• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN SISWA MEMERANKAN ISI DONGENG DI KELAS II SDN 6 BULANG SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO. Normala Is. Abd.Rahman. (Mahasiswa jurusan S1 PGSD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN SISWA MEMERANKAN ISI DONGENG DI KELAS II SDN 6 BULANG SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO. Normala Is. Abd.Rahman. (Mahasiswa jurusan S1 PGSD)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN SISWA MEMERANKAN ISI DONGENG DI KELAS II SDN 6 BULANG SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO

Normala Is. Abd.Rahman (Mahasiswa jurusan S1 PGSD) UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan siswa memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6 Bulango Selatan, dengan tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan bagaimana kemampuan siswa memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini dimaksud untuk mendeskripsikan upaya guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6 Bulango Selatan, engan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, tes dan dokumentasi. Dari hasil penelitian guru sudah melakukan berbagai upaya yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankan isi dongeng, baik dalam penggunaan media, model dan metode pembelajaran, melibatkan siswa dalam pembelajaran, memberikan fasilitas serta memberikan tugas-tugas dan evaluasi tentang memerankan isi dongeng itu semua sudah dilakukan seoptimal mungkin. Sehingga disimpulkan bahwa guru telah melakukan upaya meningkatkan kemempuan siswa dalam memerankan isi dongeng pada siswa kelas II SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango.

Kata kunci : Kemampuan, memerankan, dongeng BAB I

PENDAHULUAN

Pembelajaran Bahasa Indonesia dapat membina siswa mengembangkan kemampuan mereka agar dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Pembinaan dan pengembangan itu terdiri atas empat macam yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat kemampuan tersebut harus dimiliki oleh setiap orang agar dapat berkomunikasi dengan baik. Kurangnya kemampuan pada salah satu keterampilan tersebut akan menyebabkan kurang efektifnya kegiatan komunikasi yang terjadi.

(2)

Salah satu keterampilan berbahasa adalah keterampilan berbicara. Berbicara sebagai kegiatan berbahasa yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan berbahasa lainnya. Hal yang sangat berharga untuk kegiatan berbicara dapat diperoleh melalui keterampilan menyimak, membaca dan menulis.

Semakin banyak kegiatan untuk menyimak, membaca dan menulis akan mempermudah seseorang berbicara. Sebab dengan kegiatan tersebut akan memperbanyak kosakata yang dimiliki. Semakin banyak kosakata yang dimilki semakin mempermudah dan memperlancar seseorang untuk berbicara.

Menurut Suherli Kusmana (2009:51) berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Salah satu keterampilan berbicara dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain yakni mendongeng. Mendongeng merupakan hal yang menyenangkan dan sangat penting untuk menumbuhkembangkan kemampuan berbicara seseorang.

A. Aditya (2010:1) mengemukakan dongeng adalah karya sastra berbentuk prosa atau karangan yang isinya melukiskan suatu kejadian atau peristiwa. Selanjutnya menurut Yudi Irawan (2010:2) yaitu pada saat baik mendongeng dihadapan pendengar maupun secara tidak langsung tidak lepas dari pihak pendengar. Oleh karena itu, dalam mendongeng harus beranggapan bahwa ketika mendongeng sesungguhnya sedang berkomunikasi dengan pendengar. Jadi dongeng merupakan keterampilan berbahasa lisan yang menyenangkan yang isinya melukiskan suatu kejadian atau peristiwa.

Ketika di sekolah dasar, mendongeng merupakan bagian dari kegiatan belajar yang diikuti siswa. Oleh karena siswa itu diharapkan memiliki kemampuan dalam mendongeng. Mendongeng sebagai salah satu sarana mengungkapkan pikiran, perasaan, gagasan kepada pihak lain dalam bentuk berbahasa lisan. Dalam hal ini siswa dilatih memerankan dongeng dengan kata-katanya sendiri secara singkat.

Menurut Muhammad Noor (2010:54) bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa

(3)

dengan memerankan sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankannya.

Kegiatan bermain peran merupakan permainan yang mengasah kemampuan mengingat dan bereksplorasi dengan dunia hayal siswa-siswa. selain melatih daya serap dan pemahaman siswa, aktivitas bermain peran juga membuat siswa menjadi lebih terlatih untuk mengenal lingkungan sekitar, serta siswa akan dibiasakan untuk menghilangkan perbedaan dan sekat antara proses pelatihan saat bermain dengan realitas sebenarnnnya.

Dalam bermain peran siswa meniru tindakan dan karakter dari orang-orang yang dikaguminya atau ditakutinya dari orang-orang yang berada disekitarnya, yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari maupun dari tokoh yang ditonton sehingga melibatkan penggunaan bahasa. Melalui kegiatan memerankan dongeng guru dapat melihat kemampuan siswa dalam penggunaan bahasa lisan yang baik dan benar. Bertolak dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul: “Kemampuan Memerankan Isi Dongeng Pada Siswa Kelas II SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bonebolango”

BAB II

KAJIAN TEORITIS A. Hakikat Memerankan 1. Pengertian Memerankan

Menurut Muhammad Noor (2010:54) bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.

Menurut Hafiz Muthoharoh, 2009 bermain peran adalah salah satu proses belajar mengajar yang tergolong dalam metode simulasi. Metode pengajaran simulasi terbagi menjadi 3 kelompok yaitu: (1) Permainan simulasi (simulation

(4)

games) yakni suatu permainan di mana para pemainnya berperan sebagai tempat pembuat keputusan, bertindak seperti jika mereka benar-benar terlibat dalam suatu situasi yang sebenarnya, dan atau berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan peran yang ditentukan untuk mereka, (2) Bermain peran (role playing) yakni memainkan peranan dari peran-peran yang sudah pasti berdasarkan kejadian terdahulu, yang dimaksudkan untuk menciptakan kembali situasi sejarah/peristiwa masa lalu, menciptakan kemungkinan-kemungkinan kejadian masa yang akan datang, menciptakan peristiwa mutakhir yang dapat diperkaya atau mengkhayal situasi pada suatu tempat dan/ atau waktu tertentu, dan (3) Sosiodrama (sociodrama) yakni suatu pembuatan pemecahan masalah kelompok yang dipusatkan pada suatu masalah yang berhubungan dengan relasi kemanusiaan. Sosiodrama memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan alternatif pemecahan masalah yang timbul dan menjadi perhatian kelompok.

Selanjutnya menurut Eko Budi Santoso, 2011 bermain peran atau role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.

Jadi bermain peran atau role playing adalah sebuah permainan di mana para pemain memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Siswa dapat berperan sebagai dan perilaku seperti orang lain sesuai dengan skenario yang telah disusun gurunya. Dalam hal ini diharapkan siswa memperoleh inspirasi dan pengalaman baru yang dapat memeperngaruhi sikap siswa. Guru mengatur sedemikian sehingga cerita yang disusun cukup bagus dan dapat menarik perhatian siswa, sehingga semata-mata semua siswa dapat masuk didalamnya, ikut merasakan dan ikut mengalaminya. Dengan demikian siswa diharapkan dapat menyesuaikan diri dalam situasi seperti pada cerita tersebut, serta dapat mengembangkannya.

(5)

2. Kelebihan Dan Kelemahan Memerankan

Seperti halnya metode pembelajaran pada umumnya, metode bermain peran memiliki kelebihan disamping kelemahan-kelemahannya.

Menurut Muhammad Noor (2010:54) kelebihan dan kelemahan metode bermain peran yaitu sebagai berikut:

a. Kelebihan Memerankan

1) Melibatkan seluruh siswa dapat berpartisipasi mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama

2) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh

3) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda

4) Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan

b. Kelemahan Memerankan

1) Sosiodrama dan bermain peran memerlukan waktu yang relatif panjang 2) Melakukan kreatifitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun

siswa didik, dan ini tidak semua guru maupun siswa yang memilikinya

3) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk melakukan suatu adegan tertentu

4) Apabila pelaksanaan metode bermain peran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai

(6)

B. Hakikat Dongeng 1. Pengertian Dongeng

Mendongeng merupakan keterampilan berbahasa lisan yang menyenangkan. Mendongeng sangat penting bagi penumbuhkembangan

keterampilan berbicara, bukan hanya sebagai keterampilan komunikasi, melainkan juga sebagai seni.

Menurut Yudi Irawan (2010:1) mendongeng adalah menceritakan dongeng, yaitu cerita yang tidak benar-benar terjadi (fiksi), terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh kepada pendengar.

Selanjutnya menurut D.A Aditya (2010:38) dongeng adalah cerita khayalan atau cerita fantasi yang tidak masuk akal. Cerita yang disampaikan dalam

dongeng merupakan cerita yang tidak pernah terjadi dan tidak mungkin terjadi. Dongeng termasuk jenis prosa lama. Jadi dongeng adalah cerita khayalan yang tidak benar-benar terjadi atau cerita fantasi yang tidak masuk akal.

Menyampaikan dongeng yang menarik memang membutuhkan

keterampilan khusus. Mulai dari cara menyampaikan cerita, kontrol volume dan intonasi suara, hingga menirukan suara maupun perilaku tiap-tiap karakter yang ada dalam cerita perlu diperhatikan.

Dongeng dapat menjadi cara yang sangat efektif dalam berkomunikasi dan memasukan informasi pada pendengar selain itu juga dengan mendongeng dapat meningkatkan kognitif, afektif dan psikomotor bagi. Tentu mendongeng sebelum tidur dan mendongeng di kelas jelas berbeda.

Memasukan informasi haruslah melalui suatu hal yang disenangi,

pembelajaran yang menyenangkan akan memudahkan dalam menyerap informasi dan salah satunya yaitu dengan dongeng, pada fase ini, siswa mampu

berimajinasi atau berfantasi berbagai hal. Mereka memainkan kursi sebagai mobil, kereta atau kuda, bermain peran dan lain-lain. Kemampuan anak yang

berimajinasi ini perlu difasilitasi untuk meningkatkan daya imajinasinya yang kemudian akan mampu mengembangkan kognitif dan daya ingat.

(7)

Dongeng biasanya menceritakan hal-hal yang fantastis dan tidak masuk akal serta berlatar belakang atau dunia binatang. Isi cerita dongeng biasanya mencerminkan kehidupan bermasyarakat disuatu daerah tertentu.

2. Jenis-Jenis Dongeng

Menurut Suryati terdapat banyak jenis– jenis dongeng. Secara umum dongeng dibedakan menjadi enam jenis, yaitu:

1)

Dongeng Fabel

Cerita fabel atau cerita binatang adalah cerita yang tokoh-tokohnya adalah binatang-binatang. Dalam cerita fabel, binatang-binatang tersebut memiliki sifat dan perilaku seperti manusia, misalnya bersifat baik, rendah hati, bisa tertawa, bisa menangis, dan mampu berkata-kata.

2)

Dongeng Biasa

Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang. Misalnya dongeng Ande-Ande Lumut, Joko Kendil, Joko Tarub, Sang Kuriang, serta Bawang Putih dan Bawang Merah

3)

Dongeng Legenda

Dongeng legenda yaitu dongeng yang mengisahkan tentang terjadinya nama, antara lain : nama tempat, gunung, danau atau sungai. Dongeng yang berasal dari legenda dapat diadopsi dan disesuaikan dengan karakteristik anak.

4)

Dongeng Mithe atau Mitos

Mitos adalah cerita yang menceritakan tentang dewa-dewa, mahluk halus, dan hal-hal lain yang bersifat gaib yang berkaitan dengan kepercyaan masyarakat tempat cerita tersebut tumbuh dan berkembang.

Menurut Dendy Sugono (2007:128) mitos bermula dari pemikiran manusia yang tidak mau menerima begitu saja semua fenomena alam yang ditangkap dengan akal dan panca indranya. Karena dorongan naluri yang amat kuat, pikiran manusia itu ingin mencari sesuatu yang dianggap lebih konkret daripada kenyataan duniawi. Namun, dalam usaha menemukan yang lebih nyata dan lebih kekal itu, seseorang atau sekelompok

(8)

masyarakat tertentu cenderung membayangkan sesuatu dengan dunia angannya sendiri.

Dongeng mithe biasanya berkenaan dengan dongeng–dongeng aneh, tentang mahluk – mahluk halus, seperti jin, setan, siluman, roh halus dan sejenisnya yang tidak ada di alam nyata dan tidak dapat dijangkau oleh logika.

5)

Dongeng Hikayat

Dongeng hikayat yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah. Kadang – kadang didongengkan secara berlebihan, sehingga tidak masuk akal.

6)

Dongeng Lelucon

Dongeng lelucon adalah dongeng yang menceritakan tentang kelucuan seorang tokoh, sehingga mengundang tawa pada para pembaca atau pendengar.

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Latar penelitian

Penelitian ini dilaksnakan di SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango yang merupakan tempat peneliti melaksanakan praktek pengalaman lapangan II (PPL II). Di SDN 6 Bulango Selatan terletak di jalan Irigasi Lomaya Tapa Desa Mekar kecamatan Bolango Selatan, Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo. Atas petimbangan lokasi tersebut mudah dijangkau dan peneliti sudah mengetahui sebagian kecil dari berbagai hal terkait lokasi penelitian.

3.2 Pendekatan Dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatifdengan maksud untuk menjelaskan secara naratif tentang upaya guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam memerankan isi dongeng di kleas II Sdn 6 Bulango Selatan Kabupten Bone Bolango. Dengan jenis penelitian adalah penelitian deskriptif.

(9)

3.3 Kehadiran Peneliti

Penelitian pertama diawali dengan pengumpulan data berdasarkan pelaksanaan observasi pada hari kamis tanggal 25 April 2013, terhadap proses belajar mengajar dengan memerankan isi dongeng, dengan mengamati kegiatan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Pada kunjungan selanjutnya, tepatnya hari kamis tanggal

27 April, peneliti mengadakan wawancara dengan guru dan juga siswa.

wawancara tersebut dilakukan untuk melengkapi data-data yang ada.

3.4 Data dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data yang berupa kata-kata berbentuk informasi dari wawancara dan hasil angket guru kelas dan siswa kelas IV SDN 1 Kabila Kabupaten Bone Bolango tentang upaya-upaya guru meningkatkan kemampuan siswa dalam mengurang bilangan bulat serta dokumen hasil belajar siswa kelas IV. Sumber data terdiri dari guru dan siswa sebagai informan yang diwawancarai.

3.5 Prosedur Pengumpulan Data 1) Observasi

2) Wawancara 3) Tes

4) Dokumentasi

3.6 Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengadakan pengecekan terhadap keabsahan data dapat dilakukan dengan hal-hal seperti berikut:

a) Perpanjangan kehadiran peneliti dilapangan b) Observasi yang mendalam

c) Pembahasan sejawat d) Melacak kesesuaian hasil e) Pengecekan anggota 3.7 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Tetapi, dalam penelitian ini

(10)

analisis data dilakukan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. 1) Reduksi Data 2) Penyajian Data 3) Penarikan Kesimpulan 3.8 Tahap-Tahap Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan mengikuti tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Tahap Persiapan

2. Tahap Pelaksanaan 3. Tahap Penutup BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango pada siswa kelas II dengan jumlah siswa 20 orang. Adapun penelitian ini mengenai kemampuan siswa memerankan isi dongeng. Pelaksanaan penelitian dengan mengamati, mengobservasi, dan wawancara yang dilakukan sebanyak dua kali. Penelitian pertama diawali dengan pengumpulan data berdasarkan pelaksanaan observasi pada hari kamis tanggal 25 April 2013, terhadap proses belajar mengajar dengan memerankan isi dongeng, dengan mengamati kegiatan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Pada saat pelaksnaan pembelajaran siswa masih ada yang berceritadengan teman sebangkunya, dan juga masih banyak pula siswa yang tidak memperhatikan pelajaran. Hal ini disebabkan karena pembelajaran yang dilakukan sesudah jam istirahat sehingga siswa malas belajar.

Pada kunjungan selanjutnya, tepatnya hari kamis tanggal 27 April, peneliti mengadakan wawancara dengan guru dan juga siswa. wawancara tersebut dilakukan untuk melengkapi data-data yang ada. Peneliti melakukan wawancara terhadap siswa dengan menanyakan apakah memerankan isi dongeng itu sulit, dan apa yang harus diperhatikan dalam memerankan isi dongeng. Sebagian besar siswa mengatakan dalam bermain peran ataupun memerankan isi dongeng tidak terlalu sulit, karena menurut mereka menyenangkan jika harus berperan sebagai

(11)

tokoh-tokoh dalam dongeng, dan yang harus mereka perhatikan pada saat memerankan dongeng tersebut yaitu watak atau karakter tokoh, sesuai pengamatan siswa juga masih kurang mampu memerankan watak atau karakter tokoh dalam dongeng. Sedangkan hambatan yang dialami siswa ketika memerankan isi dongeng yaitu kosakata.

Kegiatan berikutnya peneliti mewawancarai Guru kelas II yaitu Ibu Yusnita T. Belu, S.Pd mengenai pembelajaran siswa dalam memerankan isi dongeng. Dalam wawancara ditemukan bahwa guru mengajarkan materi kepada siswa secara runtut sesuai dengan kurikulum yang ada, dan dalam pelaksanaan pembelajaran guru hanya menjelaskan atau membacakan dongeng tersebut kemudian siswa memerankannya didepan kelas. Selain itu guru mengatakan sebagian siswa masih ada yang mengalami kesulitan dalam memerankan isi dongeng. Hal ini disebabkan siswa kurang memperhatikan rangkaian dongeng yang dibacakan guru.

4.2 Temuan Umum

Secara umum, peneliti memperoleh gambaran bahwa siswa sangat menyukai pelajran khususnya bahasa indonesia. Selain itu dalam proses pembelajaran yang terjadi di kelas sudah cukup baik, hal ini dapat dilihat dari keberadaan siswa dalam proses pembelajaran, memperhatikan guru menyampaikan materi, bertanya jika ada hal-hal yang kurang dipahami dalm belajar.

Namun masih terdapat juga hambatan dalam pembelajaran yaitu masih terdapat siswa yang tidak menyukai kegiatan bermain peran atau memerankan isi dongeng, gugup dalam mengikuti pelajaran, banyak bermain dalam proses pembelajran dan masih terdapat siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini dilihat dari kurangnya motivasi siswa terhadap materi pembelajaran.

4.3 Temuan khusus

Adapun temuan khusus yang diperoleh peneliti dari 20 orang siswa kelas II SDN 6 Bulango Selatan dalam kemampuan memerankan dongeng masih terdapat siswa yang mampu maupun siswa yang tidak mampu, hal ini dapat dilihat dari persentasi yang diperoleh siswa, dari aspek yang dinilai.

(12)

Rekapitulasi Hasil Analisis Kemampuan Siswa Memerankan Isi Dongeng

No Aspek Yang Dinilai Persentasi

1. Mimik/Ekspresi M 5 25 % KM 12 60% TM 3 15% 2. Koherensi/kesesuaian isi dongeng M 14 70% KM 5 25% TM 1 5% 3. Watak/Karakter M 4 20% KM 13 65% TM 3 15% 4.4 Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di kelas II SDN 6 Bulango Selatan, Peneliti menempatkan bahwa dalam kegiatan memerankan isi dongeng sebenarnya tidak lepas dari peran guru. Dalam hal ini guru dituntut untuk memberikan pembelajran yang menarik, khususnya dalam hal berbicara. Pemilihan media dan metode pembelajran yang tepat, efektif dan aktif menjadi salah satu hal yang harus menjadi perhatian guru.

Dengan memberikan kesempatan siswa bermain peran atau memerankan tokoh dalam dongeng, siswa menjadi aktif serta dan dapat berfikir kreatif terhadap tokoh yang akan diperankanya. Namun dalam pembelajaran memerankan isi dongeng ini masih terdapat kelebihan dan kekurangannya

(13)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Kemampuan siswa dalam memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6

Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango masih perlu mendapatkan bimbing serta

latihan secara terus-menerus dari guru kelas. Hal ini telah dibuktikan dengan hasil

penelitian yang telah dilakukan dari 20 orang siswa diperoleh 11 orang siswa atau

55% siswa yang mampu memerankan isi dongeng sedangkan 9 orang siswa atau 45%

belum mampu memerankan isi dongeng dengan baik.

5.2 Saran

Melihat hasil simpulan di atas maka disarankan .

1. Kepada Semua guru untuk sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan dan

keterampilan dalam melaksanakan tugas mengajarnya.

2. Bagi Siswa yaitu untuk lebih meningkatkan kemampuan dan kreativitasnya

dalam berbahasa serta dapat menemukan cara belajar yang efektif terutama dalam

hal kemampuan memerankan isi dongeng.

3. Bagi Sekolah yaitu, sebagai bahan masukkan dalam peningkatan kemampuan

siswa dalam memerankan isi dongeng serta memperbaiki proses pembelajaran di

sekolah.

4. Bagi penulis untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan siswa

memerankan isi dongeng di kelas II SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone

(14)

Bolango dan menjadi bahan bagi calon peneliti lainnya untuk meningkatkan dan

mengembangkan hasil penelitian ini pada penelitian selanjutnya.

Daftar Pustaka

Abdilah Nur Rahayu, 2013. Kajian Teori Dongeng: Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim

Aditya. D.A, 2010. Ensiklopediaku Tentang Cerita. Bogor: Adhi Aksara Indonesia.

Dendy Sugono, 2007. Buku Praktis Bahasa Indonesia 2. Jakarta.Pusat Bahasa

Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Gorontalo. 2009. Buku

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo

Hartika Tika, 2010. Pembelajaran dan Penilaian Bahasa Indonesia Referensi untuk

Guru Bahasa Indonesia. Jakarta.Leuser Cita Pustaka.

Irawan Yudi, 2010. Mendongeng Itu Menyenangkan. Bandung. Trans Mandiri Abadi

Kusmana Suherli, 2009. Guru Bahasa Indonesia Profesional. Jakarta: Sketsa Aksara

Lalitya.

Noor Muhammad, 2010. PAIKEM GEMBROT (Pembelajaran Aktif Inofatif Kreatif

Efektif Menyenangkan Gembira dan Berbobot.) Jakarta

Alisa dikin, 2012. Metode Pembelajaran http://alisadikinwear.wordpress.com diakses

tanggal 30 Mey 2013

Anti Aarne dan Stith Thompson, 2013. Kajian Dongeng, definisi dongeng.

http://www.kajianteori.com diakses tanggal 10 Juni 2013

Eko Budi Santoso, 2011. Metode Pembelajaran Bermain Peran

http://ras-eko.blogspot.com diakses tanggal 30 Mey 2013

Hafiz Muthoharoh, 2009. Metode Bermain Peran Role Playing http://alhafizh84.wor

dpress.com diakses tanggal 1 Maret 2013

(15)

Subyantoro, 2011. Jenis-jenis cerita http://odazzander.blogspot.com diakses tanggal 4

Maret 2013

Suryati, 2012. Jenis-jenis Dongeng http://suhayatipaud.blogspot.com diakses tanggal

30 Mey 2013

Godam, 2010. Kegunaan, fungsi, manfaat dongeng untuk anak-anak

http://organisasi.org/ di akses tanggal 10 Juni 2013

Referensi

Dokumen terkait

5 PENINGKATAN PRODUKSI HASIL HUTAN DAN PENGEMBANGAN JASA LINGKUNGAN 6 PENINGKATAN KONSERVASI DAN TATAKELOLA HUTAN SERTA PENGELOLAAN DAS 7 PENGUATAN PASOKAN, BAURAN DAN

Kemudian dilanjutkan dengan tes penegasan (Confirmed test) dalam medium Briliant Green Lactose Broth (BGLB). Hasil MPN dari pengolahan air dengan menggunakan biji kelor pada

Karena meningkatnya tingkat persaingan dengan kompetitor, serta mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi, maka PT Jotun Indonesia memerlukan sebuah sistem yang dapat

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala kasih, karunia, dan bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul WACANA KRITIK SOSIAL KORUPSI

Coronet Crown Purwokerto Banyumas (M. Fadhol Romdhoni, Ageng Brahmadhi), Frekuensi Pemakaian Obat-Obatan Herbal Sebagai Faktor Penyebab Keterlambatan Pengobatan Medis pada

Lalu pendapatan interkoneksi berkontribusi sebesar Rp 2,23 triliun atau turun dari Rp 2,38 triliun, pendapatan jaringan Rp 479 miliar atau turun dari Rp 587 miliar pada semester

Pada kedua peta tersebut, tinggi Hilal adalah besar sudut yang dinyatakan dari posisi proyeksi Bulan di Horizon-teramati hingga ke posisi pusat piringan Bulan berada.. Tinggi