• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADDENDUM RKS PEK KONSTRUKSI PN SKW 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ADDENDUM RKS PEK KONSTRUKSI PN SKW 2016"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

RENCANA KERJA DAN SYARAT

PASAL 01 : PERATURAN DAN PERSYARATAN

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, berlaku peraturan-peraturan, persyaratan-persyaratan dan

ketentuan-ketentuan sebagaimana yang tercantum dalam :

1.1. Tata cara Perencanaan Pembebanan untuk rumah dan gedung SNI 1727 - 1 9 8 9 – F.

1.2.

1.2. Tata cara Pelaksanaan Mendirikan Bangunan Gedung SNI 1728-1989-F.

1.4. Spesifikasi Bahan Bangunan SK SNI 04-1989-F, SK SNI 05-1989-F dan SK SNI

S-06-1989-F.

1.5. Tata cara pengecatan kayu SK SNI T-11-1990 F.

1.6. Tata cara pengecatan dinding tembok SK SNI T-11-1990 F.

1.7. Peraturan Umum Instalasi Listrik (PUIL ) tahun 1977 yang diterbitkan oleh Yayasan

Normalisasi Indonesia.

1.8. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) Tahun 1961 yang diterbitkan oleh

Yayasan Normalisasi Indonesia.

1.9. Pada prinsipnya semua material, semua tata cara pelaksanaan pekerjaan dan semua

peralatan kerja harus mendapat persetujuan direksi sebelum dipasang dan atau

digunakan dalam proyek ini.

1.10. Petunjuk – petunjuk harus dari Pemilik/Pengawas Lapangan.

PASAL 02 : DIREKSI LAPANGAN

Dalam pelaksanaan pembangunan ini bertindak sebagai Direksi adalah Pengelola Proyek

yang terdiri dari :

2.1. Pejabat Pembuat Komitmen Pengadilan Negeri Ketapang Kalimantan Barat

2.2. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan Pengadilan Negeri Ketapang.

2.2.1.Perencana :

Perencana berkewajiban mengadakan pengawasan berkala.

2.3. Pengawas :

2.3.1. Pengawas Lapangan tidak dibenarkan, merubah ketentuan-ketentuan

pelaksanaan pekerjaan sebelum mendapat izin dari Pemilik Kegiatan.

2.3.2. Bila Pengawas Lapangan menemui kejanggalan-kejanggalan atau

menyimpang dari RKS dan Gambar Kerja supaya segera memberitahukan

kepada Pemilik Kegiatan.

(2)

2

keselamatan pekerjaan.

2.4. Kontraktor Pelaksana :

Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai ketentuan-ketentuan peraturan yang

ada dan berlaku.

Kontraktor harus menempatkan tenaga ahli dan berpengalaman untuk mengatur

Iancarnya pekerjaan sehingga perintah/petunjuk Pengawas Lapangan dapat

dilaksanakan dengan segera dan sebaik mungkin.

Kontraktor bertanggung jawab penuh atas hasil pekerjaannya.

Membuat laporan periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan untuk disampaikan kepada

Pemilik Kegiatan.

PASAL 03 : PENJELASAN DAN GAMBAR

3.1. Kontraktor wajib meneliti semua gambar dan Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS)

termasuk tambahan dan perubahannya yang dicantumkan dalam Berita Acara

Penjelasan Pekerjaan.

3.2. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang

mengikat /berlaku adalah ketentuan yang ada dalam RAB. Bila suatu gambar tidak

cocok dengan gambar yang lain, maka gambar yang mempunyai skala besar yang

berlaku.

3.3. Bila perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan keraguan-keraguan sehingga dalam

pelaksanaan menimbulkan kesalahan, maka kontraktor wajib menanyakan kepada

konsultan pengawas / Direksi dan kontraktor harus mengikuti keputusannya.

3.4. Pekerjaan yang dilaksanakan untuk tahapan ini terdiri atas :

• Pekerjaan Pondasi dan slop sebagaimana tertuang dalam RAB

PASAL 04 : JADWAL PELAKSANAAN

4.1. Sebelum memulai pekerjaan yang nyata di lapangan pekerjaan, kontraktor wajib membuat

rencana pekerjaan pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bart-chari dan Curve 'S'

yang telah mendapat persetujuan terieblh dahulu dari Direksi / Konsultan Pengawas

4.2. Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja per hari rangkap 4 (empat) kepada Direksi

/ Konsultan Pengawas. Satu salinan dilapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan

pekerjaan (prestasi Kerja) di lapangan.

4.3. Konsultan pengawas / Direksi akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan rencana

kerja (request) perharinya tersebut

PASAL 05 : KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

(3)

3

disebut Manajer Proyek yang cakap untuk memimpin pelaksanaan pekerjaanpekerjaan di

lapangan dan mendapat kuasa penuh dari kontraktor, berpendidikan dan memiliki sertifikat

keahlian sebagaimana tercantum dalam dokumen penawawan / Kontrak pekerjaan ini.

Penunjukan atau penugasan tenaga ahli yang bertugas di lapangan ditujukan kepada Pemberi

Tugas dan Pengelola Teknis serta Direksi sebagal tembusannya

5.2. Dengan adanya pelaksana lapangan, tidak berarti bahwa kontraktor lepas tanggung jawab

sebaglan maupun keseluruhan kewajibannya

5.3. Kontraktor wajib memberi tahu secara tertulis kepada pengelola Teknis Proyek dan Direksi,

Nama dan Jabatan pelaksana untuk mendapat persetujuan

5.4. Bila kemudian hari, menurut pendapat Pengelola Proyek dan Direksi pelaksana kurang mampu

atau tidak cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada kontraktor secara

tertulis untuk mengganti pelaksana lapangan tersebut

5.5. Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli maupun pendukung sebagaimana yang tercantum

dalam dokumen penawarannya/ kontrak. Untk membantu kelancaran dan efektifitas

komunikasi antara pengawas dan pihak Kontraktor

5.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan Surat Pemberitahuan, kontraktor harus sudah

menunjuk pelaksana baru atau kontraktor sendiri (penanggung jawab/direktur perusahaan)

yang akanmemimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan

PASAL 06 : TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR DAN DIREKSI KEET

6.1. Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja diluar Jam kerja (lembur) apabila

terjadi hal-hal yang mendesak, kontraktor wajib memberitahukan secara tertulis

kepada Pengelola Proyek dan Direksi Pengawas

6.2. Alamat kontraktor atau pelaksana diharapkan tidak berpindah-pindah selama

pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat, kontraktor/pelaksana wajib

memberitahukan secara tertulis

6.3. Kontraktor harus menyediakan direksi keet yang layak, yang memiliki meja, kursi dan

penerangan yang cukup serta aman dari cuaca seperti hujan dan panas pada lokasi

proyek untuk dipergunakan sebagai tempat berkoordinasi, antara pelaksana,

pengawas, owner dan pelelola teknis

PASAL 07 : PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN PEKERJAAN

7.1. Kontraktor wajib menjaga keamanan di lapangan terhadap barang-barang milik

proyek, Direksi Pengawas dan milik pihak ketiga yang ada dilapangan.

7.2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah dipasang atau belum,

menjadi tanggung Jawab kontraktor dan tidak diperhitungkan dalam blaya pekerjaan

tambahan.

7.3. Apabila terjadi kebakaran, kontraktor bertanggung Jawab atas akibatnya baik yang

berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu kontraktor harus

menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap dipakai yang ditempatkan pada

(4)

4

PASAL 08 : JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA

8.1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat - obatan menurut syarat-syarat pertolongan

pertama pada kecalakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan di

lapangan untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan

pekerja di lapangan

8.2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi

syarat-syarat kesehatan dan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak bagi semua petugas

dan pekerja yang ada di lapangan membuat tempat penginapan didalam lapangan

pekerjaan untuk penjaga keamanan.

8.3. Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan keselamatan pada pekerja wajib

diberikan kontraktor sesuai dengan peraturan yang berlaku.

8.4. Kontraktor wajib menyediakan perangkat keselamatan kerja (SMK3) pada lokasi

proyek dan cukup dipergunakan oleh semua tenaga kerjanya

8.5. Kontraktor wajib menyediakan spanduk terkait dengan keamanan dan keselamatan

pengguna jalan disekitar proyek, hal ini untuk mengantisipasi keselamatan pengguna

jalan akibat keluar masuknya kendaraan proyek

PASAL 9 : SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN BANGUNAN

9.1 Semua bahan bangunan yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang telah

ditentukan

9.2 Pengawas berwenang menanyakan asal bahan dan kontraktor wajib memberitahukan

9.3 Kontraktor wajib memperlihatkan contoh bahan sebelum digunakan. Contoh-contoh

ini harus mendapat persetujuan dari pengawas

9.4 Bahan bangunan yang telah didatangkan kontraktor di lapangan pekerjaan, tetapi

ditolak pemakaiannya oleh pengawas, harus segera dikeluarkan dan selanjutnya

dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu 2 x 24 jam, terhitung dari jam penolakan

9.5 Pekerja atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan kontraktor tetapi ditolak oleh

pengawas, maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dan selanjutnya

dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang telah ditetapkan oleh pengawas

PASAL 10 : PEMERIKSAAN PEKERJAAN

10.1. Sebelum memulai pekerjaan lanjutannya yang apabila pekerjaan ini telah selesai, akan

tetapi belum diperiksa oleh pengawas, kontraktor wajib meminta persetujuan kepada

pengawas. Baru apabila pengawas telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut,

kontraktor dapat meneruskan pekerjaan

10.2. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari diterima Surat

(5)

5

pengawas, kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya

diperlksa dianggap telah setuju Pengawas minta perpanjangan waktu

10.3. Bila kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, pengawas berhak, menyuruh membongkar

bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran

dan pemasangan kembali menjadi tanggung jawab kontraktor

10.4. Pemeriksaan kemajuan pekerjaan dan volume capaian kemajuan pekerjaan mengikut

ketentuan penghitungan pemeriksaan volume untuk pembayaran sebagaiman

ketentuan yang berlaku.

PASAL 11 : PEKERJAAN TAMBAH KURANG

11.1. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah/kurang diberitahukan dengan tertulis dalam

buku harian oleh pengawas serta persetujuan Pemberi Tugas

11.2. Pekerjaan tambah/kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah

tertulis dari pengawas atau atas persetujuan Pemberi Tugas

11.3. Biaya pekerjaan tambah/kurang akan diperhitungkan menurut daftar Harga Satuan

pekerjaan, yang dimasukkan oieh kontraktor sesuai AV 41 artikel 50 dan 51 yang

pembayarannya diperhitungkan bersama dengan angsuran terakhlr

11.4. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan

yang dimasukkan dalam penawaran harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut

oieh pengawas bersama-sama kontraktor dengan persetujuan pemberi tugas

13.5. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan penyebab kelambatan

penyerahan pekerjaan, tetapi pengawas/Bimbingan Teknik Pembangunan (BTP) dapat

mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.

PASAL 12 : URAIAN PEKERJAAN

12.1. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah sesuai dengan BQ terlampir

PASAL 13 : PEKERJAAN PERSIAPAN

13.1. Sebelum Pekerjaan di mulai

Kontraktor harus melaksanakan pembersihan lapangan sebelum memulai pekerjaan

sehingga semua kotoran, sampah, dan bongkaran. Sehingga situasi tempat kerja

kelihatan bersih.

13.2. Setelah Pekerjaan Selesai

Setelah pekerjaan selesai sebelum diadakan penyerahan pekerjaan kepada Pemilik,

Kontraktor harus membersihkan seluruh site dari segala macam kotoran, puing-puing

dan semua peralatan yang digunakan selama masa konstruksi. Kotoran-kotoran

tersebut harus dikeluarkan dari job site atas beban kontraktor. Pekerjaan

pembersihan merupakan baglan dari progress pekerjaan sehingga bila hal inl belum

(6)

6

13.3. Selama Pekerjaan Berlangsung

Kontraktor bertanggung Jawab atas kebersihan Job site selama pekerjaan

berlangsung. Kebersihan yang dimaksud di sini meliputi :

13.3.1. Kebersihan terhariap kotoran – kotoran yang ditimbulkan oleh sisa-sisa

pembuangan berbagai Janis sampah.

13.3.2. Kebersihan terhariap kotoran-kotoran yang disebabkan oleh sampah sisa-sisa

bahan bangunan, pecahan-pecahan batu dan atas serpihan kayu dan

lain-lain.

13.3.3. Kebersihan dalam artl keraplan pengaturan material dan peralatan sehingga

menunjang mobilisasl pelaksanaan di job site.

PASAL 14 : PEKERJAAN TANAH

14.1. Penggalian tanah

14.1.1. Pada pekerjaan penggalian tanah termasuk Juga pembuangan semua benda

dalam bentuk apapun yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan

pembangunan.

14.1.2. Kemiringan pada penggalian harus pada sudut kemiringan yang aman.

14.1.3. Galian dan penyangga harus dibuat sedemikian rupa sehingga terdapat

ruang yang cukup untuk bekerja, bekisting dan hal lainnya selain untuk

pondasi.

14.1.4. Kontraktor harus menyediakan, menempatkan dan menjaga penyangga dan

penumpukan yang mungkin diperlukan untuk bagian samping galian.

14.1.5. Kontraktor harus menjaga agar seluruh galian tidak digenangi air dengan

jalan menimba, memompa atau dengan cara-cara lain yang dianggap baik

atas beban dan biaya kontraktor.

14.1.6. Galian tanah tidak boleh dibiarkan sampai lama, tetapl setelah galian disetujui

direksi segera mulai dengan tahap pelaksanaan berikutnya

PASAL 15 : PEKERJAAN PONDASI ( Tidak Dikerjakan Tahap ini )

15.1. Penggalian tanah

15.1.1 Pada pekerjaan penggalian tanah termasuk Juga pembuangan semua benda

dalam bentuk apapun yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan

pembangunan.

15.1.2 Pekerjaan galian tanah untuk pondasi tidak boleh dimulai sebelum bouwplank

serta tanda tinggi dasar ± 0.00, sumbu dinding dan tiang disetujul oleh

direksi

15.1.3 Kemiringan pada penggalian harus pada sudut kemiringan yang aman.

(7)

7

yang cukup untuk bekerja, bekisting dan hal lainnya selain untuk pondasi.

15.1.5 Kontraktor harus menyediakan, menempatkan dan menjaga penyangga dan

penumpukan yang mungkin diperlukan untuk baglan samping galian.

15.1.6 Kontraktor harus menjaga agar seluruh gallan tidak digenangi air dengan

jalan menimba, memompa atau dengan cara-cara lain yang dianggap balk

atas beban dan biaya kontraktor.

15.1.7 Galian tanah tidak boleh dibiarkan sampai lama, tetapi setelah galian

disetujul Direksi segera mulai dengan tahap pelaksanaan berikutnya.

15.2. Pengurugan Kembali

15.2.1. Pengurugan kembali tidak boleh dijatuhkan langsung pada setiap struktur.

15.2.2. Pengurugan kembali dilakukan sampai ke permukaan tanah asal galian.

15.3. Pengurugan Pasir Bawah Pondasi dan Bawah Lantai

15.3.1. Uraian

Pekerjaan pengurugan terdiri dari pengurugan pasir sesuai dengan

syarat-syarat yang ditetapkan dan tercantum pada gambar rencana untuk

mendapatkan kedudukan, kemiringan dari bagian-bagian dan dimensl —

dimensi berdasarkan petunjuk Direksi/Konsultan Pengawas.

15.3.2. Sumber dan penggunaan material

Material untuk timbunan harus berkualitas baik, dengan persetujuan Direksi

agar didapatkan kepadatan seperti apa yang diinginkan.

15.3.3. Bila terjadi penyimpangan, haruslah dibasahi atau dikeringkan terlebih

dahulu hingga dicapal kadar air yang tepat.

15.3.4. Penghamparan dan Pemadatan.

Material untuk pengurugan dihamparkan lapis demi lapis secara horizontal

dengan tebal yang sama meliputi lebar yang sesuai dengan ketentuan —

ketentuan pada gambar rencana lalu dipadatkan.

PASAL 16 : PEKERJAAN BETON BERTULANG

16.1. Lingkup Pekerjaan

16.1.1. Meliputi pengadaan dan pengerjaan semua tenaga kerja, aquipment, peralatan

dan bahan untuk semua pekerjaan beton biasa, penyelesaian dan lain-lain.

Pekerjaan pembetonan sesuai dengan gambar-gambar rencana dan

persyaratannya.

16.1.2. Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan disiplin lain yang menyangkut

pekerjaan pembetonan, yaitu seperti :

Pekerjaan kayu, tembok dan logam dan lain-lain sebagainya yang ada

kaitannya dengan pekerjaan beton, sehingga menghasilkan pekerjaan

yang sesuai dengan gambar rencana

16.2. Standard Pekerjaan

(8)

8

a. NI 3/1970 dan NI 8/1964 PUBB

b. NI 3/1071 PBI, kecuali ditentukan lain.

Persyaratan di atas adalah standar minimum dan harus disesuaikan dengan

gambar-gambar dan persyaratannya. Semua pekerjaan beton akan ditolak, kecuali dilaksanakan

dengan standar yang lebih tinggi mengenai kekuatan dan mutu bahan, cara pengerjaan

cetakan, cara pengecoran, kepadatan, texture finishing dan kualitas secara keseluruhan.

Semua bahan dan konstruksi apabila tidak diberi catatan khusus harus memenuhi

standar yang berlaku dan dipakai di Indonesia. Untuk struktur digunakan mutu beton

K yang sesuai dengan ketentuan dalam perencanaan. Dengan persetujuan dari

Konsultan Pengawas, Kontraktor dapat melaksanakan pekerjaan cor beton dengan

menggunakan sistem beton dengan adukan molen (mix concrete) yang teriebih

dahulu memberikan data – data spesifikasi mutu beton kepada Konsultan Pengawas

sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan.

16.3 Mutu Beton

Mutu beton struktur adalah harus sesuai dengan perencanaan yang ada, dan mutu

karakteristik merupakan syarat mengikat

Kontraktor wajib melakukan uji tekan terhadap konstruksi beton yang dibuatnya dengan

biaya yang dibebankan padanya.

16.4. Persyaratan Bahan

16.4.1. Portland Cement ( PC )

16.4.1.1. Semen yang dipakai harus portland semen yang telah disetujui oleh

Konsultan Perencana, dan memenuhi syarat menurut standari

Semen Indonesia (SNIS-04-1989-F).

16.4.1.2. Untuk seluruh pekerjaan beton harus menggunakan mutu semen

yang balk dari satu Janis merk atas persetujuan Direksi/Pengawas.

16.4.1.3. Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak

diperkenankan untuk dipergunakan.

16.4.1.4. Penyimpanan semen portland harus diusahakan sedemlkian rupa

sehingga bebas dari kelembaban dimana gudang tempat

penyimpanan mempunyai ventilasi cukup dan tidak kena air,

diletakan pada tempat yang ditinggikan paling sediklt 30 cm dari

lantai Tddak boleh ditumpuk sampal tingginya meiampaui 2 m

sesuai dengan syarat penumpukan semen dan setlap pengiriman

semen bare harus diplsahkan dari semen yang lama dan diberi tanda

dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan

pengirimannya.

16.4.2. Split/ Pasir

1. Split dan pasir harus keras, tahan lama dan bersih serta tidak

mengandung bahan yang merusak dalam bentuk ataupun jumlah yang

cukup banyak, yang dapat memperiemah kekuatan beton.

(9)

9

Air harus bersih dan bebas dari bahan organik, alkali, garam dan kotoran lain

dalam jumlah yang cukup besar. Sebalknya dipakal air yang dapat diminum.

16.4. Pekerjaan Penulangan Baja

16.4.1. Lingkup Pekerjaan

Kontraktor harus menyiapkan, membengkokkan dan memasang tulangan baja

sesuai dengan yang tercantum di dalam spesifikasilgambar. Dalam pekerjaan

penulangan baja termasuk semua pemasangan kawat beton, kaki ayam

untuk penyangga beton tahu dan segala hal yang periu serta juga

menghasilkan pekerjaan beton sesuai dengan pengalaman teknik yang

terbaik.

16.4.2. Gambar Kerja Sebelum pekerjaan pembengkokan tulangan baja, Kontraktor

mempelajari gambar kerja.

16.4.3. Standarisasi Detail dan pemasangan tulangan baja harus sesuai dengan

peraturan atau standar yang berlaku.

16.4.4. Spesfikasi Tulangan Baja

Khusus untuk beton struktur, besi baja tulangan yang digunakan harus dari

baja mutu U-24 untuk baja lunak dan U-39 untuk baja keras menurut

persyaratan PBI 1971 atau Japaneese Standari Class SR-24 ataupun British

Standari, NI 785-1938.

16.4.5. Pekerjaan Pembengkokan Tulangan Baja

Pekerjaan pembengkokan tulangan baja harus dilaksanakan dengan teliti

sesuai dengan ukuran yang tertera pada gambar. Tulangan baja tidak boleh

dibengkokkan atau diluruskan kembali sedemikian rupa sehingga menjadi

rusak atau carat. Dilarang membengkok tulangan baja dengan cara

pemanasan.

16.4.6. Syarat Pemasangan

1. Penulangan

Sebelum dipasang, tulangan baja harus bebas dari sisa logam, karat dan

lapisan yang dapat merusak logam atau mengurangi daya ikat Bila

pengecoran beton ditunda, tulangan baja harus diperiksa kembali dan

(10)

10

2. Pemasangan

Penulangan harus distel dengan cermat sesuai dengan gambar dan diikat

dengan kawat atau jepitan yang sesuai dengan persilangan dan harus

ditunjang dengan penumpu beton atau Iogam dan penggantung logam.

16.4.7.Syarat Pemasangan

Bilamana tidak ditentukan lain dalam gambar, maka penulangan harus

dipasang dengan celah untuk beton tahu sebagai berikut :

a. Pondasi atau pekerjaan lainnya yang berhubungan langsung dengan

tanah adalah 3 cm dan semua bidang yang terkena air tanah adalah 5 cm

b. Plat lantai, balok, kolom yang tidak terkena tanah atau air 2,5 cm.

c. Bidang yang kena udara semua bidang interior 2,5 cm

16.4.8.Sambungan

Sistem penulangan dari bangunan secara keseluruhan harus dihubungkan

satu dengan yang lain, dengan cara diikat atau dengan rumus diameter besi

yang digunakan dikalikan 40 atau 40 X D.

16.4.9.Persetujuan dari Konsultan Pengawas

Penulangan baja tersebut di atas harus diperiksa oleh Konsultan Pengawas

teriebih dahulu sebelum dilakukan pengecoran. Konsultan Pengawas harus

diberitahu apabila pemasangan penulangan baja sudah siap untuk diperiksa.

16.5. Wiremesh

16.5.1. Umum :

16.5.1.1. Wiremesh yang digunakan harus dari baja mutu U-24 menurut

persyaratan PBI'71 atau Japaneese Standard Class SR-24 ataupun

British Standari, No. 785-1938,

16.5.1.2. Ukuran wiremesh sebagaimana yang tersebut di dalam gambar, bila

terjadi penggantian dengan diameter lain, hanya diperkenankan atas

persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi. Bila

penggantlan disetujui, maka Iuas penampang yang diperlukan tidak

boleh berkurang dengan yang tersebut di dalam gambar atau

perhitungan. Dan dalam hal in( Kontraktor harus melampirkan data

perhitungannya serta data pengurangan volume berat pembesian

yang dikaitkan dengan analisa penawaran.

16.5.1.3. Wiremesh yang digunakan harus bebas dari kotoran, karat, minyak,

cat, serpihan kulit giling serta bahan lain yang dapat mengurangi

daya lekat terhariap beton.

16.5.1.4. Kawat pengikat beton harus terbuat dari baja lunak dengan diameter

min. 1 mm yang telah dipijarkan tertebih dahulu, dan tidak

bersepuh sang, tidak kaku maupun Betas.

16.5.2. Pelaksanaan

(11)

11

wiremesh dipotong dan dirangkai sesuai dengan gambar.

16.5.2.2. Wiremesh yang telah dirakit harus dipasang sedemikian rupa hingga

sebelum dan selama pengecoran tidak berubah tempat.

16.5.2.3. Tebal penutup beton harus dipasang dengan penahan jarak (beton

decking) yang terbuat dari beton dengan mutu paling sediklt sama

dengan mutu beton yang akan dicor dengan jumlah minimum 4

buah tiap M2 cetakan.

16.5.2.4. Pada tulangan rangkap, tulangan atas harus ditunjang pada

tulangan bawah oieh batang penunjang atau ditunjang Iangsung

pada cetakan bawah.

16.5.3. Perawatan

16.5.3.1. Wiremesh tidak boleh disimpan diudara terbuka untuk Jangka

waktu yang lama.

16.6. Pekerjaan Bekisting

16.6.1. Lingkup Pekerjaan

Bekisting atau perancah harus digunakan blla diperlukan untuk membatasi

adukan beton dan membentuk adukan beton menurut garis dan permukaan

yang diinginkan. Bila bekistlng membahayakan atau Tidak memadai, maka

bekisting tersebut dapat ditolak oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus

segera membongkar dan memindahkan bekistng tersebut dari lokasi

pekerjaan dan menggantinya dengan yang baru.

16.6.2. Persyaratan Bahan

Semua bahan yang akan digunakan/dipasang harus mendapat persetujuan

dari Konsultan Pengawas. Papan Bekisting dapat digunakan dari papan Kelas

III atau IV yang permukaannya rata dan halus, untuk menghasilkan

permukaan yang sempurna. Bekisting harus kuat dan kaku terhardap beban

dan lendutan yang masih basah dan getaran terhariap beban konstruksi dan

angin. Bekisting harus kedap air, sehingga dijamin tidak akan timbul sirip

atau adukan keluar pada sambungan.

16.6.3. Pelaksanaan :

1. Perencanaan :

Semua Bekisting harus dilaksanakan sesuai dengan instruksi-instruksi

yang diberikan oleh Direksi Teknik. Gambar Rencana yang terinci yang

menunjukkan bentuk Bekisting harus disetujui oieh Direksi Teknik.

Bekisting harus direncanakan untuk menjamin bahwa pembongkaran

Bekisting Beton tidak akan merusak beton atau perancah. Bekisting beton

harus cukup kuat untuk menahan getaran yang disebabkan oieh alat

getar. Penurunan antar dua peletakan tidak boleh melebihi satu pertiga

ratus (1 / 100) bentang, atau bagaimanapun juga penurunan tidak boleh

Iebih dari 3 mm

(12)

12

a. Bekisting untuk dinding vertikal bagian konstruksi yang tipis yang

selama operasi pengecoran akan menyebabkan adukan tersebut

jatuh lebih tinggi dari satu setengah meter harus diiaksanakan

sesuai dengan salah satu dari metode-metode berikut :

Salah satu dari sisi Bekisting harus dibuka dari bawah ke atas

yang akan ditutup berturut-turut mengikuti kemajuan

pengecoran dengan cara sedemikian sehingga tinggi adukan

beton yang Jatuh selama pengecoran tidak boleh melebihi dari

1.50 m

Bekisting harus terdiri dari bagian-bagian yang dapat dibuka,

ukurannya Tidak Iebih tinggl dari 1.50 m dan tidak Iebih dari 2

m

Semua Bekisting harus tertutup rapat dan beton dituang melalui

sebuah pipa/corong, dengan ujung dipegang dekat dengan

permukaan beton segar yang dibuang. Pipa/corong tersebut

harus selalu dijaga agar penuh dengan beton selama bekerja.

b. Segera sebelum pekerjaan pengecoran, Bekisting harus dibersihkan

dari semua kotoran/material lepas, serbuk gergaji, debu dan

lain-lain. Kerusakan-kerusakan seperti penurunan, deformasi dan lain-lain

harus diperbalki segera. Apabila selama pekerjaan pengecoran,

temyata diamati ada perubahan bentuk Bekisting, beton pada

tempat yang bersangkutan harus dibuang dulu dan Bekisting

diperkuat sesuai dengan instruksi Direksi Teknik

3. Pembongkaran Bekisting

Bekisting harus dibongkar dengan statis, tanpa goncangan, getaran atau

kerusakan pada beton. Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah

umur beton telah mencapai umur yang disyaratkan sesuai dengan mutu

beton rencana ( dibuktikan dengan pengujian beton pada umur tertentu )

dan dengan persetujuan Konsultan Pengawas secara tertuiis, atau

dengan pedoman sebagal berikut :

Bagian Waktu Pengerasan Nomal

Kolom, dinding dan sisi balok 28 Hari

Plat 28 Hari

Balok 28 Hari

16.7. Pekerjaan Beton

16.7.1. Syarat Pengadukan Beton :

Semua beton harus memenuhi persyaratan-persyaratan umum untuk

(13)

13

Kelas Total semen Ukuran maximum

Agregat (mm)

Untuk beton mutu rendah (beton kurus) digunakan untuk pekerjaan yang tidak struktural, setiap

campuran yang dapat diterima digunakan atas persetujuan Direksi Teknik disediakan bahwa

perbandingan volume agregat campuran (harus dan kasar) dengan semen tidak melebihi 6 : 1

17.7.2. Komposisi Adukan

Komposisl adukan beton dibuat berdasarkan perbandingan volume dengan

macam campuran dan penggunaan seperti tersebut di bawah ini :

No Perbandingan Penggunaan Keterangan

1 2 3 4

Kontraktor harus menegaskan perbandingan campuran dan material yang

diusulkannya dengan membuat dan melakukan pengujian campuran percobaan,

dengan disaksikan oleh Direksi Teknik menggunakan tipe alat dan peralatan

yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan. Percobaan campuran

dianggap dapat diterima asalkan hasil test memuaskan dan memenuhi semua

persyaratan-persyaratan proporsi campuran yang ditetapkan.

16.7.3. Pengadukan Beton

1. Pencampuran adukan harus dilakukan dengan mesin pengaduk (beton molen).

Kontraktor harus menyediakan peralatan dan perlengkapan yang mempunyai

ketelitian cukup untuk menetapkan dan mengwasi dari masing-masing bahan

pembentuk beton. Perlengkapan - perlengkapan tersebut dan Cara

(14)

14

2. Lama pengadukan beton dilakukan hingga campuran beton tersebut

benar-benar homogen hingga menghasilkan adukan susunan kekentalan dan wama

yang merata/seragam. Beton harus seragam dalam komposisi dan konsintensi

dari adukan ke adukan. Pengadukan yang berlebihan (lamanya) yang

membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang

dikehendaki, tldak dibenarkan.

3. Pengangkutan adukan beton dilakukan dengan gerobak dorong atau alat bantu

lainnya ke tempat pengecoran harus diatur sedemikian rupa, sehingga waktu

pengangkutan harus diperhitungkan dengan cermat sehingga waktu antara

pengadukan dan pengecoran tidak lebih dari 1 Jam dan tidak terjadi perbedaan

waktu pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dengan yang

akan dicor.

16.7.4. Pengendalian Mutu Beton

Semua beton yang digunakan pada pekerjaan harus memenuhi persyaratan

kekuatan tekanan dan persyaratan Slump (pengujian-turun abrams) yang ditetapkan

sebagai berikut:

1. Pengujian Slump Beton

Metode persiapan dan pelaksanaan pengujian slump (slump test) harus sesuai

dengan spesifikasi PBI 1971 dan Bina Marga PC 0101-76. Beton yang tidak

memenuhi persyaratan 'slump tidak boleh digunakan dalam pekerjaan, kecuali

Direksi Teknik dalam beberapa hal menyetujui pemakaiannya secara terbatas

beton semacam ltu dalam Jumlah yang kecil pada baglan-baglan dengan

tegangan rendah pekerjaan-pekerjaan tertentu.

Kemampuan untuk dapat dikerjakan dan susunan campuran tersebut harus

sedemikian sehingga dapat dicorkan pada tempat pekerjaan tanpa ada formasi

ruang atau celah-celah yang kosong/berongga atau kosong udara atau gelembung

air, dan sedemikian sehingga pada pembongkaran acuan dihasilkan suatu

permukaan yang halus, seragam, dan padat.

2. Kuat Tekan Beton

Kelas Beton Kuat tekan (kg/cm2) t1 bk

Contoh kubus berisi 15 cm

(15)

15

Untuk test kuat tekan yang menggunakan contoh silinder, syarat kekuatan tekan

dikurangi 17%

Apabila hasil pengujian pada umur 7 hari kekuatannya dibawah angka-angka

yang ditentukan pada diatas, maka kontraktor tidak boleh mengecor beton

lebih jauh sampai penyebab hasil kekuatan yang lebih rendah tersebut telah

ditemukan dan la telah mengambil langkah yang akan menjamin produksi

beton yang sesuai dengan spesifikasi sampai Direksi teknik merasa puas.

Beton yang tidak memenuhi kekuatan tekan umur 28 hari yang telah

ditetapkan akan dianggap tidak memuaskan dan pekerjaan harus dibetulkan

seperti yang ditetapkan berikut Inl Kekuatan beton akan dianggap

memuaskan apablla :

Tidak melebihi dari satu basil percobaan diantara 20 basil pemeriksaan

benda kubus berturut-turut, dengan Mai kurang dari kekuatan

karasteristik yang diberikan pada tabe) diatas.

Tidak boleh satupun nllai rata-rata dari 4 basil pemeriksaan benda uji

berturutturut, terjadi dengan nilal kurang dari (bk + 0.82 Sr), bk adalah

kekuatan karasteristik dan Sr adalah deviasi standard.

Selisih antara nilai tertinggi dan terendah diantara 4 hasil pemeriksaan

benda uji berturut turut, ialah lebih kecil dari 4.3 Sr adalah deviasi

standard. Deviasi standard akan ditentukan oieh Direksi Teknik

berdasarkan data pekerjaan beton sebelumnya yang dilaksanakan oleh

Kontraktor

16.7.5. Pengecoran

1. Pelaksanaan pengecoran menggunakan beton mixer yang diaduk dengan

molen.

2. Pengecoran beton harus dengan ijin Konsuitan Pengawas dan dilaksanakan

pada waktu Konsultan Pengawas ada di tempat.

3. Adukan beton yang tidak memenuhi syarat dengan spesifikasi yang ditetapkan

harus ditolak dan segera dikeivarkan dari tempat pekerjaan dengan biaya

kontraktor,

4. Beton Tidak boleh dicor bilamana keadaan cuaca buruk.

5. Adukan beton tidak boleh dijatuhkan melaluil pembesian atau ke dalam papan

bekisting yang tinggi/ dalam, yang dapat menyebabkan teriepasnya

kerikil/spilt dari adukan beton.

6. Beton Tidak boleh dicor dalam bekisting yang dapat mengakibatkan

penimbunan adukan pada permukaan bekisting di atas beton yang sudah

dicor. Untuk hal tersebut di atas harus disiapkan corong untuk pengecoran

agar dapat mencapai tempatnya tanpa terlepas satu sama lain.

7. Tinggi adukan beton tidak boleh melampaui 1.5 m di bawah ujung corong

(16)

16

8. Adukan beton harus dicor dengan merata.

9. Tiap lapisan harus dicor pada waktu lapisan yang sebelumnya masih lunak.

16.7.6. Pemadatan dan Penggetaran

1. Setiap lapisan harus dipadatkan sampai kepadatan maksimum sehingga babas

dari kantong/sarang krikil dan menutup rapat pada semua permukaan dari

cetakan dan material yang melekat.

2. Menggunakan alat penggetar ( vibrator ).

3. Melakukan pengetukan pada dinding bekisting sampai betul-betul mengisi

pada

bekisting atau iubang galian dan menutupi seluruh permukan bekisting

4. Penggunaan vibrator harus ditakukan dengan benar atau dengan petunjuk

dari konsuttan pengawas dan tidak boleh mengenal bekisting maupun

pembeslan.

16.7.7. Perawatan Beton

1. Beton yang selesai dicetak harus dijaga dalam keadaan basah selama

sekurangkurangnya 14 hari setelah dicor, yaitu dengan cara penyiraman

air, karung goni basah atau cara-cara lain yang ditentukan oleh

Konsultan Pengawas.

2. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhariap sinar matahari

langsung paling sedikit 3 hari setelah pengecoran.

3. Beton yang mempunyai keadaan seperti di bawah ini :

Rusak

Sejak semula cacat

Cacat sebelum penyerahan pertama

Menyimpang dari garis atau muka ketinggian yang telah ditetapkan

Tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat ( RKS ).

Harus diganti dengan beton baru dan semua biaya ditanggung oleh

Kontraktor.

PASAL 17 : PEKERJAAN MINI FILE

17.1. Lingkup Pekerjaan

17.1.1 Meliputi pengadaan dan pengerjaan semua tenaga kerja, aquipment,

peralatan dan bahan untuk semua pekerjaan beton biasa, penyelesaian

dan lain-lain. Pekerjaan pembetonan sesuai dengan gambar-gambar

rencana dan persyaratannya.

17.1.2 Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya dengan disiplin lain yang

menyangkut pekerjaan pembetonan, yaitu seperti : Pekerjaan kayu,

(17)

17

dengan pekerjaan beton, sehingga menghasilkan pekerjaan yang

sesuai dengan gambar rencana

17.1.3 Pemancangan Mini File dilakuan dengan menggunakan alat penumbuk

yang sasuai sehingga tidakpatah dan tidak hancur pada saat ditumbuk.

17.1.4 Pelaksana melakukan kelendering

Pontianak, April 2016

Diperiksa :

STAFF DINAS TATA KOTA PERTANAHAN DAN CIPTAKARYA KOTA SINGKAWANG

AIDHIL AZHARA, A.Md

NIP. 197911122003121007

Dibuat :

CV.TRIWASTU

HIDAYAT NAWAWI, ST

Referensi

Dokumen terkait

2 summary substruktural B diperoleh nilai koefisien determinasi totalnya ( Adjusted R²) sebesar 0, 719 dengan demikian maka besarnya konstribusi untuk personal

Jelas, ilmu pengetahuan Barat, atau sains modern yang berbasis rasionalisme yang seringkali mengobsesikan kemutlakan, keserbamencakupan dan keuniversalan, patut untuk

prinsip 3R melalui mekanisme Bank Sampah, dimana kita memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk mengurangi, memilah, menggunakan kembali dan mendaur ulang terhadap sampah

Hasil membuktikan bahwa tingkat likuiditas baik, perusahaan dalam menghasilkan laba sangat efektif karena para investor percaya untuk berinvestasi pada perusahaan,

Dalam pengertian linguistik, wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana 'ucapan, percakapan, kuliah'.. Analisis wacana kritis (AWK)

Parafrasa adalah pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuath tingkatan atau macam bahasa menjadi macam yang lain tanpa mengubah pengertiannya atau dapat diartikan juga

Kata asing yang sudah diserap sepenuhnya ke dalam bahasa Indonesia, misalnya: kab,sirsak, iklan, perlu, hadir, badan, waktu, kamar, botol, sekolah, dan ember.(2) Kata asing

Untuk mengenali dan menghitung obyek berupa makanan/minuman yang dijual pada Kantin Kejujuran maka telah dikumpulkan data dari variabel-variabel yang