• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN DEWASA DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : BULIMIA NERVOSA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN DEWASA DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : BULIMIA NERVOSA"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN DEWASA DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : BULIMIA NERVOSA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Pencernaan II yang Diampu Ibu Ika Nur Pratiwi, S.Kep. Ns., MKep.

Oleh:

KELOMPOK 3 AJ-2 B18

1. Hairun Puspah 131511123016

2. Cicik Eka Irawati 131511123024

3. Auzan Muttaqin 131511123030

4. Novia Shinthia Dewie 131511123050

5. Muhammad Ali 131511123066

6. Lailatul Isnaini 131511123070

7. Muhammad Saelindra 131511123090

8. Kurnia Fidyastria 131511123092

Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Surabaya 2016

(2)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL 1 DAFTAR ISI 2 BAB I PENDAHULUAN 3 1.1. Latar Belakang 3 1.2. Tujuan 4 1.3. Rumusan Masalah 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Konsep Teori Bulimia Nervosa 5

2.1.1. Definisi Bulimia nervosa 5

2.1.2. Etiologi 6 2.1.3. Faktor Resiko 9 2.1.4. Patofisiologi 11 2.1.5. WOC 14 2.1.6. Klasifikasi 15 2.1.7. Manifestasi Klinis 16 2.1.8. Pemeriksaan Diagnostik 17 2.1.9. Penatalaksanaan 17 2.1.10. Pencegahan 21 2.1.11. Komplikasi 22 2.1.12. Prognosis 23

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan Dewasa dengan Bulimia Nervosa 23

2.2.1. Pengkajian 23

2.2.2. Diagnosa Keperawatan 28

2.2.3. Intervensi Keperawatan 29

2.2.4. Evaluasi 33

BAB III TINJAUAN KASUS 34

3.1. Pengkajian 34 3.2. Analisa Data 38 3.3. Diagnosa Keperawatan 40 3.4. Interevensi Keperawatan 40 3.5. Evaluasi 44 BAB IV PENUTUP 45 4.1. Kesimpulan 45 4.2. Penutup 45 DAFTAR PUSTAKA 46

(3)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Salah satu transisi gaya hidup yang terjadi adalah perubahan perilaku makan yang paling berdampak pada kaum perempuan untuk terlihat cantik dengan berdiet berlebihan sehingga mengakibatkan gangguan makan atau eating disorder.

Gangguan makan hadir ketika seseorang mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi asupan makanan dengan ekstrem seperti makan terlalu banyak, perasaan menderita atau keprihatinan tentang berat dan bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang dengan gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, hal tersebut akan terus menerus terjadi di luar keinginan. (APA, 2013).

Jumlah pasien dengan gangguan makan secara global telah meningkat sejak 50 tahun yang lalu. Di Amerika Serikat, dilaporkan satu hingga dua juta wanita memenuhi kriteria diagnostik untuk Bulimia Nervosa (BN). (Academy for Eating Disorder, 2006)

Penelitian internasional tentang gangguan makan menunjukkan 1% dari remaja wanita di Amerika Serikat 4% menderita BN. Sebanyak 1.2% anak sekolah di Cairo dan 3.2% anak sekolah di Iran menderita BN. (Edquist, K., 2009). Di Indonesia masih belum banyak dilakukan penelitian dan publikasi yang melaporkan tentang penyimpangan perilaku makan. Sebuah penelitian dikalangan remaja yang telah dilakukan oleh Tantiani (2007) membuktikan 34,8 % remaja mengalami penyimpangan perilaku makan dengan spesifikasi 11,6% menderita anoreksia nervosa dan 27 % menderita bulimia nervosa.

Untuk memahami lebih lanjut tentang bulimia nervosa ini, maka kami menyusun makalah ini dengan tema asuhan keperawatan dewasa dengan gangguan sistem pencernaan: Bulimia Nervosa.

1.2. Rumusan Masalah

(4)

1.2.2. Bagaimana pendekatan proses keperawatan pada klien dengan bulimia nervosa?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Setelah proses pembelajaran, diharapkan mahasiswa mampu melakukan Asuhan keperawatan sistem pencernaan pada klien dengan bulimia nervosa.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengertian bulimia nervosa 2. Mengetahui etiologi dari bulimia nervosa 3. Mengetahui faktor resiko dari bulimia nervosa 4. Mengetahui patofiologi dan WOC bulimia nervosa 5. Mengetahui klasifikasi dari bulimia nervosa 6. Mengetahui manifestasi klinis bulimia nervosa

7. Mengetahui pemeriksaan dignostik pada bulimia nervosa 8. Mengetahui penatalaksanaan pasien dengan bulimia nervosa 9. Mengetahui pencegahan dari bulimia nervosa

10. Mengetahui komplikasi bulimia nervosa 11. Mengetahui prognosis bulimia nervosa

12. Mengetahui Asuhan keperawatan pasien dengan bulimia nervosa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Teori Bulimia Nervosa

2.1.1. Definisi

Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang artinya “extreme hunger” alias lapar yang amat sangat, mereka cenderung makan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat, seperti orang yang kelaparan, dan selanjutnya sebagai “kompensasi” dari pola makannya tersebut, mereka akan melakukan berbagai cara yang intinya supaya berat badan mereka tidak bertambah meski mereka sudah makan banyak. Bulimia nervosa merupakan gangguan psikologis yang menyebabkan terjadinya gangguan pola makan ditandai dengan makan

(5)

terlalu banyak dan diikuti dengan muntah yang dirangsang sendiri (Lein, 2012).

Bulimia Nervosa adalah penyakit gangguan pencernaan yang umumnya dapat ditemukan pada gadis remaja atau wanita dewasa muda, dan jarang ditemukan pada pria. Bulimia nervosa diidentikkan dengan peristiwa makan yang sangat banyak terutama makanan yang mengandung karbohidrat dan dihabiskan dalam jangka waktu yang singkat, tetapi untuk mencegah terjadinya kegemukan maka setelah makan ada tahap untuk mengurangi/.mengeluarkan makanan dan terjadilah muntah atau mengkonsumsi obat penurun berat badan dan diet yang ketat

Bulimia nervosa (BN) digambarkan sebagai makan berlebihan (binge eating)dengan episode berulang yang kemudian diikuti dengan perlakuan kompensatori(muntah, berpuasa, atau kombinasinya). Makan berlebihan disertai dengan perasaan dimana penderitanya merasa kehilangan pengendalian diri ketika makan. Muntahyang dilakukan secara sengaja serta penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, amfetamin dan tiroksin (Chavez, 2007).

2.1.2. Etiologi

Bulimia merupakan salah satu kelainan mental, penyebab bulimia belum diketahui secara biologis. Namun karena ini berhubungan dengan behavioral health, maka para ahli meyakini ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan penyakit ini:

1. Masalah keluarga 2. Perilaku maladaptive 3. Pertentangan identitas diri

4. Budaya yang terlalu menitikberatkan kepada penampilan fisik.

Masalah penampilan serta berat badan merupakan faktor utama yang penyebab bulimia pada seorang wanita. Seorang penderita bulimia biasanya mempunyai ketahanan mental yang kurang, kurang percaya diri dan memiliki masalah dengan berat badan dan ini yang membuatnya menjadi terobsesi dengan penurunan berat badan.

Sekitar 90% penderita bulimia berjenis kelamin wanita, terutama dewasa muda dan remaja. Mereka umumnya bekerja di bidang penampilan

(6)

seperti model, artis dan peragawati. Risiko tinggi terjadi pada golongan tersebut untuk menderita penyakit ini, karena mereka perlu menjaga tubuhnya agar tetap langsing. Penyakit ini timbul karena ada perbedaan besar antara bentuk tubuh yang diinginkan dengan bagaimana pandangan mereka terhadap bentuk tubuhnya. Penderita bulimia nervosa cenderung merasa tubuhnya terlalu besar atau komentar orang lain mengenai bentuk tubuhnya yang kemudian mendorongnya untuk melakukan pengaturan makanan secara ketat.

Faktor lain yang mendorong timbulnya bulimia nervosa adalah masalah keluarga, pubertas, gangguan adaptasi, lingkungan dan penerimaan teman sebaya, media dan masyarakat serta krisis identitas. Bulimia juga sering dihubungkan dengan depresi. Kebanyakan, penderita bulimia berasal dari keluarga yang tidak bahagia, umumnya mereka memiliki orang tua yang gemuk, atau mereka sendiri kegemukan pada masa kanak-kanak. Namun hingga kini masih belum jelas apakah gangguan emosional ini sebagai sebab atau akibat dari bulimia (Ayu Punarsih, Rahmi Nurmadinisia dan Rima Zeinnnamira, 2011).

Menurut Townsend (2015), faktor predisposisi bulimia nervosa antara lain:

1. Faktor fisiologis (physiological factor) a. Genetik

Meurut Townsend (2015) dalam bukunya yang berjudul Psychiatric

Nursimg Assesment Care Plans, and Medications; faktor herediter

menjadi predisposisi pada gangguan makan, hal ini merupakan dugaan sementara (hipotesis) berdasarkan sejarah keluarga yang mengalami gangguan makan serta adanya gangguan lain yang diduga berasal dari kelainan genetik.

“A hereditary predisposition to eating disorders has been hypothesized on the basis of family histories and an apparent association with other disorders for which the likelihood of genetic influences exist. Anorexia nervosa iss more common among sisters and mothers of those with the disorder than among the general population. Several studies have reported a higher than expected frequency of mood and substance use disorders among first-degree

(7)

biological relatives of individuals with eating disorders” (Townsend,

2015)

b. Kelainan neuroendocrine (Neuroendocrine abnormalities)

c. Pengaruh neurokimia (Neurochemical inluences)

Gangguan pola makan juga dipengaruhi oleh komponen genetika lainanya, yaitu neurochemical. Para peneliti telah menemukan bahwa neurotransmitter serotonin dan norepineprin secara signifikan menurun pada pasien yang menderita anoreksia dan bulima nervosa akut. Neurotransmitter ini akan berfungsi secara abnormal pada penderita depresi. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara dua gangguan tersebut. Disamping menciptakan rasa kepuasan fisik dan emosi, neurotransitter, serotonin juga menghasilakn efek kurang nafsu makan. Bahan kimia otak juga telah diteliti pengaruhnya terhadap gangguan pola makan. Ditandai dengan meningkatnya kadar hormon vassopresin dan kortisol. Kedua hormon ini secara normal dikeluarkan sebagai respon terhadap stres yang dialami oleh penderita tersebut. Pada pada penelitian lain ditemukan bahwa tingginya level neuropeptida dan peptide juga berpengaruh pada penderita bulimia. Kedua hormon tersebut menyebabkan rangsan untuk makan pada uji coba binatang (Sidenfeld, 2001). Hipotesis ini telah didukung oleh adanya respon positif penderita bulimia yang telah menggunakan terapi dengan inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI). Beberapa individu telah terbukti menunjukkan penambahan berat badan ketika diberikan nalokson, suatu antagonis opioid (Townsend, 2015)

2. Faktor psikososial

a. Psychodinamic theory

Teori psikodinamik menunjukkan bahwa perilaku yang terkait dengan gangguan makan mencerminkan kegagalan perkembangan di tahun-tahun awal masa kanak-kanak yang disebabkan oleh gangguan dalam interaksi ibu-bayi. Tahapan percaya diri, otonomi, dan kemandirian individu tak terpenuhi, sehingga individu tersebut tetap berada pada tahap ketergantungan. Terjadilah perkembangan ego yang tertunda. Masalahnya diperparah ketika ibu merespon kebutuhan fisik dan emosional anak dengan makanan. Ketika terjadi peristiwa yang

(8)

mengancam ketidakstabilan ego, akan timbul perasaan kurangnya kontrol atas tubuh seseorang, sehingga timbul perilaku yang terkait dengan makanan dan memakan pada kehidupan seseorang (Townsend, 2015).

“The psychodynamic theory suggests that behaviors associated with eating disorders reflect a developmental arrest in the very early years of childhood caused by disturbances in mother-infant interactions. The tasks of trust, autonomy, and separation-individuation go unfulfilled, and the individual remains in the dependent position. Ego development is delayed. The problem is compounded when the mother responds to the child’s physical and emotional needs with food. Manifestations include a disturbance in body identity and a distortion in body image. When events occur that threaten the vulnerable ego, feelings of lack of control over one’s body (self) emerge. Behaviors associated with food and eating provide feelings of control over one’s life” .(Townsend, 2015)

Pada bulimia nervosa memiliki kesulitan dengan kebutuhan remaja, tetapi pasien bulimia nervosa lebih mengungkapkan rasa marah dan impulsi dibanding pasien anoreksia nervosa. Pasien bulimia nervosa biasanya merasakan makan yang tidak terkendali yang dilakukannya sebagai ego-distonik (Sidenfeld, 2001)

b. Family dynamics

Pada bulimia nervosa, cenderung mereka yang memiliki kedudukan tinggi dan perlu berespon terhapa tekanan sosial untuk menjadi kurus. Banyak pasien bulimia nevosa adalah pasien terdeprsi dsn memiliki depresi familial yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh orang tua yang mengikutsertakn anaknya dalam kegiatan yang mengharuskan pengontrolan berat badan yang ketat seperti balet, senam, modeling, dpat sebagai faktor resiko timbulnya bulimia nervossa. Faktoe sosiokultural merupakan faktor yang sangat beasr pengaruhnya terhadap kelaianan ini. Kita tahu bahwa makanan yang banyak beredar serta disukai banyak orang pada saat ini adalah makanan seperti fast food, ice cream, pizza yang merupakan karbohidrat olahan. Setelah

(9)

diteliti, mereka yang mengkonsumsi makanan ini kadar serotonin dalam darah meningkat sementara hingga 450% (Sidenfeld, 2001)

2.1.3. Faktor resiko

Menurut Rushing (2003), bulimia nervosa memiliki faktor resiko antara lain:

1. Gender

Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Bulimia nervosa didapatkan 90% penderitanya adalah wanita, karena wanita lebih banyak mendapatkan tekanan sosial untuk memilki tubuh yang terlihat kurus (Brown, 2005)

2. Ras/etnis

Bulimia terjadi pada 2,3% perempuan kulit putih, dan 0,4% pada wanita kulit hitam (Rushing, 2003)

3. Tinggal sendirian

Biasanya penderita bulimia makan dalam jumlah yang wajar ketika bersama teman atau saudara tetapi ketika senidiran mereka akan makan dalam jumlah yang banyak

4. Kontrol glikemik diabetes yang buruk 5. Perilaku diet

Menurut penelitian fisher dan koleganya didapatkan 50-60% remaja wanita menganggap dirinya over weight, selain itu pada umumnya mereka menjalankan diet yang tidak sehat seperti melewatkan waktu makan dan pemabtasan jumlah kalori yang masuk (Brown, 2005). Hal serupa juga dikatakan oleh Neumark-Sztainer (2005), bahwa lebih dari setengah remaja wanita dan hampir sepertiga remaja laki-laki menjalankan diet seperti melewatkan waktu makan, berpuasa, merokok, sengaja muntah dan menggunakan obat laksatif 6. Perasaan rendah diri

Kepercayaan diri yang rendah, perfeksionis, berperilaku impulsif, mudah marah, depresi, mudah cemas, dan gangguan obsesif konvulsi dapat menjadi faktor bagi seseorang untuk mengalami gangguan makan

7. Pekerjaan yang berfokus pada berat-badan

Public figure seperti artis, model, aktor, atau penari mempunyai tekanan yang lebih tinggi untuk memiliki bentuk tubuh yang langsing atau kurus, sehingga mereka lebih beresiko untuk menderita bulimia 8. Keterlibatan dengan atletik

(10)

Umumnya bulimia diderita oleh atlit seperti pegulat, gymnastik, atau pelari. Para pelatih dan orang tua juga mungkin secara tidak sengaja mendorong para atlit muda untukmenurunkan berat badannya atau melarang anak didiknya untuk makan agar mampu memberikan performa yang lebih baik ketika bertanding

9. Pelecehan seksual

Pelecehan seksual dianggap sebagai salah satu pemicu terkuat yang dapat menimbulkan penyimpangan perilaku makan (Tiemeyer, 2007) 10. Media, baik cetak maupun elektronik.

Media membombardir kita dengan gambar model yang ideal dan ide bahwa orang yang berpenampilan baik memiliki hidup yang lebih baikndan banyak keuntungan. Hal tersebut sangatlah tidak

representatif terhadap kenyataan yang ada. Keterpaparan terhadap kesan yang ideal secara teus menerus dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan pada bentuk tubuh sendiri yang ada akhirnya dapat menyebabkan gejala penyimpangan perilaku makan (Fairburn&Hill, 2005)

2.1.4. Patofisiologi

Makan secara berlebihan secara berulang-ulang, merupakan gejala utama dari bulimia. Bulimia ini akan diikuti dengan muntah, diet yang ketat serta olah raga berlebihan. Namun untuk mendeteksi gejala bulimia dalam kehidupan sehari-hari sangatlah susah. Proses makan berlebihan terkadang adalah hal umum dalam masyarakat. Makan merupakan kegiatan yang menyenangkan, bisa menghilangkan stres atau depresi. Selain itu, setiap orang juga memiliki nafsu makan berbeda, sehingga makan dengan jumlah banyak tersebut kadangkala adalah hal yang normal (Cecily, 2009).

Selain itu, penderita bulimia tidak selalu kurus. Bisa saja memiliki berat badan normal atau gemuk. Namun ada beberapa pertanda yang bisa dianggap sebagai gejala bulimia, yaitu, selalu ke kamar mandi setelah makan untuk muntah, olahraga berlebih, terjadi perubahan seperti pipi atau rahang yang bengkak, pecahnya pembuluh darah di mata, rusaknya lapisan

(11)

email gigi, terlalu terbelenggu dengan urusan berat ataupun bentuk badan (Cecily, 2009).

Bahaya bulimia ini disebabkan oleh perilaku makan berlebihan dan kemudian membersihkannya secara berulang. Berbagai macam organ akan rusak akibat pembersihan secara ekstrim ini, seperti pembengkakan kelenjar ludah di pipi, jaringan parut di jari tangan yang digunakan untuk merangsang muntah, pengikisan email gigi akibat bulimia yang sering muntah dan mengeluarkan asam lambung, kadar kalium yang rendah dalam darah, gigi sensitif terhadap panas atau dingin, masalah pada kelenjar ludah yang berupa rasa nyeri atau pembengkakan, paparan asam lambung berlebih pada kerongkongan bisa menyebabkan borok, pecah atau penyempitan, terganggunya proses pencernaan akibat pencahar, bisa mengakibatkan disfungsi organ pencernaan, ketidakseimbangan cairan tubuh akibat stimulus zat diuretik secara berlebih (Cecily, 2009).

Beberapa penelitian menjelaskan bahwa pada penderita bulimia yang parah, kadar neurotransmiternya (pengantar kimia pada otak), terutama serotonin - yang berhubungan dengan depresi dan gangguan obsesif-kompulsif cenderung lebih rendah. Bahan kimia tersebut mengontrol tubuh dalam pembuatan hormon. Penderita bulimia memiliki kadar neurotransmitter serotonin dan norepinephrine yang sangat rendah. Keduanya berperan penting dalam mendorong kelenjar pituitari untuk membuat dan melepaskan hormon yang mengontrol sistem neuroendokrin yang mengatur emosi, perkembangan fisik, ingatan dan detak jantung. Ketika hormon tidak terbentuk, kerja beberapa fungsi tubuh tersebut menjadi terganggu. Penelitian lain menemukan rendahnya kadar asam amino triptofan dalam darah. Asam amino triptofan merupakan sejenis zat dalam makanan yang penting untuk produksi serotonin, yang bisa menyebabkan depresi dan mendorong terjadinya bulimia. Meski bulimia umumnya tidak disebabkan oleh adanya gangguan fisik, perilakunya bisa dihubungkan dengan gangguan neurologis, endokrin, dan hipotalamus. Namun masih perlu penelitian lebih lanjut sampai ditemukan bukti pasti hubungan antara sistem fisiologis tubuh dan gangguan makan. Ada

(12)

kemungkinan siklus bulimia berhubungan dengan faktor biologis. Para ahli yakin, metabolisme tubuh beradaptasi terhadap siklus bulimia dengan memperlambat metabolisme, sehingga mempertinggi risiko kenaikan berat tubuh meski asupan kalori normal. Proses muntah dan penggunaan pencahar dapat merangsang pembentukan opioid alami, narkotika di dalam otak yang menyebabkan ketergantungan pada siklus bulimia (Ayu Punarsih, Rahmi Nurmadinisia dan Rima Zeinnnamira, 2011).

Menurut (Wardlaw dan Hampl, 2007). Keadaanini akan terus berulang hingga menjadi sebuah siklus seperti berikut ini.

(13)

2.1.5. WOC (Web of Caution)

2.1.6. Klasifikasi

Menurut DSM-IV (Wardlaw&Hampl, 2007) Bulimia Nervosa ada 2 type yaitu:

1. Bulimia Nervosa-Purging Type : Tipe yang memuntahkan kembali makanan setelah sangat kenyang (menggunakan purging medications).

Gigi sensitif terhadap panas dan dingin Faktor Biologis Faktor Psikologis Emosional, impulsif, ketergantungan alkohol, labilitas emosional (bunuh diri, perfeksionis Ego-dystonic Faktor Sosial Bulimia Penggunaa n laksatif olah raga secara berlebihan MK : Ketidakseimba ngan nutrisi kurang dari kebutuhan Perangsangan muntah secara berlebihan (purge) MK: Kekuranga n volume cairan Gangguan makan dan gangguan metabolik Dehidrasi Asam lambun g keluar Paparan asam lambung berlebihan pada erosi mukosa esofagus Pengikis an email gigi MK: Kerusakan Gigi Nafsu makan menuru n MK: Kerusakan Membran Mukosa Oral Neurotransmiter kadarnya abnormal (serotonin&norepinef rin) gangguan perilaku makan Memiliki standar tinggi &memberi respon tekanan sosial MK : Ketidake fektifan koping individu Anggapan tubuh langsing ialah ideal Depresi, depresi familial Maladaptif perilaku (binge&purge) Tidak mampu merubah perilaku (binge & MK: Gangguan MK: Defisiensi Pengetahu

(14)

Dilakukan dengan menusukkan jari ke tenggorokan, atau dengan menggunakan obat-obatan laksatif, obat pencahar, maupun obat-obatan lain. Tujuannya agar makanan tidak sempat dicerna oleh tubuh sehingga tidak menambah berat badan.

2. Bulimia Nervosa-Non Purging Type : Penderita berolahraga berlebihan setelah makan atau berpuasa untuk mengontrol berat badan, namun tidak muncul purging behaviors. Tujuannya agar energi yang dihasilkan dari makanan dapat langsung dibakar dan habis.

Menurut DSM-V kriteria dari Bulimia Nervosa sebagai berikut:

a. Sering makan dan berulang dalam porsi yang banyak. Makan dengan porsi banyak ditandai dengan dua hal sebagai berikut:

Makan dalam rentang waktu 2 jam sekali dengan porsi jumlah makanan yang pasti lebih besar daripada kebanyakan orang yang akan makan selama periode waktu yang sama dan dalam kondisi yang sama.

Rasa kurangnya dapat mengontrol nafsu makan sehingga seseorang tidak bisa berhenti makan atau mengendalikan apa atau berapa banyak yang dimakan.

b. Melakukan tindakan seperti memuntahkan apa yang dimakan, penyalahgunaan obat laksatif, diuretik, atau obat-obatan lain, puasa, atau olahraga berlebihan secara berulang yang bertujuan untuk mencegah kenaikan berat badan.

c. Perilaku seperti ini biasanya dilakukan dalam kurun waktu seminggu sekali dalam 3 bulan.

d. Tujuan dari perilaku ini adalah berat badan dan bentuk tubuh.

2.1.7. Manifestasi klinis

Menurut National Eating Disorders Collaboration (NEDC, 2013). Tanda dan Gejala dari Bulimia Nervosa ada tiga dari fisik, psikologi dan tingkah laku:

a. Tanda-tanda fisik

(15)

 Tanda-tanda kerusakan pada tubuh karena muntah termasuk pembengkakan di sekitar pipi atau rahang, kerusakan gigi dan bau mulut.

 Merasa kembung, sembelit.

 Gangguan pada periode menstruasi pada anak perempuan dan wanita.

 Pingsan atau pusing.

 Merasa lelah dan tidak dapat tidur dengan baik. b. Tanda-tanda psikologis:

 Keasyikan dengan makan, makanan, bentuk tubuh dan berat badan.  Sensitivitas terhadap pernyataan yang berkaitan dengan makanan,

berat badan, bentuk tubuh atau berolahraga.  Merasa memiliki citra tubuh yang berubah.  Terobsesi dengan makanan.

 Depresi, kecemasan atau mudah marah.

 Ketidakpuasaan dengan bentuk dan berat badan. c. Tanda-tanda perilaku:

 Bukti sering makan banyak

 Muntah atau menggunakan obat pencahar, menggunakan penekan nafsu makan atau diuretik.

 Makan secara pribadi dan menghindari makanan dengan orang lain.  Perilaku Anti sosial, menghabiskan lebih banyak waktu sendirian.  Perilaku berulang atau obsesif berkaitan dengan bentuk tubuh dan

berat badan

 Perilaku Secretive sekitar makanan.  Kompulsif atau berlebihan berolahraga.  Perilaku Diet.

 Sering ke kamar mandi setelah makan yang bisa menjadi bukti muntah atau penggunaan laksatif.

 Perilaku tidak menentu.

 Penyalahgunaan zat atau obat untuk usaha bunuh diri.

2.1.8. Pemeriksan Diagnostik

Uji Laboratorium dan Diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan bulimia nervosa adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan fisik yang menyeluruh.

2. Uji kadar elektrolit serum. Dikhawatirkan muncul hipokalemia, hiponatremia, alkalosis metabolik, hipokloremik.

(16)

4. Evaluasi faktor-faktor psikologis.

Menurut Wong (2008), pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain 1. Laboratorium

Darah rutin, kadar elektrolit (Bisa muncul hipokalemia, hiponatremia, alkalosis metabolik, hipokloremik), kadar kalsium dan fosfat serum, pemeriksaan fungsi hati dan tiroid, Kadar amilase serum mungkin meningkat.

2. Pemeriksaan elektrokardiografi dilakukan bila ada gangguan fungsi jantung atau mendapat pengobatan antidepresan.

3. Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan yang disebabkan oleh malnutrisi.

2.1.9. Pentalaksanaan

Penanganan diberikan seperti untuk pasien rawat jalan kecuali bila timbul masalah medis yang berat. Diperlukan penanganan antardisiplin untuk mendapatkan basil yang optimal. Pengobatan rawat jalan mencakup pemantauan medis, rencana diet untuk memulihkan status nutrisi, dan psikoterapi keluarga. Penanganan meliputi membantu individu mempelajari pemantauan sendiri dan untuk mengidentifikasi distorsi pola pikir tentang berat badan, makanan, citra tubuh, dan hubungan. Tujuan penanganan adalah mengembalikan pada makan yang normal. Penanganan psikofarmakologis (misal, antidepresan) juga dapat digunakan.Prognosis lebih baik bila kondisi ditangani sejak dini, sebelum purgasi diperkuat dengan penurunan berat badan.

Prinsip Penatalaksanaan Bulimia Nevosa menurut (Soetjiningsih, 2012) ada beberapa hal yakni sebagai berikut :

1. Fokus utama pengobatan adalah menurunkan pola makan ala bulimik 2. Hindari makanan yang merangsang pola makan binge seperti es krim. 3. Obati depresi yang biasanya menyertai bulimia

4. Libatkan para remaja dalam psikoterapi individu dengan atau tanpa melibatkan keluarga.

5. Latihan olahraga yang ringan sampai sedang. 6. Terapi Kelompok sangat membantu penyembuhan

7. Bila penderita menggunakan diuretik, berikan diet rendah garam karena terjadi retensi cairan bila diuretik diberikan.

(17)

Menurut DepKes (2010) ada beberapa terapi pada bulimia nervosa, antara lain:

1. Terapi Non Farmakologi a. Terapi Psikologis

Terapi CBT ( Cognitive behavioral therapy) merupakan terapi psikologis yang memiliki tujuan menstop makanan yang berlebihan yang dapat menyebabkan muntah dan mengubah sikap pasien terhadap makanan. Metode CBT memiliki 3 fase yang memrlukan waktu khusus dalam 20 minggu terapi fase pertama, pasien diajarkan tentang bulimia nervosa yaitu faktor faktor yang menyebabkan penyakit ini diantanranya tindakan pengaturan frequensi dan pola makan dengan cara menghindari makanan yang sebanyak banyaknya atau pengetahuan tentang purging pada sesi terapi ini. pada fase kedua pasien diajarkan dalam kebebasan memilih makanan dan diberi tambahan waktu untuk memperbaiki makanan disfungsional dalam tubuh dan pola pikirnya. Pada fase ketiga tujuannya maintenance dan mencegah kekambuhan. Pada terapi CBT (Cognitive behavioral therapy) di dapatkan 45 % pasien stopped bingeing and purging dan 35 % tidak lagi memenuhi criteria bulimia nervosa. Pada 31 %- 44% pasien menglami kekambuhan dalam waktu 4 bulan setelah terapi CBT (Cognitive behavioral therapy) . kekambuhan ini diduga akibat motivasi rendah selama terapi dan makanan yang terlalu khusus yang menyebabkan peningkatan frequensi muntah sebelum terapi.

Umumnya dokter melakukan terapi kognitif, yang bertujuan untuk :

 Merubah persepsi dan cara berpikir pasien mengenai tubuhnya. Dokter mendorong pasien untuk berpikir secara benar terhadap dirinya sehingga menjadi lebih obyektif melihat suatu masalah, dan menghilangkan sikap serta reaksi yang salah terhadap makanan.

(18)

 Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama dalam pengobatan.

 Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta diare : Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis makanan pasien bulimia nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal dirumah tanpa pengawasan.

Selain terapi kognitif , pasien bulimia biasanya juga akan mendapatkan konseling dan terapi tingkah laku. Sebagian besar gangguan makan permasalahannya bukanlah pada makanan itu sendiri, tetapi pada kepercayaan diri dan persepsi diri. Terapi akan efektif jika ditujukan pada penyebabnya, bukan pada gangguan makannya. Terapi individu, dikombinasikan dengan terapi kelompok dan terapi keluarga seringkali sangat membantu. Terapi kelompok adalah terapi dimana penderita penyakit yang sama saling membagi pengalaman mereka.

b. Terapi Nutrisi

Ahli gizi dapat mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan mengenai tujuan terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari pola makan yang salah terhadap kesehatan. Pengaturan diet untuk penderita bulimia nervosa dilakukan secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta. Selain dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga olahraga secara tepat dan teratur.

2. Terapi Farmakologis

- Untuk penderita bulimia umumnya diberikan obat-obatan jenis antidepresan bersama dengan pengobatan psikoterapi. Obat yang diberikan umumnya dari jenis trisiklik seperti imipramine (dengan merek dagang Tofranil) dan desipramine hydrochloride (Norpramin); atau jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine (Antiprestin, Courage, Kalxetin, Nopres, dan Prozac), sertraline (Zoloft), dan paroxetine (Seroxat).

- Obat fluoxetine dengan dosis 60 mg / hari yang mempunyai efek dapat menurukan respon muntah dan memperbaiki gangguan makan. Fluoxetine dilaporkan dapat menurunkan respon muntah

(19)

dan memperbaiki gangguan makanan dalam 4 minggu dalam terapi. Dan pada penggunaan terapi fluoxetine selama 1 tahun di laporkan dapat menurunkan kekambuhan dan efeknya lebih tinggi dari pada placebo. Berbagai kasus 5 pasien kurus dengan gangguan makan dilaporkan bahwa sertraline memiliki efek dapat memulihkan berat badan dan mengurangi gangguan makan. Pada citalopram memiliki efek dalam mengobati gangguan makan. Sedangkan pada milnacipran, obat anti depresan, kedua serotonergik dan noradrenergic mempunyai efek dalam menguangi gejala bulimia pada beberapa kasus yg tidak tertangani. Tetapi sampai saat ini hanya fluoksetin, yang merupakan satu-satunya obat yang dibenrkan Oleh U.S food and Drug Administration

sebagai terapi Bulimia Nervosa . (Rushing, 2003)

Berikut adalah adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah membaik :

a. Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu merupakan respon yang fisiologis.

b. Agar pasien mau makan, maka kita katakankepadanya bahwa rasa lapar yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi.

c. Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan terhadap kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk beberapa bulan.

d. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini mudah berulang kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah dengan memberikan rasa percaya diri kepada pasien terhadap penampilan dan berat badannya.

2.1.10. Pencegahan

Program pemerintah terkait penganggulangan kasus bulimia pada remaja belum ditemukan. Namun, dapat dilakukan tindakan pencegahan yang yaitu dengan mengamati ada-tidaknya gejala pada keluarga maupun orang-orang terdekat. Ketika beberapa gejala ditemui dapat dilakukan pendekatan secara interpersonal, berempati dan mendorong untuk makan

(20)

dan berolahraga secara normal, serta memberitahukan dampak negatif bulimia. penderita bulimia tidak dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena itu tindakan pertolongan yang harus segera diberikan yaitu disarankan untuk berkonsultasi langsung ke para ahli kesehatan.

Saran lain yang dapat diberikan kepada penderita bulimia yaitu:

1. Rajin berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mendiskusikan tentang kesehatan, berat badan dan gizi yang benar. 2. Meningkatkan rasa percaya diri dengan mengikuti kegiatan yang

disukai dan memberi kepuasan diri, misalnya mempelajari keahlian baru, mengembangkan hobi atau aktif di kegiatan sosial di lingkungan sekitar.

3. Meningkatkan dinamika lingkungan, diusahakan agar tercipta suasana yang nyaman dan kondusif di lingkungan keluarga atau pekerjaan.

4. Bersikap realistis dengan tidak mudah percaya pada apa yang digambarkan oleh media tentang berat dan bentuk badan ideal (Ayu Punarsih, Rahmi Nurmadinisia dan Rima Zeinnnamira, 2011).

2.1.11. Komplikasi

Menurut Lynn 2009 dan Parakrama 2005 dampak Bulimia Nervosa adalah 1. Fisik

a. Kehilangan selera makan, hingga tidak mau mengkonsumsi makanan apapun

b. Luka pada tenggorokan dan infeksi saluran pencernaan akibat terlalu sering memuntahkan makanan

c. Lemah, tidak bertenaga

d. Sulit berkonsentrasi.gangguan menstruasi e. Kematian

f. Erosi dan lubang pada gigi serta penyakit gusi g. Dehidrasi

h. Iritasi dan pembengkakan tenggorokan i. Pembengkakan pada pipi

j. Rambut rontok dan kulit kering k. Masalah pencernaan

2. Psikologis

a. Perasaan tidak berharga

b. Sensitif, mudah tersinggung, mudah marah c. Mudah merasa bersalah

d. Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain

(21)

g. Minta perhatian orang lain h. Depresi (sedih terus menerus)

2.1.12. Prognosis Bulimia

Angka kematian lebih rendah dan tingkat pemulihan lebih tinggi dari anoreksia nervosa. Kematian dari bulimia nervosa diperkirakan pada 0% hingga 3% tetapi dapat dianggap remeh karena beberapa jangka panjang tindak lanjut penelitian yang melibatkan pasien bulimia. Sekitar 50% dari pasien bebas dari seluruh gejala bulemia 5 tahun setelah treatment. Meskipun hasil penelitian pada bulemia nervosa adalah jarang, dengan perkiraan statistik terbatas, telah menunjukkan bahwa angka kematian dan pemulihan secara langsung berhubungan dengan intervensi dini dan treatment. (Rushing, 2003)

2.2. Konsep Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Bulimia Nervosa

2.2.1. Pengkajian

1. Data demografi

Usia remaja atau dewasa muda,sering mengalami masalah bulimia, namun mempunyai rentang umur antara 13-58 tahun. Sekitar 90-95 % bulimia nervosa mengenai kelompok masyarakat dengan status sosial ekonomi tinggi, namun belakangan dilaporkandapat mengenai semua kelompok masyarakat. Perkiraan bulimia nervosa berkisar dari 1 hingga 3 persen pada perempuan muda. Kaji faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, antara lain; keterlibatan dengan atletik dan pekerjaan yang berfokus pada berat badan.

2. Keluhan utama

Biasanya pasien jarang mengungkapkan keluhan utama yang dirasakan, dan pasien merasa tidak menderita bulimia nervosa.

3. Riwayat penyakit sekarang

Sejak kapan pasien mengalami bulimia (dusertai tanda binge dan purge)? Klien biasanya mengalami peristiwa makan yang sangat banyak terutama makanan yang mengandung karbohidrat dan dihabiskan dalam jangka waktu yang singkat, tetapi untuk mencegah terjadinya kegemukan maka setelah makan ada tahap untuk

(22)

mengurangi/.mengeluarkan makanan dan terjadilah muntah atau mengkonsumsi obat penurun berat badan dan diet yang ketat (Sidenfeld dan Ricket, 2001).

4. Riwayat penyakit dahulu

Apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya? kapan waktunnya? Apakah penangan mandiri pasien sebelum berobat/dirawat di RS? Kaji adanya riwayat gangguan elektrolit, ketidakteraturan menstruasi, atau gejala GI seperti sembelit, memberikan petunjuk penting jika ini merupakan penyebab yang tidak jelas. (Rushing, 2003). Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya, kapan waktu terjadinya, dan penangan yang dilakukan sendiri sebelum di rawat. Klien bulimia nervosa sering berfokus pada cara menyenangkan orang lain dan menghindari konflik. Klien dengan bulimia sering memiliki perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat, ansietas, depresi, dan gangguan kepribadian.

5. Riwayat penyakit keluarga

Mengkaji apakah ada keluarga pasien yang pernah menderita penyakit bulimia nervosa? Apakah pasien mengalami disfungsi dalam keluarga? Apakah mempunyai riwayat kekerasan fisik maupun seksual semasa kanak-kanak? Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit bulimia nervosa. Kebanyakan, penderita bulimia berasal dari keluarga yang tidak bahagia, umumnya mereka memiliki orang tua yang gemuk, atau mereka sendiri kegemukan pada masa kanak-kanak. Namun hingga kini masih belum jelas apakah gangguan emosional ini sebagai sebab atau akibat dari bulimia. (Kaplan, 1997)

6. Riwayat sosial

Pasien bulimia cenderung memiliki standar yang tinggi dan memberikan respon terhadap tekanan sosial yang menuntut orang untuk ramping.

7. Riwayat psikososial

Klien dengan bulimia nervosa tidak bangga dengan perilaku mereka. Setelah makan berlebihan, biasanya mereka akan merasa bersalah dan

(23)

berdaya dengan situasi yang mereka alami (Wardlaw dan Hampl, 2007). Kaji apakah pasien memiliki perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat dan pencurian, ansietas, depresi, dan gangguan kepribadian? Apakah pasien memiliki perilaku makan berlebihan (binge) dan pengurasan/pengeluaran makanan setelah makan (purge)? Apakah pasien menyadari bahwa perilakunya abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikan dari orang lain? Apakah pasien merasa lepas kendali dan tidak mampu merubah perilaku tersebut.

8. Keadaan umum

Banyak pasien bulimia memiliki berat badan yang normal. Catat kehilangan BB 15% dibawah normal atau lebih. Pasien bulimia nervosa dapat kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan, tetapi biasanya mendekati berat badan yang diharapkan sesuai dengan usia dan ukuran tubuhnya.

9. Pemeriksaan fisik a. Kepala

Lihat kebersihan kepala, bentuk kepala simetris atau tidak, adakah lesi, adakah massa, adakah kelainan pada kepala.

b. Leher

Lihat bentuk leher simetris atau asimetris, adakah pemesaran kelenjar tiroid, adakah pembesaran vena jugularis. Biasanya ditemukan adanya luka pada daerah tenggorokan, karena rangsangan muntah secara manual oleh penderita bulimia

c. Mulut

Biasanya pada pasien bulimia nervosa ditemukan karies gigi, lidah kotor, membran mukosa mulut kering, dan perut agak cekung atau semua ini tidak dapat dikaji karena dirahasiakan oleh pasien. Pembesaran kelenjar ludah, terutama kelenjar parotis bilateral tanpa nyeri. Erosi email gigi (perimolisis), biasanya pada permukaan gigi bagian lingual, palatal dan posterior.

d. Abdomen

Terasa penuh, mual-mual, Diare berdarah (penyalahgunaan laksan) 1) Nutrisi:

Mengkaji intake dan output nutrisi, porsi makan, nafsu makan, pola makan, dan aktifitas setelah makan. Pasien bulimia biasanya mempunyai perilaku makan berlebihan (binge) dan pengurasan/pengeluaran makanan setelah makan (purge).

(24)

2) Cairan:

Mengkaji tentang intake cairan yang berkurang dan output cairan yang berlebihan, keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, kalsium, albumin), turgor kulit tidak elastis dan membran mukosa kering.

e. Ekstermitas

1) Perubahan kulit: terutama bagian dorsum jari berhubungan dengan penggunaan jari untuk membuat muntah meliputi hiperpigmentasi, kalus atau luka parut.

2) Mengkaji aktivitas sehari-hari, kesulitan mengatur pola makan

(binge/makan berlebihan), mencegah terjadinya

pengurasan/pengeluaran (purge) dan kekuatan otot. Hal ini membuat pasien cepat lelah karena asupan nutrisi dan cairan yang cukup.

3) Rasa lelah, lemah dan pembengkakan pada tangan serta kaki 4) Kram otot

f. Psikologis

Mengkaji emosi, penegtahuan terhadap penyakit, dan suasana hati pasien. Pasien mengalami gangguan makan, mempunyai mood yang labil, biasanya berhubungan dengan perilaku makan atau diet pasien. Makanan yang dapat menggemukkan akan memberikan perasaan kuat dan kendali dalam tubuhnya, sedangkan makan berlebihan atau pengurasan menimbulkan ansietas, depresi, dan perasaan lepas kendali. Pasien sering tampak sedih, cemas dan khawatir.

Pasien bulimia awalnya tampak senang dan gembira, seolah-olah tidak ada yang salah. Wajah yang menyenangkan biasanya hilang saat pasien menunjukkan perilaku makan berlebihan dan pengurasan, dan psien mungkin menunjukkan emosi yang intens tentang perasaan bersalah, malu, dan memalukan. Pasien merasa lepas kendali dan tidak mampu merubah perilaku tsb meskipun pasien mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang patologis.

Hal ini yang menyebabkan pasien menjalani hidup yang rahasia, dengn diam-diam melakukan makan yang berlebihan dan

(25)

diluangkan untuk membeli dan memakan makanan dan kemudian melakukan pengurasan dapat mengganggu performa peran baik di rumah maupun di lingkungan.

g. Pemeriksaan penunjang

Menurut Wong (2008), pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain

1) Laboratorium

Darah rutin, kadar elektrolit (Bisa muncul hipokalemia, hiponatremia, alkalosis metabolik, hipokloremik), kadar kalsium dan fosfat serum, pemeriksaan fungsi hati dan tiroid, Kadar amilase serum mungkin meningkat.

2) Pemeriksaanelektrokardiografi dilakukan bila ada gangguan fungsi jantung atau mendapat pengobatan antidepresan.

3) Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan yang disebabkan oleh malnutrisi.

2.2.2. Diagnosa Keperawatan

Menurut Kneisl dan Trigoboff (2013) dan Townsend (2011), sesuai dengan NANDA, diagnosa keperawatan yang sering muncul pada bulimia nervosa adalah:

1. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengubah perilaku

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologis, rangsangan muntah sendiri, penggunaan laksatif yang berlebihan

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar

4. Penurunan harga diri kronik berhubungan dengankurang percaya diri dan merasa rendah

5. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih, muntah yang diinduksikan sendiri secara konsisten, penggunaan laksatif atau diuretik berlebihan, erosi esofagus atau robekan esofagus

(26)

6. Cemas (sedang sampai berat) berhubungan dengan harga diri yang rendah, gangguan pada sistem keluarga dan merasa tidak berdaya 7. Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan perlukaan

mukosa kerongkongan, malnutrisi atau defisiensi vitamin, hygiene oral yang buruk

8. Kerusakan gigi berhubungan dengan kebiasaan diet, hygiene oral yang buruk, muntah kronik

2.2.3. Intervensi

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor psikologis, rangsangan muntah sendiri,

penggunaan laksatif yang berlebihan

DS:

- Nyeri abdomen - Muntah

- Kejang perut

- Rasa penuh tiba-tiba setelah makan DO:

- Diare

- Rontok rambut yang berlebih

- Kurang nafsu makan - Bising usus berlebih - Konjungtiva pucat - Denyut nadi lemah

NOC:

a. Nutritional status: Adequacy of nutrient

b. Nutritional Status : food and Fluid Intake

c. Weight Control

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam keburuhan nutrisi klien terpenuhi. Kriteria hasil:  Nilai Laboratorium: a. Albumin serum >3,5gr/dl b. Hematokrit : Laki-laki: 40- 48% Wanita: 37-43% c. Hemoglobin Wanita: 12-16gr/dl Laki-laki: 14-18gr/dl d. BUN serum Dewasa 5-25mg/dl  Berat badan dalam rentang

normal dari perhitungan berat badan ideal

1. Berikan pengawasan pasien dengan tetap tinggal diruangan tanpa kamar mandi 2. Hindari pemberian laktasif 3. Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan 4. Libatkan pasien dalam melakukan program perubahan perilaku

5. Timbang berat badan tiap hari dan buat jadwal teratur 6. Rujuk ke ahli gizi 7. Catat berat badan

saat masuk dan bandingkan dengan sebelumnya 8. Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama 9. Auskultasi bising usus 10.Berikan tambahan makanan / nutrisi

(27)

(TB)2(dalammeter)  Asupan nutrisi seimbang

sesuai berat badan

- Bising usus 5 – 30 x/menit - Abdomen tidak terdapat

nyeri tekan

- Konjungtiva merah muda (tidak anemis)

mukosa, turgor kulit 12.Dorong klien untuk

makan semua makanan yang telah disajikan

13.Awasi pemeriksaan laboratorium, antara glukosa serum, albumin dan total protein

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Kekurangan volume

cairan tubuh

berhubungan dengan output yang berlebih,

muntah yang

diinduksikan sendiri

secara konsisten,

penggunaan laksatif atau diuretik berlebihan, erosi esofagus atau robekan esofagus DS : - Haus DO: - Penurunan turgor kulit/lidah - Membran mukosa/kulit kering - Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi - Pengisian vena menurun - Perubahan status mental - Konsentrasi urine meningkat - Temperatur tubuh meningkat - Kehilangan berat badan secara tiba-tiba

NOC:

❖ Fluid balance ❖ Hydration

❖ Nutritional Status : Food and

Fluid Intake

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil:

❖ Mempertahankan urine output, dengan cara :

Balance cairan (intake = output):

Intake+ air metabolisme= output + IWL

(IWLdewasa=15cc/kgBB/jam)

(Air metabolisme=

5cc/kgBB/jam)

 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi:

Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

❖ Vital sign dalam batas normal: S: 36-370C BP:110-120/70 mmHg RR:16-20 x/menit HR : 80-100 x/menit ❖ Pemeriksaan laboratorium: NIC :

1. Awasi vital sign, status membran mukosa turgor kulit

2. Awasi jumlah masukan cairan (intake & output) 3. Indentifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan cairan 4. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit. 5. Memberikan cairan sesuai indikasi 6. Auskultasi bising usus 7. Awasi pemeriksaan laboratorium tentang elektrolit 8. Menimbang berat

badan tiap hari 9. Kaji riwayat klien

(28)

- Penurunan urine output - Hematokrit meningkat - Kelemahan a. Elektrolit : Na: 135 -145 mEq/L Ca: 4-5mEq/L K : 3.5 – 5.3 mEq/L: b. Hematokrit Laki-laki: 40-48% Wanita: 37-43% c. Hemoglobin Wanita: 12-16gr/dl Laki-laki: 14-18gr/dl sehubungan lamanya dari muntah 10. Monitor suhu , warna kulit, kelembapan kulit 11. Kolaborasi pemberian cairan infus Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi Ketidakefektifan koping

individu berhubungan

dengan ketidak mampuan untuk mengubah perilaku

NOC:

Coping 1302

Setelah dilakukan

tindakan keperwatan 4 x 24 jam ketidakefektifan koping individu dapat terpenuhi.

Kriteria hasil:

a. Mengidentifikasi metode yang tidak berhubungan dengan makanan dalam menghadapi stress atau krisis b. Menggunakan perasaan bersalah, ansietas, marah, atau kebutuan yang berlebihan akan kontrol c. Menunjukkan hubungan interpersonal yang lebih memuaskan d. Mengungkapkan citra

tubuh yang lebih realitas e. Menunjukkan metode alternatif dalam menghadapi stress atau krisis NIC 1. Menerapkan batasan dengan pasien tentang kebiasaan makan

2. Dorong pasien makan dengan pasien lain atau

keluarganya, jika

ditoleransi

3. Dorong pasien untuk mengungkapkan

perasaannya (ansietas dan rasa bersalah tentang makan)

4. Dorong pasien untuk membuat catatan harian guna menuliskan tipe dan jumlah makanan yang dimakan/

5. Identifikasi perasaan yang dialami sebelum, sesudah dan setealha makan terutama tentang perilaku makan yang

berlebihan dan

pengurasan.

6. Diskusikan makanan yang menyenangkan bagi pasien dan mengurangi ansietas 7. Bantu pasien menggali

cara mengatasi emosi (marah, ansietas, dan

(29)

peningkatan harga diri dan percaya diri.

8. Berikan umpan balik positif terhadap klien. 9. Ajarkan pasien tentang

penggunaan proses

penyesalan masalah. 10. Eksplorasi bersam pasien

tentang kekuatan

personalnya.

11. Diskusikan dengan

pasien tentang ide menerima berat badan yang kurang “ideal” 12. Dorong pasien untuk

mengungkapkan

perasaannya tentang anggota keluarga dan orang terdekat, peran, dan hubungan dengan mereka.

Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi

Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria

Hasil

Intervensi Gangguan Citra Tubuh

berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar DS:

- Depersonalisasi bagian tubuh

- Perasaan negatif tentang tubuh

- Secara verbal menyatakan perubahan gaya hidup DO :

- Perubahan aktual struktur dan fungsi tubuh

- Kehilangan bagian tubuh - Bagian tubuh tidak

berfungsi NOC: ❖ Body image ❖ Self esteem Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam gangguan body image pasien teratasi dengan kriteria hasil:

❖ Body image positif ❖ Mampu mengidentifikasi kekuatan personal ❖ Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh ❖ Mempertahankan interaksi sosial NIC :

Body image enhancement 1. Kaji secara verbal dan

nonverbal respon klien terhadap tubuhnya

2. Monitor frekuensi

mengkritik dirinya

3. Jelaskan tentang

pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit 4. Dorong klien mengungkapkan perasaannya 5. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu 6. Fasilitasi kontak dengan

individu lain dalam kelompok kecil

7. dan menerima diri sendiri.

8. Libatkan dalam program pengembangan pribadi

(30)

9. Anjurkan konsultasi pada konsultan citra diri.

10. Gunakan pendektan psikoterapi daripada terapi penafsiran. Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria

Hasil Intervensi Defisiensi Pengetahuan Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.

DS: Menyatakan secara verbal adanya masalah DO: ketidakakuratan

mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai

NOC: ❖ Kowlwdge : disease process ❖ Kowledge : health Behavior Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam, pasien menunjukkan

pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:

❖ Pasien dan keluarga menyatakan

pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

❖ Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar

❖ Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

NIC :

1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga

2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

4. Gambarkan proses

penyakit, dengan cara yang tepat

5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat

6. Sediakan informasi pada pasien dan kelurga tentang kondisi, dengan cara yang tepat

7. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan

8. Dukung pasien untuk

mengeksplorasi atau

mendapatkan second

opinion dengan cara yang

(31)

2.2.4. Evaluasi

1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi 2. Kebutuhan cairan terpenuhi 3. Koping individu efektif 4. Konsep diri positif

(32)

BAB III TINJAUAN KASUS

Nn “G” berusia 17 tahun datang ke RS pada tanggal 3 Mei 2016 jam 20:00 wib, dengan keluhan diare yang bercampur dengan darah lebih dari 2 hari. Pasien tampak lemah, pucat, kurus, membran mukosa dan kulit tampak kering. Pasien tampak murung. BB: 40 Kg dan TB 158 cm. Keluarga pasien sering menemukan obat pencahar di kamar pasien akhir-akhir ini dan pasien sehabis makan sering ke kamar mandi dan muntah-muntah. Dirumah pasien muntah >6x/hari

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 3 Mei 2016: Albumin 2,7 mg/dl, Hb: 10 gr/dl, HCT 40 %, Kalium 3,0 meq/dl, Natrium 120 meq/dl. Vital sign: T: 380C, HR: 112x/m, BP: 100/80 mmHg, R: 24x/m. Urin output 1000 cc/24 jam

3.1. Pengkajian

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

LEMBAR PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Tanggal MRS :3 Mei 2016 Jam Masuk : 20:00 wib Tanggal Pengkajian :4 Mei 2016 No. RM : 040516-01 Jam Pengkajian : 08:00 wib

Diagnosa Masuk : Bulimia Nervosa + Dahidrasi Sedang

IDENTITAS

1. Nama Klien : Nn “G” Penanggung jawab Biaya

2. Umur : 17 th Nama : Bp Hadi

3. Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Alamat : Dharmahusada XI, Surabaya

4. Agama : Islam

5. Pendidikan : SMU (kelas 3) 6. Pekerjaan : Pelajar

7. Alamat : Dharmahusada XI, Surabaya 8. BB saat ini : 40kg

9. BB sebelum sakit: 58kg 10. TB : 158cm

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

1. Keluhan Utama : keluhan diare bercampur darah sudah lebih dari 2 hari. 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengalami diare bercampur darah sudah 2 hari, badan

lemah, pucat, kurus, membran mukosa dan kulit tampak kering

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

(33)

Riwayat kontrol : ─

Riwayat penggunaan obat : laksadine

3. Riwayat alergi ya tidak jenis: ─ 4. Riwayat operasi ya tidak kapan: ─

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Ya tidak jenis: ─

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK 1. Tanda tanda vital

S : 380C N : 112x/m BP : 100/80 mmHg RR : 24x/m

Kesadaran Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma

2. Sistem Pernafasan

a. Keluhan : sesak nyeri waktu nafas Batuk: ─ produktif tidak produktif Sekret: ─ Konsistensi : ─ Warna : ─ Bau: ─

b. Irama nafas teratur tidak teratur

c. Jenis Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes

d. Suara nafas Vesikuler Bronko vesikuler Ronki Wheezing e. Alat bantu napas ya tidak

Jenis... Flow...lpm Lain-lain :

3.Sistem Kardiovaskuler

a. Keluhan nyeri dada ya tidak b. Irama jantung reguler ireguler

S1/S2 tunggal ya tidak

c. Suara jantung normal murmur

gallop lain-lain... d. CRT : >3 detik

e. Akral hangat panas dingin kering basah

f. JVP normal meningkat menurun

Lain-lain :

4. Sistem Persyarafan

a. GCS: 15

b. Refleks fisiologis patella triceps biceps c. Refleks patologis babinsky budzinsky kernig d. Keluhan pusing ya tidak

e. Pupil Isokor Anisokor Diameter…….. f. Sclera/Konjunctiva anemis ikterus

g. Gangguan pandangan ya tidak Jelaskan…….. h. Gangguan pendengaran ya tidak Jelaskan…….. i. Gangguan penciuman ya tidak Jelaskan…….. j. Isitrahat/Tidur :... Jam/Hari Gangguan tidur : ...

5. Sistem perkemihan

a. Kebersihan Bersih Kotor

b. Keluhan Kencing Nokturi Inkontinensia Gross hematuri Poliuria

Disuria Oliguria Retensi Hesistensi Anuria √ √ Masalah Keperawatan : ─ √ √ √ √ Masalah Keperawatan Masalah Keperawatan : ─ Masalah Keperawatan : ─ Masalah Keperawatan: Kurang volume cairan √ √ √ √ √ √

(34)

c. Produksi urine : 1000 ml/hari Warna: kuning pekat Bau: ─ d. Kandung kemih : Membesar ya tidak

Nyeri tekan ya tidak e. Intake cairan oral : 600 cc/hari parenteral : 1500 cc/hari f. Alat bantu kateter ya tidak : √ Jenis :... Sejak tanggal : ...

Lain-lain :

6. Sistem pencernaan

a. Mulut bersih kotor berbau b. Mukosa lembab kering: √ stomatitis

c. Tenggorokan sakit menelan kesulitan menelan pembesaran tonsil nyeri tekan d. Abdomen tegang kembung: √ ascites Nyeri tekan ya tidak: √

Luka operasi ada tidak: √ Tanggal operasi : ─ Jenis operasi : ─ Lokasi : ─

Keadaan : Drain ada tidak: √ Jumlah : ─ Warna : ─ Kondisi area sekitar insersi : ─ e. Peristaltik : 15 x/menit

f. BAB : 6 x/hari Terakhir tanggal : 4 mei 2016

Konsistensi keras lunak cair: √ lendir/darah: √ g. Diet padat lunak: √ cair

h. Nafsu makan baik menurun: √ Frekuensi: ─ x/hari (kadang tidak dimakan)

i. Porsi makan habis tidak: √ Keterangan : makan hanya 3 sendok Lain-lain:

7. Sistem muskulo skeletal dan integumen

a. Pergerakan sendi bebas: √ terbatas b. Kekuatan otot 4 4

4 4

c. Kelainan ekstremitas ya tidak: √ d. Kelainan tulang belakang ya tidak: √

e. Fraktur ya tidak: √

f. Traksi / spalk /gips ya tidak g. Kompartemen syndrome ya tidak

h. Kulit ikterik sianosis kemerahan hiperpigmentasi

i. Turgor baik kurang: √ jelek

j. Luka jenis :... luas : ... bersih kotor Lain-lain:

8. Sistem Endokrin

Pembesaran kelenjat tyroid ya tidak √ Pembesaran Kelenjar getah bening ya tidak √

Hipoglikemia ya tidak √

Hiperglikemia ya tidak √

Luka gangren ya tidak √

Lain-lain:

PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

a. Persepsi klien terhadap penyakitnya

Masalah Keperawatan :

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Masalah Keperawatan : ─ Masalah Keperawatan : Masalah keperawatan : √

(35)

b. Ekspresi klien terhadap penyakitnya

Murung/diam√ gelisah tegang marah/menangis c. Reaksi saat interaksi: acuh √ kooperatif tidak kooperatif√ curiga d. Gangguan konsep diri ya√ tidak

Lain-lain: Klien mengeluh badannya sudah gemuk dan tidak seksi seperti teman sekelasnya

PERSONAL HYGIENE & KEBIASAAN

a. Mandi : 1 x/hari f. Ganti pakaian : 1x/hari b. Keramas : 2x/minggu g. Sikat gigi : 1 .x/hari c. Memotong kuku : 1 x/minggu

d. Merokok : ya tidak√

e. Alkohol : ya tidak√

PENGKAJIAN SPIRITUAL

Kebiasaan beribadah

a. Sebelum sakit sering kadang- kadang√ tidak pernah b. Selama sakit sering kadang- kadang√ tidak pernah

PEMERIKSAAN PENUNJANG (Laboratorium,Radiologi, EKG, USG )

Hasil laboratorium tanggal 3 Mei 2016: Albumin: 2,2 g/dl

Hb : 10 g/dl HCT : 40% K : 3,0 meq/dl Na : 120 meq/dl

BB saat ini: 40 Kg (BB sebelum sakit 58kg (BMI underweight 16,02)

TERAPI:

Asering 1500 cc/24 jam

DATA TAMBAHAN LAIN :

TINDAKAN OPERASI :

Surabaya, 4 Mei 2016

( Ns Susi)

3.2. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS: output yang Kekurangan

Masalah Keperawatan :

Masalah Keperawatan :

(36)

- Pasien mengatakan diare bercampur darah sudah lebih dari 2 hari. - Keluarga pasien

mengatakan akhir-akhir ini pasien sehabis makan sering ke kamar mandi dan muntah-muntah (dirumah muntah > 6x) DO:

- Diare 6x/hari - Feses cair dan

berampas

- Pasien tampak lemah, pucat, kurus, membran mukosa dan kulit tampak kering. - Turgor kulit menurun - Urin output 1000cc/hr,

konsistensi pekat - CRT > 3 detik - Terpasang IV line

(tangan kiri): Asering 500 cc/8 jam

- TTV :

BP:100/80 mmHg, N: 112x/mnt, S: 380C, RR: 24x/m

- Hasil lab 3 mei 2016: HCT 40%, Hb 10 gr/dl, K 3,0 meq/dl, Na 120 meq/dl  Balance cairan= Intake: 1500+200+500=2200 cc/24 jam Output: 1000+600+=1600 cc/24 jam Balance: +500 cc/24 jam berlebihan; diare akibat penggunaan laksatif volume cairan tubuh 2 DS:

Keluarga pasien sering menemukan obat pencahar

Faktor psikologis; penggunaan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

(37)

ini. DO: - Antropometri: BB saat ini 40kg, BB sebelum sakit 58kg (BMI underweight 16,02) - Biokimia :

Hasil lab 3 mei 2016: HCT 40%, Hb 10 gr/dl, Albumin: 2,2 g/dl - Clinical manifestasi :

 Diare 6x/hari

 Feses cair dan berampas

 Pasien tampak

lemah, pucat, kurus, membran mukosa dan kulit tampak kering.

- Diit :

Porsi makan tidak dihabiskan (makan hanya 3 sendok)

berlebihan

3 DS:

Pasien mengeluh badannya sudah gemuk dan tidak seksi seperti teman sekelasnya

DO:

- Klien tampak murung - Lebih banyak diam,

dan acuh

- Porsi makan tidak dihabiskan (makan hanya 3 sendok) rasa takut kegemukan yang tidak wajar Gangguan citra tubuh 3.3. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan analisa data diatas, maka prioritas diagnosa keperawatannya, yaitu:

1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan, kehilngan cairan aktif

(38)

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologis; penggunaan laksatif yang berlebihan

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar

3.4. Intervensi Keperawatan N

o KeperawatanDiagnosa Tujuan Keperawatan(NOC) Keperawatan (NIC)Intervensi

1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan, kehilangan cairan aktif, ditandai dengan: DS: - Pasien mengatakan diare bercampur darah sudah

lebih dari 2 hari. - Keluarga pasien

mengatakan akhir-akhir ini pasien sehabis makan sering ke kamar mandi dan muntah-muntah. DS: - Klien mengatakan diare bercampur darah sudah

lebih dari 2 hari. - Keluarga klien

mengatakan akhir-akhir ini klien sehabis makan sering ke kamar mandi dan muntah-muntah. (dirumah muntah >6x) NOC: ❖ Fluid balance ❖ Hydration ❖ Nutritional Status

: Food and Fluid Intake

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam defisit volume cairan

teratasi dengan kriteria hasil: ❖ Mempertahankan urine output, dengan cara : Balance cairan (intake = output): Intake+ air metabolisme= output + IWL (IWLdewasa=15cc /kgBB/jam) (Air metabolisme= 5cc/kgBB/jam)  Tidak ada

tanda-tanda dehidrasi: Elastisitas turgor

kulit baik,

membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yag berlebihan

❖ Tekanan darah, nadi, suhu tubuh

dalam batas

normal Vital sign:

1) Awasi vital sign, status membran mukosa turgor kulit

2) Awasi jumlah masukan cairan (intake & output) 3) Indentifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan cairan 4) Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit. 5) Memberikan cairan sesuai indikasi 6) Auskultasi bising usus 7) Awasi pemeriksaan laboratorium tentang elektrolit 8) Menimbang berat

badan tiap hari 9) Kaji riwayat klien

atau orang terdekat sehubungan lamanya dari muntah 10) Monitor suhu ,

(39)

DO:

- Diare 6x/hari - Feses cair dan

berampas

- Klien tampak lemah, pucat, kurus, membran mukosa dan kulit tampak kering. - Turgor kulit menurun - Urin output 1000cc/24 jam, konsistensi pekat - CRT > 3 detik - Terpasang IV

line (tangan kiri): Asering 500 cc/8 jam - Vital sign: BP:100/80 mmHg, HR: 112x/mnt, S: 380C, RR: 24x/m - Hasil lab 3 mei

2016: HCT 40%, Hb 10 gr/dl, K 3,0 meq/dl, Na 120 meq/dl  Balance cairan= Intake: 1500+200+500= 2200 cc/24 jam Output: 1000+600+=160 0 cc/24 jam Balance: +500 cc/24 jam TD: 110-120 mmHg 70 RR: 16-20 x/menit N: 80-100 x/menit ❖ Pemeriksaan laboratorium: -Elektrolit : Na: 135 -145 mEq/L Ca: 4-5mEq/L K : 3.5 – 5.3 mEq/L: -Hematokrit Laki-laki: 40-48% Wanita: 37-43% -Hemoglobin Wanita: 12-16gr/dl Laki-laki: 14-18gr/dl kelembapan kulit 11) Kolaborasi pemberian cairan infus 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psiklogis; penggunaan laksatif yang berlebihan NOC:Nutritional status: Adequacy of nutrientNutritional Status : food and Fluid Intake 1) Berikan pengawasan pasien dengan tetap tinggal diruangan tanpa kamar mandi 2) Hindari pemberian

(40)

ditandai dengan: DS:

Keluarga pasien sering menemukan obat pencahar di kamar pasien akhir-akhir ini. DO: - Antropometri: BB saat ini 40kg, BB sebelum sakit 58kg (BMI underweight 16,02) - Biokimia :

Hasil lab 3 mei 2016: HCT 40%, Hb 10 gr/dl, Albumin: 2,2 g/dl - Clinical manifestasi :  Diare 6x/hari  Feses cair dan berampas  Pasien tampak lemah, pucat, kurus, membran mukosa dan kulit tampak kering. - Diit : Porsi makan tidak dihabiskan (makan hanya 3 sendok)  Weight Control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam keburuhan nutrisi klien terpenuhi. Kriteria hasil: a. Nilai Laboratorium:  Albumin serum >3,5gr/d  Hematokrit : Laki-laki: 40- 48% Wanita: 37-43%  Hemoglobin Wanita: 12-16gr/dl Laki-laki: 14-18gr/dl  BUN serum Dewasa 5-25mg/dl b. Berat badan dalam

rentang normal dari perhitungan berat badan ideal BMI=BB (TB)2(dalam meter) c. Asupan nutrisi seimbang sesuai berat badan d. Bising usus 5 – 30 x/menit Abdomen tidak terdapat nyeri tekan - Konjungtiva merah muda (tidak anemis) laktasif 3) Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan 4) Libatkan pasien dalam melakukan program perubahan perilaku 5) Timbang berat badan tiap hari dan buat jadwal teratur

6) Rujuk ke ahli gizi 7) Catat berat badan

saat masuk dan bandingkan dengan sebelumnya 8) Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama 9) Auskultasi bising usus 10) Berikan tambahan makanan / nutrisi 11) Kaji TTV, membra mukosa, turgor kulit 12) Dorong klien untuk makan semua makanan yang telah disajikan 13) Awasi pemeriksaan laboratorium, antara glukosa serum, albumin dan total protein

3 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut

NOC:

❖ Body image ❖ Self esteem

Body image

enhancement

(41)

kegemukan yang tidak wajar, ditandai dengan:

DS:

Klien mengeluh badannya sudah gemuk dan tidak seksi seperti teman sekelasnya

DO:

- Klien tampak murung

- Lebih banyak diam, dan acuh

- Porsi makan tidak dihabiskan (makan hanya 3 sendok) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam gangguan body image pasien teratasi dengan kriteria hasil:

❖ Body image positif ❖ Mampu mengidentifikasi kekuatan personal ❖ Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh ❖ Mempertahankan interaksi sosial dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya 2) Monitor frekuensi mengkritik dirinya 3) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit 4) Dorong klien mengungkapkan perasaannya 5) Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu 6) Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil dan menerima diri sendiri. 7) Libatkan dalam program pengembangan pribadi 8) Anjurkan konsultasi pada konsultan citra diri. 9) Gunakan pendektan psikoterapi daripada terapi penafsiran. 3.5. Evaluasi Keperawatan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien:

1. Kebutuhan volume cairan tubuh pasien terpenuhi ditandai diare, dan muntah sudah teratasi, tanda-tanda dehidrasi tidak ada.

2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara adekuat dan pasien memahami cara pemenuhan kebutuhan nutri yang baik untuk mencapai berat badan ideal

(42)

Gambar

Gambar 2.1 Siklus “Lingkaran Setan” Penderita Bulimia Nervosa

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan diare cair akut meliputi pengkajian, intervnsi, implementasi dan evaluasi keperawatan.. Hasil : Setelah dilakukan

Kesimpulan : Penatalaksanaan penyakit pencernaan khususnya gastroenteritis diperlukan perhatian dan kerjasama antar tim kesehatan dan pasien/keluarga yang menangani

Setelah dilakukan pengkajian penulis mendapatkan data-data pendukung yang dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa yaitu data subyektifnya ibu pasien mengatakan

S impulan : Tindakan keperawatan yang di lakukan pada pasien adalah dengan memberikan kompres hangat dapat menurunkan demam, mengajurkan pasien untuk minum agar

Tujuan : Guna mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi appendiktomi yang meliputi pengkajian, intervensi, implementasi, dan

Selama dismenorhea terjadi kontraksi otot rahim akibat peningkatan prostaglandin sehingga menyebabkan vasospasme dari arteriol urin yang menyebabkan terjadinya

Pada terapi konservatif mungkin dapat terjadi masalah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan koreksi yang tidak lengkap.. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan

Kardiomiopati kongestif pada fase lanjut terjadi gagal jantung akibat kegagalan ventrikel kiri dengan manifestasi penurunan curah jantung, penurunan perfusi jaringan, dan