• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LEARNING BY DOING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 11 PRAYA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LEARNING BY DOING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 11 PRAYA TAHUN PELAJARAN 2015/2016"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN

LEARNING BY DOING DALAM MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN 11 PRAYA

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

JURNAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar

OLEH : MARISYA RHIZKY

NIM. E1E212135

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

(2)

KEMEIVTER'AN RISET. TEKNOT,OGI DAN PENDIDIKAN TINGCI IJNIVERSiTAS &4ATALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILS,IT] PENDIDIKAN

Jl. N4ajapahit No. 62 Telp. (0370t 6?3873 Fax. 634918 N4ataram 8-? 125

HALAMAN PERSETI"]JTTAN DOSEN PEMBIMBING JURNAL SKRIPSI

Jr.ri'nal Skripsi vang disusur.i oleh: MARIST'A RHIZKY

Dergan juduJ : "Penerapan Metode Pembelaja ran Lmrning B"y Doing Dalan

N'feningkatkan Hasil Bel*jar IPA Siswa Kelas

V

SDi{ 11 Prava Tahun Pelajaran 201512016'o telah eliperiksa ilan disetqui

Menyetujui

Dosen Pembimbing Skripsi

I

Dosen Pembimbing Skripsi

II

H

NIP. 19541217198303 1003

@)

NIP. 19790s04 200812

I

003

Mengetahui

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(3)

iii

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN LEARNING BY

DOING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA

KELAS V SDN 11 PRAYA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh

Marisya Rhizky, H.Ratnadi, Abdul Kadir Jaelani Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Mataram

Email: Arisya_pinker@yahoo.com ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 11 Praya. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 11 Praya. Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran learning by doing (belajar sambil melakukan) Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan tahap refleksi. Data dikumpulkan menggunakan lembar observasi dan tes hasil belajar siswa. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 11 Praya berjumlah 20 orang

.

Sebelum dilaksanakan penelitian, nilai rata-rata IPA siswa yang diperoleh dari hasil nilai ulangan adalah 58,75 dengan ketuntasan klasikal 25%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran pelaksanaan pembelajaran yang menggunakan metode pembelajaran learning by doing (belajar sambil melakukan) untuk penerapan metode pada siklus I memperoleh skor 17 dengan persentase 17,6% (kategori baik) mengalami peningkatan pada siklus II sebesar 25 dengan persentase 16% (kategori sangat baik). Demikian pula dengan hasil belajar siswa pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 67,7 dengan persentase ketuntasan klasikal 60% (indikator belum tercapai). Pada siklus II mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata 77,5 dengan persentase ketuntasan klasikal 85% (indikator tercapai). Demikian pula peningkatan hasil belajar berdasarkan gain ternormalisasi memperoleh nilai 0,45 dengan kategori sedang. Dari hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan metode learning by doing (belajar sambil melakukan) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 11 Praya Tahun Pelajaran 2015/2016.

(4)

iv THE APPLICATION OF LEARNING METHOD LEARNING BY DOING

IN IMPROVE LEARNING OUTCOMES ON SCIENCE AT THE FIFTH GRADE STUDENTS OF SDN 11 PRAYA

ACADEMIC YEAR 2015/2016 By

Marisya Rhizky, H.Ratnadi, Abdul Kadir Jaelani Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan, FKIP Universitas Mataram

Email: Arisya_pinker@yahoo.com

ABSTRACT

The background of this research is the low score in natural science of fifth grade students of SDN 11 Praya. This research aims to increase the score of natural science of the fifth grade students of SDN 11 Praya. The learning used in this research is the application of the method learning by doing. This research is a classroom action study which consist of two cycle and every cycle consists of four stages; namely the planning stage, action stage, observation stage, and the stage of reflection. The data were collected using observation sheets and the test result of the student. The subject in this research is 20 students from the fifth grade of SDN 11 Praya. The prior research conducted, average grade natural science students obtained from the replay value is 58,75 the accomplishment of the classical 25%. The result show that the description of the implementation of learning using method learning by doing to the application method in cycle I obtained a score of 17 with a percentage 17,6% ( good category) rised 25 with a percentage 16% (very good category) on cycle II. So does the students learning out comes in cycle I obtained average value 67,7 with a percentage accomplishment of the classical 60% (indicator has not been reached). Increased with the average value 77,5 with a percentage accomplishment of the classical 85%(indicator reached) in cycle II. So does improvement of learning outcomes by normalized gain value 0,45 with moderate category. The summary of this result shows that the application method learning by doing can increased the score of the fifth grade students of SDN 11 Praya academic year 2015/2016.

(5)

1

A. Pendahuluan

Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sangatlah penting. Terwujudnya kondisi pembelajaran siswa aktif merupakan harapan dari semua komponen pendidikan, termasuk masyarakat dan praktisi pendidikan. Oleh sebab itu, dalam kegiatan pembelajaran dituntut suatu strategi pembelajaran yang direncanakan oleh guru dengan mendepankan kreativitas dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Melalui kegiatan pembelajaran yang menekankan kreativitas dan keaktifan siswa mampu meningkatkan motivasi, keaktifan dan kerjasama serta hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh sekolah tersebut.

Berdasarkan hasil dokumentasi, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa terutama pada pelajaran IPA pada siswa kelas V SDN 11 Praya rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil ulangan harian pada mata pelajaran IPA. Jumlah keseluruhan siswa adalah 20 orang yang terdiri dari 11 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Pada hasil ulangan tersebut ada siswa yang memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan memperoleh nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM).

Tabel 1.1 Nilai Ulangan Harian Semester Ganjil IPA Siswa Kelas V SDN 11 Praya

No. Aspek Yang Di Teliti Hasil

1. Jumlah Siswa 20

2. Jumlah siswa yang tuntas 5 3. Jumlah siswa yang tidak tuntas 15 4. Nilai rata-rata kelas 58,75 5. Persentase ketuntasan klasikal 25%

Sumber: Daftar Nilai Hasil Ulangan Harian Semester Ganjil IPA Siswa Kelas V SDN 11 Praya Tahun Pelajaran 2015/2016.

(6)

2 Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai ulangan harian Semester Ganjil IPA Siswa Kelas V SDN 11 Praya. Dari 20 siswa, 5 orang diantaranya yang telah menguasai standar kompetensi dan mencapai KKM yang telah ditetapkan, yaitu 67, sedangkan 15 orang siswa belum menguasai kompetensi. Artinya hanya sekitar 25% dinyatakan tuntas dan 75% dinyatakan belum tuntas padahal yang diinginkan oleh sekolah yaitu target nilai di atas KKM dengan ketuntasan klasikal 75% Dengan demikian, nilai IPA siswa kelas V perlu ditingkatkan.

Dari hasil wawancara dengan guru kelas V SDN 11 Praya menyatakan bahwa rendahnya nilai ulangan harian tersebut disebabkan karena guru tidak menerapkan metode pembelajaran yang inovatif yang dapat melibatkan siswa secara langsung dan merangsang siswa untuk mencari tahu sendiri mengenai materi yang dipelajari. Guru lebih banyak menggunakan cara konvensional dalam mengajar seperti metode ceramah, mencatat dan mengerjakan tugas yang ada di buku, tanpa memberikan siswa untuk mengeksplorasi kemampuannya maupun melibatkan siswa secara langsung.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam proses pembelajaran IPA diperlukan suatu metode yang dapat meningkatkan motivasi, keaktivan, dan kerja sama serta hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran lebih meningkat. Metode pembelajaran yang diharapkan dapat menciptakan proses belajar pembelajaran yang lebih efektif dan sesuai dengan kehidupan nyata yang ada di masyarakat. Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan adalah Metode

Learning By Doing. Metode pembelajaran tersebut menciptakan suasana

kondusif, menyenangkan, dan melibatkan siswa, sehingga tujuan pembelajaran tercapai dan hasil belajar juga meningkat. Oleh karena itu, peneliti mengusulkan penerapan Metode pembelajaran Learning By

(7)

3

Doing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 11

Praya.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah Penerapan Metode Learning By Doing (Belajar Sambil Melakukan) Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 11 Praya Tahun Pelajaran 2015/2016?”.

Untuk memecahkan permasalahan di atas, dilakukan tindakan, atau langkah-langkah yang memastikan meningkatkan hasil belajar siswa terkait mata pelajaran IPA. Langkah-langkahnya tersebut yaitu :

1. Menyajikan materi pembelajaran 2. Melakukan percobaan awal 3. Melakukan pengamatan 4. Membuat hipotesis 5. Melakukan pembuktian 6. Menyajikan Hasil Percobaan 7. Mengadakan Evaluasi

B. Kajian Pustaka dan Hipotesis Tindakan

Teori yang relevan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Teori Konstruktivisme

Terdapat berbagai macam teori belajar yang dijadikan sebagai landasan dalam pembelajaran, salah satunya yaitu teori konstruktivistik. Menurut Collay dalam Pribadi (2011 : 156), yang mengemukakan bahwa pendekatan konstruktivistik merujuk kepada asumsi bahwa manusia mengembangkan dirinya dengan cara melibatkan diri baik dalam kegiatan personal maupun sosial dalam membangun ilmu pengetahuan.

2. Pengertian Metode Learning By Doing

Learning by doing merupakan teori yang diajukan oleh John Dewey. Prinsip ini berpijak pada asumsi bahwa para siswa akan mendapat

(8)

4 lebih banyak pengalaman dengan keterlibatan secara aktif dan pribadi yang diperoleh dengan melihat atau menonton isi atau konsep.

3. Hasil Belajar

a. Hasil belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif

menetap. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal.

b. IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempunyai objek dan menggunakan metode ilmiah. Bila IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang melatih/mengembangkan kemampuan berpikir kritis; misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Selain itu bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Eni Widiyati (2011) dengan penelitiannya yang berjudul: “Adanya

Pengaruh Penggunaan Teknik Learning By Doing Pada Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas IV SDN 2 Purwantoro Tahun Pelajaran 2010/2011”.

2. Sriyati (2013) dengan penelitiannya yang berjudul: “Peningkatan

Kreativitas Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran Learning By Doing Pada Siswa Kelas V SDN 06 Tawangmangu Tahun Ajaran 2012/2013”.

3. Rasmiati (2013) dengan penelitiannya yang berjudul: “Penerapan

Metode Pembelajaran Learning By Doing (Belajar Melalui Pengalaman Langsung) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

(9)

5

Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SDN 46 AMPENAN Tahun Pelajaran 2012/2013”.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dimulai dari guru yang menyampaikan materi IPA dengan metode yang konvensional. Siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran yang dijelaskan oleh guru, otak siswa dipaksa hanya untuk menghafal konsep. Guru mendominasi kegiatan pembelajaran, sedangkan siswa mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Minat belajar siswa menjadi berkurang terhadap pembelajaran yang dilaksanakan guru.

Guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut terlibat dalam pengalaman belajarnya, ketika siswa telah aktif dalam proses pembelajaran tentunya akan berdampak pada hasil belajar siswa. Salah satu alternatif metode pembelajaran yang memungkinkan meningkatnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA adalah metode Learning By Doing.

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: “jika metode pembelajaran learning

by doing” diterapkan pada mata pelajaran IPA secara optimal, maka dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas V SDN 11 Praya Tahun Pelajaran 2015/2016.

C. Pelaksanaan Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN 11 Praya pada kelas V. Penelitian telah dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Adapun waktu pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut: a. Penyusunan proposal dimulai bulan November 2015 sanpai Januari 2016 b. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 24 Mei sampai 1 Juni 2016

c. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 2 Juni sampai 9 Juni 2016

(10)

6 Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 11 Praya yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 11 laki-laki dan 9 perempuan. Adapun yang bertindak sebagai observer adalah Lalu Moh. Hamzah, S.Pd guru kelas V SDN 11 Praya yang mengobservasi aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran Learning

By Doing. Sementara pembelajaran dalam hal ini dilakukan oleh peneliti.

Faktor-faktor yang menjadi fokus dalam penelitian ini diantaranya faktor guru, yang diteliti adalah kemampuan guru dalam menerapkan metode pembelajaran Learning By Doing pada mata pelajaran IPA dan faktor siswa, yang diteliti adalah aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa selama mengikuti proses pembelajaran Matematika materi pecahan sederhana dengan penerapan metode pembelajaran Learning By

Doing.

Variabel penelitian ini dibagi menjadi variabel harapan dan variabel tindakan. Definisi operasional variabel harapan yaitu hasil belajar yang dimaksud dalam penelitan ini adalah nilai pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang diperoleh siswa dari hasil tes evaluasi setiap siklus yang telah dirancang sesuai materi yang dipelajari siswa sebagai hasil metode pembelajaran Learning By Doing. Definisi operasional tindakan yaitu metode pembelajaran Learning By Doing yang dimaksud dalam penelitian ini adalah desain pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa dengan tahapan: (1) Menyajikan materi pembelajaran, (2) Melakukan percobaan awal, (3) Melakukan pengamatan, (4) Membuat hipotesis, (5) Melakukan pembuktian, (6) Menyajikan hasil percobaan, dan (6) Mengadakan evaluasi.

Jenis tindakan ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: Tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan refleksi. Pelaksanaan setiap siklus 4 kali pertemuan dengan alokasi waktu yang sama yaitu 2 x 35 menit untuk setiap pertemuan.

(11)

7 Metode pengumpulan data yang dipergunakan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai kegiatan pembelajaran baik aktivitas guru maupun aktivitas siswa dengan penerapan metode pembelajaran

Learning By Doing.

2. Tes

Tes merupakan metode yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa dengan bentuk tes isian yang diberikan kepada siswa.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

1. Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi penerapan metode pembelajaran Learning By Doing dalam pembelajaran IPA. Format lembar observasi disusun berdasarkan beberapa deskriptor tentang kejadian dan tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Deskriptor yang diamati dalam penelitian ini adalah aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran IPA dengan penerapan metode Belajar sambil melakukan (learning by doing). Deskriptor-deskriptor tersebut diuraikan berdasarkan indiktor yang telah ditentukan.

Secara garis besar, kegiatan yang akan dilakukan guru dan siswa sesuai dengan metode Belajar sambil melakukan (learning by

doing) dalam penelitian ini, yaitu:

a. Presentasi guru yaitu pengajaran langsung/ penjelasan materi yang dilakukan oleh guru

b. Melakukan percobaan awal c. Melakukan pengamatan d. Membuat hipotesis e. Melakukan pembuktian

(12)

8 f. Menyajikan hasil percobaan

g. Mengadakan Evaluasi 2. Lembar Tes

Lembar tes ini dipergunakan untuk mendapatkan data tentang peningkatan hasil belajar siswa yang diberikan pada akhir pertemuan dengan 10 soal pilihan ganda dan 5 soal isian berdasarkan materi pembelajaran yang sudah diajarkan dengan berpedoman pada buku paket Ilmu Pengetahuan Alam.

Teknik analisis data yang digunakan sebagai berikut:

1. Data Aktivitas Siswa

Penilaian aktivitas siswa diperoleh dari hasil observasi langsung. Penilaian ini dilakukan ketika siswa sedang mengikuti proses pembelajaran, di observasi secara langsung oleh observer. Setiap deskriptor aktivitas siswa dinilai mengikuti aturan sebagai berikut: a. Skor 1 diberikan jika deskriptor tampak pada kurang dari 25% siswa. b. Skor 2 diberikan jika deskriptor tampak pada 25%-49% siswa. c. Skor 3 diberikan jika deskriptor tampak pada 50%-75% siswa. d. Skor 4 diberikan jika deskriptor tampak pada lebih dari 75% siswa.

Data aktivitas belajar siswa di atas dianalisis dengan cara sebagai berikut:

1) Menentukan Skor Maksimal Ideal Banyaknya deskriptor = 21

Skor maksimal setiap deskriptor = 4

Jadi, Skor maksimal ideal (SMI) = 21x 4 = 84 Skor minimal deskriptor = 1

2) Menentukan Mean Ideal (MI) dan Standar Deviasi Ideal (SDI) digunakan rumus sebagai berikut:

(13)

9 3) Menentukan kriteria aktivitas siswa

Berdasarkan skor standar maka kriteria untuk menentukan aktivitas siswa dijabarkan pada tabel berikut ini:

(Pedoman Kriteria Aktivitas Siswa)

Interval Interval Skor Kategori

Mi + 1,5 SDI ≤ X ≤ Mi + 3 SDI 63 ≤ X ≤ 84 Sangat aktif

Mi + 0,5 SDI ≤ X < Mi + 1,5 SDI 49 ≤ X < 63 Aktif

Mi – 0,5 SDI ≤ X < Mi + 0,5 SDI 35 ≤ X < 49 Cukup aktif

Mi – 1,5 SDI ≤ X < Mi – 0,5 SDI 21 ≤ X < 35 Kurang aktif

Mi – 3 SDI ≤ X < Mi – 1,5 SDI 0 ≤ X < 21 Tidak aktif

(Nurkancana, dkk., 1990).

2. Data Aktivitas Guru

Penilaian aktivitas guru diperoleh dari hasil observasi langsung. Penilaian ini dilakukan ketika peneliti sedang mengajar, diobservasi secara langsung oleh observer. Setiap deskriptor aktivitas guru di nilai mengikuti aturan sebagai berikut:

a. Skor 1 diberikan jika deskriptor kegiatan guru kurang baik b. Skor 2 diberikan jika deskriptor kegiatan guru cukup baik c. Skor 3 diberikan jika deskriptor kegiatan guru baik d. Skor 4 diberikan jika deskriptor kegiatan guru sangat baik

Data aktivitas guru di atas dianalisis dengan cara sebagai berikut: 1) Menentukan Skor Maksimal Ideal

Banyaknya deskriptor = 21

Skor maksimal setiap deskriptor = 4

Jadi, Skor maksimal ideal (SMI) = 21 x 4 = 84 Skor minimal deskriptor = 1

(14)

10 2) Menentukan Mean Ideal (MI) dan Standar Deviasi Ideal (SDI)

digunakan rumus sebagai berikut:

(Nurkancana, dkk., 1990). 3) Menentukan kriteria aktivitas guru

Berdasarkan skor standar maka kriteria untuk menentukan aktivitas guru dijabarkan pada tabel berikut ini:

(Pedoman Kriteria Aktivitas Guru)

Interval Interval Skor Kategori

Mi + 1,5 SDI ≤ X ≤ Mi + 3 SDI 63 ≤ X ≤ 84 Sangat Baik Mi + 0,5 SDI ≤ X < Mi + 1,5 SDI 49≤ X < 63 Baik

Mi – 0,5 SDI ≤ X < Mi + 0,5 SDI 35 ≤ X < 49 Cukup Baik

Mi – 1,5 SDI ≤ X < Mi – 0,5 SDI 21 ≤ X < 35 Kurang Baik

Mi – 3 SDI ≤ X < Mi – 1,5 SDI 0 ≤ X < 21 Tidak Baik

(Nurkancana, dkk., 1990).

3. Data Hasil Belajar Siswa a. Ketuntasan individual

Ketuntasan belajar siswa ditentukan berdasarkan penilaian acuan. Penilaian yang diperoleh siswa melalui tes hasil belajar akan digunakan untuk menentukan hasil belajar.

Rumus:

NA= X 100 (Nurkancana, dkk., 1990: 100) Keterangan:

NA = Nilai akhir

(15)

11 SMI = Skor maksimal ideal

b. Ketuntasan Klasikal

Ketuntasan klasikal didasarkan pada pencapaian hasil belajar semua siswa. Belajar dikatakan tuntas apabila ≥ 75% siswa memperoleh nilai ≥ 67. Untuk mencari ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus: P= x 100 % (Aqib, 2010: 204) c. Nilai rata-rata X = (Aqib, 2010: 203) Keterangan: X = nilai rata-rata

X = jumlah nilai semua siswa N = jumlah siswa

d. Gain Ternormalisasi

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dari sebelum dilakukan tindakan dengan setelah dilakukan tindakan dapat menggunakan teori Gain. Peningkatan hasil belajar tersebut kemudian diuji signifikannya menggunakan gain ternormalisasi <g>. Hal ini digunakan untuk meminimalisir unsur sebjektifitas peneliti. Adapun rumus untuk menentukan gain ternormalisasi g yakni sebagai berikut:

Kategori gain ternormalisasi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Kriteria Gain<g>ternormalisasi

<g> Kategori 0,71 - 1,00 Tinggi 0,31 - 0,70 Sedang 0,0 - 0,30 Rendah

(16)

12 Keterangan:

<g> = Gain

Skor Post Test = Nilai evaluasi siklus Skor Pre Test = Nilai awal

Indikator keberhasilan penelitian ini adalah meningkatnya aktivitas belajar siswa, aktivitas mengajar guru serta hasil belajar pada siswa kelas V dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, yang dilihat melalui uji

gain ternormalisasi yang berada pada kategori minimal sedang dan

ketuntasan klasikal minimal mencapai 75% dari nilai KKM, yaitu 67. 2. Aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil apabila kriteria aktivitas siswa

selama penelitian berlangsung minimal memperoleh kategori aktif dengan interval skor 49-63.

3. Aktivitas guru dikatakan berhasil apabila kriteria aktivitas guru dalam proses pembelajaran minimal memperoleh kategori baik dengan interval skor 49-63.

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian yang diperoleh sebagai beirkut: 1. HASIL SIKLUS I

1) Jumlah skor rata-rata aktivitas siswa sebesar 63 dengan kategori aktif. 2) Jumlah skor rata-rata aktivitas guru sebesar 60 dengan kategori baik. 3) Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil

evaluasi yaitu sebesar 60% dari 20 siswa. Siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa, dan 8 siswa tidak tuntas. Hasil tersebut kurang dari target KKM yang ditentukan yaitu ≥70 dengan ketuntasan klasikal 75%. 4) Gain ternormalisasi hasil belajar yang di peroleh dari uji signifikan

yaitu sebesar 0,22 dengan kategori rendah.

5) Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas maka penelitian dilanjutkan ke siklus II.

(17)

13 2. HASIL SIKLUS II

1) Jumlah skor rata-rata aktivitas siswa sebesar 81 dengan kategori sangat aktif.

2) Jumlah skor rata-rata aktivitas guru sebesar 78 dengan kategori sangat baik.

3) Ketuntasan klasikal hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil evaluasi yaitu sebesar 85% dari 20 siswa. Siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa, dan 3 siswa tidak tuntas.

4) Gain ternormalisasi hasil belajar yang di peroleh dari uji signifikan yaitu sebesar 0,22 dengan kategori rendah.

5) Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil dari siklus I ke siklus II serta telah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Oleh karena itu, penelitian dihentikan pada siklus II.

Adapun ringkasan dari hasil penelitian yang memuat data hasil observasi aktivitas siswa, aktivitas guru dan hasil belajar pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(Ringkasan hasil observasi dan evaluasi siklus I dan siklus II)

Siklus

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa Hasil Belajar Skor Kriteria Skor Kriteria Nilai

Rata-rata Persentase Ketuntasan Klasikal Gain Jumlah Siswa Yang Tuntas (orang) I 60 Baik 63 Akif 67,7 60% 0,22 (Rendah) 12 II 78 Sangat Baik 81 Sangat Aktif 77,5 85% 0,45 (Sedang) 17

(18)

14 Tabel di atas merupakan ringkasan hasil penelitian siklus I dan siklus II yang menjelaskan bahwa pembelajaran pada siklus I masih belum optimal . Hal ini terlihat dari penerapan metode selama proses pembelajaran dan perolehan nilai siswa yang dijabarkan sebagai berikut:

Aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I memperoleh skor sebesar 60 dari 84 skor maksimal dengan kategori baik. sedangkan pada siklus II memperoleh nilai 78 dari 84 skor maksimal dengan kategori sangat baik. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I memperoleh skor 63 dari 84 skor maksimal dengan kategori aktif dan meningkat pada siklus II dengan skor sebesar 81 dari 84 skor maksimal.

Peningkatan hasil belajar siswa yang ditunjukkan melalui hasil evaluasi IPA. Tabel tersebut menunjukkan ketuntasan klasikal pada siklus I mencapai 60% dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 12 siswa dengan nilai rata-rata 67,7, dan pada siklus II mengalami peningkatan mencapai 85% dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 17 siswa dengan nilai rata-rata 77,5. Kenaikan nilai rata-rata-rata-rata siswa disebabkan oleh meningkatnya presentase kontribusi aspek pemahaman materi dan ketepatan dalam melakukan percobaan. Sedangkan peningkatan rata-rata hasil belajar ini juga mempengaruhi peningkatan gain ternormalisasi pada siklus I dan siklus II. Hasil gain ternormalisasi pada siklus I dari pre-test (data awal= 58,75) dan post-test (siklus I= 67,7) yaitu 0,22 berada pada kategori rendah dan pada siklus II meningkat menjadi <g>= 0,45 dengan kategori sedang dari hasil pretest (data awal=58,75) dan post-test (siklus 2= 77,5) . Dari hasil gain ternormalisasi tersebut terjadi peningkatan signifikan antara siklus I dan siklus II.

Peningkatan proses maupun hasil evaluasi dari siklus I ke siklus II untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini:

(19)

15

Gambar 4.1 Diagram Peningkatan Proses Dan Hasil Evaluasi

Berdasarkan diagram di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan pada aktivitas guru dan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II yaitu pada aktivitas guru dari 60 menjadi 78 dan aktivitas siswa dari 63 menjadi 81, begitu pula dengan peningkatan pada hasil evaluasi <g> dari siklus I ke Siklus II, yaitu dari 0,22 menjadi 0,45. Ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan metode learning by doing.

Sehingga, berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode Learning By Doing efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

E. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilakukan, bahwa penerapan metode belajar sambil melakukan (learning by doing) dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas V SDN 11 Praya Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang ditunjukkan dengan: Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam memperoleh nilai rata-rata 67,7 pada siklus I dengan ketuntasan klasikal 60% meningkat pada siklus II dengan nilai rata-rata 77,5 dan ketuntasan klasikal mencapai 85 %.

0 20 40 60 80 100 Siklus I Siklus II 60 78 63 81 0.22 0.45

Diagram peningkatan proses dan

hasil evaluasi

Aktivitas Guru Aktivitas Siswa <g> Hasil Evaluasi

(20)

16 Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam meningkat secara signifikan juga terbukti dengan hasil uji gain ternormalisasi dari hasil pretest (pra-tindakan=58,75) dan post-test (siklus 2= 77,5) sebesar 0,45.

Aktivitas siswa memperoleh skor 63 dengan kategori aktif pada siklus I dan meningkat pada siklus II memperoleh skor 81 dengan kategori sangat aktif. Selain aktivitas siswa yang meningkat Aktivitas guru juga meningkat yang memperoleh skor 60 dengan kategori baik pada siklus I dan meningkat pada siklus II memperoleh skor 78 dengan kategori sangat baik.

Adapun saran-saran yang dapat peneliti sampaikan pada penelitian tindakan kelas yang berjudul penerapan metode pembelajaran learning by

doing dalam meningkatkan hasil belajar IPA Siswa Kelas V SDN 11 Praya

Tahun Pelajaran 2015/2016 sebagai berikut:

1. Bagi Guru, diharapkan untuk dapat mengembangkan proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode belajar sambil melakukan (learning by doing) sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan hasil belajar siswa, karena metode ini baik digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa dan meningkatkan antusias siswa dalam belajar. Selain itu melalui penelitian ini guru diharapkan menggunakan dan mengembangkan metode belajar sambil melakukan (learning by doing), sehingga dapat diimplementasikan untuk mata pelajaran lainnya tidak hanya untuk mata pelajaran IPA.

2. Bagi Siswa, diharapkan lebih serius dan aktif dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga mampu memahami materi pelajaran secara utuh. Selain itu kemampuan bertanya sangat perlu dikembangkan lagi sehingga dapat menggali bahkan memperdalam pengetahuan siswa.

3. Bagi Peneliti Lain, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi peneliti lanjutan yang ingin mengembangkan strategi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

(21)

17

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitia. Jakarta: Rineka Cipta Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

Azmi, M Fathul. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Learning By Doing

Dalam Peningkatan Kreativitas Anak di RA Masyitoh Ds. Kalibalik Kec. Banyuputih kab. Batang Tahun Ajaran 2011/2012. Semarang: Fakultas

Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo.

Djamarah, Syaiful. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2010. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. 2009. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan

CBSA. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Pers.

Munadi, Yudhi. 2010. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Musaddat, Syaiful. 2012. Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia Kelas Tinggi. Mataram: FKIP Press.

Nurkancana, Wayan, dan Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional .

Pribadi, Benny. 2011. Langkah Penting Merancang Kegiatan Pembelajaran Yang

Efektif Dan Berkualitas Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Dian Rakyat.

Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan

Profesionalisme Abad 21. Bandung: Alfabeta

(22)

18 Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA Di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta

Sudjana, Nana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed

Methods). Bandung: Alfabeta

Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia group.

Widiyati, Eni. 2011. Penerapan Teknik Learning By Doing Untuk Meningkatkan

Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS kelas IV SDN 2 Purwantoro. (Skripsi Tidak Diterbitkan). Malang: Program Studi

S1 PGSD Universitas Negeri Malang.

Sriyati. 2013. Peningkatan Kreatifitas Belajar IPA Melalui Strategi Pembelajaran

Learning By Doing Pada Siswa Kelas V SDN 06 Tawangmangu. (Skripsi

Tidak Diterbitkan). Surakarta: Program PGSD FKIP Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Rasmiati. 2013. Penerapan Metode Pembelajaran Learning By Doing (Belajar

Melalui Pengalaman Langsung) Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas V SDN 46 AMPENAN Tahun Pelajaran 2012/2013. (Skripsi Tidak Diterbitkan). Mataram: Program

Gambar

Tabel  1.1  Nilai  Ulangan  Harian  Semester  Ganjil  IPA  Siswa  Kelas V SDN 11 Praya
Diagram peningkatan proses dan  hasil evaluasi

Referensi

Dokumen terkait

Sumber : Hasil Perhitungan Dari hasil perhitungan analisa efisiensi air diatas dapat dilihat bahwa semua air yang mengalir di saluran tidak ada yang efisien karena pada

Pada bagian ini pembaca sekalian bisa menemukan kesan yang nyaris sama: “Sangat bersyukur” (Abdul Aziz Tata Pangarsa), “Indahnya jalinan ukhuwah islamiyah”, “Cara SPN

Yang artinya bahwa kandungan rata-rata asam amino esensial dalam konsentrat protein daun kaliandra hanya sekitar 6,82 %; 6,71 %; dan 6,35 % dari jumlah protein dalam

Hubungan bilateral antara Indonesia dan Lebanon dimulai dengan pengakuan Republik Indonesia Hubungan bilateral antara Indonesia dan Lebanon dimulai dengan pengakuan Republik

Dalam kegiatan belajar mengajar, sumber belajar dapat digunakan, baik secara terpisah maupun terkombinasi, se- hingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau

Baca juga: 7 Tips Bikin Band Tetap Eksis dari Nidji Bagian 2 Jangan cepat puas Ada pepatah yang bilang, "Kalau kita cepat puas, maka kita juga akan cepat jatuh." Sebenarnya,

PELNI Cabang Surabaya telah melakukan delapan tahapan strategi komunikasi pemasaran yang efektif, yakni mengidentifikasi audiens sasaran, menentukan tujuan