VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Analisis kelayakan usaha pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil) menjadi biodiesel (Kasus: PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Bogor) dilakukan dengan mengkaji aspek non finansial dan aspek finansial.
6.1. Analisis Aspek Non Finansial
Analisis aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan budaya, serta aspek lingkungan.
6.1.1. Aspek Pasar
Sebelum melakukan produksi dalam kegiatan usaha ini PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) harus mengetahui potensi pasar dan pangsa pasar. Bila kemampuan pasar untuk menyerap produksi sangat tinggi dengan harga jual yang tepat, maka akan menghasilkan keuntungan. Sebaliknya bila pasar tidak menyediakan kemungkinan menyerap produksi, maka usaha yang dirintis akan mengalami kerugian. Suatu bisnis yang dinyatakan layak dari teknis dan aspek finansial, tidak akan berarti apabila pasarnya tidak ada, maka rencana bisnis akan dianggap tidak layak untuk dijalankan.
1. Potensi Pasar (Market Potential)
Jumlah permintaan biodiesel yang dihasilkan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) mencapai lebih dari 80 Ton/bulannya sedangkan perusahaan sendiri hanya dapat memenuhi permintaan sebesar 2 Ton/bulannya. Tingginya permintaan ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan oleh perusahaan sehingga potensi pasar yang ada dapat di serap oleh perusahaan dengan maksimal.
2. Target Pasar
Target pasar yang dituju oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah industri atau pabrik yang menggunakan solar sebagai bahan bakar, yang berada di Bogor maupun disekitar Bogor misalnya Sukabumi atau Banten, untuk permintaan didaerah sukabumi umumnya digunakan oleh industri pengolahan
batu bata. Berdasarkan jumlah permintaan biodiesel yang mencapai lebih dari 80 Ton/bulannya, perusahaan menargetkan dapat memenuhi pasar sekitar 40 persen, hal ini didasarkan oleh kapasitas mesin produksi biodiesel yang dipunyai oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE).
3. Pemasaran a. Produk
Produk yang dihasilkan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah biodiesel yang berbahan baku dari minyak jelantah (waste cooking oil). Produk biodiesel ini tergolong baru sehingga produk yang dihasilkan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) ini sangat diperhatikan kualitasnya, misalnya dari segi warna diusahakan mempunya warna yang jernih sehingga dapat meyakinkan konsumen bahwa produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang bagus, sehingga dapat bersaing dengan sesama produk biodiesel atau dapat bersaing dengan solar industri yang dihasilkan oleh pertamina maupun solar industri import.
b. Harga
Perusahaan akan mengetahui pendapatan yang diterima dengan melakukan penetapan harga jual. PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) menetapkan harga jual untuk biodiesel dengan harga Rp 6.500 per liter. Harga ini didapat dari biaya produksi biodiesel per liter + margin keuntungan 10 persen. Penetapan harga yang dilakukan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) merupakan harga yang relatif murah dan dapat bersaing misalnya dengan harga solar non-subsidi dari pertamina yang mencapai harga Rp. 9000 per liternya.
c. Promosi
Promosi yang dilakukan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah mengikuti pameran yang diselenggarakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. Selain mengikuti pameran PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) juga mempunyai program promosi yang disebut Sales Call, yaitu perusahaan secara langsung menawarakan produk ke perusahaan-perusahaan yang berada di sekitar kota Bogor maupun yang berada di Jakarta. Perusahaan-perusahaan tersebut sebelumnya telah ditentukan
oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE), kegiatan ini dilakukan satu minggu dua kali.
d. Distribusi
Sejauh ini PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) menjual hasil produksinya kepada konsumen secara langsung serta menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lainnya, yaitu : Bee Research Center Jl. Indramayu Raya Indramayu.
PT. Petrotek Migasindo S. Widjojo Building 9th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav. 71
Jakarta. Genesis Eurasia Corp. Ltd 908 Town & Country Blvd, Suite 390 Houston Texas 77024.
4. Hasil Analisis Aspek Pasar
Berdasarkan dari analisis potensi pasar jumlah permintaan tidak sebanding dengan jumlah produksi terhadap biodiesel yang dihasilkan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE). Hal ini menandakan bahwa pemasaran produk biodiesel masih terbuka lebar, sehingga dapat disimpulkan aspek pasar usaha biodiesel di perusahaan PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) layak dijalankan.
6.1.2 Aspek Teknis
Analisis dalam aspek teknis di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) mencakup ketersediaan input, lokasi perusahaan, besarnya skala operasi perusahaan, kriteria pemilihan mesin, dan ketepatan teknologi yang digunakan. Berikut adalah hasil analisis aspek teknis.
1. Ketersediaan Input
PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) mengalami kesulitan untuk memenuhi ketersediaan input (minyak goreng) dalam proses produksi. Hal ini berdampak pada perusahaan yang tidak dapat menggunakan mesin produksinya secara maksimal. Mesin yang ada dapat berproduksi 30 ton setiap bulannya akan tetapi perusahaan hanya dapat berproduksi 2 ton setiap bulannya, sehingga hal ini mempengaruhi jumlah penjualan produk biodiesel yang diakukan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE).
2. Lokasi Bisnis atau Lokasi Perusahaan
Alasan pemilihan lokasi produksi untuk pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil) menjadi biodiesel di Jl. Curug Mekar No 6 Bogor adalah akses menuju lokasi yang mudah dijangkau, jalan menuju lokasi terbuat dari aspal dan dapat dilalui oleh kendaraan roda dua maupun roda empat sehingga memudahkan proses bongkar muat. Selain itu ada hal-hal lain yang menjadi pertimbangan perusahaan untuk menentukan lokasi bisnis, yaitu ;
a. Lahan
Lokasi ini merupakan lokasi milik PT. Bumi Energi Equatorial (BEE)
yang mempunyai luas 550m2. Lahan ini digunakan untuk membangun tempat
produksi, office, laboratrium, ruang karyawan, kolam penampungan limbah dan gudang.
b. Instalasi Listrik dan Air
Tenaga listrik sudah menjangkau ke daerah lokasi usaha. Sehingga untuk penggunaan listrik, dalam hal ini tidak ada masalah. Listrik dalam usaha ini sangat diperlukan untuk proses pengadukan bahan baku biodiesel maupun untuk pompa dalam proses pencucian. Tenaga listrik untuk usaha ini berasal dari PLN dan untuk mengantisipasi ketika listrik mati digunakan genset. Sementara itu, ketersediaan air sangat cukup untuk kebutuhan produksi ataupun tidak mengalami kesulitan di daerah lokasi usaha. Air dalam usaha ini sangat diperlukan untuk proses pencucian pada saat proses pembuatan biodiesel. Saat ini PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) menggunakan air yang berasal dari PDAM untuk keperluan usahanya. Hal ini sangat membantu perusahaan dalam masalah kertersedian air.
3. Teknologi Mesin
Mesin atau teknologi yang digunakan PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) telah melalui serangkaian uji coba atau test sehingga layak untuk digunakan. Uji coba atau test mesin produksi biodiesel dilakukan oleh tim dari Bee Research Center yang di pimpin oleh Bapak Hasyim Hanafi. Mesin yang digunakan adalah mesin yang mempunyai kapasitas produksi 1 Ton/hari atau 30 Ton/bulan, akan tetapi mesin produksi yang digunakan belum maksimal karena kapasitas mesin tidak pernah terpenuhi, hal ini disebabkan ketersediaan bahan baku yang tidak
sesuai target perusahaan. Produksi yang mampu dihasilkan oleh perusahaan saat ini setiap bulannya hanya ± 2 Ton.
4. Hasil Analisis Aspek Teknis
Dari análisis aspek teknis, dapat dinilai bahwa usaha pengolahan biodiesel yang dilakukan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dari bahan baku minyak jelantah (Waste Cooking Oil) telah memilih lokasi yang kurang tepat sehingga tidak mendukung dalam kelancaran operasional produksi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam usaha pengolahan biodiesel sudah dilaksanakan dengan baik akan tetapi terdapat kendala yaitu pada kapasitas mesin produksi yang tidak beroperasi secara optimal, hal ini karena bahan baku yang ada tidak sesuai dengan kapasitas mesin, sehingga yang semestinya mesin dapat berproduksi 30 Ton/bulan saat ini mesin hanya berproduksi 2 Ton/bulannya. Maka dapat disimpulkan bahwa pada aspek teknis usaha pengolahan biodiesel PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) ini tidak layak untuk dijalankan jika bahan baku yang ada tidak dapat memenuhi kapasitas produksi mesin.
6.1.3 Aspek Manajemen dan Hukum 1. Aspek Manajemen
Manajemen adalah faktor yang terpenting diantara seluruh faktor produksi yang dikerahkan.Pihak manajemen yang mengelola uang, tanah, mesin, bahan baku, dan tenaga kerja sehingga bisnis keseluruhan dapat mencapai berbagai macam tujuan yang dikehendaki oleh berbagai pihak yang bersangkutan dengan kegiatan bisnis.
Deskripsi jabatan dan pekerjaan sangat penting diciptakan untuk menjalankan tugas, tanggungjawab dan wewenang dalam perusahaan. Deskripsi pekerjaan di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah sebagai berikut :
1. Pimpinan, memiliki tugas dan wewenang dalam mengambil keputusan dan memberikan arahan kepada setiap pekerjaan mengenai tugas-tugas yang harus dilakukan oleh karyawan. Direktur utama juga mempunyai tugas dalam mengawasi keuangan perusahaan serta mempunyai tugas untuk melaporkan perkembangan perusahaan kepada komisaris.
2. Bagian marketing dan purchasing mempunyai tugas yaitu merencanakan dan bertanggungjawab dalam proses penjualan atau pemasaran dan selalu memantau perkembangan dari kegiatan promosi sales call. Berkoordinasi dengan bagian produksi hal ini dimaksudkan agar kegiatan puschasing perusahaan dapat berjalan dengan baik sehingga tidak menggangu proses produksi biodiesel.
3. Bagian produksi bertanggungjawab dalam merencanakan dan mengawasi semua kegiatan produksi biodiesel. Menentukan jadwal shift kerja tiap bulan serta berkoordinasi dengan bagian purchasing agar setiap bahan baku yang dibutuhkan dapat terpenuhi sehingga tidak menggangu proses produksi biodiesel. Bagian produksi juga melaporkan perkembangan produksi biodiesel setiap harinya ke bagian marketing, direktur utama serta komisaris.
Masing-masing bagian atau pekerja telah memiliki tugas dan tanggungjawab yang jelas, tugas masing-masing pekerja disesuaikan oleh keahlian para pekerja dan bagian apa yang dibutuhkan oleh perusahaan serta kesungguhan untuk bekerja. Tenaga kerja yang ada dibagian produksi bekerja delapan jam sehari dan bekerja selama enam hari setiap minggunya. Sistem gaji karyawan dilakukan dengan cara pembayaran bulanan. Perekrutan tenaga kerjapun dilakukan secara profesional yaitu pelamar atau pencari pekerja harus melalui test wawancara maupun langsung test praktek yang dinilai oleh tenaga ahli dari perusahaan.
2. Aspek Hukum
Apek hukum memperhatikan tentang badan usaha yang digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan jaminan-jaminan yang bisa bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin.
Pada PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) ini badan usaha yang digunakan adalah PT dan perusahaan juga telah mendapat izin dari Dinas terkait dalam penanganan limbah yang dihasilkan dari proses produksi biodiesel dari bahan baku minyak jelantah (Waste Cooking Oil)
PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dapat digolongkan dalam usaha perorangan karena modal usaha yang digunakan berasal dari satu orang dan berperan sebagai pemilik perusahaan. Keuntungan dari bentuk usaha ini adalah pemilik perusahaan dapat memiliki seluruh keuntungan yang diperoleh dari perusahaan. Sedangkan kelemahannya adalah segala bentuk kerugian atau beban perusahaan harus ditanggung sendiri oleh pemilik perusahaan.
6.1.4 Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya
Usaha produksi biodiesel dari minyak jelantah yang dilakukan PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar karena usaha tersebut dapat menyerap tenaga kerja yang dibutuhkan perusahan dan dampak lain dari keberadaan usaha ini adalah masyarakat sekitar juga dapat menjual minyak jelantahnya ke perusahaan sehingga memberi nilai tambah. Masyarakat dapat menjual minyak jelantahnya kepada perusahaan minimal sebanyak 30 liter.
6.1.5 Aspek Lingkungan
PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) dalam usaha produksi biodiesel ini sangat berusaha menjaga kelestarian lingkungan sekitar agar tidak menimbulkan masalah dikemudian hari. Untuk menjaga kelestarian lingkungan perusahaan, PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) melakukan berbagai cara, misalnya teknologi yang digunakan oleh perusahaan ini mengacu pada teknologi ramah lingkungan dengan sisa pengolahan atau limbah yang dikeluarkan tidak berbahaya sehingga limbah yang dikeluarkan setelah melalui bak penampungan limbah dapat dibuang ke sungai. Pengolahan limbah juga sudah sesuai dengan ijin yang dikeluarkan oleh BPLH kota Bogor.
6.2 Analisis Aspek Finansial
Analisis aspek financial dilakukan dengan menggunakan criteria-kriteria penilaian investasi yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio), dan Payback Period. Untuk menganalisis dengan empat kriteria tersebut, digunakan arus kas (cashflow) untuk mengetahui
besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE).
Selain itu juga dilakukan analisis laba rugi yang akan menghasilkan komponen pajak yang merupakan pengurangan dalam perhitungan cashflow. Setelah diketahui nilai pajak maka dilakukan penyusunan cashflow sebagai dasar perhitungan kriteria investasi. Hasil dari perhitungan kriteria investasi tersebut akan menunjukan layak atau tidaknya usaha dari sisi finansial. Selanjutnya untuk mencari batas maksimal suatu perubahan biaya, yang usaha tersebut masih dikatakan layak maka analisis switching value perlu dilakukan.
Analisis aspek finansial menggunakan umur proyek selama 10 tahun, hal ini dipertimbangkan karena umur produktif mesin pengolahan biodiesel dengan bahan baku utama minyak jelantah (Waste Cooking Oil) di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) yaitu 10 tahun. Dengan análisis ini usaha pengolahan biodiesel PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) di análisis dengan skenario usaha yang terdiri dari dua sekenario, yaitu:
1. Skenario I (pertama), yaitu : Penerimaan yang diperoleh oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah dari penjualan biodiesel dan gliserin. 2. Skenario II (kedua), yaitu : Penerimaan yang diperoleh oleh PT. Bumi
Energi Equatorial (BEE) adalah dari penjualan biodiesel dan eco wash.
6.2.1 Arus Penerimaan (Inflow)
Penerimaan adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan pendapatan sebuah proyek atau usaha. Arus manfaat pada usaha produksi biodiesel ini adalah penerimaan dari hasil penjualan biodiesel, penjualan gliserin, penjualan eco wash serta nilai sisa.
6.2.1.1 Penerimaan dari Penjualan Biodiesel
Penerimaan ini bersumber dari produk utama dari proses pengolahan minyak jelantah (waste cooking oil) menjadi energi bahan bakar, produk utama yang dihasilkan adalah biodiesel. Rata-rata produksi dari PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) per bulannya adalah 1946 liter dengan output produksi yaitu 80 persen biodiesel dan 20 persen gliserin, sehingga rata-rata per bulannya
Nilai Total Per Bulan Total Per Tahun (Rp) (Rp) (Rp) Lt 1556.8 6,500 10,119,200.00 121,430,400.00 Lt 3892 3,000 1,167,600.00 14,011,200.00 135,441,600.00 Lt 1556.8 6,500 10,119,200.00 121,430,400.00 Lt 3892 10,000 3,892,200.00 46,704,000.00 168,134,400.00 Gliserin Biodiesel Eco Wash Pertama 1 2 Kedua
No Skenario Komponen Satuan Jumlah
Biodiesel
perusahaan menghasilkan 1556,8 liter biodiesel. Dengan harga jual biodiesel Rp 6.500 per liter maka per bulan perusahan mendapat penerimaan sebesar Rp 10.119.200,00 sehingga per tahunnya PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) mendapat penerimaan dari biodiesel sebesar Rp 121.430.400,00.
6.2.1.2 Penerimaan dari Penjualan Gliserin.
Penerimaan ini bersumber dari produk yang merupakan limbah dari proses pengolahan minyak jelantah (waste cooking oil) menjadi energi bahan bakar atau biodiesel, produk yang dihasilkan adalah gliserin. Rata-rata produksi dari PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) per bulannya adalah 1946 liter dengan output produksi yaitu 80 persen biodiesel dan 20 persen gliserin, sehingga rata-rata per bulannya perusahaan menghasilkan 389,2 liter gliserin. Dengan harga jual gliserin Rp 3.000 per liter maka per bulan perusahan mendapat penerimaan sebesar Rp 1.167.000,00 sehingga per tahunnya PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) mendapat penerimaan dari gliserin sebesar Rp 14.011.200,00.
6.2.1.2 Penerimaan dari Penjualan Eco Wash.
Eco Wash merupakan produk sabun pembersih perabotan atau mesin-mesin yang berbahan baku utama dari gliserin. Gliserin diproses kembali sehingga mempunyai harga ekonomis yang lebih tinggi. Perusahaan per bulan rata-rata mengolah gliserin menjadi eco wash sebanyak 389,2 liter. Dengan harga jual eco wash sebesar Rp. 10.000,00 per liter maka per bulan perusahaan mendapat penerimaan sebesar Rp 3.892.000,00 sehingga per tahunnya PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) mendapat penerimaan dari eco wash sebesar Rp 46.704.000,00. Penerimaan PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) jika disesuaikan dengan sekenario yang ada, dapat dilihat pada Tabel 6.
Pada Tabel 6 dapat dilihat terjadi perbedaan penerimaan di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) pada setiap skenario penerimaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan output yang dijual antara skenario I dan skenario II. Pada tabel 7 juga dapat dilihat bahwa untuk skenario pertama mempunyai total penerimaan yang lebih kecil dibandingkan dengan total penerimaan di skenario kedua.
6.2.1.3 Nilai Sisa.
Pada penelitian ini, nilai sisa yang terdapat di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) menjadi tambahan manfaat bagi proyek di akhir tahun kesepuluh. Nilai sisa berasal dari investasi yang belum habis umur ekonomisnya selama umur proyek. Pada penelitian ini didapat bahwa nilai sisa di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) di akhir tahun ke sepuluh sebesar Rp 268,283,333.3.
6.2.2 Arus Pengeluaran (Outflow)
Arus pengeluran (outflow) pada usaha di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) terdiri dari biaya investasi yang merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan biaya operasional merupakan sejumlah dana yang dikeluarkan agar proses produksi berlangsung. Arus biaya atau pengeluaran mencerminkan pengeluaran-pengeluaran yang akan terjadi selama proyek atau selama usaha berjalan.
6.2.2.1 Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama usaha atau proyek.Biaya-biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) secara keseluruhan. Umur ekonomi dari usaha ini adalah 10 tahun, hal ini dilihat dari mesin pengolahan biodiesel yang memiliki ketahanan 10 tahun. Rincian biaya-biaya investasi yang dikeluarkan pada usaha ini dapat dilihat pada Tabel 7.
Harga Jumlah satuan (Rp) biaya (Rp)
1
Bangunan dan Kantor m2 250 200,000,000
2
Tanah m2 550 300,000 165,000,000
3
Mesin Unit 1 80,000,000 80,000,000 4
Tabung gas Unit 1 1,500,000 1,500,000 5
Selang Gas Unit 1 500,000 500,000 6
Drum Penampung Unit 5 200,000 1,000,000 7
Bunker Penampung Unit 1 5,000,000 5,000,000 8
Elemeyer Set 1 2,500,000 2,500,000 9
Timbangan Elektronik Unit 1 3,000,000 3,000,000 10
Pakaian Produksi Unit 3 100,000 300,000 11
Sepatu Produksi Unit 3 100,000 300,000 12
Selang Air Unit 1 200,000 200,000 13 Jerigen Unit 100 30,000 3,000,000 14 Sikat Unit 2 15,000 30,000 462,330,000.0 Total
No Komponen Biaya Satuan Jumlah
Tabel 7. Biaya Investasi di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE).
Total biaya investasi yang dikeluarkan oleh PT.Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah sebesar Rp 462.330.000,00. Keseluruhan modal yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk investasi ini berasal dari modal sendiri.
Berdasarkan pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa biaya investasi terbesar untuk peralatan produksi adalah pada pembelian mesin pengolahan biodiesel sebesar Rp 80.000.000,00.
6.2.2.2 Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan agar terlaksananya kegiatan produksi usaha tersebut. Biaya ini meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan secara berkala selama usaha ini masih berjalan.
1. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan selama satu tahun yang besarnya tidak berpengaruh langsung terhadap jumlah output yang dihasilkan. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) untuk usaha
No Komponen Biaya Jumlah(buah/unit) Jumlah Biaya per Bulan (Rp) Jumlah Biaya per Tahun (Rp) 1 Biaya Listrik Rp 500,000 6,000,000 2 Biaya Air Rp 600,000 7,200,000 3 Biaya telephone 1 300,000 3,600,000 4 Gaji 6 12,100,000 145,200,000 5 Ember 1 50,000 6 Sapu Ijuk 1 25,000 7 sapu Lidi 1 25,000 13,500,000 162,100,000 Total
pengolahan biodiesel berbahan baku utama minyak jelantah (waste cookin oil) adalah listrik, air, telephone, gaji tenaga kerja, sapu lidi, ember, sapu ijuk.
Tabel 8. Rincian Biaya Tetap PT. Bumi Energi Equatorial (BEE)
Berdasarkan Tabel 8 Total biaya tetap yang dikeluarkan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah sebesar Rp 162.100.00,00. Pengeluaran biaya tetap terbesar adalah biaya untuk gaji tenaga kerja sebesar Rp 145.200.000,00.
2. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah suatu yang harus dikeluarkan seiring dengan bertambah atau berkurangnya produksi. Biaya variabel akan mengalami perubahan jika volume produksi berubah, komponen biaya variabel meliputi minyak jelantah, metanol, KOH, pewangi eco wash dan gas isi ulang.
a. Minyak Jelantah
Minyak jelantah merupakan bahan baku utama yang digunakan untuk proses pembuatan biodiesel di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE). Minyak jelantah didapat oleh perusahaan dengan membeli seharga Rp. 3000,00 per liternya, dalam sebulan rata-rata perusahaan melakukan produksi dengan membutuhkan bahan baku sebanyak 1946 liter sehingga perusahaan mengeluarkan biaya sebesar Rp 5.838.000,00 per bulan. Maka biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam satu tahun untuk membeli minyak jelantah sebesar Rp. 70.056.000,00
b. Metanol
Dalam pembuatan biodiesel dari minyak jelantah metanol dibutuhkan untuk tahap esterifikasi yang bertujuan untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dalam minyak jelantah. Untuk rata-rata perusahaan dalam satu bulan mengolah minyak jelantah sebanyak 1946 liter maka dibutuhkan methanol sebanyak 273 liter. Dengan harga methanol per liternya Rp 4.750,00 maka dalam satu bulan perusahaan mengeuarkan biaya Rp 1.296.750,00 sehingga total satu tahun perusahaan mengeluarkan biaya sebanyak Rp 15.561.000,00 untuk pembelian methanol.
c.
KOHDalam pembuatan biodiesel dari minyak jelantah KOH dibutuhkan untuk untuk menurunkan kadar asam lemak bebas dalam minyak jelantah. Untuk rata-rata perusahaan dalam satu bulan mengolah minyak jelantah sebanyak 1946 liter maka dibutuhkan methanol sebanyak 22 kg. Dengan harga KOH per kg Rp 16.800,00 maka dalam satu bulan perusahaan mengeuarkan biaya Rp 371.280,00 sehingga total satu tahun perusahaan mengeluarkan biaya sebanyak Rp 4.455.360,00 untuk pembelian KOH.
d. Pewangi Eco Wash
Dalam pembuatan eco wash dibutuhkan pewangi buatan dalam proses pembuatannya, hal ini dimaksudkan untuk memberi kesan wangi dalam produk eco wash, untuk satu bulan perusahaan membutuhkan pewangi sebanyak 1,5 liter. Dengan harga pewangi Rp. 650.000,00 per liternya maka perusahaan dalam sebulan mengeluarkan biaya sebanyak Rp. 975.000,00 dan dalam setahun total biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp. 11.700.000,00 untuk pembelian pewangi eco wash ini.
e. Gas
Perusahaan dalam satu bulan mengeluarkan biaya untuk gas sebesar 199.750,00 sehingga total dalam satu tahun biaya gas yang harus dikeluarkan adalah Rp. 2.397.000,00
Biaya
Total Per Bulan
Total Per Tahun
Satuan (Rp)
(Rp)
(Rp)
1
Lt
1,946
3,000
5,838,000
70,056,000
2
Lt
273
4,750
1,296,750
15,561,000
3
Kg
22
16,800
371,280
4,455,360
4
Gas isi Ulang
Kg
20
199,750
199,750
2,397,000
7,705,780
92,469,360
Total
Minyak Jelantah
Metanol
KOH
No
Komponen Biaya
Satuan Jumlah
Biaya Total Per Bulan Total Per Tahun
Satuan (Rp) (Rp) (Rp) 1 Lt 1,946 3,000 5,838,000 70,056,000 2 Lt 273 4,750 1,296,750 15,561,000 3 Kg 34 16,800 571,200 6,854,400 4 Lt 1.5 650,000 975,000 11,700,000 5
Gas isi Ulang Kg 20 199,750 199,750 2,397,000
8,880,700 106,568,400 Total Minyak Jelantah Metanol KOH
Pewangi Eco wash
No Komponen Biaya Satuan Jumlah
Tabel 9. Rincian Biaya Variabel di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Pada Proses Produksi Biodiesel Dan Gliserin.
Tabel 10. Rincian Biaya Variabel di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) Pada Proses Produksi Biodiesel Dan Eco Wash.
Pada rincian biaya variabel di tabel 9 dan tabel 10 terdapat perbedaan dalam total biaya yang dikeluarkan, total biaya per tahun dalam tabel sebanyak Rp 92.463.360,00 sedangkan pada tabel dalam satu tahun dikeluarkan total biaya sebanyak Rp 106.568.400,00. Hal ini disebabkan karena pada proses produksi eco wash dicampur dengan KOH dan pewangi sehingga terdapat biaya tambahan yang dikeluarkan.
6.3 Analisis Laba Rugi
Analisis laba rugi digunakan untuk mengetahui perkembangan laba atau rugi usaha setiap tahunnya. Dalam penyusunan laporan laba rugi terdapat komponen biaya penyusutan yang didapat dari investasi usaha. Komponen rugi laba terdiri dari penerimaan hasil penjualan, total biaya tetap, total biaya variabel, biaya penyusutan, serta biaya pembayaran pajak. Dalam perhitungan Laba/Rugi diperoleh bahwa perusahaan mengalami kerugian tiap tahunnya. Hal ini
disebabkan penerimaan yang diterima perusahaan tiap tahunnya lebih kecil dibandingkan dengan total pengeluaran yang harus dikeluarkan. Rincian perhitungan biaya dapat dilihat pada Lampiran. Perhitungan laba rugi akan berpengaruh terhadap pajak penghasilan usaha yang secara langsung akan berpengaruh pada perhitungan cashflow.
6.4 Analisis Kelayakan Finansial di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) Analisis kelayakan finansial digunakan untuk mengukur tingkat kelayakan usaha pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE). Metode yang digunakan untuk mengukur kelayakan adalah metode penilaian investasi yang meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PP). Skenario usaha yang digunakan terdiri dari dua skenario, yaitu :
a) Skenario I (pertama), Penerimaan perusahaan terdiri dari penjualan Biodiesel dan Gliserin.
b) Skenario II (kedua), Penerimaan perusahaan terdiri dari penjualan Biodiesel dan Eco Wash.
Tabel 11. Hasil Analisis Kelayakan Finansial Usaha di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE)
Kriteria
Kondisi Perusahaan
Biodiesel dan Gliserin Biodiesel dan Eco Wash
NPV -1.249.572.217 -1.115.904.833 IRR 6,16% 6,08% N B/C 0,05 0,07 Payback Period - -
Berdasarkan tabel 11 terlihat bahwa skenario I yaitu penerimaan dari penjualan biodiesel dan gliserin di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) mempunyai nilai NPV pada tingkat diskonto 6,5 persen yang kurang dari nol (NPV<0). Hal ini menunjukan bahwa usaha pengolahan minyak jelantah (waste cooking oil) menjadi biodiesel di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) menurut nilai
sekarang tidak menguntungkan untuk dilaksanakan karena hanya sebesar Rp -1.249.572.217 dalam jangka waktu 10 tahun. Untuk IRR diperoleh nilai sebesar 6,16 persen, berada dibawah nilai diskonto yang digunakan yaitu sebesar 6,5 persen. Berdasarkan kriteria kelayakan, IRR usaha ini dinyatakan tidak layak. Net B/C hanya sebesar 0,05 atau kurang dari satu. Hal ini menunjukan bahwa pengeluaran investasi saat ini sebesar Rp 1 akan menghasilkan nilai pendapatan bersih sekarang sebesar Rp 0,05. Berdasarkan kriteria kelayakan, Net B/C usaha ini dinyatakan tidak layak. Berdasarkan Payback Period diperoleh hasil bahwa usaha tersebut tidak akan bisa mengembalikan investasi selama umur proyek 10 tahun karena perusahaan tiap tahunnya mengalami kerugian yang artinya perusahaan dilihat dari Payback Period tidak layak untuk dijalankan karena pengembalian modal tidak tercapai sampai proyek berakhir. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi menunjukan bahwa skenario 1 di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) tidak layak untuk dijalankan.
Berdasarkan tabel 11 terlihat bahwa skenario II penerimaan dari penjualan biodiesel dan eco wash di PT. Bumi Energi Equatorial (PT.BEE) mempunyai nilai NPV pada tingkat diskonto 6,5 persen yang kurang dari nol (NPV<0). Hal ini menunjukan bahwa usaha pengolahan minyak jelantah (waste cooking oil) menjadi biodiesel di PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) menurut nilai sekarang tidak menguntungkan untuk dilaksanakan karena mempunyai nilai hanya sebesar Rp -1.115.904.833 dalam jangka waktu 10 tahun. Untuk IRR diperoleh nilai sebesar 6,08 persen, berada dibawah nilai diskonto yang digunakan yaitu sebesar 6,5 persen. Berdasarkan kriteria kelayakan, IRR usaha ini dinyatakan tidak layak. Net B/C diperoleh nilai hanya sebesar 0,07 atau kurang dari satu. Hal ini menunjukan bahwa pengeluaran investasi saat ini sebesar Rp 1 akan menghasilkan nilai pendapatan bersih sekarang sebesar Rp 0,07. Berdasarkan kriteria kelayakan, Net B/C usaha ini dinyatakan tidak layak. Berdasarkan Payback Period diperoleh hasil bahwa usaha tersebut tidak akan bisa mengembalikan investasi selama umur proyek 10 tahun karena perusahaan tiap tahunnya mengalami kerugian yang artinya perusahaan dilihat dari Payback Period tidak layak untuk dijalankan karena pengembalian modal tidak tercapai
Penurunan Harga Input 74,3% 74,3% -696,220,924 Kondisi Perusahaan Produksi Biodiesel 2 Ton/Bulan Biodiesel dan Gliserin Biodiesel dan Eco Wash
-829,888,308 NPV
sampai proyek berakhir. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi menunjukan bahwa skenario 2 tidak layak untuk dijalankan.
6.5 Analisis Switching Value (Nilai Pengganti)
Switching value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maximum dari suatu komponen inflow atau perubahan komponen outflow yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Perhitungan ini mengacu kepada berapa besar perubahan terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0). Analisis ini menghitung perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat adanya perubahan beberapa parameter. Parameter yang digunakan yaitu peningkatan jumlah input yaitu minyak jelantah, peningkatan harga output yaitu biodiesel dan penurunan harga input yaitu minyak jelantah.
Pertimbangan penggunaan parameter peningkatan jumlah input minyak jelantah karena merupakan bahan baku utama yang digunakan dalam proses produksi, penggunaan mesin produksi yang tidak mencapai kapasitas serta sampai berapakah jumlah produksi biodiesel sehingga usaha yang dijalankan menjadi layak sesuai dengan analisis kelayakan usaha yang telah dilakukan. Pertimbangan pengunaan parameter peningkatan harga output karena biodiesel adalah komponen utama dalam penerimaan usaha ini sehingga dapat diketahui harga output sebesar berapa yang menjadikan usaha ini layak untuk dijalankan. Pertimbangan penggunaan parameter penurunan harga input minyak jelantah karena minyak jelantah merupakan biaya variabel yang jumlahnya paling besar diantara biaya yang lain yaitu sekitar 65 persen. Hasil perhitungan analisis switching value dapat dilihat pada Tabel 13, 14, dan 15.
Tabel 12. Hasil Analisis Switching Value Dengan Penurunan Harga Input (Minyak Jelantah).
Berdasarkan analisis switching value penurunan harga input maka didapat hasil akhir yang menyatakan bahwa untuk skenario I dan skenario II tidak layak
Peningkatan Harga output 143.1% 127.8% Kondisi Perusahaan
Biodiesel dan Gliserin Biodiesel dan Eco Wash
182,2% Kondisi Perusahaan
Biodiesel dan Gliserin Biodiesel dan Eco Wash
Peningkatan jumlah input 381,1%
dijalankan karena perubahan yang terjadi tidak sampai menghasilkan NPV sama dengan nol (NPV=0). Untuk skenario I NPV yang dihasilkan Rp – 829.888.308 dan pada skenario II NPV yang dihasilkan Rp – 696.220.924.
Tabel 13. Hasil Analisis Switching Value Dengan Peningkatan Harga Output (Biodiesel).
Berdasarkan analisis switching value peningkatan harga output (biodiesel) didapat hasil akhir bahwa skenario I maupun skenario II layak untuk dijalankan karena NPV sama dengan 0 (NPV=0). Pada skenario I layak dijalankan jika perusahaan menaikan harga output sebesar 143,1 persen sehingga harga jual biodiesel menjadi Rp 15.804 per liter dan pada skenario II juga layak dijalankan jika perusahaan menaikan harga output (biodiesel) sebesar 127,8 persen sehingga harga jual biodiesel menjadi Rp 14.809 per liter.
Tabel 14. Hasil Analisis Switching Value Dengan Peningkatan Jumlah Input (Minyak Jelantah)
Berdasarkan analisis switching value peningkatan jumlah input (minyak jelantah) didapat hasil akhir bahwa baik skenario 1 maupun skenario 2 layak untuk dijalankan karena NPV sama dengan 0 (NPV=0). Pada skenario 1 layak dijalankan jika perusahaan menaikan jumlah input (minyak jelantah) dalam produksi sebesar 381,1 persen sehingga perusahaan berproduksi 9.363 liter setiap bulan dan pada skenario 2 juga layak dijalankan jika perusahaan menaikan jumlah (input) sebesar 182,2 persen sehingga perusahaan berproduksi 5.492 liter setiap bulannya. Berdasarkan analisis switching value cara yang memungkinkan untuk digunakan oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) adalah dengan meningkatkan variabel jumlah input (minyak jelantah) baik di skenario I maupun di skenario II.