• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PERTUMBUHAN EKONOMI

TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

1.1 LATAR BELAKANG

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Perlambatan ini diprediksi disebabkan oleh :

1. Kontraksi pertumbuhan ekspor yang terutama terjadi pada komoditas berbasis sumber daya alam. Sebagian ekspor barang tambang masih terhenti akibat kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah, sementara ekspor komoditas batu bara dan CPO menghadapi pelemahan permintaan.

2. Penangguhan penyaluran dana bantuan sosial (bansos) mengakibatkan turunnya belanja barang dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

3. Pertumbuhan investasi non-bangunan yang negatif terutama disebabkan oleh investasi alat angkutan luar negeri yang masih kontraksi sejalan dengan kinerja ekspor tambang yang belum membaik.

4. Kebijakan tapering off atau pengurangan stimulus oleh Bank

Sentral The Federal Reserve, Amerika Serikat, kepada beberapa

negara berkembang.

(2)

II-2014 dibanding triwulan I-2014 mengalami pertumbuhan sebesar 2,47 persen atau sebesar Rp 724,1 triliun dibanding triwulan sebelumnya sebesar Rp. 706,6 triliun.

Kinerja pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 ini terkait dengan pengeluaran konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 1,50 persen dibanding triwulan sebelumnya dan tumbuh sebesar 5,59 persen bila dibandingkan dengan triwulan II-2013. Kenaikan ini berkaitan dengan aktivitas pemilu legislatif, presiden, dan lebaran.

Sedangkan untuk posisi cadangan devisa pada akhir bulan Juni 2014 meningkat mencapai US$ 107,7 milliar, meningkat dari posisi akhir Mei 2014 sebesar US$ 107,0 milliar atau meningkat sebesar 0,65 persen. Peningkatan ini dipengaruhi oleh transaksi penerimaan devisa hasil ekspor migas pemerintah yang melampaui kebutuhan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Dengan jumlah cadangan devisa tersebut, dapat membiayai impor dan utang luar negeri pemerintah selama 6 bulan.

1.2 NILAI PDB BERDASARKAN HARGA BERLAKU DAN KONSTAN 2000 TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan II-2014, mencapai Rp 2.480,8 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar 3,19 persen setelah pada triwulan sebelumnya mencapai Rp 2.404 triliun (q-to-q). Sejalan dengan PDB atas harga dasar berlaku, PDB atas dasar harga konstan 2000 juga mengalami peningkatan menjadi Rp 724,1 triliun, setelah pada triwulan sebelumnya mencapai Rp 706,7 triliun atau meningkat sebesar 2,47 persen (q-to-q).

Apabila dilihat dari PDB atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto yang terbesar adalah Sektor Industri Pengolahan sebesar Rp 589,1 triliun; diikuti oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar Rp 368,3 triliun; Sektor

(3)

Pertambangan dan Penggalian sebesar Rp 266,6 triliun; Sektor Jasa-jasa sebesar Rp 257,2 triliun; Sektor Konstruksi Rp 245,6 triliun; sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan sebesar Rp 189,4 triliun; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar Rp 181,3 triliun; dan terakhir Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar Rp 20,9 triliun.

Pada perhitungan atas dasar harga konstan 2000, Sektor Industri Pengolahan memberikan nilai tambah terbesar Rp 183,5 triliun, diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Rp 130,7 triliun; Sektor Pertanian,

Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan Rp 91,0 triliun; Sektor

Pengangkutan dan Komunikasi Rp 78,9 triliun; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan Rp 71,7 triliun; Sektor Jasa-jasa Rp 67,1 triliun; Sektor Pertambangan dan Penggalian Rp 48,0 triliun; Sektor Konstruksi Rp 47,7 triliun; dan terakhir Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih Rp 5,5 triliun.

Tabel 1.1

PDB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000

(Rp Triliun) Tw I-2014 Tw II-2014 Tw I-2014 Tw II-2014 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 360.8 368.3 88.6 91.0 2 Pertambangan Dan Penggalian 269.5 266.6 48.3 48.0

3 Industri Pengolahan 566.5 589.1 178.7 183.5

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 20.6 20.9 5.5 5.5

5 Bangunan 233.0 245.6 45.8 47.7

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 346.8 362.4 125.5 130.7 7 Pengangkutan dan Komunikasi 173.7 181.3 77.0 78.9 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 185.2 189.4 70.7 71.7

9 Jasa - Jasa 247.9 257.2 66.6 67.1

PRODUK DOMESTIK BRUTO 2,404.0 2,480.8 706.7 724.1 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 2,220.4 2,299.0 673.9 691.5

Harga Berlaku

LAPANGAN USAHA Harga Konstan 2000

(4)

1.3 LAJU PERTUMBUHAN PDB BERDASARKAN HARGA KONSTAN 2000 TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

Pertumbuhan perekonomian Indonesia bila dilihat berdasarkan laju pertumbuhan PDB berdasarkan harga konstan triwulan II-2014 meningkat sebesar 2,47 persen bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya ( q-to-q). Peningkatan ini terjadi pada semua sektor ekonomi, kecuali Sektor Pertambangan dan Penggalian yang mengalami penurunan sebesar 0,52 persen. Sedangkan laju pertumbuhan terbesar diberikan oleh Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 4,17 persen. Hal ini terkait dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya.

Tabel 1.2

Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha

(Persen) Lapangan Usaha TW I-2014 thd TW IV-2013 TW II-2014 thd TW I-2014 TW I-2014 thd TW I-2013 TW II-2014 thd TW II-2013 Sem I-2014 thd Sem I-2013 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 22.61 2.69 3.22 3.39 3.31

2 Pertambangan Dan Penggalian -3.44 -0.52 -0.26 -0.15 -0.21

3 Industri Pengolahan -2.31 2.70 5.13 5.04 5.09

a. Industri Migas -2.04 -0.11 -0.88 -0.52 -0.70

b. Industri Non Migas -2.32 2.88 5.55 5.42 5.49

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih -1.52 0.52 6.31 5.77 6.04

5 Bangunan -5.21 4.16 6.54 6.59 6.57

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -2.8 4.17 4.79 4.53 4.66 7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.10 2.49 10.21 9.53 9.87 8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2.19 1.32 6.16 6.18 6.17

9 Jasa - Jasa 0.33 0.73 5.71 5.68 5.69

PRODUK DOMESTIK BRUTO 0.97 2.47 5.22 5.12 5.17

PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 1.13 2.61 5.58 5.47 5.53

(5)

PDB triwulan II-2014 dibandingkan dengan triwulan yang sama

tahun sebelumnya mencerminkan pertumbuhan PDB selama satu tahun (

y-on-y) meningkat sebesar 5,12 persen. Pertumbuhan hampir terjadi disemua sektor, kecuali Sektor Pertambangan dan Penggalian yang turun sebesar 0,15 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 9,53 persen; diikuti oleh Sektor Konstruksi sebesar 6,59 persen; selanjutnya oleh Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan sebesar 6,18 persen; Sektor Jasa – Jasa sebesar 5,68 persen; Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar 5,77 persen; Sektor Industri Pengolahan sebesar 5,04 persen; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran sebesar 4,53 persen; dan terakhir Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 3,39 persen.

PDB semester I-2014 dibandingkan dengan semester I-2013 tumbuh sebesar 5,17 persen. Pertumbuhan terbesar pada sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 9,87 persen; diikuti oleh Sektor Bangunan sebesar 6,57 persen; Sektor Keuangan Persewaan & Jasa Perusahaan sebesar 6,17 persen; Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar 6,04 persen; Sektor Jasa-Jasa sebesar 5,69 persen; Sektor Industri Pengolahan sebesar 5,09 persen; Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 4,66 persen; dan Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan sebesar 3,31 persen. Sedangkan yang mengalami penurunan yaitu pada sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 0,21 persen.

1.4 STRUKTUR PDB TRIWULAN II TAHUN 2014

(6)

sebesar 10,37 persen; Sektor Konstruksi sebesar 9,90 persen; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan sebesar 7,63 persen; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 7,31 persen; dan yang terakhir Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar 0,84 persen.

Tabel 1.3

Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Triwulan I dan II Tahun 2013 - 2014

(Persen)

Tw I Tw II Tw I Tw II

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 15.13 15.05 15.01 14.84

2 Pertambangan Dan Penggalian 11.52 10.79 11.21 10.75

3 Industri Pengolahan 23.67 23.74 23.57 23.75

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0.79 0.77 0.86 0.84

5 Bangunan 9.90 10.04 9.69 9.90

6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 14.17 14.41 14.43 14.61

7 Pengangkutan dan Komunikasi 6.79 6.85 7.22 7.31

8 Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 7.57 7.51 7.70 7.63

9 Jasa - Jasa 10.46 10.84 10.31 10.37

PRODUK DOMESTIK BRUTO 100.00 100.00 100.00 100.00 PRODUK DOMESTIK BRUTO TANPA MIGAS 92.39 92.88 92.36 92.67

2013 2014

Lapangan Usaha

Sumber: BPS, diolah Kemenperin

Sedangkan bila dibandingakan dengan triwulan II-2013, ada beberapa sektor yang mengalami peningkatan diantaranya adalah Sektor Industri Pengolahan yang sebelumnya 23,74 menjadi 23,75 persen; Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran dari 14,41 menjadi 14,61 persen; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi dari 6,85 menjadi 7,31 persen; Sektor Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan dari 7,51 menjadi 7,63 persen; dan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih dari 0,77 menjadi 0,84 persen.

Sedangkan yang mengalami penurunan diantaranya adalah Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan dari 15,05 menjadi 14,84 persen; Sektor Pertambangan dan Penggalian dari 10,79 menjadi 10,75 persen; Sektor Konstruksi dari 10,04 menjadi 9,90 persen; dan terakhir

(7)

1.5 NILAI PDB MENURUT PENGELUARAN TRIWULAN II TAHUN 2014

Nilai PDB bila dilihat dari pengeluaran menurut harga berlaku pada triwulan II-2014 mencapai Rp 2.480,8 triliun dimana komponen yang paling dominan adalah Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar Rp 1384,1 triliun; selanjutnya diikuti oleh Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar Rp 781,4 triliun; Komponen Impor sebesar Rp 639,5 triliun; Komponen Ekspor sebesar Rp 575,3 triliun; Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar Rp 199,0 triliun; dan Komponen Perubahan Inventori sebesar Rp 89,3 triliun

Tabel 1.4

PDB Menurut Pengeluaran Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000

(Rp Triliun)

Tw I-2014 Tw II-2014 Tw I-2014 Tw II-2014

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 1354.7 1384.1 390.3 396.1

2 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 162.4 199.0 40.2 50.4

3 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 739.6 781.4 170.4 178.3

4 Perubahan Inventori 95.6 89.3 25.8 24.0

Diskrepansi Statistik 82.3 91.2 2.3 3.4

5 Ekspor Barang dan Jasa 570.2 575.3 312.8 319.5

6 Dikurangi Impor Barang dan Jasa 600.8 639.5 235.10 247.6

PRODUK DOMESTIK BRUTO 2,404.0 2,480.8 706.7 724.1 Jenis Pengeluaran Harga Berlaku Harga Konstan

Sumber: BPS, diolah Kemenperin

Sedangkan bila dilihat dari harga konstan, dari PDB total sebesar Rp724,1 triliun, dibentuk oleh komponen dari yang terbesar yaitu Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 396,1 triliun;

(8)

sebesar Rp50,4 triliun; dan Komponen Perubahan Inventori sebesar Rp24,0 triliun.

Tabel 1.5

Laju Pertumbuhan PDB Menurut Pengeluaran

(Persen)

1 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 0.70 1.50 5.61 5.59 5.60 3.04

2 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -44.17 25.39 3.58 -0.71 1.15 -0.05 3 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) -5.60 4.61 5.14 4.53 4.83 1.12

4 Perubahan Inventori - - -

-Diskrepansi Statistik - - -

-5 Ekspor Barang dan Jasa -11.13 2.14 -0.44 -1.04 -0.74 -0.49

6 Dikurangi Impor Barang dan Jasa -12.99 5.32 -0.73 -5.02 -2.98 -1.90 PRODUK DOMESTIK BRUTO 0.97 2.47 5.22 5.12 5.17 5.12

Sumber Pertumbuhan

Tw II-2014 Jenis Pengeluaran TW I-2014 thd

TW IV-2013 TW II-2014 thd TW I-2014 TW I-2014 thd TW I-2013 TW II-2014 thd TW II-2013 Sem I-2014 thd Sem I-2013

Sumber: BPS, diolah Kemenperin

Sementara bila dilihat dari laju pertumbuhan PDB menurut pengeluaran triwulan II-2014 dibanding triwulan sebelumnya, komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah tumbuh yang paling besar diantara komponen lainnya yaitu sebesar 25,39 persen; diikuti oleh Komponen Impor sebesar 5,32 persen; Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 4,61 persen; Komponen Ekspor sebesar 2,14 persen; dan terakhir Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 1,50 persen.

(9)

BAB II

PERKEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI DAN

FAKTOR PENDUKUNG

2.1 PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI

Pertumbuhan tertinggi industri non migas triwulan II-2014 dicapai oleh Industri Barang Lainnya sebesar 13,33 persen (yto y). Diikuti berturut-turut oleh Industri Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 9,74 persen; Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya sebesar 7,53 persen; Industri Kertas dan Barang Cetakan sebesar 5,68 persen; Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet sebesar 3,92 persen; Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 3,22 persen; Industri Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya sebesar 3,13 persen; Industri Semen dan Barang Galian Bukan Logam sebesar 2,84 persen; dan terakhir Industri Logam Dasar Besi dan Baja sebesar 2,53 persen.

Tabel 2.1

Pertumbuhan Industri Pengolahan Non Migas Menurut Cabang Cabang Industri

(Persen)

No Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 TW II 2014 Sem I 2014

1 Makanan, Minuman dan Tembakau 11,22 2,78 9,14 7,57 3,34 9.74 9.62 2 Tekstil, Barang Kulit & Alas kaki 0,60 1,77 7,52 4,27 6,06 3.22 3.47 3 Barang Kayu & Hasil Hutan Lainnya -1,38 -3,47 0,35 -3,14 6,18 7.53 6.35 4 Kertas dan Barang Cetakan 6,34 1,67 1,40 -4,75 4,45 5.68 2.97 5 Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 1,64 4,70 3,95 10,50 2,21 3.92 1.91 6 Semen & Barang Galian Bukan Logam -0,51 2,18 7,19 7,80 3,00 2.84 3.38

(10)

Pertumbuhan ekonomi non migas pada triwulan II-2014 sebesar 5,42 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 5,12 persen. Sedangkan bila dilihat berdasarkan semester I-2014, Industri non migas tumbuh sebesar 5,49 persen lebih tinggi dibandingkan dengan PDB nasional semester I-2014 yang sebesar 5,17 persen. Namun terjadi perlambatan pertumbuhan sebesar 15,39 persen bila dibandingkan dengan semester I-2013 yang tumbuh sebesar 6,49 persen. Pada semester I-2014 pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor Industri Barang Lainnya sebesar 15,77 persen dan yang terendah diberikan oleh Industri Logam Dasar Besi & Baja sebesar 1,42 persen.

2.2 PERANAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP PDB NASIONAL Pada triwulan II-2014, Industri Pengolahan merupakan sektor industri terbesar dalam memberikan kontribusi kepada PDB Nasional yaitu sebesar 23,75 persen dengan nilai Rp589,14 triliun atau meningkat sebesar 12,16 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya dengan nilai sebesar Rp525,25 triliun (y on y). Industri pengolahan ini terbagi atas industri migas dan non migas, dimana masing-masing memberikan kontribusi sebesar 2,92 persen dan 20,83 persen atau dengan nilai sebesar Rp72,42 triliun dan Rp20,83 triliun.

Selanjutnya diikuti oleh Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan yang memberikan kontribusi sebesar 14,85 persen atau dengan nilai sebesar Rp 368,28 triliun; Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 14,61 persen atau dengan nilai sebesar Rp 362,36 triliun; Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 10,75 persen atau dengan nilai sebesar Rp 266,57 triliun; Sektor Jasa – Jasa sebesar 10,37 persen atau dengan nilai sebesar Rp 257,19 triliun; Sektor Bangunan sebesar 9,90 persen atau dengan nilai sebesar Rp 245,58 triliun; Sektor Keuangan,

(11)

sebesar Rp 189,39 triliun; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 7,31 persen atau dengan nilai sebesar 181,35 triliun; dan terakhir Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar 0,84 persen atau dengan nilai sebesar 20,94 triliun.

Tabel 2.2

Nilai PDB Sektoral dan Kontribusinya Terhadap PDB Nasional (Harga Berlaku)

LAPANGAN USAHA

TW II-2013 TW II-2014

N K N K

(Rp triliun) (%) (Rp triliun) (%)

Pertanian, Peternakan, Kehutanan Dan

Perikanan 332.93 15.05 368.28 14.85

Pertambangan dan Penggalian 238.85 10.79 266.57 10.75

Industri Pengolahan 525.25 23.74 589.14 23.75

a. Industri M i g a s 65.08 2.94 72.42 2.92

b. Industri tanpa Migas 460.17 20.80 516.72 20.83

Listrik, Gas, Dan Air Bersih 17.12 0.77 20.94 0.84

B a n g u n a n 222.20 10.04 245.58 9.90

Perdagangan, Hotel dan Restoran 318.76 14.41 362.36 14.61

Pengangkutan dan Komunikasi 151.52 6.85 181.35 7.31

Keuangan, Persewaan & Jasa Persh. 166.13 7.51 189.39 7.63

Jasa – Jasa 239.96 10.84 257.19 10.37

PRODUK DOMESTIK BRUTO 2,212.72 100 2,480.80 100

Sumber: BPS diolah Pusdatin Kemenperin

Bila dilihat dari Sektor Industri Non Migas, kontribusi terbesar triwulan II-2014 dalam pembentukan PDB pada Sektor Industri yaitu diberikan oleh Cabang Makanan, Minuman dan Tembakau sebesar 36,77 persen dengan nilai sebesar Rp190,02 triliun atau meningkat sebesar 18,10 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya dengan nilai sebesar Rp160,91 triliun (y-on-y).

(12)

Tabel 2.3

Peran Tiap Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri

CABANG INDUSTRI

TW II-2013 TW II-2014

N K N K

(Rp triliun) (%) (Rp triliun) (%)

Makanan, Minuman dan Tembakau 160.91 34.97 190.02 36.77

Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 43.09 9.36 47.01 9.10

Brg. kayu & Hasil hutan lainnya 23.19 5.04 26.35 5.10

Kertas dan Barang cetakan 18.27 3.97 20.37 3.94

Pupuk, Kimia & Barang dari karet 56.10 12.19 60.58 11.72

Semen & Brg. Galian bukan logam 15.66 3.40 16.58 3.21

Logam Dasar Besi & Baja 8.87 1.93 9.55 1.85

Alat Angk., Mesin & Peralatannya 131.22 28.52 142.83 27.64

Barang lainnya 2.86 0.62 3.43 0.66

PDB Industri Non Migas 460.169 100 516.721 100

Sumber: BPS diolah Kemenperin

Selanjutnya diikuti berturut-turut oleh Cabang Alat Angkut, Mesin dan Peralatannya yang memberikan kontribusi sebesar 27,64 persen atau dengan nilai sebesar Rp 142,83 triliun; Cabang Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet sebesar 11,72 persen atau dengan nilai sebesar Rp 60,58 triliun; Cabang Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki sebesar 9,10 persen atau dengan nilai sebesar Rp 47,01 triliun; Cabang Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya sebesar 5,10 persen atau dengan nilai sebesar Rp 26,35 triliun; Cabang Kertas dan Barang Cetakan sebesar 3,94 persen atau dengan nilai sebesar Rp 20,37 triliun; Cabang Semen dan Barang Galian Bukan Logam sebesar 3,21 persen atau dengan nilai sebesar Rp 16,58 triliun; Cabang Logam Dasar Besi dan Baja sebesar 1,85 persen atau dengan nilai sebesar Rp 9,55 triliun; dan terakhir cabang Barang Lainnya sebesar 0,66 persen atau dengan nilai sebesar Rp 3,42 triliun.

(13)

2.3 KINERJA EKSPOR DAN IMPOR SEKTOR MIGAS DAN NON MIGAS

Ekspor Indonesia pada bulan Juni 2014 mencapai US$ 15.416,0 juta atau mengalami peningkatan sebesar 4,45 persen dibanding bulan Juni 2013 sebesar US$ 14.758.9 juta. Bila dibandingkan dengan ekspor bulan Mei 2014, terjadi peningkatan sebesar 4 persen atau dari US$ 14.823,6 juta menjadi US$ 15.416,0 juta.

-2,000.00 4,000.00 6,000.00 8,000.00 10,000.00 12,000.00 14,000.00 16,000.00 18,000.00 Ju ta U S$

Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (FOB) Juni 2013 - Juni 2014

Migas Non Migas Total Migas & Non Migas

Grafik 2.1 Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (FOB) Juni 2013 – Juni 2014

Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, ekspor Indonesia juga mengalami peningkatan sebesar 0,53 persen dari US$ 44.299,0 juta menjadi US$ 44.532,1 juta. Namun mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, dari US$ 45.653,1 juta menjadi US$ 44.532,1 juta atau mengalami penurunan sebesar 2,46 persen.

(14)

Tabel 2.4

Perkembangan Ekspor Indonesia Juni 2013 - Juni 2014

migas nonmigas total migas nonmigas total

Jun’13 2,800.40 11,958.50 14,758.90 -4.30 -9.45 -8.52 Triwulan II’13 8,178.60 37,474.50 45,653.10 0.36 0.56 0.52 Jul’13 2,282.60 12,805.30 15,087.90 -18.49 7.08 2.23 Agt’13 2,720.50 10,363.20 13,083.70 19.18 -19.07 -13.28 Sep’13 2,414.70 12,292.10 14,706.80 -11.24 18.61 12.41 Triwulan III’13 7,417.80 35,462.00 42,879.80 -9.30 -5.37 -6.07 Okt’13 2,715.20 12,983.10 15,698.30 12.44 5.62 6.74 Nov’13 2,766.90 13,171.70 15,938.60 1.90 1.45 1.53 Des’13 3,405.10 13,562.70 16,967.80 23.07 2.97 6.46 Triwulan IV’13 8,887.20 39,717.50 48,604.70 19.81 12.00 13.35 Jan-Des’13 32,633.00 149,918.80 182,551.80 -11.75 -2.04 -3.93 Jan’14 2,501.70 11,970.60 14,472.30 -26.53 -11.74 -14.71 Feb’14 2,729.20 11,904.90 14,634.10 9.09 -0.55 1.12 Mar’14 2,641.30 12,551.30 15,192.60 -3.22 5.43 3.82 Triwulan I’14 7,872.10 36,426.90 44,299.00 -11.42 -8.29 -8.86 Apr’14 2,651.40 11,641.10 14,292.50 0.38 -7.25 -5.92 Mei’14 2,375.70 12,447.90 14,823.60 -10.40 6.93 3.72 Jun’14 2,790.30 12,625.70 15,416.00 17.45 1.43 4.00 Triwulan II’14 7,817.40 36,714.70 44,532.10 -0.69 0.79 0.53

Bulan Nilai FOB (juta US$)

Persentase Perubahan terhadap periode sebelumnya (%)

Sumber: BPS diolah Kemenperin

Peningkatan ekspor Juni 2014 disebabkan oleh meningkatnya ekspor non migas sebesar 1,43 persen dari US$ 12.447,9 juta menjadi US$ 12.625,7 juta. Eskpor migas juga mengalami kenaikan sebesar 17,45 persen dari US$ 2.375,7 juta menjadi US$ 2.790,3 juta.

(15)

Tabel 2.5

Ringkasan Ekspor Indonesia Januari - Juni 2014

Mei 2014 Juni 2014 Jan - Jun 2013 Jan - Jun 2014

Jun 2014 thd Mei 2014 Jan - Jun'14 thd Jan - Jun'13 Total Ekspor 14,823.60 15,416.00 91,068.60 88,831.10 4.00 -2.46 100.00 Migas 2,375.70 2,790.30 16,328.10 15,689.40 17.45 -3.91 17.66 - Minyak Mentah 769.90 990.30 5,150.00 4,629.40 28.63 -10.11 5.21 - Hasil Minyak 302.30 319.3 2069.3 1938.6 5.62 -6.32 2.18 - Gas 1,303.50 1,480.70 9,108.80 9,121.40 13.59 0.14 10.27 Nonmigas 12,447.90 12,625.70 74,740.50 73,141.70 1.43 -2.14 82.34 - Pertanian 460.80 507 2585.3 2677 10.03 3.55 3.01 - Industri Pengolahan 10,105.40 10378.5 56555.9 59085 2.70 4.47 66.51 - Pertambangan dan Lainnya 1,881.70 1740.2 15599.3 11379.7 -7.52 -27.05 12.81 Uraian

Nilai FOB (juta US$) Perubahan (%)

Peran thd Total Jan -

Jun 14 (%)

Sumber: BPS diolah Kemenperin

Sedangkan peningkatan ekspor migas disebabkan oleh

meningkatnya ekspor minyak mentah sebesar 28,62 persen menjadi US$ 990,3 juta dan ekspor hasil minyak sebesar 5,63 persen menjadi US$ 319,3 juta. Ekspor gas juga meningkat sebesar 13,59 persen menjadi US$ 1.480,7 juta. Volume ekspor migas Juni 2014 terhadap Mei 2014 untuk minyak mentah naik sebesar 35,52 persen, hasil minyak naik sebesar 0,79 persen, dan gas naik menjadi 15,95 persen. Sementara itu, harga minya mentah

(16)

-2,000.00 4,000.00 6,000.00 8,000.00 10,000.00 12,000.00 14,000.00 16,000.00 18,000.00 20,000.00 Ju ta U S$

Perkembangan Nilai Impor Indonesia (FOB) Juni 2013 - Juni 2014

Migas Non Migas Total Migas & Non Migas

Grafik 2.2 Perkembangan Nilai Impor Indonesia (FOB) Juni 2013 – Juni 2014

Impor Indonesia pada bulan Juni 2014 mencapai US$ 15.721,1 juta atau mengalami peningkatan sebesar 0,54 persen dibanding bulan Juni 2013 sebesar US$ 15.636,0 juta. Bila dibandingkan dengan impor bulan Mei 2014, terjadi peningkatan sebesar 6,44 persen atau dari US$ 14.770,3 juta menjadi US$ 15.721,1 juta.

Jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, impor Indonesia juga mengalami peningkatan sebesar 8,13 persen dari US$ 43.230,6 juta menjadi US$ 46.746,4 juta. Namun mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, dari US$ 48.760,0 juta menjadi US$ 46.746,4 juta atau mengalami penurunan sebesar 4,13 persen.

Peningkatan impor Juni 2014 disebabkan oleh meningkatnya impor non migas sebesar 11,41 persen dari US$ 14.770,3 juta menjadi US$ 15.721,1 juta. Namun untuk impor migas mengalami penurunan sebesar 8,42 persen dari US$ 3.706,6 juta menjadi US$ 3.394,6 juta.

(17)

Tabel 2.6

Perkembangan Impor Indonesia Juni 2013 - Juni 2014

migas nonmigas total migas nonmigas total

Jun’13 3,531.00 12,105.00 15,636.00 2.78 -8.47 -6.15 Triwulan II’13 10,595.90 38,164.10 48,760.00 -7.95 11.97 6.81 Jul’13 4,137.30 13,279.70 17,417.00 17.17 9.70 11.39 Agt’13 3,672.00 9,340.10 13,012.10 -11.25 -29.67 -25.29 Sep’13 3,715.60 11,794.20 15,509.80 1.19 26.27 19.20 Triwulan III’13 11,524.90 34,414.00 45,938.90 8.77 -9.83 -5.79 Okt’13 3,473.90 12,200.10 15,674.00 -6.51 3.44 1.06 Nov’13 3,938.90 11,210.40 15,149.30 13.39 -8.11 -3.35 Des’13 4,221.60 11,234.30 15,455.90 7.18 0.21 2.02 Triwulan IV’13 11,634.40 34,644.80 46,279.20 0.95 0.67 0.74 Jan-Des’13 45,266.40 141,362.30 186,628.70 6.35 -5.21 -2.64 Jan’14 3,550.50 11,365.70 14,916.20 -15.90 1.17 -3.49 Feb’14 3,457.20 10,333.50 13,790.70 -2.63 -9.08 -7.55 Mar’14 3,994.60 10,529.10 14,523.70 15.54 1.89 5.32 Triwulan I’14 11,002.30 32,228.30 43,230.60 -5.43 -6.98 -6.59 Apr’14 3,692.80 12,562.20 16,255.00 -7.56 19.31 11.92 Mei’14 3,706.60 11,063.70 14,770.30 0.37 -11.93 -9.13 Jun’14 3,394.60 12,326.50 15,721.10 -8.42 11.41 6.44 Triwulan II’14 10,794.00 35,952.40 46,746.40 -1.89 11.56 8.13

Bulan Nilai FOB (juta US$)

Persentase Perubahan terhadap periode sebelumnya (%)

Sumber: BPS diolah Kemenperin

Penurunan impor migas disebabkan oleh menurunnya impor minyak mentah sebesar 10,44 persen menjadi US$ 1.161,0 juta dan impor hasil minyak sebesar 6,60 persen menjadi US$ 2.033,7 juta. Gas menjadi penurunan impor terbesar yaitu 14,10 persen menjadi US$ 199,9 juta.Pada

(18)

Tabel 2.7

Ringkasan Impor Indonesia Januari - Juni 2014

Mei 2014 Juni 2014 Jan - Jun 2013 Jan - Jun 2014Jun 2014 thd Mei 2014 Jan - Jun'14 thd Jan - Jun'13 Total Impor 14,770.30 15,721.10 94,410.60 89,977.00 6.44 -4.70 100.00 Migas 3,706.60 3,394.60 22,107.10 21,796.30 -8.42 -1.41 24.22 - Minyak Mentah 1,296.40 1,161.00 6,897.20 6,912.60 -10.44 0.22 7.68 - Hasil Minyak 2,177.50 2033.7 13662 13330.6 -6.60 -2.43 14.82 - Gas 232.70 199.90 1,547.90 1,553.10 -14.10 0.34 1.73 Nonmigas 11,063.70 12,326.50 72,303.50 68,180.70 11.41 -5.70 75.78 Uraian

Nilai FOB (juta US$) Perubahan (%) Peran thd Total Jan - Jun 14 (%)

Sumber: BPS diolah Kemenperin

Perkembangan ekspor impor non migas dari tahun 2009 – 2011 cenderung fluktuatif, untuk ekspor non migas mengalami tren kenaikan lalu cenderung turun sampai dengan tahun 2013. Sedangkan untuk impor non migas dari tahun 2009 – 2012 mengalami kenaikan lalu mulai turun di tahun 2013. Hal ini berkaitan dengan situasi perekonomian dunia yang dilanda krisis dan pelarangan ekspor barang mentah tambang.

(19)

72,398 101,115 126,100 139,734 131,400.70 62,510 73,436 98,015 122,189 116,125 113,030 59,085 -10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 90,000 100,000 110,000 120,000 130,000 140,000 2009 2010 2011 2012 2013 2014 (jan -jun) Impor Industri Non-Migas Ekspor Industri Non-Migas

Grafik 2.3 Perkembangan Ekspor - Impor Industri Non Migas (US$ Juta) Untuk periode semester I-2014 ini, perkembangan nilai ekspor industri non migas sebesar US$ 59.085,1 Juta atau tumbuh sebesar 4,47 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Dimana Industri pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit masih menjadi industri dengan nilai ekspor tertinggi yaitu dengan nilai US$ 11.634,5 Juta, meningkat sebesar 12,25 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya (y on y). Selanjutnya berturut-turut diikuti oleh Industri Besi Baja, Mesin-Mesin dan Otomotif dengan nilai US$ 7.799,4 Juta; Industri Tekstil dengan nilai US$ 6.465,1 juta; Industri Pengolahan Karet dengan nilai US$ 4.152,2 juta; Industri Elektronika dengan nilai US$ 3.923,9 juta; Industri Kimia Dasar dengan nilai US$ 3.071,8 juta; Industri Pulp dan Kertas dengan nilai US$ 2.726,7 juta;

(20)

Tabel 2.8

Perkembangan 12 Besar Ekspor Industri Non Migas Tahun 2010 s.d Juni 2014 (US$ Juta) No URAIAN 2009 2010 2011 2012 2013 Jan-Juni % 2013 2014 1 Pengolahan Kelapa/Kelapa Sawit 10476,8 17.253,8 23.179,2 23.397,0 20.660,4 10.364,8 11.634,5 12,25 2

Besi Baja, Mesin-mesin dan

Otomotif 9.790,1 10.840,0 13.191,7 15.029,6 14.684,4 7.527,9 7.799,4 3,61 3 T e k s t i l 9.606,9 11.205,5 13.234,0 12.446,5 12.661,7 6.408,9 6.465,1 0,88 4 Pengolahan Karet 6.179,9 9.522,6 14.540,4 10.818,6 9.724,1 5.080,7 4.152,2 -18,27 5 Elektronika 6.359,7 9.254,6 9.536,1 9.444,1 8.520,1 4.242,5 3.923,9 -7,51 6 Pulp dan Kertas 6.156,0 5.708,2 5.769,4 5.518,0 5.644,0 2.760,2 2.726,7 -1,21 7 Pengolahan Tembaga, Timah

dll

4.440,5 6.506,0 7.501,0 5.049,5 4.843,5 2.716,4 2.422,0 -10,84 8 Kimia Dasar 4.492,5 4.568,6 6.119,9 4.870,5 5.083,5 2.384,3 3.071,8 28,83 9 Makanan dan Minuman 4.485,1 3.228,6 4.505,2 4.652,9 5.379,8 2.487,0 2.620,6 5,37 10 Pengolahan Kayu 2.374,8 4.280,3 4.475,0 4.539,9 4.727,7 2.329,1 2.614,5 12,26 11 Kulit, Barang Kulit dan Sepatu/

Alas Kaki

2.006,6 2.665,6 3.450,9 3.561,7 3.933,1 1.989,2 2.014,1 1,25 12 Alat-alat Listrik 2.148,9 2.657,9 2.995,1 3.085,0 3.188,7 1.547,6 1.485,3 -4,03 Total 12 Besar Industri 65.376,6 87.691,8 108.497,9 102.413,2 99.050,9 49.838,5 50.930,1 2,19

Total Industri 73.435,8 98.015,1 122.188,7 116.125,1 113.029,9 56.555,9 59.085,0 4,47

Sumber: BPS diolah Kemenperin

Amerika serikat menjadi negara tujuan ekspor terbesar Indonesia pada bulan Juni 2014 mencapai US$ 1.408,7 juta, disusul oleh Tiongkok dan Jepang masing-masing mencapai US$ 1.329,2 juta dan US$ 1.214,4 juta. Sedangkan untuk peningkatan ekspor non-migas terbesar dari bulan Mei ke Juni ada pada negara Thailand sebesar 11,37 persen lalu diikuti oleh Inggris sebesar 10,43 persen, dan Amerika Serikat sebesar 9,31 persen. Sedangkan

(21)

Tiongkok yang mencapai US$ 8.977,1 juta, kemudian Negara Amerika Serikat mencapai US$ 7.901,6 juta, dan Negara Jepang yang mencapai US$ 7.108,3 juta.

Tabel 2.9

Ekspor Nonmigas Indonesia Menurut Negara Tujuan Januari - Juni 2014

Mei 2014 Juni 2014 Jan - Jun 2013 Jan - Jun 2014

Jun 2014 thd Mei 2014 Jan-Jun 2014 thd Jan-Jun 2013 ASEAN 2,533.90 2,483.40 15,498.50 14,509.60 -1.99 -6.38 19.84 1 Singapura 916.30 871.10 5,424.30 5,267.50 -4.93 -2.89 7.20 2 Malaysia 632.00 574.20 3,784.30 3,240.10 -9.15 -14.38 4.43 3 Thailand 395.00 439.90 2,754.80 2,539.30 11.37 -7.82 3.47 ASEAN Lainnya 590.60 598.20 3,535.10 3,462.70 1.29 -2.05 4.73 1,406.80 1,442.90 8,307.90 8,288.90 2.57 -0.23 11.33 4 Jerman 251.10 259.90 1,450.50 1,428.40 3.50 -1.52 1.95 5 Perancis 95.50 90.20 531.00 519.40 -5.55 -2.18 0.71 6 Inggris 142.90 157.80 796.50 834.60 10.43 4.78 1.14 Uni Eropa Lainnya 917.30 935.00 5,529.90 5,506.50 1.93 -0.42 7.53 Negara Utama Lainnya 6,105.20 5,992.50 38,804.00 36,532.20 -1.85 -5.85 49.95 7 Tiongkok 1,444.70 1,329.20 10,084.90 8,977.10 -7.99 -10.98 12.27 8 Jepang 1,161.80 1,214.40 8,150.30 7,108.30 4.53 -12.78 9.72 9 Amerika Serikat 1,288.70 1,408.70 7,544.40 7,901.60 9.31 4.73 10.80 10 India 1,073.90 949.30 6,769.00 5,680.00 -11.60 -16.09 7.77 11 Australia 307.90 243.80 1,329.70 2,011.20 -20.82 51.25 2.75 12 Korea Selatan 481.00 474.70 3,114.50 2,809.20 -1.31 -9.80 3.84 13 Taiwan 347.20 372.40 1,811.20 2,044.80 7.26 12.90 2.80 8,538.00 8,385.60 53,545.40 50,361.50 -1.78 -5.95 68.85 3,909.90 4240.1 21,195.30 22,780.20 8.45 7.48 31.15 Total Ekspor Nonmigas 12,447.90 12,625.70 74,740.70 73,141.70 1.43 -2.14 100.00 Lainnya

Negara Tujuan

Nilai FOB (juta US$) Perubahan (%) Peran thd Total Nonmigas Jan-Jun 2014 (%) Uni Eropa

Total 13 Negara Tujuan

(22)

Dari total 13 negara tujuan ekspor, terjadi penurunan sebesar 1,78 persen pada bulan Juni 2014 dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan kontribusi terbesar dari total ekspor nonmigas periode Jan – Jun 2014 diberikan oleh Negara Tiongkok sebesar 12,27 persen, kemudian Negara Amerika Serikat sebesar 10,80 persen, dan Negara India sebesar 7,77 persen.

Tabel 2.10

Perkembangan 12 Besar Impor Industri Non Migas Tahun 2010 s.d Juni 2014

(US$ Juta) 2013 2014

1 Besi Baja, Mesin-mesin dan Otomotif 43.218,6 52.471,7 62.624,6 54.637,1 28.534,0 24.576,6 -13,87 2 Elektronika 14.176,2 16.116,6 16.702,5 16.564,5 8.504,1 8.098,1 -4,77 3 Kimia Dasar 11.431,5 15.413,3 16.077,1 16.387,9 8.303,1 8.405,5 1,23 4 T e k s t i l 5.031,2 6.735,2 6.805,5 7.116,2 3.653,3 3.627,8 -0,70 5 Makanan dan Minuman 4.514,2 6.851,9 6.158,4 5.801,3 2.981,8 3.012,1 1,02 6 Alat-alat Listrik 3.142,8 3.769,1 4.190,6 4.124,3 2.135,5 1.805,6 -15,45 7 Pulp dan Kertas 2.731,8 3.262,6 3.019,9 3.200,6 1.605,0 1.589,8 -0,95 8 P u p u k 1.509,2 2.707,0 2.918,4 1.941,6 1.034,9 899,7 -13,06 9 Makanan Ternak 1.871,6 2.220,5 2.799,7 3.044,5 1.408,3 1.549,3 10,01 10 Barang-barang Kimia lainnya 2.199,3 2.592,3 2.753,6 2.945,7 1.489,1 1.436,4 -3,54

11 Plastik - - - 2.376,9 1.162,3 1.177,1 1,28 12 Pengolahan Tembaga,Timah dll 1.822,1 2.195,1 2.377,4 2.141,1 1.091,2 1.085,3 -0,54 13 Pengolahan Aluminium 1.398,2 1.936,6 1.973,1 - - - - 93.046,7 116.271,9 128.400,8 120.281,6 61.902,7 57.263,4 -7,49 101.115,4 126.099,5 139.734,1 131.400,7 67417.4 62509.6 -7,28 %

Total 12 Besar Industri

Total Industri

No URAIAN 2010 2011 2012 2013 Jan-Juni

Sumber: BPS diolah Kemenperin

Pada periode Jan – Juni 2014 (semester I) impor produk industri sebesar US$ 62,5 milyar atau menurun sebesar 7,28 persen bila dibanding dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Industri Besi Baja, Mesin-Mesin dan Otomotif masih menjadi industri dengan nilai impor tertinggi yaitu dengan nilai US$ 24.576,6 juta. Selanjutnya berturut-turut diikuti oleh Industri Kimia Dasar dengan nilai US$ 8,405.5 juta; Industri

(23)

3.627,8 juta; Industri Makanan dan Minuman dengan nilai US$ 3.012,1 juta; Industri Alat-alat Listrik dengan nilai US$ 1.805,6 juta; Industri Pulp dan Kertas dengan nilai US$ 1.589,8 juta; Industri Makanan Ternak dengan nilai US$1.549,3 juta; Industri Barang-Barang Kimia Lainnya dengan nilai US$1.436,4 juta; Industri Plastik dengan nilai US$ 1.177,1 juta; Industri Pengolahan Tembaga, Timah, dll dengan nilai US$ 1.085,3 juta; dan terakhir Industri Pupuk dengan nilai US$ 899,7 juta.

Tiongkok menjadi negara pengimpor non-migas terbesar Indonesia pada bulan Juni 2014 mencapai US$ 2.507,3 juta, disusul oleh Jepang dan Malaysia masing-masing mencapai US$ 1.529,2 juta dan US$ 943,3 juta. Sedangkan untuk peningkatan impor non-migas terbesar dari bulan Mei ke Juni ada pada negara Perancis sebesar 34,95 persen lalu diikuti oleh Korea Selatan sebesar 26,70 persen, dan Australia sebesar 26,04 persen. Sedangkan pencapaian impor non-migas terbesar Jan – Jun 2014 ada pada negara Tiongkok yang mencapai US$ 15.167,8 juta, kemudian Negara Jepang mencapai US$ 8.672,0 juta, dan Negara Singapura yang mencapai US$ 5.140,2 juta.

Dari total 13 negara asal barang impor, terjadi peningkatan sebesar 12,54 persen pada bulan Juni 2014 dibanding bulan sebelumnya. Sedangkan kontribusi terbesar dari total impor nonmigas periode Jan – Jun 2014 diberikan oleh Negara Tiongkok sebesar 22,25 persen, kemudian Negara Jepang sebesar 12,72 persen, dan Negara Singapura sebesar 7,54 persen.

(24)

Tabel 2.11

Impor Non Migas Indonesia Menurut Negara Asal Barang Januari - Juni 2014

Negara Asal Barang

Nilai FOB (juta US$) Perubahan (%) Peran thd Total

Nonmigas Jan-Jun

2014 (%) Mei 2014 Juni 2014 Jan - Jun 2013 Jan - Jun 2014

Jun 2014 thd Mei 2014 Jan-Jun 2014 thd Jan-Jun 2013 ASEAN 2,455.70 2,747.70 15,666.60 15,234.70 11.89 -2.76 22.34 1 Singapura 843.40 862.80 5,084.50 5,140.20 2.30 1.10 7.54 2 Malaysia 827.50 943.30 5,754.20 4,961.20 13.99 -13.78 7.28 3 Thailand 453.00 564.50 3,072.00 2,992.30 24.61 -2.59 4.39 ASEAN Lainnya 331.80 377.10 1,755.90 2,141.00 13.65 21.93 3.14 Uni Eropa 1,051.70 1,143.70 7,123.50 6,509.60 8.75 -8.62 9.55 4 Jerman 387.70 366.60 2,447.00 2,119.80 -5.44 -13.37 3.11 5 Perancis 88.70 119.70 829.70 696.80 34.95 -16.02 1.02 6 Inggris 75.10 88.30 526.80 463.20 17.58 -12.07 0.68 Uni Eropa Lainnya 500.20 569.10 3,320.00 3,229.80 13.77 -2.72 4.74

Negara Utama Lainnya 6,114.70 6,947.60 39,993.50 38,594.20 13.62 -3.50 56.61

7 Jepang 1,257.60 1,529.20 9,761.80 8,672.00 21.60 -11.16 12.72 8 Tiongkok 2,507.30 2,657.30 14,429.00 15,167.80 5.98 5.12 22.25 9 Amerika Serikat 685.50 822.50 4,561.90 4,332.60 19.99 -5.03 6.35 10 Korea Selatan 592.20 750.30 4,663.80 3,972.30 26.70 -14.83 5.83 11 Australia 420.50 530.00 2,386.00 2,640.10 26.04 10.65 3.87 12 Taiwan 298.00 314.30 2,077.90 1,864.60 5.47 -10.27 2.73 13 India 353.60 344.00 2,113.10 1,944.80 -2.71 -7.96 2.85

Total 13 Negara Tujuan 8,790.10 9,892.80 57,707.70 54,967.70 12.54 -4.75 80.62

Lainnya 2,273.60 2433.7 14,595.80 13,213.00 7.04 -9.47 19.38

Total Impor Nonmigas 11,063.70 12,326.50 72,303.50 68,180.70 11.41 -5.70 100.00

(25)

2.4 INVESTASI

Perkembangan realisasi total investasi PMA dan PMDN dari tahun 2010 – 2013 menunjukkan tren peningkatan, hal ini juga diikuti oleh jumlah proyek yang diinvestasikan. Untuk realisasi penanaman modal pada triwulan II-2014 sebesar Rp 116,2 triliun atau meningkat sebesar 9 persen dari triwulan I-2014 sebesar Rp 106,6 triliun. Dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, realisasi penanaman modal juga meningkat sebesar 16,4 persen. Sedangkan realisasi penanaman modal untuk semester I-2014 sebesar Rp 222,8 triliun atau meningkat sebesar 15,6 persen dari semester I-2013 (kurs US$ 1= Rp10.500 sesuai dengan APBN 2014).

Tabel 2.12

Perkembangan Realisasi Penanaman Modal

(Rp Triliun)

Investasi 2010 2011 2012 2013 TW II-2014 Sem I-2014

P I P I P I P I P I P I PMA 3,076.0 170.2 4,342.0 204.5 4,579.0 257.9 9,612.0 300.5 3,267.0 78.0 5,909.0 150.0 PMDN 875.0 60.6 1,313.0 76.0 1,210.0 92.2 2,129.0 128.1 477.0 38.2 914.0 72.8 Total 3,951.0 230.8 5,655.0 280.5 5,789.0 350.1 11,741.0 428.6 3,744.0 116.2 6,823.0 222.8 P= Proyek I= Investasi

Sumber: BKPM diolah oleh Kemenperin

Realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) pada triwulan II-2014 sebesar Rp 78 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 8,39 persen bila dibanding dengan triwulan sebelumnya. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, investasi PMA

(26)

Realisasi investasi Penananaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada triwulan II-2014 sebesar Rp 38,2 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 10,29 persen bila dibanding dengan triwulan sebelumnya. Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, investasi PMDN mengalami peningkatan dari Rp 33,1 triliun menjadi Rp 38,2 triliun atau meningkat sebesar 15,26 persen. Sedangkan selama periode Januari – Juni 2014, investasi PMDN mencapai Rp 72,8 triliun, bila dibandingkan dengan semester I 2013 maka investasi PMDN mengalami peningkatan sebesar 20,09 persen. 3,337.3 6,789.6 11,770.0 15,858.8 6,711.6 -2,000.0 4,000.0 6,000.0 8,000.0 10,000.0 12,000.0 14,000.0 16,000.0 18,000.0 2010 2011 2012 2013 Sem I 2014

Grafik 2.4 Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri (US$ Juta)

Jika dilihat dari sektor sekunder atau sektor industri merupakan pemberi kontribusi terbesar dalam pembentukan PMA pada triwulan II-2014 yaitu sebesar 43,31 persen atau senilai US$ 3.218,6 juta. Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor ini mengalami penurunan sebesar 7,86 persen dan sebesar 6,96 persen bila dibandingkan dengan triwulan tahun sebelumnya. Sedangkan bila dibandingkan dengan semester I 2013, pada semester I 2014 juga mengalami penurunan sebesar 16,23 persen.

(27)

Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 46,97 persen dari total investasi PMA Januari – Juni 2014.

Tabel 2.13

20 Besar Negara Untuk Realisasi PMA Semester I-2014 No Negara Asal (US$ Juta)Investasi Proyek

1 Singapura 3,393.93 883 2 Jepang 1,541.70 562 3 Malaysia 717.35 297 4 Amerika Serikat 663.13 102 5 Korea Selatan 654.75 539 6 Inggris 646.18 112 7 Belanda 604.71 103 8 Australia 449.70 134 9 Mauritius 430.58 29

10 British Virgin Islands 368.15 146

11 R.R. Tiongkok 231.12 259 12 Hongkong, RRT 216.51 128 13 Thailand 193.66 36 14 Swiss 115.63 36 15 Seychelles 111.55 13 16 Kanada 95.83 19 17 Taiwan 79.78 91 18 Perancis 69.88 59 19 Luxembourg 49.37 18 20 Afghanistan 42.04 4

Sumber: BKPM diolah Kemenperin

PMA pada semester I-2014 bila berdasarkan asal negara, investasi terbesar diberikan oleh Negara Singapura dengan nilai US$ 3.393,93 Juta atau memberikan kontribusi sebesar 50,57 persen pada pembentukan PMA

(28)

Singapura US$ 3,393.93 Juta Jepang US$ 1,541.70 Juta Malaysia US$ 717.35 Juta Amerika Serikat US$ 663.13 Juta Korea Selatan US$ 654.75 Juta

Realisasi PMA Semester I-2014 Berdasarkan Asal Negara

Inggris US$ 646.18 Juta Belanda US$ 604.71 Juta Australia US$ 449.70 Juta Mauritius US$ 430.58 Juta British Virgin Islandas US$ 368.15 Juta

Realisasi PMA Semester I-2014 Berdasarkan Asal Negara

Tiongkok US$ 231.12 Juta Hongkong US$ 216.51 Juta Thailand US$ 193.66 Juta Swiss US$ 115.63 Juta Seychelles US$ 111.55 Juta

Realisasi PMA Semester I-2014 Berdasarkan Asal Negara

Kanada US$ 95.83 Juta Taiwan US$ 79.78 Juta Perancis US$ 69.88 Juta Luxembourg US$ 49.37 Juta Afghanistan US$ 42.04 Juta

Realisasi PMA Semester I-2014 Berdasarkan Asal Negara

Grafik 2.5 Realisasi PMA Semester I-2014 Berdasarkan Asal Negara

Dari 12 cabang industri yang ada dalam pembentukan PMA pada sektor sekunder ini, cabang industri makanan memberikan kontribusi terbesar pada triwulan II-2014 yaitu 39,99 persen dengan nilai US$ 1.287,1 juta. Sedangkan untuk pertumbuhan investasi terbesar pada triwulan II-2014 dibanding triwulan sebelumnya, ada pada Industri Lainnya dari US$ 12,5 menjadi US$53,9 juta atau sebesar 331,6 persen. Lalu diikuti oleh Industri Karet dan Plastik sebesar 290,27 persen; Industri Makanan sebesar 65,46 persen dan Industri Logam, Mesin, dan Elektronik sebesar 15,48 persen. Sedangkan sisanya mengalami penurunan, Industri Kertas dan Percetakan mengalami penurunan terbesar yaitu 95,84 persen.

(29)

Tabel 2.14

Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri

(US$ Juta)

P I P I P I P I P I P I

1 Industri Makanan 194.0 1,025.7 308.0 1,104.6 347.0 1,782.9 797.0 2,117.7 271.0 1,287.1 482.0 2,065.0 2 Industri Tekstil 110.0 154.8 166.0 497.3 149.0 473.1 241.0 750.7 89.0 81.9 156.0 181.8 3 Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 30.0 130.4 59.0 255.0 73.0 158.9 91.0 96.2 37.0 17.5 60.0 163.7 4 Industri Kayu 31.0 43.1 29.0 51.1 38.0 76.3 59.0 39.5 23.0 2.7 35.0 9.2 5 Ind. Kertas dan Percetakan 32.0 46.4 42.0 257.5 57.0 1,306.6 103.0 1,168.9 31.0 21.4 52.0 535.9 6 Ind. Kimia dan Farmasi 159.0 793.4 223.0 1,467.4 230.0 2,769.8 430.0 3,142.3 170.0 468.1 276.0 979.4 7 Ind. Karet dan Plastik 100.0 104.3 148.0 370.0 147.0 660.3 231.0 472.2 89.0 239.6 157.0 301.0 8 Ind. Mineral Non Logam 8.0 28.4 46.0 137.1 48.0 145.8 138.0 874.1 47.0 164.3 78.0 522.5 9 Ind. Logam, Mesin & Elektronik 269.0 589.5 383.0 1,772.8 364.0 2,452.6 679.0 3,327.1 275.0 460.4 462.0 859.1 10 Ind. Instru. Kedokteran, Presisi &

Optik & Jam 2.0 - 5.0 41.9 4.0 3.4 12.0 26.1 3.0 - 4.0 -11 Ind. Kendaraan Bermotor & Alat

Transportasi Lain 97.0 393.8 147.0 770.1 163.0 1,840.0 342.0 3,732.2 126.0 421.6 220.0 1,027.5 12 Industri Lainnya 59.0 27.6 87.0 64.7 94.0 100.2 199.0 111.7 70.0 53.9 102.0 66.4 Jumlah 1,091.0 3,337.3 1,643.0 6,789.6 1,714.0 11,770.0 3,322.0 15,858.8 1,231.0 3,218.6 2,084.0 6,711.6 Sem I 2014 TW II 2014 No Sektor Sekunder 2010 2011 2012 2013

Sumber: BKPM diolah oleh Kemenperin

Bila dilihat berdasarkan lokasi tempat pembentukan investasi PMA triwulan II-2104, Pulau Jawa memberikan kontribusi terbesar dengan nilai US$ 4.455,2 juta atau 59,95 persen. Dengan DKI Jakarta memberikan kontribusi sebesar 22,71 persen atau senilai US$ 1.687,5 juta diikuti Jawa Barat sebesar 19,70 persen atau senilai US$ 1.463,9 juta, dan Kalimantan Timur sebesar 9,31 persen atau senilai US$ 691,9 juta.

(30)

Tabel 2.15

Perkembangan Realisasi PMA Berdasarkan Lokasi (US$ Juta)

TW I TW II

1 SUMATERA 1,270.8 787.5

2 JAWA 3,252.2 4,455.2

3 BALI & NUSA TENGGARA 266.9 286.0

4 KALIMANTAN 1,494.1 1,298.9 5 SULAWESI 171.5 209.5 6 MALUKU 37.2 17.6 7 PAPUA 363.5 376.8 6,856.2 7,431.6 2014 No Lokasi JUMLAH

Sumber: BKPM diolah Kemenperin

Untuk pertumbuhan investasi berdasarkan lokasi, bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, Pulau Jawa mengalami kenaikan sebesar 36,99 persen atau dari US$ 3.252,2 juta menjadi US$ 4.455,2 juta. Sedangkan yang mengalami penurunan yaitu Maluku dari US$ 37,2 juta menjadi US$17,6 juta atau sebesar 52,63 persen. Sedangkan bila dilihat berdasarkan negara asal pembentukan PMA khususnya ASEAN, maka Singapura menjadi negara terbesar dalam melakukan investasi dengan nilai US$ 2.112,8 atau sebesar 76,01 persen. Diikuti oleh Malaysia dengan nilai US$ 616,6 juta atau sebesar 22,18 persen, Thailand dengan nilai US$ 39,3 juta atau sebesar 1,41 persen, dan terakhir Filipina dengan nilai US$ 10,9 juta atau sebesar 0,39 persen.

Nilai investasi PMDN pada Januari – Juni 2014 sebesar Rp 23.182,6 milliar atau menurun sebesar 13,87 persen dari periode yang sama tahun 2013. Investasi sektor industri memberikan kontribusi sebesar 31,84 persen dari total investasi PMDN pada Januari – Juni 2014. Bila dibandingkan

(31)

8,57 persen dan bila dibandingkan dengan triwulan tahun sebelumnya mengalami penurunan 24,53 persen.

25,612.6 38,533.8 49,888.9 51,171.1 23,182.6 -10,000.0 20,000.0 30,000.0 40,000.0 50,000.0 60,000.0 2010 2011 2012 2013 Sem I 2014

Grafik 2.6 Perkembangan Investasi PMDN Sektor Industri (Rp Miliar)

Tabel 2.16

Perkembangan Investasi PMDN Sektor Industri

(Rp Miliar)

P I P I P I P I P I P I

1 Industri Makanan 166.0 16,405.4 258.0 7,940.9 222.0 11,166.7 434.0 15,080.9 120.0 4,928.9 209.0 9,765.0

2 Industri Tekstil 26.0 431.7 52.0 999.2 51.0 4,450.9 101.0 2,445.9 17.0 190.4 34.0 553.2

3 Ind. Barang Dari Kulit & Alas Kaki 4.0 12.5 3.0 13.5 9.0 76.7 10.0 80.1 1.0 - 3.0 67.3

4 Industri Kayu 6.0 451.3 14.0 514.9 15.0 57.0 18.0 390.7 2.0 2.7 10.0 63.3

5 Ind. Kertas dan Percetakan 25.0 1,102.8 53.0 9,296.3 64.0 7,561.0 112.0 6,849.4 12.0 1,446.6 27.0 2,381.5

6 Ind. Kimia dan Farmasi 64.0 3,266.0 106.0 2,711.9 94.0 5,069.5 153.0 8,886.5 26.0 2,510.9 54.0 3,455.8

7 Ind. Karet dan Plastik 48.0 522.8 81.0 2,295.7 110.0 2,855.0 145.0 2,905.2 41.0 1,171.3 73.0 1,640.3

8 Ind. Mineral Non Logam 13.0 2,264.6 39.0 7,440.5 37.0 10,730.7 66.0 4,624.5 14.0 1,436.0 41.0 3,320.7

9 Ind. Logam, Mesin & Elektronik 50.0 789.6 76.0 6,787.0 81.0 7,225.7 131.0 7,567.5 26.0 366.8 51.0 1,716.7

(32)

Dari 12 cabang industri yang ada dalam pembentukan PMDN pada sektor sekunder ini, cabang industri makanan memberikan kontribusi terbesar pada triwulan II-2014 yaitu 40,84 persen dengan nilai Rp4.928,9 milliar. Sedangkan untuk pertumbuhan investasi terbesar pada triwulan II-2014 dibanding triwulan sebelumnya, ada pada Industri Karet dan Plastik dari Rp60,5 milliar menjadi Rp1.171,3 milliar atau sebesar 1837,34 persen. Lalu diikuti oleh Industri Kimia dan Farmasi sebesar 97,93 persen; dan Industri Tekstil sebesar 9,12 persen.

2.5 PERKEMBANGAN MONETER -2 0 2 4 6 8 10 Ja n' 13 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Se pt Okt N ov Des Ja n' 14 Feb Mar Apr Mei Jun Jul Pe rs en

bulan ke bulan Kalender Tahun ke Tahun

Grafik 2.7 Tingkat Inflasi Bulan ke Bulan, Tahun Kalender, dan Tahun ke Tahun Gabungan 82 Kota, 2013 - 2014

Pada bulan Juli 2014 terjadi inflasi sebesar 0,93 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 113,05. Bila berdasarkan tahun kalender, inflasi Juli 2014 tercatat sebesar 2,94 persen. Apabila berdasarkan tingkat inflasi tahun ke tahun, juli 2014 terhadap juli 2013, sebesar 4,53

(33)

Sedangkan inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks seluruh kelompok pengeluaran, yaitu: kelompok bahan makanan 1,94 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 1,00 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,45 persen; kelompok sandang 0,85 persen; kelompok kesehatan 0,39 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,45 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,88 persen.

Tabel 2.17

IHK dan Tingkat Inflasi Gabungan 82 Kota Juli 2014, Tahun Kalender 2014, dan Tahun ke Tahun Menurut Kelompok

Pengeluaran (2012=100)

IHK IHK IHK Inflasi Laju Inflasi Inflasi No Kelompok Pengeluaran Juli 2013 Des 2013 Juli Juli 20141 tahun Kalender Tahun ke

2014 20142 Tahun3

Umum 108.15 109.82 113.05 0.93 2.94 4.53

1 Bahan Makanan 115.96 114.64 119.69 1.94 4.41 3.22

2 Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 106.66 109.92 114.05 1.00 3.76 6.93

3 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 104.85 107.63 110.5 0.45 2.67 5.39

4 Sandang 100.53 103.31 105.62 0.85 2.24 5.06

5 Kesehatan 106.44 105.00 108.40 0.39 3.24 4.8

6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga 103.3 105.68 107.2 0.45 1.44 3.78

7 Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 112.53 113.49 115.86 0.88 2.09 2.96

Sumber: BPS diolah Kemenperin

1Persentase perubahan IHK Juli 2014 terhadap IHK bulan sebelumnya 2Persentase perubahan IHK Juli 2014 terhadap IHK Desember 2013 3Persentase perubahan IHK Juli 2014 terhadap IHK Juli 2013

Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada Juli 2014 antara lain: ikan segar, tarif listrik, tarif angkutan antar kota, tarif angkutan

(34)

ringan/snack, mie, nasi dengan lauk, siomay, soto, rokok kretek, rokok putih, tarif kontrak rumah, upah tukang bukan mandor, uang sekolah TK, uang sekolah SD, mobil, dan tarif kereta api. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga adalah: wortel.

Untuk perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, sejak April hingga Juni 2014 nilai tukar rupiah mengalami pelemahan. Berdasarkan catatan Bank Indonesia, pada bulan April 2014 rupiah ditutup di level Rp11.562 melemah 1,74 persen dibandingkan akhir bulan Maret atau point to point (ptp). Secara rata-rata atau month to month (mtm), rupiah pada bulan April Rp 11.439 atau melemah 0,17 persen dari bulan sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh kekhawatiran atas perlambatan ekonomi Tiongkok dan eskalasi ketegangan geopolitik di perbatasan Ukraina-Rusia.

Pada bulan Mei, rupiah mengalami depresiasi. Menurut Bank Indonesia, rupiah secara rata-rata (mtm) melemah 0,81 persen dari bulan sebelumnya menjadi Rp 11.532 per dolar AS. Dibandingkan dengan akhir bulan lalu (ptp), rupiah terdepresiasi sebesar 0,97 persen atau pada level Rp11.675 per dolar AS. Hal ini disebabkan oleh permintaan korporasi atas dolar cenderung meningkat untuk pembayaran hutan luar negeri dan repatriasi dividen.

Untuk bulan Juni, rupiah secara rata-rata (mtm) melemah 3,03 persen dari bulan sebelumnya menjadi Rp 11.892 per dolar AS. Sedangkan secara ptp, rupiah terdepresiasi sebesar 1,52 persen dan ditutup pada level Rp 11.855 per dolar AS. Hal ini dipengaruhi oleh perilaku investor yang menunggu hasil pemilihan umum Presiden 2014.

Sedangkan untuk suku bunga, sejak bulan April hingga Juni 2014, berdasarkan catatan Bank Indonesia suku bunga lending facilitydan deposit

(35)

Kebijakan ini adalah upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5+1% pada 2014 dan 4+1% pada 2015.

2.6 PROYEKSI PENDUDUK DAN TENAGA KERJA INDUSTRI

Berdasarkan data dari BPS, diperkirakan pada tahun 2035 jumlah penduduk Indonesia mencapai 305 juta orang. Dengan penyumbang penduduk terbesar berada di Pulau Jawa sebesar 167 juta orang atau sebesar 54,74 persen dari total penduduk di tahun tersebut. Meskipun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2010 – 2035 menunjukkan kecenderungan menurun. Hal ini disebabkan oleh tingkat kelahiran yang lebih cepat daripada tingkat penurunan kematian. Dimana angkat kelahiran kasar turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 14 per 1000 penduduk pada akhir proyeksi. Sedangkan angka kematian kasar naik dari 6,4 per 1000 penduduk menjadi 8,8 per 1000 penduduk.

Tabel 2.18

Proyeksi Penduduk Indonesia 2010 - 2035

(Ribuan)

2010 2015 2020 2025 2030 2035

Pulau Sumatera 50,860.30 55,272.90 59,337.10 62,898.60 65,938.30 68,500.00 Pulau Jawa 137,033.30 145,143.60 152,449.90 158,738.00 163,754.80 167,325.60 Bali dan Kep Nusa Tenggara 13,129.70 14,108.50 15,047.80 15,932.40 16,751.40 17,495.70 Pulau Kalimantan 13,850.90 15,343.00 16,769.70 18,082.60 19,264.00 20,318.10 Pulau Sulawesi 17,437.10 18,724.00 19,934.00 21,019.80 21,953.50 22,732.00 Kep Maluku 2,585.20 2,848.80 3,110.70 3,363.70 3,603.60 3,831.40 Pulau Papua 3,622.30 4,020.90 4,417.20 4,793.90 5,139.50 5,449.60 Indonesia 238,518.80 255,461.70 271,066.40 284,829.00 296,405.10 305,652.40 Tahun Wilayah

(36)

10,6 persen. Perubahan susunan ini mengakibatkan beban ketergantungan (dependency ratio) turun dari 50,5 persen pada tahun 2010 menjadi 47,3 persen pada tahun 2035. Menurunnya rasio beban ketergantungan menunjukkan berkurangnya beban ekonomi bagi penduduk umur produktif (usia kerja) yang menanggung penduduk umur tidak produktif.

Tabel 2.19

Proyeksi Proporsi Penduduk Usia 15 - 65 Tahun 2010 - 2035 (Persen) 2010 2015 2020 2025 2030 2035 15 - 64 66.50 67.30 67.70 67.90 68.10 67.90 65+ 5.00 5.40 6.20 7.50 9.00 10.60 Usia Tahun Sumber: BPS

Penyerapan tenaga kerja sektor industri dari tahun 2010 – 2012 mengalami peningkatan meskipun pada tahun 2013 mengalami penuruan. Peningkatan ini berkaitan dengan investasi yang dilakukan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Secara rata-rata dari tahun 2010 – 2012, tenaga kerja mengalami pertambahan sebanyak 837.959 orang dengan laju pertumbuhan sebesar 6,16 persen per tahun. Total penyerapan tenaga kerja sektor industri dari tahun 2009 – 2013 sebanyak 71.333.176 orang, dimana Industri Makanan, Minuman dan Tembakau memberikan kontribusi terbesar yaitu sebesar 28 persen.

(37)

Tabel 2.20

Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Non Migas Tahun 2009 – 2013

(Orang)

No Jenis Industri 2009 2010 2011 2012 2013

1 Makanan, Minuman dan Tembakau 3,526,972 3,734,252 4,134,133 4,338,042 4,090,882 2 Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki 3,153,708 3,486,086 3,594,999 3,706,724 3,671,473 3 Brg. kayu & Hasil hutan lainnya 2,563,109 2,739,038 2,267,393 2,419,211 2,021,299 4 Kertas dan Barang cetakan 554,923 589,547 363,011 401,997 637,436 5 Pupuk, Kimia & Barang dari karet 721,022 835,268 931,522 1,013,240 1,044,926 6 Semen & Brg. Galian bukan logam 1,102,982 977,241 1,223,612 1,257,265 1,136,401 7 Logam Dasar Besi & Baja 115,347 144,321 335,441 395,196 238,614 8 Alat Angk., Mesin & Peralatannya 877,017 1,001,925 1,204,251 1,307,058 1,555,084 9 Barang lainnya 193,896 288,424 467,066 484,120 487,702 Total 12,808,976 13,796,102 14,521,428 15,322,853 14,883,817 Sumber: Sakernas berbagai tahun (BPS)

(38)
(39)

BAB III

ISU AKTUAL

Pertumbuhan perekonomian Indonesia pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen sedikit melambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perlambatan ini bisa disebabkan banyak faktor, antara lain ekonomi, sosial, dan politik yang berkembang di tanah air. Pada triwulan II-2014 tersebut, ada beberapa isu yang cukup menyita perhatian dan dimungkinkan mempengaruhi laju perekonomian, yang antara lain isu mengenai pemilihan presiden dan wakil presiden 2014, penerbitan uang baru nominal Rp100.000, dan rencana kenaikan BBM.

3.1

PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Perhelatan akbar 5 tahunan ini sangat dinanti oleh para pelaku pasar maupun para investor. Dengan adanya presiden baru, maka akan menentukan arah kebijakan perekonomian Indonesia selanjutnya. Para pelaku pasar dan investor akan mengikuti proses pemilu dr awal sampai dengan selesai. Kondisi ini membuat para pelaku pasar mengambil sikap menunggu sampai dengan terpilihnya presiden, ini berdampak pada pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mengalami pelemahan, dari bulan April nilai tukar sebesar Rp11.439 terus mengalami kenaikan hingga menjadi Rp11.892 pada bulan Juni 2014.

Menghadapi pemilihan umum presiden dan wakil presiden yang dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2014, dari sektor ekonomi terjadi

(40)

bulan Juni, ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga pada periode tersebut sebagaimana telah diuraikan pada Bab II Buku ini.

3.2 PENERBITAN UANG NOMINAL RP100.000

Isu mengenai penerbitan uang baru nominal Rp100.000 dapat dimungkinkan mempengaruhi inflasi. Secara teori apabila uang yang beredar terlalu banyak, maka mengakibatkan transaksi ekonomi juga meningkat. Namun dengan tidak diimbanginya suplai barang membuat pasar tidak bisa memenuhi permintaan, dampaknya membuat harga akan meningkat. Menurut Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) UI, I Kadek Dian Sutrisna Artha, Bank Indonesia harus mempunyai data yang akurat mengenai jumlah uang yang beredar dan yang akan diedarkan. Hal ini menjadi tantangan bagi Bank Indonesia dalam memonitor jumlah uang yang beredar dimasyarakat setelah pencetakan uang baru diterbitkan ke masyarakat.

Gambar 3.1

Desain Uang Rp100.000 Edisi Tahun Emisi 2014

Sumber: Bank Indonesia

Karena dalam catatan sejarah Bank Indonesia, pada tahun 1954 – 1959 Indonesia pernah menghadapi inflasi yang tinggi akibat jumlah uang

(41)

tahun 1958 terjadi inflasi sebesar 46 persen dengan jumlah uang yang beredar Rp 29.372 juta sedangkan pada tahun 1959 jumlah uang yang beredar melonjak Rp 5.517 juta menjadi Rp 34.889 juta dengan inflasi sebesar 22 persen.

3.3 RENCANA KENAIKAN HARGA BBM Tabel 3.1

Perkembangan Harga BBM 2005 – 2013 (Rp)

Tahun Tanggal Harga %

2005 1 Mar 05 2400 1 Okt 05 4500 87.50% 2008 24 Mei 08 6000 33.33% 1 Des 08 5500 -8.33% 15 Des 08 5000 -9.09% 2009 15 Jan 09 4500 -10.00% 2013 22 Jun13 6500 44.44%

Sumber: ESDM diolah Kemenperin

Isu yang terakhir yaitu rencana kenaikan harga BBM bersubsidi. Dalam catatan sejarah pada pemerintahan SBY-Boediono telah menaikkan harga BBM bersubsidi sebanyak 3 kali dan menurunkannya juga 3 kali. Kenaikan pertama kali pada tanggal 1 Oktober 2005 dari harga Rp2.400 perliter menjadi Rp4.500 perliter. Kenaikan sebesar 87,5 persen ini membuat inflasi di bulan Oktober sebesar 8,7 persen. Dimana penyumbang terbesar inflasi diberikan oleh bensin sebesar 1,88 persen. Lalu pada

(42)

Berkaca pada pengalaman yang lalu, dikhawatirkan bila rencana kenaikan BBM bersubsidi ini terealisasi maka dapat memicu inflasi. Karena dengan naiknya harga BBM bersubsidi membuat harga kebutuhan lainnya akan ikut naik, khususnya pada kelompok bahan makanan. Hal ini terkait dengan masalah pengangkutan bahan makanan yang memerlukan bensin. Ketika kebutuhan pokok ikut naik, namun tidak diimbangi dengan pendapatan, maka daya beli masyarakat akan dapat berkurang. Jika berkurang dikhawatirkan akan menambah jumlah masyarakat miskin.

2000 3000 4000 5000 6000 7000

1 Mar 05 1 Okt 05 24 Mei 08 1 Des 08 15 Des 08 15 Jan 09 22 Jun13

Perkembangan Harga BBM 2005-2013

Perkembangan Harga BBM

Sumber: ESDM diolah Kemenperin

Grafik 3.1 Perkembangan Harga BBM Bersubsidi 2005 - 2013

Sedangkan untuk sektor industri khususnya sektor yang membutuhkan BBM untuk produksi, distribusi dan bahan baku akan terkena dampak. Untuk kenaikan BBM sebesar 33 persen pada tahun 2005 dan 44 persen pada tahun 2008, berdasarkan kajian dari Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian yang menggunakan Computable General Equilibrum (CGE), menurunkan output sektor industri pengolahan non migas sebesar 0,12 persen dan 0,14 persen. Menurut Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia

Gambar

Grafik 2.1 Perkembangan Nilai Ekspor Indonesia (FOB) Juni 2013 – Juni 2014
Grafik 2.2 Perkembangan Nilai Impor Indonesia (FOB) Juni 2013 – Juni 2014
Grafik 2.3 Perkembangan Ekspor - Impor Industri Non Migas (US$ Juta) Untuk  periode  semester  I-2014  ini,  perkembangan  nilai  ekspor  industri  non  migas  sebesar  US$ 59.085,1  Juta  atau  tumbuh  sebesar  4,47  persen  bila  dibandingkan  dengan  pe
Grafik 2.4 Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri (US$ Juta) Jika  dilihat  dari  sektor  sekunder  atau  sektor  industri  merupakan  pemberi kontribusi terbesar dalam pembentukan PMA pada triwulan II-2014  yaitu sebesar 43,31 persen atau senilai US$
+5

Referensi

Dokumen terkait

PEMENUHAN KEWAJIBAN FASOS FASUM • DIAKUI pada saat BAST • Penguasaan berpindah • DINILAI berdasarkan BAST, atau • Nilai Wajar/Nilai Pasar DICATAT sebagai Pendapatan

Merendah di sisi belakang kemudian meninggi dengan kenaikan sudut yang !ukup tajam pada area (asade menjadi sebuah ungkapan kehati#hatian untuk menunjukkan eksistensinya

Untuk pengembangan di daerah lain yang mempunyai lingkungan ber- beda (iklim dan tanah berbeda) perlu dilakukan uji multilokasi di beberapa lokasi selama bebe- rapa tahun,

Timbal (Pb) merupakan logam yang bersifat neurotoksin yang dapat menyebabkan anemia, paling sedikit 3 enzim yang terlibat dalam biosintesis heme akan dihambat oleh Pb di

Black dkk, 31 di Banglades mendapatkan hasil yang berbeda, yaitu pemberian suplemen besi dan preparat zink yang diberikan secara mingguan selama 6 bulan baik sendiri

Pembakaran pada motor bakar Diesel terjadi karena bahan bakar yang diinjeksikan ke dalam silinder terbakar dengan sendirinya akibat suhu udara kompresi dalam ruang

Penelitian ini mengacu pada proses pembelajaran tentang pemanfaatan situs Bung Karno di Ende sebagai media dalam pembelajaran sejarah. Penelitian bertujuan : 1) Mengetahui

Hasil dari penelitian yang dilakukan Rosita (2009) menunjukkan bahwa variabel Nilai Utilitarian secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian