Techno Science Vol . 2 No. 2 Oktober 2008 230
IMPLEMENTASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
DALAM PENENTUAN KOORDINATOR LAPANGAN PADA FCG
UNTUK PROYEK KONVERSI MINYAK TANAH KE LPG 3 KG
WILAYAH DISTRIBUSI KABUPATEN SURAKARTA
Rindra Yusianto 1 Putut Satriya Baskara 2Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Dian Nuswantoro Jl. Nakula I No. 5-11 Semarang Email : [email protected]
Abstraksi
Salah satu s
umber kerumitan masalah pengambilan keputusan adalah adanya beragam kriteria
pemilihan. Oleh karena iti maka Analythical Hierarchy Process (AHP) merupakan teknik untuk
membantu menyelesaikan masalah ini. Dalam perkembangan AHP tidak saja digunakan untuk
menentukan prioritas pilihan-pilihan dengan banyak kriteria, tetapi penerapannya telah meluas
sebagai metode alternatif untuk menyelesaikan bermacam-macam masalah. Seperti halnya
dalam penelitian ini yaitu
dalam penentuan koordinator lapangan pada FCG untuk proyek konversi minyak tanah ke LPG 3 kg wilayah distribusi kabupaten Surakarta.Pada akhirnya
hasil dari metode ini diharapkan dapat membantu pihak perusahaan dalam meningkatkan
produktivitas koordinator lapangannya.
Keywords : AHP, koordinator lapangan, produktivitas kerja
1. PENDAHULUAN
Menurut Hendra Putra (2003), sumber daya manusia (SDM) merupakan bagian yang paling kritis dalam keberhasilan setiap organisasi. Karyawan yang kompeten dan berkualitas membantu tercapainya keuntungan, produktivitas pertumbuhan dan umur panjang perusahaan. Produktivitas tenaga kerja merupakan salah satu tiang pendukung produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Sebagai faktor utama penggerak perusahaan, tenaga kerja haruslah mendapat perhatian yang lebih spesifik guna mencapai tingkat produktivitas yang diinginkan. Tingkat produktivitas pun dapat menunjukkan sejauh mana dan bagaimana keberhasilan suatu organisasi dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuannya.
Kualitas SDM merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan produktivitas kinerja suatu organisasi atau instansi. Oleh karena itu, diperlukan SDM yang mempunyai kompetensi tinggi karena keahlian atau kompetensi akan dapat mendukung peningkatan prestasi kinerja karyawan (Nurmianto dkk, 2006).
Menipisnya persediaan minyak dunia membuat pemerintah mengalihkan penggunaan minyak tanah ke gas elpiji dimana diketahui persediaan gas Indonesia saat ini mencukupi. Program Pemerintah Konversi minyak tanah ke gas saat ini tengah digalakan guna mengatasi menipisnya persediaan minyak dunia dan harga minyak dunia yang terus merangkak naik. Pertamina selaku pemegang kendali pendistribusian BBM di Indonesia bekerja sama dengan PT. Marketing Sentratama Indonesia (PT. MSI) untuk proyek Konversi Minyak Tanah ke Gas Elpiji 3 Kg untuk Wilayah Jawa Tengah. PT.MSI adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penelitian pemasaran yang berdiri pada tanggal 9 September 1996. Dimana perusahaan ini mempunyai beberapa divisi, yang diantaranya adalah divisi riset. Perkembangan untuk divisi riset menjadi Frontier yang sekarang ini atau yang lebih dikenal dengan Frontier Consulting Group (FCG). Proyek Konversi Minyak Tanah ke Gas Elpiji 3 Kg, PT.MSI akan menjalankan divisi riset FCG untuk menangani proyek tersebut mulai dari pencacahan hingga pendistribusian berakhir untuk satu wilayah kerja.
PT. MSI dalam perjalanan bisnisnya banyak dihadapkan pada permasalahan proses-proses pengambilan keputusan. Salah satu permasalahan yang paling menonjol adalah penempatan pegawai untuk menduduki jabatan Koordinator Lapangan. Setelah pendistribusian tabung gas elpiji 3 Kg, kompor dan asesorisnya untuk wilayah Kabupaten Salatiga dan
Techno Science Vol . 2 No. 2 Oktober 2008 231
Kabupaten Klaten selesai di distribusikan PT. MSI mendapatkan kepercayaan dari PT. Pertamina untuk pendistribusian tabung gas elpiji 3 Kg, kompor dan asesorisnya untuk wilayah
Kabupaten Surakarta. Kekurangan-kekurangan dan kesalahan yang terjadi selama
pendistribusian untuk wilayah Kabupaten Salatiga dan Kabupaten Klaten mendapatkan perhatian serius dari pimpinan pusat PT. MSI yang berada di Jakarta. Salah satunya adalah kinerja dan kepemimpinan Koordinator Lapangan, dimana diketahui Koordinator Lapangan memegang peranan penting dalam kesuksesan pendistribusian tabung gas elpiji 3 Kg, kompor dan asesorisnya.
Mengingat begitu kompleksnya permasalahan yang terjadi selama proyek
pendistribusian, maka PT. MSI memutuskan untuk melakukan evaluasi kinerja Koordinator Lapangan untuk wilayah Kabupaten Klaten apakah memenuhi target dan layak untuk wilayah selanjutnya. Adapun beberapa alternatif calon yang diajukan untuk mengganti mempunyai kesamaan dalam kriteria yang sudah ditentukan termasuk Koordinator Lapangan yang masih menjabat untuk wilayah kerja Kabupaten Klaten yang kemungkinan diajukan kembali untuk menduduki jabatan Koordinator Lapangan, membuat permasalahan menjadi kompleks. Sistem yang akan dibuat untuk pengambilan keputusan adalah dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
2. TEORI
PRESTASI KERJA
Menurut Dessler (1997) dalam Nurmianto, dkk (2006) penilaian prestasi kinerja adalah suatu proses penilaian prestasi kinerja pegawai yang dilakukan pemimpin perusahaan secara sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Menurut Handoko (1996) penilaian
prestasi kinerja adalah proses mengevaluasi dan menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik
kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka.
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Menurut Supriyono, dkk (2007) metode AHP merupakan salah satu model untuk pengambilan keputusan yang dapat membantu kerangka berfikir manusia. Metode ini mula- mula dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada tahun 70-an. Dasar berpikirnya metode AHP adalah proses membentuk skor secara numerik untuk menyusun rangking setiap alternatif keputusan berbasis pada bagaimana sebaiknya alternatif itu dicocokkan dengan kriteria pembuat keputusan. Model ini dapat membantu kerangka berpikir manusia karena memasukkan persepsi manusia sebagai masukan kualitatif. Persepsi manusia yang dimasukan disini adalah persepsi dari para ahli (expert), yaitu orang yang mengerti benar permasalahan yang diajukan, merasakan akibat suatu masalah, atau mempunyai kepentingan terhadap masalah tersebut. Pada dasarnya AHP adalah motode memecahkan suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam komponen-komponennya, mengatur komponen- komponen tersebut dalam suatu hierarki, memasukkan nilai numerik sebagai pengganti persepsi manusia dalam melakukan perbandingan relatif, dan akhirnya menghasilkan suatu sintesa yang menetapkan urutan dan nilai prioritas dari komponen-komponen tersebut. Metode ini dikembangkan pada tahun 70-an oleh TL. Saaty.
Sedangkan menurut Sari (2006), metode AHP merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang melibatkan nilai privasi atau nilai preferensi dari seseorang, dengan cara menginputkan prioritas berupa matriks terhadap kriteria-kriteria yang ada, kemudian komputer akan melakukan komputasi, dari hasil tersebut akan didapatkan nilai persentase setiap pilihan, dan pilihan yang terbaik merupakan nilai prioritas yang memiliki persentase paling besar. AHP merupakan metode yang relative baru yang dipakai untuk pengambilan keputusan yang berbasis multi kriteria, AHP sangat baik dipakai untuk kriteria yang tidak saja melibatkan nilai riil, tetapi juga juga yang melibatkan nilai preferensi.
KOORDINATOR LAPANGAN
Koordinator adalah kelompok atau individu yang bertugas mengkoordinir bawahannya yang berada di dalam lingkup tugasnya. Disini Koordinator Lapangan diartikan sebagai pemegang komando ketika proyek pendistribusian proyek Konversi Minyak Tanah ke Gas Elpiji
Techno Science Vol . 2 No. 2 Oktober 2008 232
3 Kg sedang berjalan. Setiap individu dari jajaran struktur organisasi yang berada di bawahnya harus mentaati setiap arahan dari Korlap. Korlap memperoleh masukan informasi dari perangkat lain yang akan digunakannya untuk mengambil keputusan-keputusan penting.
KRITERIA KEMAMPUAN DASAR
Kemampuan dasar adalah yang harus sudah dikuasai oleh calon dan mampu menggunakannya baik dalam forum formal maupun informal serta mudah dimengerti, diantaranya
pendidikan, pelatihan, pengalaman, Bahasa Indonesia, salah satu bahasa asing dan komunikasi lisan dan tertulis.
KRITERIA KEMAMPUAN UMUM
Kemampuan umum adalah kemampuan individu untuk mengaplikasikan prinsip, proses, metode dalam menjalankan aktifitasnya pada pekerjaan dan penugasannya. Diantaranya pengambilan keputusan, kepemimpinan, tanggung jawab terhadap pekerjaan, kerjasama baik vertical maupun horisontal dan prestasi kerja.
KRITERIA KEAHLIAN DAN KECAKAPAN
Keahlian Kecakapan adalah kemampuan untuk mengaplikasikan penguasaan di bidang tertentu yang dimiliki individu dan menerapkannya pada bidang pekerjaan dan penugasannya. Diantaranya mendistribusikan pekerjaan dan kewenangan, menyusun perencanaan kegiatan distribusi, memimpin dan melakukan pembinaan kemampuan personil serta melaksanakan kegiatan opersional.
KRITERIA PENGETAHUAN PEMAHAMAN
Pengetahuan Pemahaman adalah kemampuan khusus yang dimiliki individu dan menguasai bidang tertentu serta mampu menerapkannya pada bidang pekerjaan dan penugasannya.
PENGOLAHAN DATA PERBANDINGAN BERPASANGAN
Hasil dari pengumpulan data dan penyebaran kuesioner, selanjutnya diolah. Data hasil kuesioner kemudian dirata- ratakan dengan menggunakan metode rata- rata ukur atau rata- rata geometrik yaitu data hasil penilaian preferensi responden dipangkatkan dengan jumlah responden yang memberikan nilai tersebut dan diakar dengan jumlah keseluruhan responden yang memberikan penilaian. Penetapan nilai menggunakan skala perbandingan berpasangan, yaitu:
1 : Kedua Kriteria sama penting.
3 : Kriteria yang satu sedikit lebih penting dibanding yang lainnya. 5 : Kriteria yang satu kuat pentingnya dibanding yang lainnya. 7 : Kriteria yang satu sangat kuat pentingnya dibanding yang lainnya. 9 : Kriteria yang satu mutlak pentingnya dibanding yang lainnya. 2,4,6,8 : Nilai diantara 2 pertimbangan yang berdekatan.
3. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada pegawai yang terlibat dalam pendistribusian tabung gas elpiji 3 Kg, kompor dan asesorisnya untuk wilayah Kabupaten Klaten, namun pembagian kuesioner hanya untuk jabatan tertentu seperti hanya untuk jabatan SPV Project, SPV (Supervisor), DE (Data Entry), Administrasi, Bagian Gudang, QC (Quality Control) dan Checker karena pegawai pada jabatan ini memiliki tingkat pendidikan yang cukup dan merupakan suatu bentuk tim untuk wilayah pendistribusian selanjutnya. Kuesioner yang dibagikan berisi item-item mengenai kriteria-kriteria dan subkriteria yang diajukan kepada responden untuk melakukan penilaian bukan membuat perbandingan. Nilai yang didapat dari pengisian kuesioner akan dimasukan ke dalam tabel untuk dilakukan pengolahan. Dari kuesioner yang dibagikan kepada 10 responden untuk mengisi nilai setiap calon alternatif berpasangan untuk setiap sukriteria.
Techno Science Vol . 2 No. 2 Oktober 2008 233
4. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1 PENGISIAN BILANGAN MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN ANTAR SUB KRITERIA
Pengisian Persepsi responden pada intinya adalah pengisian matriks perbandingan. Untuk mengisi matriks perbandingan berpasangan, digunakan bilangan untuk menggambarkan relatif pentingnya suatu elemen atau criteria dibanding yang lainnya yang berkenaan dengan sifat diatasnya.
Untuk pengisian matriks simetris berukuran 3 x 3 tersebut responden cukup mengisi sel a12, a13 dan a23. Sedangkan sel a21, a31 dan a32 hanyalah kebalikan atau resiprokal dari sel-sel tersebut. Tiga sel lainnya yang terletak dalam posisi diagonal dari kiri atas ke kanan bawah sudah pasti diisi dengan angka satu (1) karena yang dibandingkan adalah dua elemen yang sama. Angka terkecil yang mungkin dalam matriks tersebut adalah 1/9 dan yang terbesar 9/1.
Cara pengisian matriks perbandingan berpasangan adalah sebagai berikut :
a) Hasil rata-rata ukur atau rata-rata geometric dimasukan dalam setiap sel atau entry pada matriks perbandingan berpasangan.
b) Perhitungan bobot prioritas dengan cara membagi setiap angka (skala) dalam suatu kolom dengan jumlah kolom tersebut dan dilakukan hal yang sama pada setiap kolom
c) Kemudian angka (skala) baru yang dihasilkan dari pembagian tersebut dijumlahkan menurut baris untuk setiap elemen.
d) Jumlah setiap baris dibagi dengan totalnya agar didapatkan prioritas akhir dari setiap elemen dengan total bobot prioritas sama dengan satu. Proses yang dilakukan untuk membuat total bobot prioritas sama dengan satu biasa disebut proses normalisasi.
4.2 MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN ANTAR SUB KRITERIA KEMAMPUAN DASAR
Pengisian bilangan matriks dan penentuan bobot prioritas untuk sub criteria kemampuan dasar adalah sebagai berikut :
Techno Science Vol . 2 No. 2 Oktober 2008 234
Tabel 1 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria PendidikanPENDIDIKAN A B C A 1,00 2,00 3,00 B 0,50 1,00 3,00 C 0,33 0,33 1,00 JUMLAH 1,83 3,33 7,00 PENDIDIKAN A B C PRIORITAS A 0,546 0,601 0,429 0,525 B 0,273 0,300 0,429 0,334 C 0,180 0,099 0,143 0,141
Tabel 2 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Pelatihan PELATIHAN A B C A 1,00 0,50 2,00 B 2,00 1,00 3,00 C 0,50 0,33 1,00 JUMLAH 3,50 1,83 6,00 PELATIHAN A B C PRIORITAS A 0,286 0,273 0,333 0,297 B 0,571 0,546 0,500 0,539 C 0,143 0,180 0,167 0,163
Tabel 3 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Pengalaman
PENGALAMAN A B C A 1,00 2,00 4,00 B 0,50 1,00 3,00 C 0,25 0,33 1,00 JUMLAH 1,75 3,33 8,00 PENGALAMAN A B C PRIORITAS A 0,571 0,601 0,500 0,557 B 0,286 0,300 0,375 0,320 C 0,143 0,099 0,125 0,122
Techno Science Vol . 2 No. 2 Oktober 2008 235
Tabel 4 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Bahasa Indonesia
BAHASA INDONESIA A B C A 1,00 4,00 1,00 B 0,25 1,00 0,50 C 1,00 2,00 1,00 JUMLAH 2,25 7,00 2,50 BAHASA INDONESIA A B C PRIORITAS A 0,444 0,571 0,400 0,472 B 0,111 0,143 0,200 0,151 C 0,444 0,286 0,400 0,377
Tabel 5 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Salah Satu Bahasa Asing
SALAH SATU BAHASA ASING A B C A 1,00 2,00 0,25 B 0,50 1,00 0,20 C 4,00 5,00 1,00 JUMLAH 5,50 8,00 1,45 SALAH SATU
BAHASA ASING A B C PRIORITAS
A 0,182 0,250 0,172 0,201
B 0,091 0,125 0,138 0,118
C 0,727 0,625 0,690 0,681
Tabel 6 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Komunikasi
KOMUNIKASI A B C A 1,00 1,00 0,50 B 1,00 1,00 1,00 C 2,00 1,00 1,00 JUMLAH 4,00 3,00 2,50 KOMUNIKASI A B C PRIORITAS A 0,250 0,333 0,200 0,261 B 0,250 0,333 0,400 0,328 C 0,500 0,333 0,400 0,411
4.3 MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN ANTAR SUB KRITERIA KEMAMPUAN UMUM
Pengisian bilangan matriks dan penentuan bobot prioritas untuk sub criteria kemampuan umum adalah sebagai berikut :
Tabel 7 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Pengambilan Keputusan
PENGAMBILAN KEPUTUSAN A B C A 1,00 1,00 2,00 B 1,00 1,00 3,00 C 0,50 0,33 1,00 JUMLAH 2,50 2,33 6,00 PENGAMBILAN KEPUTUSAN A B C PRIORITAS A 0,400 0,429 0,333 0,388 B 0,400 0,429 0,500 0,443 C 0,200 0,142 0,167 0,169
Tabel 8 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Kepemimpinan KEPEMIMPINAN A B C A 1,00 1,00 2,00 B 1,00 1,00 1,00 C 0,50 1,00 1,00 JUMLAH 2,50 3,00 4,00 KEPEMIMPINAN A B C PRIORITAS A 0,400 0,333 0,500 0,411 B 0,400 0,333 0,250 0,328 C 0,200 0,333 0,250 0,261
Tabel 9 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Tanggung Jawab Terhadap Pekerjaan
TANGGUNG JAWAB A B C A 1,00 0,33 2,00 B 3,00 1,00 4,00 C 0,50 0,25 1,00 JUMLAH 4,50 1,58 7,00 TANGGUNG JAWAB A B C PRIORITAS A 0,222 0,209 0,286 0,239 B 0,667 0.633 0,571 0,624 C 0,111 0.158 0,143 0,137
Techno Science Vol . 2 No. 2 Oktober 2008 236
Tabel 10 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Kerja Sama
KERJASAMA A B C A 1,00 2,00 0,25 B 0,50 1,00 0,25 C 4,00 4,00 1,00 JUMLAH 5,50 7,00 1,50 KERJASAMA A B C PRIORITAS A 0,182 0,286 0,167 0,211 B 0,091 0,143 0,167 0,133 C 0,727 0,571 0,667 0,655
Tabel 11 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Prestasi Kerja
PRESTASI KERJA A B C A 1,00 2,00 1,00 B 0,50 1,00 1,00 C 1,00 1,00 1,00 JUMLAH 2,50 4,00 3,00 PRESTASI KERJA A B C PRIORITAS A 0,400 0,500 0,333 0,411 B 0,200 0,250 0,333 0,261 C 0,400 0,250 0,333 0,328
4.4. MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN ANTAR SUB KRITERIA KEAHLIAN/KECAKAPAN
Pengisian bilangan matriks dan penentuan bobot prioritas untuk sub criteria Keahlian dan kecakapan adalah sebagai berikut :
Tabel 12 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Mendistribusikan Pekerjaan dan Kewenangan MENDISTRIBUSIKAN PEKERJAAN DAN KEWENANGAN A B C A 1,00 3,00 3,00 B 0,33 1,00 2,00 C 0,33 0,50 1,00 JUMLAH 1,66 4,50 6,00 MENDISTRIBUSIKAN PEKERJAAN DAN KEWENANGAN A B C PRIORITAS A 0,602 0,667 0,500 0,590 B 0,199 0,222 0,333 0,251 C 0,199 0,111 0,167 0,159
Tabel 13 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Menyusun Perencaaan Kegiatan Distribusi MENYUSUN PERENCANAAN A B C A 1,00 2,00 5,00 B 0,50 1,00 1,00 C 0,20 1,00 1,00 JUMLAH 1,70 4,00 7,00 MENYUSUN PERENCANAAN A B C PRIORITAS A 0,588 0,500 0,714 0,601 B 0,294 0,250 0,143 0.229 C 0,118 0,250 0,143 0,170
Tabel 14 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Memimpin dan Melakukan Pembinaan MEMIMPIN DAN MELAKUKAN PEMBINAAN A B C A 1,00 2,00 3,00 B 0,50 1,00 1,00 C 0,33 1,00 1,00 JUMLAH 1,83 4,00 5,00 MEMIMPIN DAN MELAKUKAN PEMBINAAN PERSONIL A B C PRIORITAS A 0,546 0,500 0,600 0,549 B 0,273 0,250 0,200 0,241 C 0,180 0,250 0,200 0,210
Techno Science Vol . 2 No. 2 Oktober 2008 237
Tabel 15 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Melaksanakan Kegiatan Operasional
MELAKSANAKAN KEGIATAN OPERASIONAL A B C A 1,00 2,00 0,33 B 0,50 1,00 0,25 C 3,00 4,00 1,00 JUMLAH 4,50 7,00 1,58 MELAKSANAKA N KEGIATAN OPERASIONAL A B C PRIORITAS A 0,222 0,286 0,209 0,239 B 0,111 0,143 0,158 0,137 C 0,667 0,571 0.633 0,624
MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN ANTAR SUB KRITERIA PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN
Pengisian bilangan matriks dan penentuan bobot prioritas untuk sub criteria pengetahuan dan pemahaman adalah sebagai berikut :
Tabel 16 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Pemahaman Tentang Sistem Distribusi PEMAHAMAN TENTANG SISTEM DISTRIBUSI A B C A 1,00 1,00 4,00 B 1,00 1,00 5,00 C 0,25 0,20 1,00 JUMLAH 2,25 2,20 10,00 PEMAHAMAN TENTANG SISTEM DISTRIBUSI A B C PRIORITAS A 0,444 0,455 0,400 0,433 B 0,444 0,455 0,500 0,466 C 0,111 0,091 0,100 0,101
Tabel 17 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Pemahaman Tentang Kegiatan Distribusi PEMAHAMAN TENTANG KEGIATAN DISTRIBUSI A B C A 1,00 3,00 0,33 B 0,33 1,00 0,20 C 3,00 5,00 1,00 JUMLAH 4,33 9,00 1,53 PEMAHAMAN TENTANG KEGIATAN DISTRIBUSI A B C PRIORITAS A 0,231 0,333 0,216 0,260 B 0,076 0,111 0,131 0,106 C 0,693 0,556 0,654 0,634
Tabel 18 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Pengetahuan Kepemimpinan
PENGETAHUAN KEPEMIMPINAN A B C A 1,00 0,33 0,50 B 3,00 1,00 2,00 C 2,00 0,50 1,00 JUMLAH 6,00 1,83 3,50 PENGETAHUAN KEPEMIMPINAN A B C PRIORITAS A 0,167 0,180 0,143 0,163 B 0,500 0,546 0,571 0,539 C 0,333 0,273 0,286 0,297
Tabel 10 Matriks Perbandingan Berpasangan Untuk Sub Kriteria Kerja Sama
MANAJEMEN OPERASIONAL A B C A 1,00 2,00 2,00 B 0,50 1,00 0,50 C 0,50 2,00 1,00 JUMLAH 2,00 5,00 3,50 MANAJEMEN OPERASIONAL A B C PRIORITAS A 0,500 0,400 0,571 0,490 B 0,250 0,200 0,143 0,198 C 0,250 0,400 0,286 0,312
Techno Science Vol . 2 No. 2 Oktober 2008 238
HASIL PERHITUNGAN PRIORITAS1. Kemampuan Dasar
Sub Kriteria Calon A Calon B Calon C
Pendidikan 0,525 0,334 0,141
Pelatihan 0,297 0,539 0,163
Pengalaman 0,557 0,320 0,122
Kemampuan Bahasa Indonesia 0,472 0,151 0,377 Kemampuan Menguasai Bahasa Asing 0,201 0,118 0,681
Komunikasi 0,261 0,328 0,411
2. Kemampuan Umum
Sub Kriteria Calon A Calon B Calon C
Pengambilan Keputusan 0,388 0,443 0,169
Kepemimpinan 0,411 0,328 0,261
Tanggung Jwab Terhadap Pekerjaan 0,239 0,624 0,137 Kerjasama baik Vertikal dan Horisontal 0,211 0,133 0,655 Prestasi Kerja 0,411 0,261 0,328
3. Keahlian dan Kecakapan
Sub Kriteria Calon A Calon B Calon C
Mendistribusikan Pekerjaan dan Kewenangan 0,590 0,251 0,159 Menyusun Perencanaan Kegiatan
Distribusi 0,601 0,229 0,170
Memimpin dan Pembinaan Kemampuan Personil 0,549 0,241 0,210 Melaksanakan Kegiatan Operasional 0,239 0,137 0,624
4. Pengetahuan dan Pemahaman
Sub Kriteria Calon A Calon B Calon C
Pemahaman Tentang Sistem Distribusi 0,433 0,466 0,101 Pemahaman Tentang Kegiatan Distribusi 0,260 0,106 0,634 Pengetahuan Tentang Kepemimpinan 0,163 0,539 0,297 Pengetahuan Tentang Penyelenggaraan Manajemen
Operasional 0,490 0,198 0,312
PENETAPAN KONSISTENSI MATRIKS PERBANDINGAN BERPASANGAN CALON ALTERNATIF ANTAR SUB KRITERIA
Pengukuran konsitensi suatu hirarki dilakukan dengan cara mengalikan setiap entri matriks berpasangan dengan prioritas kriterianya, kemudian menjumlahkannya dalam setiap baris. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan suatu bilangan serupa yang diperoleh untuk matriks- matriks dengan ukuran yang sama. Nilai rasio konsistensi harus 10 % atau kurang. Jika lebih dari 10 %, pertimbangan itu mungkin agak acak dan perlu diperbaiki. Batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku, hanya menurut beberapa eksperiman dan pengalaman tingkat inkonsitensi sebesar 10 % kebawah adalah tingkat inkonsistensi yang masih bisa diterima.
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek-obyek yang serupa dapat dikelompokan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Contohnya, jeruk dan bola tennis dapat dikelompokan dalam himpunan yang seragam, jika bulat merupakan kriterianya, tetapi tidak dapat jika rasa sebagai kriterianya. Arti kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antara obyek- obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu. Contohnya, jika manis merupakan kriteria dan madu dinilai 5 X lebih manis dibanding gula, dan gula 2 X lebih manis dibanding sirup, maka seharusnya madu dinilai 10 X lebih manis dibanding sirup. Jika madu hanya dinilai 4 X manisnya dibanding sirup, maka penilaian tidak konsisten dan proses harus diulang jika ingin memperoleh penilaian yang lebih tepat.
Techno Science Vol . 2 No. 2 Oktober 2008 239
Berdasarkan hasil perhitungan semua antar sub kriteria untuk masing – masing calon adalah konsisten yaitu CR <10%.
4.8. ANALISIS DATA
Setelah semua matriks perbandingan lengkap terisi dan diperiksa konsistensinya, maka langkah selanjutnya adalah menentukan sintesa akhir dari hirarki yang merupakan tujuan utama dibuatnya suatu model AHP.
1) Sasaran Kriteria Kemampuan Dasar
Dalam sasaran kemampuan dasar ini yang memberikan pengaruh urutannya adalah pengalaman, pendidikan, komunikasi, pelatihan, bahasa indonesia dan salah satu bahasa asing dan hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan = 0,263 x 0,173 = 0,045
2. Pelatihan = 0,263 x 0,126 = 0,033
3. Pengalaman = 0,263 x 0,395 = 0,104
4. Bahasa Indonesia = 0,263 x 0,103 = 0,027
5. Salah Satu Bahasa Asing = 0,263 x 0,061 = 0,016
6. Komunikasi = 0,263 x 0,142 = 0,037
2) Sasaran Kriteria Kemampuan Umum
Dalam sasaran kemampuan umum ini yang memberikan pengaruh urutannya adalah tanggung jawab terhadap pekerjaan, pengambilan keputusan, kerjasama vertical maupun horizontal dan prestasi kerja. Dan hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan Keputusan = 0,431 x 0,235 = 0,101
2. Kepemimpinan = 0,431 x 0,077 = 0,033
3. Tanggung Jawab Terhadap Pekerjaan = 0,431 x 0,469 = 0,202 4. Kerjasama Vertikal Maupun Horisontal = 0,431 x 0,129 = 0,056
5. Prestasi Kerja = 0,431 x 0,090 = 0,039
3) Sasaran Kriteria Keahlian dan Kecakapan
Dalam sasaran keahlian dan kecakapan ini yang memberikan pengaruh urutannya adalah mendistribusikan pekerjaan dan kewenangan, menyusun perencanaan kegiatan distribusi, melaksanakan kegiatan operasional, memimpin dan melakukan pembinaan personil. Dan hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Mendistribusikan Pekerjaan dan Kewenangan = 0,211 x 0,493 = 0,104 2. Menyusun Perencanaan Kegiatan Distribusi = 0,211 x 0,265 = 0,056 3. Memimpin dan Melakukan Pembinaan Personil = 0,211 x 0,090 = 0,019
4. Melaksanakan Kegiatan Operasional = 0,211 x 0,152 = 0,032
4) Sasaran Kriteria Keahlian dan Kecakapan
Dalam sasaran keahlian dan kecakapan ini yang memberikan pengaruh urutannya adalah mendistribusikan pekerjaan dan kewenangan, menyusun perencanaan kegiatan distribusi, melaksanakan kegiatan operasional, memimpin dan melakukan pembinaan personil. Dan hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Mendistribusikan Pekerjaan dan Kewenangan = 0,096 x 0,472 = 0,045 2. Menyusun Perencanaan Kegiatan Distribusi = 0,096 x 0,107 = 0,010 3. Memimpin dan Melakukan Pembinaan Personil = 0,096 x 0,111 = 0,011
4. Melaksanakan Kegiatan Operasional = 0,096 x 0,310 = 0,030
Untuk langkah selanjutnya adalah menghitung prioritas akhir setiap alternatif terhadap semua criteria dalam semua sasaran. Prioritas akhir setiap alternatif ditentukan dengan cara menjumlahkan semua prioritas dari criteria tiap calon alternatif atau kandidat.
Prioritas tersebut diperoleh dengan cara mengalikan bobot nilai setiap kcriteria dan sub kriteria dengan prioritas masing-masing alternatif calon kandidat. Bobot prioritas akhir untuk masing-masing calon kandidat adalah sebagai berikut :
Techno Science Vol . 2 No. 2 Oktober 2008 240
A. Alternatif I : Calon A
a. Kriteria Kemampuan Dasar
( 0,045 x 0,525 ) + ( 0,033 x 0,297 ) + ( 0,104 x 0,557 ) + ( 0,027 x 0,472) + ( 0,016 x 0,201 ) + ( 0,037 x 0,261 ) = 0,116
b. Kriteria Kemampuan Umum
( 0,101 x 0,388 ) + ( 0,033 x 0,411 ) + ( 0,202 x 0,239 ) + ( 0,056 x 0,211) + ( 0,039 x 0,411 ) = 0,117
c. Kriteria Keahlian dan Kecakapan
( 0,104 x 0,590 ) + ( 0,056 x 0,601 ) + ( 0,019 x 0,549 ) + ( 0,032 x 0,239) = 0,113 d. Pengetahuan dan Pemahaman
( 0,045 x 0,433 ) + ( 0,010 x 0,260 ) + ( 0,011 x 0,163 ) + ( 0,030 x 0,490) = 0,039
Sehingga jumlah keseluruhan dari tiap criteria adalah : 0,116 + 0,117 + 0,113 + 0,039 = 0,385
Artinya bahwa calon alternatif A menempati urutan pertama ( 1 ) dengan prioritas akhir 0,385. Dan terhadap keempat kriteria yang diajukan sebagai prioritas sasaran, calon A sangat dominan pada criteria kemampuan dasar dan keahlian dan kecakapan dibanding calon yang lain, dengan prioritas akhir 0,116 dan 0,117. Terlihat sekali bahwa calon A sangat dominan dengan prioritas akhir tertinggi pada tiga criteria yang diajukan sebagai prioritas sasaran , yaitu kemampuan dasar, kehlian dan kecakapan, pengetahuan dan pemahaman.
B. Alternatif I : Calon B
a. Kriteria Kemampuan Dasar
( 0,045 x 0,334 ) + ( 0,033 x 0,539 ) + ( 0,104 x 0,320 ) + ( 0,027 x 0,151) + ( 0,016 x 0,118 ) + ( 0,037 x 0,328 ) = 0,084
b. Kriteria Kemampuan Umum
( 0,101 x 0,443 ) + ( 0,033 x 0,328 ) + ( 0,202 x 0,624 ) + ( 0,056 x 0,133) + ( 0,039 x 0,261 ) = 0,192
c. Kriteria Keahlian dan Kecakapan
( 0,104 x 0,251 ) + ( 0,056 x 0,229 ) + ( 0,019 x 0,241 ) + ( 0,032 x 0,137 ) = 0,048 d. Kriteria Keahlian dan Kecakapan
( 0,045 x 0,466) + ( 0,010 x 0,106 ) + ( 0,011 x 0,539 ) + ( 0,030 x 0,198 ) = 0,034 Sehingga jumlah keseluruhan :
0,084 + 0,192 + 0,048 + 0,034 = 0,357
Artinya bahwa calon alternatif B menempati urutan kedua ( 2 ) dengan prioritas akhir 0,357. Dan terhadap keempat kriteria yang diajukan sebagai prioritas sasaran, calon B sangat dominan pada criteria kemampuan umum dibanding calon yang lain, dengan prioritas akhir 0,192. Namun calon B sangat lemah pada criteria keahlian dan kecakapan dengan prioritas akhir 0,048 dan menduduki peringkat paling bawah untuk criteria ini.
C. Alternatif I : Calon C
a. Kriteria Kemampuan Dasar
( 0,045 x 0,141 ) + ( 0,033 x 0,163 ) + ( 0,104 x 0,122 ) + ( 0,027 x 0,377) + ( 0,016 x 0,681 ) + ( 0,037 x 0,411 ) = 0,061
b. Kriteria Kemampuan Umum
( 0,101 x 0,169 ) + ( 0,033 x 0,261 ) + ( 0,202 x 0,137 ) + ( 0,056 x 0,655) + ( 0,039 x 0,328 ) = 0,093
c. Kriteria Keahlian dan Kecakapan
( 0,104 x 0,159 ) + ( 0,056 x 0,170 ) + ( 0,019 x 0,210 ) + ( 0,032 x 0,624) = 0,050 d. Kriteria Pengetahuan dan Pemahaman
( 0,045 x 0,101) + ( 0,010 x 0,634 ) + ( 0,011 x 0,297 ) + ( 0,030 x 0,312 ) = 0,024 Sehingga jumlah keseluruhan :
0,061 + 0,093 + 0,050 + 0,024 = 0,227
Artinya bahwa calon alternatif C menempati urutan tketiga ( 3 ) atau terakhir dengan prioritas akhir 0,227. Dan terhadap keempat kriteria yang diajukan sebagai prioritas sasaran, calon C sangat lemah. Prioritas akhirnya pada setiap kriteria menempati urutan terakhir dibanding
Techno Science Vol . 2 No. 2 Oktober 2008 241
calon yang lain, hanya untuk kriteria kehlian dan kecakapan calon C menempati urutan kedua dengan prioritas akhir 0,050.
PENENTUAN PERINGKAT ALTERNATIF
Setelah data tentang prioritas dikumpulkan, sebagai langkah terakhir untuk menentukan peringkat masing – masing hasil calon alternatif adalah mengambil hasil prioritas akhir kemudian dibuat suatu peringkat seperti pada tabel berikut ini :
Penetuan Peringkat Alaternatif
Peringkat Alternatif Bobot Prioritas Akhir
I Calon / Kandidat A 0,385
II Calon / Kandidat B 0,357
III Calon / Kandidat C 0,227
Dari perhitungan diatas, maka dapat ditentukan calon kandidat yang dipilh adalah calon kandidat A dengan nilai prioritas akhir 0,385.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil perhitungan dengan menggunakan Metode AHP dapat ditarik kesimpulan bahwa Kriteria yang paling berpengaruh terhadap penempatan karyawan untuk menduduki jabatan sebagai Koordinator Lapangan adalah Kemampuan Umum dengan bobot prioritas = 0,431 dan Kemampuan Dasar = 0,263, Keahlian dan Kecakapan = 0,211 dan Pengetahuan Pemahaman dengan bobot prioritas = 0,096. Berdasarkan kriteria didapatkan besarnya bobot prioritas akhir secara keseluruhan untuk Calon A = 0,385, Calon B = 0,357, dan Calon C = 0,227. Dari bobot prioritas akhir keseluruhan, maka calon yang terpilih adalah calon A dengan nilai prioritas tertinggi yaitu 0,385. Berdasarkan peringkat bobot prioritas maka Calon B Koordinator Lapangan untuk wilayah distribusi Kabupaten Klaten, masih merupakan calon terkuat untuk menduduki jabatan Koordinator Lapangan untuk wilayah distribusi Kabupaten Surakarta.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah untuk jabatan Koordinator Lapangan A merupakan alternatif terbaik untuk menduduki jabatan tersebut dengan nilai prioritas akhir tertinggi diantara tiga calon alternatif yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hendra Putra. 2003. Faktor Yang Paling Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Pada
PT Sunan Rubber Palembang. Kompilasi Jurnal Skripsi TI STT Musi Palembang
[2] Nurmianto, Eko. 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Guna Widya. Surabaya [3] Nurmianto, Eko. Nurhadi Siswanto. Sapuan. 2006. Perancangan Penilaian Kinerja Karyawan
Berdasarkan Kompetensi Spencer dengan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus di Sub Dinas Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum, Kota Probolinggo). JURNAL
TEKNIK INDUSTRI VOL. 8, NO. 1, JUNI 2006 : 40-53
[4] Sari, Olga Ceria. 2006. Optimasi Pemilihan Ruko Menggunakan Analytical Hierarchy
Process (AHP), JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI
SURABAYA
[5] Supriyono. Wisnu Arya Wardhana. Sudaryo. 2007. Sistem Pemilihan Pejabat Struktural
Dengan Metode AHP, SEMINAR NASIONAL III SDM TEKNOLOGI NUKLIR YOGYAKARTA. 21
– 22 NOVEMBER. ISSN 1978-0176