• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Tanaman kelapa sawit di klasifikasikan sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Palmaceae Subkeluarga : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq (Mustafa, 2004).

2.1.1 Morfologi Kelapa Sawit a. Akar

Akar kelapa sawit adalah akar serabut. Akar serabut memiliki sedikit percabangan, membentuk anyaman rapat dan tebal. Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula (bakal calon akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar berfungsi untuk menunjang struktur batang diatas tanah, menyerap air dan unsur-unsur hara dari dalam tanah, serta sebagai salah satu alat respirasi. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarter (Sholihatun, 2014).

Tanaman kelapa sawit mempunyai akar serabut, perakarannya sangat kuat. Saat awal perkecambahan, akar pertama muncul dari biji yang berkecambah (radikula). Setelah itu radikula akan mati dan membentuk akar utama atau

(2)

5

primer. Kemudian akar primer akan membentuk akar sekunder, tersier, dan kuarter. 4 Perakaran kelapa sawit yang telah terbentuk sempurna umumnya memiliki akar primer dengan diameter 5-10 mm, akar sekunder 2-4 mm, akar tersier 1-2 mm, dan akar kuartener 0,1-0,3 mm. akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara adalah akar tersier dan kuartener yang berada di kedalaman 0-60 cm dengan jarak 2-3 meter dari pangkal pohon (Lubis dan Widanarko, 2011).

b. Batang

Tanaman kelapa sawit memiliki batang yang lurus, dan tidak bercabang. Bakal batang pada tanaman kelapa sawit disebut plumula yang berbentuk seperti tombak kecil. Pada tanaman dewasa diameternya 45-60 cm, bagian bawah batang biasanya lebih gemuk, disebut bonggol dengan diameter 60-100 cm. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih tertututp pelepah yang belum ditunas. Kemudian batang mulai meninggi dengan kecepatan tumbuh 35-70 cm / tahun.Pertambahan tinggi batang juga dipengaruhi oleh jenis tanaman, iklim, pupuk, kerapatan tanam dan lain-lain. Karena batang terbungkus oleh pangkal pelepah selama bertahun-tahun akan kelihatan besar namun sebenarnya diameternya hanya 45-60 cm saja. Pangkal pelepah daun ini akan gugur karena membusuk dimulai dari bagian bawah biasanya mulai pada umur 10-11 tahun (Lubis, 2008).

c. Daun

Daun merupakan pusat produksi energi dan bahan makanan bagi tanaman (fotosintesis). Bentuk daun, jumlah daun dan susunan nya sangat berpengaruh terhadap tangkap sinarmantahari (Vidanarko, 2011). Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar.

Semakin pendek pelepah daun, semakin banyak populasi kelapa sawit yang dapat ditanam per satuan luas sehingga makin tinggi produktifitas nya.

(3)

6

Jumlah anak daun pada setiap pelepah berkisar antara 250 – 400 helai. Produksi pelepah daunnya selama satu tahun dapat mencapai 20 – 30 pelepah. Sifat genetik dan masing masing varietas mempengaruhi pertambahan jumlah daun tanaman (Maryani, 2012).

d. Bunga

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya, Bungan jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon.Rangkain bunga jantan terpisah dengan rangkain bunga betina.Walaupun demikian, kadang kadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan (hermafrodit). Umumnya tanaman kelapa sawit merupakan pernyerbukan silang.Bunga muncul dari ketiak daun dan setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk) (Hetharie,dkk, 2007).

Tanaman kelapa sawit akan mulai berbunga pada umur sekitar 12-14 bulan. Bunga tanaman kelapa sawit termasuk monocious yang berarti bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama.7 Tanaman kelapa sawit dapat menyerbuk silang ataupun menyerbuk sendiri Karena memiliki bunga jantan dan betina. Biasanya bunganya muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bunga majemuk). Biasanya, beberapa bakal infloresen melakukan gugur pada fase-fase awal perkembangan nya sehinga pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresen (Sunarko, 2007).

e. Buah

Secara anatomi, buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pertama adalah perikaprium yang terdiri dari epikaprium dan mesokarpium, sedangkan kedua adalah biji, yang terdiri dari endokaprium, dan lembaga atau embrio. Epikaprium adalah kulit buah yang keras dan licin, sedangkan mesokaprium yaitu daging buah yang berserabut dan mengandung minyak dengan rendemen paling tinggi. Sementara itu, endosperm atau disebut juga

(4)

7

kernel merupakan penghasil minyak inti sawit, sedangkan lembaga atau embrio merupakan bakal tanaman (Fauzi, 2014).

Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang tumbuh, baik dan subur sudah dapat menghasilkan buah yang siap panen untuk pertama kali pada umur 3,5 tahun terhitung sejak dari penanaman biji pada pembibitan. Jumlah buah rata-rata 1600 buah per tandan. Ukuran dan bentuknya bervariasi menurut posisinya dalam tandan (Sunarko, 2007).

2.2. Pembibitan Kelapa Sawit

Faktor utama yang mempengaruhi produktivitas tanaman di perkebunan kelapa sawit yaitu penggunaan bibit yang berkualitas. Investasi yang sebenarnya bagi perkebunan komersial berada pada bahan tanam (benih/bibit) yang akan ditanam, karena merupakan sumber keuntungan pada perusahaan kelak. Penyediaan bibit yang baik dan sehat selama di pembibitan awal (prenursery) maupun di pembibitan utama (main nursery) sangat besar pengaruhnya untukpertumbuhan tanaman (Setiawibawa dan Widyastuti 1992). Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam usaha peningkatkan luas areal penanaman kelapa sawit, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit yang dipergunakan untuk penanaman di lapangan agar diperoleh tanaman yang sehat dan berproduksi tinggi.

2.2.1 Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, di antaranya podolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial, dan regosol. Namun, kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing jenis tanah tersebut tidak sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat fisik dan sifat kimia tanah.

a. Sifat fisik tanah

Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, dan kedalaman permukaan air tanah.Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada

(5)

8

tanah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80cm tanpa lapisan tanah yang keras (padas). Dan tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan pada tanah gambut tebal.

b. Sifat kimia tanah

Sifat kimia tanah dapat dilihat dari tingkat keasaman dan komposisi kandungan hara mineralnya. Sifat kinia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis pemupukan dan kelas kesuburan tanah.Tanaman kelapa sawit tidak memerlukan tanah dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan suatu unsur hara dapat diatasi dengan pemupukan.Walaupun demikian, tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman, sedangkan keasaman tanah menentukan ketersediaan dan kesembangan unsur-unsur hara dalam tanah (Fauzi, 2008).

2.3. Tanah Ultisol

Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia. Tanah ultisol yaitu tanah yang memiliki kesamaan kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanahnya yang berperan besar dalam menentukan kesuburan tanah tersebut.Nilai pH yang mendekati minimum dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa cm dari batuan yang utuh (belum melapuk). Ultisol merupakan tanah masam yang telah mengalami pencucian basa-basa yang intensif dan umumnya dijumpai pada lingkungan dengan drainase yang baik.

Tanah Ultisol saat ini menjadi sasaran utama perluasan pertanianOleh karena itu tanah Ultisol perlu mendapat perhatian mengingat Ultisol memiliki banyak permasalahan yaitu, kandungan bahan organik tanah sangat rendah, kemasaman tanah, kejenuhan basa kurang dari 35 %, kejenuhan Al tinggi,

(6)

9

KTK rendah, kandungan N, P, dan K rendah serta sangat peka terhadap erosi (Munir, 1996).

Ultisol terdapat kandungan P-potensial yang rendah dan K-potensial yang bervariasi sangat rendah sampai rendah, baik lapisan atas maupun lapisan bawah. Jumlah basa-basatukar rendah, kandungan K-dd hanya berkisar 0–0,1 me100g-1tanah disemua lapisan termasuk rendah, dapat disimpulkan potensi kesuburan alami Ultisol sangat rendah sampairendah (Subagyo dkk, 2004).

Ultisol termasuk tanah tua dengan tingkat pelapukan lanjut, pencucian hebat, dan kesuburan kimia, fisika, serta biologi yang sangat rendah. Kendala sifat fisika Ultisol yang kurang baik, diantaranya daya pegang air rendah, tekstur lempung berliat, struktur kurang mantap dan permeabilitas makin kebawah makin rendah (Junedi, H.2008). Tanah Ultisol memiliki unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat dan merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang menghambat pertumbuhan tanaman (Hardjowigeno, 1993).

2.4 Biochar

Salah satu upaya perbaikan kualitas tanah yang dapat ditempuh adalah penggunaan bahan-bahan yang tergolong sebagai bahan pembenah tanah. Dalam upaya meningkatkan kualitas sifat fisik, kimia, serta biologi tanah, sebaiknya, dipilih bahan pembenah dari bahan yang sulit terdekomposisi agar dapat bertahan lama dalam tanah.Bahan yang mudah diperoleh dan relativ murah adalah penggunaan limbah pertanian sepertih serasah jagung dan serasah tebu. Serasah jagung dan tebu bias dimanfaatkan dalam bentuk segar maupun dalam bentuk biochar. Biochar merupakan kayu dan limbah pertanian mengalami pembakaran dalam keadaan tanpa oksigen akan dihasilkan 3 substansi yaitu; a) bio-gasdan hidrogen, keduanya dapat dijadikan bahan bakar hayati, b)bio-oil yang dapat diperbaharui dan c) arang (biochar) yang sebagian besarnya terdiri dari kandungan karbon bahan dasar yang digunakan(Gadde et al, 2007).

(7)

10

Sementara kualitas biochar (Biomassa Charcoal) dapat mengatasi beberapa keterbatasan dalam pengelolaan karbon. Beberapa hasil penelitian menunjukkan biochar dapat menambah kelembaban tanah dan kesuburan lahan pertanian (Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009). Selain itu biochar tidak mengalami pelapukan lanjut sehingga apabila di aplikasikan didalam tanah, dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama sampai berjuta-juta tahun. Di Indonesia potensi penggunaan biochar cukup besar, mengingat bahan baku seperti residu kayu, tempurung kelapa, dan sekam padi cukup tersedia.

Biochar berfungsi sebagai bahan pembenah tanah memiliki sifat rekalsitran, lebih tahan terhadap oksidasi dan lebih stabil dalam tanah sehingga memiliki pengaruh jangka panjang terhadap perbaikan kualitas kesuburan dalam tanah (C-organik tanah dan KTK). Unsur Phospor juga memiliki peranan terhadap merangsang perkembangan akar, memperkuat batang tanaman dan memperbaiki mutu buah. Kekurangan unsur Phospor menyebabkan tanaman tumbuh kerdil, pelepah memendek dan batang meruncing. Biochar mempunyai waktu tinggal dalam tanah cukup lama, sehingga penggunaan biochar sebagai pembenah tanah selain memperbaiki sifat fisiko-kimia tanah juga dapat menyimpan karbon yang baik. Pengkayaan tanahakan karbon melalui penambahan biochar berpengaruh positif terhadap sifat tanah antara lain stabilitas agregat tanah, KTK tanah, kandungan C-organik tanah, retensi air dan hara (Steiner et al. 2007).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang pengembangan model pembelajaran Predict, Observe, Discuss, dan Explain (PODE) untuk mata pelajaran IPA di SDN

RSU Zahirah Jagakarsa telah menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) untuk melindungi tenaga kerja yang bekerja di bagian mekanik dan telah sesuai dengan Kepmen Dirjen

Di antara elemen penting di dalam Deraf Laporan Akhir Pelan Strategik Perak Maju 2015 yang disediakan oleh Unit Perancang Ekonomi 6egeri Perak adalah modal insan

dipenuhi, tetapi karena adanya kendala/ keterbatasan sarana produksi (pupuk dan benih yang mahal) maka implikasinya produksi juga rendah, sehingga perlu

 Medication error  Kejadian yang dapat dicegah akibat penggunaan obat  yang menyebabkan cedera Peresepen obat  yang tidak rasional Kesalahan perhitungan dosis pada

Perjanjian kerja Koperasi Bintang Maru Usaha Bersama dibuat dalam bentuk tertulis atau lisan dan ditulis sesuai dengan Pasal 51 ayat (1) Undang- Undang No 13

Penilaian yang sistematik bagi kebutuhan dan peluang untuk menyusutkan beban pada lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan energi dan bahan serta pengeluaran limbah selama

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat serta pertolongan-Nya lah, sehingga skripsi yang berjudul “Kajian Bivalvia di