• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jangkar Emosi Genius pada Model Hypnoteaching pada Pembelajaran Matematika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jangkar Emosi Genius pada Model Hypnoteaching pada Pembelajaran Matematika"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Jangkar Emosi “Genius” pada Model Hypnoteaching pada Pembelajaran

Matematika

1

Djadir, dan

2

Ja’faruddin

1,2Jurusan Matematika FMIPA UNM

E-mail: [email protected]

Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan teknik pemrograman jangkar emosi “genius” yang efektif dan

efesien pada model hypnoteaching dalam pembelajaran matematika.. Jangkar emosi Genius adalah salah satu langkah dalam model pembelajaran hypnoteaching yang dilakukan sebelum pembelajaran di mulai dengan kata lain teknik ini bisa dilakukan diluar pembelajaran atau lebih tepatnya bila dilakukan dihari pertama pembelajaran, dengan melakukan serangkaian langkah-langkah pemrograman yang akan menuntun siswa/mahasiswa masuk kedalam tidur hypnotic untuk dilakukan pemrograma pikiran bawah sadar pada siswa berupa jangkar emosi yang pada saat siswa/mahasiswa sadar dan menjalani proses pembelajaran matematika, yang membuat siswa/mahasiswa bersemangat dan focus dalam belajar. Hypnoteaching adalah teknik memaksimalkan pikiran bawah sadar siswa/mahasiswa pada saat pembelajaran matematika, sehingga selama pembelajaran dari awal sampai akhir, kondisi siswa/mahasiswa dapat dikendalikan untuk selalu termotivasi dan memiliki perhatian penuh pada pembelajaran yang sedang diikuti serta membuat siswa/mahasiswa mampu menyerap materi pelajaran secara cepat dan bertahan lama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti metode pengembangan menurut Plomp (1997) yang terdiri dari lima fase (dan kriteria Nieveen (1999), yaitu memenuhi validitas, praktibilitas, dan efektivitas. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Pendidikan matematikan pada Mata Kuliah Persamaan Differensial biasa. Hasil penelitian diperoleh Produk hasil pengembangan berupa Protokol pemrograman untuk pembentukan jangkar ”genius” pada mahasiswa. Langkah-langkahnya adalah, test suggestifitas, duduk dengan rileks, memanfaatkan pola nafas dan hitungan menurun untuk rileks, mengakses tempat ketenangan, mengakses memori yang memberdayakan, menggandakan emosi positif yang diharapkan, pembentukan jangkar , pengalihan fokus dan test hasil pemrograman. Hasil pengembangan model pemrograman, didapatkan protokol pembetukan jangkar emosi “ Genius” yang valid, Praktis dan efektif.

Kata kunci: Hipnoteaching, Jangkar Emosi “Genius”

I. PENDAHULUAN

Teknologi pikiran berkembang pesat seiring dengan perkembangan zaman dan sudah digunakan oleh beberapa lembaga dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusiannya. Salah satu teknologi pikiran yang sangat powerfull adalah“ hypnosis ” yang merupakan salah satu teknik untuk memprogram pikiran bawah sadar seseorang secara cepat., Hipnosis, dan Hipnoterapi. Aplikasi hypnosis sudah digunakan secara luas di bidang hiburan, terapi dan pendidikan. Penguasaan terhadap pemrograman pikiran bawah sadar seperti hypnosis dan hipnoterapi akan mempermudah seseorang dalam meningkatkan kualitas dan kemampuan diri serta kemampuan dalam mempengaruhi dan membantu orang lain.

Salah satu aplikasi hypnosis dalam pendidikan adalah

hypnoteaching. Hypnoteaching adalah suatu model

pembelajaran yang di lakukan dengan mengontrol memaksimalkan pikiran bawah sadar dalm pembelajaran. Hypnoteaching adalah kombinasi antara hypnosis dan pembelajaran dalam kelas. Salah satu tujuannya adalah

untuk membuat siswa selalu termotivasi dalam

pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran dalam hypnoteaching adalah (1) pacing and leading, (2) “Genius” anchor (3) Environmental learning (4) “energizer” anchor (5) Unconscious writing through mind mapping (6) reflection through relaxation (Ja’faruddin, 2014)

Langkah pertama adalah menyamakan frekuensi antara siswa dan dan guru dengan cara penyamaan fisiologi yang selanjutnya dilakukan pembimbingan oleh guru untuk langkah selanjutnya yaitu memicu jangkar emosi “Genius”.

Langkah kedua ini adalah salah satu langkah yang paling penting dan paling unik dalam pembelajaran. Memicu jangkar emosi membuat siswa mempu mengakses kondisi pembelajar dan emosi terbaik memang sudah program sebelumnya yaitu pada hari pertama pembelajaran.

Langkah kedua inilah yang membedakan antara kodisi motivasi antara dalam pembelajaran biasa dengan pembelajaran dengan model Hypnoteaching . Yang paling menarik adalah kondisi yang terjadi pada saat hypnoteaching adalah kondisi terbaik karena menggunakan jangkar emosi (anchor) yang sudah ditanamkan sebelumnya. Jangkar emosi yang terbentuk dapat memicu secara instant dan secara emosional kondisi siswa yang sangat termotivasi yang mirip dengan kondisi terbaik dimasa lampau ketika sangat termotivasi ingin medapatkan sesuatu yang menjanjikan atau mendapatkan pencapaian yang luar biasa. Langkah ketiga dan seterusnya akan dijelaskan dalam kajian pustaka.

Langkah kedua inilah yang akan menjadi focus penelitian ini. Keberhasilan dari model pembelajaran hypnoteaching sangat tergantung pada langkah kedua ini. Jika langkah kedua ini berhasil memicu kodisi belajar terbaik siswa, maka kondisi pembelajaran optimal dapat tercapai. Tetapi jika kodisi tersebut tidak tercapai, maka hypnoteaching menjadi pembelajaran biasa yang hilang dari “ruh” hypnosisnya.

Pembentukan Jangkar emosi “Genius “ ini dilakukan pada hari pertama pembelajaran matematika. Pada pertemuan pertama tersebut, belum diadakan pembelajaran seperti biasanya, akan tetapi hanya difokuskan pada pemrograman pikiran bawah sadar siswa untuk ditanamkan

(2)

kodisi pembelajaran terbaik yang disebut kondisi “Genius”. Kondisi Genius inilah yang nantinya akan digunakan dalam pembelajaran.

Penanaman program “Genius” pada hari pertama tetap mengikuti langkah-langkah hypnosis yaitu test suggestifitas , induksi, pendalaman trans, pemberian program dan jangkar emosi dan terakhir adalah termination. Test suggestifitas digunakan untuk melihat respon pikiran bawah sadar siswa serta menjai hypnotic training. Keberhasilan pada langkah berikutnya juga sangat dipengaruhi oleh test suggestifitas ini. Selanjutnya adalah induksi yang bertujuan untuk menggiring siswa masuk dalam kondisi tidur hypnotic yang selanjutnya diperdalam sampai mencapai trans level menengah.

Setelah mencapai level yang diharapkan, maka dilakukan penanaman program dan jangkar emosinya. Teknik yang digunakan dalam menanamkan program ini harus diketahui oleh guru secara detail demi tertanamnya program ini secara benar dan permanen. Setelah dilakukan pemrograman, maka proses hypnosis ditutup dengan membangunkan siswa dengan proses yang disebut termination.

Langkah-langkah inilah yang menjadi focus dari penelitian kami. Penelitian ini diharapkan dapat menemukan model yang tepat dalam menprogram kondisi Genius pada siswa mulai dari pemilihan test suggestifitas, teknik induksi, deepening, suggesti yang dipakai, sampai pada teknik terminasi yang digunakan. Teknik ini diharapkan dapat memenuhi criteria waktu pemrograman, efesien dalam penggunaan dan maksimal dalam hasilnya. II. LANDASAN TEORI

Teknik pemrograman kondisi “Genius” yang juga

disebut teknik anchoring pada Hypnoteaching mempunyai

landasan yang sangat kuat jika dikaji dari sisi teori-teori belajar yang dikemukan oleh para ahli.

Jika siswa pada saat belajar matematika dapat membayangkan dan merasakan penghargaan terhadap usaha mereka maka siswa tersebut akan semakin bersemangat dalam belajar. Hal ini diperkuat oleh Para ahli behavioristik yang memandang individu sebagai mahluk yang sangat reaktif dalam memberikan respon terhadap lingkungan. Ini berarti bahwa seorang individu termasuk siswa akan sangat suggestif terhadap lingkungannya. Sebagian ahli dari teori belajar ini sangat yakin dengan penghargaan dan hukuman. Hal ini sesuai dengan prisip dalam pemberian suggesti yang sangat menjunjung tinggi penghargaat terhadap pikiran bawah sadar siswa (Santrock, 2007).

Ahli behavioristik yang lain merupakan salah satu peletak dasar cara memprogram pikiran bawah sadar termasuk dalam teknik pembuatan anchor. Sumbangan tersebut berasal dari hasil penelitian Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936). Pavlo (dalam Bell, 1994) mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Percobaan ini menjelaskan bagaimana terjadinya Ancoring (penjangkaran Emosi) terhadap anjing. Hal ini juga terjadi pada manusia pada pembentukan

Ancoring nya dengan langkah-langkah tertentu yang

efeknya sama dengan apa yang dilakukan pada percobaan Pavlov.

Dalam hypnoteaching, pembentukan anchoring secara sengaja mutlak dilakukan. Pembentukan anchoring sangat penting untuk mengontor emosi siswa dan membuat selalu bersemangat selama pembelajaran. Prinsip pembentukan

anchoring dilakukan dalam kondisi trance hypnosis.

1. Hypnosis untuk pemrograman kondisi “Genius”

Penanaman program kondisi konsentrasi dan motivasi terbaik yang selanjutnya disebut kondisi”Genius” dilakukan dengan melakukan poses hypnosis, sehingga tahapan yang dilakukan adalah tahapan proses hypnosis. Berikut ini adalah penjelasan setiap prosesnya (Nurinda, 2008): a. Test Suggestifitas

Test suggestifitas sebenarnya dimaksudkan untuk menguji seberapa mudah atau sulitnya seseorang menerima suggesti yang diberikan oleh orang lain. Semakin suggestif seseorang maka semakin mudah orang tersebut masuk dalam kondisi hipnosis. Kondisi suggestifitas seseorang juga sangat menentukan tingkat kedalaman kondisi hipnosis (trans) yang bisa dicapai oleh orang tersebut. Semakin suggestif seseorang maka kemungkinan untuk mencapai deep trans.

Teknik-teknik test suggestifitas yang sudah

dipraktekkan oleh para pakar dan praktisi hypnosis dan hypnoterapi adalah test imajinasi tangan yang masing-masing diikat dengan Ember beris air dan balloon, imajinasi jeruk , mata yang terkunci,tangan melar dan sebagainya.

b. Induksi

Dalam situs Wikipedia disebutkan bahwa Induksi: “Traditionally this was interpreted as a method of putting the subject into a "hypnotic trance"; however subsequent "nonstate" theorists have viewed it differently, as a means of heightening client expectation, defining their role, focusing attention, etc”. Menurut Kahija (2007) induksi adalah

proses yang ditempuh oleh terapis untuk mengasingkan subjek dari banyaknya stimulus di sekitarnya dengan terarah dan terfokus, subjek bergerak dari luar ke dalam atau secara fisiologi dari gelombang beta ke delta. Jadi Induksi adalah proses yang dilakukan oleh seseorang yang mengerti tentang pemrograma pikiran bawah sadar untuk membawa seorang siswa kedalam keadaan siap untuk melakukan interaksi dengan pikiran bawah sadarnya.

Dalam setiap induksi akan ditemui salah satu atau beberapa elemen induksi berikut (Kahija, 2007):

1. Permulaan. Pada awal induksi, yang sering digunakan adalah memanfaat nafas dari siswa supaya lebih santai. Pada umumnya seorang yang akan melakukan pemrograman kepada orang lain akan mengaitkan dengan teknik pernafasan dan membimbing untuk rileks seiring dengan nafasnya.

2. Relasasi sistematis progressive. Relaksasi sistematis dilakukan mulai dari titik-titik tertentu sampai di ujung kaki. Titik-titik tertentu yang umunya di buat rileks aalah ubun-ubun, mata, pelipis, rahang, leher, bahu, lengan, dada, punggung, perut paha, betis dan kaki. 3. Pengaktifan rasa dan emosi. Dalam memprogram

bawah sadar seseorang, hindari untuk mengatakan, “ fikirkan” atau “ ingatlah”. Lebih baik mengatakan” rasakan “ atau “ bayangkan”. Kata-kata “rasakan” dan “ bayangkan” akan mengaktifkan rasa, emosi dan

(3)

imajinasi dari siswa yang akan diprogram bawah sadarnya

4. Mengaktifkan gambaran mental atau dengan kata lain melakukan imajinasi. Imajinasi yang dilakukan adalah dengan membimbing subjek ke tempat yang ia sukai apakah ia pernah berada di tempat tersebut atau hanya dihayalannya saja. Untuk mengaktifkan gambaran mental subjek , perlu meningkatkan kepekaan indra dari subjek seperti penglihatan (visual) pendengaran (auditori) perabaan dan perasaan (kinestetis) Pengecapa (gustatoris), penciuman (olfaktoris). Pengaktifan gambaran mental yang sangat kuat akan mendukung pencapaian trans.

5. Termination. Di akhir induksi, supaya subjek tidak pusing dan leher terasa berat, maka perlu dibuat segar dan ringan dengan membimbingnya merasa semakin segar dan bersemangat pada saat ia tersadar.

c. Pendalaman induksi

Pendalaman induksi dimaksudkan untuk membuat siswa masuk lebih dalam lagi dan lebih rileks lagi untuk mencapai tingkat trans yang diharapkan. Ada beberapa teknik yang digunakan dalam hypnosis yaitu teknik imajinasi tangga atau lift, teknik berhitung menurun dan teknik imajinasi tempat yang menyenangkan.

d. Pemrograman

Pemrograman ini dilakukan untuk memprogram siswa untuk mencapai kondisi puncak dalam belajar. Hal ini sangat berkaitan dengan kemampuan guru dalam menyusun suggesti yang tepat dan mengaitkan dengan tombol emosi yang akan dipicu. Teknik pemrogramanya dilakukan dengan memberikan suggesti kepada siswa untuk membayangkan dan merasakan kembali pengalaman masa lalu ketika bersemangat atau sangat senang. Dengan teknik tertentu, guru dapat meningkatkan intensitas emosi dari siswa yang deprogram untuk mencapai emosi positif yang paling puncak, sebelum mencapai puncak, siswa di berikan suggesti untuk memicu tombol emosinya yang dapat berupa visual, audio atau kinesteti atau gabungannya.

e. Termination

Setelah dilakukan pemrograman, siswa harus dibangukan dari tidur hypnotiknya. Teknik membangungkannya dapat dilakukan dengan teknik kesegaran secara progresif dengan merasakan kesegaran secara bertahap pada bagian tubuhnya dimulai dari yang paling bawah (kaki). Teknik terminasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan hitungan naik dari 1 sampai 3 atau 1 sampai 10.

2. Hypnoteaching

Hypnoteaching ini adalah aplikasi hypnoteaching dalam pembelajaran matematika. Hypnoteaching berasal dari 3 kata yaitu hypnosis, mathematics dan teaching . Jika ditinjau dari asal katanya, hypnosis adalah komunikasi bawah sadar melalui pemrograman pikiran bawah sadar yang terdiri dari induction, deepening, suggestion dan termination. Sedangkan mathematics teaching maksudnya adalah pembelajaran matematika. Jadi hypnomating adalah programan pikiran bawah sadar yang dilakukan untuk memprogram pikiran bawah sadar siswa dalam pembelajaran matematiika .

Langkah-langkah pada pembelajaran hypnoteaching adalah (1) pacing and leading, (2) “Genius” anchor (3) Environmental learning (4) “energizer” anchor (5)

Unconscious writing through mind mapping (6) reflection through relaxation. (Ja’faruddin, 2014).

Langkah pertama adalah menyamakan frekuensi antara siswa dan dan guru dengan cara penyamaan fisiologi yang selanjutnya dilakukan pembimbingan oleh guru untuk langkah selanjutnya yaitu memicu jangkar emosi “Genius”.

Langkah kedua ini adalah salah satu langkah yang paling penting dan paling unik dalam pembelajaran. Memicu jangkar emosi membuat siswa mempu mengakses kondisi pembelajar dan emosi terbaik memang sudah program sebelumnya yaitu pada hari pertama pembelajaran.

Langkah kedua inilah yang membedakan antara kodisi motivasi antara dalam pembelajaran biasa dengan pembelajaran dengan model ini. Yang paling menarik adalah kondisi yang terjadi pada saat hypnoteaching adalah kondisi terbaik karena menggunakan jangkar emosi (anchor) yang sudah ditanamkan sebelumnya. Jangkar emosi yang terbentuk dapat memicu secara instant dan secara emosional kondisi siswa yang sangat termotivasi yang mirip dengan kondisi terbaik dimasa lampau ketika sangat termotivasi ingin medapatkan sesuatu yang menjanjikan atau mendapatkan pencapaian yang luar biasa.

Langkah ketiga adalah lingkungan belajar yang berupa pengkondisian belajar yang dapat berupa kerja kelompok, Tanya jawab oleh guru dengan mengikuti prinsip-prinsip pembelajaran bawah sadar. Dalam lingkungan belajar ini, sebaiknya guru memfasilitasi siswa dalam menginternalisasi materi yang diajarkan baik sebagai informasi yang disimpan dalam memori bawah sadar maupun dalam pemaknaan dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat kondisi siswa mulai loyo,maka perlu di picu jangkar emosi energizer yang membuat siswa kembali fresh dan semaangat. Hal yang perlu diperhatihkan adalah jangkar emosi energizer dapat dibentuk diawal pembelajaran baru dimulai.

Selanjutnya adalah siswa mencatat materi yang merangsang pikiran bawah sadar bekerja secara maksimal. Teknik mencatat yang dapat mengakomodasi hal tersebut adalah mind map. Mind map adalah teknik mencatat yang merangsang siswa untuk mengorganisir kembali ide yang mereka telah pelajari, sehingga terjadi perulangan di pikirannya sehingga pemahaman akan materi akan semakin baik. Langkah terakhir adalah refeleksi materi pelajaran yang dilakukan secara rileks. Siswa dibimbing untuk masuk dalam kondisi rileks secara cepat dan merefleksikan materi yang telah dipelajari secara cepat.

3. Hasil- Hasil Penelitian yang relevan dengan

Hypnoteaching.

Beberapa penelitian tentang hypnoteaching sudah dilakukan yang sudah dipublikasikan baik di jurnal ilmiah maupun pada proceding seminar Nasional. Hasil penelitian Jafaruddin (2012) mengungkapkan bahwa Motivasi belajar matematika melalui pendekatan hypnoteaching baik pendekatan Unconscious Mind Program Ericson model (UMP-E) dan Unconscious Mind Progam Ericson Model (UMP-R) atau yang biasa disebut hypnosis formal dalam kategori tinggi, Hasil belajar siswa yang diajar melalui pendekatan Hypnosis (UMP-E dan UMP-R) berbeda secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang diajar melalui pendekatan konvensional. Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pendekatan hypnoteaching lebih tinggi dibanding dengan siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional.

(4)

Peneliti ini kemudian dilanjutkan pada mata kuliah matematika ekonomi di Universitas (Ja'faruddin 2014) , hasil penelitian menunjukkan (1) tingkat prestasi belajar matematika siswa dalam pembelajaran matermatika melalui pendekatan UMP Ericson Model (UMP-R) berada dalam kategori tinggi dan UMP Elman Model (UMP-L) berada dalam kategori sedang (2) perkuliahan Matematika Ekonomi melalui pendekatan UMP Ericson Model dan UMP Elman Model berbeda secara signifikan dalam hal tingkat prestasi belajar matematika Ekonomi Mahasiswa, dalam hal ini, pendekatan UMP Ericson Model (UMP-R) lebih baik dari pendekatan UMP Elman Model (UMP-L).

Ishak (2014) melaporkan hasil penelitian yang dilaksanakan di kelas VII SMP Polewali. Hasil penelitian menunjukan bahwa Terjadi peningkatan hasil kemampuan berpikir kreatif siswa kelas VII SMP Negeri 3 Polewali yang diajar melalui metode hypnoteaching dengan skor rata-rata sebesar 13,03 dengan standar deviasi 5,93. Terjadi peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 3 Polewali setelah diajar melalui metode hypnoteaching dengan peningkatan hasil belajar siswa yang dihitung dengan rumus gain ternormalisasi sebesar 0,214. Respon siswa siswa kelas VII SMP Negeri 3 Polewali terhadap pembelajaran bangun datar segiempat dengan menggunakan metode hypnoteaching sebesar 3,15. Hal ini menunjukkan respon yang positif. Berdasarkan kriteria tingkat keefektifan, pembelajaran metode hypnoteaching cukup efektif untuk diterapkan pada pokok bahasan bangun datar segiempat. Hal ini dapat ditunjukkan dengan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 3 Polewali sebelum diterapkan metode hypnoteaching mencapai skor rata-rata 40,867 dan berada pada kategori tidak tuntas. Sedangkan setelah diajar dengan pembelajaran metode hypnoteaching mencapai skor rata-rata 77,067 dengan sekitar 75% siswa memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) sehingga mencapai ketuntasan klasikal dan berada pada kategori sedang.

BAB III. METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan mendeskripsikan proses pengembangan dan produk yang dihasilkan. Produk penelitian ini adalah adalah prototive Teknik Pemrograman Kondisi “Genius” Hypnoteaching dalam pembelajaran matematika yang memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan dan keefektifan. Rancangan penelitian yang digunakan berkaitan dengan tujuan penelitian pengembangan tersebut di atas adalah

rancangan pengembangan menurut Plomp (1997) seperti

yang digambarkan berikut.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah beberapa mahasiswa Jurusan Matematika FMIPA UNM. Pemilihan subjek ini didasari pada 3 hal, yakni (1) Mahasiswa (i) dapat diasumsikan telah memiliki kesadaran akan tindakan dalam proses pembelajaran, dan (2) terdapat banyak kelas sehingga memungkinkan dilakukan uji coba berulang.

Objek yang menjadi fokus perhatian penelitian ini adalah pengembangan Protetype Teknik Pemrograman

Kondisi “Genius” Hypnoteaching. Proses pengembangan berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan selama fase-fase pengembangan. Hasil pengembangan berkaitan dengan kesimpulan dari hasil analisis data sehingga diperoleh prototype yang memenuhi kriteria kevalidan, kepraktisan dan keefektifan.

4. Teknik Analisis Data dan Cara Penafsiran Hasil Penelitian

Kriteria kualitas protype Teknik Pemrograman

Kondisi “Genius” Hypnoteaching. yang dikembangkan,

mengacu pada kriteria Nieveen (1999), yakni validitas, praktikabilitas, dan efektivitas. Ketiga indikator kriteria tersebut adalah sebagai berikut.

a. Validitas (sudah terlaksana)

Prototype Teknik Pemrograman Kondisi “Genius” Hypnoteaching dikatakan valid, jika memenuhi kriteria: (1)semua ahli (validator) menyatakan bahwa Prototype

Teknik Pemrograman Kondisi “Genius”

Hypnoteaching didasarkan pada dasar teoretik yang kuat.

(2) semua ahli (validator) menyatakan bahwa komponen-komponen Prototype Teknik Pemrograman

Kondisi “Genius” Hypnoteaching secara konsisten saling berkaitan.

(3) Hasil ujicoba menunjukkan bahwa komponen-komponen Teknik Pemrograman Kondisi

“Genius” Hypnoteaching saling berkaitan.

b. Kepraktisan

Prototype Teknik Pemrograman Kondisi “Genius” Hypnoteaching dikatakan praktis, jika memenuhi kriteria:

(1) semua ahli memberikan pertimbangan bahwa Prototype Teknik Pemrograman Kondisi “Genius” Hypnoteaching tersebut dapat diterapkan di kelas. (2) Dosen menyatakan dapat menerapkan Prototype

Teknik Pemrograman Kondisi “Genius”

Hypnoteaching di kelas.

(3) Tingkat keterlaksanaan Protype Teknik

Pemrograman Kondisi “Genius” Hypnoteaching dalam perkuliahan, termasuk dalam kategori sangat tinggi.

Fase Pengkajian Awal

Fase Perancangan

Fase Realisasi/konstruksi

Fase Tes, Evaluasi, dan Revisi

(5)

c. Efektivitas

Prototype Teknik Pemrograman Kondisi “J enius”

Hypnoteaching dikatakan efektif, jika memenuhi kriteria Kemp, Morrison & Ross (1994), dan Egen & Kauchak (1988) seperti yang dikemukakan pada bagian analisis data di atas.

IV. HASIL KAJIAN DAN DISKUSI

Hasil pengkajian terhadap Protokol pemrograman

jangkar emosi “ Genius” berdasarkan hasil pengamatan

dan evaluasi terhadap beberapa teknik Pembentukan anchor atau Jangkar emosi” Genius”, terbentuk langkah-langkah pemrograman pembentukan jangkar emosi “ Genius” yang selanjutnya disebut protocol pembentukan jangkar emosi Genius. Protokol ini telah divalidasi oleh para ahli dengan yang telah di validasi oleh para ahli Hasil validasi oleh para ahli, menunjukkan bahwa semua validator menyatakan bahwa protocol pembentukan jangkar emosi “ Genius” disadarkan pada teori yang kuat hal dan saling berkaitan dengan nilai kevalidan 3,62. Dengan demikian model dianggap valid.

Berikut ini adalah protocol pembentukan jangkar emosi yang telah diterapkan di dalam kelas.

Pada awal perkuliahan, mahasiswa diberikan penjelasan tentang jangkar emosi dan kegunaanya dalam pembelajaran. Hasil penilaian dari peneliti, semua mahasiswa yang menjadi objek penelitian menjadi sangat tertarik dan termotivasi untuk ikut dalam kegiatan pembentukan jangkar emosi tersebut.

Selanjutnya para peserta diminta untuk melakukan test suggestifitas berupa teknik “tangan magnet”, “mata magnet” dan “ jari melengket”. Hasil test suggestifitas menunjukkan

bahwa semua subjek penelitian memiliki tingkat

suggestifitas sedang sampai dengan tinggi. Dengan demikian proses pemrograman dapat dilaksanakan dengan

baik. Keberhasilan test suggestifitas akan sangat

berpengaruh pada pemrogram berikutnya. Hal ini sesuai dengan teori pemrograma pikiran bawah sadar bawah keberhasil kecil akan membawa pada keberhasilan besar (Ja’faruddin,2015)

Selanjutnya, mahasiswa diinstruksikan untuk duduk dengan rileks. Mereka diminta untuk mencari posisi duduk yang paling nyaman. Posisi seperti tersebut diatas membuat subjek dapat merasakan rileks dengan cepat dan dalam.

Langkah berikutnya adalah memberikan instruksi kepada subjek untuk bernafas dengan mengikuti instruksi dari dosen. Tarikan nafas dilakukan secara perlahan-lahan dengan perkiraan sepuluh detik, kemudian ditahan selama 10 detik dan di keluarkan nafasnya selama 10 detik. Bernafas dengan menggunakan pola ini akan membuat subjek mudah untuk merasakan rileks dan nyaman. Keadaan seperti ini dilakukan sampai subjek menunjukkan tanda-tanda rileks pada muka dan posisi tubuh. Dalam kasus ini, setelah perulangan pola nafas seperti tersebut diatas dilakukan selama lima kali, subjek sudah menunjukan posisi tubuh yang terlihat lemas, dan subjek tidak dapat menahan posisi kepalanya untuk tetap tegak. Penggunaan nafas dalam membuat subjek semakin rileks sangat dianjurkan sesuai dengan pembentukan ericson Environmental (O, Brian, Douglas, 2004)

Pada saat subjek sudah menunjukkan keadaan yang nyaman dan rileks, subjek diberikan suggesti untuk merasakan tempat ketenangan yang telah disepakati pada awal pemrograman. Subjek dibimbing untuk dapat merasakan tempat ketenangan tersebut bukan mengingat tempat ketenangan tersebut. Langkah ini dimaksudkan untuk subjek rileks lebih dalam lagi. Pada tahap ini, peneliti melakukan komunikasi dengan subjek melalui telunjuk subjek untuk memberikan signal bahwa subjek sudah masuk dalam kondisi deep trans.

Pada saat subjek sudah memasuki deep trans, peneliti kemudian memberikan suggesti kepada subjek untu mengakses memori yang memberdayakan. Dalam hal ini kejadian yang dianggap oleh subjek merupakan kondisi ketika mereka merasa sangat bersemangat atau sangat gembira. Kondisi ini diperkuat dengan suggesti yang diberikan oleh dosen sehingga subjek bisa merasakan pengalaman tersebut bukan mengingat pengalaman.

Perasaan positif subjek kemudian digandakan dengan mengikuti suggesti dosen. Dengan meningkatkan tingkat emosi dari subjek dengan menggunakan hitungan naik dari 1 sampai dengan 10, siswa dapat merasakan peningkatan kepekaan perasaanya terhadap pengalaman internal yang mereka alami. Pada saat hitungan ke 9, subjek diberikan instruksi untuk memasang jangkar emosi yang sudah disepakati masing-masing subjek. Berhitung dengan hitungan naik juga adalah bahasa bawah sadar yang membuat pikiran bawah sadar mengangap sebagai signal untuk menaikkan level emosi sesuai dengan hitungan yang dimaksud (Ja’faruddin, 2015)

Setelah jangkar emosi dipasang, subjek di suggesti untuk melakukan pengalihan perhatian untuk kembali ke kondisi normal.

Selanjutnya, uji jangkar emosi yang telah dibentuk dengan cara memicu atau melakukan gerakan jangkar emosinya. Jika subjek merasa sangat bersemangat atau sangat senang, maka jangkar emosinya berhasil.

Selanjutnya, subjek diarakan untuk menguji jangkar emosi tersebut dengan membayangkan dirinya di masa depan sedang belajar atau ujian. Kemudian subjek diberikan arahan untuk memicu jangkar emosinya. Jika mereka merasakan peningkatan semangat atau percaya diri maka jangkar emosi sudah terpasang dengan baik.

Hasil pengamatan peneliti dari 5 orang mahasiswa yang menjadi subjek penelitian, semuanya masuk dalam kategori suggestif (1 orang ) dan sangat suggestif (4 orang). Hal ini menunjukkan bahwa subjek dapat dengan mudah melewati prosedur (protocol) pemrograman.

Hal ini kemudian terbukti bahwa semua subjek dapat membuat jangkar emosi yang kuat yang telah dites dan digunakan pada saat mereka mengikuti ujian akhir semester, dimana kelima orang ini merasa sangat bersemangat dan semuanya memberikan respon yang positif terhadap kegiatan tersebut. Nilai semester kelima subjek tersebut menunjukkan nilai sangat memuaskan. Hal ini juga memberikan bukti bahwa protokol pembentukan jangkar emosi Genius dapat terlaksana dengan baik. Kesemua hal tersebut diatas menunjukkan bahwa model ini dapat dinyatakan praktis dan efektif.

(6)

V. KESIMPULAN

Hasil pengkajian diperoleh Poduk hasil pengembangan berupa Protokol pembentukan jangkar emosi Genius dalam perkuliahan di Jurusan Matematika FMIPA UNM.

Protokol pemrograman terdiri atas beberapa langkah yaitu:

Langkah-langkahnya adalah: test suggestifitas,

duduk dengan rileks, memanfaatkan pola nafas dan hitungan menurun untuk rileks, mengakses tempat ketenangan, mengakses memori yang memberdayakan, menggandakan emosi positif yang diharapkan, pembentukan jangkar , pengalihan fokus dan test hasil pemrograman

Berdasarkan hasil validasi dan penerapan terbatas, maka pengembangan protokol pembentukan jangkar emosi Genius dinyatakan valid, praktis dan efektif.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Sobel, Max dan Evan M. Maletsky. 2002. Mengajar Matematika. Jakarta: Erlangga.

[2] Anonim. Hypnosis. Online (Tersedia:

http://en.wikipedia.org/wiki/Hypnosis). Diakses.

Tanggal 13 Juli 2009

[3] Bavister Steve, Amanda Vickers. 2004. NLP for Personal Success. Yogyakarta: Pustaka Baca.

[4] Elman, David. Lima Tanda Hipnosis . Online (Tersedia

:

http://akademihipnoterapi.com/free-stuffs/57-lima-tanda-hipnosis-oleh-dave-elman.html

).

Diakses tanggal 29 Oktober 2009.

[5] Goldberg, Bruce. 2006. Self Hypnosis . Yogyakarta: B-First.

[6] Gunawan. W. Adi. 2007. Hypnotherapy The Art of

Subconscious Restructuring. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

[7] ---. 2007. Hypnosis The Art of Subconscious Communication. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

[8] Ja’faruddin, 2012, Penerapan Unconscious Mind Program (UMP ) dalam pembelajaran Matematika. Makassar Jurnal Wadah Komunikasi ISSN:1979-5017 vol. 5 No 3 Desember 2012

[9] ... , 2014, Aplikasi Unconscious Mind program Di Universitas, Proceeding, National Seminar,ISBN: 979-604-148-0; Universitas Negeri Makassar.

[10] ... , 2014, Hypnoteaching as A Teaching Model, Proceeding , International Confrence on Mathematics , Science, Technology, Education and Their Application; ISBN:979-604-151-0 , State University of Makassar Indonesia, August 20-21, 2014 [11] …………, 2015 , Prinsip-prinsip Pembelajaran Bawah

Sadar dalam kerangka Hynoteaching, Prociding Seminar Nasional “ Inovasi Pembelajaran melalu Hypnosis dan Hypnoterapi 2015, ISBN: 979-604-148-0. Universitas Negeri Makassar

[12] ... , 2016, Kajian Induksi Massal pada Model Hypnoteaching dalam Pembelajaran Matematika. Makassar Jurnal Profesi Pendidik dan tenaga kependidikan. ISSN:2476-9835 vol. 1 No 3 Juni 2016. [13] Kahija, YF La. 2007. Hipnoterapi. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

[14] MacGregor. 2009. Peace Of Mind. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

[15] Nurinda, Yan. 2008. Elektronik book The secret of Stage Hipnosis Revealed. Online. (Tersedia: www. Hipnotis.net). Diakses Tanggal 13 Juni 2009

[16] Ishak , 2014, Efektivitas Metode Hypnoteaching Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Kemampuan Berpikir Kreatif Dalam Pembelajaran Matematika Kelas VII SMPN 3 Polewali, Proceeding, National Seminar,ISBN: 979-604-148-0; Universitas Negeri Makassar.

[17] O, Brien, Douglas .2004 . ”History of Ericksonian

Hypnosis”. Online. (Tersedia:

http://www.ericksonian.com/milton-erickson.html/). Diakses tanggal 6 November 2009.

[18] Slavin, Robert E. (1997). Educational Psychology-Theory and Practice. Fifth Edition. Boston : Allyn and Bacon.

[19] Winkel, WS. 1999, Psikologi Pengajaran. Jakarta:

Gramedia.

Wong, Willy. 2010. Membongkar Rahasia Hipnosis. Jagakarsa: Visimedia

Referensi

Dokumen terkait

Usaha untuk menyelesaikan pernyataan masalah adalah dengan mengangkat fokus utama yang dapat menciptakan efisiensi ruang dan sirkulasi antar ruang yang berdampak

Menghasilkan secara berkumpulan beberapa penerbitan buku panduan iaitu Polisi Media UPM, Manual Pengurusan Majlis (bab Media), Garis Panduan Sidang Media, Garis Panduan Penulisan

[r]

Pendaftaran usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf b wajib dilakukan oleh unit organisasi yang melaksanakan Usaha Wisata Agro Hortikultura dan pelaku

menghilangkan stres, seseorang harus memiliki kemauan terlebih dahulu untuk kembali dalam kondisi baik sehingga mampu merubah pola pikir sebelumnya menjadi pola

lampu tanda batas dimensi Kendaraan Bermotor berwarna putih atau kuning muda untuk Kendaraan Bermotor yang lebarnya lebih dari 2.100 (dua ribu seratus) milimeter untuk bagian

Rasionalnya memberi dukungan emosi, yang dapat menurunkan rasa takut, tingkat ansietas, dan meminimalkan nyeri (Doenges dan Moorhause, 2001). 5) Selma fase laten, ibu

Segala potensi dan sumber daya telah dikerahkan dalam pelaksanaan program dan kegiatan Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Tebing Tinggi selama Tahun 2012 untuk