• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisidapada Tanamankubis-Kubisan (Kasus : Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, KabupatenKaro) Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisidapada Tanamankubis-Kubisan (Kasus : Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, KabupatenKaro) Chapter III VI"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penentuan daerah penelitian adalah secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Guru Singa, Kecamatan Brastagi, Kabupaten Karo. Hal ini didasari karena lahan pertanian di Desa Gurusinga paling luas diantara desa-desa lainnya di Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo

Tabel 3.1 Luas Lahan Pertanian dan Non-Pertanian Desa/Kelurahan di Kecamatan Berastagi Tahun 2016

No. Desa/ Kelurahan

Lahan

Pertanian (Ha)

Lahan

Non-Pertanian (Ha)

Jumlah (Ha)

1. Gurusinga 441 159 600

2. Raya 368 132 500

3. Rumah Berastagi 258 92 350

4. Tl.Mulgap II 74 26 100

5 Gundaling II 148 52 200

6 Gundaling I 148 52 200

7 Tl.Mulgap I 74 26 100

8 Semapajaya 361 129 490

9 Doulu 316 34 350

10 Lau Gumba 118 42 160

Jumlah 2 206 744 3 050

Sumber : BPS Kecamatan Berastagi Dalam Angka, tahun 2017

(2)

Tabel 3.2 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Sayur-Sayuran di Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

No Jenis sayuran Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

1. Bawang daun 101 892 88,32

2. Buncis 53 401 90,75

3. Cabe besar 156 1 482 95

4. Cabe rawit 3 33 110

5. Kentang 154 2 228 144,68

6. Kubis bunga 155 2 229 143,82

7. Kubis 199 6 054 304,21

8. Labu siam 4 313 782,50

9. Lobak 30 820 273,20

10. Sawi 201 2 854 143

11. Terong 51 1 232 241,57

12. Tomat 155 4 260 274,83

13. Wortel 152 4 020 264,74

Sumber : BPS Kecamatan Berastagi Dalam Angka, tahun 2017

Berdasarkan Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa Kecamatan Berastagi Kabupaten Tanah Karo adalah penghasil beberapa jenis sayuran yaitu bawang daun, buncis, cabe, kentang, kubis bunga, kubis, labu siam, lobak, sawi, terong, tomat dan wortel. Sayur kubis merupakan produksi sayur terbesar, dan kubis bunga merupakan produksi kelima.

3.2 Metode Penetapan Sampel

(3)

kubis-kubisan yakni: kubis telur (kol), kubis bunga (kol bunga) dan brokoli yang berada di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan kuesioner dengan petani di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Tanah Karo. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo dan dari dinas terkait lainnya serta dari berbagai literatur yang mendukung kelengkapan data dalam penelitian ini.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk membuktikan hipotesis 1, Ada kinerja penyuluh pertanian tinggi dalam penyuluhan penggunaan pestisida menurut petani dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan menggunakan metode scoring dengan mengajukan beberapa pertanyaan bagaimana tugas pokok yang dilakukan penyuluh untuk dinilai petani. Hasil penilaian menghasilkan skor, maka kinerja penyuluh pertanian dilihat dari penjumlahan skor secara keseluruhan yaitu berada antara 6-18 apabila skor :

 6 – 12 : Kinerja Penyuluh Rendah

 13 – 18 : Kinerja Penyuluh Tinggi

(4)

Tabel 3.3 Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Penyuluhan Penggunaan

a.Sesuai dengan kebutuhan petani 3 b.Cukup sesuai dengan kebutuhan petani 2 c.Tidak sesuai dengan kebutuhan petani 1 2. Penyuluh penggunaan

a.Penyuluh sering menanyakan masalah kepada petani dan memberikan solusi

3 b.Penyuluh bertanya tetapi tidak

memberikan solusi

2 c.Penyuluh tidak pernah menanyakan

masalah kepada petani

c.Penyuluhan tidak pernah mengadakan pertemuan bagi saya pelatihan dari penyuluh lebih dari 75%

3

b.Saya mendapatkan informasi

penggunaan pestisida, pendidikan serta pelatihan dari penyuluh hanya 50%

2

c.Saya mendapatkan informasi

penggunaan pestisida, pendidikan serta pelatihan dari penyuluh dibawah 50%

1

6. Penyuluh menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan

a.Penyuluh selalu menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan

3

b.Penyuluh kadang-kadang menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan

2

c.Penyuluh jarang menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan

1

(5)

Untuk membuktikan hipotesis 2, Ada adopsi tinggi terhadap tata cara penggunaan pestisida pada tanaman kubis-kubisan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan menggunakan metode scoring berdasarkan parameter dalam kaidah penggunaan pestisida. Setiap parameter diberi skor 3 untuk mengikuti kaidah penggunaan sesuai anjuran, skor 2 untuk terkadang mengikuti kaidah penggunaan sesuai anjuran, skor 1 untuk tidak mengikuti kaidah penggunaan sesuai anjuran. Maka tingkat adopsi dilihat dari penjumlahan skor secara keseluruhan yaitu berada antara 10-30 apabila skor :

 10 – 19 : Tingkat Adopsi Rendah

 20 – 30 : Tingkat Adopsi Tinggi

Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat adopsi petani dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 3.3 Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisida Pada Tanaman Kubis-kubisan

No. Kaidah Penggunaan

Anjuran Penggunaan Parameter Skor

1. Tepat

(6)
(7)

 Tidak mencampur 2

Sumber : Analisis Data Primer

Untuk membuktikan hipotesis 3, Terdapat tingkat pendidikan petani, umur petani, lamanya bertani, kinerja penyuluh pertanian dan luas lahan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi tatacara penggunaan pestisida pada tanaman kubis-kubisan dianalisis dengan menggunakan analisis linier berganda yang dirumuskan sebagai berikut :

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + µi

Keterangan :

(8)

b1....b5 = Koefisien Regresi Untuk Masing-Masing Variabel X1 = Tingkat Pendidikan

X2 = Umur Petani X3 = Lamanya Bertani

X4 = Kinerja Penyuluh Pertanian X5 = Luas Lahan

µi = Koefisien Pengganggu (Firdaus, 2011)

Uji Asumsi Klasik 1) Uji Normalitas

Pengujian normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah terdistribusi secara normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji Kolmogorov Smirnov, dengan melihat nilai signifikansi.

Sig.KS > 0,05 = Data berdistribusi normal Sig.KS ≤ 0,05 = Data tidak berdistribusi normal

Uji Kolmogorov Smirnov digunakan untuk menguji null hipotesis suatu sampel atas suatu distribusi tertentu (Firdaus, 2011).

2) Heteroskedastisitas

(9)

Penelitian ini menggunakan uji Glejser sebagai penguji heterokedastisitas, dengan melihat nilai signifikansi.

Sig. > 0,05 = Homokedastisitas (tidak terjadi masalah heterokedastisitas) Sig. ≤ 0,05 = Heterokedastisitas

3) Uji Multikolinieritas

Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau independent variable, dimana akan diukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan/pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi (R). Dikatakan terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih besar dari 0,60 (pendapat lain : 0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60) (Sunyoto, 2011). Atau dapat dilihat dari kriteria nilai uji yang digunakan berikut ini, yaitu :

Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka model tidak mengalami multikolinieritas.

Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka model mengalami multikolinieritas.

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) 1) Koefisien Determinasi (R2)

(10)

Nilai koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0 < R2 < 1, dengan kriteria pengujiannya adalah R2 yang semakin tinggi (mendekati 1) menunjukkan model yang terbentuk mampu menjelaskan keragaman dari variabel terikat, demikian pula sebaliknya.

2) Uji F (Uji Pengaruh Variabel Secara Serempak)

Uji F adalah uji secara serempak (simultan) signifikansi pengaruh perubahan variabel independen terhadap variabel dependen. Artinya parameter X1, X2, X3, dan X4 hingga Xn bersamaan diuji apakah memiliki signifikansi atau tidak (Firdaus, 2011).

Kriteria pengujian:

Jika sig. F ≤ 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Jika sig. F > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap Y (adopsi tatacara penggunaan pestisida).

Jika H1 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara serempak berpengaruh nyata terhadap Y (adopsi tatacara penggunaan pestisida).

3) Uji t (Uji Pengaruh Variabel Secara Parsial)

Uji t adalah uji secara parsial pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi (α) yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5% (Firdaus, 2011).

Kriteria Pengujian:

(11)

Jika sig. t > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika H0 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap Y (adopsi tatacara penggunaan pestisida).

Jika H1 diterima artinya X1, X2, X3, X4 dan X5 secara parsial berpengaruh nyata terhadap Y (adopsi tatacara penggunaan pestisida).

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam menafsirkan penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut: 3.5.1 Definisi

1. Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi.

2. Usahatani kubis-kubisan ialah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam pembudidayaan tanaman sayuran kubis-kubisan dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan. Jenis tanaman sayuran kubis-kubisan dalam penelitian ini adalah kubis/ kol, kubis bunga/ kol bunga dan brokoli.

3. Adopsi dapat diartikan sebagai proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa: pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun keterampilan (psycho-motoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh oleh masyarakat sasarannya.

4. Tatacara penggunaan pestisida merupakan teknik yang disuluhkan kepada petani dalam tatacara dan kaidah penggunaan pestisida.

(12)

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi tatacara penggunaan pestisida merupakan kemungkinan alasan petani melakukan teknik penggunaan pestisida yang baik pada tanaman kubis-kubisan.

7. Pestisida pada penelitian ini ialah pestisida kimia/anorganik.

8. Kesesuaian penggunaan pestisida merupakan kaidah penggunaan pestisida yang baik sama dengan penggunaan pestisida oleh petani sayuran.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Daerah penelitian yaitu di Desa Gurusinga, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

2. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan usahatani sayuran kubis-kubisan yakni kubis/ kol, kubis bunga/ kol bunga dan brokoli.

(13)

BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

Kecamatan Berastagi merupakan salah satu dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karo. Jarak tempuhnya adalah 65 km ke kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Kecamatan Berastagi dengan luas 3.050 Ha, berada pada ketinggian rata-rata 1.375 m diatas permukaan laut dengan temperature antara 19 0C s/d 26 0C dengan kelembaban udara berkisar 79%, dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang b. Sebelah Selatan : Kecamatan Kabanjahe

c. Sebelah Barat : Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Merdeka d. Sebelah Timur : Kecamatan Tigapanah dan Kecamatan Dolat Raya

Topografi Kecamatan Berastagi datar sampai dengan berombak 65%, berombak sampai dengan berbukit 22%, berbukit sampai dengan bergunung 13% dengan tingkat kesuburan tanahnya sedang sampai dengan tinggi didukung lagi dengan curah hujan rata-rata 2.100 sampai dengan 3.200 mm pertahun.

(14)

terhadap penyuluhan penggunaan pestisida pada tanaman sayuran ini lokasinya berada di desa Gurusinga. Berikut ini deskripsi Desa Guru Singa.

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah

Desa Gurusinga merupakan desa di kecamatan Berastagi dengan luas wilayah 6 km2 dengan ketinggian 1300 m dari permukaan laut. Desa Gurusinga terletak 7 km dari kantor Kecamatan Brastagi.

Tabel 4.1 Luas Wilayah Desa Gurusinga Menurut Penggunaannya Tahun 2016

No Penggunaan Lahan Luas (Ha)

1 Bukan sawah 441

2 Bukan pertanian 159

Jumlah 600

Sumber : BPS, Karo Dalam Angka 2017

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa lahan di desa Gurusinga diperuntukkan menjadi lahan pertanian bukan sawah yaitu 441 Ha.

4.1.2 Keadaan penduduk

(15)

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2016

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 Petani 1810

2 Industri rumah Tangga 10

3 PNS / ABRI 35

4 Lainnya 760

Jumlah 2615

Sumber : BPS, Karo Dalam Angka 2017

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Gurusinga berprofesi sebagai petani.

4.1.3 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana di Desa Gurusinga saat ini dinilai telah cukup memadai. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang telah tersedia baik sarana pendidikan dan sarana sosial. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Gurusinga dapat dilihat pada Tabel berikut ini :

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana Umum di Desa Gurusinga Tahun 2016

No Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1 Kantor Kepala Desa 1

2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3

3 Mesjid 2

4 Gereja Protestan 2

5 Gereja Katolik 1

6 Puskesmas 1

7 Puskesmas Pembantu 1

8 Posyandu 2

Sumber: BPS, Karo Dalam Angka 2017

(16)

Sekolah Dasar Negeri, tetapi penduduk dapat melanjutkan pendidikannya ke sekolah lanjutan SMP dan SMA di Kecamatan Berastagi yang jaraknya dekat dengan desa ini.

4.2 Karakteristik Sampel Dalam Penelitian

Dalam penelitian ini responden merupakan petani kubis-kubisan (kubis telur/ kol, kubis bunga/ kol bunga, dan brokoli) yang berdomisili di Desa Gurusinga. Petani yang menjadi sampel dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Umur Responden

Umur merupakan faktor yang berkaitan dengan tingkat adopsi petani terhadap penyuluhan penggunaan pestisida dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Jumlah responden petani yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang dan jenis kelamin perempuan sebanyak 4 orang. Umur rata-rata petani kubis-kubisan adalah 44 tahun.

2. Pendidikan Terakhir Responden

(17)

3. Lamanya Bertani

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi daripada petani pemula, hal ini dikarenakan pangalaman lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan. Lamanya bertani merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap adopsi tatacara pengunnaan pestisida. Semakin tinggi tingkat lamanya bertani maka besar kemungkinan semakin baik pula penggunaan pestisida dalam usahataninya. Lamanya bertani rata-rata petani kubis-kubisan adalah 18 tahun.

4. Kinerja Penyuluh Pertanian

Kinerja penyuluh pertanian merupakan hasil kegiatan yang dilakukan penyuluh pertanian terhadap petani sehingga apa yang diharapkan petani bisa tercapai. Kinerja penyuluh yang dimaksud mengenai program yang dilakukan penyuluh dalam penggunaan pestisida. Kinerja penyuluh di daerah penelitian masih rendah dikarenakan petani lebih mengutamakan informasi penggunaan pestisida dari pengalaman sendiri, atau dari pengalaman dari sesama petani bahkan dari toko pertanian.

5. Luas Lahan

(18)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Penyuluhan Penggunaan Pestisida Menurut Petani

Hasil Uji Hiptesis 1, Ada kinerja penyuluh pertanian tinggi dalam penyuluhan penggunaan pestisida menurut petani di daerah penelitian dapat diketahui dengan mengajukan beberapa pertanyaan bagaimana tugas pokok yang dilakukan penyuluh untuk dinilai petani dan diberi skor. Kinerja penyuluh pertanian di daerah penelitian diukur melalui penilaian dari jawaban-jawaban

petani responden terhadap kuisioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang telah

disajikan pada tabel 3.3 sehingga range skor berada antara 6-18. Penilaian hasil skor adalah dianggap kinerja penyuluh pertanian tinggi jika berada pada skor

13-18 dan kinerja penyuluh pertanian rendah jika berada pada skor 6-12. Hasil pengolahan data terhadap distribusi jawaban responden dari lampiran 5 dapat dilihat pada Tabel 5.1 berikut ini.

Tabel 5.1 Distribusi Jawaban Petani Responden Mengenai Kinerja Penyuluh Pertanian

Tugas Pokok

Responden Yang Memilih Parameter

A B C

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

1 20 66,7% 7 23,3% 3 10 %

2 4 13,3% 10 33,3% 16 53,3%

3 5 16,7% 12 40 % 13 43,3%

4 0 0 % 8 26,7% 22 73,3%

5 0 0 % 12 40 % 18 60 %

6 4 13,3% 5 16,7% 21 70 %

(19)

Tabel 5.1 menunjukan ada 6 pernyataan tugas pokok penyuluh pertanian. Terdapat 30 petani responden dan terdistribusi pada 6 pertanyaan mengenai tugas pokok penyuluh pertanian. Tugas pokok pertama yaitu program penyuluhan penggunaan pestisida sesuai dengan kebutuhan petani, ada 20 petani responden menjawab sesuai kebutuhan petani dengan persentase 66,7%, ada 7 petani responden menjawab cukup sesuai kebutuhan petani dengan persentase 23,3% dan ada 3 petani responden menjawab tidak sesuai kebutuhan petani dengan persentase 10%.

Tugas pokok kedua yaitu penyuluhan penggunaan pestisida dilakukan ditempat yang tepat, ada 4 petani responden yang menjawab selalu dilakukan penyuluhan penggunaan pestisida dengan persentase 13.3%, ada 10 petani responden yang menjawab terkadang dilakukan penyuluhan penggunaan pestisida dengan persentase 33.3%, dan ada 16 petani responden yang menjawab tidak pernah dilakukan penyuluhan penggunaan pestisida dengan persentase 53.3%.

Tugas pokok ketiga yaitu penyuluh merekap/menanyakan masalah mengenai penggunaan pestisida dan mencari solusi (sikap proaktif), ada 5 petani responden yang menjawab penyuluh sering menanyakan masalah kepada petani dan memberikan solusi dengan persentase 16.7%, ada 12 petani responden yang menjawab penyuluh menanyakan masalah kepada petani tetapi tidak memberikan solusi dengan persentase 40%, dan ada 13 petani responden menjawab penyuluh tidak pernah menanyakan masalah kepada petani dengan persentase 43.3%.

(20)

responden yang menjawab lebih dari 10 kali pertemuan dengan persentase 26,7%, dan ada 22 petani responden yang menjawab penyuluh tidak pernah mengadakan pertemuan bagi petani dengan persentase 73,3%.

Tugas pokok kelima yaitu penyuluh memfasilitasi penggunaan pestisida, pemdidikan, serta pelatihan bagi petani, tidak ada petani responden yang menjawab informasi penggunaan pestisida, pendidikan serta pelatihan yang didapat petani dari penyuluh lebih dari 75%, ada 12 petani responden yang menjawab informasi penggunaan pestisida, pendidikan serta pelatihan yang didapat petani dari penyuluh hanya 50% dengan persentase 40% dan ada 18 petani responden yang menjawab informasi penggunaan pestisida, pendidikan serta pelatihan yang didapat petani dari penyuluh dibawah 50% dengan persentase 60%.

Tugas pokok keenam yaitu penyuluh menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan, ada 4 petani responden yang menjawab penyuluh selalu menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan dengan persentase 13.3%, ada 5 petani responden yang menjawab penyuluh terkadang menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan dengan persentase 16.7%, dan 21 petani responden yang menjawab penyuluh jarang menyediakan bahan bacaan, makanan dan minuman selama penyuluhan dengan persentase 70%.

(21)

diperoleh sebesar 10. Untuk itu kinerja penyuluh pertanian harus ditingkatkan dan perlu dilakukan usaha-usaha penyuluhan secara extra untuk mengurangi penggunaan pestisida yang kurang efisien yang berdampak negatif pada konsumen maupun petani kubis.

5.2 Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisida pada Tanaman Kubis-kubisan Hasil Uji Hipotesis 2, Ada adopsi tinggi terhadap tata cara penggunaan pestisida pada tanaman kubis-kubisan dapat diketahui melalui penilaian dari jawaban petani terhadap kuisioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang telah

disajikan pada Tabel 3.3 sehingga range skor berada antara 10-30. Penilaian hasil

skor adalah dianggap memilih tingkat adopsi tinggi jika berada pada skor 21-30

dan rendah jika berada pada skor 10-20. Hasil pengolahan data terhadap distribusi

jawaban petani responden dari lampiran 3 dapat dilihat pada Tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi Jawaban Petani Responden Mengenai Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisida

Anjuran Penggunaan

Responden Yang Memilih Parameter

A B C

Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen

1 18 60 % 12 40 % 0 0 %

2 4 13,3% 4 13,3% 22 73,3%

3 5 16,7% 3 10 % 22 73,3%

4 20 66,7% 10 33,3% 0 0 %

5 15 50 % 15 50 % 0 0 %

6 7 23,3% 19 63,3% 4 13,3%

7 12 40 % 8 26,7% 10 33,3%

8 4 13,3% 4 13,3% 22 73,3%

9 4 13,3% 6 20 % 20 66,7%

10 4 13,3% 2 6.7% 24 80 %

(22)

Tabel 5.2 menunjukan ada 10 pernyataan anjuran penggunaan pestisida. Setiap penilaian diberi skor 3 untuk menjawab parameter A, skor 2 untuk menjawab parameter B dan skor 1 untuk menjawab parameter C. Terdapat 30 petani responden dan terdistribusi pada 10 anjuran penggunaan pestisida.

Dari distribusi jawaban petani mengenai tatacara penggunaan pestisida pada Tabel diatas dapat dikatakan adopsi petani terhadap tatacara penggunaan pestisida adalah rendah. Berdasarkan hasil pengolahan data terdapat 8 responden (26.7%) dikategorikan tingkat adopsi tinggi. Hasil penilaian secara rata-rata diperoleh sebesar 18,9. Hipoteis yang menyatakan adopsi tinggi terhadap tata cara penggunaan pestisida pada tanaman kubis-kubisan di daerah penelitian tidak dapat diterima. Untuk itu perlu dilakukan usaha-usaha penyuluhan secara extra dalam mengurangi penggunaan pestisida berlebihan agar tidak terjadi dampak negatif pada konsumen maupun petani kubis tersebut.

5.3 Faktor Tingkat Pendidikan Petani, Umur Petani, Lamanya Bertani, Kinerja Penyuluh Pertanian dan Luas Lahan Mempengaruhi Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisida pada Tanaman Kubis-kubisan

(23)

5.3.1 Uji Asumsi Klasik (Ordinary Least Square) 1. Uji Normalitas

Tabel 5.3 Hasil Uji Kolmogrov Smirnov

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 2.72997499

Most Extreme Differences Absolute .180

Positive .180

Negative -.093

Kolmogorov-Smirnov Z .984

Asymp. Sig. (2-tailed) .288

Sumber : Diolah dari Lampiran 6

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa nilai Kolomogrov Smirnov adalah 0,98 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti distribusi sampel tidak berbeda nyata dengan distribusi normal atau sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil Uji Normalitas, baik dengan menggunakan metode

(24)

2. Uji Heteroskedastisitas

Tabel 5.4 Hasil Uji t-Statistik Unstandardized Residual Analisis Regresi Linier Berganda

Sumber : Diolah dari Lampiran 6

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa tingkat signifikansi seluruh variabel bebas lebih besar dari α (> 0,05). Signifikansi variabel Tingkat Pendidikan 0,979 > α

(0,05), Umur 0,862 > α (0,05), Lamanya Bekerja 0,606 > α (0,05), Kinerja Penyuluh 0,927 > α (0,05), dan Luas Lahan 0,433 > α (0,05) Hal ini menunjukkan

bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi atau model regresi merupakan homokedastisitas.

3. Uji Multikolinieritas

Tabel 5.5 Hasil Uji Multikolinieritas

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)

Tingkat Pendidikan 0, 545 1,836

Umur 0,278 3,603

Lamanya Bekerja 0,212 4,719

Kinerja Penyuluh

(25)

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai tolerance > 0,1 dan VIF < 10. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier pada penelitian ini bebas dari gejala multikolinieritas.

Setelah dilakukan uji asumsi klasik yang diketahui bahwa data tidak menyimpang dari asumsi, data berdistribusi normal, data homogen dan datas bebas dari gejala multikolinieritas. Maka dilakukan uji kesesuaian model dengan menggunakan analisis regresi linier berganda.

5.3.2 Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit) 1. Persamaan Model Regresi

Tabel 5.6 Hasil Analisis Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisida

Sumber : Diolah dari Lampiran 6

Setelah diuji dengan menggunakan SPSS diketahui bahwa pengaruh variabel bebas (tingkat pendidikan, umur, lamanya bertani, kinerja penyuluh pertanian, dan luas lahan) terhadap variabel terikat (adopsi petani) dapat diliat pada Tabel 5.6 yang merupakan hasil analisis regresi linier berganda untuk mengetahui persamaan pada model regersi. Berdasarkan tabel di atas maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

(26)

a. Pengaruh Faktor Tingkat Pendidikan Terhadap Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisida.

Pada Tabel 5.6 diketahui bahwa tingkat pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap skor karena dalam penelitian ini diduga bahwa lamanya pendidikan yang diterima oleh petani memiliki pengaruh dengan adopsi petani, dengan asumsi bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka semakin tinggi juga adopsinya.

Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa tingkat adopsi rendah menyebabkan keberhasilan dalam penerapan (adopsi) teknologi rendah/lambat, karena pada umumnya inovasi teknologi membutuhkan sumber daya manusia yang mampu menerapkannya melalui pendidikan tinggi yang mendatangkan perubahan (Melpa L. Simamora, 2012). Pada umumnya petani di desa Gurusinga yang mempunyai pendidikan lebih tinggi sudah termotivasi untuk menerapkan tatacara penggunaan pestisida yang baik pada tanaman kubis-kubisan dengan tujuan untuk mengurangi dampak negatif pada penggunaan pestisida secara berlebihan. Sedangkan petani yang pendidikannya rendah menerapkan penggunaan pestisida sesuai anjuran dari toko pertanian ataupun dari kebiasaan dalam berusaha tani.

b. Pengaruh Faktor Umur Terhadap Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisida.

(27)

Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa petani yang berusia tua belum tentu lebih cepat dalam mengadopsi teknologi anjuran budidaya salak (Melpa L. Simamora, 2012). Itulah sebabnya umur petani di desa gurusinga secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap tatacara penggunaan pestisida yang baik, tetapi umur juga bisa mempengaruhi tingkat adopsi dikarenakan semakin tua umur petani maka semakin baik adopsi petani terhadap tatacara penggunaan pestisida yang baik.

c. Pengaruh Faktor Lamanya Bertani Terhadap Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisida.

Pada Tabel 5.6 diketahui bahwa lamanya bertani berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap skor karena dalam penelitian ini diduga bahwa semakin lama petani dalam melakukan usahataninya akan semakin lebih mudah petani dalam menerapkan inovasi daripada petani pemula.

(28)

d. Pengaruh Faktor Kinerja Penyuluh Pertanian Terhadap Adopsi Tatacara Penyuluhan Penggunaan Pestisida.

Pada Tabel 5.6 diketahui bahwa kinerja penyuluh pertanian berpengaruh positif dan signifikan terhadap skor karena dalam penelitian ini diduga bahwa semakin baik penyuluh dalam melaksanakan tugas-tugas penyuluhan. Menurut Hawkins dan Van den Ban (2005), Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Dengan demikian penyuluhan pertanian harus dapat menciptakan keterkaitan antara petani, penelitian dan sumbersumber informasi lainnya. Hal ini memungkinkan agen penyuluhan mendorong minat belajar di kalangan petani dengan cara meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mengambil keputusan sekaligus melakukan perubahan perilaku dari tindakan-tindakannya. Berbeda dengan petani di desa Gurusinga, informasi yang mereka dapat lebih banyak dari pengetahun dari kebiasaan lama petani ataupun sesama petani lainnya, maupun dari toko pertanian. Itu sebabnya perlu dilakukan kegiatan-kegiatan penyuluhan secara intensif untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan pestisida yang berlebihan.

e. Pengaruh Faktor Luas Lahan Terhadap Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisida.

Pada Tabel 5.6 diketahui bahwa luas lahan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap skor karena dalam penelitian ini diduga bahwa semakin besar luas lahan maka lebih mudah untuk menerima inovasi baru karena keefisienan penggunaan sarana produksi dibandingkan petani yang mempunyai lahan sempit.

(29)

salak. Hal ini disebabkan semakin luas lahan maka semakin banyak tanaman salak yang membutuhkan perawatan, sedangkan petani hanya mengharapkan tingginya produksi dengan berpedoman pada budaya turun temurun walaupun tanpa menerapkan teknologi budidaya anjuran (Melpa L. Simamora, 2012). Luas lahan rata-rata petani tanaman sayuran di desa Gurusinga cukup luas yaitu 0,368 ha atau ± 9 rante, tetapi tidak mempedulikan anjuran penyemprotan yang baik dikarenakan lahan yang cukup luas dan juga berbukit serta petani melakukan penyemprotan dengan cepat tanpa mempedulikan arah angin. Oleh sebab itu luas lahan tidak berpengaruh nyata dengan tatacara penggunaan pestisida yang baik dan juga semakin besar luas lahan maka semakin rendah adopsi petani terhadap tatacara penggunaan pestisida yang baik.

2. Hasil Koefisien Determinasi (R2)

Tabel 5.7 Hasil Koefisien Determinasi (R Square)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 ,901 ,811 ,772 1,56953

Sumber : Diolah dari Lampiran 6

(30)

3. Hasil Uji Serempak (Uji Statistik F) Tabel 5.8 Hasil Anova (Uji Statistik F)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 253,577 5 50,715 20,587 ,000

Residual 59,123 24 2,463

Total 312,700 29

Sumber : Diolah dari Lampiran 6

Berdasarkan Tabel 5.8 didapat signifikansi F adalah sebesar 0,000 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas (tingkat pendidikan, umur, lamanya bekerja, kinerja penyuluh, dan luas lahan) secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (adopsi petani).

4. Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t)

Tabel 5.9 Hasil Hasil Uji Parsial (Uji Statistik t)

Model

Sumber : Diolah dari Lampiran 6

Tabel 5.9 menunjukkan hasil estimasi bahwa nilai signifikansi t tingkat pendidikan (X1) adalah sebesar 0,000 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap adopsi petani.

(31)

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lamanya bertani (X3) adalah sebesar 0,783 ( > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti variabel bebas lamanya bertani tidak berpengaruh nyata terhadap adopsi petani.

Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai signifikansi t kinerja penyuluh (X4) adalah sebesar 0,020 (≤ 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti variabel bebas kinerja penyuluh berpengaruh nyata terhadap adopsi petani.

(32)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Ada kinerja penyuluh pertanian rendah dalam penyuluhan penggunaan pestisida menurut petani di daerah penelitian

2. Ada adopsi rendah terhadap tatacara penggunaan pestisida pada tanaman kubis-kubisan di daerah penelitian.

3. Terdapat faktor umur, lamanya bertani, dan luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap adopsi tatacara penggunaan pestisida. Akan tetapi terdapat faktor tingkat pendidikan dan kinerja penyuluhan pertanian berpengaruh nyata terhadap adopsi tatacara penggunaan pestisida.

6.2 Saran

1. Kepada Petani

Petani diharapkan dapat menggunakan pestisida dengan mengikuti aturan standar atau lima kaidah tepat (sasaran, jenis, dosis/konsentrasi, waktu, dan metode). Selain itu petani diharapkan juga dapat menerapkan penggunaan pestisida alami untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia secara berlebihan

2. Kepada Pemerintah

(33)

pengembangan Sekolah Lapang PHT bagi petani untuk mengurangi dampak negatif dari penggunaan pestisida secara berlebihan.

3. Kepada Peneliti Selanjutnya

Gambar

Tabel 3.1 Luas Lahan Pertanian dan Non-Pertanian Desa/Kelurahan di Kecamatan Berastagi Tahun 2016
Tabel 3.2 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Sayur-Sayuran di
Tabel 3.3 Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Penyuluhan Penggunaan
Tabel 3.3 Adopsi Tatacara Penggunaan Pestisida Pada Tanaman Kubis-kubisan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apakah serangga ialah binatang yang amat kecil, mempunyai sayap, bukan dari jenis burung, dan kadang tidak bersayap.. Sesungguhnya perkataan ini

Hasil penelitian yang telah dilakukan di Puskesmas Jagir Surabaya menunjukkan bahwa responden yang tidak mendapatkan dukungan keluarga melakukan pengendalian kadar

Piagam dan DUHAM PBB merupakan salah satu sumber awal bagi lahirnya hukum internasional HAM seperti, Konvensi Pencegahan dan Penghukuman Genosida 1984,

Injeksi adalah sediaan berupa larutan, emulsi, suspensi, atau sebruk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, suntikan

Dalam kilasan itu kulihat bahwa dukun tersebut memiliki rupa yang sama seperti makhluk halus yang menyerupai pengawas perpustakaan.. Kemudian kilasan masa lalu

Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia tanpa membedekan dalam bentuk apapun seperti

Uji Adaptasi Klon Karet IRR Seri 100 Pada Agroklimat Kering di Kebun Sungei Baleh Kabupaten Asahan Sumatera Utara ( Adaptation Test of IRR 100 Series Rubber Clones at

[r]