• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mengenal Tanaman Karet

Tanaman karet (Havea brasilliensis) berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia,. Jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat seperti : Amerika Serikat, Asia dan Afrika selatan menggunakan pohon lain yang menggunakan getah. Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang di manfaatkan lagi getahnyaa karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak di budidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang di kebunkan secara besar-besaran. Pohon karet pertama kali hanya tubuh di Amerika Selatan, namun setelah percobaan berkali kali oleh Henry Wickham, pohon ini berhasil di kembangkan di Asia Tenggara,dimana sekarang ini tanaman ini banyak di kembangkan di Asia (Budiman, 2012).

Tanaman karet merupakan tanaman yang tumbuh sampai umur 25 tahun. Habitus tanaman merupakan pohon dengan tinggi tanaman dapat mencapai 15-20 meter. Modal utama dalam pengusahaan tanaman ini adalah batang setinggi 2,5 meter sampai 3 meter dimana terdapat pembuluh lateks. Oleh karena itu fokus pengelolaan tanaman karet ini adalah bagaimana mengelola batang tanaman ini seefisien mungkin (Budiman, 2012).

2.2 Deskripsi Klon Karet 2.2.1 Klon GT 1

Silsilah dari klon GT 1 adalah klon primer yang memiliki ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut:

 Batang : agak jagur, tegak sampai agak bengkok-bengkok, silindris samapai agak pipih.

(2)

 Kulit batang : warna cokla tua sampai kehitam-hitaman, celah-celah berupa berupa jala dan sempit, lentisel sedikit dan halus.

 Mata : letaknya rata, bekas tangkai daun agak besar dan berbonggo  Paying : bentuk kerucut terpotong, agak besar dan tertutup, tangkai

daun agak jarang atau sedang, jarak antar paying agak dekat sampai sedang.

 Tangkai daun : bentuk agak cembung dan hampir berbentuk huruf S, agak kurus dan agak pendek, arahnya mendatar sampai agak terkulai, kaki tangkai daun agak besar dan bagian atasnya agak rata.

 Anak tangkai daun : bentuknya lengkung, pendek, arahnya terjungkat (ke atas), membentuk sudut sempit (< 60o).

 Helai daun : warna hijau tua agak mengkilat, agak kaku, bentuknya elips, panjangnya 2x lebar, pinggir daun rata, ujung daun agak lebar dan garis tepinya agak melengkung dengan ekor agak panjang, penampang melintang cekung, penampang memanjang lurus, letak daun ke bawah dan terkulai, helai daun terpisah sampai bersinggungan, daun tengah sejajar dengan daun pinggir, daun pinggir tidak simetris.

 Warna lateks : putih (Litbang, 2015).

2.2.2 Klon AVROS 2037

Memiliki silsilah AVROS 256 x AVROS 352 dengan ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut :

 Batang : jagur, tegak agak melengkung, silinder

 Kulit batang: warna coklat tua, celah-celah berupa jala dan sempit sekali, lentisel sedikit dan halus.

 Mata : letaknya dalam lekukan, bekas pangkal tangkai daun kecil dan rata.

 Payung : bentuk kerucut, sedang, terbuka, tangkai daun agak jarang, jarak antar paying sedang.

(3)

mendatar agak ke bawah sedikit, pangkal tangkai daun kecil dan bagian atasnya rata.

 Anak tangkai daun : bentuknya pendek, lurus, gemuk, arahnya terhadap tangkai daun terjungkat (ke atas), membentuk sudut sedang (+ 60o).

 Helai daun : waena hijau kekuning-kuningan, suram, tipis tidak kaku, bentuknya elips sampai agak oval, panjang 2,5 x lebar, pinggir daun sedikit bergelombang tak teratur, ujung daun lebar dan garis tepinya agak melengkung dengan ekor daun pendek, penampang melintang rata, penampang memanjang agak cembung sedikit, letak daun agak sedikit terkulai, helaian daun bersinggungan sampai tumpang tindih, daun tengah dibawah kedua daun pinggir.

 Warna lateks : putih kekuning-kuningan (Litbang, 2015).

2.2.3 Klon PB 260 & 340

Memiliki silsilah PB 5/51 x PB 49 dengan ciri-ciri tanaman muda sebagai berikut :

 Batang : jagur ketegakan, tegak lurus bentuk silindris.

 Kulit batang corak : alur sempit, putus-putus warna cokelat tua

 Mata letak/ bentuk mata : rata bekas pangkal tangkai kecil, agak menonjol

 Payung daun bentuk : mendatar ukuran lurus kerapatan sedang-agak tertutup jarak antar payung dekat-sedang

 Tangkai daun posisi : mendatar bentuk lurus Ukuran besar sedang-agak besar ukuran panjang sedang-sedang-agak panjang bentuk kaki rata-rata menonjol

 Anak tangkai : posisi mendatar bentuk lurus ukuran besar sedang ukuran panjang sedang sudut anak tangkai sempit

 Helaian daun warna : hijau muda-hijau kilauan kusam bentuk oval tepi daun agak bergelombang penampang memanjang lurus penampang melintang rata-rata cekung letak helaian

(4)

terpisah-bersinggungan Ekor daun : Pendek, tumpul  Warna lateks : putih (Litbang, 2015).

2.3 Kesesuaian Lahan Tanaman Karet

Potensi lahan untuk pengembangan tanaman karet dapaat ditentukan jika keadaan tanah dan iklim diketahui terlebih dahulu. Kondisi tanah dan iklim tersebut dihubungkan terhadap sifat-sifat yang dikehendaki tanaman karet. Hubungan tersebut menghasilkan suatu sistem klasifikasi kesesuaian lahan, yang tujuannya untuk menilai seberapa jauh tingkatan kecocokan suatu lahan terhadap tanaman karet. Berikut dapat dilihat kriteria kesesuaian lahan tanaman karet pada tabel 2. 1

Tabel 2. 1 Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Karet

No Parameter

Penilaian Parameter Baik Sedang Buruk 1 Ketinggian 0-200 m 200-400 M > 400 m

2 Curah Hujan 2.000-3.500 mm/tahun

1.750-2.000

mm/tahun <1.750 mm/tahun

3 Jumlah bulan kering <3 Bulan 3-4 Bulan >5 bulan

4 Kelembaban tanah (RH) 70-80 % 80-90 % >90%

5

Kecepatan angin* / dengan pendekatan pohon yang tumbang atau mengalami patah batang / cabang karena angin hingga umur 15 tahun ** < 10% ** ≤ 30 km/jam 11 - 20 % ** 30-50 km/jam >20% ** >50km/jam 6 Topografi (kemiringan) 0-10% 10-20% >20% 7 Jeluk efektif >100 cm 45-100 cm <45 cm

8 Baruan di Permukaan dan

(5)

9 Drainase tanah sedang Cepat,Lam bat Sangat Cepat, Sangat Lambat 10 Tekstur Lempung Berpasir, Liat Berpasir Lempung Berpasir, Liat (50-70%) Liat (>70%), Pasir-Lempung Berpasir, Liat-Lempung Berliat. 11 pH Tanah 4,3 – 5,0 5,0 – 6,5 <4,3 >6,5

Sumber : Pedoman Teknis Budidaya Karet (Good Agriculture Practices, 2006).

2.4 Klon-Klon Karet Rekomendasi

Klon tanaman karet dilakukan pertama kali pada tahun 1910 oleh seorang ahli hortikulltura bernama Helen. Saat itu Helen melakukan klon dengan teknik okulasi bersama Bode dan Tas. Lokakarya Nasional Pemuliaan Karet 2005 telah 5 merekomendasikan klon-klon unggul baru generasi ke-4 untuk priode 2006-2010, yaitu IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Di samping itu, klon-klon lama seperti GT 1, AVROS 2037, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, RRIM 600, RRIM 712, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, dan RRIC 100 masih dimungkinkan untuk dikembangkan dengan hati-hati penempatan dan sistem pengelolaannya. Penggunaan klon-klon tersebut harus disesuaikan dengan daerah pengembangan yang tepat, karena klon-klon tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda (Budiman, 2012).

Berdasarkan sifat unggul hasil utama pohon karet menurut (Budiman, 2012) di bedakan menjadi tiga yakni :

 Klon penghasil lateks, antara lain : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260.

 Klon penghasil lateks-kayu, antara lain : AVROS 2037, BPM 1, RRIC 100, PB 330, PB 340, IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, IRR 118.

(6)

 Klon penghasil kayu, antara lain : IRR 70, IRR 71, IRR 72, IRR 78.

Berdasarkan metabolisme lateks, jenis klon terbagi dua yakni :

 Quick starter (QS) adalah klon dengan metabolisme tinggi yang memiliki sifat antara lain kurang responsif terhadap pemberian stimulan, rentan terhadap KAS, dan kulit pulihan yang kurang potensial.

 Slow starter (SS) adalah klon dengan metabolisme rendah sampai sedang, responsif terhadap pemberian stimulan relatif lebih tahan terhadap tekanan eksploitasi dan kulit pulihan potensial untuk di manfaatkan.

Tabel 2.2 Contoh Jenis-jenis Klon Berdasarkan Metabolisme Lateks Jenis Klon Contoh Klon Quick starter (QS) PB 235, PB 260, PB 280, PB 340, RRIM 712, IRR 1, IRR 2, IRR 3, IRR 4, IRR 5, IRR 6, IRR 7, IRR 8, IRR 10, IRR 103, IRR 104, IRR 105, IRR 106, IRR 230, IRR 109, IRR 110, IRR 111, IRR 112, IRR 117, IRR 118, IRR 119, IRR 120. Slow Starter (SS) GT 1, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PR 255, PR 261, PR 300, PR 303, PB 217, PB 330, RRIC 100, RRIC 102, RRIC 110, RRIM 717, IRR 9, AVROS 2037, TM 2, TM 6, TM 8, TM 9.

(Sumarmadji dkk, 2017)

2.5 Morfologi Batang

Tanaman karet merupakan batang sejati. Batang tanaman karet berkayu yang cukup keras dan memiliki cabang-cabang atau ranting. Tanaman karet dapat tumbuh mencapai 25 meter atau lebih. Cabang-cabang batang tumbuh menyudut dan beranting banyak dengan daun-daun yang cukup lebat. Batang

(7)

tanaman berukuran besar dengan lingkar batang dapat mencapai 120 cm. kulit batang tanaman karet menempel kuat pada kayunya, berwaarna coklat sampai coklat tua tergantung pada klonnya. Kulit bercorak memanjang teratur, terputus-putus tidak teratur, seperti jala, tergantung pada klonnya dan cukup tebal. Pertumbuhan batang lurus sampai jagur. Bentuk batang silindris, pipih lurus, pipih spiral dengan ketegakan batang tegak, lurus, bengkok, dan lengkung, tergantug pada klonnya (Cahyono, 2010).

2.6 Fisiologi Penyadapan

Penyadapan karet (menderes, menorah, tapping) adalah mata rantai pertama dalam proses produksi karet. Penyadapan dilaksanakan dikebun produksi dengan menyayat atau mengiris (Dewasa ini juga menusuk) kulit batang dengan cara tertentu, dengan maksud untuk memperoleh lateks atau getah. Kulit batang yang disadap adalah modal utama untu berproduksinya tanaman karet. Pada tanaman muda, penyadapan umumnya dimulai pada umur 5-6 tahun, tergantung pada kesuburan pertumbuhannya (Setyamidjaja, 1993). Penyadapan merupakan tujuan utama dalam pengusahaan tanaman karet. Tujuan dari penyadapan karet adalah membuka jaringan pembuluh tapi (floem) pada kulit pohon agar getah (lateks) bisa keluar. Kecepatan pengeluaran getah memerlukan perhatian yang serius. Hal ini mengingat kecepatan aliran lateks akan berkurang jika takaran cairan lateks pada kulit berkurang (Budiman, 2012).

Penyadapan tanaman karet bertujuan untuk mendapatkan produksi karet kering yang optimal dari setiap pohon yang disadap sesuai kapasitas produksi klonnya. Apabila tidak didukung oleh kapasitas produksi tanaman yang memadai, perlakuan penyadapan yang berlebihan atau terlalu intensif tidak bermanfaat dalam agribisnis tanaman karet. Produktivitas persiklus terkait dengan norma penyadapan yang memerlukan kecermatan konsumsi kulit, kedalaman sadap, dan hasil kulit pulihan yang baik (Sumarmadji, 2009).

(8)

2.6.1 Kriteria Matang Sadap

Buka Sadapan BawahPohon karet (secara individual) telah dapat dikatakan memenuhi syarat untuk disadap bila pohon (pokok) tersebut adalah:

 Mencapai lilit batang 45 cm pada ketinggian 100 cm di atas pertautan untuk tanaman yang berasal dari bibit okulasi, atau mencapai lilit batang 45 pada ketinggian 100 cm dari permkaan tanah untuk tanaman asal biji (zailing, seedling).

 Tetapi dewasa ini PNP/PTP (juga RRIM) menggunakan kriteria matang sadap untuk tanaman matang sadap untuk tanaman asal bibit okulasi dengan lilit batang 45 cm pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah.

 Apabila kita akan melaksanakan penyadapan suatu satuan luasan, makakebun karet tersebut baru boleh dibuka sadap dan juga disadap selanjutnya, bila 60- 70% jumlah tanaman yang ada telah memenuhi  kriteria matang sadap. Bila belum mencapai persentase yang demikian, penyadapan harus dimulai beberapa waktu kemudian menunggu terpenuhinya persyaratan matang sadap tersebut (Setyamidjaja, 1993).

2.6.2 Buka Sadapan Bawah

Bukaan sadapan pada sadapan bawah untuk tanaman okulasi dimulai dengan urutan pekerjaan sbb:

 Bidang sadap dibagi dua (bila kita menggunakan panjang sayatan setengah spiral) dan tentukan bidang sadap apakan akan terletak di sebelah utara, selatan, timur dan barat;

 Buatlah garis vertikal pada kedua sisi masing-masing bidang;  Untuk ketentuan masing-masing 130 cm dari pertautan dari salah

satu garis vertikal tadi (untuk tanaman asal biji digunakan ketinggian 90 cm dari permukaan tanah);

 Pasangkan mal untuk menentukan arah dan sudut irisan sadap; Buatlah garis tipis dengan kawat atau boleh juga dengan pisau sadap untuk menandai tempat bakal irisan pertama akan

(9)

dilaksanakan (Setyamidjaja, 1993).

2.6.3 Arah Dan Sudut Lereng Irisan Sadap

Arah irisan sadap pada sadap bawah adalah dari kiri atas ke kanan bawah, sedangkan pada sadapan arah ke atas adalah sebalikya. Arah sadapan yang demikian, kecuali muda pelaksanaanya juga agar pembuluh-pembuluh lateks dapat terpotong sebanyak-banyaknya. Adapun pembulu lateks itu sendiri berada pada kulit batang dan membentang agak miring dari kiri bawah ke kanan atas dengan membentuk sudut sebesar 3,7 derjat dari garis vertikal. Dengan melaksanakan irisan sadapan dengan arah dari kiri atas ke kanan bawah pembuluh-pembuluh lateks akan terpotong dengan baik sehingga menghasilkan aliran lateks/getah yang deras dan banyak. (Setyamidjaja, 1993).

2.6.4 Kedalaman Irisan Sadap

Tabel 2.3 Kedalaman Irisan Sadap Kedalaman Irisan Sadap dari

Kambium (mm)

Saluran Lateks yang terpotong 2,0 1,5 1,0 5,0 38 48 62 80

Supaya tanaman karet dapat menghasilkan atau produksi selama 25-30 tahun sehingga jangan sampai terjadi kerusakan kambium agar kulit pulihan dapat terbentuk dengan baik. Maka kedalaman irisan sadap yang dianjurkan 1-1,5 mm dari kambium dengan mempertimbangkan saluran lateks yang terpotong (Budiman, 2012).

(10)

2.6.5 Ketebalan Irisan Sadap

Dengan pertimbangan, setelah dilakukan penyadapan lateks akan mengalir dengan cepat kemudian hingga akhirnya berhenti. Terhentinya aliran lateks karena terjadinya penyumbatan pada ujung pembuluh lateks karena gumpalan lateks. Dan akan mengalir kembali bila lapisan sumbatan dibuang dengan mengiris kulit pada sadapan berikutnya. Sehingga ketebalan irisan sadap di anjurkan 1,5-2 mm. (Budiman, 2012)

2.6.6 Waktu Penyadapan

Lateks bisa mengalir keluar dari pembuluh lateks akibat adanya turgor. Turgor adalah tekanan pada dinding sel oleh isi sel. Banyak sedikitnya isi sel berpengaruh pada besar kecilnya tekanan pada dinding sel. Semakin banyak isi sel, semakin besar pula tekanan pada dinding sel. Tekanan yang besar akan memperbanyak lateks yang keluar dari pembuluh lateks. Oleh sebab itu, penyadapan dianjurkan dimulai saat turgor masih tinggi, yaitu saat belum terjadi pengurangan isi sel melalui penguapan oleh daun atau pada saat matahari belum tinggi. Penyadapan hendaknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 5.00 - 6.00 pagi. Sedangkan pengumpulan lateksnya dilakukan antara pukul 8.00 - 10.00 (Setyamidjaja, 1993).

2.6.7 Frekuensi Dan Notasi Sadap

Frekuensi penyadapan merupakan jumlah penyadapan yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu. Hal ini berkaitan dengan panjang irisan dan intensitas penyadapan.

Tabel 2.4. Konsumsi Kulit Menurut Sistem Sadap

Sistem Sadap

Konsumsi Kulit

Per Sadap

(11)

½ S d/2 ½ S d/3 ½ s d/4 1,82 2,00 2,10 2,30 1,80 1,45 28 20 17 Sumber :(Budiman, 2012)

Produksi penyadapan satu kali dua hari (d/2) tentu saja berbeda bila dibandingkan dengan produksi penyadapan satu kali tiga hari (d/3), demikian juga dengan kilit yang dikonsumsikan. Dengan kata lain, tiap interval penyadapan memiliki sub-sistem lainnya untuk dapat diterapkan secara memadai (Siregar, 1995).

Terhadap tanaman muda umumnya diterapkan penyadapan satu kali empat hari (d/4), paling tidak pada enam bulan pertama. Frekuensi penyadapan satu kali empat hari (d/4) ini dimaksudkan untuk tidak sedini mungkin mengekploitasi tanaman untuk memperoleh produksi. Penyadapan awal ini umumnya tidak menggunakan stimulansi. Rendahnya produksi dan mutu sadap pada tanaman karet rakyat pada banyak hal memang berawal dari frekuensi penyadapan yang tinggi sejak awal penyadapan. Penyadapan bahka dilakukan setiap hari pada pohon yang sama sehingga kulit cadangan dalam waktu yang singkat telah habis dan mutu kulit pulihan rendah (Siregar, 1995).

2.2 Pembuluh Lateks Dan Susunan Lateks

Lateks (getah karet) merupakan hasil fotosintesis yang disimpan pada jaringan-jaringantertentu. Lateks tersebut terdapat di jaringantanaman yang terletak diantara kulit kayu (xylem)dan kayu (floem).Getah susu (lateks) tersimpan dalam pembuluhyang terdapat pada bagian kulit. Pembuluhpembuluhini berupa pipa yang tersusun berbasismelingkar batang. Kumpulan pembuluh dalam satubarisan dinamakan sarung pembuluh. Semakindekat dengan kambium, lingkaran sarung pembuluhsemakin rapat. Sebaliknya, jika mendekati kulitkeras keadaannya semakin jarang. Banyak

(12)

sedikitnyasarung pembuluh tergantung pada umur, mutu kulitdan klon tanaman karet. Sedangkan penyadapanitu sendiri memotong pembuluh lateks sehinggalateks keluar. Untuk memperoleh hasil yang tinggisebagian besar pembuluh harus dipotong karena itupenyadapan biasanya dilakukan dari arah kiri atas ke kanan bawah. Lateks tersusun atas beberapa bahan, untuk mengetahui susunan bahan-bahan yang terkandung dalam lateks dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 bahan-bahan penyusun lateks

No Bahan Lateks Segar (%)

1 Kandungan Karet 35,62 2 Resin 1,65 3 Protein 2,03 4 Abu 0,7 5 ZatGula 0,34 6 Air 59,62 Sumber: (Setyamidjaa, 1993).

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Reflection Question 7: Knowing the structure and stock images of the tarot what constraints might you isolate to try as rules for making the images talk?. Reflection Question 8:

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, serta hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Tingkat minat siswa terhadap ekstrakurikuler permainan hoki di SMA Negeri

Varietas-varietas unggul yang berdaya hasil tinggi ini diharapkan dapat diaktualisasikan potensi genetiknya melalui pengembangan teknologi budi daya dengan

Dalam pancaran-Mu jualah yang menggerakkan nurani sesama insani untuk saling membantu dalam persaudaraan dibawah Nur-Mu, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

Tulisan ini membahas secara deskriptif aplikasi-aplikasi iOS yang mendukung proses perancangan arsitektur dari tahap ke tahap, dan membandingkan potensi masing-masing app dalam

Menghindari masalah yang terlalu luas, maka penulis mencoba membatasi ruang ligkup penelitian “ Fungsi dan Peran Tjong A Fie Memorial Institute Dalam Perkembangan Budaya Cina Di

Menurut Al-Bahra Bin Ladjamudin dalam bukunya yang berjudul Analisis &amp; Desain Sistem Informasi (2005 : 39), menyebutkan bahwa : “Perancangan adalah suatu kegiatan yang

Mengidentifikasi intensitas dismenore primer pada kelompok perlakuan sebelum diberi minuman jahe dan kelompok kontrol dihari pertama siklus menstruasi pada remaja