• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alfa & Omega. awal tanpa akhir

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Alfa & Omega. awal tanpa akhir"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Alfa & Omega

awal tanpa akhir

(3)

Reinecke Bayu

Editor: Rayendra L. Toruan

HIGH YIELD INVESTMENT PROGRAM

T R I K M E R A U P L A B A

RATUSAN RIBU DOLAR

DALAM BELASAN MENIT

Trik Meraup (i-xvi)new.indd 3 8/25/2003 12:44:31 AM

Oda Sekar Ayu

Penerbit PT Elex Media Komputindo

Alfa & Omega

awal tanpa akhir

(4)

Alfa & Omega

Copyright © 2018 Oda Sekar Ayu Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang Diterbitkan pertama kali oleh tahun 2018 oleh

Penerbit PT Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

Alfa & Omega

Editor: Afrianty P. Pardede 717032059 ISBN: 978-602-04-5140-4

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta Isi di luar tanggung jawab Percetakan

(5)

Teruntuk Sir Irwanto Handojo dan Sir Ricky A. Mulyana

Terima kasih sudah mengenalkan dunia

Alfa dan Omega pada saya

(6)
(7)

Sepuluh tahun yang lalu

“Kenapa kita harus ngerjain tugasnya di rumah lo sih, Ze?” Sore ini sehabis kelas seharusnya Omega dan Zeta—yang adalah teman semeja, garis miring teman sekelas, garis miring teman yang selalu satu kelompok tugas, garis miring sudah seperti saudari satu sama lain—harusnya mengerjakan tugas Kimia mereka di sekolah. Ada satu tugas, akhir semester yang wajib dikumpulkan minggu depan sebelum UAS semester ganjil.

“Karena hari ini kakak gue pulang dari Amsterdam, Mega!” Zeta sudah selesai merapikan buku dan tas sekolahnya. Rumah mereka berjauhan, sangat berjauhan. Rumah Zeta berada di daerah Pondok Labu sementara rumah Omega berada di daerah Grogol. Meskipun masih sama-sama di Jakarta, tapi daerah rumah mereka membutuhkan jarak waktu tempuh yang sama dengan jarak tempuh dari Ujung Kulon ke Ketapang. Bukannya hiperbola, tapi kemacetan Jakarta membuat hal ini terlalu berat untuk dilakukan.

Prolog

“You have to know how to end things

when you start it.” – Tyra Banks

(8)

4

Sudah tahu kalau jarak rumah mereka sangat jauh, tapi Zeta tetap memaksa untuk mengerjakan tugas Kimia ini di rumahnya? Ya Tuhan, sepertinya Omega harus meninjau ulang memasukkan Zeta dalam daftar people I consider as sisters. Dia hanya bisa mengeluh dalam hati. Gila juga kalau Omega harus pulang nanti habis mengerjakan tugas dari Pondok Labu ke Grogol. Bisa tahun kapan baru sampai rumah.

“Ya udahlah, Zeta. Nanti habis ngerjain tugas kan juga bisa ke temu sama kakak lo. Masa gue harus ngerjain tugas sampai ke Pondok Labu, terus nanti magrib atau malam baru jalan pulang ke rumah.” Omega dengan mata birunya masih mencoba memelas. Bola mata berwarna dominan biru laut dengan warna biru kelasi di tepiannya itu berusaha membuat Zeta berubah pikiran. Biasanya mata biru turunan dari nenek buyutnya yang berdarah kaukasoid1 ini mampu membuat

orang lain terlena sejenak.

“Nggak bisa, Mega. Udah setahun nggak ketemu kakak gue dan sekarang dia pulang tapi gue masih di sekolah? Nggak bisa. Pokoknya kita ngerjain tugasnya di rumah gue aja. Lagian dia pintar kok, pasti bisa bantu kita nyelesaiin tugas ini.” Zeta bersikukuh dengan keinginannya. Tipikal anak bungsu kalau menurut pengamatan Omega sejauh ini.

“Zeta, bukannya kakak lo nggak ambil Kimia di Amsterdam? Dia ambil Ekonomi atau Bisnis gitu, kan? Apa hubungannya sama tugas kimia kita sih?”

1 Kaukasoid adalah ras manusia yang banyak hidup di daerah Eropa dan sekitarnya. Ras ini punya ciri tertentu seperti mata biru sampai cokelat, badan tegap tinggi, dan kulit putih pucat. Kaukasoid juga biasa disebut sebagai ‘bule’ di Indonesia.

(9)

5

“Udahlah, Mega. Nanti kalau kita selesainya kemalaman kan lo tinggal nginep di rumah gue. Besok hari Minggu ini. Gue janji, besok pagi gue akan nganterin lo pulang ke rumah. Kakak gue pasti mau kok nganterin.”

Oke, ini sepertinya imbalan yang impas. “Uhm … janji?” tanya Omega memastikan perkataan Zeta.

“Janji … janji … janji!!!!” Zeta berteriak histeris bahagia. Akhirnya mereka berdua pulang ke rumah Zeta mengen-darai bus yang lewat dari halte di depan sekolah. Perjalanan yang lumayan jauh dari sekolah mereka ke Pondok Labu, membuat mereka tertidur di bus karena kelelahan. “Mega! Mega! Bangun bentar lagi sampai.” Zeta menggoyang pundak Omega yang tertidur di sampingnya.

Gadis itu langsung tersadar dari tidurnya. Penuh keter ke-jutan, Omega berusaha membalas panggilan Zeta, “Oh iya, iya.”

“Ayo, berdiri!” Zeta bangkit lebih dulu, Omega mengikuti. “Depan kiri, Bang!” ucap Zeta sebelum bus berhenti dan ke-duanya turun.

Setelah turun dari bus, Zeta dan Omega masih harus ber-jalan sedikit memasuki beberapa gang yang tembus ke sebuah perumahan besar. Mereka berdua terus berjalan sampai Zeta berhenti di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun asri dengan halaman yang sangat luas, membuat Omega turut berhenti melangkah.

“MAS ALFA!!! MAS ALFAAAA!” Zeta berteriak dari luar. Memang pintu pagarnya digembok, tapi pasti ada bel kan di sekitar sini? Benar-benar anak yang satu ini! Hobinya memang bicara dan berteriak. Untung saja baik. Sekali lagi, itu semua menurut pengamatan Omega sejauh ini.

(10)

6

“MAS ALFA!” Sekali lagi Zeta berteriak sementara Omega hanya diam saja.

Tak lama kemudian seorang laki-laki tinggi dengan rambut ikal dan kulit sawo matang—bekas terbakar terik matahari— keluar dari rumah dan membukakan pintu pagar. Laki-laki ini adalah bentuk ketampanan yang baru pertama kali Omega lihat di dunia nyata. Perempuan dengan seragam putih abu-abu, kulit kuning langsat, serta sepasang mata biru itu bahkan sampai menahan napasnya.

Sementara Omega terpaku memandangi lelaki itu, Zeta justru dengan sigap langsung memeluk tubuh tegap sosok yang mengguncang dunia Omega. Tawa bahagia Zeta terdengar selagi lelaki itu memeluknya balik dan mengusap punggung Zeta dengan penuh kasih sayang. Sayup Omega mendengar suara berat sosok itu menanyakan perihal keadaan Zeta yang ditanggapi dengan kata ‘kangen’ berkali-kali oleh temannya itu. Omega linglung, yang ada di benaknya sekarang hanya betapa ajaibnya sosok laki-laki barusan. Apa dia tidak sedang ditarik ke

dimensi lain?

“Mega! Mega!” Zeta memanggil nama sahabatnya itu sampai beberapa kali.

Omega lekas mengambil kesadarannya kembali, “Oh iya, Ze.”

“Ayo masuk!!” Zeta menunggu sampai Omega masuk ke dalam pekarangan rumah.

“Halo, ini siapa?” Laki-laki itu bicara. Dia bicara pada Omega tanpa menyadari tindakannya itu semakin membuat si lawan bicara sesak napas.

“Uhm….” Omega bingung harus bicara apa. Otaknya tidak bisa bekerja dengan baik.

(11)

7

Zeta melihat sahabatnya bingung lalu membantu menja-wab pertanyaan itu, “Ini Mega, Mas. Temenku di sekolah, yang sering aku ceritain itu, lho. Kita mau ngerjain tugas Kimia jadi dia ikut ke rumah.”

“Oh.” Laki-laki yang dipanggil ‘Mas’ oleh Zeta itu me lem-parkan senyum manisnya pada Omega. “Kalau gitu masuk, yuk. Mama juga udah masak tuh, kalian makan dulu aja.”

“Siap, Mas!!” Zeta tersenyum manis.

Ketiganya berjalan masuk ke dalam rumah. Laki-laki itu berjalan duluan, Omega dan Zeta berjalan beberapa langkah di belakangnya.

“Itu kakak lo, Ze?” tanya Omega penasaran. “Iya.”

“Wah, kakak lo ganteng banget,” pujinya jujur.

“Emang!” Zeta terkikik geli, namun tak lama kemudian dia berhenti, “Eh, tapi lo nggak boleh suka sama kakak gue, ya. Dia udah punya cewek tahu dan ceweknya itu sempurnaaaaaa banget. Pokoknya mereka bener-bener pasangan sempurna.”

Deg.

Jantung Omega rasanya mau copot mendengar perkataan Zeta.

Senyum terpaksa bisa terlihat di wajahnya yang mungil, “Ya kali, Ze, gue suka sama kakak lo. Ketuaan kali.”

Zeta tertawa. “Iya. Beda lima tahun, ya? Males sih, kayak suka sama om-om.”

Kini Omega memaksakan diri lagi. Omega memaksakan diri tertawa dengan Zeta.

Hari ini. Omega tidak akan melupakan hari ini. Hari di mana dia masuk ke sebuah ruangan yang tidak ia kenali dan

(12)

dia tidak menemukan pintu keluar dari sana. Untuk pertama kalinya dalam hidup Omega yang begitu teratur, dia memulai sesuatu tanpa tahu cara untuk mengakhirinya.

(13)

Tentang Penulis

Referensi

Dokumen terkait

tersedia sesuai dengan jawaban Anda. Jawablah semua pertanyaan yang ada. Sela Selama sa ma satu bula tu bulan terak n terakhir hir* seb * seberap erapa serin a sering %n g %nda m

Kecamatan Sumbawa merupakan salah satu dari 24 Kecamatan yang ada dalam wilayah Kabupaten Sumbawa yang memiliki proporsi wilayah sebesar 6,63 persen dari seluruh

Meskipun pada dasarnya pada pola pendidikan yang bersifat bulat (terminal) tiap – tiap program bersifat terminal; demi perkembangan karir, hendaknya para lulusan diberi

Penggunaan 2,4 –D Pada Kultur Kalus Kedelai (Glycine max Merr.) Untuk Produksi Estrogen Nabati Berupa Isoflavon Genistein dan Daidzein.. 2004

Keragaman pada padi beras merah seperti padi lainnya merupakan bahan dasar untuk kegiatan pemuliaan dalam program perbaikan varietas.. Plasma nutfah padi beras merah

Persamalah-permaslahan yang dihadapi masyarakat Desa Salo Dua antara lain lahan sawah didominasi oleh lahan tadah hujan sehingga produksi tanaman pangan utamanya

Penelitian tentang distribusi dan kelimpahan larva ikan telah dilakukan di Perairan Pulau Pari selama bulan Juni-November 2010 dengan tujuan untuk mengetahui sebaran spasial

Kedua hal ini adalah kualitas yang dipandang bagian integral dari keberhasilan bisnis. Bila seorang Cina gagal membuktikan bahwa ia layak dipercaya oleh