• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA MURI DAN MASAKA PADA MAHASISWA SEMESTER 7 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA MURI DAN MASAKA PADA MAHASISWA SEMESTER 7 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN KATA MURI DAN

MASAKA PADA MAHASISWA SEMESTER 7 UNIVERSITAS

BINA NUSANTARA

Shierley Amelianna Timur Sri Astami S.S. M,Pd

Universitas Bina Nusantara. Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45. Kemanggisan / Palmerah, Jakarta Barat 11480. (+621) 532 7630, harada_one@yahoo.com

Abstract

This research was begins by the writer’s experiences when having troubles to choose a right vocabulary for some sentencein the situation. The purpose of this research is to find out the muri and a masaka’s misapplication. The method is using a quantitative and qualitative method. The data extracted by a test. And then, the data was analized by the factor and the kind of mistakes. Total percentage of the wrong answer by respondents is 26,5 %. The masaka’s mistakes is more than the muri’s mistakes. It was happened because the respondents are not really know about the meaning of masaka and how to using a masaka.

Keywords: Error, Muri, Masaka

Abstrak

Penelitian ini berawal dari pengalaman pribadi penulis saat merasa kesulitan dalam memilih kata yang tepat untuk situasi kalimat tertentu.. Tujuannya untuk mengetahui penyebab kesalahan penggunaan kata muri dan masaka. Metode penelitian yang telah dilakukan adalah kuantitatif-kualitatif. Pengumpulan data menggunakan angket atau penyebaran soal tes. Kemudian, data dianalisis berdasarkan faktor penyebab terjadinya kesalahan dan jenis kesalahan yang dilakukan responden. Prosentase total kesalahan yang dilakukan responden terhadap instrument tes yang dibagikan pada penelitian iniadalah sebesar 26,5%. Jumlah kesalahan yang muncul pada soal dengan jawaban benar masaka lebih banyak daripada kesalahan pada soal dengan jawaban benar muri. Hal itu terjadi karena responden belum terlalu paham tentang makna dan penggunaan kata masaka.

(2)

ii

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan salah satu sarana komunikasi yang penting. Keraf dalam Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer.

Hal yang berkaitan dengan penguasaan bahasa menurut Verhaar (2004:7), menguasai bahasa dalam arti dapat memakai secara lancar, tidak sama dengan apabila mampu menerangkan kaidah-kaidahnya, belajar suatu bahasa tidak sama dengan belajar tentang bahasa tersebut. Dengan demikian, mengerti arti dari suatu bahasa tidak cukup, namun juga diperlukan pemahaman lebih detail untuk menerangkan pengertian dari bahasa tersebut. Hal itulah yang terkadang membuat seseorang salah dalam menggunakan bahasa yang tepat dalam situasi tertentu.

Setiap Negara memiliki bahasa yang berbeda-beda. Selain bahasa Ibu (bahasa dari Negara asal), banyak orang yang ingin mempelajari bahasa asing. Namun pemelajar bahasa asing terkadang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran bahasa tersebut, mulai dari pemahaman akan tata bahasa, arti kata, pengucapan, hingga penulisannya.

Dalam suatu bahasa, terdapat macam-macam kata yang memiliki arti yang sama. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (yang akan disingkat dengan KBBI), kata tersebut disebut dengan istilah sinonim, yaitu bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama. Menurut Purwadi (2000: 3), terkadang kemiripan makna pada suatu kata membuat pemelajar bahasa asing mengalami kesulitan dalam menggunakan kata yang tepat dalam suatu kalimat atau percakapan. Hal tersebut dapat terjadi karena pemelajar bahasa tersebut belum menguasai, belum tahu, dan belum memahami kaidah bahasa yang digunakannya.

Pemilihan kata dalam suatu kalimat merupakan proses pembentukan kalimat atau kata-kata yang kita susun dalam sebuah wacana, supaya dapat kita gunakan untuk menyampaikan pesan kepada lawan bicara. Pemilihan kata dilakukan supaya pesan yang kita sampaikan itu dapat diterima dengan baik dan sesuai dengan konsep yang kita inginkan. Oleh karena itu, ada berbagai makna dan kata-kata yang perlu untuk dipilih untuk menyusun sebuah kalimat yang baik, efektif, tidak rancu dan sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (Chaer, 2006 : 382).

Pada penelitian kali ini, penulis akan meneliti kata muri dan masaka. Kata-kata tersebut memiliki arti harafiah yang sama, yaitu mustahil (atau kata yang maknanya menyatakan suatu ketidakmungkinan). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Jepang (yang akan disingkat dengan KBBJ) karangan Kenji Matsura, muri memliki arti sebagai berikut: (1) paksaan, (2) tak masuk akal, (3) tidak mungkin, (4) berat. Sedangkan masaka memilki arti: masa; masakan. Adanya kesalahan yang kerap kali ditimbulkan ketika menggunakan kata muri dan masaka, menyebabkan pembelajar bahasa Jepang mengalami kebingungan dalam menentukan pemakaian kedua kata tersebut.

Berdasarkan pengalaman penulis yang menemui kesulitan dan keraguan untuk menggunakan kata muri atau masaka yang tepat pada sebuah kalimat atau percakapan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang penyebab dan jenis kesalahan pembelajaran bahasa Jepang pada penggunaan kata muri dan masaka.

Menurut Ellis (dalam Tarigan 1990: 68), analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja, yang biasanya digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, yang meliputi pengumpulan sampel, pengidentifikasian, pengaklasifikasian kesalahan dalam sampel, penjelasan tentang kesalahan, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilai antara keseriusan kesalahan itu.

Sehubungan dengan hal tersebut penelitian ini mengacu pada kesalahan dalam penggunaan kata muri dan masaka. Kata muri dan masaka merupakan contoh adverbia

(3)

iii

yang memiliki arti kata mustahil. Namun penggunaan kata tersebut tidak sama satu dengan yang lainnya. Penggunaan tersebut dapat dibedakan dari situasi tutur, penutur dan rekan tuturnya serta, makna yang terkandung dalam suatu kalimat.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen tes pada responden, yaitu pada mahasiswa-mahasiswi universitas Bina Nusantara, jurusan sastra Jepang, semester 7, berupa masing-masing 5 soal muri dan 5 masaka.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui penyebab terjadinya kesalahan berbahasa yang dilakukan pemelajar bahasa Jepang dalam penggunaan kata

muri dan masaka yang secara umum memiliki arti yang sama.

Manfaat penelitian ini secara umum adalah untuk memberikan sumbangsih bagi perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan. Serta agar para pemelajar bahasa Jepang dapat lebih mudah untuk membedakan fungsi dan penggunaan muri dan masaka, sehingga tidak terjadi lagi kesalahpahaman dalam penggunaan kedua kata tersebut di waktu mendatang.

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan penelitian ini bersifat kuantitatif-kualitatif, Metode pengumpulan data menggunakan soal tes. Instrumen tes tersebut berjumlah 10 soal, mencakup 5 soal muri dan 5 soal masaka, terhadap 40 responden mahasiswa sastra jepang semester 7, Universitas Bina Nusantara, tahun ajaran 2014/2015. Pelaksanaan tes dilakukan dengan durasi 10 menit. Kemudian, data dianalisis berdasarkan faktor penyebab terjadinya kesalahan dan jenis kesalahan yang dilakukan responden.

HASIL DAN BAHASAN

Data yang telah diperoleh pada penelitian ini adalah dari hasil penyebaran instrumen penelitian kepada responden penelitian, yaitu mahasiswa semester 7 jurusan Sastra Jepang, Universitas Bina Nusantara, tahun ajaran 2014/2015, dengan jumlah responden sebanyak 40 mahasiswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes atau soal mengenai penggunaan kata muri dan masaka. Penyebaran instrumen tes dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 18 Desember 2014, dengan alokasi durasi pengerjaan tes selama kurang lebih 10 menit. Instrumen tes terdiri dari 10 soal isian. Berikut adalah analisisnya

4.1.Analisis soal no. 1

Soal:

山本さんの体がとても太い。15分で30キロメートルを走ることは__________。 Analisis Data:

Jawaban yang tepat adalah muri. Total kesalahan responden 7,5%. Jumlah responden yang menjawab muri 37 orang, jumlah responden yang menjawab masaka 3 orang.

Kata yang tepat untuk soal no 1 adalah 無理 yang mengandung makna tidak masuk akal. pada bagian depan kalimat telah dijelaskan bahwa faktanya badan Yamamoto sangat gendut, sehingga akan timbul perkiraan bahwa Yamamoto tidak mungkin bisa berlari 30 kilo meter dalam kurun waktu 15 menit. Dengan demikian,

(4)

iv

jawaban yang tepat untuk soal di atas sesuai dengan pendapat Mizutani (1993), yang menjelaskan pengertian muri adalah “that’s rather difficult” atau dapat juga diartikan dengan “it is a little unreasonable”, yang berarti “itu agak sulit” atau ”tidak masuk di akal”. Kata muri dalam soal ini merupakan kata adverbial yang berfungsi untuk menerangkan doushi atau kata kerja (verba). Kata yang diterangkan adalah kata “berlari” atau「走る」. Sehingga dalam soal ini, adverbial muri menerangkan kata “berlari” yang dianggap mustahil karena adanya ketidakpercayaan bila orang yang berbadan sangat gemuk dapat berlari 30 kilo meter dalam waktu 15 menit.

Pada soal nomor 1, jawaban yang harus diisi berada di akhir kalimat. Kata

masaka tidak bisa ditempatkan di akhir kalimat. Selain itu, ada partikelは yang tertera

sebelum jawaban yang harus diisi. Kata masaka tidak bisa digunakan setelah partikel dalam sebuah kalimat. Penulis meneliti jenis kesalahan yang terdapat pada soal no. 1 termasuk dalam jenis kesalahan tata bahasa, yakni responden salah dalam memilih kata yang sesuai dengan makna dan pola kalimat yang tertera pada soal. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Meiji Shoin (1997:4-6), bahwa salah satu jenis kesalahan berbahasa yang ada adalah kesalahan pada tata bahasa atau 文法の誤り.

Berdasarkan alasannya, kesalahan yang dilakukan responden adalah karena pengaruh dari masalah bahasa Jepang yang telah dipelajari sejauh ini dan kurangnya pemahaman akan makna kata muri dan masaka. Bila dikaitkan dengan kesalahan berbahasa menurut Meiji Shoin (1997: 10-11), faktor penyebab terjadinya kesalahan berbahasa tersebut adalah sesuai dengan butir-butir yang telah dijabarkan, yaituそれまで に習った日本語の事項の影響 (pengaruh dari masalah bahasa Jepang yang telah dipelajari sejauh ini) dan不十分な理解 (kurangnya pemahaman).

4.2. Analisis Soal no. 2

Soal: アニ :お久しぶりリアちゃん。細ほそくなったね、リアちゃんは。 リア :お久しぶり!うん、私はダイエットをしている。毎朝、ジョギングし ているよ。それに、たくさん野菜を食べているし、水を飲んでいるし、それで体 が元気になる。今まで、もう25キロを落おとした。 アニ :そうか。25キロを落とすのに何月間かかりましたか。。 リア :一ヶ月だけだよ。 アニ :ええ??うそ!それは__________だろう! Analisis Data:

Jawaban yang tepat adalah muri. Total kesalahan responden 30%. Jumlah responden yang menjawab muri 28 orang, jumlah responden yang menjawab masaka 12 orang.

Kata yang paling tepat pada dialog di atas adalah無理 yang mengandung makna tidak mungkin atau tidak masuk akal. Hal itu dikarenakan menurut Ani, turun 25 kilo dalam 1 bulan hanya dengan diet seperti itu tidak masuk di akal. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mizutani (1993) tentang kata muri, yaitu “that’s rather difficult” atau dapat juga diartikan dengan “it is a little unreasonable”, yang berarti “itu agak sulit” atau ”tidak masuk di akal”. Kata muri dalam soal ini merupakan kata adverbia yang berfungsi untuk menerangkan adverbia (fukushi) lain. Dalam hal ini adalah kata tunjuk. Kata yang diterangkan adalah kata “hal itu” atau「それは」. Sehingga dalam soal tersebut, adverbial muri berfungsi untuk menerangkan kata “hal itu” yang dianggap mustahil oleh penutur.

Jawaban pada soal tersebut diikuti dengan kata darou, sedangkan kata masaka bukan kata yang bisa diikuti dengan kata darou. Kesalahan tersebut termasuk dalam jenis

(5)

v

kesalahan tata bahasa, yakni responden salah dalam memilih kata yang sesuai dengan makna dan pola kalimat yang tertera pada soal.. Hal tersebut dijelaskan oleh Meiji Shoin (1997:4-6), bahwa salah satu jenis kesalahan berbahasa yang ada adalah kesalahan pada tata bahasa atau 文法の誤り.

Kesalahan yang dilakukan responden dalam menjawab soal tersebut adalah karena ada pengaruh dari masalah bahasa Jepang yang telah dipelajari sejauh ini, kurangnya pemahaman akan makna kata muri dan masaka, serta sebagian dari mereka merasa kurangnya penjelasan tentang makna kata muri dan masaka. Bila dikaitkan dengan kesalahan berbahasa menurut Meiji Shoin (1997: 10-11), faktor penyebab terjadinya kesalahan berbahasa tersebut adalah sesuai dengan butir-butir yang telah dijabarkan, yaitu それまでに習った日本語の事項の影響 (pengaruh dari masalah bahasa Jepang yang telah dipelajari sejauh ini), 不十分な理解 (kurangnya pemahaman) dan不十分な説明 (kurangnya penjelasan).

4.3. Analisis Soal no. 3

Soal: 今日は田中さんの最後の仕事の日。国へ帰るからです。田中さんの友達たちは 秘密ひ み つの送別会そうべつかいを作ります。楽しいパーティの準備じゅんびができました。事務所じ む し ょに入っ た と き 、 田 中 さ ん の 好 き な 歌 手 が 事務所じ む し ょに い ま し た 。 彼 は 驚おどろい て 、 「__________」と言いいました。 Analisis Data:

Jawaban yang tepat adalah masaka. Total kesalahan responden 62,5%. Jumlah responden yang menjawab muri 25 orang, jumlah responden yang menjawab masaka 15 orang.

Kata yang tepat untuk jawaban di atas adalah “まさか” yang mengandung makna “tidak percaya”. Tanaka tidak percaya bahwa telah hadir penyanyi favoritnya di dalam ruang meeting. Ia merasa sepertinya hal itu tidak nyata, namun ternyata terjadi. Dengan demikian, jawaban yang tepat untuk soal di atas sesuai dengan pendapat Makino dan Michio (1995), bahwa masaka digunakan untuk menyatakan keyakinan yang kuat oleh pembicara bahwa tindakan atau pernyataan tersebut tidak diduga akan terjadi. Kata

masaka dalam soal ini merupakan kata adverbial yang berfungsi untuk menerangkan

verba (doushi), dalam hal ini adalah kata tunjuk. Kata yang diterangkan adalah kata “terkejut” atau「驚いて」. Kalimat ini menjelaskan bahwa hal yang terjadi situasi dalam soal, bahwa ada penyanyi favorit Tanaka di dalam ruang meeting itu adalah hal yang tidak pernah diduga oleh Tanaka sebelumnya,namun terjadi. Ada perasaan terkejut, kaget dan sama sekali tidak menyangka yang dirasakan oleh Tanaka bahwa hal itu dapat terjadi. Sehingga pada soal tersebut, adverbial masaka berfungsi untuk menegaskan keterkejutan yang dialami Tanaka.

Kesalahan tersebut termasuk dalam jenis kesalahan kosa kata, yakni responden salah dalam memilih kata yang sesuai dengan situasi kalimat yang tertera pada soal. Hal tersebut dijelaskan oleh Meiji Shoin (1997:4-6) bahwa salah satu jenis kesalahan berbahasa yang ada adalah kesalahan pada kesalahan kosa kata ( 語彙の誤り).

Kesalahan yang dilakukan responden adalah karena adanya pengaruh dari masalah bahasa Jepang yang telah dipelajari sejauh ini, kurangnya pemahaman akan makna kata muri dan masaka serta kurangnya penjelasan tentang makna kata muri dan

masaka. Bila dikaitkan dengan kesalahan berbahasa menurut Meiji Shoin (1997: 10-11), faktor penyebab terjadinya kesalahan berbahasa tersebut adalah sesuai dengan butir-butir yang telah dijabarkan, yaitu それまでに習った日本語の事項の影響 (pengaruh dari

(6)

vi

masalah bahasa Jepang yang telah dipelajari sejauh ini), 不十分な理解 (kurangnya pemahaman) dan不十分な説明 (kurangnya penjelasan).

4.4. Analisis Soal no. 8

Soal:

山田さんと川崎さんは結婚けっこんしているよね。でも、最近、川崎さんは家族の家に

住んでいる。__________もう離婚り こ んしましたか? Analisis Data:

Jawaban yang tepat adalah masaka. Total kesalahan responden 2,5%. Jumlah responden yang menjawab muri 1 orang, jumlah responden yang menjawab masaka 39 orang.

Kata yang tepat untuk melengkapi soal tersebut adalah まさか, atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan “masa sih”. Hal yang penutur ketahui adalah Yamada dan Kawasaki sudah menikah. Namun belakangan ia mengetahui bahwa Kawasaki sudah tidak tinggal bersama Yamada, melainkan tinggal di rumah keluarganya. Hal itu menjadi pertanyaan bagi penutur, “apakah mereka sudah bercerai?”. Namun itu hanya dugaan saja dan kenyataannya penutur tidak tahu yang sebenarnya. Berdasarkan fakta bahwa Kawasaki tinggal di rumah keluargamya, membuat penutur merasa yakin bahwa mereka sudah bercerai. Dengan demikian, jawaban yang tepat untuk soal di atas sesuai dengan pendapat Makino dan Michio (1995), bahwa masaka digunakan untuk menyatakan keyakinan yang kuat oleh pembicara bahwa tindakan atau pernyataan tersebut tidak diduga akan terjadi. Kata masaka dalam soal ini merupakan kata adverbia yang berfungsi untuk menerangkan verba (dooshi). Kata yang diterangkan adalah kata “sudah bercerai?”

atau「もう離婚

り こ ん

しました」. Kalimat ini menjelaskan bahwa penutur mempertanyakan dugaan yang kuat bahwa Yamada dan Kawasaki sudah bercerai. Sehingga dalam soal tersebut, adverbial masaka berfungsi untuk mempertanyakan dugaan penutur akan perceraian Kawasaki dan Yamada.

Kesalahan tersebut termasuk dalam jenis kesalahan kosa kata, yakni responden salah dalam memilih kata yang sesuai dengan situasi kalimat yang tertera pada soal. Hal tersebut dijelaskan oleh Meiji Shoin (1997:4-6), bahwa salah satu jenis kesalahan berbahasa yang ada adalah kesalahan pada kesalahan kosa kata ( 語彙の誤り).

Kesalahan yang dilakukan responden dalam menjawab soal tersebut adalah karena kurangnya pemahaman akan makna kata muri dan masaka. Responden yang salah dalam menjawab soal ini karena kurang memahami akan makna kata muri dan masaka, sehingga pada soal nomor 8, jawaban yang harus diisi dengan kata masaka akhirnya diisi dengan kata muri. Bila dikaitkan dengan kesalahan berbahasa menurut Meiji Shoin (1997: 10-11), faktor penyebab terjadinya kesalahan berbahasa tersebut adalah sesuai dengan butir-butir yang telah dijabarkan, yaitu 不十分な理解 (kurangnya pemahaman).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang kesalahan penggunaan kata

muri dan masaka terhadap 40 responden dari mahasiswa jurusan sastra Jepang, semester

7, Universitas Bina Nusantara, tahun ajaran 2014/2015, penulis mendapatkan hasil bahwa kesalahan yang paling banyak dilakukan responden adalah kesalahan pada soal masaka. Prpsentase kesalahan pada soal masaka adalah sebesar 38%. Sedangkan pada soal muri adalah sebesar 15%.

(7)

vii

Kesalahan yang terjadi termasuk dalam kesalahan gramatikal, yakni responden salah memahami fungsi kalimat soal sehingga makna dalam kalimat pun menjadi salah. Ditemukan kesalahan pada tata bahasa dalam kalimat yang menggunakan kata muri. (文 法 の 誤 り ). Faktor yang mempengaruhi adalah masalah bahasa Jepang yang telah dipelajari selama ini (それまでに習った日本語の事項の影響), kurangnya pemahaman (不十分な理), dan kurangnya penjelasan (不十分な説明). Sedangkan kesalahan pada soal masaka termasuk dalam jenis kesalahan kosa kata (語彙の誤り). Karena kurangnya pemahaman (不十分な理), dan kurangnya penjelasan (不十分な説明).

REFERENSI

Aitchison, Jean. (2000) Language Change: Progress or Decay, Cambridge University Press.

Chaer, Abdul. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Giyatmi. (2013). ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN JOOTAI NO FUKUSHI

DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG. Jurnal of Japanese Learning and Teaching, Vol 2,

No 1, diakses Oktober 2015 dari http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/chie

Hida, Y., Asada, H. (1994). Gendai Fukushi YouHou Jiten The adverb use dictionary. Tokyo: Tokyodou Publishing

Matsuoka, Takashi dan Takubo Yukinori. 1993. Kiso Nihongo Bunpou. Tokyo: Kuroshio Shuppan

Matsuura, K. (2005), Kamus Jepang-Indonesia Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mizutani, Osamu. (1993). Nihongo Notes 2 Expressing Oneself in Japanese. Japan: The Japan

Times.

Pateda, Mansoer. (2001). Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta, cet. I.

Parera, J. D. (1990). Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Purwadi. (2000). Analisis Kesalahan Berbahasa. Surabaya: Universitas Sebelas Maret.

Situmorang, Hamzon. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan : USU Press

Sudjianto. (1996). Gramatika Bahasa Jepang. Jakarta: Kesaint Blanc.

Sudjianto, Dahidi, A. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc.

Sutedi, Dedi (2003). Dasar- dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora Utama Press

(8)

viii

牧野成一 · 筒井道雄 (1995)『日本語基本文法辞典』The Japan Times 明治書院編 (1997) 『日本語誤用分析』明治書院

RIWAYAT HIDUP

Shierley Amelianna, lahir di kota Cirebon pada tanggal 23 April 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 dalam bidang Sastra Jepang pada tahun 2015, di Universitas Bina Nusantara.

Referensi

Dokumen terkait

Tim Penguji Tugas Akhir adalah tim dosen yang bertugas dan bertanggungjawab menguji mahasiswa peserta Sidang Tugas Akhir yang ditentukan oleh Koordinator Tugas

Pada Agustus 2017, sebanyak 329 ribu orang (21,37 persen) bekerja dengan jumlah jam kerja kurang dari 35 jam per minggu, sedangkan penduduk bekerja dengan jumlah jam kerja 35 jam

1. Ahmad Taqwa, M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri Sriwijaya. Bapak Yudi Wijanarko S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Sriwijaya. Herman

Stator merupakan bagian dari motor yang tidak bergerak (stasioner/statis). Stator berupa kumparan yang dialiri dengan arus bolak- balik untuk menghasilkan medan magnet

Dengan terlaksananya proses konseling di sekolah dengan optimal, maka diharapkan dapat memenuhi fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling, dimana tujuannya adalah

bahasa yang baik agar dalam proses pembelajaran terjadi komunikasi yang interaktif antara guru dan siswa.. Namun dalam prakteknya sering terjadi kesalahan dalam memahami

boleh berkurang dengan yang tersebut di dalam gambar

Secara garis besar kegiatan sosialisasi yang dilakukan secara terpadu oleh Tim Ditjen Dikti dan Ditjen PMPTK diawali dengan penyusunan pedoman program sertifikasi, sosialisasi