• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. Kata kunci: Dismenore primer, jahe, remaja. Reference (59: )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. Kata kunci: Dismenore primer, jahe, remaja. Reference (59: )"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Dismenore primer adalah nyeri kram yang terjadi saat menstruasi tanpa adanya kelainan patologis pada pelvis dan dialami oleh lebih dari 50% perempuan di setiap negara. Dismenore dapat mengganggu aktivitas sehari-hari seperti bekerja dan belajar yang dapat berdampak pada absensi, produktivitas, dan kualitas hidup remaja. Penyebab nyeri adalah produksi berlebihan dari prostanoid di endometrium selama siklus ovulasi, yang menyebabkan kontraksi uterus dan iskemia. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs dapat mengurangi dismenore primer dengan menghambat aktifitas siklooksigenase, sehingga menekan pelepasan dan biosintesis prostaglandin di endometrium. Pengobatan menggunakan NSAID mempunyai efek samping yang berbahaya terhadap sistem tubuh seperti nyeri lambung dan risiko kerusakan ginjal. Jahe sebagai obat herbal tanpa efek samping yang berbahaya dapat menekan sintesis prostaglandin dengan menghambat siklooksigenase-1 dan siklooksigenase-2 dan juga menekan biosintesis leukotrien dengan menghambat 5-lipooksigenase. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi manfaat jahe terhadap intensitas dismenore pada remaja. Penelitian ini menggunakan rancangan quasi experiment yaitu pre-test and post-test with control group yang dilakukan terhadap 30 sampel yang dipilih secara purposive sampling. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Bubuk jahe 1 gram per dosis dikonsumsi dua kali sehari dengan air hangat setelah makan selama 3 hari siklus menstruasi mereka. Hasil penelitian ini menunjukan terdapat perbedaan intensitas dismenore yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan p value 0,000 (<0,05). Hasilnya membuktikan bahwa jahe efektif dalam mengurangi intensitas dismenore pada remaja.

Kata kunci: Dismenore primer, jahe, remaja

(2)

ABSTRACT

Primary dysmenorrhea is painful menstrual cramps without any evident of pathology in pelvis and it occurs in up to 50% of females in every state. Dysmenorrhea can interfere daily activities such as working and learning activities that may also impact on absenteeism, productivity, and quality of life in adolescents. Cause of pain is excess production of prostanoids in endometrium during the ovulatory cycle, which results in uterine contraction and ischemia. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs can relieve primary dysmenorrhea by inhibit cyclooxygenase activity and therefore suppress endometrial prostaglandin biosynthesis and release. Treatment using NSAIDs have side effects that are harmful to other body systems such as stomach pain and the risk of kidney damage. Ginger as herbal medicine without any harmful side effects can suppresses prostaglandin synthesis through inhibition of cyclooxygenase-1 and cyclooxygenase-2 and also suppresses leukotriene biosynthesis by inhibiting 5-lipoxygenase. The aim of this study was identify the effect of ginger to dysmenorrhea intensity in adolescents. This study uses quasi experiment design and uses pre-test and post-test with control group performed by 30 samples chosen by purposive sampling. Sample were divided into two groups, intervention group and control group. Ginger powder 1 gram per dose was administered twice a day with warm water after meal during the first three days of their menstruation. The results of this study showed that there were significant differences in the severity of dysmenorrhea between intervention group and control group with p value 0,000 (<0,05). The result shows that ginger was effective to reduce dysmenorrhea intensity in adolescents.

Keywords: adolescent, ginger, primary dysmenorrhea

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv KATA PENGANTAR ... v ABSTRAK ... vii ABSTRACT ... viii DAFTAR ISI ... ix DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xv BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1 1.2Rumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 4 1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja ... 6

2.2 Menstruasi ... 7

2.3 Dismenore ... 10

2.4 Jahe ……… 18

BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 22

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 23

(4)

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian ... 26

4.2 Kerangka Kerja ... 27

4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

4.4 Populasi, Teknik Sampling Penelitian dan Sampel ... 28

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 30

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas …..……… ... 32

4.7 Pengolahan Data dan Analisis Data ... 32

4.8 Etika Penelitian ………..……… ... 34

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 36

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 42

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 49 BAB 6 PENUTUP 6.1 Simpulan ... 50 6.2 Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(5)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap remaja akan mengalami pubertas. Pubertas merupakan masa awal pematangan seksual, dimana seorang anak mengalami perubahan fisik, hormonal, dan seksual serta mampu mengadakan proses reproduksi. Kadar hormon LH (Luteinizing Hormone) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone) akan meningkat pada awal masa pubertas, sehingga merangsang pembentukan hormon seksual. Peningkatan kadar hormon tersebut menyebabkan pematangan payudara, ovarium, rahim, dan vagina serta dimulainya siklus menstruasi (Nita, 2008). Menstruasi adalah perdarahan periodik normal uterus yang merupakan proses katabolisme dan terjadi di bawah pengaruh hormon hipofisis dan ovarium (Benson & Pernoll, 2009). Nyeri yang terjadi saat menstruasi disebut dismenore. Dismenore disebabkan oleh prostaglandin F2α yang berlebihan pada darah menstruasi, yang

merangsang hiperaktivitas uterus dan terjadinya kejang otot uterus (Wilson & Price, 2006).

Dismenore dibagi menjadi dua, yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer didefinisikan sebagai nyeri kram berulang yang terjadi saat menstruasi, tanpa ada kelainan patologik pada pelvis (Dawood, 2006). Dismenore umum dirasakan oleh perempuan pada hari-hari pertama menstruasi. Gejala-gejala dismenore umumnya berupa sakit yang datang secara tidak teratur dan tajam, serta kram di bagian bawah perut biasanya menyebar ke bagian punggung, menjalar ke kaki, pangkal kaki, dan vulva. Pada sebagian perempuan, dismenore dapat dirasakan berupa nyeri yang samar, tetapi bagi sebagian lainnya dapat terasa kuat dan mengganggu aktivitas sehari-hari (Laila, 2011).

Angka kejadian dismenore di dunia cukup besar. Rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalaminya. Berdasarkan penelitian di Swedia, remaja usia 19-21 tahun yang mengalami dismenore sekitar 80%. Sejumlah 15% membutuhkan obat-obatan dan membatasi aktivitas harian, 8-10% tidak masuk

(6)

sekolah (Desfietni, 2012). Di Indonesia diperkirakan prevalensi dismenore berkisar 45-95% pada usia produktif (Proverawati & Misaroh, 2009).

Dismenore dapat berdampak pada aktivitas perempuan khususnya remaja. Menurut Prawirohardjo (2005) dismenore membuat perempuan tidak bisa beraktivitas secara normal dan memerlukan obat. Keadaan tersebut mengakibatkan menurunnya kualitas hidup perempuan, sebagai contoh siswi yang mengalami dismenore primer tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi belajar menurun. Hal ini diperkuat oleh penelitian Sulastri (2009) bahwa akibat keluhan dismenore pada remaja putri di Purworedjo berdampak pada gangguan aktivitas sehari-hari, sehingga menyebabkan absen sekolah ≤3 hari. Tingkatan dismenore yaitu nyeri ringan sebanyak 47,7% dan nyeri berat 47%. Dismenore memerlukan penanganan segera baik secara farmakologis atau non farmakologis, karena apabila tidak segera ditangani dapat mempengaruhi fungsi mental dan fisik. Salah satu bentuk terapi farmakologis adalah pemberian obat-obatan analgesik. Obat golongan NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs) dapat mengurangi nyeri dengan cara menghambat prostaglandin yang menyebabkan nyeri. Pengobatan menggunakan NSAID memiliki efek samping yang berbahaya terhadap sistem tubuh lainnya seperti nyeri lambung dan risiko kerusakan ginjal (Anurogo, 2011). Terapi secara non farmakologis yang dapat dilakukan yaitu dengan ramuan herbal, penggunaan suplemen, relaksasi, hipnoterapi, dan akupuntur. Terapi ramuan herbal dapat dilakukan dengan cara menggunakan obat tradisional yang berasal dari bahan-bahan tanaman. Beberapa bahan tanaman yang dipercaya dapat mengurangi rasa nyeri yaitu kayu manis, kedelai, cengkeh, kunyit, herbal Cina, dan jahe (Anurogo, 2011).

Tanaman jahe termasuk keluarga Zingiberaceae, genus Zingiber, dan spesies Officinale yaitu tanaman rumput-rumputan tegak dengan ketinggian 30-100 cm, namun kadang-kadang tingginya dapat mencapai 120 cm. Daunnya sempit, berwarna hijau, bunganya kuning kehijauan dengan bibir bunga ungu gelap berbintik-bintik putih kekuningan dan kepala sarinya berwarna ungu. Akarnya bercabang-cabang dan berbau harum, berwarna kuning atau jingga, dan berserat.

(7)

Jahe dibedakan menjadi tiga berdasarkan ukuran, bentuk, dan warna rimpangnya. Ketiga jenis itu ialah jahe putih besar/jahe gajah, jahe putih kecil/jahe emprit, dan jahe merah (Widiyanti, 2009).

Penelitian yang dilakukan oleh Hernani, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (2012) menunjukkan bahwa jahe aman digunakan sebagai obat herbal. Dalam penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa jahe sama efektifnya dengan asam mefenamat dan ibuprofen untuk mengurangi nyeri pada perempuan dengan dismenore primer, karena jahe mengandung zat yang dinamakan senyawa gingerol yang memiliki sifat anti inflamasi (Anurogo, 2011). Menurut Mustafa (dalam Rahnama et al, 2012) jahe berperan sebagai penghambat siklooksigenase dan lipooksigenase, sehingga mampu menghambat sintesis dari leukotrien dan prostaglandin. Jahe lebih baik daripada obat non steroid karena mampu memblok prostaglandin tanpa mengganggu lambung dan ginjal (Anurogo, 2011). Asam aspartik pada jahe dapat mengurangi keletihan atau rasa lemas. Selain itu juga dapat mengurangi rasa mual dan muntah (Halder, 2012).

Jahe memiliki keunggulan dibandingkan obat herbal lainnya dalam mengatasi dismenore. Senyawa fenol pada jahe memiliki efek antiinflamasi, sehingga dapat mengurangi ketegangan otot setelah berolahraga. Jahe juga dapat menetralisir radikal bebas dan dapat menghambat kolagenase elastisitas pada kulit, sehingga dapat digunakan sebagai antiselulit (Hernani dan Winarti, 2012).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di SMAN 3 Amlapura pada kelas XI IPA 1 dan 2, dari hasil wawancara terhadap 10 siswi didapatkan bahwa sembilan diantaranya mengalami dismenore. Untuk mengatasi dismenore, mereka melakukan beberapa cara untuk mengurangi nyerinya yaitu sebanyak dua siswi melakukan istirahat dari aktivitas di sekolah, tiga siswi mengkonsumsi obat penghilang nyeri datang bulan, dan empat siswi menyatakan izin dari sekolah.

(8)

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Pengaruh konsumsi minuman jahe terhadap intensitas dismenore primer pada remaja usia 12-18 tahun di SMAN 3 Amlapura”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah bagaimana pengaruh konsumsi minuman jahe terhadap intensitas dismenore primer pada remaja usia 12-18 tahun di SMAN 3 Amlapura.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh minuman jahe terhadap intensitas dismenore primer pada remaja usia 12-18 tahun di SMAN 3 Amapura. 1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi intensitas dismenore primer pada kelompok perlakuan sebelum diberi minuman jahe dan kelompok kontrol dihari pertama siklus menstruasi pada remaja usia 12-18 tahun di SMAN 3 Amlapura.

b. Mengidentifikasi intensitas dismenore primer pada kelompok perlakuan setelah diberi minuman jahe dihari ketiga siklus menstruasi pada remaja usia 12-18 tahun di SMAN 3 Amlapura.

c. Mengidentifikasi intensitas dismenore primer pada kelompok kontrol setelah hari ketiga siklus menstruasi pada remaja usia 12-18 tahun di SMAN 3 Amlapura.

d. Mengidentifikasi perbedaan intensitas dismenore primer pada kelompok perlakuan sebelum dan setelah diberi minuman jahe dihari ketiga siklus menstruasi pada remaja usia 12-18 tahun di SMAN 3 Amlapura.

e. Mengidentifikasi perbedaan intensitas dismenore primer pada kelompok kontrol sebelum dan setelah hari ketiga siklus menstruasi pada remaja usia 12-18 tahun di SMAN 3 Amlapura.

(9)

f. Menganalisa perbedaan intensitas dismenore primer antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dihari ketiga siklus menstruasi pada remaja usia 12-18 tahun di SMAN 3 Amlapura.

1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmu pengetahuan terutama mengenai keperawatan maternitas dalam hal penatalaksanaan non farmakologis untuk dismenore primer.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai minuman jahe sebagai anti inflamasi dan analgesik pada kasus-kasus seperti rheumatoid arhtritis, nyeri otot setelah olahraga, dan irritable bowel syndrome.

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman kedepannya dalam hal penatalaksanaan non farmakologis untuk dismenore primer menggunakan minuman jahe.

b. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk masyarakat khususnya remaja dalam mengatasi dismenore primer dengan menggunakan terapi non farmakologis.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Implementing , siswa memilih dan menggunakan prosedur untuk menyelesaikan soal yang belum dikenal siswa. Karena itu, siswa harus memahami benar masalah

Pada kedua lokasi tersebut tumbuh berbagai macam jenis mangrove, akan tetapi di kawasan Pantai Mangunharjo memiliki tingkat pertumbuhan mangrove yang lebih baik

Dari gambar diatas untuk tes offline masukkan atau ketikkan Login Token sesuai dengan token offline yang diberikan, setelah itu tekan refresh login. Token dapat difungsikan dalam

Berdasarkan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP) Kegiatan Pembangunan Fasilitas Umum (Fasum) Polsek Tampaksiring melalui website LPSE Polda Bali :

Aplikasi ini dibuat guna untuk memberikan pelajaran serta pengenalan dasar teknik teknik dan juga chord chord dasar dalam bermain gitar dengan menggunakan media komputer. Di

Diumumkan kepada seluruh Peserta Pengadaan sehubungan dengan telah ditetapkannya Pemenang Pelelangan Kegiatan Pembangunan Fasilitas Umum (Fasum) Polsek Tampaksiring, sesuai

Melalui penugasan, siswa mampu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan jajar genjang dengan benar

Sistem Manajemen isi (Content Management System) yang lebih dikenal dengan singkatannya CMS adalah sebuah aplikasi berbasis web yang memiliki sistem sedemikian hingga