,6

3. 20 – 30 1 6,6

Jumlah 15 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1)

(33)

(66,7%). Sedangkan pengalaman bertani petani sampel di daerah penelitian yang paling sedikit adalah 20-30 tahun yaitu 1 jiwa (6,6%).

d. Luas Lahan

Karakteristik petani sampel berdasarkan luas lahan di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 17 sebagai berikut :

Tabel 17. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Luas Lahan

No. Luas Lahan (Ha) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 0 - 0,0125 10 66,7

2. 0.0125 – 0,025 4 26,6

3. 0,025 – 0,05 1 6,6

Jumlah 15 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1)

Tabel 17 menunjukkan bahwa petani sampel di daerah penelitian yang memiliki luas lahan terbanyak adalah seluas 0 - 0,0125 Ha dengan jumlah 10 jiwa (66,7%). Sedangkan petani sampel di daerah penelitian yang memiliki luas lahan sedikit adalah seluas 0,025 – 0,05 Ha dengan jumlah 1 jiwa (6,6%).

(34)

e. Jumlah Tanggungan

Karakteristik petani sampel berdasarkan jumlah tanggungan di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel 18 sebagai berikut :

Tabel 18. Distribusi Petani Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan No. Jumlah Tanggungan (Jiwa) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. 0 5 33,3

2. 1 3 20

3. 2 5 33,3

4. 3 2 13,3

Jumlah 15 100

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1)

(35)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilakukan terhadap petani yang mengikuti Program KRPL yaitu petani yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani Makmur yang terdapat di Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL dan hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL.

5.1 Tingkat Adopsi Petani Terhadap Program KRPL

Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) di Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai telah dilaksanakan dengan menerapkan kegiatan – kegiatan yang terdapat dalam Program KRPL. Adapun anjuran komponen kegiatan yang di anjurkan oleh PPL yang terdapat dalam Program KRPL adalah sebagai berikut :

1. Pembibitan

a. Mengikuti kegiatan pembibitan di Kebun Bibit Kelurahan (KBK)

(36)

dilaksanakan setiap ada tanaman yang perlu dibibitkan bila pemanenan telah dilakukan oleh petani di pekarangan rumahnya. Sehingga petani bisa langsung kembali menanam sayuran yang ada di pekarangan rumahnya.

b. Merawat bibit tanaman di Kebun Bibit Kelurahan (KBK)

Kegiatan lain dalam pembibitan di KBK adalah merawat bibit tanaman sayuran. Perawatan dilakukan rutin oleh para petani secara bergantian yang di koordinasi oleh ketua kelompok tani. perawatan pada umumnya dilakukan dengan menyirami bibit tanaman pada pagi dan sore hari.

c. Membersihkan Kebun Bibit Kelurahan (KBK)

Membersihkan Kebun Bibit Kelurahan merupakan kegiatan rutin petani. Pembersihan dilakukan dengan membuang gulma pada bibit tanaman dan tanaman penganggu lainnya.

2. Penanaman

a. Menanam dengan menggunakan bibit dari Kebun Bibit Kelurahan (KBK)

Penanaman tanaman di pekarangan rumah pada umumnya di peroleh bibit tanamannya dari KBK. Petani dapat langsung menanam tanaman sayuran yang telah mereka panen sebelumnya.

b. Menggunakan polybag untuk tanaman sayuran

(37)

c. Penanaman dilakukan langsung setelah panen

Setelah pemanenan, petani diharapkan dapat langsung kembali menanam tanaman. Petani bisa memperoleh bibit tanaman dari Kebun Bibit Kelurahan, sehingga tidak akan kesulitan memperoleh bibit tanaman.

3. Pemeliharaan

a. Melakukan penyiangan tanaman

Penyiangan dilakukan oleh petani dengan membuang tanaman pengganggu seperti rumput liar yang ada di sekitar tanaman yang mereka tanam. Kegiatan ini rutin dilakukan petani setiap harinya sehingga tanaman sayuran yang mereka tanam terbebas dari serangan tanaman penganggu.

b. Memberikan pupuk pada tanaman

Pemberian pupuk pada tanaman dilakukan oleh petani dengan memanfaatkan pupuk kompos maupun pupuk kandang. Pemberian pupuk dilakukan dengan baik dan berkelanjutan dengan dosis secukupnya dikarenakan pupuk yang mereka gunakan merupakan pupuk organik tanpa menggunakan pupuk buatan.

c. Memberantas hama dan penyakit pada tanaman

Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan oleh petani dengan membuang tanaman pengganggu seperti rumput liar dan ulat. Hal ini dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dengan baik.

4. Pertemuan Bulanan

a. Menghadiri pertemuan bulanan

(38)

bila menemui kendala - kendala dalam kegiatan Program KRPL seperti terus memotivasi petani agar terus merawat dan memperhatikan tanaman di pekarangan rumah di sela kesibukan mereka mengolah usahatani yang mereka miliki.

b. Ikut serta merancang rencana kegiatan dengan PPL

Dalam kegiatan pertemuan yang rutin dilakukan sebulan sekali, petani dapat ikut serta merancang kegiatan apa yang akan mereka lakukan bersama. Seperti pembersihan KBK yang dilakukan secara bersama oleh petani di waktu luang.

c. Mengikuti kegiatan yang diadakan PPL

Petani mengikuti kegiatan yang diadakan oleh PPL bersama dengan petani lainnya.

Tingkat adopsi diukur dengan menggunakan Metode Skoring. Komponen Program KRPL terdiri dari 4 (empat) komponen dengan empat indikator penilaian. Mengikuti Program dapat diartikan bahwa petani mengikuti Program KRPL, sedangkan sesuai anjuran adalah komponen Program KRPL yang dianjurkan oleh PPL diterapkan oleh petani.

Penilaian tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL dilakukan dengan menggunakan skor pada setiap komponen yang diukur pada setiap kegiatan petani dengan rentang skor 0 – 12, dengan kriteria penilaian sebagai berikut :

Skor antara 0 – 4 : Rendah Skor antara 5 - 8 : Sedang Skor antara 9 – 12 : Tinggi

(39)

pembibitan dengan skor sebesar 34 (lampiran 2). Komponen kegiatan pembibitan adalah mengikuti kegiatan pembibitan di Kebun Bibit Kelurahan (KBK), merawat bibit tanaman di Kebun Bibit Kelurahan (KBK), membersihkan Kebun Bibit Kelurahan (KBK). Dimana setiap petani yang mengikuti Program KRPL antusias menjalankan perannya dalam membibitkan sayuran yang perlu dibibitkan bila telah diambil untuk penanaman di pekarangan rumahnya. Bibit tanaman sayuran tersebut meliputi kacang panjang, kucai, tomat, kangkung, daun sop, dan sebagainya.

Tingkat adopsi dengan kriteria sedang adalah komponen kegiatan pemeliharaan, meliputi melakukan penyiangan tanaman, memberikan pupuk pada tanaman, dan memberantas hama dan penyakit pada tanaman. Skor untuk komponen kegiatan pemeliharaan ini sebesar 28 (lampiran 2).

Tingkat adopsi yang terendah dalam Program KRPL ini adalah komponen kegiatan pertemuan bulanan yang meliputi menghadiri pertemuan bulanan, ikut serta merancang rencana kegiatan dengan PPL, dan mengikuti kegiatan yang diadakan PPL. Skor untuk komponen kegiatan pertemuan bulanan ini adalah 24 (lampiran 2).

(40)

Untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 19. Jumlah dan Persentase Tingkat Adopsi Petani Terhadap Program KRPL di Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai

Tingkat Adopsi Jumlah (orang) Persentase (%)

Tinggi 7 47

Sedang 5 33,3

Rendah 3 20

Jumlah 15 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 2

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sampel yang mempunyai tingkat adopsi tinggi sebanyak 7 sampel (47%), tingkat adopsi sedang sebanyak 5 sampel (33,3%), dan tingkat adopsi rendah 3 sampel (20%).

Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL tinggi diterima (H1 diterima H0 ditolak).

5.2 Hubungan antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Tingkat Adopsi terhadap Program KRPL

Faktor sosial ekonomi yang diduga berhubungan dengan tingkat adopsi petani adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan dan jumlah tanggungan.

(41)

a. Hubungan Umur Dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Program KRPL

Dalam penelitian ini diduga bahwa makin muda petani biasanya mempunyai semangat ingin tahu apa yang belum diketahui, sehingga dengan demikian petani berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.

Dengan asumsi bahwa semakin tinggi umur petani maka respon petani terhadap adopsi inovasi akan semakin berkurang. Gambaran hubungan umur dengan tingkat adopsi terhadap Program KRPL dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 20. Hubungan Umur dengan Tingkat Adopsi Petani

Uraian Umur (Tahun) Tingkat Adopsi (Skor)

Range 21 – 70 4 – 12

Rata - Rata 44,5 7,86

rs -0,064 ttabel : 2,160

thitung : -0,231

Data diolah dari lampiran 1

(42)

Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara variabel umur dengan variabel tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kedua variabel ditolak.

Makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa petani yang melaksanakan Program KRPL berada diantara rentang umur 20 – 50 tahun yaitu sebanyak 11 orang dari total sampel sebesar 15 orang. Hal ini berarti dengan bertambahnya umur petani maka tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL menurun dan demikian juga sebaliknya.

b. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi petani Terhadap Program KRPL

Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Petani yang berpendidikan tinggi akan lebih cepat dalam melaksanakan adopsi. Dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin tinggi juga tingkat adopsinya.

(43)

Tabel 21. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Adopsi Petani

Uraian Tingkat Pendidikan

(Tahun) Tingkat Adopsi (Skor)

Range 6 - 18 4 – 12

Rata – Rata 9,6 7,86

rs -0,136 ttabel : 2,160

thitung : -0,495

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Untuk melihat hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat adopsi terhadap Program KRPL maka diuji dengan maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman.Dari hasil analisis pada tabel 21, diperoleh nilai rs =-0,136. Nilai koefisien korelasi sebesar -0,136 menunujukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan variabel tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL. Koefisien bertanda negatif menunjukkan bahwa apabila tingkat pendidikan petani bertambah maka tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL menurun dan demikian sebaliknya apabila tingkat pendidikan petani berkurang maka tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL meningkat. Nilai thitung sebesar -0,495 menunjukkan bahwa thitung < ttabel (α = 0,05) = 2,160. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara variabel tingkat pendidikan dengan variabel tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kedua variabel ditolak.

(44)

yang paling banyak menerapkan Program KRPL di daerah penelitian adalah petani dengan tingkat pendidikan yang rendah yaitu tingkat pendidikan SD sebanyak 7 orang sementara petani dengan tingkat pendidikan Perguruan tinggi hanya sebanyak 2 orang. Ini berbanding terbalik dengan asumsi diatas. Petani sampel di daerah penelitian memang menerapkan Program KRPL dengan kemauan sendiri tanpa adanya pandangan bahwa semakin sedikit ilmu yang mereka miliki maka mental mereka untuk menambah ilmu pengetahuan berkurang. Hal ini patut diapresiasi mengingat pada umumnya memang petani kebanyakan hanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah.

c. Hubungan Pengalaman Bertani Dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Program KRPL

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pangalaman lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan.

Gambaran hubungan pengalaman bertani dengan tingkat adopsi terhadap Program KRPL dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 22. Hubungan Pengalaman Bertani dengan Tingkat Adopsi Petani

Uraian Pengalaman Bertani

(Tahun) Tingkat Adopsi (Skor)

Range 2 - 30 4 – 12

Rata – Rata 11 7,86

rs 0,360 ttabel : 2,160

thitung : 1,391

(45)

Untuk melihat hubungan pengalaman bertani dengan tingkat adopsi terhadap Program KRPL maka diuji dengan maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman. Dari hasil analisis pada tabel 22, diperoleh nilai rs =0,360. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,360 menunujukkan bahwa terdapat hubungan yang lemah antara variabel pengalaman bertani dengan variabel tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL. Koefisien bertanda positif menunjukkan bahwa apabila pengalaman bertani petani bertambah maka tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL juga meningkat dan demikian sebaliknya apabila pengalaman bertani petani berkurang maka tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL menurun. Nilai thitung sebesar 1,391 menunjukkan bahwa thitung < ttabel (α = 0,05) = 2,160. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara variabel pengalam bertani dengan variabel tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kedua variabel ditolak.

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam membuat keputusan. Namun dari hasil penelitian di lapangan, petani yang menerapkan Prgram KRPL kebanyakan merupakan petani pemula dengan rentang tahun antara 1 – 10 tahun sebanyak 10 orang, hal ini berbanding terbalik dengan asumsi diatas. Petani sampel di daerah penelitian melaksanakan Program KRPL dengan alasan dikarenakan kegiatan yang ada dalam program mudah untuk dilaksanakan. Selain itu penyuluh juga turut serta membantu dalam proses pelaksanaan program.

(46)

d. Hubungan Luas Lahan Dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Program KRPL

Petani yang mempunyai lahan yang luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani yang berlahan sempit, hal ini dikarenakan keefesienan penggunaan sarana produksi.

Gambaran hubungan luas lahan dengan tingkat adopsi terhadap Program KRPL dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :

Tabel 23. Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Adopsi Petani

Uraian Luas Lahan (Ha) Tingkat Adopsi (Skor)

Range 0,0125 - 0,05 4 – 12

Rata – Rata 0,0135 7,86

rs 0,352 ttabel : 2,160

thitung : 1,356

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

(47)

variabel tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kedua variabel ditolak.

Luas lahan yang dimaksud dalam pembahasan adalah luas lahan pertanian yang dimiliki oleh petani, bukan luas lahan pekarangan rumah. Luas lahan pertanian yang dimiliki oleh petani pada umunnya ditanami dengan tanaman palawija jagung, dan hortikultura seperti sawi, dan kangkung. Untuk Program KRPL sendiri, luas lahan pekarangan tidak berpengaruh besar dalam kegiatannya, dikarenakan dengan luas lahan yang sempit dan sedikit pun petani bisa melaksanakan Program KRPL dengan memanfaatkan polybag dan sistem tanam vertikultur yang ditanami sayur - sayuran.

e. Hubungan Jumlah Tanggungan Dengan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Program KRPL

(48)

Tabel 24. Hubungan Jumlah Tanggungan dengan Tingkat Adopsi Petani Uraian Jumlah Tanggungan Tingkat Adopsi (Skor)

Range 0 - 3 4 – 12

Rata – Rata 1 7,86

rs -0,055 ttabel : 2,160

thitung : -0,199

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Untuk melihat hubungan luas lahan dengan tingkat adopsi terhadap Program KRPL maka dianalisis dengan menggunakan Korelasi Rank Spearman.Dari hasil analisis pada tabel 24, diperoleh nilai rs =0.055 . Nilai koefisien korelasi sebesar -0,055 menunujukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel jumlah tanggungan dengan variabel tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL. Koefisien bertanda negatif menunjukkan bahwa apabila jumlah tanggungan petani bertambah maka tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL menurun dan demikian sebaliknya apabila pengalaman bertani petani berkurang maka tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL meningkat. Nilai thitung sebesar -0,199 menunjukkan bahwa thitung < ttabel (α = 0,05) = 2,160. Hal ini berarti H0 diterima dan H1 ditolak artinya tidak terdapat hubungan yang nyata antara variabel pengalam bertani dengan variabel tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL. Jadi dapat disimpulkan hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kedua variabel ditolak.

(49)
(50)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan :

1. Tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL di daerah penelitian tinggi. 2. Tidak terdapat hubungan antar karakteristik sosial ekonomi petani yaitu umur,

tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, serta jumlah tanggungan dengan tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL.

6.2 Saran :

6.2.1 Kepada Pemerintah

Pemerintah melakukan pengembangan dalam skala yang lebih luas dan melakukan pembinaan secara intensif kepada kelompok tani atau gabungan kelompok tani mengenai program KRPL.

6.2.2 Kepada Petugas Penyuluh Lapangan

Penyuluh Pertanian agar memberikan arahan dan mengawasi petani dalam proses pelaksanaan Program KRPL guna pengembangan serta pencatatan kelengkapan pendataan tentang perkembangan Program KRPL.

6.2.3 Kepada Petani

• Kepada Petani agar lebih menyadari betapa pentingnya pertanian yang ramah lingkungan serta produk yang sehat untuk dikonsumsi seperti hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan Program KRPL.

(51)

6.2.4 Kepada Peneliti Selanjutnya :

• Diharapkan selanjutnya meneliti karakteristik yang lain seperti tingkat kosmopolitan, kepemilikan lahan, dan lain sebagainya.

(52)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari)

Ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup sepanjang waktu merupakan keniscayaan yang tidak terbantahkan. Hal ini menjadi prioritas pembangunan pertanian nasional dari waktu ke waktu. Kedepan, setiap rumah tangga diharapkan mengoptimalisasi sumber daya yang dimiliki, termasuk pekarangan dalam menyediakan pangan bagi keluarga. Kementerian pertanian menginisiasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Rumah Pangan Lestari (RPL).

(53)

Prinsip dasar KRPL adalah :

(1) Pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan.

(2) Diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal.

(3) Konservasi sumber daya genetik pangan (tanaman, ternak, ikan). (4) Menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju

(5) Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Program Rumah Pangan Lestari ini merupakan kegiatan yang mendorong warga untuk mengembangkan tanaman pangan maupun peternakan dan perikanan skala kecil dengan memanfaatkan lahan pekarangan rumah. Jadi, ini merupakan terobosan dalam menghadapi perubahan iklim melalui pemanfaatan pekarangan dalam mendukung ketersediaan serta diversifikasi pangan.

Ada 6 konsep dalam Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), yaitu: (1) Kemandirian pangan rumah tangga pada suatu kawasan,

(2) Diversifikasi pangan yang berbasis sumber daya lokal,

(3) Konservasi tanaman-tanaman pangan maupun pakan termasuk perkebunan, hortikultura untuk masa yang akan datang,

(4) Kesejahteraan petani dan masyarakat yang memanfaatkan Kawasan Rumah Pangan Lestari,

(5) Pemanfaatan kebun bibit desa agar menjamin kebutuhan masyarakat akan bibit terpenuhi, baik bibit tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, termasuk ternak, unggas, ikan dan lainnya,

(54)

2.2. Landasan Teori 2.2.1 Adopsi dan Inovasi

Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri. Dengan digiatkannya penyuluhan pertanian diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan terutama pada perilaku serta bentuk-bentuk kegiatannya seiring dengan terjadinya perubahan cara berpikir, cara kerja, cara hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan baik bagi dirinya beserta keluarganya maupun lingkungannya. Perubahan perilaku dapat terjadi dalam tiga bentuk :

1. Bertambahnya perbendaharaan informasi yang berguna bagi petani dan pengertian tentang itu.

2. Tumbuhnya keterampilan, kemampuan dan kebiasaan baru atau yang bertambah baik.

3. Timbulnya sikap mental dan motivasi yang lebih kuat sesuai dengan yang dikehendaki (Slamet, 2003).

Menurut Kartasapoetra (1993) perubahan perilaku yang diusahakan dengan melalui penyuluhan pertanian pada diri para petani pada umumnya berjalan dengan lambat, hal ini disebabkan :

- Tingkat pengetahuan, kecakapan dan mental petani

(55)

Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian merupakan bagian dari pemberdayaan petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan pengetahuannya. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat menekankan kemandirian masyarakat itu sebagai suatu sistem yang mampu mengorganisir dirinya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus mampu mengembangkan teknik-teknik pendidikan tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat (Sadono, D, 2008).

Adopsi merupakan proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh ke masyarakat sasarannya. Tahapan proses adopsi adalah mengetahui, berminat, menilai, mencoba dan menerapkan (Van den Ban dan Hawkin 2003 dalam Yunita 2012).

Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan petani sebagai bagian dari perilaku penerapan inovasi (Sudarta, 2005).

(56)

pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba (kerja indra) disekitar kita (Widayatun, 1999).

Inovasi diadopsi dengan cepat karena :

- Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani.

- Kompatibilitas / keselarasan dengan nilai-nilai, pengalaman, dan kebutuhan. - Kompleksitas / tidak rumit.

- Dapat dicoba. - Dapat diamati.

Inovasi adalah suatu gagasan melukiskan objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir.

(Van den Ban dan Hawskin, 2003).

Perilaku penerapan inovasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri petani maupun faktor dari luar lingkungan. Faktor dari dalam diri meliputi umur, pendidikan, status sosial, pola hubungan sikap terhadap pembaharuan, keberanian mengambil resiko, fatalisme, aspirasi dan dogmatis (sistem kepercayaan tertutup). Termasuk faktor lingkungan antara lain: kosmopolitas, jarak ke sumber informasi, frekuensi mengikuti penyuluhan, keadaan prasarana dan sarana dan proses memperoleh sarana produksi (Soekartawi, 1988).

(57)

1. Inovator

2. Penerap inovasi teknologi lebih dini (early adopter)

3. Penerap inovasi teknologi lebih awal (early mayority)

4. Penerap inovasi teknologi lebih akhir (late mayority)

5. Penolak teknologi inovasi (laggard)

(Kartasapoetra, 1994 : 27-28).

2.2.2 Faktor Sosial Ekonomi

a. Umur Petani

Makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut.

b. Pengalaman bertani

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam membuat keputusan.

c. Tingkat pendidikan petani

(58)

d. Luas lahan

Petani yang mempunyai lahan yang luas adalah lebih mudah menerapkan inovasi dari petani yang memilikilahan yang sempit, hal ini dikarenakan koefisienan dalam penggunaan sarana produksi.

e. Jumlah tanggungan

Banyaknya jumlah tanggungan keluarga, akan mendorong petani untuk melakukan banyak kegiatan/aktifitas terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan keluarga.

(Ginting. M, 2002).

2.3 Penelitian Terdahulu

Pada penelitian yang dilakukan oleh Jonri Suhendra Sitompul (2008) dengan judul “Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Nilam dan Hubungannya Dengan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani” Diperoleh kesimpulan tingkat adopsi terhadap teknologi budidaya nilam di daerah penelitian masih sangat rendah. Faktor umur, jumlah tanggungan tidak mempunyai hubungan dengan tingkat adopsi terhadap teknologi budidaya nilam. Akan tetapi tingkat pendidikan, pengalaman bertani, total pendapatan, luas lahan mempunyai hubungan dengan tingkat adopsi terhadap budidaya nilam.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Sri Harnanik (2014) dengan judul “Keragaan Adopsi Teknologi pada Pelaksanaan M-KRPL di Tiga Lokasi Kota Prabumulih”

(59)

sebagian besar masih melakukan kegiatan budidaya sayuran dipekarangan. Namun untuk budidaya ikan lele sangkuriang hanya diadopsi sebagian kecil peserta karena kesulitan modal berupa bibit dan pakan untuk sampai pada skala usaha yang layak. Untuk wilayah perumahan dengan karakteristik ibu rumah tangga berpendidikan tinggi disarankan dipilihkan teknologi alternatif yang ringan seperti hidroponik atau media bukan tanah untuk mengantisipasi kesulitan media tanam yang membutuhkan tenaga besar.

Pada penelitian yang dilakukan Melfrianti Romauli (2013) dengan judul “Tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik” diperoleh kesimpulan bahwa tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik di daerah penelitian tinggi dengan jumlah persentase 70 %.Ada hubungan antara pengalaman bertani dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik tetapi tidak terdapat hubungan antar karakteristik sosial ekonomi petani yang lain yaitu umur, tingkat pendidikan, luas lahan serta total pendapatan keluarga dengan tingkat adopsi petani terhadap teknologi pertanian terpadu usahatani padi organik.

2.4 Kerangka pemikiran

(60)

Kelompok Wanita Tani Makmur merupakan satu-satunya kelompok tani yang dipilih untuk menerapkan Program KRPL di daerah penelitian. Dalam penerapannya, diperlukan peran penyuluh pertanian agar kiranya proses kegiatan dan keberlanjutan Program ini dapat berjalan dengan lancar dan terus berkelanjutan di kalangan petani demi terwujudnya kemandirian kebutuhan pangan rumah tangga melalui pemanfaatan pekarangan rumah.

Tinggi rendahnya penerapan Program KRPL (adopsi inovasi) dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial ekonomi petani, seperti : umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan dan jumlah tanggungan.

(61)

Skema kerangka pemikiran dapat di gambarkan sebagai berikut :

Keterangan :

: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh

Gambar : 1. Skema Kerangka Pemikiran

(62)

2.4 Hipotesis Penelitian

Untuk mengarahkan penelitian sesuai dengan identifikasi masalah dan tujuan penelitian maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) di daerah penelitian tinggi.

(63)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang No 7 tahun 1996 tentang Pangan disebutkan bahwa “Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi

setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik

jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau”. Berdasar definisi

tersebut, terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga merupakan tujuan sekaligus sebagai sasaran dari ketahanan pangan di Indonesia. Oleh karenanya pemantapan ketahanan pangan dapat dilakukan melalui pemantapan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Namun demikian, disadari bahwa perwujudan ketahanan pangan perlu memperhatikan sistem hierarki mulai dari tingkat global, nasional, regional, wilayah, rumah tangga dan individu (Simatupang, 2006).

Lebih jauh, Rachman dan Ariani (2007) menyebutkan bahwa tersedianya pangan yang cukup secara nasional maupun wilayah merupakan syarat keharusan dari terwujudnya ketahanan pangan nasional, namun itu saja tidak cukup, syarat kecukupan yang harus dipenuhi adalah terpenuhinya kebutuhan pangan di tingkat rumah tangga/individu.

(64)

apabila dirancang dan direncanakan dengan baik. Pemanfaatan pekarangan tersebut juga dirancang untuk meningkatkan konsumsi aneka ragam sumber pangan lokal dengan prinsip gizi seimbang (Badan Litbang Pertanian, 2012).

Menurut Afrinis, N (2009), pemanfaatan pekarangan dapat mendukung penyediaan aneka ragam pangan di tingkat rumah tangga, sehingga terwujud pola konsumsi pangan keluarga yang beragam, bergizi seimbang, dan aman. Ketahanan dan kemandirian pangan secara nasional dapat tercapai jika dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan secara terpadu merupakan salah satu inovasi teknologi yang dapat digunakan untuk mewujudkan ketahanan pangan khususnya yang dimulai dari rumah tangga.

Rahayu dan Prawiroatmodjo (2005) menyatakan bahwa pekarangan, sebagai salah satu bentuk usahatani belum mendapat perhatian, meskipun secara sadar telah dirasakan manfaatnya. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumber daya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga.

(65)

untuk masa depan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan kembali budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun di perdesaan.

Sejalan dengan kenyataan ini Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan “Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL)” yang merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Konsep KRPL ini dimulai sejak tahun 2011. Untuk menjaga keberlanjutannya, pemanfaatan pekarangan dalam konsep Model KRPL dilengkapi dengan kelembagaan Kebun Bibit Desa, unit pengolahan serta pemasaran untuk penyelamatan hasil yang melimpah.

(Kementerian Pertanian, 2011).

(66)

hijau yang bersih dan sehat secara mandiri. Berdasar tujuan tersebut, sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera (Kementerian Pertanian, 2011).

Kota Binjai termasuk wilayah penerima manfaat model kawasan rumah pangan lestari (KRPL) yang diselenggarakan oleh BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Binjai Utara merupakan kecamatan yang dipilih oleh Dinas Pertanian Kota Binjai untuk menerapkan Program ini. Tabel berikut akan menunjukkan jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga menurut Kecamatan di Kota Binjai :

Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut Kecamatan, 2013 Kecamatan Penduduk

(jiwa)

Rumah Tangga Rata-rata Anggota Rumah Tangga

Sumber : BPS Kota Binjai

Dari tabel terlihat bahwa Kecamatan Binjai Utara merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga terbesar di kota Binjai.

(67)

satu – satunya kelompok tani yang menerapkan Program KRPL. Kegiatan ini sudah berlangsung dan terus berkelanjutan hingga sekarang di setiap anggota kelompok wanita tani makmur.

Kegiatan awal Program dilakukan dengan membangun tempat penanaman bibit sayur - sayuran seperti sawi, bayam, kacang panjang, kangkung, terong, kucai, daun bawang dan gambas di pekarangan rumah setiap anggota kelompok tani dengan menerapkan sistem tanam vertikultur dari bahan kayu, dan penggunaan

polybag untuk penanaman di bawahnya. Selain itu kegiatan lainnya adalah

membangun kebun pembibitan yang terletak tidak jauh dari pekarangan rumah setiap anggota dengan memanfaatkan lahan dari Kepala Lingkungan tempat tinggal anggota Kelompok Wanita Tani Makmur.

Keberhasilan petani dalam meningkatkan hasil produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan lahan pekarangan melalui Program KRPL tersebut juga tidak terlepas dari peran pendampingan penyuluh pertanian lapangan. Peran penyuluh dalam proses adopsi inovasi untuk membantu, mendorong, berbagi dan memfasilitasi petani dalam adopsi inovasi. Dimana penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi tentang teknologi dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar.

(68)

cara yang berbeda pula. Pengetahuan sebagai alat jaminan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang dari pengalaman, dan hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku didasarkan atas pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan tanpa didasari pengetahuan.

Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang suatu hal, akan mendorong terjadinya perubahan perilaku sebagaimana yang dikatakan oleh Ancok (1997), bahwa adanya pengetahuan tentang manfaat suatu hal akan menyebabkan seseorang bersikap positif terhadap hal tersebut. Niat untuk ikut serta dalam suatu kegiatan, sangat tergantung pada apakah seseorang mempunyai sikap positif terhadap kegiatan itu. Adanya niat yang sungguh-sungguh untuk melakukan suatu kegiatan akhirnya dapat menentukan apakah kegiatan itu betul-betul dilakukan. Meningkatnya pengetahuan petani mencerminkan proses transfer teknologi pemanfaatan lahan pekarangan. Diharapkan pengembangan berbagai inovasi teknologi yang terkait dengan pemanfaatan lahan pekarangan dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan.

(69)

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat ditarik beberapa identifikasi masalah yaitu :

1. Bagaimana tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) di daerah penelitian ?

2. Bagaimana hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan) petani dengan tingkat adopsi terhadap Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) di daerah penelitian ?

1.3Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) yang dilaksanakan oleh petani di daerah penelitian.

2. Untuk menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani, luas lahan, jumlah tanggungan) petani dengan tingkat adopsi terhadap Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) di daerah penelitian ?

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.

(70)
(71)

Suci Ramadhani (120304006) dengan judul skripsi “Tingkat Adopsi Petani Terhadap Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) Dan Hubungannnya Dengan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani “. Studi kasus penelitian di Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai. Penelitian ini dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan M.S sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Sinar Indra Kesuma M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL di daerah penelitian, dan untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan) petani dengan tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive). Metode yang digunakan dalam penarikan sampel ini adalah sampling jenuh atau sensus, teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya sedikit (terbatas) sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan sampel, sehingga peneliti mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah populasi atau disebut dengan sensus yaitu petani yang ikut dalam Kelompok Wanita Tani Makmur sebanyak 15 orang. Metode pengumpulan data terdiri data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu Metode Skoring dan Analisis Korelasi Rank Spearman. Dari penelitian diperoleh hasil yakni tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL yaitu tergolong kategori tinggi. Tidak ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan) petani dengan tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL di daerah penelitian.

(72)

KRPL program and the correlation of their socio-economic characteristics (age, education, land area, farming experience, and the number of dependents) with their level of adoption to KRPL program in the research area. The research area was determined purposively. The population was 15 farmers who belonged to Kelompok Wanita Tani Makmur and the whole population was used as the samples (census sampling technique). The data were gathered by using primary and secondary data and analyzed by using Scoring Method and Spearman Rank correlation analysis. The result of the research showed that the level of farmers’ adoption to KRPL program was categorized as high. There was no significant correlation of farmers’ socio-economic characteristics (age, education, land area, farming experience, and the number of dependents) with their level of adoption to KRPL program.

(73)

HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL

EKONOMI PETANI

(Studi Kasus : Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai)

SKRIPSI

SUCI RAMADHANI 120304006 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(74)

HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL

EKONOMI PETANI

(Studi Kasus : Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

SUCI RAMADHANI 120304006 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(75)
(76)
(77)

Suci Ramadhani (120304006) dengan judul skripsi “Tingkat Adopsi Petani Terhadap Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) Dan Hubungannnya Dengan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani “. Studi kasus penelitian di Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai. Penelitian ini dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan M.S sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. Sinar Indra Kesuma M.Si sebagai Anggota Komisi Pembimbing. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL di daerah penelitian, dan untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan) petani dengan tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL di daerah penelitian. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive). Metode yang digunakan dalam penarikan sampel ini adalah sampling jenuh atau sensus, teknik penentuan sampel dengan menggunakan semua anggota populasi. Dalam penelitian ini karena jumlah populasinya sedikit (terbatas) sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan sampel, sehingga peneliti mengambil jumlah sampel sama dengan jumlah populasi atau disebut dengan sensus yaitu petani yang ikut dalam Kelompok Wanita Tani Makmur sebanyak 15 orang. Metode pengumpulan data terdiri data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu Metode Skoring dan Analisis Korelasi Rank Spearman. Dari penelitian diperoleh hasil yakni tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL yaitu tergolong kategori tinggi. Tidak ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani dan jumlah tanggungan) petani dengan tingkat adopsi petani terhadap Program KRPL di daerah penelitian.

(78)

KRPL program and the correlation of their socio-economic characteristics (age, education, land area, farming experience, and the number of dependents) with their level of adoption to KRPL program in the research area. The research area was determined purposively. The population was 15 farmers who belonged to Kelompok Wanita Tani Makmur and the whole population was used as the samples (census sampling technique). The data were gathered by using primary and secondary data and analyzed by using Scoring Method and Spearman Rank correlation analysis. The result of the research showed that the level of farmers’ adoption to KRPL program was categorized as high. There was no significant correlation of farmers’ socio-economic characteristics (age, education, land area, farming experience, and the number of dependents) with their level of adoption to KRPL program.

(79)

SUCI RAMADHANI, lahir di Binjai pada tanggal 5 Februari 1995. Anak pertama dari empat bersaudara dari pasanngan Ayahanda Hartoyo Hardi dan Ibunda Sri Hartuti.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah :

1. Tahun 2000 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Harapan I Binjai dan tamat tahun 2006.

2. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 3 Binjai dan tamat tahun 2009.

3. Tahun 2009 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 6 Binjai dan tamat tahun 2012.

4. Tahun 2012 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara .

5. Bulan Juli – Agustus 2015 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Nagori Purba Pasir, Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun.

(80)

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dengan judul “Tingkat Adopsi Petani terhadap Program KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) Dan Hubungannya Dengan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Studi Kasus : Kelurahan Jati Utomo, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai)”

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua Orang Tua Tercinta Ayahanda Hartoyo Hardi dan Ibunda Sri Hartuti dan juga adik-adik tersayang Natasha Pinanti, Tri Ananda Wiguna, dan Adinda Pusparani yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, motivasi dan dukungan baik moral maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu memberikan segala ilmu pengetahuan untuk membimbing, memberikan masukan dan arahan, serta bantuan dalam menyusun skripsi ini.

(81)

masa perkuliahan.

5. Seluruh Pegawai dan Staff Fakultas Pertanian USU yang telah banyak membantu penulis dalam administrasi perkuliahan.

6. Seluruh instansi dan responden terkait dengan penelitian penulis yaitu Bapak Sudiono Wage selaku Lurah di Kelurahan Jati Utomo, Ibu Erni selaku Penyuluh Pertanian Lapangan Kecamatan Binjai Utara, Ibu Mulyani selaku ketua Kelompok Wanita Tani Makmur, yang telah membantu dalam pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini.

7. Orang terdekat penulis Dody Ardiansyah S.T yang senantiasa setia menemani, membantu, serta memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan agar terus berjuang demi mewujudkan cita-cita bersama.

8. Teman – teman tersayang Retno Anggita Putri, Kholida Zuhri, Rizky Pratama, Herbert Leonardy, Hary Wuanda Kitofa, Suci Handayani dan teman – teman seperjuangan mahasiswa Agribisnis FP USU stambuk 2012 yang telah memberi semangat, bantuan, dan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Penulis juga berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak – pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

(82)

ABSTRAK ... i

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1 KRPL (Kawasan Rumah Pangan Lestari) ... 9

2.2 Landasan Teori... 11

2.2.1 Adopsi dan Inovasi... 11

2.2.2 Faktor Sosial Ekonomi... 14

2.3 Penelitian Terdahulu ... 15

2.4 Kerangka Pemikiran... 16

2.5 Hipotesis Penelitian... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 21

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4 Metode Analisis Data ... 22

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional... 26

3.5.1 Defenisi ... 26

Gambar

Tabel 2. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Menurut Kelurahan di Kecamatan Binjai Utara 2014
Tabel 3. Spesifikasi dan Metode Pengumpulan Data
Tabel 5. Jumlah Skor Tingkat Adopsi Program KRPL
Tabel 6.  Nilai Hubungan Korelasi Menurut Guilford
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik petani anggota yang berhubungan dengan sikap petani terhadap organisasi adalah luas lahan, umur, tingkat pendidikan,

Bagaimana pengaruh karakteristik petani anggota Kelompok Tani yang telah lama terbentuk (umur, tingkat pendidikan, lama bertani dan luas lahan) terhadap sikap petani pada

Degree of Tokenism ; terdapat hubungan antara umur petani, pengalaman bertani dan luas lahan dengan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT pada

Sedangkan faktor Umur, Tingkat Pendidikan Petani , Pengalaman Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, dan Tingkat Kosmopolitan tidak mempengaruhi keptusan

Data primer yang dikumpulkan yaitu informasi demografis (usia, tingkat pendidikan, jenis kelamin), luas lahan, pengalaman bertani, data sikap petani (menyangkut aspek

Hasil Uji Hipotesis 3, Terdapat faktor tingkat pendidikan petani, umur petani, lamanya bertani, kinerja penyuluh pertanian dan luas lahan yang mempengaruhi

Sedangkan faktor Umur, Tingkat Pendidikan Petani , Pengalaman Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, dan Tingkat Kosmopolitan tidak mempengaruhi keptusan

Nilai Konstanta sebesar 8,010 yang berarti bahwa jika variabel independen yaitu Pengalaman X1, Tingkat Pendidikan X2, Umur Petani X3, Luas Lahan X4 dan Jumlah Tanggungan X5 bernilai