• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: aktivitas otot, gastrocnemius medialis, sepatu hak tinggi, keluhan muskuloskeletal, surface EMG, Nordic Body Map.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: aktivitas otot, gastrocnemius medialis, sepatu hak tinggi, keluhan muskuloskeletal, surface EMG, Nordic Body Map."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

PERBEDAAN RERATA AKTIVITAS OTOT DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL ANTARA PENGGUNA SEPATU HAK TINGGI

DAN SEPATU HAK RENDAH PADA KARYAWATI MATAHARI DEPARTMENT STORE DI DENPASAR

Penggunaan sepatu hak tinggi dapat memiliki efek biomekanis yang berbahaya bagi kesehatan dan bersifat irreversible. Berjalan menggunakan sepatu hak tinggi dapat mengubah fungsi sendi ekstremitas bawah, meningkatkan tekanan pada kaki bagian depan, dan mengubah distribusi beban pada daerah medial kaki. Perubahan biomekanik tersebut dapat membahayakan struktur kaki, seperti mempercepat kelelahan otot. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rerata aktivitas otot gastrocnemius medialis saat berjalanserta keluhan muskuloskeletal pada karyawati pengguna sepatu hak tinggi dan sepatu hak rendah.

Rancangan penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional). Subjek penelitian dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok karyawati pengguna sepatu hak rendah (<6 cm) sebanyak 21 subjek dan kelompok karyawati pengguna sepatu hak tinggi (≥ 6cm) sebanyak 21 subjek. Dilakukan pengukuran rerata aktivitas otot gastrocnemius medialis menggunakan surface EMG dan penilaian keluhan muskuloskeletal menggunakan kuesioner Nordic Body Map.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata BMI pengguna sepatu hak rendah adalah 21.52±1.322 kg/m2 dan 21.17±1.791 kg/m2pada pengguna sepatu hak tinggi. Rerata umur pengguna sepatu hak rendah adalah 25±5 tahun dan 23±4 tahun pada kelompok sepatu hak tinggi. Berdasarkan hasil analisis uji Mann-Whitney diperoleh rerata aktivitas otot gastrocnemius medialis saat berjalan pada pengguna sepatu hak rendah adalah 52.0% dan 82.8% pada sepatu hak tinggi (p=000)serta rerata keluhan muskuloskeletal pada pengguna sepatu hak rendah sebesar 38.47 dan 35.57 pada pengguna sepatu hak tinggi (p= 0.185).

Dapat disimpulkan, ada perbedaan bermakna rerata aktivitas otot gastrocnemius medialis saat berjalan dan tidak ada perbedaan bermakna keluhan muskuloskeletal antara kelompok karyawati pengguna sepatu hak rendah dan sepatu hak tinggi.

Kata kunci: aktivitas otot, gastrocnemius medialis, sepatu hak tinggi, keluhan muskuloskeletal, surface EMG, Nordic Body Map.

(2)

Abstract

MEAN DIFFERENCE OF MUSCLE ACTIVITY AND

MUSCULOSKELETAL COMPLAINTS AMONG USERS OF HIGH HEELS SHOES AND LOW HEELS SHOES ON EMPLOYEES OF

MATAHARI DEPARTMENT STORE IN DENPASAR

The use of high heels shoes can give biomechanical effects that are

harmful to health, and it is irreversible. Walking with high heels can alter the

function of lower extremity joints, increase the pressure of the front foot, and change the distribution of the load on the medial area of the foot. The biomechanical changes endanger foot structure, such as accelerating muscle fatigue. This study aims to determine the mean of the medial gastrocnemius

muscle activity when walking, and to examine the sore or painful complaints from

the employees that wear high heels and low heels shoes.

The study design is cross-sectional analytic approach (cross-sectional). The research subjects are clasified into two groups: 21 employees who wear

low-heeled shoess (<6 cm) and 21 employees who wear high heels (≥ 6cm). The

measurement of the medial gastrocnemius muscle activity used surface EMG and musculoskeletal complaints assessment used Nordic Body Map questionnaires.

The result shows that, BMI’s mean for lower heels users is 21.52±1.322

kg/m2 and for high heels users is 21.17±1.791 kg/m2. On average, the low heel

shoes users are in group of age 25+5 years, while the high heel shoes users are in group of age 23+4 years. Mann-Whitney test analysis shows that on average

medial gastrocnemius activity when walking is 52.0% for low heels users and

82.8% for high heels users (p=0.000). Meanwhile musculoskeletal complaints for the low heels users is 38.47 and for high heels users is 35.57 on average (p=0.0185).

To conclude, there are significant difference in mean of medial gastrocnemius muscle activity when walking and there are no significant differences of musculoskeletal complaints between low heel and high heel users. Key words: muscle activity, medial gastrocnemius, high heels, musculoskeletal complaints, surface EMG, Nordic Body Map.

(3)

Ringkasan

PERBEDAAN RERATA AKTIVITAS OTOT DAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL ANTARA PENGGUNA SEPATU HAK TINGGI

DAN SEPATU HAK RENDAH PADA KARYAWATI MATAHARI DEPARTMENT STORE DI DENPASAR

Maria Demetria Bria, 2016, Fakultas Kedokteran, Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana

Salah satu fungsi sepatu hak tinggi bagi para wanita adalah untuk mempertegas tinggi badan. Sepatu hak tinggi merupakan jenis alas kaki yang menyebabkan bagian proksimal kaki (tumit) menjadi lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kaki bagian distal (kaki depan). Tiga per empat perempuan di Indonesia pernah atau suka memakai sepatu atau sandal hak tinggi. Dari jumlah itu, 30 persen penggunaannya adalah untuk bekerja di kantor.

Penggunaan sepatu hak tinggi dapat memiliki efek biomekanis yang berbahaya bagi kesehatan dan bersifat irreversible. Penggunaan sepatu hak tinggi mengakibatkan kaki bagian depan menopang berat badan lebih banyak dibandingkan dengan alas kaki yang datar. Pergeseran pusat gravitasi tidak hanya mempengaruhi keseimbangan tubuh yang bergeser ke depan, tetapi juga menghasilkan perubahan distribusi berat badan sehingga dapat menimbulkan keluhan muskuloskeletal pada beberapa area tubuh.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rerata aktivitas otot gastrocnemius medialis saat berjalan dan keluhan muskuloskeletal antara pengguna sepatu hak tinggi dan sepatu hak rendah pada karyawati Matahari department store di Denpasar.

Rancangan penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional). Subjek penelitian dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok karyawati pengguna sepatu hak rendah (< 6 cm) sebanyak 21 subjek dan kelompok karyawati pengguna sepatu hak tinggi (≥ 6cm) sebanyak 21 subjek. Dilakukan pengukuran rerata aktivitas otot gastrocnemius medialis menggunakan surface EMG dan penilaian keluhan muskuloskeletal menggunakan kuesioner Nordic Body Map.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 42 subjek penelitian, rerata BMI pengguna sepatu hak rendah adalah 21.52±1,322 kg/m2 dan 21.17±1,791 kg/m2pada pengguna sepatu hak tinggi. Rerata umur pengguna sepatu hak rendah adalah 25±5 tahun dan 23±4 tahun pada kelompok sepatu hak tinggi. Berdasarkan hasil analisis uji Mann-Whitney diperoleh nilai p=0,000 pada variabel rerata aktivitas otot gastrocnemius medialis saat berjalan dan p= 0,185 pada variabel keluhan muskuloskeletal. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada kelompok sepatu hak rendah, bagian muskuloskeletal yang paling dianggap bermasalah adalah bagian betis kiri (76,1%), betis kanan (71,4%), kaki kiri (61,9%), kaki kanan (61,9%), lutut kiri (52,3%) dan lutut kanan (52,3) sedangkan pada pengguna sepatu hak tinggi bagian muskuloskeletal yang paling dianggap bermasalah adalah bagian betis kiri (66,7%), betis kanan (66,7%), kaki kiri (47,6%), kaki kanan (47,6%), lutut kiri (28,6%), dan lutut kanan (28,6%).

Dapat disimpulkan, secara statistik ada perbedaan bermakna rerata aktivitas otot gastrocnemius medialis saat berjalan dan tidak ada perbedaan

(4)

bermakna keluhan muskuloskeletal antara kelompok karyawati pengguna sepatu hak rendah dan sepatu hak tinggi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil penilaian keluhan muskuloskeletal ini adalah adanya variasi cara kerja individu berupa kerja statis dan dinamis, sehingga keluhan muskuloskeletal yang timbul tidak dapat menggambarkan dengan jelas hubungan tinggi hak sepatu terhadap keluhan muskuloskeletal tersebut.

(5)

Summary

MEAN DIFFERENCE OF MUSCLE ACTIVITY AND

MUSCULOSKELETAL COMPLAINTS AMONG USERS OF HIGH HEELS SHOES AND LOW HEELS SHOES ON EMPLOYEES OF

MATAHARI DEPARTMENT STORE IN DENPASAR

Maria Demetria Bria, 2016, Faculty of Medicine, Medical Education Program of Udayana University

One of the functions of high heels shoes for women is to improve the body

height. High heels are a type of footwear that causes the proximal part of the foot (heel) is significantly higher than the distal part of the foot (forefoot). Approximately 75% of women in Indonesia love to wear high heel shoes or high heel sandals, and 30% of them wear the shoes for working.

The use of high heels can cause biomechanical effects that are harmful to

health and it is irreversible. When wear high heel shoes, the front-foot sustains

more weight as compared to when wear flat shoes By shifting gravity centre, it does not only affect body balance, but also impact on the changes of the distribution of body weight. This leads to musculoskeletal disorders in some areas of the body.

This study aims to determine the mean of medial gastrocnemius muscle

activity when walking to examine musculoskeletal sore complaints from the users

of high heel and low heel shoes. The data was taken from Matahari Department Store employees.

The study design was cross-sectional analytic approach (cross-sectional).

The research subjects are clasified into two groups: 21 users of low heel shoes

(<6cm) and 21 users of high heel shoes (>6cm). Measurement of the average activity of the medial gastrocnemius muscle uses surface EMG and musculoskeletal complaints assessment used questionnaires Nordic Body Map.

The result shows that, the mean of BMI for lower heels user is

21.52±1,322 kg/m2 and 21.17±1,791 kg/m2 for high heels users. On average, the

low heel shoes users are in group of age 25+5 years, while the high heel shoes users are in group of age 23+4 years. Mann-Whitney analysis shows that p value = 0.000 is for mean of variable medial gastrocnemius muscle activity when walking, while p value = 0.185 is for variable of musculoskeletal complaints. Moreover, the study shows that for low heel shoes users, the most problematic part of musculoskeletal complaint are left calf section (76.1%), right calf (71.4%), left leg (61.9%), right leg (61.9%), left knee (52.3%) and right knee (52.3). meanwhile for the users of high heels shoes, the most problematic part of musculoskeletal complaint are left calf (66.7%), right calf ( 66.7%), left leg (47.6%), right foot (47.6%), left knee (28.6%), and right knee (28.6%).

To conclude, there are significant difference in the mean of medial gastrocnemius muscle activity when walking. However, there are no significant differences of musculoskeletal complaints between the users of low heel and high heel shoes. One of factors that may affect musculoskeletal complaint's assessment

(6)

the relationship between musculoskeletal complaints and high heels shoes cannot be described and connected clearly.

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

RINGKASAN ... viii

SUMMARY ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

(8)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sepatu Hak Tinggi... 6

2.2 Anatomi Otot Tungkai Bawah ... 7

2.2.1 Kompartemen Anterior ... 7

2.2.2 Kompartemen Lateral... 9

2.2.3 Kompartemen Posterior ... 9

2.3 Mekanisme Kontraksi Otot ... 12

2.4 Elektromiografi (EMG) ... 13

2.4.1 Definisi Elektromiografi ... 13

2.4.2 Jenis Elektromiografi ... 14

2.4.3 Cara Kerja Elektromiografi ... 16

2.5 Peningkatan Aktivitas Otot ... 17

2.6 Keluhan Muskuloskeletal ... 18

2.6.1 Definisi Keluhan Muskuloskeletal ... 18

2.6.2 Keluhan Muskuloskeletal pengguna sepatu hak tinggi ... 19

2.7 Kuesioner Nordic Body Map ... 22

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir ... 24

3.2 Konsep Penelitian ... 25

3.3 Hipotesis ... 26

(9)

4.1 Jenis Rancangan Penelitian ... 27 4.2 Subjek Penelitian ... 28 4.2.1 Variabilitas penelitian... ... 28 4.2.2 Besaran Sampel ... 28 4.2.3 Kriteria Subjek ... 29 4.3 Variabel Penelitian ... 29 4.4.1Klasifikasi Variabel ... 29

4.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 30

4.4 Bahan dan Instrumen Penelitian ... 33

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

4.6 Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data ... 33

4.7 Cara Pengolahan dan Analisis Data ... 34

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian... 35

5.2 Hasil Uji Hipotesis Variabel Rerata Aktivitas Otot Gastrocnemius Medialis saat berjalan... 37

5.3 Hasil Penilaian Keluhan Muskuloskeletal berdasarkan kuesioner Nordic Body Map... 39

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan... 44

(10)

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tempat perlekatan,persarafan dan fungsi utama otot kompartemen Anterior ... 9

Tabel 2.3 Tempat perlekatan,persarafan dan fungsi utama otot kompartemen Lateral ... 9

Tabel 2.3 Tempat perlekatan,persarafan dan fungsi utama otot kompartemen Posterior ... 9

Tabel 5.1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian...35

Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Variabel menggunakan Shapiro-Wilk...37

Tabel 5.3 Hasil analisis uji Mann-Whitney pada variabel rerata aktivitas otot Gastrocnemius medialis saat berjalan...37

Tabel 5.4 Hasil analisis uji Mann-Whitney pada variabel keluhan

muskuloskeletal...39

(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Struktur Sepatu Hak Tinggi... 6

Gambar 2.2 Contoh jenis sepatu hak tinggi ... 7

Gambar 2.3 Cara Kerja EMG pada otot... 16

Gambar 2.4 Rata – rata Kekuatan otot berdasarkan tinggi hak sepatu... 17

Gambar 2.5 Nordic Body Map... 22

Gambar 3.1 Konsep penelitian... 25

Gambar 4.1 Bagan Rancangan Penelitian... 27

Gambar 4.2 Letak Otot Gastrocnemius Medialis dan Lateralis ... 31

Gambar 5.1 Rerata aktivitas otot gastrocnemius medialis saat berjalan... 39

(13)

DAFTAR SINGKATAN DAN SIMBOL

Daftar Singkatan

EMG : Elektromiografi et al : Et alia

IMT : Indeks Masa Tubuh NBM : Nordic Body Map M. : Musculus

N. : Nervus

Daftar Simbol

≥ : Lebih besar sama dengan < : Lebih kecil

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi menuntut pekerja memperhatikan penampilan dalam menjalankan pekerjaan. Penggunaan sepatu merupakan salah satu bentuk penampilan yang perlu mendapat perhatian khusus. Sepatu merupakan alas kaki yang berfungsi untuk melindungi kaki dan membuat kaki menjadi nyaman saat melakukan aktivitas. Seiring berkembangnya zaman, desain sepatu mengalami perubahan bentuk yang semakin bervariasi. Berdasarkan sejarahnya, sepatu hak tinggi telah digunakan sejak abad ke-14 (Hsue dan Su, 2009). Penggunaan sepatu hak tinggi merupakan salah satu cara bagi sebagian besar kaum wanita untuk tampil percaya diri, baik dalam aktivitas formal maupun aktivitas non formal. Banyak karyawati yang menggunakan sepatu hak tinggi guna memenuhi tuntutan pekerjaan.

Para wanita menggunakan sepatu/sandal hak tinggi untuk mempertegas tinggi badan. Berdasarkan data American Podiatric Medical Association (2003), lebih dari dua per tiga wanita di Amerika Serikat adalah pengguna sepatu hak tinggi, dimana 40% diantaranya menggunakan sepatu hak tinggi setiap hari dan 10% diantaranya menggunakan sepatu hak tinggi lebih dari 8 jam per hari. Pada tahun 2014 studi terbaru American Podiatric Medical Association menunjukkan bahwa dari 1.000 wanita (usia 18 tahun ke atas) di Amerika Serikat hampir 49% tetap menggunakan sepatu hak tinggi walaupun 71% diantaranya mengeluh sakit saat menggunakan sepatu hak tinggi. Penelitian di Indonesia mengungkapkan

(15)

bahwa tiga per empat perempuan di Indonesia pernah atas suka memakai sepatu atau sandal hak tinggi. Dari jumlah itu, 30 persen penggunaannya adalah untuk bekerja di kantor (Murniati, 2015).

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa penggunaan sepatu hak tinggi dapat memiliki efek biomekanis yang berbahaya bagi kesehatan dan bersifat irreversible (Hsue dan Su, 2009). Sepatu hak tinggi adalah salah satu penyebab utama nyeri ekstremitas bawah terkait dengan kondisi kronis seperti hallux valgus, kalus, metatarsalgia, achilles tendinitis, plantar fascitis, dan deformitas haglund (Cronin, 2014). Penelitian terkait epidemiologi cedera sepatu hak tinggi pada wanita di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Moore et al (2015) berdasarkan data dari Komisi Keamanan Produk Konsumen National Electronic Injury Surveillance System (NEISS) menunjukkan bahwa dari perkiraan 123.355 kasus cedera akibat penggunaan sepatu hak tinggi, 3294 diantaranya dirawat di UGD rumah sakit setempat yang berbasis di Amerika Serikat antara tahun 2002 hingga 2012. Selain itu, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa cedera penggunaan sepatu hak tinggi telah meningkat dua kali lebih besar selama satu dekade terakhir. Pada tahun 2011 terdapat 19.000 kasus cedera yang dilaporkan pada pihak medis. Delapan persen dari cedera kerap terjadi akibat peregangan antara kaki dan pergelangan kaki.

Pola berjalan dan perilaku biomekanik kaki dapat berubah secara signifikan seiring dengan meningkatnya tinggi hak sepatu yang dipakai (Speksnijder, Munckhof, et. al, 2005). Studi biomekanik menunjukkan bahwa berjalan dengan sepatu hak tinggi dapat mengubah fungsi sendi ekstremitas bawah, meningkatkan tekanan pada kaki bagian depan, dan mengubah distribusi

(16)

beban pada daerah medial kaki. Perubahan biomekanik tersebut dapat membahayakan struktur kaki, seperti mempercepat kelelahan otot dan meningkatkan tekanan tulang metatarsal (Esenyel et. al, 2003).

Aktivitas otot secara umum diukur menggunakan 2 metode yaitu electromyography (EMG) dan muscle function magnetic resonance imaging (mfMRI). EMG pada umumnya terbagi menjadi dua jenis yaitu EMG permukaan dan EMG intramuskular. EMG permukaan melibatkan pemasangan elektroda pada permukaan kulit di atas otot untuk mendapatkan sampel aktivitas listrik yang ditimbulkan oleh unit motorik selama kontraksi otot. EMG intramuskular digunakan untuk mengakses otot terdalam pada tubuh (Murley, 2008). Penelitian yang dilakukan untuk menganalisis perubahan 28 pola EMG oleh Dr. Stephen J. Piazza, membandingkan pengguna sepatu hak rendah dengan pengguna sepatu hak tinggi dan menemukan bahwa pada cara berjalan dan berdiri pengguna sepatu hak tinggi, banyak otot yang berlokasi pada ekstremitas bawah bekerja secara berlebihan akibat plantar fleksi kaki (Younus, 2014).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis ingin mengetahui perbedaan rerata aktivitas otot dan keluhan muskuloskeletal antara pengguna sepatu hak tinggi dan sepatu hak rendah. Aktivitas otot yang akan diukur dalam hal ini adalah otot gastrocnemius medialis. Sampel pada penelitian ini adalah karyawati Matahari Department Store di Denpasar dengan jam kerja 8 jam per hari dan ukuran sepatu yang dikelompokkan dalam kelompok hak tinggi(≥ 6 cm) dan hak rendah (< 6 cm).

(17)

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah penggunaan sepatu hak tinggi saat berjalan dapat menyebabkan rerata aktivitas otot gastrocnemius medialis menjadi lebih tinggi daripada penggunaan sepatu hak rendah?

1.2.2 Apakah penggunaan sepatu hak tinggi dapat menyebabkan keluhan muskuloskeletal menjadi lebih tinggi daripada penggunaan sepatu hak rendah?

1.3 Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui rerata aktivitas otot gastrocnemius medialis saat berjalan pada pengguna sepatu hak tinggi dan sepatu hak rendah.

1.3.2 Untuk mengetahui keluhan muskuloskeletal pada pengguna sepatu hak tinggi dan sepatu hak rendah.

1.3.3 Manfaat 1.4.1 Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmiah dalam bidang fisiologi kedokteran dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian serupa lainnya.

(18)

1.4.2 Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan atau edukasi bagi wanita tentang bahaya penggunaan sepatu hak tinggi sebagai upaya preventif peningkatan aktivitas otot dan keluhan muskuloskeletal.

Referensi

Dokumen terkait

2011 ini perlu disusun Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Kawasan Lindung Tapanuli dan Mandailing Natal sebagai pedoman bagi pembangunan fisik kawasan, yang dalam hal ini

Hubungan balok-kolom merupakan elemen struktur yang paling penting dalam suatu sistem struktur rangka pemikul momen. Akibat gaya lateral yang bekerja pada struktur,

Sambungan tidak perlu untuk bagian konduktif yang mudah disentuh yang diinsulasi dari bagian bertegangan yang berbahaya dengan insulasi ganda atau diperkuat (konstruksi kelas II)

So, take all benefits of getting this soft data book The Annals Of Tacitus: Book 11 (Cambridge Classical Texts And Commentaries) By Tacitus in this internet site by downloading in

Data kemapuan pemahaman matemtis yang diperoleh dari dari kedua hasil harus dianlisis terlebih dahulu, apakah sampel data berasal dari sebaran populasi yang berdistribusi normal

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain yang tetap, maka

Tingkat pengetahuan pada kedua aspek tersebut meningkat setelah dilakukan lokakarya, bahkan untuk aspek penggunaan BMC dalam wirausaha terjadi peningkatan yang cukup

Pemantauan dilakukan untuk memastikan kualitas pekerjaan setiap bagian dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Pengendalian