• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Kepatuhan (Compliance Theory) selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor X.K.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Kepatuhan (Compliance Theory) selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor X.K."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Landasan Teori

2.1.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan tahunan perusahaan public di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, dan selanjutnya diatur dalam Peraturan Bapepam-LK Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala. Peraturan-peraturan tersebut secara hukum mengisyaratkan adanya kepatuhan setiap perilaku individu maupun organisasi (perusahaan publik) yang terlibat di pasar modal Indonesia untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan secara tepat waktu kepada Bapepam-LK. Hal tersebut sesuai dengan teori kepatuhan

(compliance theory). Hendrich dalam Sinaga (2014:14) menyatakan bahwa, terdapat dua perspektif dasar mengenai kepatuhan hukum yaitu instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan-tanggapan terhadap perubahan insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normative berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka.

Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu-ilmu sosial khususnya di bidang psikologi dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu.

(2)

Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka.

2.1.2 Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen

(stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya (PSAK No. 1 Paragraf 12 Tahun 2007).

Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Pelaporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang mengkomunikasikan keadaan keuangan dari hasil operasi perusahaan dalam periode tertentu kepada pihak-pihak yang berkepentingan sehingga manajemen mendapatkan informasi yang bermanfaat. Laporan keuangan mempunyai tujuan utama yakni memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis. Para pemakai laporan keuangan akan menggunakannya untuk meramalkan, membandingkan, dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan ekonomi yang diambilnya.

Tujuan pelaporan keuangan pada intinya terfokus pada pemberian informasi yang bermanfaat bagi para penggunanya dalam setiap membuat keputusan ekonomi. Terkait dengan pelaporan keuangan, karakterisitik kualitatif merupakan salah satu elemen dari laporan keuangan . Karakteristik kualitatif informasi lingkungan memberikan pengguna laporan keuangan satu pilihan di antara berbagai alternatif pelaporan dan akuntansi. Karakteristik ini pada mulanya didefinisikan sebagai sifat informasi yang penting agar membuatnya berguna. Karakteristik kualitatif juga membantu menjawab pertanyaan tentang karakteristik informasi akuntansi apa yang membuat informasi bermanfaat dalam setiap pengambilan keputusan (Ikhsan dan Suprasto, 2008:107).

(3)

Karakteristik kualitatif informasi akuntansi adalah sebagai berikut: 1. Pembuat keputusan dan dapat dipahami

Informasi akuntansi harus dapat dipahami dan digunakan (dapat mengubah perilaku) dalam pengambilan keputusan.

2. Kualitas Primer

a. Relevansi (relevance). Tepat waktu merupakan kata kunci yang terkandung dalam relevansi, artinya apabila informasi yang dibutuhkan tersedia setelah pengambilan keputusan dilakukan, maka nilai informasi tersebut tidak lagi berguna. b. Dapat dipercaya (Reliability). Untuk dapat dipercaya,

informasi akuntansi harus memiliki tiga karakteristik, yaitu: • Daya uji (verifiability). Konsep ini berarti, bahwa

informasi dapat dibuktikan kebenarannya apabila suatu tingkat kesepakatan yang tinggi dapat diamankan dan dibuktikan dengan pengukur independen dengan metode pengukuran yang sama.

• Kejujuran penyajian (represantation faithfulness).

Konsep ini berarti bahwa kesesuaian hubungan atau kesepakatan antara angka akuntansi dan penjelasan dengan sumber atau kejadian dimana angka dan penjelasan benar-benar didukung bukti nyata.

• Netralitas (neutrality). Konsep ini berarti, bahwa informasi tidak dapat dipilih untuk tujuan menguntungkan satu atau sekelompok pihak yang berkepentingan terhadap pihak lain.

3. Kualitas Sekunder

a. Komparabilitas atau Daya Banding (comparability).

Hakikat dari pengertian daya banding (comparability)

adalah bahwa informasi akan semakin bermanfaat jika dapat dikaitkan dengan ukuran atau standar tertentu.

b. Konsistensi (consistency). Mengingat banyaknya alternatif pelaporan yang ada, metode yang dianut perusahaan haruslah digunakan secara konsisten (ajeg) agar kontinuitas dan komparabilitas di dalam laporan keuangan dapat tercapai (SFAC No. 2 dalam Santoso, 2007:22-24).

Sesuai dengan tujuan dan karakteristiknya, laporan keuangan akan memberikan manfaat yang optimal bagi para penggunanya untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan jika dapat dipublikasikan tepat waktu.

(4)

2.1.3 Auditing dan Standar Pelaporan Audit 2.1.3.1Pengertian Audit

Definisi auditing adalah sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Boynton dkk, 2003:5).

Tujuan audit secara umum atas laporan keuangan oleh auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran dalam semua hal yang material, posisi keuangan hasil usaha dan arus kas yang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan.

Terdapat tiga jenis audit diantaranya sebagai berikut: 1) Audit Laporan Keuangan

Audit laporan keuangan (financial statement audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikann secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Secara signifikan, audit laporan keuangan dapat menurunkan risiko investor dan kreditor dalam membuat berbagai keputusan investasi dengan tidak menggunakan informasi yang bermutu rendah.

2) Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu. Laporan audit kepatuhan umumnya ditujukan kepada otoritas yang menerbitkan kriteria tersebut dan dapat terdiri dari (1) ringkasan temuan atau (2) pernyataan keyakinan mengenai derajat kepatuhan dengan kriteria tersebut.

(5)

3) Audit Operasional

Audit operasional (operational audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu (Boynton, dkk, 2003:6-7).

2.1.3.2Standar Auditing

“Standar auditing yang diakui secara luas dalam kaitan dengan profesi akuntan publik dikenal dengan sebutan the ten generally accepted auditing standards (sepuluh standar auditing yang berlaku umum)” (Boynton dkk, 2003:61).

Adapun Standar Auditing yang Berlaku Umum (GAAS) yakni sebagai berikut:

a. Standar Umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.

2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.

3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

b. Standar Pekerjaan Lapangan

1. Pekerjaan harus dilaksanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus supervise dengan semestinya.

2. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang harus dilakukan.

3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

c. Standar Pelaporan

1. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan kuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

(6)

2. Laporan audit harus menunjukkan keadaan yang ada di dalammya prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.

3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit.

4. Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal yang mana suditor dihubungkan dengan laporan keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor (Boynton dkk, 2003:62).

2.1.4 Audit Delay

Audit delay mengimplikasikan bahwa laporan keuangan disajikan pada suatu interval waktu, maksudnya untuk menjelaskan perubahan di dalam perusahaan yang mungkin mempengaruhi pengguna pada waktu membuat prediksi dan keputusan. Apabila informasi tersebut tidak disampaikan tepat waktu akan menyebabkan informasi kehilangan nilainya di dalam mempengaruhi kualitas keputusan.

Beberapa pengertian mengenai audit delay atau ketepatwaktuan pelaporan keuangan sebagai berikut:

“the number of days between the date of the financial statement and the date of the auditors report was used to measure the audit delay” (Ahmad dan Kamarudin, 2003:7).

(7)

Audit Delay adalah lamanya hari yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan audit” (Prayogi, 2012:3).

Audit Delay adalah “Perbedaan waktu antara tanggal laporan keuangan dengan tanggal laporan auditor independen” (Iskandar dan Trisnawati, 2010:181).

Audit Delay merupakan lamanya / rentang waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tangga l diterbitkannya laporan audit. Audit delay inilah yang dapat mempengaruhi ketepatan informasi yang dipublikasikan, sehingga akan berpengaruh terhadap tingkat ketidakpastian keputusan yang berdasarkan informasi yang dipublikasikan (Kartika, 2011:155). Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian audit delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari perbedaan waktu antara tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tercantum pada laporan audit independen. 2.1.5 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah jumlah total asset yang dimiliki perusahaan. “Aset terdiri atas aset lancar (current assets) dan aset tak lancar

(non-current assets) atau aset tetap (fixed assets)” (Asnawi dan Wijaya, 2010:18). Perusahaan yang memiliki total asset yang besar umumnya merupakan perusahaan yang besar.

Manajemen dengan skala besar cenderung diberikan insentif untuk mempercepat penerbitan laporan keuangan auditan disebabkan perusahaan berskala besar dimonitor secara ketat oleh investor,

(8)

pengawas permodalan dan pemerintah sehingga cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan laporan keuangan auditan lebih awal. Jadi, semakin besar ukuran perusahaan, maka audit delaynya semakin pendek (Kartika, 2011:159).

“Ukuran perusahaan adalah suatu ukuran perusahaan yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Ukuran perusahaan ditandai dengan beberapa ukuran antara lain total penjualan, total asset, log size, jumlah pegawai, nilai pasar perusahaan, dan nilai buku perusahaan” (Rochimawati, 2008:3).

Perusahaan yang memiliki ukuran relatif lebih besar, biasanya memiliki audit delay yang lebih singkat, karena perusahaan ini dimonitor oleh investor, pengawas modal, dan pemerintah. Hal ini memaksa perusahaan untuk lebih cepat menyampaikan laporan keuangannya. Selain itu, perusahaan besar sudah memiliki internal control yang lebih baik dalam mencegah terjadinya kesalahan dalam informasi dan hal ini akan membantu auditor dalam melaksanakan proses audit (Simbolon, 2009:26).

Perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lebih tinggi dibanding dengan perusahaan yang lebih kecil. Public demand akan informasi yang tinggi terhadap perusahaan memungkinkan tumbuhnya kepercayaan akan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Kepercayaan tersebut dapat meningkatkan tingkat keberlangsungan usaha dari perusahaan tersebut. Semakin bagus ukuran perusahaan akan diproksikan dengan semakin tinggi total aset yang dimiliki oleh suatu entitas.

Ukuran perusahaan diukur menggunakan log total asset perusahaan yang tercantum dalam laporan keuangan perusahaan pada akhir periode.

(9)

2.1.6 Laba Rugi Perusahaan

Laba rugi suatu perusahaan mempunyai arti penting, karena keberhasilan kinerja suatu perusahaan pada umumnya diukur dengan laba yang diperoleh, atau dengan kata lain laba merupakan indikator dalam menilai berhasil atau tidaknya sebuah perusahaan mengelola aktiva. Laba perusahaan adalah sebagai hasil yang didapat dari pendapatan dikurangi beban yang terjadi pada kegiatan perusahaan (Santoso, 2007:93).

“Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk mencapai laba secara maksimal, dengan demikian pencapaian laba secara maksimal dijadikan salah satu ukuran keberhasilan kinerja keuangan perusahaan” (Abdullah, 2005:87).

Teori tersebut konsisten dengan penelitan yang dilakukan oleh Iskandar dan Trisnawati (2010:178) yang menyatakan bahwa

perusahaan yang melaporkan kerugian mungkin akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan biasanya. Sebaliknya jika perusahaan melaporkan laba yang tinggi maka perusahaan berharap laporan keuangan auditan dapat diselesaikan secepatnya, sehingga good news tersebut segera dapat disampaikan kepada para investor dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya.

“Auditor akan berhati-hati selama proses audit dalam merespon kerugian perusahaan apakah kerugian tersebut disebabkan oleh kegagalan finansial atau kecurangan manajemen. Jadi, semakin laba suatu operasi perusahaan, maka audit delaynya semakin pendek” (Kartika, 2011:159-160).

Dalam penelitian ini laba rugi perusahaan diukur dengan menggunakan dummy yaitu untuk perusahaan yang mengalami laba diberi kode dummy 1 dan perusahaan yang mengalami rugi diberi kode dummy 0.

(10)

2.1.7 Opini Auditor

Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku yang terd iri dari tiga paragraf yaitu paragraf pengantar (introductory paragraph), paragraf lingkup (scope paragraph) dan paragraf pendapat (opinion paragraph) (Kartika, 2011:156).

Menurut Arens dan Loebbecke (1997:36), bentuk laporan audit yang paling umum adalah laporan audit standar dengan paragraf wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) dari 90 persen laporan audit menggunakan bentuk ini.

Kondisi untuk laporan wajar tanpa pengecualian:

1. Semua laporan keuangan – neraca, laporan laba rugi, saldo laba, dan laporan arus kas – sudah tercakup di dalam laporan keuangan. 2. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan. 3. Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor tersebut

telah melaksanakan penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah dipenuhi.

4. Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan.

Dalam suatu keadaan terdapat tiga kondisi yang menyebabkan penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian yakni:

1. Pembatasan lingkup audit

2. Laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

3. Auditor tidak independen

Jika salah satu dari ketiga kondisi di atas, yang menuntut penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian, ditemukan dalam audit dan dampaknya material, auditor harus memberikan pendapat selain wajar tanpa pengecualian dalam laporannya. Tiga jenis laporan audit yang paling penting untuk kondisi ini adalah : pendapat tidak wajar (adverse opinion), pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion), dan pendapat wajar

(11)

dengan pengecualian (qualified opinion) (Arens dan Loebbecke, 1997:39-40).

Maka dalam penelitian ini variabel opini auditor diukur dengan menggunakan variabel dummy, yaitu perusahaan yang memperoleh qualified opinion (qualified opinion, adverse opinion, disclaimer of opinion) akan diberi nilai dummy 0, sedangkan yang memperoleh unqualified opinion, akan diberi nilai dummy 1.

2.1.8 Tingkat Solvabilitas

“Rasio solvabilitas disebut juga dengan rasio pengungkit (leverage ratio), yaitu rasio untuk mengukur sejauh mana sebuah perusahaan didanai oleh utang” (Asnawi dan Wijaya, 210:35).

Rasio solvabilitas yang umum digunakan ada dua yaitu debt to total aset dan debt to equity ratio. Penelitian ini menggunakan debt to equity ratio

untuk melihat pengaruh solvabilitas terhadap audit delay.

“Debt to Equity Ratio menunjukkan hubungan antara jumlah utang jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan guna mengetahui financial leverage perusahaan. Semakin tinggi rasio menunjukkan semakin besar hutang jangka panjang perusahaan dibanding dengan modal sendiri yang dimiliki perusahaan” (Abdullah, 2005:52).

Tingginya resiko ini menunjukkan adanya kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak bisa melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok maupun bunga. Resiko perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk (bad news) yang akan

(12)

mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Pihak manajemen cenderung menunda penyampaian laporan keuangan yang berisi berita buruk.

Debt to Equity Ratio (DER) diukur menggunakan rumus : DER = Total Hutang x 100%

Total Ekuitas

2.1.9 Reputasi Kantor Akuntan Publik

“Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik” (Rachmawati 2008:3).

Kantor Akuntan Publik internasional atau yang di kenal dengan the Big Four dianggap dapat melaksanakan auditnya secara efisien dan memiliki jadwal waktu yang lebih tinggi untuk menyelesaikan audit tepat pada waktunya. Kantor Akuntan Publik yang besar memperoleh insentif yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan Kantor Akuntan Publik lainnya. Pemilihan kantor akuntan publik yang berkompeten kemungkinan dapat membantu waktu penyelesaian audit menjadi lebih segera atau tepat waktu. Penyelesaian waktu audit secara tepat waktu kemungkinan dapat meningkatkan reputasi kantor akuntan publik dan menjaga kepercayaan klien untuk memakai jasanya kembali untuk waktu yang akan datang (Prayogi, 2012:5-6).

Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan Kantor Akuntan Publik non the big four. Adapun kategori Kantor Akuntan Publik yang berafiliasi dengan The Big Four di Indonesia, yaitu:

1) KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerja sama dengan KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan.

2) KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama dengan KAP Siddharta dan Widjaja.

3) KAP Ernst & Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantono, Suherman dan Surja.

(13)

4) KAP Deloitte Touche Tohmatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing Satrio (Yuliana dan Aloysia dalam Setiawan, 2013:33).

Variabel ini diukur dengan menggunakan dummy dengan mengelompokkan auditor-auditor yang berasal dari KAP yang bermitra dengan kelompok lima besar di Amerika Serikat. Kelompok 4 besar (the big four) diberi kode 1, sedangkan untuk KAP selain yang bermitra dengan kelompok 4 besar (the big four) diberi kode 0.

2.2Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan audit delay yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Ahmad dan Kamarudin (2003)

Dependen: Audit Delay

Independen: Ukuran Perusahaan, Jenis Industri,

Laba/Rugi Perusahaan, Pos Luar Biasa, Opini Audit, Kualitas Auditor, Akhir Tahun Buku Perusahaan, dan Proporsi Hutang.

Jenis industri, laba/rugi perusahaan, opini audit, kualitas auditor, akhir tahun buku perusahaan, dan proporsi hutang berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Sedangkan ukuran perusahaan dan pos luar biasa tidak berpengaruh signifikan.

Ahmad dan Abidin (2008)

Dependen: Audit Delay Independen: Jenis Industri, Ukuran Perusahaan, Number of Subsidiaries, Leverage, ROE, Jenis Auditor, Kualitas Auditor, Akhir Tahun Buku Perusahaan, Opini Audit, Pertukaran Auditor.

Total asset, opini auditor, number of subsidiaries, ROE, dan leverage berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Sedangkan jenis industri, jenis auditor, kualitas auditor, akhir tahun buku, dan pertukaran auditor tidak berpengaruh.

(14)

Rochimawati (2008) Dependen: Audit Delay

Independen: Ukuran perusahaan, ROA, Solvabilitas (TDTA), dan

Opini Auditor.

Variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay hanya ROA (profitabilitas), sedangkan variabel ukuran perusahaan, solvabilitas, dan opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Rachmawati (2008) Dependen : Audit Delay dan Timeliness

Independen: Internal Auditor, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, dan Solvabilitas

Ukuran perusahaan dan ukuran KAP berpengaruh terhadap audit delay. Sedangkan variabel profitabilitas, solvabilitas dan internal auditor

tidak mempunyai pengaruh terhadap audit delay. Faktor internal yang mempunyai pengaruh terhadap timeliness adalah ukuran perusahaan dan solvabilitas, sedangkan faktor ekstenal yang mempengaruhi timeliness adalah ukuran KAP. Profitabilitas, solvabilitas, dan internal auditor tidak memiliki pengaruh terhadap timeliness. Faktor internal dan eksternal

perusahaan seperti profitabilitas, solvabilitas,

internal auditor, ukuran perusahaan dan ukuran KAP secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan baik terhadap audit delay maupun timeliness.

Iskandar dan Trisnawati (2010)

Dependen: Audit Report Lag. Independen: Total Asset, Klasifikasi Industri, Laba Rugi Tahun Berjalan, Opini Audit, Ukuran Kantor Akuntan, dan Debt Proportion.

Klasifikasi industri, laba rugi tahun berjalan, dan besarnya KAP berpengaruh terhadap audit report lag. Sedangkan total asset, opini audit, dan debt proportion tidak mempunyai pengaruh terhadap audit report lag.

(15)

Kartika (2011) Dependen: Audit Delay

Independen: Ukuran Perusahaan, Laba / Rugi

Operasi, Profitabilitas, Solvabilitas, dan Opini / Jenis Pendapat Akuntan

Publik,

Faktor Ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap audit delay dan solvabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap audit delay, sedangkan faktor Profitabilitas, dan opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay.

Indriyani (2012) Dependen: Audit Report Lag Independen: Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Laba Rugi Perusahaan, dan Debt to Equity Ratio.

Hasil penelitian audit delay di Indonesia dan Malaysia secara simultan dipengaruhi oleh

ukuran perusahaan, profitabilitas, laba rugi

perusahaan, dan debt to equity ratio. Ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay di Indonesia dan Malaysia. Debt to equity ratio secara parsial berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay di Indonesia.

Prayogi (2012) Dependen: Audit Delay Independen: Ukuran KAP, Opini Audit, Solvabilitas, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan

Variabel ukuran perusahaan, opini audit, solvabilitas, profitabilitas, ukuran kantor akuntan publik secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay. Secara parsial hanya variabel opini audit yang

berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay. Variabel lainnya seperti ukuran perusahaan, solvabilitas, profitabilitas dan ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap audit delay.

(16)

2.3Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual yaitu menjelaskan bagaimana teori hubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah penting. Audit delay

berpengaruh terhadap tingkat relevansi informasi dalam laporan keuangan, dan pada akhirnya berdampak pula pada tingkat kepastian keputusan yang didasarkan pada informasi tersebut. Hal ini dikarenakan jangka waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatwaktuan penyampaian informasi dalam laporan keuangan perusahaan. Panjang pendeknya jangka waktu tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang selanjutnya akan dibahas lebih mendalam.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi lamanya audit delay. Faktor-faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan, laba rugi perusahaan, opini auditor, tingkat solvabilitas, dan reputasi kantor akuntan publik.

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay adalah perusahaan berukuran besar yang diproksikan dengan log total aset akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan, dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Disamping itu perusahaan besar pada umumnya memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik sehingga memudahkan auditor menyelesaikan pekerjaannya.

(17)

Pengaruh laba rugi perusahaan terhadap audit delay adalah perusahaan yang melaporkan kerugian akan meminta auditor untuk mengatur waktu auditnya lebih lama dibandingkan biasanya. Sebaliknya jika perusahaan melaporkan laba yang tinggi maka perusahaan berharap laporan keuangan auditan dapat diselesaikan secepatnya, sehingga good news tersebut segera dapat disampaikan kepada para investor dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Jadi, semakin laba suatu operasi perusahaan, maka audit delay-nya semakin singkat.

Pengaruh opini auditor terhadap audit delay adalah audit delay yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion. Hal ini dikarenakan auditor membutuhkan waktu dan usaha untuk mencari prosedur audit ketika mengkonfirmasi kualifikasi audit, sedangkan perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion merupakan suatu berita yang baik bagi perusahaan. Perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion akan melaporkan laporan keuangan tepat waktu. Opini audit yang baik (unqualified opinion) harus mengemukakan bahwa laporan keuangan yang telah diaudit sesuai dengan ketentuan standar akuntansi keuangan dan tidak ada penyimpangan material yang dapat mempengaruhi pengambilan suatu keputusan. Opini selain wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) merupakan opini yang tidak diharapkan oleh semua manajemen. Semakin tidak baik opini yang diterima oleh perusahaan maka semakin lama laporan keuangan auditan dipublikasikan. Laporan keuangan yang disampaikan tidak tepat waktu mencerminkan ketidakpatuhan perusahaan terhadap peraturan yang ada. Pada perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion akan

(18)

menunjukkan audit delay yang lebih panjang dibandingkan dengan perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion.

Pengaruh tingkat solvabilitas terhadap audit delay adalah semakin besar rasio solvabilitas maka audit delay-nya akan semakin panjang, karena perusahaan dengan kewajiban yang besar diawasi dan dimonitor oleh kreditor sehingga akan memberikan tekanan kepada perusahaan untuk mempublikasikan laporan keuangan auditan lebih cepat untuk meyakinkan kembali para pemilik modal yang pada dasarnya menginginkan mengurangi tingkat resiko dalam pengembalian modal mereka, berdasarkan logika berfikir, para investor senang dengan keadaan perusahaan yang baik sehingga para investor yakin untuk menambah sahamnya lagi, hal ini berpengaruh positif terhadap perusahaan.

Pengaruh reputasi kantor akuntan publik terhadap audit delay adalah semakin baik reputasi kantor akuntan publik maka semakin pendek audit delay-nya, ini dikarenakan KAP yang baik reputasinya mempunyai insentif yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya lebih cepat dibandingkan Kantor Akuntan Publik lainnya. Reputasi kantor akuntan publik diukur dari KAP yang berafiliasi dengan KAP The Big Four dan kantor akuntan publik non the Big Four. Dimana KAP The Big Four cenderung untuk lebih cepat menyelesaikan tugas audit yang mereka terima. Kantor akuntan publik the big four umumnya mempunyai sumber daya yang lebih besar sehingga dapat melakukan audit lebih cepat dan efisien. Hal ini membuktikan pendapat bahwa perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik the big four cenderung lebih cepat menyelesaikan auditnya dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik non the big four.

(19)

Hubungan ukuran perusahaan, laba rugi perusahaan, opini auditor, tingkat solvabilitas, dan reputasi kantor akuntan publik terhadap audit delay dapat dillihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.

H1 H2 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Dikatakan sementara karena, jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi lamanya audit delay. Faktor-faktor tersebut antara lain ukuran

Ukuran Perusahaan (X1)

Laba Rugi Perusahaan (X2)

Opini Auditor (X3) Tingkat Solvabilitas (X4) Reputasi KAP (X5) AUDIT DELAY (Y)

(20)

perusahaan, laba rugi perusahaan, opini auditor, tingkat solvabilitas, dan reputasi kantor akuntan publik. Perusahaan yang memiliki ukuran relatif besar, biasanya memiliki audit delay yang lebih singkat karena perusahaan ini diawasi oleh investor, pengawas modal, dan pemerintah. Hal ini memaksa perusahaan untuk lebih cepat menyampaikan laporan keuangannya, Perusahaan yang memiliki laba cenderung melaporkan laporan keuangannya lebih cepat karena ingin menyampaikan good news kepada pihak eksternal yang berkepentingan di dalamnya. Sehingga audit delay perusahaan yang memperoleh laba akan lebih singkat daripada perusahaan yang memperoleh rugi.

Perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion merupakan suatu berita yang baik bagi perusahaan sehingga perusahaan yang menerima pendapat

unqualified opinion akan melaporkan laporan keuangan tepat waktu.Sebaliknya perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified opinion akan memperoleh audit delay yang lebih panjang. Perusahaan yang memiliki tingkat solvabilitas tinggi, maka audit delay-nya akan semakin panjang. Hal ini disebabkan tingginya debt to equity ratio mencerminkan bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang nantinya akan menyebabkan manajemen menunda laporan keuangannya karena bad news tersebut sehingga audit delay

juga akan semakin panjang. Reputasi kantor akuntan publik yang termasuk big four akan membuat proses pengauditan menjadi lebih cepat. Di samping demi menjada reputasinya, kantor akuntan publik jenis ini memiliki lebih banyak sumber daya manusia sehingga lebih fleksibel dalam penjadwalan audit.

(21)

Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Ukuran perusahaan, laba rugi perusahaan, opini auditor, tingkat solvabilitas, dan reputasi kantor akuntan publik berpengaruh secara parsial terhadap audit delay.

H2: Ukuran perusahaan, laba rugi perusahaan, opini auditor, tingkat solvabilitas, dan reputasi kantor akuntan publik berpengaruh secara simultan terhadap audit delay.

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah pendapatan komprehensif lainnya yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi, sebelum pajak. 24,545 22,193 Total

bracteata yang dikombinasikan dengan kompos pelepah kelapa sawit pada ketebalan yang sama lebih efektif menghambat biji gulma berkecambah dengan penghambatan mencapai

Segera setelah plasenta lahir, tinggi fundus uteri kira-kira sepusat. Korpus uteri sekarang sebagian besar merupakan miometrium yang dibungkus serosa dan dilapisi

perceived quality (kualitas yang dipersepsikan) , brand association (asosiasi merek), brand loyalty.. (kesetiaan merek), dan brand equity (ekuitas merek) mengenai merek toko

Hasil uji hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa koefisien regresi process tidak signifikan yang artinya variabel process seperti prosedur check- in , aturan-aturan

Program Pengabdian Mandiri Tenaga Pendidik (PMTP) merupakan kegiatan dari tenaga akademik yang dilaksanakan baik mandiri maupun kelompok. Program PMTP merupakan program

DAN KEDUDUKAN CIRCULAR RESOLUTION SEBAGAI PENGGANTI RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) DALAM PENJAMINAN ASSET PERUSAHAAN, Fakultas Hukum Universitas

platensis yang dipergunakan dalam penelitian ini diasumsikan sebagai sumber protein sel tunggal (PST), yaitu dengan memberikan biomassa ini bersama-sama dengan makanan mencit