• Tidak ada hasil yang ditemukan

245336971 Makalah Komunikasi Kesehatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "245336971 Makalah Komunikasi Kesehatan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

i

KOMUNIKASI KESEHATAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Kesehatan semester gasal

tahun akademik 2014/2015

Oleh :

1. Fitria Hanina (1406573545) 2. Galih Wilatikta (1406577985) 3. Gusti Indah Lestari (1406542855) 4. Hamid Faqih Umam (1406599361) 5. Herni Yunita (1406542754)

KOMUNIKASI KESEHATAN 7 HOME GROUP 3

(2)

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... ii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

BAB II ... 1

PEMBAHASAN ... 2

A. Prinsip Dasar Komunikasi ... 2

1. Pengertian ... 2

2. Karakteristik Komunikasi………....2

3. Jenis komunikasi ... 2

4. Model Komunikasi………..3

5. Fungsi Komunikasi………..3

6. Tujuan Komunikasi……….3

7. Proses Komunikasi ... 5

8. Unsur Komunikasi………...5

9. Komunikasi Kesehatan………6

B. Persepsi, Faktor, Variabel, dan Hambatan dalam Komunikasi ... 6

1. Persepsi ... 6

2. Faktor ... 6

3. Variabel dalam Komunikasi ... 7

4. Hambatan dalam Komunikasi ... 9

C. Komunikasi Interpersonal Pada Konseling dan Penyampaian Berita Buruk ... 10

1. Bentuk Komunikasi Kesehatan……….10

2. Tingkatan Komunikasi………..11

3. Penerapan Komunikasi Interpersonal………...12

4. Komunikasi Saat Konseling………..14

5. Pemberitahuan Berita Buruk……….16

D. Komunikasi Pada Pasien Khusus………...19

1. Komunikasi Kepada Pasien Depresi……….19

2. Komunikasi Kepada Pasien Pasif……….19

(3)

iii

4. Komunikasi dengan Anak-Anak dan Orang Tua………..20

5. Komunikasi dengan Pasien Geriarti……….21

BAB III ... 23

PENUTUP... 23

(4)

1 BAB I PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk sosial yang sangat membutuhkan kehadiran manusia lain.

Pernyataan ini berlaku bagi semua manusia tanpa terkecuali karena tanpa adanya manusia lain, maka akan sangat sulit bagi seorang manusia untuk dapat bertahan hidup. Untuk

menjaga kelangsungan hidup tersebut, interaksi antar manusia adalah hal yang tidak dapat dihindari, interaksi tersebut memiliki beragam tujuan dan bentuk yang berbeda-beda. Salah satu tujuan tersebut adalah untuk melakukan pertukaran informasi dari satu manusia ke manusia lainnya.

Pertukaran informasi juga merupakan hal yang sangatlah luas, mulai dari informasi mengenai diri sendiri, lingkungan sekitar atau mengenai pendapat pribadi, hal inilah yang disebut komunikasi. Hasrat untuk melakukan komunikasi adalah hal yang sangat dasar dimiliki oleh manusia, karena pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk beragi informasi dan mengetahui informasi. Aspek utama dari komunikasi adalah, komunikasi sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia secara sosial. Salah satu jenis komunikasi adalah komunikasi kesehatan.

Secara sederhana komunikasi kesehatan juga merupakan salah satu bentuk komunikasi. Hal yang membuat komunikasi kesehatan berbeda adalah dari segi tujuan dan pesan yang disampaikan. Karena merupakan komunikasi kesehatan, maka pesan utama yang disampaikan adalah mengenai kesehatan dan bagaimana meningkatkan kualitas hidup seseorang.

Selain dari tujuan dan pesan yang disampaikan, komunikasi kesehatan adalah hal yang sangat luas untuk dibahas, dimulai dari bentuk komunikasi kesehatan, komponen hingga bagaimana cara menangani karakter pasien yang berbeda-beda.

(5)

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Prinsip Dasar Komunikasi 1. Pengertian

Komunikasi berasal dari bahasa latin “communication” yang artinya pemberitahuan atau berasal dari kata “communicare” yang berarti menjadikan milik bersama (Wijono,1997). Komunikasi adalah suatu system penyampaian pesan dan penerimaan pesan dan berbentuk hubungan diantara sumber pesan dan penerima pesan (Craven & Hirnle, 2000). Mc Cubin dan Dahl (1985) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses tukar menukar perasaan, keinginan, kebutuhan dan pendapat.

2. Karakteristik Komunikasi

1. Komunikasi merupakan proses simbolis

Komunikasi yang disampaikan dalam symbol kata-kata verbal vocal, pesan verbal-visual seperti poster dan pesan simbolik non verbal seperti sebuah gambar.

2. Komunikasi merupakan proses sosial(isasi)

Komunikasi dapat membantu suatu proses interaksi social antar manusia 3. Komunikasi merupakan proses satu arah/dua arah

Proses komunikasi dua arah terjadi bila ada dialog antar pembicara 4. Komunikasi bersifat koorientasi

Bersifat koorientasi karena dua atau lebih pihak terlibat dalam komunikasi yang memiliki tujuan yang sama

5. Komunikasi bersifat purposif dan persuasif 6. Komunikasi mendorong interpretasi individu

7. Komunikasi merupakan proses pertukaran makna 8. Komunikasi terjadi dalam konteks

3. Jenis komunikasi

Stuart dan Sundeen (1998) dan Potter dan Perry (2005) membagi dua jenis komunikasi yaitu komunikasi verbal (termasuk di dalamnya komunikasi tertulis) dan komunikasi non verbal.

(6)

3

Menurut Potterdan Perry (2005), komunikasi verbal terkait dengan penggunaan kata-kata atau tulisan.

b. Komunikasi non verbal

Komunikasi non verbal adalah bahasa tubuh yang tidak diucapkan dan tidak ditulis tetapi dikomunikasikan dengan kuat melalui gerakan tubuh (Potter & Perry, 2005). Stuart dan Sundeen (1998) menyatakan ada lima kategori komunikasi non verbal, yaitu :

1) Isyarat vocal (isyarat paralinguistic), termasuk semua kualitas bicara non verbal.

2) Isyarat tindakan, yaitu semua gerakan tubuh, termasuk semua ekspresi wajah dan sikap tubuh.

3) Isyarat objek, yaitu objek yang digunakan secara sengaja atau tidak oleh seseorang seperti pakaian dan benda pribadi lainnya.

4) Ruang memberikan isyarat tentang kedekatan hubungan antara dua orang. 5) Sentuhan, yaitu kontak fisik antara dua orang dan merupakan komunikasi non

verbal paling personal.

4. Model Komunikasi

• Satu arahLinear Bersifat persuasif lebih efektif di media cetak/elektronik • Dua arah ada interaksi antar individu tujuan untuk menyamakan persepsi • Transaksional lebih personal (antar 2 orang) contoh komunikasi dokter dengan

pasien.

5. Fungsi Komunikasi

 Sumber atau pengirim menyebarluaskan informasi agar dapat diketahui oleh penerima  Sumber menyebarluskan pesan dalam rangka mendidik penerima

 Sumber memberikan instruksi agar dilaksanakan oleh penerima

 Sumber mempengaruhi konsumen untuk mengubah persepsi, sikap dan perilaku penerima

 Sumber menyebarluaskan informasi untuk menghibur dan mempengaruhi penerima

6. Tujuan Komunikasi

(7)

4

2. Informed decision making-Memberikan informasi dengan sebenar-benarnya agar dapat mengambil suatu keputusan berdasarkan informasi tersebut

3. Promote Healthy Behaviour: mempromosikan/informasikan mengenai bagaimana cara gaya hidup sehat yang benar.

4. Promote Peer Information Exchange & Emotional Support: memastikan sampainya informasi pada pihak pertama dan memastikan terjadinya pertukaran informasi kesehatan secara emosional.

5. Promote self care: memberi pengetahuan mengenai pemeliharaan kesehatan pribadi

6. Manage demand for health services: mencukupkan permintaan layanan kesehatan.

Sedangkan menurut Taibi-Kahler (Kahler Communication) Washington, D.C. Courses Process Communication Model, 2003 tujuan praktis komunikasi kesehatan adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendidikan, agar mampu untuk memahami dan menerapkan tujuan praktis sebagai berikut: 1. Prinsip-prinsip dan proses komunikasi manusia

 Menjadi seorang komunikator yang dapat berinteraksi dengan baik (etos, patos, logos, kredibilitas dll)

 Merangkai pesan dalam bentuk verbal maupun non-verbal dalam bidang kesehatan.

 Mampu menentukan mana jenis media yang sesuai dengan konteks kesehatan.  Menemukan segmen komunikan yang sesuai dengan konteks komunikasi

kesehatan.

 Mengelola umpan-balik atau dampak pesan kesehatan yang sesuai dengan kehendak komunikator dan komunikan.

 Mengatasi berbagai hambatan dalam komunikasi kesehatan.  Memegang teguh prinsip prinsip riset.

2. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan komunikasi efektif:

 Praktis wawancara, seperti saat diskusi, negosiasi, menyelesaikan konflik dan lain-lain

3. Membentuk sikap dan perilaku berkomunikasi  Komunikasi dengan menyenangkan, empati.  Komunikasi dengan kepercayaan diri.

(8)

5

 Membuat pertukaran informasi dan gagasan semakin menyenangkan.

 Apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yang baik (Report of the liberal arts and scienes Task Force, Truman State University 1994)

7. Proses Komunikasi

Proses komunikasi melibatkan empat komponen sesuai dengan teori Borle atau biasa disebut dengan teori SMRC. Empat komponen tersebut adalah sumber pesan(source), pesan tersebut (message), saluran atau media(channel), dan penerima pesan(receiver). Berikut adalah skema proses komunikasi.

Komunikasi berawal dari sumber yang mengirimkan pesan ke penerima. Proses ini dinamakan encoding. Penyampaian pesan ini melalui saluran atau media tertentu. Dalam penyampaian ini ada gangguan baik dari sumber dan penerima pesan ataupun juga dari media penyampaian pesan. Gangguan juga dapat berasal dari pesan itu sendiri. Setelah menerima gangguan, penerima menerima pesan yang disampaikan oleh sumber, proses ini disebut dekoding. Setelah proses penerimaan pesan, komunikasi yang baik seharusnya terdapat proses umpan balik.

8. Unsur Komunikasi

1. Pengirim(sender) atau sumber (source)

2. Encoding-adalah pengalihan gagasan menjadi pesan

(9)

6

4. Saluran (Media)- tempat dimana sumber menyalurkan informasi kepada penerima 5. Decoding- pengalihan pesan ke dalam gagasan

6. Penerima (Receiver) individu atau kelompok yang menerima pesan 7. Umpan balik (Feedback) reaksi terhadap pesan

8. Gangguan (Noise) efek internal atau eksternal akibat dari peralihan pesan

9. Bidang pengalaman-bidang atau ruang yang menjadi latar belakang informasi dari pengirim maupun penerima.

9. Komunikasi kesehatan

Komunikasi kesehatan merupakan proses penyampaian pesan kesehatan.

Komunikasi kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendidikan, menyebarluaskan informasi pada individu atau kelompok guna meningkatakan kesadaran akan kesehatan.

B. Persepsi, Faktor, Variabel, dan Hambatan dalam Komunikasi 1. Persepsi

Persepsi merupakan proses aktif dalam menilai informasi di sekitar. Seorang akan menanggapi, menginterpretasi, dan memahami informasi yang ada secara berbeda. Persepsi dapat terbentuk dari adanya pengalaman dan peran di masa lalu, budaya, perasaan saat ini, kepentingan, ekspektasi, peran sosial, pengetahuan, empati, dan konsep pribadi. Dalam komunikasi, persepsi mempengaruhi cara kita melihat, merasakan dan mendengar sebelum kita melakukan kegiatan komunikasi.

2. Faktor

a. Sumber atau pengirim pesan (komunikator)

Sumber atau pengirim pesan ini sering disebut sebagai komunikator, yaitu orang yang menjadi subjek dalam berlangsungnya proses komunikasi dan merupakan penyampai dari informasi. Sumber ini dapat berasal dari perorangan, kelompok, dan institusi atau organisasi tertentu. Komunikator harus dapat merumuskan isi pesan

yang disampaikan dengan baik. Selain itu, komunikator juga diharapkan dapat memiliki sikap empati dan menempatkan dirinya pada komunikan atau pasien dalam konteks dunia kesehatan.

(10)

7

Pesan merupakan hal yang dikirimkan oleh komunikator kepada komunikan atau penerima pesan. Pesan ini berupa pertanyaan yang didukung oleh lambang, yang dapat berupa lisan maupun tulisan. Lambang yang digunakan dalam komunikasi tersebut misalnya, lambang suara dalam komunikasi lisan yang berupa intonasi suara dalam penyampaian pesan, lambang gerak berupa ekspresi muka dan gerak tubuh yang digunakan komunikator sebagai pendukung untuk memudahkan pemahaman terhadap pesan yang disampaikan, atau pun lambang-lambang lain seperti kode-kode yang disepakati oleh pihak-pihak yang melakukan komunikasi. Komunikasi dengan

lambang lisan maupun tulisan yang merupakan simbol bahasa merupakan komunikasi verbal, sedangkan komunikasi melalui ekspresi dan gerak tubuh merupakan

komunikasi nonverbal. Isi simbol dari pesan disebut informasi. c. Media

Media adalah saluran atau alat yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan. Media ini bisa berupa media cetak, audio, visual, maupun audio visual. Media tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu media komunikasi massa, dan media komunikasi pribadi. Media komunikasi massa adalah media yang dapat diakses oleh umum, seperti TV, radio, surat kabar, internet, dan majalah. Sementara itu, media komunikasi pribadi adalah media yang menghubungkan komunikasi yang bersifat interpersonal, seperti telepon, surat, maupun jenis pembicaraan lainnya.

d. Sasaran atau penerima (komunikan)

Penerima informasi dari komunikator disebut juga komunikan. Seperti halnya sumber atau komunikator, komunikan bisa berupa perorangan, kelompok, maupun institusi atau organisasi. Seorang komunikan harus peka dan tanggap terhadap penyampaian pesan dari komunikator. Agar pesan dapat tersampaikan dengan baik dan menimbulkan umpan balik yang diinginkan, maka komunikan harus memiliki pengertian dan pemahaman yang sama dengan komunikator.

e. Umpan balik (feedback)

(11)

8

tubuh. Sedangkan umpan balik tidak langsung dapat berupa perubahan sikap dari komunikan yang bisa terjadi dalam waktu yang relatif singkat maupun dalam jangka waktu yang lama. Pada beberapa buku, umpan balik secara tidak langsung merupakan suatu bentuk akibat. Suatu proses komunikasi dapat dikatakan berhasil jika komunikan memberikan umpan balik yang tepat kepada komunikator.

f. Akibat (Impact)

Akibat atau impact ini merupakan hasil akhir komunikasi yang bisa berupa perubahan pada diri komunikan. Perubahan ini bisa berupa perubahan pada

pengetahuan, sikap, dan perilaku.

Keenam faktor tersebut harus dipenuhi dalam komunikasi agar komunikasi

dapat berjalan dengan lancar dan tujuan dari komunikasi tersebut dapat tercapai. 3. Variabel dalam Komunikasi

Terdapat beberapa variabel dalam komunikasi, yaitu empati, kontrol, trust, self disclosure dan confirmation.

Empati adalah suatu proses melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Empati bisa dibilang sebagai variabel terpenting dalam komunikasi karena melalui empati kita bisa mengetahui apa yang lawan bicara kita rasakan. Dalam hubungannya dengan komunikasi kesehatan, empati diperlukan agar lawan bicara atau pasien kita merasa dimengerti dan tidak ragu untuk menjelaskan kondisinya. Empati juga memperkecil kemungkinan adanya salah pengertian atau miskomunikasi antara kita dan pasien dan mengefektifkan komunikasi antara kita dan pasien.

Variabel yang kedua adalah kontrol. Ada dua macam kontrol yaitu kontrol personal dan relasional. Individu yang merasa bisa mempengaruhi keadaan hidup mereka adalah orang yang memiliki kontrol personal. Pada kasus kesehatan, pasien merasa tidak memiliki kontrol akan diri mereka dan merasa sangat membutuhkan kontrol tersebut. Kontrol relasional berbeda dengan kontrol personal. Kontrol relasional lebih berfokus pada hubungan antar orang atau ciri-ciri antar orang, sedangkan kontrol personal berfokus pada ciri-ciri individu.

Variabel yang ketiga adalah trust atau rasa percaya. Rasa percaya termasuk salahs atu variabel yang paling penting selain empati. Rasa percaya muncul jika seorang individu merasa bisa bergantung kepada individu lainnya.

(12)

9

Jika ada dalam jumlah yang tepat, self-disclosure memiliki banyak manfaat bagi kita dan pasien.

Yang terakhir adalah confirmation,yang artinya sebuah komunikasi dimana kita bisa menghargai orang lain sebagai seorang manusia. Dengan berkomunikasi dengan cara ini, kita bisa membantu pasien menghadapi perasaan ditolak dan diasingkan.

4. Hambatan dalam Komunikasi a. Etnis dan Budaya

Hambatan atau rintangan budaya merupakan rintangan yang terjadi disebabkan

karena adanya perbedaan norma, kebiasaan dan nilai-nilai yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Hal-hal tersebut sering dijumpai saat orang

yang berbeda suku berinteraksi dan bahkan orang yang sama suku bangsanya. Masing-masing etnis yang ada di dunia ini pastinya memiliki aturan tertentu dalam proses komunikasi antar sesama.

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan yang berbeda antara satu orang dengan yang lain adalah salah satu faktor yang dapat menghambat komunikasi. Tingkat pendidikan berbanding lurus dengan kemampuan seseorang untuk menyerap atau menyampaikan informasi (berkomunikasi).

c. Sosio Ekonomi

Komunikasi yang berlangsung di antara dua pihak yang memiliki status social dan ekonomi yang berbeda sangat sulit untuk dijalin. Tingkat kesamaan yang kecil dalam kondisi sosioekonomi antara dua pihak dapat menyebabkan mereka mengalami hambatan dalam menyampaikan informasi

d. Usia

Penggalaman dan pengetahuan sangat dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berkomunikasi dengan baik. Tak jarang di Indonesia terdapat orang - orang yang memiliki variasi usia yang tidak sama antara satu orang dengan yang lain. Menurut Data Statistik Indonesia, terdapat sekitar 19 juta orang yang berusia 0 tahun sampai

(13)

10

tingkat usia yang lainnya. Pada tingkat usia yang tidak terlalu jauh berbeda komunikasi dapat berjalan baik.

C. Komunikasi Interpersonal Pada Konseling dan Penyampaian Berita Buruk 1. Bentuk Komunikasi Kesehatan

a. Komunikasi linier

Komunikasi linier maksudnya adalah proses komunikasi yang berlaku satu arah. Komunikasi linier memanfaatkan media atau saluran untuk menyampaikan pesan. Ini adalah proses di mana seorang komunikator memberikan suatu stimulus yang diharapkan dapat dimengerti oleh sasaran orang itu. Kemudian sasaran memberikan respon terhadap stimulus yang diberikan. Namun proses pemahaman pesan dapat terhambat oleh physical noise (mislanya komunikasi yang dilakukan di pasar yang bising), psychological noise (misalnya sasaran sedang fokus pada hal lain), dan physiological noise (misalnya kondisi orang yang menerima pesan sedang lelah). Sehingga yang menjadi elemen kunci pada komunikasi ini hanya terbatas pada sumber (source), pesan (message), penerima (receiver), media, noise, stimulus, dan respon.

b. Komunikasi interaksional

Komunikasi yang selain melibatkan elemen pada komunikasi linier, juga terdapat elemen lain yaitu umpan balik dan keadaan. Umpan balik (feedback) maksdunya adalah seorang penerima pesan memberikan tanggapan kepada pemberi pesan baik itu verbal maupun nonverbal sebagai bukti bahwa pesan sampai kepada penerima. Jadi dapat dikatakan komunikasi ini berlaku dua arah. Sedangkan keadaan (context) maksudnya adalah kondisi ketika kita menyampaikan pesan, baik kondisi secara fisik maupun secara psikologi. Misalnya kondisi komunikasi yang formal, privasi, dan sebagainya.

c. Komunikasi transaksional

Komunikasi transaksional adala komunikasi yang tidak membedakan antara sumber dan penerima karena proses memberikan dan menerima pesan dilakukan secara bersamaan. Komunikator yang terlibat juga memegang kedua peranan itu dengan kategori pesan baik secara verbal maupun nonverbal. Komunikasi ini berlangsung secara terus menerus. Komunikasi ini tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan fisik dan psikologi lingkungan melainkan juga budaya, pengalaman, status

(14)

11 2. Tingkatan Komunikasi

1. Komunikasi intrapersonal

Komunikasi intrapersonal tidak semata-mata hanya melibatkan diri sendiri. Justru komunikasi intrapersonal merupakan salah satu kunci kita dalam melakukan komunikasi dengan orang lain. Karena pada intinya bagaimana kita menangkap dan memahami maksud orang yang berkomunikasi dengan kita tergantung oleh pengetahuan dan pengalaman yang kita miliki. Komunikasi intrapersonal memiliki 4 elemen yaitu:

a. The core of self

Hal ini berkaitan dengan bagaimana kita memahami tentang penilaian orang terhadap diri kita. Aspek yang dilihat dapat dari segi fisik, intelektual, dan emosional. Dengan kita mengetahui hal itu, berpengaruh terhadap sejauh mana

kita percaya diri dalam berkomunikasi dengan orang lain. Namun semua penilaian itu bukan sesuatu yang statis artinya masih dapat dirubah.

b. Needs and motivation

Kebutuhan dan motivasi yang dimaksud ialah bagaimana kita mau dinilai dan dipandang oleh orang lain. Sehingga menimbulkan proses interaksi antara diri kita dengan orang lain dalam rangka menunjukkan diri kita.

c. Cognitions

Ini adalah bagaimana kita menginterpretasikan suatu komunikasi berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan nilai-nilai yang kita pegang. Terdiri atas 5 bagian yaitu: decoding, integrasi, memori, skema, dan encoding.

d. Monitoring the reactions of others

Maksudnya adalah bagaiamana kita mengontrol reaksi orang lain terhadap kemampuan komunikasi yang kita miliki. Ini melibatkan kontrol pada cara komunikasi baik secara verbal dan non verbal karena keduanya harus memiliki kesesuaian. Sehingga kita mengetahui apa yang orang lain rasakan terhadap diri kita dan sebagai petunjuk perilaku untuk masa mendatang sekiranya sikap yang kita miliki sudah tepat.

2. Komunikasi interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang berlangsung tatap muka antara dua orang atau lebih baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Komunkasi ini adalah berupa penyampaian pesan dari satu orang dan respon atau

(15)

12 3. Komunikasi kelompok

Komunikasi kelmpok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi, dan sebagainya. Pada komunikasi ini kita lebih memperhatikan bagaimana peran kita dan karakteristik setiap anggota kelompok dalam proses komunikasi ini. Tujuan komunikasi ini adalah untuk berbagi informasi, pemecahan masalah dan lain sebagainya.

4. Komunikasi organisasi

Komunikasi organisasi yaitu komunikasi berupa pengiriman dan penerimaan pesan organisasi baik dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi.

Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui oleh organisasi itu sendiri dan dan sifatnya fokus pada kepentingan organisasi. Sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang disetujui secara sosial dan fokus pada anggotanya secara individual.

5. Komunikasi massa

Komunikasi massa adalah suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada jumlah audiens yang banyak dan heterogen. Misalnya dalam rangka promosi dan kampanye kesehatan. Komunikasi ini dilakukan melalui media seperti pamflet, poster, surat kabar, televisi, dan sebagainya. Komunikasi ini diharapkan dapat mengubah perilaku suatu kelompok masyarakat dengan cakupan yang lebih luas.

3. Penerapan Komunikasi Interpersonal a. Dokter dengan Pasien

Komunikasi interpersonal antara dokter dengan pasien dapat dipengaruhi oleh

(16)

13

yang lengkap tentang gejala dan efek samping sehingga bisa memutuskan tindakan dan pengobatan yang tepat untuk kesembuhan pasien.

b. Tenaga Kerja Kesehatan dengan Pasien

Komunikasi interpersonal antara tenaga kerja kesehatan selain dokter dengan pasien, walaupun hampir sama tetapi terdapat perbedaan dalam cara interaksi dan berkomunikasi. Contohnya pasien cenderung lebih mudah untuk membuka informasi tentang perasaan, penyakit, dan masalah lain kepada perawat. Hal ini karena perbedaan fokus yang diemban tenaga kerja kesehatan. Dokter yang mempunyai kemampuan lebih dalam bidang anatomi dan fisiologi akan lebih fokus pada gejala, diagnosis, dan pengobatan yang akan dijalani, sedangkan perawat lebih menekankan pada perawatan dan dampak penyakit pada pasien serta keluarga. Hal ini bisa disebabkan karena perbedaan kemampuan dan pengalaman.

c. Penyedia Layanan Kesehatan dengan Keluarga

Komunikasi antara penyedia layanan kesehatan dengan keluarga memiliki peran penting dalam kaitannya mendukung pasien dan meningkatkan kemungkinan untuk kesehatan yang positif bagi pasien. Anggota keluarga dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam berobat dan mendukung perawatan yang dilakukan. Namun begitu komunikasi ini memiliki faktor penghambat yang bisa diperparah oleh kedua belah pihak, yaitu kontak yang terbatas dengan tenaga kerja kesehatan dan akses informasi yang terbatas. Biasanya tenaga kerja kesehatan mengalami kesulitan dalam menerangkan informasi kepada keluarga karena kurangnya pengetahuan dalam masalah kesehatan. Untuk itu informasi yang diberikan harus disaring dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

d. Komunikasi Antarpetugas Tenaga Kerja Kesehatan

Komunikasi antar petugas tenaga kerja kesehatan memiliki peran penting untuk berkolaborasi dan bekerja sama satu sama lain untuk kesehatan pasien. Karena berbeda dalam bidang pekerjaan, maka akan terdapat perbedaan dalam kemampuan dan pengalaman antar petugas tenaga kerja. Hal yang biasa menjadi hambatan adalah kurangnya pemahaman mengenai peran antar tenaga kerja kesehatan sehingga menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi. Untuk itu, harus terdapat sikap saling menghormati dan memahami peran antar tenaga kerja kesehatan.

(17)

14

Selain itu, komunikasi interpersonal dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil yang melakukan perawatan kesehatan. Tenaga kerja kesehatan dalam kelompok ini memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan saling membantu untuk membahas pengobatan dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan pasien maupun perspektif keluarga.

4. Komunikasi Saat Konseling

Konseling tidak hanya sekedar kemampuan, proses dan prosedur. Konseling juga lebih dari sekedar perkataan, perencanaan, dan aksi. Konseling adalah keyakinan, yakin dan percaya terhadap orang lain dan kemampuan menolong orang lain untuk menceritakan masalah mereka. Faktor kepercayaan dan keyakinan menjadi penting karena semua ahli kesehatan bekerja di bidang di mana mereka harus dapat membuat orang lain percaya. Selain itu, karena kedekatan hubungan yang dapat terjadi pada saat

sesi konseling, sangat perlu bagi seorang konselor untuk menjaga keprofesionalan mereka karena seseorang yang dirancang untuk menjadi seorang profesional diharapkan mampu bersikap profesional, handal, dan dapat dipercaya.

a. Jenis-Jenis Konseling 1. Supportive counseling

Bentuk konseling yang paling umum ketika kita diminta untuk memberikan dukungan kepada orang lain.

2. Informative counseling

Memberikan informasi berupa pengetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki kepada klien.

3. Educational counseling

Memberikan pelatihan melalui kegiatan pelatihan magang yang dimasukkan melalui kurikulum akademis.

4. Counseling in crisis

Tipe konseling ini adalah bagaimana cara kita membantu klien yang tiba-tiba menghadapi kemelut permasalahan.

5. Post-trauma counseling

Digunakan untuk membantu mereka yang mengalami trauma berat dan panjang seperti trauma karena bencana, perang, tragedi pribadi seperti berduka.

(18)

15

Melayani merupakan cara bagaimana seorang konselor bisa menjadi dekat dengan klien mereka secara fisik dan psikologis. Pelayanan yang efektif membuat diri kita berada dalam posisi pendengar yang baik. Cara menampilkan sikap dari dalam tubuh dan ketulusan dan nilai menghargai pada klien:

a. Mengadopsi postur tubuh yang menunjukkan keterlibatan dengan klien Anda. Jangan menciptakan penghalang psikologis di antara klien dan konselor

b. Menunjukkan postur tubuh yang hangat dan berteman. Kita harus bisa menentukan postur tubuh seperti apa yang menunjukkan keterbukaan dan

kesediaan.

c. Menunjukkan keterlibatan dan minat.

d. Membuat kontak mata dengan klien untuk menyatakan bahwa kita tertarik dengan apa yang klien harus katakana

e. Santai dan bersikap natural dengan klien 2. Mendengarkan

Mendengarkan mengacu pada kemampuan untuk menangkap dan memahami pesan yang dikomunikasikan dari klien, baik secara verbal maupun nonverbal. Kemampuan sebagai pendengar yang aktif:

 Mendengarkan dan memahami pesan verbal maupun non-verbal yang disampaikan oleh klien.

 Mendengarkan dan memahami klien dalam konteks sosial  Mendengarkan dengan empati

3. Empati

 Mendengarkan dengan empati berarti konselor harus bisa melihat dunia dari klien tersebut dan cara klien melihat dirinya seolah-olah ia sedang melihatnya melalui mata klien.

 Empati adalah kemampuan untuk mengenali dan mengakui perasaan orang lain tanpa mengalami emosi-emosi yang sama.

4. Memberikan pertanyaan

 Memberanikan klien untuk menceritakan masalah mereka

 Untuk membantu klien agar tetap fokus dengan hal-hal penting yang berhubugan

(19)

16

 Membantu klien untuk “move” dalam proses membantu

 Membantu klien untuk memahami diri mereka dan situasi permasalahan secara keseluruhan

5. Membuat ringkasan atau kesimpulan

Meringkas apa yang dikatakan dalam sesi pertemuan sehingga dapat memberikan fokus kepada apa yang sebelumnya dibahas, dan menantang klien untuk “move on”.

5. Pemberitahuan Berita Buruk

a. Komunikasi Dengan Pasien Sekarat

Dalam menyampaikan berita bahwa penyakit yang diderita pasien sudah

mencapai titik puncak, pasien harus dikondisikan dalam keadaan siap untuk menerima informasi tersebut. Tenaga kerja yang menyampaikan juga harus menyampaikan berita tersebut menggunakan istilah semudah mungkin. Selain itu, tenaga kerja harus menunjukkan rasa empati dalam menyampaikan berita tersebut, tetapi harus tetap bersikap rasional dan tidak melibatkan perasaan. Tenaga kesehatan tersebut juga harus menyampaikan bahwa kematian bukanlah hal yang menakutkan.

Ada lima fase yang biasanya ditampilkan oleh pasien setelah mendengar berita ini. Yang pertama adalah fase penolakan, yaitu fase dimana pasien tidak mau menerima kenyataan. Fase kedua adalah kemarahan, yaitu fase dimana pasien akan menyalahkan semua orang atas keadaan bahwa ia akan mati. Yang ketiga adalah fase penawaran, yaitu fase dimana pasien mulai bersikap baik dengan harapan bahwa dirinya akan membaik. Yang keempat adalah fase depresi, yaitu fase dimana pasien merasa depresi dengan berita tersebut. Dan yang terakhir adalah fase penerimaan, yaitu fase dimana pasien akhirnya menerima bahwa ia kemungkinan besar akan meninggal. Para tenaga kesehatan harus selalu mendukung pasien yang sekarat secara moral, salah satunya adalah dengan cara mengabulkan permintaan khusus mereka setelah mati.

b. Komunikasi Dengan Pasien Penderita Kanker

(20)

17

yang lumayan banyak. Para tenaga kesehatan juga harus meyakinkan bahwa kita adalah tenaga ahli yang akan menangani penderita dengan baik.

Dikarenakan prosedur pengobatan yang lumayan banyak dan membingungkan, tenaga kesehatan juga harus mampu memancing penderita untuk bertanya sebanyak mungkin. Kemungkinan besar penderita cenderung diam karena takut dengan fakta bahwa ia menderita kanker. Sebagai tenaga kerja yang baik, kita harus menjelaskan prosedur penyembuhan dengan sejelas mungkin dan meyakinkan bahwa kanker bukan berarti berakhir dengan kematian.

c. Pemberhentian Life Support

Tenaga kerja sebaiknya menyampaikan bahwa pemberhentian penunjang hidup dari pasien dilakukan karena penunjang tersebut tidak lagi member manfaat. Pemberhentian penggunaan penunjang ini bukanlah karena pihak rumah sakit “menyerah” , namun karena ada penanganan yang lebih baik lagi dilakukan.

Untuk pemberhentian penunjang hidup bagi pasien di ICU ,biasanya dilakukan tanpa memberitahukan pihak keluarga. Namun pihak keluarga harus diberitahu bahwa segala hal sudah dipertimbangkan dengan matang.

d. Penghentian Perlakuan Medis

Penghentian perlakuan medis terhadap seorang pasien dapat disebabkan oleh tidak adanya perubahan yang akan terjadi jika perlakuan medis tersebut diteruskan.

Penghentian perlakuan medis tersebut dapat berbentuk peralihan kepada perlakuan medis yang lain. Ketika seorang pasien sudah dalam keadaan sekarat, terdapat saatnya ketika perlakuan medis untuk mempertahankan hidupnya hanya akan memperpanjang masa sekaratnya. Di saat itulah seorang dokter harus memutuskan untuk pemberhentian perlakuan medis terhadap pasien tersebut. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa pemberhentian perlakuan medis bukanlah menyerah dan meninggalkan pasien tersebut begitu saja. Perlakuan medis dengan tujuan kenyamanan pasien, seperti untuk menahan rasa sakit, akan diberikan jika memang diperlukan.

e. Kematian Mendadak

(21)

18

ruangan yang memiliki privasai, tenang, sepi, serta penuh perhatian dari tenaga kerja kesehatan yang menyampaikan. Penting pula untuk menekankan kata kunci penting mengenai kematian sang pasien berulang kali, pelan-pelan, serta hati-hati. Kebanyakan keluarga menginginkan tenaga kerja kesehatan yang terlibat dan di sekitar sang pasien ketika kematian tersebut terjadi untuk menjelaskan bagaimana hal tersebut dapat terjadi. Akan tetapi, sebagian keluarga ada juga yang memilih untuk tidak mengetahui banyak dan menyendiri untuk meratapi berita duka tersebut.

Hal lain yang dapat dilakukan seorang dokter ketika memberitahukan kematian

seorang pasien kepada keluarganya adalah dengan berhati-hati menanyakan kesediaan pendonoran organ sang pasien kepada orang yang membutuhkan. Menurut

MacDonalad (2004), 50-70% keluarga setuju untuk memberikan manfaat kepada orang lain melalui organ sang pasien yang sudah meninggal. Akan tetapi, terdapat pula keluarga yang menolak dengan pengecualian jika memang donor organ adalah yang diinginkan sang pasien tersebut. Pemberitahuan hal ini adalah hal yang sangat sensitif dan membutuhkan kehati-hatian dalam penyampaiannya.

f. Permintaan Maaf Atas Kesalahan

Kesalahan tentunya adalah sebuah hal sensitif bagi orang-orang yang merasa dirugikan. Setiap manusia pasti pernah berbuat kesalahan, termasuk seorang dokter dan tenaga kerja kesehatan lainnya. Seorang dokter harus bersikap terbuka kepada pasiennya, baik dalam berita baik maupun buruk. Jika seorang tenaga kerja kesehatan melakukan kesalahan dalam tahap manapun dalam proses penyembuhan seorang pasien, wajib bagi seorang tenaga kerja kesehatan untuk mengaku dan meminta maaf kepada sang pasien tersebut.

Ketika kematian atau kerusakan permanen serta akibat serius lainnya terjadi, solusi terbaik untuk rumah sakit adalah untuk mengaku dan tidak menutup-nutupi fakta kesalahan dari pihak rumah sakit. Berdasarkan University of Michigan Health System, hasil mengatakan bahwa pada tahun 1995 hingga 2007, tuntutan yang diajukan kepada rumah sakit yang terbuka atas kesalahan mereka lebih sedikit dan penanganan kasus berlangsung lebih cepat daripada rumah sakit yang menangani kesalahan tersebut secara tertutup.

(22)

19

Depresi adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan dan dangkal (low mood) sebagai akibat dari pengaruh peristiwa yang tidak diharapkan, dimana manifestasi gejalanya dapat bersifat ringan hingga pada tingkat yang berat (Rosenbaum, 2000). Depresi juga didefinisikan sebagai suatu status emosional seseorang yang ditandai dengan kesedihan yang sangat, perasaan bersalah, menarik diri dari lingkungan, gangguan tidur, anoreksia, kehilangan gairah seksual, kehilangan ketertarikan pada aktivitas-aktivitas yang biasanya menyenangkan. (Davison & Neale, 1994). Faktor-faktor penyebab depresi dapat dibagi menurut asalnya sebagai berikut (Pennel & Creed, 1987) bersumber dari

fisik, bersumber dari psikis, dan bersumber dari sosial.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk pasien khusus yang depresif:  Memberikan dukungan sosial

 Mempererat kekerabatan

 Mendekatkan diri dengan kehidupan religious  Beradaptasi dengan lingkungan

 Pola hidup sehat, gizi seimbang, olah raga, dan hidup teratur

 Terapi Individual Konseling: membantu pasien mengenali dan mengekspresikan perasaannya, mengembangkan kemampuan pasien beradaptasi terhadap masalah (3R=Rekonsiliasi, Reintegrasi, Rekreasi), Terapi Kognitif & Perilaku ( CBT ): mengembangkan pola pikir dan perilaku positif, menumbuhkan sikap optimis dan percaya diri

 Terapi Kelompok bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial, mengembangkan sikap asertif, juga sebagai media untuk saling berbagi cerita ( reminescene ). Konseling Keluarga bertujuan mengembangkan partisipasi keluarga dalam proses terapi. Menurunkan faktor ekspresi emosi dalam keluarga. Memperbaiki pola adaptasi keluarga dalam menghadapi perubahan perilaku pasien.

 Memberikan obat antidepressant untuk memberikan ketenangan.

2. Komunikasi Kepada Pasien Pasif

(23)

20

keinginan untuk mengenal pasien bukan hanya sebagai benda yang harus diobati, namun sebagai manusia yang memiliki perasaan untuk dimengerti. Konsep dasar dari semua aplikasi yang dijelaskan di atas merupakan bentuk dari “empati”. Dengan Empati kepada pasien kita, kita dapat mengerti dari mana sumber dari kekhawatiran dan ketakutan yang dialami oleh pasien. Dengan begitu, kita bisa memberikan ketenangan kepada pasien yang tepat sasaran dan dapat diterima dengan baik oleh pasien.

3. Komunikasi dengan Pasien Marah/Agresif

Farrell dan Gray (1992) mengajukan tiga tahapan dalam mengatur keagresifan seorang pasien. Hal tersebut adalah

1. Reflect  hal ini mencakup penggunaan potensi diri sendiri dalam pertemuan terapi dan nonterapi dengan pasien

2. Relate  menggunakan kombinasi dari kemampuan untuk berkomunikasi, terutama dalam situasi yang sulit

3. Review  melibatkan peninjauan akhir dari tindakan yang terjadi serta penting untuk penyembuhan dan pembelajaran untuk masa ke depannya.

Lloyd and Bor (1996) menyarankan petugas kesehatan untuk melakukan:

 Jaga jarak, jangan menyentuh, jangan memotong pembicaraan, memahami kemarahannya, memberi solusi, jika sudah berhenti marah segera ambil alih pembicaraan,

 Mengetahui penyebab kemarahannya dan menunjukan kemauan untuk berbicara dan mendengarkan pasien

 Menanyakan pertanyaan yang sifatnya terbuka

 Tidak menganggu atau mengancam pasien atau keluarganya dalam cara apapun  Tidak menyetujui atau menjanjikan sesuatu yang tidak dapat ditepati

 Membantu pasien merasa bahwa mereka mempunyai berbagai pilihan

 Jangan membicarakan orang yang marah atau agresif tanpa sepengetahuan mereka karena mereka dapat menganggapnya sebagai tindakan yang mengancam mereka  Coba untuk tidak tersinggung atau terlibat terlalu dalam secara emosional

 Menjaga jarak yang aman jika pasien mulai menunjuka tanda-tanda agresif

 Jika keadaan yang ada menjadi terlalu membahayakan, panggilah bantuan namun coba juga untuk mengawasi pasien jika sedang menghadapi masalah dan pertahankan situasi jika memungkinkan.

(24)

21

Ada banyak hambatan untuk berkomunikasi dengan anak-anak dan cara mengobati apabila mereka sakit. Anak-anak kecil mungkin takut dengan lingkungan asing, terutama medis asing. Mereka mungkin berteriak dan meronta saat menjalani pemerikasaan fisik, dan dokter pun mungkin khawatir akan menyakiti mereka. Dalam situasi seperti ini, orang tua akan cemas dan dapat menyebabkan beban tambahan untuk berinteraksi.

Bibace dan Walsh (1981) berpendapat bahwa konseptualisasi anak-anak dari penyakit terletak pada sebuah tingkatan:

1. Pre-logical (2-6 tahun), dimana anak-anak tidak benar-benar memahami konsep penyakit

2. Concrete-logical (7-10 tahun), dimana anak-anak percaya bahwa penyakit terjadi melalui kontaminasi dan ditularkan melalui kontak fisik

3. Formal-logical (11 tahun ke atas), dimana anak-anak memahami bahwa konsep penyakit sebagai fenomena fisiologis dan dipengaruhi oleh faktor eksternal

Hal hal yang dapat dilakukan ketika berkomunikasi dengan anak: a. Berikan kesempatan pada anak untuk merasa nyaman

b. Hindari posisi maju yang tiba-tiba dan cepat, tersenyum lebar, kontak mata yang lama, atau gerakan tubuh lain yang dapat dilihat sebagai tindakan mengancam c. Bicara pada orang tua jika pada awalnya merasa malu

d. Berkomunikasi dengan objek transisi, sperti boneka, boneka hewan, sebelum memberikan, pertanyaan langsung pada anak

e. Atur posisi yang berada sejajar dengan mata anak

f. Bicara dengan suasana yang tenang, tidak tergesa-gesa , dan percaya diri

g. Bicara yang jelas dan spesifik dengan menggunakan kata-kata sederhana dan kalimat yang pendek

h. Nyatakan petunjuk dan saran secara positif i. Tawarkan pilihan jika ada

j. Jujur pada anak

k. Berikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan masalah ketakutan mereka

l. Gunakan berbagai teknik komunikasi

6. Komunikasi dengan Pasien Geriatri

(25)

22

 Pasien Usia Lanjut (lansia) yang berusia 60 tahun ke atas.

 Lansia yang menderita lebih dari 1 penyakit kronis atau degeneratif dengan/atau tanpa disertai penyakit akut.

 Lansia yang menghadapi kesulitan untuk berjalan, mengalami jatuh, atau imobilisasi.  Lansia yang menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri, seperti kesulitan makan

atau berpakaian.

 Lansia yang mengalami penurunan daya ingat dini atau gangguan tingkah laku dini.  Lansia dengan masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit parkinson,

artritis, gangguan berkemih (Inkontinensia urin), atau gangguan buang air besar. Hal-hal yang dapat dilakukan ketika berkomunikasi dengan pasien geriatri:

(26)

23

BAB III

(27)

24

REFERENSI

1. Adler, Ronald B.; Rodman,George. Understanding Human Communication. 9th ed. New York: Oxford University Press. 2006

2. Ando S, Rejaki. Komunikasi Antara Tutur Besan Pada Suku Simalungun. Medan: USU Institutional Repositry. 2014 (diakses: 15 September 2014).

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40589/5/Chapter%20I.pdf

3. Anugrah D. Hambatan dalam Komunikasi antar Budaya.

http://mercubuana.ac.id/files/DADAN%20ANUGRAH%20-

%20KOMUNIKASI%20ANTAR%20BUDAYA%20----OK15---Ganjil%200809/MODUL%20KAB%2012.pdf (diakses pada 17 September 2014)

4. Arfina O. Analisis Perbedaan Persepsi Siswa Berdasarkan Usia, Gender, Jenis

Pekerjaan, dan Lama Kursus terhadap Komunikasi Word of Mouth.

http://eprints.undip.ac.id/37376/1/ARFINA.pdf (diakses pada 17 September 2014)

5. Berry D. Health Communication: Theory and Practice. USA : Open University Press. 2007

6. Burnard, Philip. 2005. Counseling Skill for Health Professional 4th Edition. Nelson Thornes Ltd

7. BPS. Indeks Pembangunan Manusia.

http://bps.go.id/menutab.php?tabel=1&kat=1&id_subyek=28 (diakses pada 17 September 2014)

8. Fanani A, Putri T. Komunikasi Kesehatan : Komunikasi efektif untuk perubahan perilaku kesehatan. Yogyakarta: Merkid Press; 2013.

9. Floyd K. Interpersonal Communication: The Whole Story. USA: McGraw-Hill. 2009

10.Hasan, Direktorat Jendral Pajak. Demo Buruh dan Penerimaan Pajak.

http://www.pajak.go.id/content/article/demo-buruh-dan-penerimaan-pajak (diakses

pada 17 September 2014 )

(28)

25

12.Putri PKD.Pengaruh Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Sika, dan Terpaan Iklan Layanan MasyarakatKB Versi Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu di TV terhadap Perilaku KB Wanita atau Pria dalam Usia

Subur .ejournal.undip.ac.id/index.php/interaksi/article/view/4444/4054 (diakses pada 16 September 2014)

13.Putri, Trikaloka H. dan Achmad Fanan. 2013. KOMUNIKASI KESEHATAN

‘Komunikasi Efektif untuk Perubahan Perilaku Kesehatan’. Yogyakarta: Merkid Press Yogyakarta

14.Sasongko A, Setiarini A, Hadi E, Pratomo H, Putra W.Buku Ajar Komunikasi Efektif. Ed. 2. Jakarta: Universitas Indonesia; 2012.

15.Schapira L. et al. Communication: What Do Patients Want and Need. USA : American Society of Clinical Oncology. 2008 [dibuka: 17 September 2014]. Available from : http://jop.ascopubs.org/content/4/5/249.full.pdf+html

16.SPAN, SUPAS. 2005. Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur, Jenis Kelamin, Provinsi, dan Kabupaten/Kota, 2005.

http://www.datastatistik-indonesia.com/portal/index.php?option=com_tabel&kat=1&idtabel=116&Itemid=1

65 (diakses pada 17 September 2014)

17.Supartini Y. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2004.

Referensi

Dokumen terkait

Komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang-lambang yang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan,

Salah satu definisi mengatakan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai paduan pikiran dan perasaan, berupa ide,

Onong Uchjana Effendy (1989:60) mengatakan dalam bukunya “Kamus Komunikasi” bahwa komunikasi (communication) adalah proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang bermakna

Faktor-faktor penghambat komunikasi tersebut mencakup antara lain masalah dalam pengembangan pesan, penyampaian pesan, penerimaan pesan dan penafsiran pesan.

Komunikasi lisan (oral Communications) adalah kemampuannya memmberikan umpan balik dengan segera. Komunikasi lisan digunakan bila pesan yang

Komunikasi verbal merupakan bentuk komunikasi dimana pesan disampaikan secara lisan atau tertulis yang menggunakan suatu bahasa.. Bahasa didefinisikan sebagai seperangkat kata yang

Keseluruhan faktor yang telah dibahas dalam hubungan dengan komunikasi antar pribadi juga berlaku untuk komunikasi dalam organisasi, yang juga mencakup penyampaian pesan secara

Komunikasi Internal Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi