• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK, VALUTA ASING Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK, VALUTA ASING Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK, VALUTA ASING

2.1. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA)

2.1.1 KUPVA Bank

Pedagang valas bank adalah bank umum bukan bank devisa yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan

prinsip syariah, Bank Perkreditan Rakyat, atau Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah, yang melakukan kegiatan usaha jual beli UKA dan pembelian TC

yang telah memenuhi ketentuan dan persyaratan dalam Peraturan Bank

Indonesia ini. Dimana dapat melakukan kegiatan usaha setelah mendapat

persetujuan dari Bank Indonesia.

Menurut ketentuan umum Pasal 33 ayat 1 Peraturan Bank Indonesia

Nomor 12/22/PBI/2010 Tentang Pedagang Valuta Asing, Bank Umum Bukan

Bank Devisa, Bank Umum Syariah Bukan Bank Devisa, BPR, atau BPRS

yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai PVA harus memenuhi

persyaratan antara lain :

a) Memiliki rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

b) Mencantumkan rencana kegiatan usaha sebagai PVA dalam Rencana Bisnis Bank bagi bank umum bukan bank devisa dan Rencana Kerja dan Laporan Pelaksanaan Rencana Kerja bagi BPR atau BPRS; dan

(2)

a. Sementara untuk BPR dan BPRS dalam Pasal 33 ayat 2 Peraturan Bank Indonesia nomor 12/22/PBI/2010 Tentang Pedagang Valuta Asing, memiliki syarat khusus yang harus dipenuhi oleh BPR dan BPRS yaitu :

b. Memiliki tingkat kesehatan selama 12 (dua belas) bulan terakhir tergolong sehat; dan18

c. Memenuhi persyaratan modal disetor dan kepengurusan sesuai ketentuan yang berlaku.

Persyaratan yang dimaksud diatas semuanya berdasarkan dari data

Bank Indonesia. Persetujuan atau penolakan izin usaha tersebut 30 hari

kalender setelah dokumen permohonan diterima secara lengkap oleh Bank

Indonesia. Pelaksanaan kegiatan pedagang valas bank harus segera

dilaksanakan minimal 30 hari setelah dikeluarkannya persetujuan dari Bank

Indonesia. Apabila setelah 30 hari tidak dilaksanakan usaha perdagangan

valas, maka izin yang dikeluarkan tersebut dinyatakan tidak berlaku, juga

pelaksanaan kegiatan PVA wajib dilaporkan oleh kantor pusat bank kepada

Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal

pelaksanaan kegiatan PVA.

2.1.2. KUPVA Bukan Bank

2.1.2.1. Pengertian KUPVA Bukan Bank (Money Changer) dan Dasar Hukum

KUPVA Bukan Bank (Money Changer)

KUPVA Bukan Bank Merupakan perusahaan berbadan hukum Perseroan

Terbatas bukan bank yang maksud dan tujuan perseroan adalah melakukan

kegiatan usaha jual beli UKA dan pembelian Cek Pelawat yang telah

memenuhi ketentuan dan persyaratan dalam Peraturan Bank Indonesia ini.

(3)

tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank, kegiatan usaha

yang dilakukan oleh Penyelenggara KUPVA Bukan Bank meliputi:

a. Kegiatan penukaran yang dilakukan dengan mekanisme jual dan beli UKA

b. Pembelian Cek Pelawat.

Setiap trankasi dari KUPVA wajib selalu dicatat dalam dokumen

pencatatan transaksi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Sementara dalam pasal 6 kegiatan usaha penukaran valas dilarang untuk:

a. Bertindak sebagai agen penjual Cek Pelawat;

b. Melakukan kegiatan margin trading, spot, forward, swap, dan transaksi derivatif lainnya baik untuk kepentingan Nasabah maupun kepentingan Penyelenggara KUPVA Bukan Bank;

c. Melakukan transaksi jual dan beli UKA serta pembelian Cek Pelawat dengan Penyelenggara KUPVA Bukan Bank yang tidak memiliki izin dari Bank Indonesia;

d. Melakukan kegiatan penyelenggaraan transfer dana atau kegiatan usaha pengiriman uang; dan

e. Melakukan kegiatan usaha lainnya di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).

Selain larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Penyelenggara

KUPVA Bukan Bank dilarang (Pasal 7 PBI No. 18/20/2016):

a. Menjadi pemilik penyelenggara KUPVA tidak berizin;

b. Melakukan kerja sama dengan penyelenggara KUPVA tidak berizin; dan

c. Melakukan kegiatan usaha melalui penyelenggara KUPVA tidak berizin Pasar uang dan pasar valuta asing dapat dijumpai transaksi jual beli

valuta asing secara fisik dan tunai melalui pedagang valuta asing (money

changer). Pedagang valuta asing hanya berjualan valuta asing secara fisik dan tidak melayani perdagangan instrumen derivatif. Jual beli valuta asing melalui

(4)

pedagang valuta asing sebagian besar tidak untuk lindung nilai atau spekulasi,

tetapi banyak digunakan untuk memenuhi kebutuhan transaksi pembayaran.

Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing atau money changer adalah

perusahaan bank atau non bank yang melakukan jual beli uang kertas asing

dan melakukan pembelian cek perjalanan atau Traveller’s Cheque (TC). Mata

uang yang biasanya diperdagangkan dalam foreign exchange adalah mata

uang negara-negara maju seperti Dollar Amerika (USD), Yen Jepang (JPY),

Swiss Franc (CHF), Poundsterling Inggris (GBP), Autralian Dollar (AUD),

dan Euro (EUR). Perdagangan valas bukan bank merupakan suatu bentuk

kegiatan kekuangan dalam bentuk penukaran uang jual beli antara si peyedia

jasa penukaran (penjual) dengan si pemakai jasa penukaran (pembeli) yang

bersifat khas, khusus (particular) yang berlangsung di dalam pasar valas

bukan bank.1

Sifat khas perdagangan valuta asing bukan bank membuat

perdagangan valuta asing bukan bank tidak dapat dimasuk kedalam jenis

kegiatan pasar uang lainnya, seperti: perdagangan valuta asing pada

umumnya, perdagangan valuta asing oleh bank, ataupun sistem pembayaran.

Perdagangan valuta asing bukan bank merupakan kegiatan

perdagangan uang yang nyata ada, tumbuh, dan berkembang dalam kehidupan

masyarakat yang merupakan lembaga perdagangan uang yang sangat vital

dalam penyelenggaraan perdagangan jasa pariwisata yang praktis, cepat,

(5)

nyaman, dan efisien, berposisi sebagai media penukaran uang yang sangat

dlbutuhkan oleh wisatawan dan masyarakat, secara nyata memberi jawaban

konkret terhadap kebutuhan masyarakat terhadap tempat penukaran uang yang

cepat, praktis, nyaman, dan efisien.2

KUPVA Bukan Bank atau disebut juga money changer merupakan

salah satu bentuk lembaga keuangan yang berkembang sangat pesat dalam

kehidupan sosial ekonomi masyarakat, memerankan fungsifungsi ekonomi

dan moneter yang penting dan strategis, terutama dari segi fungsi uang

sebagai alat tukar dan alat pemenuhan. Secara yuridis pengertian daripada

Lembaga Keuangan Bukan Bank dapat ditemukan pada ketentuan Pasal 1

angka 1 huruf a SK Menteri Keuangan No. KEP-38/MK/IV/1/1972 yang

menyatakan:

“Lembaga Keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatankegiatannya dibidang keuangan tersebut dalam Pasal 3, secara langsung atau tidak langsung menghimpun dana terutama dengan jalan mengeluarkan kertas berharga dan menyalurkan kedalam masyarakat, terutama guna membiayai investasi perusahaan-perusahaan.”

Ketentuan pasal 4 yang menentukan “Lembaga Keuangan tidak

diperkenankan menerima simpanan baik dalam bentuk giro, deposito, maupun

tabungan”.

Dengan demikian Lembaga Keuangan Bukan Bank atau Lembaga

Keuangan non-Perbankan dapat diartikan sebagai “Lembaga keuangan selain

(6)

dari bank yang kegiatan usahanya tidak diperkenankan menghimpun dana

secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan”.

2.1.2.2 Syarat Dan Perizinan Jasa Money Changer

Pedagang valas non Bank yang akan melakukan kegiatan usaha

sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank wajib terlebih dahulu

memperoleh izin dari Bank Indonesia. Dimana Untuk memperoleh izin dari

Bank Indonesia, badan usaha bukan Bank harus memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

a. Berbadan hukum Perseroan Terbatas yang seluruh sahamnya dimiliki oleh:

1) Warga negara Indonesia; dan/atau

2) Badan usaha yang seluruh sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia;

b. Mencantumkan dalam anggaran dasar perseroan bahwa maksud dan tujuan perseroan adalah melakukan kegiatan jual beli UKA dan pembelian Cek Pelawat;

c. Memenuhi jumlah modal disetor yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan

d. Modal disetor tidak berasal dari dan/atau untuk tujuan pencucian uang (money laundering).

KUPVA non bank juga, harus mendaftarkan izin ke Pemerintah

Daerah selaku pemberi izin usaha pedagang valuta asing melalui Badan

Penanaman Modal dan Perizinan. Sebagaimana pedagang valuta asing harus

mendaftarkan izinnya ke Badan Penanaman Modal dan Perizinan yang

meliputi :3

a. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)

3 Yustinus Ryan Widyatmoko, 2013, Perizinan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing di Kota Bandar Lampung, Bandar Lampung, Universitas Lampung, h.20

(7)

Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk

dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan,

koperasi, persekutuan maupun perusahaan perseorangan, yang

melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh SIUP yang

diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku di seluruh

wilayah Republik Indonesia.

b. Surat Izin Tempat Usaha (SITU)

SITU / Surat Ijin Tempat Usaha adalah surat untuk memperoleh

ijin sebuah usaha di sebuah lokasi usaha dengan maksud agar tidak

menimbulkan gangguan atau kerugian kepada pihak-pihak tertentu.

Surat ini juga mempunyai dasar hukumnya yaitu berdasarkan peraturan

daerah dari domisili perusahaan yang bersangkutan. Dasar hukum

kepemilikan SITU diatur dalam peraturan daerah di tiap pemerintah

daerah.

c.Tanda Daftar Perusahaan (TDP)

Tanda Daftar Perusahaan (TDP) adalah bukti bahwa

Perusahaan/Badan Usaha telah melakukan Wajib Daftar Perusahaan

berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1982 Tentang Wajib

Daftar Perusahaan. Tanda Daftar Perusahaan (TDP) wajib dimilki oleh

perusahaan/badan usaha Penanaman Modal Asing (PT-PMA), PT Non

(8)

dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kota/Kabupaten cq. Kantor Pendaftaran Perusahaan.

d. Izin Gangguan (HO)

Izin Gangguan (HO) adalah izin kegiatan usaha kepada orang

pribadi / badan dilokasi tertentu yang berpotensi menimbulkan bahaya

kerugian dan gangguan, ketentraman dan ketertiban umum tidak

termasuk kegiatan/tempat usaha yang lokasinya telah ditunjuk oleh

Pemerintah Pusat atau Daerah. Setelah prosedur pendaftaran izin

dilakukan, apabila diterima maka diterbitkan izin oleh Badan

Penanaman Modal dan Perizinan setelah sebelumnya dilaksanakan

pemeriksaan lapangan oleh tim pelayanan dan verifikasi. Setelah

diterbitkan izinnya maka penyelenggaraan usaha pedagang valas

bukan bank akan dilakukan pengawasan, dimana pengawasannya

meliputi pengawasan langsung maupun tidak langsung.

Secara yuridis, mengenai syarat dan perizinan kegiatan penukaran

valuta asing dalam hal ini money changer diatur dalam PBI Nomor

18/20/PBI/2016 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank

sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 11 ayat 1 bahwa ”Badan usaha

bukan Bank yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai Penyelenggara

KUPVA Bukan Bank wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank

Indonesia”. Dalam Pasal 11 PBI N0. 18/20/PBI/2016 mengatur mengenai

perizinan KUPVA Bukan Bank secara umum yang meliputi:

(9)

(1) Badan usaha bukan bank yang akan melakukan kegiatan usaha sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Bank Indonesia.

(2) Direksi, Dewan Komisaris, dan pemegang saham dari badan usaha bukan bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia.

(3) Untuk memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), badan usaha bukan bank harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. berbadan hukum Perseroan Terbatas yang seluruh sahamnya dimiliki oleh:

1. warga negara Indonesia; dan/atau

2. badan usaha yang seluruh sahamnya dimiliki oleh warga negara Indonesia;

b. mencantumkan dalam anggaran dasar perseroanbahwa maksud dan tujuan perseroan adalah melakukan kegiatan jual beli UKA dan pembelian Cek Pelawat;

c. memenuhi jumlah modal disetor yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan

d. modal disetor tidak berasal dari dan/atau untuk tujuan pencucian uang (money laundering).

(4) Permohonan izin sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan secara tertulis oleh Direksi.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara permohonan izin sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 12

(1) Izin sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) diberikan oleh Bank Indonesia melalui tahapan sebagai berikut:

a. penelitian pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3);

b. penelitian pemenuhan persyaratan sebagai anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan pemegang saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan Pasal 21;

c. pemeriksaan lokasi tempat usaha calon Penyelenggara KUPVA Bukan Bank; dan

d. penyuluhan ketentuan kepada anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan pemegang saham calon Penyelenggara KUPVA Bukan Bank.

(2) Dalam rangka melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c, Bank Indonesia dapat melakukan konfirmasi atau wawancara kepada calon Penyelenggara KUPVA Bukan Bank.

(10)

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pemberian izin dan tata cara konfirmasi atau wawancara diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 13

(1) Calon Penyelenggara KUPVA Bukan Bank harus memenuhi tahapan penelitian, pemeriksaan lokasi, dan penyuluhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1).

(2) Dalam hal calon Penyelenggara KUPVA Bukan Bank tidak memenuhi tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan batas waktu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia maka calon Penyelenggara KUPVA Bukan Bank dinyatakan telah membatalkan permohonannya.

Pasal 14

(1) Izin sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank yang diterbitkan oleh Bank Indonesia berlaku selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal pemberian izin dan dapat diperpanjang berdasarkan permohonan Penyelenggara KUPVA Bukan Bank kepada Bank Indonesia.

(2) Permohonan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum masa berlaku izin berakhir.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan perpanjangan izin dan tata cara perpanjangan izin Penyelenggara KUPVA Bukan Bank diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Pasal 15

(1) Bank Indonesia melakukan evaluasi terhadap izin yang telah diterbitkan kepada Penyelenggara KUPVA Bukan Bank.

(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan atas dasar:

a. hasil pengawasan Bank Indonesia selama masa berlakunya izin; dan/atau b. permohonan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.

(3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menetapkan kebijakan terkait izin yang telah diberikan berupa:

a. memperpanjang masa berlaku izin; b. mempersingkat masa berlaku izin;

c. membatasi penyelenggaraan KUPVA; dan/atau d. mencabut izin.

Pasal 16

(1) Bank Indonesia berwenang menetapkan kebijakan pembatasan perizinan berdasarkan pertimbangan antara lain menjaga efisiensi nasional, menjaga kepentingan publik, menjaga pertumbuhan industri, dan/atau menjaga persaingan usaha yang sehat.

(2) Kebijakan pembatasan perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dalam bentuk:

(11)

a. penolakan permohonan izin sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank; b. penolakan permohonan izin sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank pada wilayah tertentu;

c. penolakan permohonan pembukaan jaringan kantor; dan/atau d. pembatasan kegiatan usaha.

Pasal 17

Izin sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank yang telah diperoleh dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dilarang dialihkan kepada pihak lain atau digunakan oleh pihak lain.

Pasal 18

(1) Penyelenggara KUPVA Bukan Bank yang telah memperoleh izin dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) wajib melaksanakan kegiatannya dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal pemberian izin.

(2) Pelaksanaan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh Penyelenggara KUPVA Bukan Bank kepada Bank Indonesia paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja setelah tanggal dimulainya pelaksanaan kegiatan usaha.

(3) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penyelenggara KUPVA Bukan Bank belum melaksanakan kegiatan usaha maka izin yang telah diberikan oleh Bank Indonesia menjadi batal dan dinyatakan tidak berlaku.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian izin dan penyampaian laporan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia.

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara permohonan izin sebagai Penyelenggara KUPVA Bukan Bank diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/15/DPM.

Persyaratan menjadi jasa moner changer sesuai dengan Surat Edaran

No. 15/23/DASP mengenai semua bank dan badan usaha berbadan hukum dan

badan usaha berbadan hukum bukan bank adalah:

d.1.Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam butir harus dilengkapi dengan dokumen dan/atau persyaratan sebagai berikut:

a. Dokumen terkait kelembagaan dan kondisi keuangan yang terdiri atas:

i. Fotokopi akta pendirian badan usaha dan perubahannya, jika ada, yang telah memperoleh pengesahan dari instansi yang berwenang, yang mencantumkan secara tegas kegiatan transfer dana atau

(12)

kegiatan pengiriman uang sebagai kegiatan atau salah satu kegiatan dari badan usaha yang bersangkutan;

ii. Asli surat keterangan domisili badan usaha dari instansi yang berwenang;

iii. Asli dokumen yang menjelaskan susunan direksi, dewan komisaris atau pengawas, dan pemegang saham badan usaha sesuai dengan kondisi terakhir;

iv. Asli surat pernyataan dari masing-masing direksi, dan komisaris atau pengawas bahwa yang bersangkutan:

a. Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi atau komisaris/pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu badan usaha dinyatakan pailit dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum mengajukan permohonan;

b. Tidak pernah dihukum atas tindak pidana di bidang perbankan, keuangan, dan/atau pencucian uang berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap;

c. Tidak tercantum dalam daftar kredit macet pada saat mengajukan permohonan;

d. Tidak masuk dalam daftar hitam nasional penarik cek/bilyet giro kosong yang ditatausahakan Bank Indonesia pada saat mengajukan permohonan Dengan mengacu pada contoh 1 dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini;

v. Bukti setoran modal, dengan ketentuan sebagai berikut:

a.i.a)Untuk Pemohon yang menyediakan sistem yang dapat digunakan oleh Penyelenggara lain, besar modal disetor paling kurang Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah); atau

a.i.b)Untuk Pemohon yang tidak menyediakan sistem yang dapat digunakan oleh Penyelenggara lain, besar modal disetor paling kurang Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah);

vi. Dokumen yang menjelaskan kondisi keuangan Pemohon berupa:

a) Laporan keuangan Pemohon posisi 3 (tiga) tahun terakhir, bagi Pemohon yang telah berdiri selama 3 (tiga) tahun atau lebih;

b) Laporan keuangan Pemohon posisi 2 (dua) tahun terakhir atau kurang, sesuai dengan masa berdirinya Pemohon, bagi Pemohon yang berdiri kurang dari 3 (tiga) tahun; atau

c) Laporan keuangan, neraca, daftar aktiva dan pasiva, atau dokumen lainnya yang menjelaskan kondisi keuangan, bagi Pemohon yang baru berdiri.

b. Dokumen terkait kesiapan operasional yang terdiri atas: 1) Kebijakan dan prosedur tertulis yang paling kurang mencakup:

(13)

a) Pelaksanaan penyelenggaraan kegiatan Transfer Dana, baik pengiriman maupun penerimaan, yang telah menerapkan prinsip kewenangan berjenjang;

b) Monitoring Dana yang dikirim dan/atau diterima; dan

c) Penerapan prinsip perlindungan konsumen sesuai peraturan perundang-undangan;

b.i.a.2) Mekanisme penerapan manajemen risiko, yang meliputi antara lain risiko keuangan, risiko operasional, dan risiko hukum;

b.i.a.3) Kebijakan dan prosedur tertulis mengenai penerapan program anti pencucian uang dan pencegahan pendanaan terorisme sesuai dengan peraturan perundang-undangan;

b.i.a.4) Bukti kesiapan operasional yang paling kurang meliputi aspek teknis (infrastruktur sistem dan jaringan komunikasi), sumber daya manusia (struktur organisasi, uraian tugas dan tanggung jawab), dan kesiapan tempat usaha;

b.i.a.5) Bukti keamanan dan keandalan sistem atau mekanisme penyelenggaraan Transfer Dana, paling kurang berupa:

a) Fotokopi laporan hasil audit teknologi informasi dari auditor independen internal atau eksternal, bagi Pemohon yang menyediakan sistem yang dapat digunakan oleh Penyelenggara lain; atau

b) Asli surat pernyataan dari direksi dan dewan komisaris atau pengawas mengenai keamanan dan keandalan sistem atau mekanisme penyelenggaraan Transfer Dana, bagi Pemohon yang tidak menyediakansistem yang dapat digunakan oleh Penyelenggara lain, dengan mengacu pada contoh 2 dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini;

b.i.a.6) Konsep perjanjian kerja sama dengan Penyelenggara lain dan/atau pihak ketiga terkait penyelenggaraan kegiatan Transfer Dana,termasuk kerja sama dengan Tempat Penguangan Tunai, apabila ada;

b.i.a.7) Rincian informasi mengenai kantor cabang, identitas Penyelenggara lain dan/atau pihak lain yang bekerjasama dengan Penyelenggara terkait penyelenggaraan kegiatan Transfer Dana,termasuk informasi mengenai Tempat PenguanganTunai, apabila ada; dan

b.i.a.8) Kebijakan dan prosedur tertulis penanganan keadaan darurat (disaster recovery plan) dan kesinambungan kegiatan usaha (business continuity plan) yang efektif dalam mengatasi dan meminimalkan permasalahan yang timbul dari kejadian yang tidak diperkirakan yang dapat mengganggu kelancaran operasional penyelenggaraan kegiatan Transfer Dana.

c. Persyaratan bahwa direksi dan dewan komisaris atau pengawas Pemohon memiliki integritas yang baik, antara lain berupa:

(14)

1) Memiliki akhlak dan moral yang baik, antara lain ditunjukkan dengan memiliki sikap mematuhi ketentuan yang berlaku;

2) emiliki komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

3) Memiliki komitmen terhadap pengembangan penyelenggaraan kegiatan Transfer Dana yang dilakukan oleh Pemohon. Pada saat mengajukan permohonan perizinan, persyaratan ini antara lain dipenuhi dengan menyampaikan asli surat pernyataan dengan mengacu pada contoh 1 dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini.

d. Dokumen sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c harus disampaikan dalamBahasa Indonesia.

d.2.Bank Indonesia dapat melakukan uji kepatutan dan kelayakan antara lain melalui wawancara dengan direksi, dewan komisaris atau pengawas, dan/atau pemegang saham atau pemilik pengendali Pemohon sebagai bagian dari persyaratan yang harus dipenuhi oleh Pemohon.

Proses Perizinan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank

sesuai dengan Surat Edaran No. 15/23/DASP mengenai semua bank dan

badan usaha berbadan hukum dan badan usaha berbadan hukum bukan bank:4

(15)

Gambar 1: Proses Perizinan Kegiatan Usaha Valuta Asing Bukan Bank

2.1.2.2 Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank Tidak Berizin

Izin mempunyai arti yang begitu penting bagi pemegangnya (pelaku kegiatan)

dalam melakukan hubungan hukum, baik dengan pemerintah maupun Pemeriksaan

administratif terhadap kelengkapan, kebenaran dan kesesuaian dokumen yang

diajukan pemohon. Pemeriksaan (on site visit) ke pemohon untuk melakukan

verifikasi atas kebenaran dan kesesuaian dokumen yang dianjurkan, serta memastikan

kesiapan operasiaonal, jika diperlukan. Setelah pemeriksaan administrasi dokumen

dan atau memeriksa (on site visit), bank indonesia memberikan tanggapan berupa

persetujuan atau penolakan permohonan, atau meminta permohonan untuk

melengkapi dokumen permohonan.

Tanggapan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud disampaikan secara

tertulis paling lambat 35 (tiga puluh lima) hari terhitung sejak dokumen yang

(16)

permohonan izin, maka pemberian izin tersebut dilalukan dengan penyampaian surat

yang disertai dengan tanpa izin pihak lain. Urgensi izin adalah sebagai landasan

hukum, sebagai instrumen untuk menjamin kepastian hukum, sebagai instrumen

untuk melindungi kepentingan, dan sebagai alat bukti dalam hal klaim.5

Ketidaktaatan atau penyimpangan dan pengelakan sebenarnya berkaitan

dengan hukum yang berisikan larangan atau suruhan yang diatur dalam PBI No.

18/20/PBI/2016. Money changer haruslah melihat kewajiban dan larangan dalam

menjalankan usahanya. Mengenai larangan money changer dalam pasal 6:

Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank dilarang:

3.a.Bertindak sebagai agen penjual Cek Pelawat;

3.b.Melakukan kegiatan margin tranding, spot, forward, swap dan transaksi derivatif lainnya baik untuk kepentingan nasabah maupun kepentingan Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank;

3.c.Melakukan transaksi jual dan beli uang kertas asing serta pembelian cek pelawat dengan Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank yang tidak memiliki izin dari Bank Indonesia;

3.d.Melakukan kegiatan penyelenggaraan transfer dana atau kegiatan usaha pengiriman uang; dan Melakukan kegiatan usaha lainnya di luar kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).

Dalam PBI tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing, sebagimana

diatur dalam ketentuan Pasal 7 juga menyebutkan larangan Kegiatan Usaha Pedagang

Valuta Asing Bukan Bank, antara lain:

3.d.1. Selain larangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank dilarang :

a. Menjadi pemilik penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing tidak berizin;

5 Y. Sri Pudyatmoko, 2009, Perizinan Problem dan Upaya Pembenahan, PT. Grasindo, Jakarta, 2009, h. 22.

(17)

b. Melakukan kerja sama dengan penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing tidak berizin; dan

c. Melakukan kegiatan usaha melalui penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing tidak berizin.

d. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula untuk Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau pemegang saham Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank.

Kewajiban Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan

Bank pasal 24:

1. Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing wajib memasang :

a. Logo Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing berizin yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia;

b. Sertifikat izin usaha yang diterbitkan oleh Bank Indonesia; dan

c. Tulisan ”Penyelenggara Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Berizin” (”Authorized Money Changer”), dan nama Perseroan Terbatas Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing, di tempat yang mudah terlihat pada lokasi usaha.

2. Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bbukan Bank wajib menggunakan tulisan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dalam setiap bentuk dokumen, korespondensi, maupun bentuk lainnya.

3. Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank dapat menggunakan nama dagang ketentuan sebagi berikut :

a. Hanya memiliki 1 (satu) nama dagang; dan

b. Nama dagang mencerminkan nama Perseroan Terbatas dari Penyelenggara Kegiatan Usaha Pedagang Valuta Asing Bukan Bank.

2.2. VALUTA ASING

2.2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Valuta Asing

“Foreign exchange is the system by which the type of money used is exchange from another country’s money”.6 (Valuta asing adalah mata uang yang dikeluarkan

dan digunakan sebagai alat pembayaran yang sah di negara lain atau seluruh

kewajiban terhadap mata uang asing yang dapat dibayar di luar negeri).

6 TN, Cambridge Iinternational English Dictionary of English, 1995, Cambridge University Press, London, h.549

(18)

Valuta asing atau foreign exchange merupakan uang yang dikeluarkan sebagai

alat pembayaran yang sah, valuta asing sangat erat kaitannya dengan pasar valuta

asing yaitu pasar memfasilitasi pertukaran valuta asing untuk mempermudah

transaksi-transaksi perdagangan dan keuangan internasional. Kurs valuta asing

(Foreign Exchange Rate) adalah tarif dari pertukaran mata uang atau harga suatu mata uang yang dinyatakan dalam mata uang yang berbeda dan kuotasi valuta asing

adalah suatu pernyataan kesediaan melakukan transaksi jual beli valuta asing pada

suatu kurs yang diumumkan.7

Valuta asing atau foreign exchange merupakan perdagangan mata uang kedua

negara yang nilainya berbeda dari waktu ke waktu. Suatu mata uang dikatakan

sebagai valuta asing tergantung dari siapa yang melihat, untuk penduduk di negara

yang bukan negara asal mata uang akan menyebut sebagai valuta asing atau valas dan

sebaliknya penduduk di negara asal mata uang tidak akan menyebut demikian.8

Sebagai contoh bagi orang Indonesia mata uang US Dollar adalah valuta asing,

sedangkan bagi orang Amerika mata uang US Dollar tentunya bukan valuta asing.

Secara lebih luas Valuta Asing dapat juga diartikan sebagai seluruh kewajiban

terhadap mata uang asing yang dapat dibayar diluar negeri, baik berupa simpanan

pada bank luar negeri maupun kewajiban dalam mata uang asing.

Makna daripada valuta asing adalah uang asing. Uang asing adalah uang yang

diterbitkan sebagai alat bayar yang sah suatu negara, di dalam maupun di luar

7 Hafis Mu’addab, 2011, Foreign Exchange Market, Elhaf Publishing, Surabaya, h. 7

8Heli Charisma Berlianta, 2006, Mengenal Valuta Asing, Gadjah Mada University Press,Yogyakarta, h. 9.

(19)

wilayah negaranya, dengan bahan fisik dan penanda tertentu. Alat bayar adalah alat

untuk melakukan pembayaran atau penukaran dengan barang dan jasa. Uang menurut

Byrns dan Stone uang adalah :

… the device to buy goods or resources and by which we measure our income, wealth, and the price we pay.9 (Alat yang digunakan untuk membeli barang atau

sumber daya dan dengan mana seseorang mengukur pendapatannya, kekayaannya,

dan harga-harga yang harus dibayar dalam suatu transaksi).

Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka posisi uang yang utama adalah

sebagai alat pembayaran atau media transaksi yang bersifat sangat vital, karena

mempermudah memperoleh dan memilih barang dan jasa yang diinginkan secara

cepat, mempermudah menentukan nilai (harga) barang dan jasa, memperlancar proses

transaksi perdagangan dan jual beli pada umumnya, dan merupakan media untuk

menimbun kekayaan.10 Uang mencakup beberapa fungsi, yaitu:11 a. Sebagai alat tukar;

b. Sebagai satuan hitung;

c. Sebagai penimbun kekayaan; dan

d. Sebagai standar pembayaran (utang dan kewajiban lainnya).

9 Ralph T. Byrns and Gerald W. Stones,1984, Economics, Second Edition, Scott, Foresman and Company, Glenview, Illions, h. 319.

10 Kasmir, 2006, Manajemen Perbankan , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 14. 11 Ibid, h. 13.

(20)

Pasar valuta asing sendiri mengalami pertumbuhan yang pesat pada awal 70’an.

Adapun yang menyebabkan pasar valuta asing bertumbuh dengan pesat antara lain

adalah:

d.i.a.2.1. Pergerakan nilai valuta asing yang mengalami pergerakan cukup signifikan sehingga menarik bagi beberapa kalangan tertentu untuk

berkecimpung di dalam pasar valuta asing.

d.i.a.2.2. Bisnis yang semakin mengglobal. Dengan semakin sengitnya persaingan bisnis membuat perusahaan harus mencari sumber daya baru yang

lebih murah, dan tersebar di seluruh dunia sehingga menimbulkan

permintaan akan mata uang suatu negara tertentu.

d.i.a.2.3. Perkembangan telekomunikasi yang begitu cepat dengan adanya sarana telepon, telex, faaximile, internet maka memudahkan para pelaku

pasar untuk berkomunikasi sehingga transaksi lebih mudah di lakukan.

Keuntungan yang di peroleh di pasar valuta yang cenderung besar

meningkatakan keinginan berbagai pihak berusaha memperoleh gain dari

pergerakan valuta asing.

Uang asing merupakan alat pembayaran resmi yang diterbitkan oleh

suatu negara untuk memenuhi kewajiban di luar wilayah negaranya atau di

dalam wilayah negara lain.

Setiap negara berdaulat menerbitkan alat bayarnya sendiri dan

umumnya melarang penggunaan mata uang asing sebagai alat bayar umum di

(21)

negara, untuk dapat melakukan transaksi, terlebih dahulu harus menukarkan

mata uang negaranya dengan mata uang domestik negara tempat ia melakukan

transaksi.

Setiap mata uang asing yang diadakan secara tidak memenuhi kedua

persyaratan minimal demikian itu merupakan mata uang yang tidak memenuhi

persyaratan hukum dan karena berpeluang menjadi obyek penegakan hukum.

Pasal 19 UU BI menyatakan bahwa Bank Indonesia berwenang menetapkan

macam, harga, ciri-ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang akan

digunakan serta tanggal mulai berlakunya uang tersebut sebagai alat

pembayaran yang sah. Ketentuan Pasal 20 UU BI menyebutkan pula bahwa

Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang memiliki wewenang

untuk mengeluarkan dan mengedarkan rupiah serta menjaga stabilitas

perekonomian.

2.2.2 Karakteristik Valuta Asing

Pada umumnya jenis uang yang beredar di seluruh dunia dilihat dari

segi pembuatannya hanya ada 2 (dua) macam yaitu uang logam dan uang

kertas. Demikian pula dengan Indonesia uang Rupiah terdiri atas Rupiah

logam dan Rupiah kertas (Pasal 2 ayat (2) UU Perbankan).

Ada tiga macam nilai yang dimiliki logam, yaitu :

a. Nilai intrinsik, yaitu nilai bahan untuk membuat mata uang;

b. Nilai nominal, yaitu nilai yang tercantum pada mata uang atau cap harga yang tertera pada mata uang;

(22)

c. Nilai tukar, nilai tukar adalah kemampuan uang untuk dapat ditukarkan dengan suatu barang atau jasa (daya beli uang).

Uang Kertas adalah uang yang terbuat dari kertas dengan gambar dan

cap tertentu dan merupakan alat pembayaran yang sah. Menurut penjelasan

Undang- Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang

dimaksud dengan uang kertas adalah uang dalam bentuk lembaran yang

terbuat dari bahan kertas atau bahan lainnya (yang menyerupai kertas).12

Dalam Pasar Valas, valas dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok,

yakni:13

d. Hard Currency, yaitu mata uang yamg memiliki nilai relative stabil, sehingga tidak sering mengalami depresiasi maupun apresiasi jika

dibandingkan dengan mata uang lain. Mata uang inilah yang sering

digunakan sebagai alat pembayaran dan satuan hitung dalam transasksi

internasional. yang termasuk di dalamnya ialah US Dolar, Yen Jepang,

Euro, dan Pundsterling.

e. Soft Currency, yaitu mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran internasional karena relative kurang stabil serta sering

terdepresiasi. Umumnya terdiri dari mata uang negara berkembang

yang sangat sensitif terhadap kondisi politik, kebijakan pemerintah,

dan faktor sosial ekonomi.

12 URL : http://id.wikipedia.org/wiki/Uang. Diakses Pada Tanggal 9 November 2016 pukul 11.04 WITA.

13 URL : http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126948-6574-Efek%20neraca-Literatur.pdf, Universitas Indonesia, diakses tanggal 9 November 2016 pukul 10.18 WITA.

(23)

Valuta asing memiliki karakteristik yang mencakup :

a. Fisik uang;

b. Nilai dalam suatu fisik uang; dan

c. Kewajiban yang berkenaan dengan mata uang asing

Fisik uang yang berhubungan dengan bahan logam atau kertas. Bahan

uang biasanya memiliki kaitan dengan nilai uang. Uang logam dapat terbuat

dari aluminium, kopronikel, bronze, emas, perak, perunggu. Uang kertas

terbuat dari kertas dan biasanya kertas khusus yang berkualitas tinggi, yang

tahan air, tidak mudah robek, dan tidak mudah luntur. Fisik uang dengan

tahun terbitan lebih lama dan dengan tampilan kotor dan terlipat biasanya

dihargai lebih rendah dibandingkan dengan uang asing terbitan lebih baru dan

dengan tampilan lebih bersih dan kencang.14

Di samping tampilan atau kualitas fisik, nilai mata uang juga

berpengaruh terhadap harga suatu mata uang asing. Mata uang asing dengan

nilai lebih besar biasanya mempunyai harga jual atau beli lebih tinggi

dibanding mata uang dengan nilai pecahan. Perlakuan ekonomi demikian itu

terhadap valuta asing merupakan ciri khusus dari setiap pasar valuta asing dan

hanya terdapat di Indonesia.

Valuta asing merupakan uang asing yang berfungsi sebagai alat tukar

sah yang diterbitkan secara resmi oleh suatu negara. Untuk dapat

(24)

dikatagorikan sebagai alat tukar yang sah, suatu mata uang asing harus

memenuhi sekurangkurangnya 3 (tiga) persyaratan :

a. Diterbitkan oleh suatu negara;

b. Memenuhi persyaratan fisik dan nilai tertentu; dan

c. Berfungsi sebagai alat tukar resmi di negara bersangkutan.

Sebagai obyek perdagangan, valuta asing tunduk pada berbagai

peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang :

a. Persyaratan valuta asing sebagai alat tukar resmi yang diterbitkan oleh suatu negara tertentu;

b. Persyaratan badan usaha dan penyelenggaraan usaha perdagangan valuta asing oleh pedagang valuta asing;

c. Persyaratan dan prosedur transaksi;

d. Hak-hak pengguna jasa pertukaran uang (buyer), termasuk perlindungan hak dan penegakan hak mereka.

2.2.3. Pengguna Valuta Asing

Pelaku ekonomi yang utama dalam pasar valas dapat digolongkan

menjadi:15 a. Perusahaan

Untuk meningkatkan daya saing dan menekan biaya produksi,

perusahaan selalu melakukan eksplorasi terhadap berbagai sumber-sumber

daya yang baru dan yang lebih murah. Ada kegiatan impor dan ekspor yang

15 Management Student Society, Summary Valuta Asing, Depok, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, h.4.

(25)

dilakukan perusahaan kadang memerlukan mata uang negara lain dengan

jumlah yang cukup besar.

b. Individu

Masyarakat atau perorangan melakukan transaksi valuta asing di sebabkan

oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah kegiatan spekulasi, yaitu

dengan memanfaatkan fluktuasi pergerakan nilai valuta asing untuk

memperoleh keuntungan. Faktor kedua adalah kebutuhan konsumsi pada

saat berada di luar negeri.

c. Bank Umum dan Perbankan

Bank umum melakukan transaksi jual beli valas untuk berbagai keperluan

antara lain melayani nasabah yang ingin menukarkan uangnya dalam

bentuk mata uang lain. Perbankan adalah pelaku pasar valas yang terbesar

dan paling aktif. Perbankan beroperasi dalam pasar valas lewat para

pedagangnya.

d. Pialang Pasar Valas atau Broker

Mereka membantu untuk mencarikan pembeli ataupun penjual.

e. Pemerintah

Pemerintah melakukan transaksi valuta asing untuk berbagai tujuan antara

lain membayar hutang luar negeri, menerima pendapatan dari luar negeri

yang harus di tukarkan lagi kedalam mata uang lokal.

(26)

Biasanya bank sentral melakukan jual beli valuta asing dalam rangka

menstabilkan nilai tukar mata uang.

g. Arbitraser

Arbitraser adalah orang yang mengeksploitasi perbedaan kurs antar valas.

Peran serta spekulan dan arbitraser dalam pasar valas semata-mata

didorong oleh motif mengejar keuntungan.

h. Institusi

Institusi yang dimaksud disini adalah institusi-institusi keuangan yang

mempunyai investasi internasional, meliputi dana pensiun, perusahaan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut maka permasalahan yang diteliti adalah : Bagaimana pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/15/PBI/2014 tentang Kegiatan Usaha

(2) Apabila Penyelenggara Reklame dan/atau Pemegang Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam jangka waktu paling. lama 3 (tiga) hari setelah pemasangan

Bank Indonesia memberikan persetujuan atau penolakan permohonan izin usaha untuk melakukan kegiatan sebagai Perusahaan Pialang Pasar Uang Rupiah dan Valuta Asing

Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak didaerah tertentu, jangka waktu pelunasan sabagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua)

3. kewajiban penggunaan Rupiah; dan 4.. Bank Indonesia dapat meninjau kembali persetujuan yang telah diberikan kepada pihak selain Penyelenggara untuk melakukan jual dan

Menurut UU Perbankan No 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 3 tentang ketentuan umum, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan

(3) Apabila Penyelenggara Reklame dan/atau Pemegang Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari setelah pemasangan reklame

(2) Dalam hal selama jangka waktu pengawasan khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pemegang saham dan atau BPR melakukan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat