• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DATA DAN ANALISA. didapatkan dari literatur dan informasi dari internet.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DATA DAN ANALISA. didapatkan dari literatur dan informasi dari internet."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DATA DAN ANALISA

Penulis membuat Perancangan Desain Komunikasi Visual untuk Buku cerita yang berisi tentang biografi Jenderal Sudirman. Untuk menunjang pembuatan buku cerita tersebut, penulis telah mengumpulkan sejumlah data yang didapatkan dari literatur dan informasi dari internet.

Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang. Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut. Jenis biografi yang akan dibuat oleh penulis ada biografi yang lebih kepada pendekatan buku cerita; untuk itu memakai sejumlah ilustrasi yang menunjang isi secara tulisan yang ada pada biografi tersebut.

2.1 Sumber Data 2.1.1 Data Literatur

1. Dari buku yang berjudul “ Guru Bangsa_Biografi Jenderal Sudirman”

yang dibuat oleh Sardiman. Berisikan secara cukup akurat tentang seluruh kehidupan Jenderal Sudirman. Dari masa kecil, semua kegiatan dari awal sekolah sampai dengan semua kontribusinya pada Negara Kesatuan

(2)

Indonesia. Dilampirkan juga pada buku tersebut sejumlah surat-surat dengan tulisan asli dari dan kepada Jenderal Sudirman.

2. Data yang diambil dari internet berupa ringkasan secara singkat biografi

Jenderal Sudirman. Berikut ini isi dari data internet yang sudah didapat. Jenderal Sudirman merupakan salah satu tokoh besar di antara sedikit orang lainnya yang pernah dilahirkan oleh suatu revolusi. Saat usianya masih 31 tahun ia sudah menjadi seorang jenderal. Meski menderita sakit paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya melawan Belanda. Ia berlatarbelakang seorang guru HIS Muhammadiyah di Cilacap dan giat di kepanduan Hizbul Wathan.

Ketika pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor yang begitu tamat pendidikan, langsung menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TNI). Ia merupakan Pahlawan Pembela Kemerdekaan yang tidak perduli pada keadaan dirinya sendiri demi mempertahankan Republik Indonesia yang dicintainya. Ia tercatat sebagai Panglima sekaligus Jenderal pertama dan termuda Republik ini.

Sudirman merupakan salah satu pejuang dan pemimpin teladan bangsa ini. Pribadinya teguh pada prinsip dan keyakinan, selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas

(3)

kepentingan pribadinya. Ia selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara. Hal ini boleh dilihat ketika Agresi Militer II Belanda.Iayang dalam keadaan lemah karena sakit tetap bertekad ikut terjun bergerilya walaupun harus ditandu. Dalam keadaan sakit, ia memimpin dan memberi semangat pada prajuritnya untuk melakukan perlawanan terhadap Belanda. Itulah sebabnya kenapa ia disebutkan merupakan salah satu tokoh besar yang dilahirkan oleh revolusi negeri ini.

Sudirman yang dilahirkan di Bodas Karangjati, Purbalingga, 24

Januari 1916, ini memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa, sebuah sekolah yang terkenal berjiwa nasional yang tinggi. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Solo tapi tidak sampai tamat. Sudirman muda yang terkenal disiplin dan giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan ini kemudian menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap. Kedisiplinan, jiwa pendidik dan kepanduan itulah kemudian bekal pribadinya hingga bisa menjadi pemimpin tertinggi Angkatan Perang.

Sementara pendidikan militer diawalinya dengan mengikuti pendidikan tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Bogor. Setelah selesai pendidikan, ia diangkat menjadi Komandan Batalyon di Kroya. Ketika itu, pria yang memiliki sikap tegas ini sering memprotes tindakan tentara Jepang yang berbuat sewenang-wenang dan bertindak kasar terhadap

(4)

anak buahnya. Karena sikap tegasnya itu, suatu kali dirinya hampir saja dibunuh oleh tentara Jepang.

Setelah Indonesia merdeka, dalam suatu pertempuran dengan pasukan Jepang, ia berhasil merebut senjata pasukan Jepang di Banyumas. Itulah jasa pertamanya sebagai tentara pasca kemerdekaan Indonesia. Sesudah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) terbentuk, ia kemudian diangkat menjadi Panglima Divisi V/Banyumas dengan pangkat Kolonel.Dan melalui Konferensi TKR tanggal 2 Nopember 1945,

ia terpilih menjadi Panglima Besar TKR/ Panglima Angkatan Perang

Republik Indonesia.Selanjutnya pada tanggal 18 Desember 1945, pangkat Jenderal diberikan padanya lewat pelantikan Presiden. Jadi ia memperoleh pangkat Jenderal tidak melalui Akademi Militer atau

pendidikan tinggi lainnya sebagaimana lazimnya, tapi karena

prestasinya.

Ketika pasukan sekutu datang ke Indonesia dengan alasan untuk melucuti tentara Jepang, ternyata tentara Belanda ikut dibonceng. Karenanya, TKR akhirnya terlibat pertempuran dengan tentara sekutu. Demikianlah pada Desember 1945, pasukan TKR yang dipimpin oleh Sudirman terlibat pertempuran melawan tentara Inggris di Ambarawa. Dan pada tanggal 12 Desember tahun yang sama, dilancarkanlah serangan serentak terhadap semua kedudukan Inggris. Pertempuran yang berkobar selama lima hari itu akhirnya memaksa pasukan Inggris mengundurkan diri ke Semarang.

(5)

Pada saat pasukan Belanda kembali melakukan agresinya atau yang lebih dikenal dengan Agresi Militer II Belanda, Ibukota Negara RI berada di Yogyakarta sebab Kota Jakarta sebelumnya sudah dikuasai. Jenderal Sudirman yang saat itu berada di Yogyakarta sedang sakit. Keadaannya sangat lemah akibat paru-parunya yang hanya tingggal satu yang berfungsi.

Dalam Agresi Militer II Belanda itu, Yogyakarta pun kemudian berhasil dikuasai Belanda. Bung Karno dan Bung Hatta serta beberapa anggota kabinet juga sudah ditawan. Melihat keadaan itu, walaupun Presiden Soekarno sebelumnya telah menganjurkannya untuk tetap tinggal dalam kota untuk melakukan perawatan. Namun anjuran itu tidak

bisa dipenuhinya karena dorongan hatinya untuk melakukan

perlawanan pada Belanda serta mengingat akan tanggungjawabnya sebagai pemimpin tentara.

Maka dengan ditandu, ia berangkat memimpin pasukan untuk melakukan perang gerilya. Kurang lebih selama tujuh bulan ia berpindah-pindah dari hutan yang satu ke hutan yang lain, dari gunung ke gunung dalam keadaan sakit dan lemah sekali sementara obat juga hampir-hampir tidak ada. Tapi kepada pasukannya ia selalu memberi semangat dan petunjuk seakan dia sendiri tidak merasakan penyakitnya. Namun akhirnya ia harus pulang dari medan gerilya, ia tidak bisa lagi memimpin Angkatan Perang secara langsung, tapi pemikirannya selalu dibutuhkan.

(6)

Sudirman yang pada masa pendudukan Jepang menjadi anggota Badan Pengurus Makanan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Keresidenan Banyumas, ini pernah mendirikan koperasi untuk menolong rakyat dari bahaya kelaparan. Jenderal yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi, ini akhirnya harus meninggal pada usia yang masih relatif muda, 34 tahun.

Pada tanggal 29 Januari 1950, Panglima Besar ini meninggal dunia di Magelang dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta. Ia dinobatkan sebagai Pahlawan Pembela Kemerdekaan.

3. Data artikel tentang respon masyarakat akan topik sejarah Indonesia.

Penting tidaknya sejarah bagi masyarakat ( khususnya Indonesia ) Artikel ini berasal dari internet.

“Sejarah Meneguhkan Masa Depan” oleh Donny Syofyan

Mahasiswa Pascasarjana The Australian National University, Canberra

Kita sering mendengar adanya hubungan erat antara masa lalu, hari ini dan waktu yang akan datang. Sejarah mengajarkan kita bagaimana memahami hubungan semua ini. Namun benarkah proposisi ini? Tidak mudah menjawab pertanyaan tersebut dikarenakan beragamnya kontradiksi pandangan seputar pentingnya sejarah.

Adlai Stevenson (1900-1995), seorang kandidat presiden Amerika Serikat pada pemilu 1956, mengatakan, “Kita bisa memetakan masa

(7)

10 

depan kita dengan jelas dan bijaksana hanya bila kita mengetahui masa lalu yang telah membawa kita kepada hari ini (We can chart our future clearly and wisely only when we know the past which has lead us to the present). Sementara itu, Jules de Goncourt (1830-1870) mengatakan hal yang berseberangan, “Hanya ada dua arus besar dalam sejarah manusia: kerendahan budi yang melahirkan orang-orang konservatif dan keirian yang membuat manusia-manusia revolusioner” (There are only two

great currents in the history of mankind: the baseness which makes conservatives and the envy which makes revolutionaries).

Pasal sepakat atau tidak dengan proposisi di atas, hemat saya, dalam beberapa hal tergantung pada ‘pelajaran sejarah’ yang kita terima masa lalu. Pada satu sisi, bila kita mendapatkan pelajaran yang bagus dan benar dalam sejarah, boleh jadi kita melihat adanya relasi antara masa lalu, masa kini dan masa depan. Di sisi lain, jika apa yang kita peroleh di

masa lalu hanya sebatas pelajaran menghapal ‘fakta mati’ dari

peristiwa-peristiwa yang berlalu, tentu kita tidak bakal mampu

memafhumi ketiga relasi di atas. Karenanya, proposisi tersebut akan ditolak.

Secara pribadi, saya tidak pernah menerima mata pelajaran sejarah yang sensible sebelum saya menaiki jenjang perguruan tinggi. Perguruan tinggilah—lewat interaksi intensif dengan mereka yang benar-benar paham sejarah—membuat saya mengerti apa dan pentingnya sejarah dan maksud proposisi di atas.

(8)

11 

Allan Bloom menyajikan makna proposisi tersebut dengan ringkas, “Kita membutuhkan sejarah, bukan untuk mengatakan kepada kita apa yang terjadi pada masa silam atau menjelaskan masa lalu, tapi membuat masa silam itu hidup sehingga ia bisa menjelaskan kepada kita dan membuat masa depan menjadi mungkin” (We need history, not to tell us what happened or to explain the past, but to make the past alive so that it can explain us and maka a future possible) [The Closing of the American Mind, 1987].

Lalu, apakah sejarah? Dan apakah pemahaman sejarah? Philip H. Phenix mendefinisikan sejarah sebagai “rekreasi imajinatif kejadian-kejadian masa lalu manusia yang paling baik cocok dengan bukti masa kini” (imaginative creative of past human events that best accords with the evidence of the present). Dengan demikian, kajian sejarah adalah “sejarah tentang apa yang telah diperbuat manusia tentang dirinya dalam konteks lingkungan fisik dan sosial. Ia adalah riwayat tentang petualangan moral manusia, tentang keputusan baik dan buruk, dan tentang pertimbangan yang (semuanya) disibakkan dalam konsekuansi-konsekuansinya” (the story of what human beings have made of themselves within the context of their physical and social environments.

It is the account of the moral adventure of mankind, of decisions for

good and for evil, and of the judgements revealed in the consequences). Ringkasnya, “sejarah adalah kajian tentang apa yang sengaja dilakukan manusia di masa lalu” (history is the study of what human

(9)

12 

beings have deliberately done in the past). Karena masa silam telah

berlalu, “meninggalkan hanya jejak-jejak pada dirinya” (leaving only traces of itself). Phoenix menulis bahwa peristiwa-peristiwa bersejarah hanya bisa dipahami dengan “memperbaiki masa lalu setepat mungkin, ...dan dengan memandang peristiwa-peristiswa tersebut sebagai hasil dari keputusan eksistensial pribadi pada saat-saat tertentu” (restoring the past as faithfully as may be,..., and by conceiving those events as outcomes of personal existential decisions at particular times).

Untuk itu, menjadikan masa lalu hidup kembali dalam konteks kekinian mensyaratkan keterlibatan aktif dengan orang-orang yang membuat sejarah dan menganggap mereka sebagai subjek moral yang terlibat dalam perjuangan dalam mengisi takdir mereka.

Apakah sejarah pernah diajarkan dengan cara-cara seperti ini di sekolah-sekolah kita? Saya cenderung menjawab pertanyaan ini secara negatif. Kesalahan terbesar yang “terukir” di sebagian besar sekolah-sekolah kita adalah sejarah seringkali dikelirukan dengan “kronik” (chronicle), yakni daftar peristiwa-peristiwa yang terjadi menurut deret hitung peristiwa itu terjadi. Yang luput dari perhatian kita adalah bahwa kajian sejarah sejatinya terkait erat dengan kejadian-kejadian manusia masa lalu yang harus ditelaah sebagai implikasi pembebasan manusia. Dalam hal ini perlu ditekankan bahwa unsur-unsur kronik bukanlah peristiwa-peristiwa manusia melainkan “prilaku terluar” (outward behavior). Kronik, karenanya, adalah “kerangka sejarah” (the skeleton of

(10)

13 

history), atau sejarah tanpa “prinsip yang menghidupkan” (animating principle), sejarah tanpa signifikansi personal.

Menyentuh kerangka saja tidak akan mendidik generasi muda

untuk mampu menangkap “semangat zaman” (spirit of the time).

Dengan arti kata, pengajaran kronik semata tidak akan memandu generasi muda mendapatkan wawasan yang terkait dengan proses mental peristiwa masa lalu yang masih berlangsung dalam jiwa dan pikiran bangsa. Pada level ekstrem, kecenderungan yang berlebihan pada kronik hanya berakibat pada munculnya sebuah kealpaan psikologis dan drama etika yang kian parah di negeri ini, khususnya di kalangan kawula muda, yang bernama “buta sejarah”. Bila kita tidak tahu “akar tunggang” dari pelbagai krisis yang melanda negeri ini, bagaimana mungkin kita bisa melakukan pembebasan untuk menyongsong masa depan?

Tanpa adanya reformasi pengajaran sejarah yang serius, jangan harap lahirnya tunas-tunas muda bangsa yang paham dengan karkater bangsa dan sadar posisinya selaku pemilik masa depan. Jangan pula berharap akan munculnya pemuda dan pemudi yang kritis untuk mengoreksi kesalahan masa lalu dan arif untuk mengambil yang terbaik di masa silam guna direkonstruksi sesuai kebutuhan dewasa ini.

Mengingat proses “penemuan sejarah” (historical recovery) adalah sebuah proyek dan proses kolektif lintasgenerasi, program perbaikan

sistem dan metode pengajaran sejarah perlu dilihat sebagai persoalan

(11)

14 

tidak tentu dalam upaya perbaikan ini hanya membuat larut apa yang bisa disebut sebagai “kelembaman nasional” (national inertia).

Bisakah program demikian didisain dan diimplementasikan? Saya yakin bisa. Sungguhpun saya tidak punya, atau belum punya, pengalaman mengajarkan sejarah, saya percaya bahwa kita punya ratusan guru sejarah yang berpengalaman dalam sistem kita untuk membimbing sekolah-sekolah kita menuju metode pengajaran sejarah yang otentik, jujur dan ‘tercerahkan’. Diharapakan reformasi pengajaran sejarah ini pada akhirnya akan membangkitkan sense of ideal bangsa ini untuk masa depan. Memahami sense of ideal ini amat krisial, seperti yang dinyatakan oleh Abba Eban pada 1986, “Suatu bangsa menulis sejarahnya dalam citra idealnya” (A nation writes its history in the image of its ideal). Saya percaya bahwa kita akan berhenti menjadi bangsa yang ragu-ragu mengenai masa depan kita begitu kita mengerti bahwa cita dan ideal kita adalah untuk masa depan negeri ini, terutama kaum muda sebagai pelaku sejarah umat manusia abad-abad mendatang.

2.1.2 Data wawancara

Wawancara dilakukan di Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman, Jl. Bintaran wetan 3, Jogjakarta. Dengan narasumber Bpk Manan; TNI AD penjaga dan pemandu museum.

KHUSUS

(12)

15 

2. Kontribusi terbesar apakah yang telah ia berikan?

3. Peristiwa apa yang paling menandakan peran Jenderal Sudirman?

4. Bisa tolong menunjukkan data visual yang ada dari Jenderal Sudirman? (

foto atau seragam yang berkenaan dengan Jenderal Sudirman dan masanya ) UMUM

1. Apakah sudah ada yang pernah melakukan penelitian sejenis?

2. Menurut anda sebesar apa pentingnya sejarah untuk masyarakat Indonesia

sekarang ini?

3. Sejauh yang anda ketahui apakah penyampaian informasi tentang sejarah dan

budaya Indonesia sudah cukup dan cukup baik?

Jawaban Khusus

1. Jenderal Sudirman adalah pahlawan nasional jaman revolusi Indonesia.

Termasuk muda namun sudah dipercayakan menjadi Panglima Besar TKR yang dedikasinya sudah tidak diragukan lagi. Kontribusinya dalam masa revolusi sangat tak terkira. Dalam keadaan fisik yang tidak

sempurna beliau tetap menjalankan tugas dengan penuh semangat.

2. Kontribusinya semua sangat besar. Ia sejak muda sudah menjadi guru dan

kepala sekolah bagi anak bangsa. Menjadi pemimpin pergerakan muda Jepang dan sekaligus menggali informasi untuk pergerakan perjuangan Indonesia, memimpin perang dalam agresi militer Belanda ke 2.

(13)

16 

3. Perang Ambarawa. Disitu terbukti akan kecerdasan dan semangat

perjuangan Jenderal Sudirman. Semua terdapat pada biografi, dijelaskan secara lengkap.

Umum

1. Sudah pernah ada yang melakukan penelitian sejenis, biasanya untuk data

visual memang selalu datang ke Sasmitaloka ini dan untuk data tertulisnya terdapat di wilayah perpustakaan museum TNI AD.

2. Sangat penting sekali karena peristiwa sejarah merupakan fakta

pencapaian suatu negara. Dan tokoh-tokohnya merupakan tokoh yang benar-benar ada. Sekarang ini walaupun masyarakat menyadari artinya sejarah mereka menganggapnya hanya sebagai nama jalan besar atau bangunan tua atau monumen dan hanya pengetahuan untuk belajar saja. Yang terpenting dari sejarah adalah mengetahui dan menyadari

pencapaian apasaja yang sudah pernah dicapai. Sehingga kita yang sedang membuat sejarah ini dapat melakukan yang lebih baik dari sebelumnya

3. Sudah cukup baik, melihat banyak monumen dan museum seperti ini.

Namun belum banyak alat untuk membantu menyadarkan masyarakat terhadap pentingnya sejarah ini. Seperti dalam acara TV tidak ada yang mengandung sejarah. Padahal anak muda jaman sekarang selalu

menonton tv. Harus ada yang bisa mengakali agar sejarah itu menjadi topik pilihan masyarakat untuk dibahas.

(14)

17 

Data visual ( foto – foto )

(15)

18 

(16)

19 

(17)

20 

2.2 Data buku yang akan dibuat

Data untuk buku cerita tentang biografi Jenderal Sudirman ini berisi antara lain : 1. Masa Kecil

2. Teladan di Kalangan Pemuda 3. Pengabdian pada Rakyat

4. PETA

5. Panglima Besar TKR

6. Gerilya

(18)

21 

2.3 Data Target Audience Geografi

Masyarakat perkotaan

Demografi

Anak muda umur 13 - 20 tahun, Golongan ekonomi A-B

Psikografi

Anak muda yang suka membaca buku terutama buku cerita ilustrasi ( komik ). Anak muda yang menyukai cerita yang mengandung cerita kepahlawanan dan terdapat pertempuran ( banyak aksi ).

2.5 Data Kompetitor

Yang menjadi kompetitor dalam projek ini adalah bentuk publikasi yang memiliki target audience dan bobot ilustrasi yang sama.

- Buku terbitan The Readers. Merupakan buku yang diterbitkan untuk

kepentingan edukasi ( pelajaran Bahasa Inggris atau pelajaran membaca ). Secara isi cerita cukup bervariasi. Dan buku ini digolongkan menurut tingkat kemampuan membaca dan memahami bahasa Inggris.

- Graphic novel yang berjudul Jennie. Buku ini ber-seri namun setiap satu

(19)

22 

diatas 13 tahun yang tertarik akan cerita novel bergambar bahasa inggris. Merupakan bentuk lain dalam pembelajaran bahasa inggris.

2.6 Analisa SWOT Strength

- Buku cerita ini secara bahasa bisa diterima oleh semua kalangan , dan

dilengkapi dengan ilustrasi.

- Merupakan buku yang menyajikan sejarah dengan bentuk yang berbeda

dari buku sejarah yang sudah ada.

- Berisi tentang cerita kepahlawanan yang unik karena Jenderal Sudirman

adalah pribadi yang punya dedikasi tinggi terhadap kepentingan negara. Sebagai Jenderal TKR pertama di Indonesia.

Weakness

- Topik sejarah bukanlah topik yang menarik untuk dipelajari/ diketahui

bagi sebagian besar orang ( terutama kelompok target audience yang dipilih oleh penulis ).

- Masyarakat lebih memilih novel / cerita fiksi dibandingkan sebuah

biografi.

- Semakin mudahnya akses informasi melalui internet.

Opportunity

(20)

23 

- Ketertarikan target audience akan buku cukup besar.

- Cerita kepahlawanan mengandung banyak adegan pertempuran yang

digemari anak muda.

Threat

- Sudut pandang masyarakat terhadap topik sejarah adalah hanya berguna

pada saat sekolah saja, untuk kepentingan akademis.

- Lebih banyak buku cerita import yang dipasarkan di toko buku dan

peminatnya tidak sedikit.

- Kecenderungan masyarakat yang lebih tertarik akan pengetahuan / cerita

Referensi

Dokumen terkait

Dengan durasi yang didapat dari perhitungan analisa SNI, kita mulai menyusun jadwal berdasarkan urutan aktivitas dan work breakdown structure untuk menghasilkan jadwal

Studi pustaka dan pengamatan lapangan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil model poros propeller dengan permukaan halus dan ketelitian yang tinggi pada proses

Hal yang dikaji dalam penelitian terdahulu diantaranya ialah produk yang diteliti, periode pembangunan investasi, alat analisis yang digunakan, tingkat diskonto yang

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk merancang dan membuat antena Vivaldi tapered slot di frekuensi 1 - 5 GHz karena alat yang di gunakan untuk pendeteksian obyek yang

Hal ini dapat kita buktikan dari beberapa kesuksesan promosi produk , strategi merangkul komunitas, inovasi produk, tampilan / desain logo produk, dan acara lifestyle yang

Community Based Forest Management (CBFM) in Jragum Vilage, Gunungkidul, Yogyakarta Indonesia Dimuat di 2016 ICONPO VI Conference Program Asia Pacific Society of Public

Bahan yang digunakan sebagai variabel percobaan adalah konsentrasi pelarut etanol dan waktu perendaman pada ekstraksi maserasi jahe emprit (Zingiber officinale Rosc.) dan

Penelitian ini menghasilkan sebuah rancangan aplikasi data warehouse yang mengintegrasikan data demografi penduduk, data anggaran, data potensi dan data usulan