8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) juga menunjukan masih adanya permasalahan dalam pelaksanaanya sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurdiana pada tahun 2017 (Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar) dalam skripsi nya yang berjudul Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Mambi Kabupaten Mamasa. Adapun hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa dalam hal ini program keluarga harapan di Kecamatan Mambi masih ada yang belum tepat sasaran karena menggunakan data lama dalam menggunakan penerima program ini. Oleh karena itu, banyak orang yang lebih pantas untuk menerima bantuan ini tapi tidak mendapat. Serta kurangnya kontrol dan monitoring, dalam kenyataannya belum dapat dipastikan bahwa peserta menggunkan bantuan yang diberikan sesuai dengan semestinya.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Aini pada tahun 2018 (Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung) dalam skripsi nya yang berjudul Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin Kota
9
Di Kelurahan Way Dadi Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian ini adalahimplementasi PKH di Kelurahan Way Dadi dari sisi perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan sudah berjalan cukup optimal. Program ini telah membuktikan bahwa dengan adanya PKH berhasil menurunkan angka kemiskinan, seperti membawa perubahan perilaku dan kemandirian peserta PKH dalam mengakses lanyanan kesehatan dan pendidikan, meningkatnya akses pelayanan kesehatan di puskesmas dan jaringannya, meningkatnya tingkat pendidikan anak kesekolah, adanya pendampingan yang memadai serta terjalinnya koordinasi antar instansi terkait dalam mensukseskan PKH.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Yulius Tandigoa pada tahun 2016 (Universitas Hasanuddin, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Program Studi Administrasi Negara) dalam skripsi nya yang berjudul Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Sesenapadang Kabupaten Mamasa. Hasil dari penelitian ini adalah . Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) belum optimal. Hal ini terutama terlihat dari komunikasi,sumberdaya sudah cukup baik namun dalam hal ini sumberdaya manusia perlu ditingkatkan lagi, disposisi dalam ini masih kurang dalam aspek insentif sehingga perlu untuk ditambahkan, struktur birokrasi masih terkendala dalam dalam aspek fragmentasi.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Khodiziah Isnaini Kholif, Irwan Noor, Siswidiyanto (Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi,
10
Universitas Brawijaya) pada tahun 2014 dalam jurnal administrasi publik yang berjudul Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat (Studi pada Desa Beji Kecamatan Jenu, Kabupaten Tuban). Hasil dari penelitian ini adalah implementasi Program Keluarga Harapan di Kecamatan Dawarblandong Kabupaten Mojokerto belum berhasil. Tidak semua isi kebijakan PKH dilaksanakan dengan sesuai. Adanya pelanggaran pendamping yang mempunyai pekerjaan lain (double job) selain pendamping dan masih adanya masyarakat yang protes.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Cahyo Sasmito (Universitas Tribhuwana Tungga Dewi Malang) dan Ertien Rining Nawangsari (Universitas Pembangunan Nasional Veteran) padantahun 2019 dalam Journal of Public Sector Innovation yang berjudul Implementasi ProgramnKeluarga Harapan Dalam Upaya Mengentaskan Kemiskinan Di Kota Batu. Hasil dari penelitian ini adalah Komunikasi terjalin secara baik antara Dinas SosialnPemerintahan Kota Batu, Pendamping PKH dan Peserta PKH. Mayoritas sumber daya Peserta PKH memiliki latar belakang pendidikan yang kurang, sehinggankeahlian yang dimiliki Peserta KPM juga sangat kurang, karena keterbatasannkemampuan pendidikan ini tidak jarang Pendamping sedikit memaksa dan memperingatkan jika syarat dan ketentuan tidak dipenuhi maka akan kena sangksi/pinalti program akan dihentikan kepada Peserta PKH yang bersangkutan. Data PesertamPKH
11
masih ada yang belum akurat, kapasitas ruangan, sarana dan prasarana, yang terbatas.
Hasil dari penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Persamaan lima penelitian ini dengan yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama melakukan penelitian terkait dengan Implementasi Program Keluarga Harapan. Dari penelitian terdahulu juga memiliki beberapa perbedaan sebagai berikut :
1. Nurdiana pada tahun 2017, terfokus kepada Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di KecamatanmMambi Kabupaten Mamasa. Penelitian ini dilakukan pada waktu dan lokasi yang berbeda.
2. Nurul Aini pada tahun 2018, terfokus kepada Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) DalamnPemberdayaan Masyarakat Miskin Kota Di Kelurahan Way Dadi Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakannTeori stimulus respon, serta menggunakan metode dan pendekatan pendidikan sosial.
3. Yulius Tandigoa pada tahun 2016, terfokus kepada Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kecamatan Sesenapadang Kabupaten Mamasa. Pada teknik pengumpulanndata menggunakan teknik wawancara terstruktur, serta waktu dan lokasi yang berbeda. 4. Khodiziah Isnaini Kholif, Irwan Noor, Siswidiyanto penelitian
dilakukan pada tahun 2014. Penelitianmini terfokus kepada Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Dalam
12
Menanggulangi Kemiskinan Di Kecamatan
DawarblandongmKabupaten Mojokerto. Penelitian ini dilakukan pada waktu dan lokasi yang berbeda.
5. Cahyo Sasmito dan Ertien Rining Nawangsari tahun 2019, penelitian ini terfokus pada komunikasi,msumber daya, struktur birokrasi, disposisi, faktor pendukung dan faktor penghambat.Serta dilakukan pada waktu dan lokasi yang berbeda.
B. Kebijakan Sosial 1. Konsep Kebijakan
a. Pengertian Kebijakan
Kebijakan merupakan kumpulan keputusan yang diambil seseorang/ badan/ lembaga yang padamumumnya memegang kekuasaan untuk mengatasi masalah-masalah atau tujuan tertentu, terutamamdalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara1. Menurut Ealauw dan Prewitt (1973), kebijakan adalah
sebuah ketetapan yang berlaku dicirikan oleh perilaku yangmkonsisten dan berulang, baik dari yang membuatnya maupun yang mentaatinya. Titmuss (1974) mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yangmdiarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu.2
Parker (1975) mengatakan bahwa kebijakan publik itu adalah suatu
1Rachmat. Dadang, Gunawan. 2016. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung : CV Pustaka Setia. Hal
97
13
tujuan tertentu, atau serangkaianmasas tertentu, atau tindakan yang dilaksaakan oleh pemerintah pada suatu waktu tertentu dalam kaitanya dengan suatu subyek atau sebagai responmterhadap suatu keadaan yang krisis.3 Para ahli mengidentikkan kebijakanmsebagai suatu
tindakan yang dilakukan oleh pemerintah, dengan demikian cenderung beranggapan bahwa semua tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dapat disebutmdengan kebijakan publik.
b. Ciri-ciri kebijakan
Kebijakan dalam arti policy merupakan bagian dari wisdom yang secara spesifik harusmditaati. Menurut Ermaya Suryadinata (1993), beberapa ciri-ciri kebijakan sebagai berikut :
(1). Mengandung hubungan denganntujuan organisasi atau tujuan lembaga yang bersangkutan.
(2). Dikomunikasikan dan dijelaskannkepada semua pihak yang bersangkutan.
(3). Dinyatakan dengan bahasa yang mudah dipahami, dan sebaiknya dibuat secara tertulis.
(4). Mengandung ketentuanmtentang batas-batasnya dan ukuran bagi tindakan pada kemudian hari.
(5). Memungkinkan diadakannpembahasan jika perlu meskipun secara relatif tetap dan stabil.
3 Dalam Abdul Wahab, Solichin. 2008. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang : UMM Press.
14
(6). Masuk akal dan dapatmdilaksanakan dan dapat dilaksanakan, memberikan peluang untuk bertindak an penafsiran olehnmereka yang bertanggung jawab dalam pelaksanaanya4
2. Kebijakan Sosial
Kebijakan sosial merupakan suatu perangkat, mekanisme dan sistem yang dapat mengarahkan danmmenterjemahkan tujuan-tujuan pembangunan.5 Menurut Spicker (1992) Kebijakan sosial adalah kebijakan
yang berkaitan dengan kesejahteraan (welfare), baik dalam artimluas yang menyangkut kualitas hidup manusia maupun dalam arti sempit yang menunjuk pada beberapa jenis pemberian pelayanan kolektif tertentu guna melidungi kesejahteraan rakyat. 6Magil (1986) Kebijakan sosial merupakan
bagianmdari kebijakan publik. Kebijakan publik meliputi semua kebijakan yang berasal dari pemerintah, seperti kebijakan ekonomi, transportasi, komunikasi, pertahananmkeamanan (militer), serta fasilitas-fasilitas umum lainnya (air bersih, listrik). Marshal (1965) Kebijakan sosial adalah kebijakan pemerintah yang berkaitanmdengan tindakan yang memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan warga negara melalui penyediaan pelayanan sosial atau bantuan keuangan. 7
4Rachmat. Dadang, Gunawan. Op. Cit. Hal 102 5Suharto, Edi. Op.Cit. Hal 61
6Dalam Habibullah Lakoni. Definisi Kebijakan Sosial.
(https://kebijakansosial.wordpress.com/2010/01/29/definisi-kebijakan-sosial/. Diakses 17 November 2019)
15
Dari berbagai definisi yang dikemukakan para ahli maka kebijakan sosial merupakan ketetapannpemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni mengatasi masalah sosialmatau memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian kebiajakan sosial memiliki beberapa tujuan sebagai berikut :
a. Mengantisipasi,mmengurangi, atau mengatasi masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
b. Memenuhi kebutuhan-kebutuhannindividu, keluarga, kelompok atau masyarakat yang tidak dapat mereka penuhi secara sendiri-sendiri melainkan harus melalui tindakan kolektif.
c. Meningkatkan hubungan intrasosial manusia dengan mengurangi kedisfungsian sosial individu atau kelompok yangmdisebabkan oleh faktor-faktor internal-personal maupun eksternal-struktural.
d. Meningkatkanmsituasi dan lingkungan sosial ekonomi yang kondusif bagi upaya pelaksanaan peranan-peranan sosial danmpencapaian kebutuhan masyarakat sesuai dengan hak, harkat, dan martabat kemanusiaan.8
3 Model-model Kebijakan Sosial
Model kebijakan sosialmdikelompokan menjadi beberapa kategori berdasarkan pelaksanaannya, ruang lingkupnya, keberlanjutannya, dan permasalahannya.
a. Berdasarkan Pelaksanaannya
8Suharto, Edi. Op.Cit. hal 59-62
16
Model berdasarkan pelaksanaannya dibagi menjadi dua yaitu model imperatif dan model indikatif. Model kebijakan sosial imperatif adalah kebijakanmsosial terpusat, yakni seluruh tujuan-tujuan sosial, jenis, sumber, dan jumlah pelayanan sosial, seluruhnya telah ditentukan pemerintah. Kebijakan indikatif adalah kebijakanmsosial yang mengupayakan kesamaan visi dan aspirasi seluruh masyarakat. Pemerintah biasanya hanya menentukan sasaran kebijakan secara garis besar,msedangkan pelaksanaannya dilakukan sepenuhnya oleh masyarakat atau badan-badan swasta. Kebijakan sosial indikatif disebutmsebagai kebijakan sosial partisipatif.
b. Berdasarkan Ruang Lingkup atau Cakupannya
Dilihat dari cakupannya, dikenal dengan model universal dan model selektifitas. Model universal adalah kebijakan sosial yang diarahkan untuk mengatur dan memenuhimkebutuhan pelayanan sosial warga masyarakat secara menyeluruh, tanpa membedakan usia, jenis kelamin, dan status sosial. Dengan demikian setiapmorang memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan sosial. Berbedamdengan model universal, kebijakan sosial yang bersifat selektifitas ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sosial warga masyarakat tertentu saja. Prinsipmselektifitas menyatakan bahwa pelayanan sosial hanya diberikan kepada mereka yang mengalami masalah dan membutuhkan pelayanan tertentu. Syarat utama untuk
17
memperoleh pelayanan biasanya ditentukanmatas dasar ketidakmampuannya yang umumnya dilihat dari aspek pendapatan. c. Berdasarkan Keajegan atau Keberlanjutannya
Model residual dan model institusional. Menurut model residual, kebijakan sosial hanyamdiperlukan apabila lembaga-lembaga alamiah yang karena suatu sebab tidak dapat menjalankan perannya. Pelayanan sosial yang dieberikanmbiasanya bersifat temporer. Menurut model institusional kebijakan sosial perlu dirumuskan tanpa mempertimbangkan berfungsi-tidaknya lembaga-lembaga alamiah. Pelayanan sosial yangmdiberikan bersifat ajeg, melembaga, dan berkesinambungan. Skema bantuan pendidikan, perumahan, biasanya dilaksanakan berdasarkan modelminstitusional. Merujuk pada sifat-sifat diatas, maka kebijakan sosial residual sering disebut sebagai model kuratif, sementara model kebijakanminstitusional disebut sebagai model antisipatif.
d. Berdasarkan Jenis Permasalahan atau Sasarannya
Menurut jenis permasalahannya, kebijkan sosial dikelompokkan ke dalam modelmkategorikal dan model komprehensif. Kebijakan sosial kategorikal adalah kebijakan yang hanya difokuskan untuk mengatasi suatu permasalahan sosialmberdasarkan sektor permasalahan tertentu. Berbeda dengan model kategorikal yang bersifat spesifik dan parsial, model komprehensif diarahkan tidak hanya diarahkan untuk mengatasi satu
18
bidang masalah saja, melainkan beberapammasalah sosial yang terkait diatur dan dirumuskan secara terintegrasi dalammsatu formulasi kebijakan sosial terpadu.9
C. Implementasi Kebijakan
Implementasi merupakan suatu keputusan untuk mencapai sasaran tertentu, maka untuk merealisasikan pencapaianmsasaran tersebut diperukan serangkaian aktivitas pelaksanaannya.10 Grindle (1980) menyatakan bahwa
implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu. menurut Korten (1980) menyatakan bahwa suatu program akan berhasil dilaksanakan jika terdapat kesesuaian dari tiga unsur implementasi program. Pertama, kesesuaian antara program dengan pemanfaat, yaitu kesesuaian antara apa yang ditawarkan oleh program dengan apa yang dibutuhkan oleh kelompok sasaran (pemanfaat). Kedua, kesesuaian antara program dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara tugas yang dipersyaratkan oleh program dengan kemampuan organisasi pelaksana. Ketiga, kesesuaian antara kelompok pemanfaat dengan organisasi pelaksana, yaitu kesesuaian antara syarat yang diputuskan organisasi untuk dapat memperoleh output program dengan apa yang dapat dilakukan oleh kelompok sasaran program11
9Suharto, Edi. Op.Cit. hal 71-76
10Marzuki, Ismail. 2015. Skripsi “Implementasi Kebijakan Pembangunan Insfrastruktur di Kab
Gresik”. Ilmu Pemerintahan:UMM Hal.15
19
Sementara itu, Mazmanian dan Sabatier (1983) mengungkapkan bahwa implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara atau langkah yang dilakukan agar sebuah kebijakan dapatmmencapai tujuannya, yang disebut sebagai upaya melaksanakan keputusan.12 Berdasarkan uraian yang
dijelaskan, Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu kebijakan atau program harusmdiimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi publikmdimana aktor, organisasi, prosedur, teknik serta sumber daya diorganisasikan secara bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuanmyang diinginkan.
Konsep implementasi kebijakan dalam buku Nugroho, Kebijakan pada prinsipnya adalahmcara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya tidak lebih dan tidak kurang. Serta mengemukakanmbahwa perencanaan atau sebuah kebijakan yang baik akan berperan menentukan hasil yang baik. Ripley dan Franklin (1986) bahwa untuk mendukung keberhasilan implementasi kebijakan perlu didasarkan pada tiga aspek, yaitu: 1) tingkat kepatuhan birokrasi terhadap birokrasi di atasnya atau tingkatan birokrasi, sebagaimana diatur dalam undang-undang, 2) adanya kelancaran rutinitas dan tidak adanya masalah; serta 3) pelaksanaan dan dampak (manfaat) yang
12 Ilham Arief Sirajuddin.2014. “Implementasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dalam Pelayanan
20
dikehendaki dari semua program terarah.13Menurut Bambang Sunggono
implementasimkebijakan mempunyai beberapa faktor penghambat yaitu : 1). Isi kebijakan. 2). Informasi, 3). Dukungan, 4). Pembagian potensi.
D. Konsep Kemiskinan
kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkahmpenanganan dan pendekatan yang sistematik, terpadu dan menyeluruh, dalam rangkammengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga negara secara layak melalui pembangunan inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan untuk mewujudkan kehidupan yangmbermartabatbahwa dalam upaya percepatan penanggulangan kemiskinan perlu dilakukan langkah-langkah koordinasi secara terpadu lintas pelaku dalammpenyiapan perumusan dan penyelenggaraan kebijakan penanggulangan kemiskinan. Untukmmelakukan percepatan penanggulangan kemiskinan diperlukan upaya penajaman yang meliputi penetapan sasaran, perancangan dan keterpaduan program,gmonitoring dan evaluasi, serta efektifitas anggaran, perlu dilakukan penguatan kelembagaan di tingkat nasional yang menangani penanggulanganmkemiskinan.
Kemiskinan amat erat kaitannyamdengan kualitas hidup seseorang. Menurut Departemen Sosial RI (2007) secara umum, tingkat kemiskinan suatu rumah tangga terkait dengan tingkat pendidikan dan kesehatan.
13Akib, Haedar. 2010. Op.Cit Hal.3
21
Rendahnya penghasilan keluarga sangat miskin dapat menyebabkan tidak mampumterpenuhinya kebutuhan pendidikan dan kesehatan, walaupunmdalam tingkat minimal sekalipun. Oleh karena itu, kondisi tersebut menjadi salah satumlandasan agar kasus kemiskinan segera diselesaikan di Indonesia.
Menurut peraturan presiden tentang percepatan penanggulangan kemiskinan Nomor 15 tahun 2010 Bab 1 Pasal 1, Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan programhpemerintah dan pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi denganmdunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkanmderajat kesejahteraan rakyat. Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah,mpemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskinmmelalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikromdan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.14
Ciri-ciri kemiskinan :
a. Mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi sendiri,mseperti tanah yang cukup, modal atau ketrampilan . Faktor produksi yang dimiliki umumnya sedikit,
14Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 20110 Tentang Percepatan Penanggulangan
22
sehinggankemampuan untuk memperoleh pendapatannmenjadi sangat terbatas.
b. Mereka pada umumnya tidakdmempunyai kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. Pendapatan yangmdiperoleh tidak cukup untuk memperoleh tanahmgarapan atau modal usaha.
c. Tingkat pendidikanmgolongan miskin umumnya rendah, tidak sampai tamat sekolah dasar. Waktu mereka umumnyamhabis tersita untuk mencari nafkah sehingga tidak ada waktunlagi untuk belajar.
d. Banyak diantarammereka yang tinggal di daerah pedesaan dan tidak mempunyai tanah garapan,natau kalau ada sangat kecil sekali.15
1. Akar-Akar Penyebab Kemiskinan
Menurut faktor-faktor yang melatarbelakanginya, akar penyebab kemiskinan dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu :
a. Kemiskinan alamiah, yakni kemiskinan yangmtimbul sebagai akibat sumber-sumber daya yang langka jumlahnya dan/atau karena tingkat perkembangan teknologi yangnsangat rendah.
Kemiskinan buatan, yakni kemiskinan yang terjadi karena struktur sosial yang ada membuat anggotamatau kelompok masyarakat tidak menguasai sarana ekonomi dan fasilitas-fasilitas secara merata16
15Suyanto, Bagong. 2013. Anatomi Kemiskinan. Malang : In-Trans Publishing. Hal 3-6 16Ibid. Hal 8
23
E. Pengertian kesejahteraan sosial
Kesejahteraan sosial bisa dipandang sebagai ilmu atau disiplin akademis yang mempelajari kebijakan sosial, pekerjaan sosial, dan pelayanan-pelayanan sosial. Seperti halnya Sosiologi,mpsikologi, Antropologi, Ekonomi, Politik, Studi Kependudukan, dan Pekerjaan Sosial, ilmu kesejahteraan sosial berupaya mengembangkan basis pengetahuannyamuntuk mengidentifikasi masalah sosial, penyebabnya, dan strategi penanggulangannya17.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial Bab 1 pasal 3 yaitu Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara profesional untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang ruang lingkup kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial18.
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial, diperlukanmperan masyarakat yang seluas luasnya, baik perseorangan, keluarga, organisasi keagamaan, organisasi sosial kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi, badan usaha, lembaga kesejahteraan sosial,mmaupun lembaga kesejahteraan sosial asing demi terselenggaranya kesejahteraan sosial yangnterarah, terpadu, dan berkelanjutan. Sebab permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada warga negara
17Husna, Nurul. 2014 “Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial” Jurnal Al-Bayan / VOL. 20,
NO. 29
18Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial Bab 1
24
yang belum terpenuhinatas kebutuhan dasarnya secara layak karena belum memperoleh pelayanan sosial dari negara. Akibatnya, masih ada warga negara yang mengalamimhambatan pelaksanaan fungsi sosial sehingga tidak dapat menjalani kehidupan secara layak dannbermartabat. Penyelenggaraan kesejahteraan sosial bertujuan :
a. Meningkatkan tarafmkesejahteraan, kualitas, kelangsungan hidup b. Memulihkan fungsi sosial dalamnrangka mencapai kemandirian
c. Meningkatkan ketahanan sosialmmasyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial
d. Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawabmsosial dunia usaha dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan
e. Meningkatkan kemampuanmdan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial secara melembagamdan berkelanjutan; dan
f. Meningkatkan kualitas manajemenmpenyelenggaraan kesejahteraan sosial.19
F. Pendampingan Sosial
Pemberdayaan masyarakat dapat didefinisikan sebagai tindakan sosial dimana penduduk sebuah komunitas mengorganisasikan diri dalam membuat perencanaan dan tindakan kolektif untuk memecahkan masalah sosial atau
19Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial Bab 2
25
memenuhi kebutuhan sosial sesuai dengan kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya. Akan tetapi, seringkali proses ini tidak muncul secara otomatis, melainkan tumbuh dan berkembang berdasarkan interaksi masyarakat setempat dengan pihak luar atau para pekerja sosial baik yang bekerja berdasarkan dorongan karitatif maupun perspektif profesional. Para pekerja sosial ini berperan sebagai pendamping sosial. Tahap pendampingan yang dikeluarkan oleh Kementerian Sosial R.I berdasarkan petunjuk teknisnya ada tiga tahap yaitu tahap Pembentukan/persiapan sosial, tahap pengembangan dan yang terakhir tahap kemadirian.
Pendampingan sosial menurut Edi Suharto (2006) dapat diartikan sebagai interaksi dinamis antara kelompok miskin dan pekerja sosial untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti:
a. Merancang program perbaikan kehidupan sosial ekonomi b. Memobilisasi sumber daya setempat
c. Memecahkan permasalahan social d. Menciptkan atau membuka akses bagi
pemenuhan kebutuhan
e. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang relevan dengan konteks pemberdayaan masyarakat20
Mengacu pada Ife (1995), peran pendamping umumnya mencakup tiga peran utama, yaitu: fasilitator, pendidik, perwakilan masyarakat, dan peran-peran teknis bagi masyarakat miskin yang didampinginya.
26
1. Fasilitator.
Merupakan peran yang berkaitan dengan pemberian motivasi, kesempatan, dan dukungan bagi masyarakat. Beberapa tugas yang berkaitan dengan peran ini antara lain menjadi model, melakukan mediasi dan negosiasi, memberi dukungan, membangun konsensus bersama, serta melakukan pengorganisasian dan pemanfaatan sumber. 2. Pendidik.
Pendamping berperan aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya serta bertukar gagasan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat yang didampinginya. Membangkitkan kesadaran masyarakat, menyampaikan informasi, melakukan konfrontasi, menyelenggarakan pelatihan bagi masyarakat adalah beberapa tugas yang berkaitan dengan peran pendidik.
3. Perwakilan masyarakat.
Peran ini dilakukan dalam kaitannya dengan interaksi antara pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi kepentingan masyarakat dampingannya. Pekerja sosial dapat bertugas mencari sumber-sumber, melakukan pembelaan, menggunakan media, meningkatkan hubungan masyarakat, dan membangun jaringan kerja. 4. Peran-peran teknis.
Mengacu pada aplikasi keterampilan yang bersifat praktis. Pendamping dituntut tidak hanya mampu menjadi ‘manajer
27
perubahan” yang mengorganisasi kelompok, melainkan pula mampu melaksanakan tugas-tugas teknis sesuai dengan berbagai keterampilan dasar, seperti; melakukan analisis sosial, mengelola dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi, memberi konsultasi, dan mencari serta mengatur sumber dana.21
G. Kajian Tentang Program Keluarga Harapan (PKH) 1. Program Keluarga Harapan
Menurut Departeman Sosial RI (2007) di Indonesia PKH dimulai pada tahun 2007. Program serupa di negara lain dikenal dengan istilah Conditional Cash Transfer (CCT) atau bantuan tunai bersyarat. Dalam hal ini bantuan akan diberikan kepada RTSM dan sebagai imbalannya RTSM diwajibkan melakukan tindakan tertentu. 22Menurut
Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial (2007) manfaat PKH secara langsung atau dalam jangka pendek adalah membantu meringankan beban pengeluaran RTSM, yaitu dengan adanya bantuan tunai.23 Sedangkan dalam jangka panjang KPM diharapkan mampu
memutuskan rantai kemiskinan antargenerasi. PKH merupakan program lintas Kementerian dan Lembaga, karena aktor utamanya adalah dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial,
21Suharto, Edi.Pendampingan Sosial Dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin: Konsepsi Dan Strategi. http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_32.htm. Diakses 18 November 2019
22 Departemen Sosial Republik Indonesia, 2007. Pedoman Umum PKH. Jakarta; Depkominfo RI. 23 Direktorat Jenderal Bantuan dan Jaminan Sosial, 2007. Pedoman Operasional Kelembagaan PKH
28
Departemen Kesehatan, Departemen, Pendidikan Nasional, Departemen Agama, Departemen Komunikasi dan lnformatika, dan Badan Pusat Statistik.Untuk mensukseskan program tersebut, maka dibantu oleh Tim Tenaga ahli PKH dan konsultan World Bank24. Berdasarkan uraian diatas,
Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program pemerintah yang tujuan utamanya adalah mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas SDM pada kelompok masyarakat miskin.
2. Dasar Hukum Dan Dasar Pelaksanaan Program Keluarga Harapan
a. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4967); c. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir
Miskin (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); d. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
24Dyah Ayu Virgoreta, Ratih Nur Pratiwi, Suwondo “Implementasi Program Keluarga Harapan
(PKH) Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat” Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol.2, No12, Hal. 1-6
29
2012 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5294)
e. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Upaya Penanganan Fakir Miskin Melalui Pendekatan Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449)
f. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8)
g. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2015 tentang Kementerian Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 86)
h. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2017 tentang Penyaluran Bantuan Sosial Secara Non Tunai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 156)
i. Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1845) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Sosial Nomor 14 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Sosial Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1125)
30
j. Peraturan Menteri Sosial Nomor 10 Tahun 2016 tentang Mekanisme Penggunaan Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 705)
k. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2015 tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2047) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 228/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 254/PMK.05/2016 tentang Belanja Bantuan Sosial (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 2147)
3. Peran Pendamping Dalam Progam Keluarga Harapan
Peran pendamping adalah suatu tugas atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang menjadi penghubung masyarakat dengan berbagai lembaga terkait dan diperlukan bagi pengembangan. Pendamping sering dikaitkan dengan pekerja sosial dan kegiatan pendampingan merupakan pekerjaan sosial. Ada beberapa Undang-Undang yang secara langsung mengakui dan mengatur adanya keberadaan pekerja sosial. Diantaranya Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Pada pasal 1 angka 4 yang dimaksud pekerja sosial adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan atau pengalaman
31
praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial25
4. Tujuan Program Keluarga Harapan
Misi besar PKH untuk menurunkan kemiskinan semakin mengemuka mengingat jumlah penduduk miskin Indonesia sampai pada Maret tahun 2016 masih besar 10,86% dari total penduduk atau 28,01 juta jiwa (BPS, 2016). Pemerintah telah menetapkan target penurunan kemiskinan menjadi 7-8% pada tahun 2019, sebagaimana tertuang di dalam RPJMN 2015-2019. PKH diharapkan dapat berkontribusi secara signifikan untuk menurunkan jumlah penduduk miskin, menurunkan kesenjangan seraya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).26 Tujuan Program
Keluarga Harapan saat ini mengacu pada Permensos 1 Tahun tentang Program Keluarga Harapan Pasal 2 yaitu:
a. Untuk meningkatkan taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat melalui akses layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial;
b. Mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan.
c. Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian Keluarga Penerima Manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan pendidikan serta kesejahteraan sosial.
25Undang-Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Pada pasal 1 angka 4
26Kementerian Sosial RI “Program Keluarga Harapan”https://pkh.kemsos.go.id/?pg=home, (diakses
32
d. Mengurangi kemiskinan dan kesenjanga dan Mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada Keluarga Penerima Manfaat27.
5. Hak, Kewajiban Dan Sansksi Peserta Program Keluarga Harapan
KPM PKH harus terdaftar dan hadir pada fasilitas kesehatan dan pendidikan terdekat. Kewajiban KPM PKH di bidang kesehatan meliputi pemeriksaan kandungan bagi ibu hamil, pemberian asupan gizi dan imunisasi serta timbang badan anak balita dan anak prasekolah. Sedangkan kewajiban di bidang pendidikan adalah mendaftarkan dan memastikan kehadiran anggota keluarga PKH ke satuan pendidikan sesuai jenjang sekolah dasar dan menengah. Dan untuk komponen kesejahteraan sosial yaitu penyandang disabilitas dan lanjut usia mulai 60 tahun.
6. Sasaran Dan Ketentuan Program Keluarga Harapan
Sebagai sebuah program bantuan sosial bersyarat, PKH membuka akses keluarga miskin terutama ibu hamil dan anak untuk memanfaatkan berbagai fasilitas layanan kesehatan (faskes) dan fasilitas layanan pendidikan (fasdik) yang tersedia di sekitar mereka. Manfaat PKH juga mulai didorong untuk mencakup penyandang disabilitas dan lanjut usia dengan mempertahankan taraf kesejahteraan sosialnya sesuai dengan amanat konstitusi dan Nawacita Presiden RI.
7. Besaran bantuan
27Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Program Keluarga
33
Bantuan sosial PKH pada tahun 2019 terbagi menjadi dua jenis yaitu Bantuan Tetap dan Bantuan Komponen yang diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Bantuan Komponen untuk Setiap Jiwa dalam Keluarga PKH a. Ibu hamil : Rp. 3.000.000,-
b. Anak usia dini : Rp. 3.000.000,- c. SD : Rp. 900.000,- d. SMP : Rp. 1.500.000,- e. SMA : Rp. 2.000.000,- f. Disabilitas berat : Rp. 2.400.000,- g. Lanjut usia : Rp. 2.400.000,-
Berdasarkan komponen tersebut maka yang berhak mendapatkan yaitu umur lansia 60tahun, lansia didalam keluarga maksimal 1 jiwa dalam KPM, ibu hamil maksimal kehamilan ke-2. Untuk penyaluran bantuan non tunai diberikan kepada KPM setiap 3 bulan sekali melalui Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).28
28UPPKH Kabupaten Tulungagung 2019