• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI, DAN LINGKUNGAN

4.1. Analisis Sosial

4.1.1. Pengarasutamaan Gender

Pengarusutamaan gender merupakan strategi untuk mengurangi kesenjangan gender dan mencapai kesetaraan gender dengan cara menggunakan perspektif gender dalam proses pembangunan

Pengarusutamaan gender adalah proses untuk menjamin perempuan dan laki-laki mempunyai akses dan kontrol terhadap sumber daya, memperoleh manfaat pembangunan dan pengambilan keputusan yang sama di semua tahapan proses pembangunan

Pengarusutamaan gender merupakan satu strategi nasional yang merupakan strategi lintas bidang bersama dengan pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dan pengarusutamaan tata kelola pemerintahan yang baik, yang berfungsi sebagai:

 Landasan Operasional bagi seluruh pelaksanaan pembangunan yang tertuang dalam RPJMN

 Prinsip-prinsip pengarusutamaan diarahkan untuk dapat tercermin di dalam keluaran pada kebijakan pembangunan

 Prinsip-prinsip pengarusutamaan akan menjadi jiwa dan semangat yang mewarnai berbagai kebijakan pembangunan disetiap bidang pembangunan.

Landasan operasional bagi seluruh pelaksanan pembangunan yang tertuang dalam Prinsip-prinsip pengarusutamaan ini diarahkan untuk dapat tercermin di dalam keluaran pada kebijakan Prinsip-prinsip pembangunan infrastruktur sangat penting bagi masyarakat namun, infrastruktur akan lebih bermanfaat dan berguna bagi masyarakat jika memperhatikan penggunaannya terkait dengan pengarusutamaan gender. Pengarusutamaan gender dalam mendukung infrastruktur dimaksud adalah infrastruktur yang memperhatikan keamanan, kenyamanan dan kemudahan semua masyarakat/semua kalangan dalam memanfaatkan infrastruktur tersebut.

Pengarusutamaan gender di sini adalah pemenuhan kebutuhan sarana dan fasilitas baik laki-laki, perempuan dan mereka yang memiliki kebutuhan khusus fisik dan disable. Gender lainnya yakni sosial dan ekonomi serta ras. Salahsatu Contoh seperti pembuatan trotoar yang dapat dimanfaatkan oleh pejalan kaki atau orang berkebutuhan khusus yang menggunakan kursi roda, memperhatikan penerangan dan permukaan trotoar. Karena

BAB

IV

(2)

terkadang permukaan trotoar tidak tidak rata akibat sering digunakan oleh pengendara motor. Selain itu, penerangan di trotoar juga harus maksimal untuk menghindari terjadinya perampokan pengguna jalan akibat redupnya penerangan.

Perhitungan Sex Ratio menggunakan asumsi jumlah penduduk perempuan per 100 penduduk laki – laki, dengan jumlah penduduk perempuan berbanding dengan jumlah penduduk laki-laki. Hal ini dikarenakan dalam perhitungan mengasumsikan jumlah laki-laki sebagai pembanding yang berdasarkan pada ketentuan islam yaitu laki-laki sebagai imam, sehingga diasumsikan setiap 100 jiwa laki-laki terdapat beberapa jiwa perempuan.

4.1.2. Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur

Bidang Cipta Karya

Pembangunan Kabupaten Buton Utara melalui Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya diharapkan mampu mewujudkan keterpaduan, integrasi perencanaan, sinkronisasi program dan penentuan prioritas dalam pembangunan pelaksanaan daerah. Maka dari itu agar tujuan dari pembangunan bidang Cipta Karya tercapai, diperlukan penanganan sosial pasca pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, antara lain :

1. Prioritas pengembangan difokuskan pada sempadan wilayah pesisir, wilayah kumuh perdesaan diperbukitan pulau Kabupaten Buton Utara sekaligus kawasan penyangga air sehingga sebagian upaya untuk mengamankan sistim tata air dan kawasan lindung.

2. Melakukan peremajaan/redevelopment perumahan dan permukiman kawasan permukiman kumuh, perlu mendapat perhatian sebagai salah satu upaya pemanfaatan ruang yang serasi. Upaya ini dapat merupakan eksperimen percontohan pengembangan lingkungan, misalnya dengan program perbaikan kampung dan rumah susun (RUSUN).

3. Melakukan Pengembangan rencana sistem transportasi, perencanaan dalam sistem pergerakan meliputi pengaturan sistem dan pengembangan jaringan jalan, rute dan sarana angkutan umum serta perparkiran.

4. Melakukan pengembangan air bersih, Upaya pelayanan air bersih dapat dilakukan dengan: pengaturan distribusi air setiap dua hari sekali, pembangunan jaringan primer air bersih baru, dan pengembangan jaringan air bersih ke lokasi rencana industri, perbaikan pipa jaringan yang tidak efektif lagi, dan penggunaan teknologi semacam booster pump untuk melayani daerah di daerah dataran tinggi.

5. Melakukan pengembangan jaringan listrik dan jaringan telepon, upaya peningkatan pelayanan terhadap kebutuhan listrik dan komunikasi pada Kabupaten Buton Utara

(3)

Tabel 4.2 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang CK

Sektor Program/ Kegiatan Lokasi Tahun Sumber

Dana

Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pembangunan PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

(4)

Sektor Program/ Kegiatan Lokasi Tahun Sumber Dana

Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pembangunan

(5)

Tabel 4.3 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kab. Buton Utara

Lokasi

Jumlah Penduduk

Miskin Kondisi Umum Permasalahan

Bentuk Penanganan yang Sudah Dilakukan Kebutuhan Penanganan Kawasa n Kumuh Nelayan Kawasa n Kumuh Perkotaa n -4.2. Analisis Ekonomi

4.2.1. Analisis Tingkat Kemiskinan

Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.

Konsep atau difinisi kemiskinan yang digunakan di Indonesia sesuai dengan konsep Badan Pusat Statistik adalah Kemiskinan Absolut yaitu kemiskinan yang ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti Pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan Pokok minimum diterjemahkan sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum/ kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis

(6)

kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya dibawah garis kemiskinan digolongkan sebagai penduduk miskin.

Garis kemiskinan absolut, mampu membandingkan kemiskinan secara umum. Garis kemiskinan absolut sangat penting untuk menilai efek dari kebijakan penanggulangan kemiskinan antar waktu, atau memperkirakan dampak dari suatu program terhadap kemiskinan (misalnya, pemberian kredit usaha kecil). Angka kemiskinan akan dapat dibandingkan antara satu Negara dengan Negara lain, jika garis kemiskinan absolut yang digunakan sama di Negara yang dibandingkan. Bank dunia memerlukan garis kemiskinan absolut agar dapat membandingkan angka kemiskinan antar Negara. Hal ini bermanfaat dalam menentukan kemana menyalurkan sumber daya sosial atau dana yang ada, juga dalam menganalisis kemajuan dalam memerangi kemiskinan. Pemerintah Indonesia menggunakan ukuran pendapatan US $1 perkapita per hari sebagai garis kemiskinan. Penduduk yang pendapatannya dibawah US$1 perkapita per hari dikatagorikan sebagai penduduk miskin.

Tidak tercapainya standar hidup layak oleh seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sifatnya multidimensi seperti tidak mencukupinya kualitas SDM, kurangnya kesempatan produktif dan tidak mencukupinya perlindungan social. Rendahnya kualitas SDM dipengaruhi oleh akses terhadap pendidikan, kesehatan dan pelayanan lainnya yang diselenggarakan pemerintah. Sementara kurangnya kesempatan produktif dipengaruhi oleh rendahnya kemampuan dan iklim wirausaha khususnya bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Sementara perlindungansosial yang cukup akan melindungi masyarakat dari guncangan sosial yang dapat menyebabkan seseorang jatuh kedalam kemiskinan ketika terjadi bencana, sakit ataupun krisis ekonomi.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, menyatakan bahwa program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah , pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro, kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi . Dengan demikian percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan strategi:

1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin

2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin 3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil 4. Mensinergikan kebijakan program penanggulangan kemiskinan.

(7)

Dalam operasinalnya strategi tersebut dilakukan dengan instrument pendekatan klaster yang terdiri dari 4 (empat) klaster yaitu :

1. Program Penanggulangan Kemiskinan bersasaran Rumah Tangga atau Keluarga 2. Program Penanggulangan Kemiskinan bersasaran komunitas

3. Program Penanggulangan Kemiskinan bersasaran Usaha Mikro dan Kecil 4. Peningkatan dan Perluasan program Pro Rakyat.

1. Persentase Penduduk Miskin

Tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada dibawah garis kemiskinan

(povertyline) serta kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan

antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah merupakan dua masalah besar dibanyak daerah diIndonesia,begitupun diKabupaten Buton Utara. Adapun tingkat kemiskinan dan jumlah penduduk miskin Kabupaten Buton Utara Tahun 2007-2014 dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1

Perkembangan jumlah Penduduk Miskin dan tingkat Kemiskinan Kabupaten Buton UtaraTahun 2007-2014

Sumber : Basis Data Terpadu TNP2K

Pada tahun 2013 persentase penduduk miskin di Kabupaten Buton Utara sebesar 17,53% atau sebanyak 10.200 ribu orang, telah mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2012 sebesar 15,76% atau sebanyak 8.900 ribu orang.Tingkat Kemiskinan Kabupaten Buton Utara memiliki tren yang cukup positif sekalipun tidak mengalami percepatan yang

13.242 12.095 11.035 10.2859.800 8.900 10.2009.700 25,09 22,86 20,58 18,8017,34 15,7617,5316,35 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat

Kemiskinan

Kab. Buton Utara Tahun 2007 - 2014

Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Persentase Penduduk Miskin (%)

Sumber: BPS, diolah

(8)

tinggi dimana sejak tahun 2009 hingga 2012 mengalami penurunan angka dengan rata-rata 1,00%. Pada tahun 2009 tingkat kemiskinan Kabupaten Buton Utara sebesar 11,035 orang, yang kemudian menurun menjadi 10,285 orang pada tahun 2010. Pada tahun 2011 angka kemiskinan kembali menurun menjadi 9,800, Pada tahun 2012 terus menurun sebesar 8.900. Dan pada tahun 2013 angka kemiskinan Kabupaten Buton Utara naik lagi sebesar 17,53%. Hingga tahun 2014 angka kemiskinan Kabupaten Buton Utara kembali menurun menjadi 9,700 orangatau sebesar 16,35%.Hal ini berarti bahwaprogram- program penanggulangan kemiskinan masih harus ditingkatkan efektivitasnya agar mampu mempertahankan konsistensi laju penurunan angka kemiskinan.

2. Perkembangan Antar Waktu Tingkat Kemiskinan Daerah

Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Buton Utara memiliki tren yang cukup positif sekalipun tidak mengalami percepatan yang tinggi dimana sejak tahun 2007 hingga 2012 mengalami penurunan angka dengan rata-rata 1,00%. Lebih lengkap perkembangan tingkat kemiskinan Kabupaten Buton Utara dapat dilihat pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8

Perkembagan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Buton Utara Tahun 2007-2014

(9)

Dari gambar 4.8 diatas dapat dilihat bahwa laju penurunan persentase penduduk miskin Kabupaten Buton Utara tahun 2007 sebesar 2,05% sampai dengan 2012 sebesar 15,76% terjadi penurunan sebesar 9,33% atau rata-rata penurunan per tahun sebesar 1,86%,angka ini menunjukkan efektifitas program/kegiatan pemerintah daerah Kabupaten Buton Utara untuk menekan perkembangan Tingkat Kemiskinan Daerah. Namun pada tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 17,53% dan kembali turun pada tahun 2014 menjadi sebesar 16,35%. Ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah perlu meningkatkan program/kegiatan dalam hal penanggulangan kemiskinan.

Perkembangan antar waktu indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Buton Utara dapat dikatakan tidak konsisten dari tahun ketahun. Lebih jelas perkembangan antar waktu indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Buton Utara dapat dilihat pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9

Perkembangan Antar Waktu Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Buton Utara Tahun 2007-2014

Sumber : Basis Data Terpadu TNP2K

Dari gambar 4.9 diatas dapat dilihat bahwa laju penurunan indeks kedalaman kemiskinan Kabupaten Buton Utara tahun 2007sampai dengan 2014 tidak konsisten. Pada tahun 2007 sebesar 4,37% naik pada tahun 2008 menjadi 4,40% dan terjadi penurunan yang cukup signifikan pada tahun 2009 menjadi sebesar 3,03% dan terus turun sampai tahun 2012 menjadi sebesar 2,13%. Pada tahun 2013 naik menjadi 3,58% dan turun lagi

(10)

pada tahun 2014 menjadi sebesar 2,44%. Angka ini menunjukkan bahwa jarak antara penduduk miskin dengan garis kemiskinan cukup sulit diperkecil,sehingga upaya pemerintah belum menunjukkan hasil yang baik. Untuk itu Pemerintah Daerah Kabupaten Buton Utara harus memprioritaskan program/kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat miskin, sehingga dapat mendekati dan atau melewati garis kemiskinan.

Ukuran penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin dapat dilihat dari perkembangan antar waktu indeks keparahan kemiskinan Kabupaten Buton Utara. Lebuh jelas Indeks Keparahan Kemiskinan Kabupaten Buton Utara dapat dilihat pada Gambar 4.10.

Gambar 4.10

Perkembangan Antar Waktu Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Buton Utara Tahun 2007-2014

Sumber : Basis Data Terpadu TNP2K

Dari Gambar diatas dapat dilihat laju penurunan Indeks Keparahan Kemiskinan dari tahun 2008 sebesar 1,16% sampai dengan 2010 sebesar 0,58%. Namun pada tahun 2011 naik menjadi 0,63%, kemudian tahun 2012 turun menjadi 0,47%. Pada tahun 2013 mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 1,34% dan kembali turun pada tahun 2014 menjadi

(11)

sebesar 0,64%. Angka ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah masih belum bisa mengendalikan laju penurunan indeks keparahan kemiskinan, sehingga prioritas pemerintah harus tetap diarahkan pada program/kegiatan yang dapat mendekatkan/memperkecil indeks keparahan kemiskinan.

3. Pemetaan Program

Masalah kemiskinan tidak dapat dipecahkan melalui kebijakan yang bersifat sektoral, parsial dan berjangka pendek, tetapi kebijakan yang konsisten, terpadu dan terencana. Kebijakan Penanggulangan kemiskinan bertumpu pada kebijakan publik yang berpihak kepada orang miskin(propoor policy). Kebijakan yang berpihak kepada orang miskin tersebut harus diterjemahkan dalam pembangunan yang berpihak kepada orang miskin(pro poor

development) dan pertumbuhan ekonomi yang berpihak kepada orang miskin (pro poor

growth). Atas dasar hal tersebut diperlukan sinkronisasi kebijakan sebagai acuan

penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah,dunia usaha,organisasi non pemerintahdan komponen masyarakat lainnya.

Penanggulangan kemiskinan merupakan hasil komulatif dari seluruh proses pembangunan.Setiap upaya pembangunan hasilnya akan berkontribusi terhadap penanggulangan kemiskinan, namun ada program-program yang langsung dialokasikan dengan sasaran khusus penduduk miskin.Program semacam ini dikatagorikan sebagai program penanggulangan kemiskinan yang afirmatif, artinya program-program tersebut memang secara khusus dirancang dan dijalankan untuk menjawab persoalan kemiskinan secara langsung kepada sasaran penduduk miskin secara individu,keluarga maupun rumah tangga, melalui komunitasnya maupun melalui sumber penghidupannya.

Meninjau pelaksanaan kebijakan program penanggulangan kemiskinan akhir-akhir ini memunculkan kesepakatan bahwasanya pola dan paradigma baru penanganan kemiskinan. Secara umum memiliki ciri sebagai berikut :

1. Kemiskinan tidak hanya dilihat dari karakteristik orang miskin statis, melainkan dilihat secara dinamis.

2. Indikatoruntuk mengukur kemiskinan adalah komposit.

3. Konsep kemampuansosialdipandang dari pendapatandalam memotret dinamika kemiskinan.

4. Pengukuran kemampuan sosial keluarga miskin pada beberapa indikator kunci mencakup kemampuan keluargamiskin dalam memperoleh mata pencaharian

(12)

(asset management),berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan serta kemampuan dalam menghadapi guncangan dan tekanan.

5. Berorientasipadapenghormatan,perlindungan,danpemenuhanhak-hak dasarmasyarakat miskin.

6. Bertumpu pada pembangunanberbasis komunitas dengan pola memberikan kewenangan kepada masyarakat sampai pada tingkat terbawah dalam pengambilan keputusan danpengelolaan program.

7. Mengedepankanketerlibatanpelaku-pelakukunciuntukdiarahkanpada pemberdayaan potensimasyarakat miskin.

8. Terintegrasi dalamskemaperencanaan pembangunan dan penganggaran. 9. Bersifatpemenuhanterhadaphakdasar utamaindividudanrumahtangga miskin.

10. Mengutamakanpendekatanpartisipatifdalamsetiap prosesnya,berbasis pemberdayaan masyarakat.

11. Berorientasi pada pemberdayaan dan pengembangan usaha mikro dan kecil. 12. Berperspektif Gender dan kelompok marjinal dalam pengambilan keputusan. 13. Memperhatikan keragaman budaya lokal.

Dalam Peraturan Presiden Nomor15 tahun 2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan, pada Pasal 1 disebutkan bahwa Penanggulangan Kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan pemerintah daerah yang dilakukan secara sitematis,terencana dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. Sedangkan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan seperti disebutkan dalam pasal 2 adalah sebagai berikut:

1. Arah kebijakanpenanggulangankemiskinan nasionalberpedoman pada Rencana PembangunanJangka Panjang(RPJP);

2. Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan daerah berpedoman pada Rencana Pembangunan JangkaPanjang Daerah(RPJPD).

Terkait dengan ha lini penanggulangan kemiskinan tidak termasuk kategori sektor atau urusan, namun merupakan program lintas sector yang bersifat pengutamaan, dan bisa melekat pada setiap urusan pembangunan daerah. Dalam Pasal 3 Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010disebutkan bahwa Strategi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dilakukan dengan :

1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakatmiskin;

(13)

3. Mengembangkandanmenjaminkeberlanjutanusahaekonomimikrodan kecil; 4. Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.

Sedangkan dalam pasal 5 disebutkan bahwa program percepatan penanggulangan kemiskinan terdiri dari :

1. Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga,bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin.

2. Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat, mengembangkan potensi dan kelompok masayarakat miskin dalam pembangunan yang didasarkan pemberdayaan masyarakat.

3. Kelompok program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, bertujua untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil.

4. Program-programlainnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin.

Kebijakan yang dilakukan dalam pelaksanaan penanggulangan kemiskinan perlu dilaksanakan secara koordinatif, terukur, sinergisdan terencana yang dilandasi oleh komitmen dan keterlibatan berbagai pihak dan dikelola sebagai suatu gerakan bersama penanggulangankemiskinan.Berbagai kebijakan yang diambil pemerintah Kabupaten Buton Utaraantaralain :

1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermoral yang ditopang oleh 4 pilar utama yaitu, pendidikan, kesehatan, budaya dan keagamaan,yang dilakukanmelalui :

a. Membangun dan mengadakan prasarana dan sarana pendidikan, kesehatan, budaya dan keagamaan yang berkualitas dan berkeadilan.

b. Melakukan pelayanan yang berkualitas dan bermutu dalam penyelenggaraan pendidikan, kesehatan, budaya dan keagamaan.

c. Melakukan peningkatan fungsilembaga adat/sara dan peningkatan kesejahteraan pegawai sara, imam masjid dan guru ngaji.

d. Melakukan peningkatan kapasitas SDM birokrasi dan masyarakat melalui bantuan pendidikan ke jenjang sarjana (S1), magister (S2) dan doktor (S3).

2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas infrastruktur (terutama infrastruktur dasar) secara berkelanjutan,antara lain :

(14)

a. Membangun infrastruktur transportasi, penerangan, komunikasi dan air bersih yang memadai, berkualitas, berkadilan dan berkelanjutan.

b. Melakukan pemeliharaan infrastruktur transportasi, penerangan, komunikasi dan air bersih secara berkelanjutan.

3. Meningkatkan kualitas tata pemerintahan yang baik (good goverment)dan pemerintahan yang bersih(good govermance), yang dilakukanmelalui:

a. Melaksanakan secara konsisten prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik dan bersih.

b. Meningkatkan kompetensi aparat birokrasi secara berjenjang.

4. Meningkatkan dan mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan yang kreatif dan produktif berbasis sumber daya lokal secara berkelanjutanantaralain :

a. Mempermudah dan menyederhanakan pengurusan ijin usaha, terutama usaha mikro, kecil dan menengah.

b. Menyediakan modal usaha dengan suku bunga terjangkau.

5. Mengelola Sumber Daya Alam (SDA) yang berpihak pada kepentingan masyarakat dan ramah lingkungan secara berkelanjutan,dilakukan melalui upaya:

a. Melakukan promosi potensi SDA dalam dan luar negeri.

b. Mempermudah dan menyederhanakan pengurusan ijin bagi investor secara terintegrasi.

6. Membangun kerjasama dalam negeri dan luar negeri yang saling menguntungkan untuk membuka lapangan kerja masyarakat,dilakukan melalui upaya:

a. Membangun kerjasama dalam dan luar negeri yang saling menguntungkan. 7. Peningkatan sistemkeamanan, ketertiban dan kenyamanan kehidupan bermasyarakat

secara persuasif, humanis dan egaliter, dilakukan melalui : a. Mengupayakan terbentuknya Kepolisian Resor (Polres).

b. Membangun dan menyediakan prasarana dan sarana pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kenyamanan kehidupan bermasyarakat.

c. Meningkatkan kuantitas dan kualitas aparat keamanan.

8. Membangun dan meningkatkan penggunaan sistem informasi daerah yang berbasis data secara online, dilakukan melalui :

a. Membangun sistem informasi daerah berbasis sumber daya lokal secara online. b. Meningkatkan kompetensi birokrasi dibidang sistem informasi.

(15)

4. Pemetaan Program

Berikut ini akan kami petakan program-program kluster 1, kluster 2 dan kluster 3 yang akan dijalankan di Kabupaten Buton Utara. Pemetaan yang dilakukan untuk program daerah, sehingga dapat diidentifikasi berapa banyak program-program khusus penanggulangan kemiskinan, siapa dan apa saja sasarannya, berapa jumlah penerima manfaat, berapa jumlah sumberdaya/anggaran yang dialokasikan, serta siapa pelaksana programnya.

Program Peanggulangan kemiskinan Kluster 1 diDaerah

Pemetaan prorgam– program penanggulangan kemiskinan daerah yang dirancang oleh pemerintah daerah yang sasarannya adalah individu, keluarga danrumah tangga miskin diKabupaten Buton Utara dengan tujuan untuk memperluas cakupan individu,keluarga dan rumah tangga miskin agar mendapat akses terhadap layanan dasar pendidikan dan kesehatan,seperti tergambar dalam table 4.1 berikut :

Tabel 4.1

Pemetaan program-program Kluster1diDaerah

Program Kegiatan Penanggungjawab SKPD Jumlah Unit Transfer Jenis Jumlah Dana

1 2 3 4 5 6 Pemenuhan Hak-Hak Dasar Penduduk Miskin 1 Pemberian Beasiswa bagi Siswa SD, SMP, SMA dari Keluarga miskin Dinas Pendidikan

2 Pemberian makanan balita/anak sekolah

penduduk miskin. Dinas Kesehatan 3 Pelayanan kesehatan bagi

penduduk miskin Dinas Kesehatan 4 Perawatan kasus gizi buruk bagi penduduk

miskin Dinas Kesehatan

5 Pelayanan Kesehatan bagi penduduk miskin (BPJS) Dinas Kesehatan

(16)

Program penanggulangan kemiskinan kluster 2 didaerah

Pemetaan prorgam– program penanggulangan kemiskinan daerah yang dirancang oleh pemerintah daerah yang sasarannya adalah kelompok dan komunitas diKabupaten Buton Utara dengan tujuan untuk memberdayakan kelompok dan komunitas untuk menunjang program nasional pemberdayaan masyarakat,seperti padatabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2

Pemetaan program-programKluster 2 diDaerah

Program Kegiatan Penanggungjawab SKPD Jumlah Unit Transfer Jenis Jumlah Dana

1 2 3 4 5 6

Rumah layak huni

1

Rehabilitasi rumah tidak layak huni termasuk fasilitas jamban keluarga

Dinas PU

2 Penyediaan Sarana Lingkungan dan

Sumber air bersih Dinas PU 3

Rehabilitasi ruamah tidak layak huni termasuk fasilitas jamban keluarga

Dinas Sosial Nakerstrans

4 Pemyediaan Listrik rumah penduduk miskin

Dinas Pertambangan

dan Energi

4.2.2. Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Terhadap Ekonomi Lokal

Masyarakat

Tabel 1 Identifikasi Kegiatan Ck Terkait Yang Mendukung Peningkatan Ekonomi Lokal Tahun 2010 -2014

Sektor Program/ Kegiatan Lokasi Tahun Sumber

Dana

Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pembangunan PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

(17)

Sektor Program/ Kegiatan Lokasi Tahun Sumber Dana

Kebutuhan Penanganan Sosial Pasca Pembangunan

PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Pengembangan Air Minum

4.3 Analisis Lingkungan

Mengacu pada Pasal 15 Undang – Undang No 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dinyatakan bahwaKLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh danpartisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunankeberlanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalampembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atauprogram. KLHS juga memiliki relevansi yang tinggi di dalam kontekspembangunan daerah,

(18)

karena KLHS menawarkan dua manfaat utama, yaitu, mengatasi kelemahan dan keterbatasan AMDAL, dan mempromosikan prinsip-prinsip pembangunanberkelanjutan dan ramah lingkunganPrinsip dari pengembangan wilayah.

Dampak suatu kegiatan tergolong pentingapabila:

1. Dampak lingkungan berlangsung berulang kali dan terus menerus sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi oleh lingkungan alam atau lingkungan sosial yang menerimanya 2. Berbagai dampak lingkungan bertumpuk pada suatu ruang tertentu sehingga tidak dapat

diasimilasi oleh lingkungan alam atau lingkungan sosial yang menerimanya,

3. Dampak lingkungan dari berbagai sumber kegiatan yang menimbulkan efek yang saling memperkuat.

Dampak kumulatif lingkungan di Kabupaten Buton Utara padaumumnya akibat berlangsung berulang kali dan terus menerus,sehingga pada kurun waktu tertentu tidak dapat diasimilasi olehlingkungan alam atau lingkungan sosial yang menerimanya. Padasaat ini, dampak ini telah terjadi dan diperkirakan akan terus terjadibila tidak diantisipasi oleh perwujudan struktur dan pola ruangseperti yang diamanatkan dan RTRW. Dampak kumulatif tersebutadalah sebagai berikut : 1. Dampak positif meliputi :

a. Menurunnya luas lahan kritis.

b. Meningkatnya kemampuan tanah untuk menahan dan menyerap air. c. Terintegrasinya upaya-upaya pengendalian dan rehabilitasi lahan kritis. d. Meningkatnya jumlah dan debit sumber-sumber mata air.

e. Terselenggaranya pembangunan di Kabupaten Buton Utara yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah.

f. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya alam dengan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan.

g. Terpeliharanya ekosistem dan biota pesisir dan perairan laut.

h. Antisipasi dini terhadap dampak pemanasan global dan perubahan iklim. i. Meningkatnya keaneragaman hayati sumberdaya hutan.

j. Menurunnya kasus-kasus perusakan lingkungan yang disebabkan oleh eksploitasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang kurang memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.

k. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pelestarian sumberdaya hutan.

l. Tersedianya Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebesar 30% atau lebih dari luas kawasan. m. Dipertahankannya lahan-lahan pertanian dan perkebunan.

n. Tersedianya aparatur yang cukup dalam pengendalian dan pengawasan hutan. o. Tersedianya peraturan daerah tentang pengelolaan hutan.

p. Terdapatnya batas yang jelas antara kawasan lindung dan budidaya.

(19)

r. Dipertahankannya kawasan peruntukan hutan bakau.

s. Menurunnya kerusakan lingkungan akibat pertambangan dan industri.

t. Tersedianya sarana dan prasarana pengelolaan sampah dan limbah permukiman. u. Tersedianya regulasi tentang sistem penanganan bencana di Kabupaten Buton Utara. 2. Dampak Negatif meliputi :

a. Semakin berkurangnya kesempatan masyarakat yang terbiasa dengan perladangan liar, pembalakan liar dan perambahan hutan.

b. Hilangnya kesempatan masyarakat penambang rakyat sebagai sumber mata pencaharian. c. Berkurangnya kesempatan masyarakat yang menjadikan laut sebagai sumber

penghidupan.

3. Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup

Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan sumberdaya alamdan lingkungan hidup adalah tidak adanya keterpaduanantara kegiatan perlindungan fungsi lingkungan hidup denganpemanfaatan sumberdaya alam sehingga terjadi konflikkepentingan antara ekonomi sumberdaya alam(pertambangan, kehutanan) dengan lingkungan. Kebijakanekonomi selama ini cenderung lebih berpihak terhadap kegiataneksploitasi sumberdaya alam sehingga mengakibatkanlemahnya kelembagaan pengelolaan dan penegakan hukum.Sementara itu, kualitas lingkungan juga terus menurunyang ditunjukkan dengan menurunnya persediaan air dankualitas air, udara dan atmosfer. Umumnya pencemaran airdari kegiatan manusia disebabkan oleh kegiatan industri,rumah tangga, pertambangan dan pembukaan lahan pertanian.Di sisi lain pencemaran udara pada umumnya disebabkan olehindustri dan kendaraan bermotor yang menggunakan bahanbakar minyak, kebakaran hutan dan lain-lain. Dari pencemaranair dan udara yang ditimbulkan dapat mengakibatkan terjadinya akumulasi berbagai unsur dan senyawa yang membahayakanbagi kelangsungan kehidupan ekosistem. Selain itu, penerapanprinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke dalam sistem,organisasi maupun program kerja pemerintahan baik dipusat maupun daerah masih belum berjalan dengan baik

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

Berdasarkan usulan rencana/program dalam RPIJM yang telah disusun oleh pemerintah Kota Kendari maka dilakukan penapisan untuk masing-masing sektor dengan mempertimbangkan isu pokok:

1) Perubahan iklim,

2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati,

3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,

(20)

4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, 5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau,

7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

Tabel 2 Kriteria Penapisan Usulan Program /Kegiatan Bidang Cipta Karya

No Kriteria Penilaian Uraian Pertimbangan *) Kesimpulan

(signifikan/Tidak Siginifikan)

1. Perubahan Iklim - Tidak terdapat jenis kegiatan Yang dapat mempengaruhi perubahan iklim secara signifikan

2. Kerusakan, kemerosotan, dan/kepunahan

keanekaragaman hayati

Pembangunan dan peningkatan Drainase Pri-mer di kawasan perkotaan akan menyebabkan terjadinya penebangan pohon penghijauan di beberapa bagian Damija.

Pengaruh yang ditimbulkan Tidak

signifikan.

3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan.

- Tidak terdapat jenis kegiatan Yang dapat mempengaruhi Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan.

4. Penurunan mutu dan

kelimpahan sumber daya alam - Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam.

5. Peningkatan alih fungsi

kawasan hutan dan/atau lahan. Pembangunan dan Pening-katan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah dan Infrastruktur Di TPA Puwatu akan merubah 1/3 bagian kawasan alami yang dimanfaatkan sebagai sabuk hijau dan perlindungan flora fauna di kawasan TPA.

Catatan: Luas areal kawasan TPA Puwatu (Eksisting) 12,4 ha.

Pengaruh yang ditimbulkan bersifat sementara dan Tidak signifikan.

6. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat

- Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat.

(21)

No Kriteria Penilaian Uraian Pertimbangan *) Kesimpulan

(signifikan/Tidak Siginifikan)

7. Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

- Tidak terdapat jenis kegiatan yang dapat menyebabkan Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia.

*) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup

Tahap selanjutnya setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No.9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM.

AMDAL, UKL-UPL DAN SPPLH

Penjabaran regulasi dan peraturan pemerintah secara detail tentang segala bentuk rencana kegiatan pembangunan yang diprediksi akan memberikan dampak penting dan besar terhadap lingkungan, mengikuti Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan selanjutnya diikuti oleh Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.

Mengacu pada kriteria rencana program dan kegiatan yang tertuang dalam RPIJM Kota Kendari maka secara mendasar kajian lingkungan yang dibutuhkan berupa penyusunan dokumen dan kajian Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL) serta Surat pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Gambar

Tabel 4.2 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang  CK
Tabel 4.3 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kab. Buton Utara
Tabel 1 Identifikasi Kegiatan Ck Terkait Yang Mendukung Peningkatan Ekonomi Lokal Tahun 2010 - -2014
Tabel 2 Kriteria Penapisan Usulan Program /Kegiatan Bidang Cipta Karya

Referensi

Dokumen terkait

analisis perubahan kandungan N total Berdasarkan hasil analisis daun segar tiga jenis gulma yang diberi kandungan N daun segar dan N daun naungan 50% menurun,

Nilai rata-rata skor pengetahuan sesudah penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dengan metode ceramah adalah 13 dan bermain adalah 14,3 kemudian dari hasil Uji statistik

bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 05 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 06 Tahun 2008 tentang Organisasi

Berdasarkan uji spesifikasi model yang telah dilakukan serta dari perbandingan goodness of fit -nya, maka model regresi yang digunakan dalam mengestimasikan pengaruh

Jika telah ada node baru pada pohon pencarian yang berhasil mencapai node tujuan, maka oleh subprogram “Make and Calculate Path.vi” akan dibuat jalur lengkap yang

Hasil dari pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa algoritma NWKNN merupakan algoritma yang lebih baik untuk mengatasi permasalahan corpus teks yang tidak

Jadi penegasan judul dalam penelitian ini adalah penerapan metode Cooperative Integrated Reading and Composition oleh guru dalam rangka mengarahkan peserta didik kepada

Hastuti dkk, (2011) menyatakan bahwa amoniasi berfungsi memutuskan ikatan antara selulosa dan lignin, serta membuat ikatan serat menjadi longgar, sedangkan dalam