• Tidak ada hasil yang ditemukan

HALAMAN SAMPUL DEPAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HALAMAN SAMPUL DEPAN"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

HALAMAN SAMPUL DEPAN

THE ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE THE SELECTION OF INVENTORY ACCOUNTING METHODS

(Case Study on the Trading Companies and Manufacturing Companies Listed

on the Indonesia Stock Exchange Year 2012-2015)

Oleh

ALIKA LATHIFA HANUM 20130420229

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016

▸ Baca selengkapnya: contoh halaman depan raport

(2)

HALAMAN JUDUL

THE ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE THE SELECTION OF INVENTORY ACCOUNTING METHODS

(Case Study on the Trading Companies and Manufacturing Companies Listed

on the Indonesia Stock Exchange Year 2012-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

ALIKA LATHIFA HANUM 20130420229

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016

(3)
(4)
(5)
(6)

v

“Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk tenang dan sabar”

-Khalifah Umar

“Suatu pekerjaan yang paling tak kunjung bisa diselesaikan adalah

pekerjaan yang tak kunjung pernah dimulai”

-JRR, Tolkien

“Siapa diriku sudah cukup baik apabila aku menjadi diriku sendiri dengan

terus terang”

-Carl Rogers

“Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit kembali setiap kali kita jatuh”

-Confusius

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak

menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka

menyerah”

-Thomas Alva Edison

“Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah

menjadi manusia yang berguna”

-Einstein

“Seribu kata tak akan meninggalkan kesan yang begitu mendalam

dibandingkan dengan satu perbuatan”

-Henrik Ibsen

“Apa yang kau simpan untuk dirimu sendiri akan lenyap, apa yang kamu

berikan pada orang lain akan kamu miliki selamanya”

(7)

vi

Skripsi ini kupersembahkan untuk…

1. Orang Tua tercinta, Bapak Wahyu Padjarto dan Ibu Ernawati,

sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih yang tiada

terhingga, yang telah mendukung baik secara moral dan materil,

terima kasih atas do’a, kasih sayang dan semua pengorbananmu.

2. Adik satu-satunya, Hilmi Atha Riski, yang membuat hidup ini

menjadi ramai dan penuh warna, terima kasih.

3. Seluruh keluarga besar, yang selalu memperhatikanku,

menyemangatiku dan mendo’akanku, terima kasih.

4. Almamater tercinta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

yang telah memberikan ilmu, pengalaman, teman dan keluarga

baru untukku.

(8)

vii

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan membuktikan secara empiris adanya pengaruh ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, rasio lancar dan leverage terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Terdapat 37 perusahaan yang memenuhi kriteria, 6 perusahaan menggunakan metode FIFO dan 31 perusahaan menggunakan metode rata-rata.

Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji beda dan uji hipotesis. Uji beda dilakukan dengan menggunakan Mann-Whitney Test dan uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik dengan metode enter dan tingkat signifikansi 5%. Pengujian dilakukan dengan bantuan program komputer IBM SPSS Statistics Version 22. Hasil dari uji beda memberikan nilai yang signifikan atas kepemilikan manajerial, sedangkan ukuran perusahaan, variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, rasio lancar dan

leverage tidak memberikan nilai yang signifikan, sehingga penelitian ini

memberikan bukti bahwa terdapat perbedaan antara metode FIFO dan metode rata-rata dilihat dari kepemilikan manajerial. Hasil dari uji hipotesis menunjukkan bahwa hanya kepemilikan manajerial dan variabilitas harga pokok penjualan yang berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Sedangkan ukuran perusahaan, variabilitas persediaan, rasio lancar dan leverage tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

(9)

viii

The purpose of this research is to test and prove empirically of the influence of firm size, managerial ownership, variability of inventory, variability of cost of goods sold, current ratio and leverage to the selection method of inventory accounting. The sample in this research are trading companies and manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) from 2012 to 2015 were selected using purposive sampling method. There are 37 companies that meet the criteria, 6 companies using FIFO and the 31 companies using the average method.

Tests conducted in this study include different test and hypothesis test. Different test performed using the Mann-Whitney test and hypothesis test performed by using logistic regression with enter method and significance level of 5%. The test of this research performed by help of a computer program IBM SPSS Statistics Version 22. The results from different test provides significant value over the managerial ownership, while the firm size, variability of inventory, variability of cost of goods sold, current ratio and leverage doesn’t provide significant value, so this research provides evidence that there are differences between FIFO and average method seen from managerial ownership. The results of hypothesis test indicate that only managerial ownership and variability of cost of goods sold which affect the accounting method of inventory. While the firm size, variability of inventory, current ratio and leverage doesn’t affect to the accounting method of inventory.

(10)

ix Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan serta limpahan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE AKUNTANSI PERSEDIAAN (Studi Kasus pada Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi manajer dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan metode akuntansi persediaan pada perusahaannya, selain itu juga dapat memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Skripsi ini terwujud karena adanya berkah dari Allah SWT serta bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, S.E., M.Si., Ak, selaku Kepala Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Dra. Arum Indrasari, M.Buss., Ak., CA, selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan dorongan semangat, bimbingan dan juga waktunya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pencerahan selama penulisan skripsi ini.

(11)

x

6. Teman-teman semua atas kebersamaan, dukungan dan bantuan selama penulisan skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam skripsi ini, oleh karena itu kritik, saran dan pengembangan penelitian yang bersifat konstruktif dari pihak manapun sangat diperlukan demi tercapainya karya tulis yang lebih baik dengan topik yang sama.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 07 Desember 2016

(12)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN INTISARI ... vii

HALAMAN ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Landasan Teori ... 11

B. Penurunan Hipotesis ... 22

C. Model Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Subyek dan Obyek Penelitian ... 37

B. Jenis Data ... 37

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

(13)

xii

A. Gambaran Umum Subyek/Obyek Penelitian ... 49

B. Uji Kualitas Data ... 50

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 63

D. Pembahasan (Intrepretasi) ... 68

BAB V SIMPULAN SARAN DAN KETERBATASAN... 76

A. Simpulan ... 76 B. Saran ... 77 C. Keterbatasan ... 77 D. Implikasi ... 78 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(14)

xiii

4. 1. Prosedur Pemilihan Sampel ... 49

4. 2. Kelompok Sampel Perusahaan Berdasarkan Metode Persediaan ... 50

4. 3. Statistik Deskriptif Sampel ... 51

4. 4. Hasil Uji Normalitas ... 54

4. 5. Hasil Uji Mann-Whitney Test ... 55

4. 6. Hasil Uji Nilai -2 Log Likelihood ... 57

4. 7. Hasil Uji Omnibust Test of Model Coefficient ... 58

4. 8. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 59

4. 9. Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test ... 60

4. 10. Hasil Uji Multikolinearitas ... 61

4. 11. Hasil Uji Matrik Klarifikasi ... 61

4. 12. Hasil Uji Regresi Logistik 2012-2015 ... 63

(15)

xiv

(16)

xv

Lampiran 1. Nama Perusahaan yang menjadi Sampel Penelitian Lampiran 2. Nama Perusahaan yang menggunakan Metode FIFO Lampiran 3. Nama Perusahaan yang menggunakan Metode Rata-rata Lampiran 4. Pengukuran Variabel Ukuran Perusahaan

Lampiran 5. Pengukuran Variabel Kepemilikan Manajerial Lampiran 6. Pengukuran Variabel Variabilitas Persediaan

Lampiran 7. Pengukuran Variabel Variabilitas Harga Pokok Penjualan Lampiran 8. Pengukuran Variabel Rasio Lancar

Lampiran 9. Pengukuran Variabel Leverage Lampiran 10. Hasil Statistik Deskriptif Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas

Lampiran 12. Hasil Uji Mann-Whitney Test Lampiran 13. Hasil Uji Regresi Logistik

(17)

1 A. Latar Belakang Penelitian

Munculnya perusahaan-perusahaan baru baik dalam bidang jasa, dagang ataupun manufaktur menandakan bahwa perkembangan dunia usaha mengalami peningkatan yang cukup pesat. Tujuan utama didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh laba seoptimal mungkin serta untuk memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Agar tujuan tersebut dapat tercapai maka perusahaan harus memiliki sistem manajemen yang baik dan handal yang dapat diterapkan pada kegiatan operasionalnya, salah satunya adalah dalam penerapan metode akuntansi persediaan.

Pada umumnya perusahaan memiliki persediaan yang digunakan atau diproses untuk menghasilkan barang yang dapat memberikan nilai tambah dan manfaat bagi para konsumennya. Persediaan merupakan salah satu unsur dari aset yang bersifat aktif dan memiliki peran penting dalam suatu perusahaan. Dapat dikatakan bahwa persediaan merupakan urat nadi bagi setiap perusahaan, khususnya perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur karena persediaan menjadi kunci utama bagi kedua jenis perusahaan tersebut untuk melancarkan jalannya kegiatan operasi perusahaan.

Persediaan dapat diartikan sebagai aset baik yang berwujud barang ataupun bahan yang dimiliki dan disimpan oleh perusahaan untuk dijual atau diolah kembali. Yang dimaksud persediaan adalah barang-barang yang dibeli oleh

(18)

perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali atau masih dalam proses produksi yang akan diolah lebih lanjut menjadi barang jadi kemudian dijual atau akan dipergunakan dalam proses produksi barang jadi yang kemudian dijual (Mardiasmo, 1999:109).

Menurut Pujianto (2013), persediaan barang dagang dikelompokkan menjadi 2 yaitu persediaan barang dalam perusahaan dagang dan persediaan barang dalam perusahaan manufaktur. Kedudukan perusahaan dagang yang merupakan sebagai distributor dan kedudukan perusahaan manufaktur yang merupakan sebagai produsen menjadikan persediaan memiliki arti yang berbeda bagi masing-masing perusahaan tersebut.

Dalam Islam, metode akuntansi persediaan penting diterapkan guna menghindari kecurangan dan manipulasi informasi. Dengan diterapkannya metode akuntansi persediaan, setiap pergerakan persediaan baik yang masuk maupun yang keluar akan dicatat sehingga apabila terjadi kesalahan dapat ditelusuri dengan mudah. Islam menjelaskan tentang arti penting penerapan metode akuntansi persediaan dalam potongan Q.S. Al-Baqarah ayat 282 sebagai berikut:

"

ُهوُبُتْكاَف ىًّمَسُم ٍلَجَأ َٰلَِإ ٍنْيَدِب ْمُتْنَ ياَدَت اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

ۚ

ْبُتْكَيْلَو

ِلْدَعْلاِب ٌبِتاَك ْمُكَنْ يَ ب

ۚ

َُّللَّا ُهَمَّلَع اَمَك َبُتْكَي ْنَأ ٌبِتاَك َبْأَي َلََو

ۚ

ْبُتْكَيْلَ ف

اًئْيَش ُهْنِم ْسَخْبَ ي َلََو ُهَّبَر ََّللَّا ِقَّتَيْلَو ُّقَْلْا ِهْيَلَع يِذَّلا ِلِلْمُيْلَو

ۚ

" ...

Yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Janganlah penulis menolak untuk menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan kepadanya, maka hendaklah ia menuliskan. Dan hendaklah orang yang berhutang itu mendiktekan, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah, Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripadanya …”.

(19)

Berdasarkan PSAK 14 (1994), terdapat 3 macam metode akuntansi persediaan yang diakui dan diperbolehkan di Indonesia yaitu metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO), metode rata-rata tertimbang atau metode weighted average dan metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau Last In First Out (LIFO). Namun setelah PSAK 14 (1994) direvisi menjadi PSAK 14 (2008) maka hanya terdapat 2 macam metode akuntansi persediaan yang diakui dan diperbolehkan yaitu metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO) dan metode rata-rata tertimbang atau weighted average.

Peraturan dalam PSAK 14 (2008) berbanding lurus dengan peraturan perpajakan di Indonesia yang dituangkan dalam Pasal 10 Ayat 6 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan. Peraturan dalam PSAK 14 (2008) dan peraturan perpajakan di Indonesia hanya mengakui metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO) dan metode rata-rata tertimbang atau weighted average.

Dari hal tersebut diketahui bahwa metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau Last In First Out (LIFO) sudah tidak diakui dan tidak diperbolehkan lagi penggunaannya. Alasan tidak diperbolehkannya penggunaaan metode Masuk Terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau Last In First Out (LIFO) karena dalam dunia perpajakan metode tersebut hanya akan merugikan negara sebab laba yang dihasilkan dari penggunaaan metode tersebut kecil sehingga berdampak pada pajak yang dibayarkan juga semakin kecil.

(20)

Meskipun metode Masuk terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau Last In

First Out (LIFO) sudah tidak diakui lagi penggunaannya namun jika ada

perusahaan yang menggunakan metode Masuk terakhir Keluar Pertama (MTKP) atau Last In First Out (LIFO) dalam laporan keuangannya maka untuk pelaporan pajaknya harus membuat kembali dengan metode yang diperbolehkan yaitu metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First Out (FIFO) atau metode rata-rata tertimbang (weighted average). Hal ini menyebabkan perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan metode FIFO atau rata-rata untuk laporan keuangannya karena tidak perlu lagi membuat untuk tujuan pajak (Gunadi, 1998).

Penelitian yang dilakukan terhadap pemilihan metode persediaan di AS menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan manufaktur pada umumnya menggunakan metode LIFO dan FIFO (Niehaus, 1989). Sedangkan untuk di Indonesia sebanyak 22 perusahaan atau 26,5% menggunakan metode FIFO dan 61 perusahaan atau 73,5% menggunakan metode average. (Syailendra dan Raharja, 2014).

Penggunaan metode akuntansi yang berbeda akan menimbulkan dampak yang berbeda pula. Metode akuntansi yang dipilih dapat mempengaruhi laba yang akan dilaporkan, jumlah pajak yang akan dibayar, dan nilai rasio yang dihasilkan dari neraca (Harrison, et al., 2012). Persediaan adalah contoh aset di mana seorang manajer harus memutuskan metode akuntansi mana yang akan digunakan. Kebijakan antara perusahaan satu dengan perusahaan lain dalam memilih metode akuntansi persediaan tidaklah sama karena perusahaan juga harus memperhatikan

(21)

jenis kegiatan operasional perusahaannya agar metode yang digunakan nantinya dapat benar-benar sesuai dengan keadaan perusahaan.

Pemilihan metode akuntansi persediaan menjadi salah satu pusat perhatian dalam berbagai penelitian karena pemilihan metode akuntansi persediaan nantinya akan berpengaruh terhadap neraca maupun laporan laba rugi yang akan dipakai oleh para pemakai laporan keuangan untuk membuat keputusan-keputusan investasi, kredit dan keputusan-keputusan ekonomi lainnya. Dalam memilih metode akuntansi persediaan selain perbedaan kepentingan, perubahan harga, peraturan perpajakan juga mempertimbangkan kondisi internal yang berupa karakteristik operasional perusahaan yang tercermin dalam kesempatan produksi investasi (Sangadah dan Kusmuriyanto, 2014).

Seperti yang telah dijelaskan bahwa persediaan merupakan salah satu aset terpenting pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur, karena hampir seluruh pendapatannya diperoleh dari hasil penjualan barang sebagai persediaan. Harga pokok penjualan dari hasil penjualan persediaan pada umumnya juga merupakan bagian terbesar dari beban pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. Oleh karena itu manajemen persediaan yang efektif merupakan kunci keberhasilan operasi perusahaan, sehingga tidak mengherankan apabila manajemen perusahaan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membuat perencanaan dan pengendalian persediaan.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya masih memiliki inkonsistensi dalam hasil antara peneliti yang satu dengan peneliti lainnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menguji kembali faktor-faktor yang

(22)

mempengaruhi perusahaan dalam memilih metode akuntansi persediaan. Berdasarkan berbagai hal yang telah diuraikan di atas, peneliti akan melakukan kembali suatu penelitian mengenai persediaan pada perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur, dengan judul: “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR

YANG BERPENGARUH TERHADAP PEMILIHAN METODE

AKUNTANSI PERSEDIAAN (Studi Kasus pada Perusahaan Dagang dan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012-2015)”.

Penelitian ini merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh Mahardika, dkk. (2015). Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah sama-sama menggunakan ukuran perusahaan, variabilitas persediaan dan rasio lancar sebagai variabel independen. Salah satu sampel yang digunakan dalam penelitian Mahardika, dkk. (2015) juga sama dengan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur.

Terdapat 4 hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian Mahardika, dkk. (2015). Yang pertama, adanya penambahan beberapa variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, variabilitas harga pokok penjualan dan

leverage. Yang kedua, adanya perbedaan pengukuran yang digunakan. Perbedaan

pengukuran yang digunakan terjadi pada variabel ukuran perusahaan. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur berdasarkan total aset perusahaan sedangkan pada penelitan Mahardika, dkk. (2015) ukuran perusahaan diukur berdasarkan total penjualan bersih.

(23)

Perbedaan yang ketiga adalah penggunaan sampel, dalam penelitian Mahardika, dkk. (2015) sampel yang digunakan yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) namun dalam penelitian ini sampel dikembangkan menjadi perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perbedaan yang terakhir yaitu pada periodesasi penelitian, periode yang digunakan dalam penelitian Mahardika, dkk. (2015) adalah dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013, sedangkan dalam penelitian ini periode yang digunakan adalah dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015.

B. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel independen yang akan diuji dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok persediaan, rasio lancar dan leverage. Sedangkan variabel dependen yang akan diuji dalam penelitian ini adalah metode akuntansi persediaan. 2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan dagang dan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012 sampai dengan 2015.

(24)

C. Rumusan Masalah Penelitian

Rumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan?

2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan?

3. Apakah variabilitas persediaan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan?

4. Apakah variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan?

5. Apakah rasio lancar berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan?

6. Apakah leverage berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris atas pengaruh ukuran perusahaan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris atas pengaruh kepemilikan manajerial terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

(25)

3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris atas pengaruh variabilitas persediaan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

4. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris atas pengaruh variabilitas harga pokok penjualan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. 5. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris atas pengaruh rasio lancar

terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

6. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris atas pengaruh leverage terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Sebagai sumber ilmu pengetahuan tambahan dalam bidang akuntansi khususnya mengenai persediaan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan serta sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diterima secara teoritis dalam perkuliahan ke dalam dunia nyata.

b. Bagi Akademik

Sebagai sarana untuk pengembangan ilmu akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan persediaan. Hasil penetian ini juga dapat dijadikan

(26)

sebagai kontribusi dalam pengembangan teori dan sebagai acuan serta bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

c. Bagi Manajer

Sebagai acuan dalam melihat hubungan antara kebijakan akuntansi persediaan dengan kegiatan operasional perusahaan untuk menentukan langkah dalam pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan yang dapat menguntungkan perusahaan.

d. Bagi Investor

Sebagai pengetahuan tambahan untuk dijadikan acuan dalam melihat prospek keuntungan masa depan dan perkembangan perusahaan untuk mengetahui jaminan investasi yang ditanamkan.

(27)

11 A. Landasan Teori

1. Teori Akuntansi Positif (Positive Accounting Theory)

Teori akuntansi positif merupakan suatu teori yang berusaha menerangkan fenomena-fenomena akuntansi yang terjadi di dalam masyarakat. Teori akuntansi positif dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi jika manajer memutuskan pilihan tertentu, termasuk pemilihan mengenai metode akuntansi persediaan.

Menurut teori akuntansi positif, manajer memiliki kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan yang dinamakan sebagai tindakan oportunis (opportunistic behavior). Tindakan oportunis merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansi yang dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri, kelompok atau suatu tujuan tertentu yang menguntungkan dan dapat memaksimumkan kepuasan perusahaan.

Dalam memilih metode akuntansi persediaan terdapat tindakan oportunis seorang manajer untuk melakukan manajemen laba. Tindakan manajer untuk melakukan manajemen laba tersebut didasari atas motivasi pribadi yang berarti bahwa manajer akan memilih metode akuntansi yang dapat menguntungkan dirinya sendiri.

Watts dan Zimmerman (1986) membuat 3 hipotesis yang dikaitkan dengan tindakan oportunis manajer yaitu:

(28)

a. Hipotesis Program Bonus (Bonus Plan Hypotesis)

Hipotesis ini beranggapan bahwa manajer perusahaan dengan program bonus tertentu cenderung akan lebih memilih metode yang dapat menaikkan laba yang dilaporkan pada tahun berjalan. Hal tersebut dilakukan untuk memaksimalkan bonus yang akan mereka peroleh karena laba yang diperoleh seringkali dijadikan pedoman dalam mengukur keberhasilan kinerja. Dengan demikian, dapat diprediksi bahwa perusahaan yang mempunyai kebijakan pemberian bonus yang didasarkan pada laba akan lebih memilih prosedur akuntansi yang menaikkan laba yaitu metode FIFO.

b. Hipotesis Perjanjian Hutang (Debt Covenant Hypothesis)

Hipotesis ini berhubungan dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi perusahaan dalam perjanjian hutang (debt covenant). Dengan adanya perjanjian hutang, manajer cenderung memilih metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba perusahaan. Hal tersebut dilakukan untuk menghindarkan perusahaan dari pelanggaran terhadap debt covenant yang dapat mengakibatkan munculnya biaya baru. Sehingga dengan menaikkan laba, manajer berupaya untuk mencegah atau setidaknya menunda hal tersebut dan salah satu cara untuk menaikkan laba yaitu dengan menggunakan metode FIFO.

c. Hipotesis Biaya Politik (Political Cost Hypothesis)

Hipotesis ini menyatakan semakin besar biaya politis yang dihadapi perusahaan maka semakin besar pula kecenderungan

(29)

perusahaan tersebut untuk menggunakan pilihan akuntansi yang dapat mengurangi laba. Perusahaan dengan tingkat laba yang tinggi akan mendapat perhatian luas dari kalangan konsumen dan media yang nantinya akan menarik perhatian pemerintah dan regulator sehingga menyebabkan terjadinya biaya politis, di antaranya adalah muncul intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi, dan berbagai macam tuntutan lain yang dapat meningkatkan biaya politis. Oleh karena itu perusahaan berupaya untuk memilih metode akuntansi yang dapat mengurangi biaya politis. Pertimbangan political cost hypothesis inilah yang menjadikan manajer cenderung untuk menerapkan metode rata-rata karena metode rata-rata menghasilkan laba yang lebih kecil dibandingkan dengan metode FIFO.

2. Hipotesis Ricardian (Ricardian Hypothesis)

Hipotesis ricardian dikemukakan oleh Lee dan Hsieh (1985). Hipotesis ricardian disebut juga sebagai hipotesis pajak. Hipotesis ricardian merupakan hipotesis yang mempengaruhi penggunaan metode akuntansi persediaan pada perusahaan yang didasarkan pada prioritas kepentingan kepentingan yang muncul di dalam perusahaan. Hipotesis ini berasumsi bahwa peraturan perpajakan merupakan faktor yang paling mempengaruhi perusahaan, dimana tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen adalah memaksimalkan nilai perusahaan dengan cara meminimalkan biaya pajak namun tetap respek pada kendala hukum pajak.

(30)

Berdasarkan hipotesis ricardian dapat dijelaskan bahwa manajer perusahaan perlu memperhitungkan pengaruh pajak ketika akan memilih dan memutuskan metode persediaan yang akan digunakan pada perusahaannya. Apabila perusahaan menggunakan metode FIFO, maka perusahaan akan menciptakan laba yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan metode rata-rata sehingga perusahaan tidak bisa melakukan penghematan pajak (tax

saving). Sebaliknya, apabila perusahaan menggunakan metode rata-rata,

maka perusahaan akan menciptakan laba yang lebih kecil dan bisa melakukan penghematan pajak (tax saving).

3. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan disebut juga dengan teori agensi. Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976 pada tulisannya yang berjudul “Theory of the Firm: Managerial

Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure". Jensen dan Meckling

menjelaskan bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak (nexus of

contract) antara pemilik sumber daya ekonomis (principal) dan manajer

(agent) yang mengurus penggunaan dan pengendalian sumber daya tersebut.

Principal merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agent untuk

bertindak atas nama principal, sedangkan agent merupakan pihak yang diberi amanat oleh principal untuk menjalankan perusahaan. Agent berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan oleh principal kepadanya.

(31)

Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi ini berasumsi bahwa tiap-tiap individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan

agent. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa principal diasumsikan hanya

tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau bagaimana keadaan investasi mereka di dalam perusahaan. Sedangkan para agent diasumsikan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan dan syarat-syarat yang menyertai dalam hubungan tersebut. Aplikasi teori agensi dapat terwujud dalam kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan.

Konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agent dalam pemilihan metode akuntansi persediaan adalah terkait dengan laba yang akan dihasilkan perusahaan. Principal cenderung lebih menyukai metode rata-rata karena akan menghasilkan laba yang jumlahnya lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan metode FIFO karena dengan metode tersebut dapat mengurangi pajak yang akan dibayar. Sedangkan agent lebih menyukai metode FIFO yang menghasilkan laba dengan jumlah besar. Hal tersebut dilakukan karena penilaian kinerja agent biasanya dilihat dari laba yang dihasilkan sehingga semakin besar laba yang diperoleh maka akan semakin besar pula bonus yang diterima manajer.

(32)

4. Metode Akuntansi Persediaan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam Paragraf 23 pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 14 (2008) menyatakan bahwa:

“Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 21, harus dihitung dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau rata-rata tertimbang. Entitas harus menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan kegunaan yang berbeda, rumusan biaya yang berbeda diperkenankan.”

Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa hanya terdapat 2 metode akuntansi persediaan yang diperbolehkan penggunaannya di Indonesia yaitu:

a. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama (MPKP) atau First In First

Out (FIFO)

Menurut metode FIFO, biaya pertama yang masuk ke dalam persediaan adalah biaya pertama yang dibebankan ke harga pokok penjualan, oleh karena itu diberi nama first-in first-out (Harrison, et al., 2012). Metode FIFO menganggap bahwa barang yang lebih dulu dibeli, akan dijual juga lebih dulu. Dengan demikian harga perolehan barang yang lebih dulu dibeli, dianggap akan menjadi harga pokok penjualan lebih dulu juga. Metode ini seringkali sejalan dengan aliran fisik barang dagangan, karena dalam manajemen yang baik biasanya barang yang paling lama dijual lebih dahulu.

Keunggulan yang didapat dari penggunaan metode FIFO antara lain: laba mencitrakan arus fisik persediaan, nilai persediaan akhir lebih

(33)

mendekati harga pokok sekarang serta memberikan suatu nilai

reasonable approximation atas biaya pokok pengganti pada neraca

apabila tidak terdapat perubahan harga sejak pembelian terakhir. Sedangkan kelemahan dari metode FIFO adalah tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena biaya berjalan (current cost) tidak ditandingkan dengan pendapatan berjalan (current revenue) pada laporan laba rugi.

Kelemahan lain dari penggunaan metode ini dapat terlihat jika terjadi inflasi. Dengan terjadinya inflasi maka harga barang-barang cenderung meningkat sepanjang waktu karena biaya dari barang-barang yang dibebankan pada harga pokok barang tersebut merupakan biaya dari barang yang dibeli pertama kali sehingga harga pokok penjualannya terlalu rendah dan berdampak pada laba yang dilaporkan terlalu tinggi akibatnya pajak yang dibayar oleh perusahaan juga tinggi. Selain dianjurkan oleh Pemerintah, metode FIFO banyak dipergunakan oleh perusahaan-perusahaan karena perhitungan dan pelaksanaannya sederhana, nilai persediaan akhir pada neraca sesuai dengan harga yang berlaku sekarang serta dapat menghindari kerusakan dan keusangan persediaan.

b. Metode Rata-rata atau Average.

Metode biaya rata-rata, yang kadang-kadang disebut sebagai metode rata-rata tertimbang (weighted-average method), didasarkan pada biaya rata-rata persediaan selama periode berjalan (Harrison, et al, 2012).

(34)

Metode rata-rata didasarkan pada anggapan bahwa barang tersedia untuk dijual adalah homogen. Pada metode ini, pengalokasian harga perolehan barang yang tersedia untuk dijual dilakukan atas dasar harga perolehan rata-rata tertimbang.

Berbeda dengan metode FIFO, dalam metode rata-rata barang yang digunakan atau dijual akan dibebani dengan harga pokok rata-rata dimana perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. Cara ini dapat digunakan untuk mengurangi dampak dari fluktuasi harga.

Metode rata-rata biasanya digunakan karena sisi praktisnya bukan karena alasan konseptual. Metode ini mudah diterapkan, objektif dan tidak dapat dimanfaatkan untuk manipulasi laba. Penggunaan metode rata-rata sifatnya netral, baik terhadap perhitungan nilai persediaan maupun pada perhitungan laba. Biasanya harga pokok penjualan dan laba berada di tengah-tengah metode FIFO dan metode LIFO (Tuannakota, 2000:51).

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Akuntansi Persediaan

a. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan menunjukkan suatu skala dimana perusahaan dapat digolongkan besar kecilnya menurut berbagai cara. Menurut Ferry dan Jones dalam (Sujianto, 2001), penggolongan besar kecilnya suatu

(35)

perusahaan ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan dan rata-rata total aktiva.

Pada dasarnya ukuran perusahaan tergolong menjadi 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm), perusahaan sedang (medium firm) dan perusahaan kecil (small firm). Sedangkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mengatur ketentuan ukuran perusahaan menjadi empat jenis berdasarkan jumlah aset dan jumlah penjualan. Keempat jenis ukuran tersebut antara lain: 1) Perusahaan dengan usaha ukuran mikro, yaitu memiliki kekayaan

bersih paling banyak Rp50.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,-.

2) Perusahaan dengan usaha ukuran kecil, yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) dan memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,-.

3) Perusahaan dengan usaha ukuran menengah, yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,- sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,-.

(36)

4) Perusahaan dengan usaha ukuran besar, yaitu memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp10.000.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan) serta memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp50.000.000.000,-.

b. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan perbandingan persentase kepemilikan saham di suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial kerap dijadikan sebagai mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham.

Kepemilikan saham di perusahaan dibagi menjadi kepemilikan manajerial (managerial ownership) dan kepemilikan institusi (institutional ownership). Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh direksi, manajemen, komisaris maupun setiap pihak yang terlibat secara langsung dalam pembuatan keputusan perusahaan. Sedangkan kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya.

c. Variabilitas Persediaan

Nilai persediaan akhir yang dihasilkan oleh satu perusahaan dengan perusahaan lainnya berbeda-beda. Hal tersebut menggambarkan operasional perusahaan yang mencerminkan metode akuntansi persediaan yang digunakan oleh tiap-tiap perusahaan dan pergerakan persediaan itu sendiri.

(37)

Variabilitas persediaan menggambarkan variasi nilai persediaan akhir suatu perusahaan yang akan disajikan dalam neraca. Variabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa penyajian persediaan heterogen, sedangkan variabilitas yang rendah menunjukkan bahwa penyajian persediaan homogen.

d. Variabilitas Harga Pokok Penjualan

Variabilitas harga pokok penjualan merupakan variasi nilai dari harga pokok penjualan pada suatu perusahaan. Variabilitas harga pokok penjualan menunjukkan harga pokok atas sejumlah barang yang dijual selama periode akuntansi tertentu yang mencerminkan operasional perusahaan dalam mengelola persediaan. Harga pokok penjualan merupakan beban terbesar dan pengendalian persediaan yang cermat perlu dilaksanakan untuk memperbesar laba operasi.

Variabilitas harga pokok penjualan merupakan kontra dari variabilitas persediaan. Jika metode FIFO akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang besar maka untuk harga pokoknya nilainya akan kecil, begitu pula sebaliknya jika persediaan akhir pada metode rata-rata kecil maka harga pokok penjualan pada metode rata-rata akan relatif besar.

e. Rasio Lancar

Rasio lancar merupakan ukuran yang sangat umum digunakan untuk memprediksi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek. Rasio ini memperlihatkan seberapa jauh tuntutan dari

(38)

kreditor jangka pendek dapat dicukupi oleh aset yang di menjadi uang tunai dengan tahun yang sama dengan jatuh tempo hutang.

Perusahaan yang memiliki nilai rasio lancar yang tinggi maka kepastian akan kesanggupan melunasi kewajiban jangka pendeknya juga besar dan perusahaan yang memiliki nilai rasio lancar yang rendah kepastian akan kesanggupan melunasi kewajiban jangka pendeknya juga rendah. Pada umumnya para kreditor melihat nilai ini dalam memberikan kredit kepada perusahaan.

f. Leverage

Leverage merupakan skala yang menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam membayar hutang dengan kekayaan yang dimilikinya. Rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi seberapa besar perusahaan dibiayai oleh pihak luar dibanding dengan kemampuan perusahaan sendiri. Para investor akan melihat seberapa besar tingkat leverage perusahaan, hal tersebut dilakukan untuk melihat kemampuan perusahaan dalam membayar hutangnya atau pembayaran deviden kepada pemegang saham agar tidak melanggar perjanjian kontrak (debt covenant).

B. Penurunan Hipotesis

1. Ukuran Perusahaan dan Metode Akuntansi Persediaan

Semakin besar perusahaan maka transfer kekayaan yang dilakukan oleh perusahaan akan semakin besar pula dan semakin kecil perusahaan maka transfer kekayaan yang dilakukan juga akan semakin kecil. Sedangkan pajak

(39)

merupakan transfer kekayaan dari perusahaan kepada negara yang sifatnya wajib dan memaksa, oleh karena itu perusahaan besar cenderung akan memilih metode rata-rata. Dampak dari penggunaan metode tersebut dapat menurunkan laba sehingga biaya pajak yang dibayarkan lebih kecil dibandingkan ketika perusahaan menggunakan metode FIFO.

Selain bisa menghemat pajak (tax saving), penggunaan metode rata-rata juga bisa menghindari biaya politik (political cost). Dengan adanya biaya politik dari pemerintah menandakan bahwa pemerintah melakukan pengawasan terhadap kegiatan perusahaan. Pemerintah biasanya lebih mudah mengawasi kegiatan perusahaan melalui laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan (Taqwa, dkk., 2003). Hal tersebut membuat perusahaan-perusahaan besar bertindak dengan lebih hati-hati dalam mengambil keputusan dengan tujuan untuk meminimalisir intervensi pemerintah, pengenaan pajak yang lebih tinggi dan berbagai macam tuntutan lainnya yang lebih dirasakan oleh perusahaan besar. Oleh karena itu perusahaan besar akan memilih metode akuntansi yang bisa mengurangi laba yang dilaporkan (Watts dan Zimmerman, 1990).

Sedangkan perusahaan kecil akan memilih metode (FIFO) yang dapat meningkatkan perolehan laba. Dengan laba yang tinggi, perusahaan akan dianggap memiliki kinerja yang baik, sehingga perusahaan bisa memperoleh pinjaman dana dari bank atau lembaga keuangan lainnya karena kinerja perusahaan dinilai melalui laba yang dihasilkan.

(40)

Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Morse dan Richardson (1983), Dopuch dan Pincus (1988), Lindahl (1989), Cushing dan LeClere (1992), Taqwa, dkk. (2003), Harahap dan Jiwana (2009), Tjahjono dan Chaerulisa (2015) telah mengonfirmasi bahwa ukuran perusahaan memberikan pengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Taqwa, dkk. (2003) memaparkan bahwa perusahaan besar akan lebih memilih metode persediaan rata-rata.

Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Hsieh (1985), Niehaus (1989), Abdullah (1999), Sangadah dan Kusmuriyanto (2014), penelitian mereka tidak memberikan bukti bahwa faktor ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Hasil yang tidak signifikan dalam penelitian Abdullah (1999) disebabkan karena tahun-tahun penelitian yang digunakan yaitu tahun 1992-1996 dimana pada tahun tersebut tingkat harga relatif stabil.

Atas dasar pertimbangan pajak dan adanya biaya politik (political

cost) maka ukuran perusahaan dapat mempengaruhi pemilihan metode

akuntansi persediaan, sehingga hipotesis pertama yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:

H1 : Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin besar probabilitas pemilihan metode rata-rata dan semakin kecil perusahaan maka semakin besar probabilitas pemilihan metode FIFO.

(41)

2. Kepemilikan Manajerial dan Metode Akuntansi Persediaan

Suatu perusahaan yang didirikan dimiliki oleh pemilik perusahaan (shareholder) dan dikelola oleh seorang manajer yang menjadi kepercayaan

shareholder. Dari kedua belah pihak tersebut baik shareholder maupun

manajer memiliki keinginan untuk memaksimalkan kesejahteraannya masing-masing. Sehubungan dengan pemilihan metode akuntansi persediaan maka antara manajer dengan pemilik akan timbul konflik kepentingan (agency

theory) (Taqwa, dkk., 2003).

Shareholder cenderung lebih memilih metode rata-rata, sebab dengan

metode tersebut dapat mengurangi pajak yang dibayarkan. Sedangkan manajer lebih memilih metode FIFO karena penilaian kinerja manajer salah satunya dilihat dari laba yang dihasilkan atas penjualan persediaan. Sehingga, semakin besar laba yang diperoleh maka akan semakin besar pula bonus atau kompensasi yang diterima manajer.

Namun lain cerita apabila manajer memiliki persentase kepemilikan saham. Apabila manajer memiliki persentase kepemilikan saham yang kecil maka manajer akan tetap memilih metode FIFO karena manajer tetap berorientasi pada bonus atau kompensasi yang akan diterima dari laba yang dihasilkan. Tetapi sebaliknya, apabila manajer memiliki persentase kepemilikan saham yang besar maka manajer akan beralih ke metode yang bisa menghemat pajak (tax saving) yaitu metode rata-rata.

Penelitian yang dilakukan oleh Niehaus (1989) membuktikan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara kepemilikan manajerial dengan

(42)

pemilihan metode akuntansi persediaan. Semakin besar keikutsertaaan manajer dalam kepemilikan saham maka konflik yang terjadi akan semakin kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Niehaus (1989) memberikan hasil yang berbeda dengan penelitian Taqwa, dkk. (2003). Penelitian yang dilakukan oleh Taqwa, dkk. (2003) memberikan hasil yang tidak signifikan atas kepemilikan manajerial. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh menunjukkan hanya sedikit manajer yang sekaligus merupakan pemilik.

Atas dasar timbulnya konflik kepentingan antar masing-masing pihak maka kepemilikan manajerial dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan, sehingga hipotesis kedua yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:

H2 : Semakin besar kepemilikan manajerial maka semakin besar probabilitas pemilihan metode rata-rata dan semakin kecil kepemilikan manajerial maka semakin besar probabilitas pemilihan metode FIFO.

3. Variabilitas Persediaan dan Metode Akuntansi Persediaan

Variabilitas persediaan menggambarkan variasi nilai persediaan akhir yang dimiliki oleh perusahaan. Penggunaan metode akuntansi persediaan yang berbeda akan menghasilkan nilai persediaan yang berbeda pula, sehingga variabilitas persediaan dianggap memiliki pengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

(43)

Dari penelitian yang dilakukan oleh Cushing & LeClere (1992) menemukan perbedaan mengenai variasi persediaan. Dari penelitiannya tersebut menghasilkan bahwa metode FIFO digunakan oleh perusahaan yang memiliki variasi persediaan tinggi. Sedangkan metode LIFO digunakan oleh perusahaan yang memiliki variasi persediaan rendah.

Penggunaan metode FIFO pada saat terjadinya inflasi akan menimbulkan variasi persediaan yang tinggi yang kemudian akan berdampak pada melonjaknya laba perusahaan. Sebaliknya, penggunaan metode rata-rata pada saat terjadi inflasi tidak begitu menyebabkan variasi persediaan yang terlalu tinggi sehingga labanya juga akan lebih kecil daripada penggunaan metode FIFO.

Penggunaan metode rata-rata lebih disukai investor karena informasi nilai persediaan akhir yang diciptakan oleh perusahaan relatif stabil, sehingga investor mempunyai kemampuan untuk memprediksi dan membuat keputusan ekonomi yang tepat dibandingkan jika perusahaan menggunakan metode FIFO. Begitu pula dengan manajer, manajer lebih menyukai penggunaan metode rata-rata karena akan menciptakan informasi yang relatif lebih stabil yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan. Hal tersebut sesuai sebagaimana yang dikemukakan oleh Tuanakotta (2000) bahwa metode rata-rata tertimbang sebenarnya bersifat netral terhadap inventory dan cost of goods

sold.

Sebelumnya sudah banyak penelitian yang dilakukan atas pengaruh variabilitas persediaan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

(44)

Penelitian tersebut dilakukan oleh Lee dan Hsieh (1985), Dopuch dan Pincus (1988), Niehaus (1989), Cushing & LeClere (1992), Taqwa, dkk. (2003) serta Sangadah dan Kusmuriyanto (2014). Dari penelitian-penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa variabilitas persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

Hasil yang berlawanan ditemukan oleh Biddle (1980) yang menyatakan bahwa tidak menemukan hasil yang signifikan untuk variabel variabilitas persediaan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

Atas dasar variasi nilai persediaan dan laba yang dihasilkan maka variabilitas persediaan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan, sehingga hipotesis ketiga yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:

H3 : Semakin kecil variabilitas persediaan maka semakin besar probabilitas pemilihan metode rata-rata dan semakin besar variabilitas persediaan maka semakin besar probabilitas pemilihan metode FIFO.

4. Variabilitas Harga Pokok Penjualan dan Metode Akuntansi Persediaan Variabilitas harga pokok penjualan memberikan informasi harga pokok atas sejumlah barang yang dijual selama periode akuntansi tertentu. Menurut Kieso (1997) dalam (Astuti, 2005) pada kondisi inflasi, selain berpengaruh terhadap nilai persediaan akhir juga berpengaruh terhadap harga pokok penjualan.

(45)

Seperti yang telah diketahui bahwa saat terjadi inflasi, dampak dari penerapan metode FIFO akan memberikan laba yang lebih besar terhadap perusahaan. Hal ini sesuai dengan tujuan utama perusahaan untuk memperoleh laba semaksimal mungkin. Sehingga saat terjadi inflasi, manajer perusahaan berupaya menerapkan metode akuntansi persediaan dengan harga pokok penjualan yang rendah agar dapat menghasilkan laba yang tinggi. Metode yang sesuai adalah metode FIFO.

Sebaliknya, untuk perusahaan-perusahaan yang ingin mengurangi biaya pajaknya, maka perusahaan dapat menerapkan metode rata-rata agar harga pokok penjualannya semakin besar dan laba yang dihasilkan semakin kecil sehingga pajak yang akan dibayarkan semakin kecil pula. Hal ini sesuai dengan tujuan para investor yang ingin mengurangi biaya pajak sehingga mereka lebih suka memilih metode rata-rata. Selain itu, sesuai dengan konsep

smoothing income metode rata-rata akan memberikan harga pokok penjualan

yang lebih stabil (smooth) dibandingkan jika perusahaan mengadopsi metode FIFO.

Variabilitas harga pokok penjualan telah diteliti oleh Dopuch dan Pincus (1989) dan Cushing dan LeClere (1992). Dopuch dan Pincus melihat harga pokok penjualan dari rasio harga pokok penjualan pada persediaan dan rasio persediaan pada harga pokok penjualan. Sedangkan Cushing dan LeClere (1992) menggunakan estimation tax saving yang didapat dari selisih antara harga pokok penjulan metode LIFO dikurangi dengan harga pokok penjualan metode FIFO.

(46)

Di Indonesia penelitian sejenis juga pernah dilakukan oleh Mukhlasin (2002), Yuli Soesetyo (2006), Harahap dan Jiwana (2009). Penelitian mereka mendapatkan bukti yang sama bahwa variabilitas harga pokok penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

Sedangkan penelitan Setijaningsih dan Pratiwi (2009) memberikan hasil yang bertolak belakang. Hal ini dikarenakan periode yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu pada tahun 2007-2008 merupakan periode terjadinya inflasi. Kondisi inflasi tidak hanya berpengaruh pada nilai persediaan akhir namun juga dapat berpengaruh terhadap harga pokok penjualan. Pada saat tingkat inflasi mengalami kenaikan, harga pokok penjualan juga akan mengalami kenaikan sehingga dapat mempengaruhi nilai pada harga pokok penjualan di laporan keuangan yang juga akan mempengaruhi laba yang akan dihasilkan oleh perusahaan.

Atas dasar perbedaan harga pokok penjualan dan laba yang dihasilkan serta adanya pertimbangan pajak maka variabilitas harga pokok penjualan dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan, sehingga hipotesis keempat yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:

H4 : Semakin besar variabilitas harga pokok penjualan maka semakin besar probabilitas pemilihan metode rata-rata dan semakin kecil variabilitas harga pokok penjualan maka semakin besar probabilitas pemilihan metode FIFO.

(47)

5. Rasio Lancar dan Metode Akuntansi Persediaan

Demi keberlangsungan usahanya terkadang perusahaan membutuhkan dana suntikan dari kreditor. Para kreditor yang akan memberikan pinjaman dana tentunya akan melihat laba dan rasio lancar dari perusahaan yang bersangkutan. Semakin tinggi nilai rasio lancar suatu perusahaan maka menandakan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang tinggi dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, sehingga hal tersebut dapat digunakan untuk meyakinkan kreditor.

Namun ketika nilai rasio lancar suatu perusahaan menunjukkan angka yang rendah maka hal tersebut tidak dapat digunakan untuk meyakinkan kreditor. Dengan rendahnya nilai rasio lancar yang dimiliki perusahaan, kreditor merasa tidak percaya untuk memberikan pinjaman dana kepada perusahaan karena mereka khawatir dana yang dipinjamkannya tidak dapat kembali.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan nilai rasio lancar yang tinggi pada umumnya akan memilih metode rata-rata yang akan menghasilkan laba yang rendah sehingga bisa melakukan penghematan pajak (tax saving). Sedangkan perusahaan dengan nilai rasio lancar yang rendah tentu akan memilih metode FIFO untuk menaikkan rasio lancar beserta labanya. Hal tersebut dilakukan agar perusahaan dianggap memiliki kinerja yang baik yang nantinya akan berdampak pada kepercayaan kreditor terhadap perusahaan.

(48)

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai rasio lancar terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan, antara lain adalah Hunt (1985), Cushing dan LeClere (1992), Abdullah (1999), Taqwa, dkk. (2003) serta Harahap dan Jiwana (2009). Hasil yang diperoleh Cushing dan LeClere (1992) serta Harahap dan Jiwana (2009) membuktikan bahwa rasio lancar berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan.

Sedangkan penelitian Hunt (1985), Abdullah (1999), dan Taqwa, dkk. (2003) tidak memberikan bukti adanya pengaruh yang signifikan dari rasio lancar terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Hal ini sesuai dengan hipotesis pajak yang dikemukakan Hunt (1985), dimana perusahaan akan berusaha meningkatkan kesejahteraannya melalui metode yang bisa meminimalkan pajak tanpa mempedulikan besarnya hutang jangka pendek pada perusahaan tersebut. Perusahaan akan memilih metode yang bisa memperoleh penghematan pajak (tax saving).

Atas dasar bervariasinya pinjaman dana yang diperoleh masing-masing perusahaan yang tercermin dalam rasio lancar, maka rasio lancar dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan, sehingga hipotesis kelima yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:

H5 : Semakin besar nilai rasio lancar maka semakin besar probabilitas pemilihan metode rata dan semakin kecil nilai rasio lancar maka semakin besar probabilitas pemilihan metode FIFO.

(49)

6. Leverage dan Metode Akuntansi Persediaan

Ketika rasio leverage suatu perusahaan menunjukkan angka yang tinggi berarti hutang yang dimiliki perusahaan tersebut besar sehingga risiko dan biaya atas hutang perusahaan juga besar. Atas dasar hal tersebut maka perusahaan akan berupaya untuk menaikkan total aset dengan memilih metode akuntansi persediaan yang dapat menambah total aset. Saat terjadi inflasi, perusahaan akan memilih metode FIFO karena penggunaan metode tersebut akan menaikkan persediaan akhir yang nantinya berdampak pada naiknya aset lancar. Selain itu, dengan memilih metode FIFO maka laba yang diperoleh juga akan naik sehingga kemampuan untuk membayar hutang juga akan naik.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Zmijewski dan Hagerman (1981) yang menyatakan bahwa perusahaan akan memilih metode yang bisa menaikkan laba ketika memiliki tingkat financial leverage yang tinggi, metode yang sesuai adalah metode FIFO. Menurut Zmijewski dan Hagerman (1981), jumlah hutang yang lebih besar dalam struktur modal perusahaan akan menyebabkan perusahaan lebih memilih metode yang menaikkan laba yaitu metode persediaan FIFO karena akan menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami technical default atau melanggar perjanjian hutang.

Sedangkan ketika rasio leverage suatu perusahaan menunjukkan angka yang rendah maka hutang yang dimiliki perusahaan tersebut kecil sehingga risiko dan biaya atas hutangnya juga kecil. Perusahaan dapat

(50)

memilih metode akuntansi persediaan yang dapat menurunkan laba yaitu metode rata-rata agar biaya pajaknya juga menurun sehingga perusahaan dapat melakukan penghematan pajak (tax saving).

Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai pengaruh

leverage terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan, antara lain: Hunt

(1985), Lee dan Hsieh (1985), Dopuch dan Pincus (1988), Lindahl (1989), Niehaus (1989), Cushing dan LeClere (1992), Abdullah (1999), Taqwa, dkk. (2003), Harahap dan Jiwana (2009), Sangadah dan Kusmuriyanto (2014). Hasil dari penelitian-penelitian tersebut memberikan bukti yang bervariasi.

Menurut Hunt (1985), metode FIFO akan digunakan oleh perusahaan yang memiliki tingkat financial leverage yang tinggi dan metode LIFO akan digunakan oleh perusahaan yang memiliki tingkat financial leverage yang rendah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hunt (1985) juga didukung oleh peneliti lain seperti Dopuch dan Pincus (1988) dan Chusing dan LeClere (1992). Mereka mendukung hasil dari penelitian Hunt (1985) bahwa apabila tingkat financial leverage pada struktur modal tinggi maka perusahaan akan menggunakan metode FIFO yang dapat meningkatkan laba.

Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdullah (1999), Taqwa, dkk. (2003), Harahap dan Jiwana (2009) serta Sangadah dan Kusmuriyanto (2014) memberikan hasil yang berlawanan dengan penelitian Hunt (1985). Hasil penelitian yang mereka lakukan memberikan bukti bahwa

(51)

Pengukur financial leverage yang digunakan dalam penelitian Abdullah (1999) adalah hutang jangka panjang dibagi dengan aset, sedangkan penelitian Taqwa, dkk. (2003) telah berusaha memperbaiki penelitian Abdullah (1999) yaitu dengan mengukur financial leverage berdasarkan hutang jangka panjang dibagi ekuitas. Namun penelitian yang dilakukan Taqwa, dkk. (2003) juga belum mendapat bukti atas pengaruh variabel ini.

Atas dasar bervariasinya hutang yang dimiliki oleh masing-masing perusahaan yang tercermin dalam rasio leverage, maka leverage dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi persediaan, sehingga hipotesis keenam yang dikemukakan pada penelitian ini adalah:

H6 : Semakin rendah nilai leverage maka semakin besar probabilitas pemilihan metode rata-rata dan semakin tinggi nilai leverage maka semakin besar probabilitas pemilihan metode FIFO.

C. Model Penelitian

Persediaan merupakan salah satu aset yang paling aktif dan berperan penting dalam kegiatan operasional perusahaan. Pada perusahaan tertentu, kadang-kadang persediaan menggambarkan 70% dari keseluruhan aktiva lancar (Jusup, 1999). Hal tersebut menjadi bukti bahwa betapa pentingnya kegiatan pembelian dan penjualan persediaan dalam perusahaan.

Penggunaan metode yang berbeda dalam persediaan akan menghasilkan dampak yang berbeda pula baik terhadap harga pokok penjualan, laba maupun nilai persediaan akhir. Oleh karena itu, manajer perusahaan perlu mengidentifikasi

(52)

Ukuran Perusahaan

Kepemilikan Manajerial

Variabilitas Persediaan Variabilitas Harga Pokok Penjualan

Leverage

Rasio Lancar

Metode Akuntansi Persediaan

(Y)

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi persediaan. Terdapat 6 faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini antara lain yaitu ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, rasio lancar dan leverage. Rerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut:

Variabel Independen

Variabel Dependen

GAMBAR 2.1. Skema Rerangka Pemikiran

(53)

37 A. Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012 sampai dengan 2015. Sedangkan obyeknya berupa laporan keuangan tahunan perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang telah diaudit yang kemudian diterbitkan dan dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung dari sumber aslinya (melalui media perantara). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data kuantitatif yang diukur dalam skala numerik.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2012 sampai dengan 2015.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sampel

(54)

yang representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012 sampai dengan 2015.

2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan perusahaannya secara berturut-turut selama periode pengamatan.

3. Laporan keuangan perusahaan secara konsisten dinyatakan dalam nilai rupiah selama periode pengamatan.

4. Perusahaan tidak menggunakan metode akuntansi persediaan selain metode FIFO dan metode rata-rata.

5. Perusahaan hanya menggunakan satu metode akuntansi persediaan selama periode pengamatan.

6. Perusahaan menggunakan metode akuntansi persediaan secara konsisten selama periode pengamatan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode dokumentasi. Metode ini dilakukan dengan cara mencari dan mengumpulkan data yang diperoleh melalui media internet yang berupa data laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit yang kemudian diterbitkan dan dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Sumber data diperoleh melalui www.idx.co.id yang merupakan situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI).

(55)

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk menguji hipotesis, variabel yang diteliti dalam penelitian ini dibedakan menjadi variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen merupakan variabel terikat, yaitu variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah metode akuntansi persediaan, sedangkan variabel independen merupakan variabel bebas yaitu variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen atau variabel lainnya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, variabilitas persediaan, variabilitas harga pokok penjualan, rasio lancar dan leverage.

1. Variabel Dependen

Penelitian ini menggunakan metode akuntansi persediaan sebagai variabel dependen. Pemilihan metode akuntansi persediaan antara metode FIFO dan metode rata-rata sebagai variabel dependen dilandasi oleh peraturan PSAK 14 (2008) yang berbanding lurus dengan peraturan perpajakan di Indonesia yaitu dalam Pasal 10 Ayat 6 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 tentang Pajak Penghasilan. Berdasarkan peraturan tersebut hanya terdapat 2 metode akuntansi persediaan yang boleh digunakan di Indonesia yaitu metode FIFO dan metode rata-rata. Variabel dependen ini bersifat kualitatif dan merupakan variabel dummy. Oleh karena itu, pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala nominal. Indikator variabel ini memberikan nilai 0 pada pemilihan metode FIFO dan memberikan nilai 1 pada pemilihan metode rata-rata.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada manajer agar dapat membuat kebijakan keuangan yang baik, terutama keputusan investasi,

M embaca merupakan salah satu kemampuan dasar yang perlu di miliki siswa untuk dapat memasuki dunia belajar. Keberhasilan membaca pada siswa sekolah dasar ikut

Kinerja biosensor didasarkan pada reaksi hidrolisis senyawa organofosfat yang dikatalisis oleh organofosfat hidrolase (OPH) menghasilkan ion H + dan spesi ionik

Antara identitas dan sejarah yang terkandung dalam apa yang disebut sebagai tradisi, menjadi semacam dua permukaan dari satu mata uang yang tidak bisa terpisahkan dalam proyek

Dari arah timur bagian utara, sebagai pengaruh gerakan Lempeng Australia ke utara dan Lempeng Pasifik ke barat, maka terbentuk sesar transform mengiri yang

Nilai koefisien determinasi yang diperoleh sebesar 0.128 atau 12.8% menunjukkan bahwa variabel citra merek dan harga mampu menjelaskan variasi yang terjadi pada

Merekam dalam bentuk MIDI § Musik direkam dalam bewntuk MIDI § Berbagai software musik: Cakewalk, Cubase, Nuendo § Cara mengopreasi- kan program: Cakewalk, Cubase dan Nuendo

Road Map penelitian yang berjudul “Pembuatan Matriks Hidroksiapatit-Kitosan untuk Bahan Baku Filamen Tulang Buatan dari Limbah Cangkang Rajungan (Portunus Pelagicus) dengan