BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ruang Lingkup Bank
2.1.1. Defenisi Bank
Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya ( Kasmir, 2003;11)
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan masalah bidang keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama yaitu :
1. Menghimpun dana 2. Menyalurkan dana
3. Memberikan jasa bank lainnya
Kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa – jasa bank lainnya hanyalah merupakan pendukung dari kedua kegiatan diatas.
Menghimpun dana adalah mengumpulkan atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat mau
menanamkan dananya. Sedangkan menyalurkan dana adalah melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional atau pembiayaan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah ( Kasmir, 2003;13)
2.1.2 Jenis – jenis Bank
1. Jenis Bank Menurut Kepemilikannya
Kepemilikan bank dapat dilihat dari penguasaan saham dan juga akta pendirian bank tersebut. Dalam hal ini bank – bank yang ada dibedakan menjadi:
a. Bank Milik Pemerintah
Bank Milik Pemerintah adalah jenis bank dimana akta pendirian dan modal bank tersebut adalah milik pemerintah sehingga semua keuntungan yang diperoleh dari operasinya akan menjadi milik pemerintah, misalnya Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46)
b. Bank Milik Pemerintah Daerah
Bank Milik Pemerintah Daerah adalah jenis bank dimana pemiliknya adalah pemerintah daerah tertentu, misalnya BPD Sumatera Utara
Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh pihak swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula. Contoh bank milik swasta nasional adalah Bank Muamalat.
d. Bank Milik Asing
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri, baik milik swasta asing maupun milik pemerintah asing, kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar negeri. Contoh bank asing adalah American Express Bank.
e. Bank Milik Koperasi
Bank Milik Koperasi adalah jenis bank yang dimana saham- sahamnya dimiliki perusahaan yang berbadan hokum koperasi, misalnya Bank Umum Koperasi Indonesia.
f. Bank Milik Campuran
Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dippegang oleh warga negara Indonesia. Contoh bank milik campuran adalah Sumitomo Niaga Bank.
2. Jenis Bank Menurut Kegiatannya
Jenis bank menurut kegiatannya dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a. Bank Umum
Bank umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya baik secara konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatan usahanya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
b. Bank Perkreditan Rakyat
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
3. Jenis Bank Menurut Target Pasar
Salah satu pelayanan bank dapat ditinjau berdasarkan target pasar yang menjadi sasaran. Bedasarkan target pasar, bank – bank yang ada dibagi kepada:
a. Retail Bank
Retail Bank Merupakan bank yang kegiatannya memberikan pelayanan dan transaksi kepada nasabah – nasabah yang berskala kecil. Retail Bank memberikan jasa pinjaman kredit tidak lebih dari Rp.20 Milyar.
Corporate bank adalah bank yang memberikan pelayanan dan transaksi kepada nasabah yang berskala besar, biasanya berbentuk korporasi. Namun, dalam hal ini tidak berarti semua nasabah wajib berbentuk perusahaan.
c. Retail Corporate Bank
Retail Corporate Bank adalah bank yang memberikan pelayanan kepada kelompok retail dan juga perusahaan- perusahaan besar. Jenis bank ini memberikan pelayanan kepada semua jenis nasabah baik nasabah besar maupun nasabah kecil.
4. Jenis Bank Menurut Prinsip Operasinya
Jenis bank menurut prinsip operasinya dapat dibedakan menjadi : a. Bank Berdasarkan Prinsip Konvensional
Bank berdasarkan prinsip konvensional merupakan bank- bank yang beroperasi dengan menggunakan sistem bunga dan fee based untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan. Dalam hal ini pihak bank akan membebankan sejumlah bunga atau fee kepada para nasabah sebagai harga terhadap produk atau jasa yang digunakan. Demikian juga sebaiknya, pihak perbankan akan memberikan sejumlah imbalan bunga terhadap berbagai jenis simpanan yang dipercayakan pihak nasabah kepada bank.
b. Bank Berdasarkan Prinsip syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah merupakan suatu lembaga intermediasi yang menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat dimana seluruh aktivitasnya dijalankan berdasarkan prinsip- prinsip Islam sehingga bebas dari unsur riba (bunga), bebas dari kegiatan spekulatif non produktif (maysir), bebas dari kegiatan yang meragukan (gharar), bebas dari perkara yang tidak sah (bathil), dan hanya membiayai usaha- usaha yang halal.
2.2. Bank Syariah
2.2.1. Pengertian Bank Syariah
Menurut UU No 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip – prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri dari Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah, dan Bank Pembiayaan Syariah (Andri Soemitra, 2009;61). Sigit Triandu dan Totok Budisantoso (2006) mendefenisikan bank syariah bank yang dalam aktivitasnya, baik menghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah yaitu jual beli dan bagi hasil. Sedangkan Mudrajad Kuncoro (2002) mendefenisikan Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip – prinsip syariah Islam yaitu mengacu kepada ketentuan – ketentuan yang ada dalam Al- Quran dan
Al-Hadist. Dengan mengacu kepada Al-Quran dan Al-hadist, maka bank syariah diharapkan dapat menghindari kegiatan- kegiatan yang mengandung unsur – unsur riba dan bertentangan dengan syariat islam.
2.2.2. Karakteristik Bank Syariah
Bank syariah bukan sekedar bank bebas bunga, tetapi juga memiliki orientasi pencapaian keseahteraan. Secara fundamental terdapat beberapa karakteristik bank syariah (Andri Soemitra:2009;67 ) sebagai berikut:
1. Penghapusan riba
2. Pelayanan kepentingan publik dan merealisasikan sasaran sosio-ekonomi Islam
3. Bank syariah bersifat universal yang merupakan gabungan dari bank komersil dan bank investasi
4. Bank syariah akan melakukan evaluasi yang lebih berhati- hati terhadap permohonan pembiayaan yang berorientasi kepada penyertaan modal, karena bank komersil syariah menerapkan profit and loss sharing dalam konsinyasi, ventura, bisnis atau industri
5. Bagi hasil cendrung mempererat hubungan antara bank syariah dan pengusaha
6. Kerangka yang dibangun dalam membantu bank mengatasi kesulitanlikuiditasnya dengan memanfaatkan instrumen bank pasar uang antar bank syariah dan instrumen bank syariah berbasis syariah.
2.2.3. Tujuan Bank Syariah
Menurut Gus Irawan Direktur Utama PT. Bank Sumut, tujuan bank syariah, sama seperti bank konvensional yaitu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari kegiatan/bisnis yang dilakukan, namun bank syariah menghindari riba dan berlandaskan syariah dari setiap aktivitas dan produknya. Perbankan syariah tidak hanya dituntut untuk menghasilkan profit secara komersial, namun dituntut untuk menghasilkan profit secara komersial, namun dituntut untuk secara sungguh – sungguh menampilkan realisasi nilai – nilai syariah.
2.2.4. Produk – Produk Bank Syariah
Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar, yaitu produk Penyaluran Dana (financing), produk Penghimpunan Dana (funding), produk Jasa (service)
1. Penyalur Dana
Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang dibedakan berdasarkan tujuan penggunaanya, yaitu :
a. Pembiayaan dengan prinsip jual beli (ba`i)
Prinsip jual beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property).
Tingkat keuntungan bank ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual.
• Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank menyebutkan keuntungannya. Bank bertindak sebagi penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntuntungan (margin)
• Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. barang diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan tunai.
• Pembiayaan Istishna`
Produk istishna` menyerupai produk salam, tapi dalam istishna` pembayaran dapat dilakuka oleh bank dalam beberapa kali pembayaran.
b. Pembiayaan dengan prinsip sewa (ijarah)
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, pada ijarah objek transaksinya adalah jasa. c. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi hasil adalah :
1. Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing- masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan
2. Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama anatara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul mal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi peengelola.
d. Pembiayaan dengan akad pelengkap
Untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan, biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini tidak ditujukan untuk mencari keuntungan, tapi ditujukan untuk mempermudah pelaksanaan pembiayaan. 1. Alih Utang Piutang (Hiwalah)
Tujuan fasilitas hiwalah adalah untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank mendapatkan ganti biaya atau jasa pemindahan piutang.
2. Gadai (rahn)
Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan
Qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam empat hal, yaitu :
• Sebagai pinjaman talangan haji • Sebagai pinjaman tunai
• Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil • Sebagai pinjaman kepada pengurus bank.
4. Perwakilan (Wakalah)
Wakalah adalah aplikasi perbankan terjadi apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewwakili dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti pembukuan L/C, inkaso dan transfer uang.
5. Garansi Bank (Kafalah)
Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran.
2. Produk Penghimpun Dana
Perbankan syariah menghimpun dananya dalam bentuk tabungan, deposito, dan giro. Penghimpun dana pada bank syariah dilakukan berdasarkan prinsip Wadiah dan Mudharabah. Pada produk rekening giro, prinsip yang diterapkan adalah prinsip wadiah, sedangkan prinsip Mudharabah diterapkan pada produk bank seperti tabungan dan deposito.
Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Huda-Heykal, 2010 : 87). Secara umum ada 2 macam wadiah yakni Wadiah Yad Al Amanah dan Wadiah Yad Adh Dhamanah. Pada Wadiah Yad Al Amanah, penerimaan titipan tidak boleh memanfaatkan harta ataupun barang yang dititipkan oleh penitip, sedangkan pada Wadiah Yad Adh Dhamanah penerima titipan boleh memanfaatkan harta ataupun barang yang dititipkan oleh si penitip.
Pada prinsip wadiah, keuntungan dan kerugian dari kegiatan penyaluran dana yang dilakukan oleh bank merupakan hak milik dan tanggung jawab pihak bank, sedangkan pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak ikut menanggung resiko yang terjadi. Pihak bank dapat memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik minat masyarakat dalam menyimpan dananya pada pebankan syariah tetapi hal tersebut tidak boleh diperjanjikan dari awal.
Lain halnya dengan prinsip mudharabah. Dalam hal ini pemilik dana dianggap sebagai shabibul maal, sementara pihak perbankan sebagai pihak yang mengelola dana atau mudharib. Pada prinsip ini, pihak bank dapat menggunakan dana tersebut, misalnya untuk kegiatan jula beli
dengan memberitahukan margin keuntungan tertentu (murabahah) atau untuk kegiatan sewa (ijarah) (Lubis,2010 : 111).
3. Produk jasa
1. Sharf (jual beli valuta asing)
Produk jasa perbankan syariah lainnya adalah sharf yaitu kegiatan pertukaran mata uang suatu negara dengan negara lain. Mata uang yang diperjualbelikan meruppakan mata uang yang berbeda dan harus dilakukan pada waktu yang sama (spot). Jasa ini hanya ada pada bank yang tergolong sebagai bank devisa.
2. Ijarah (sewa)
Salah satu bentuk produk jasa yang diberikan oleh perbankan syariah yang tergolong sebagai ijarah atau sewa adalah penyewaan kotak simpanan (safe deposit box) yang dapat dimanfaatkan nasabah untuk menyimpan barang- barang berharga tertentu seperti perhiasaan, ijazah, paspor dan dokumen penting lainnya.
2.2.5. Perbedaan Bunga dengan Bagi Hasil Table 2.1
Perbedaan bunga dengan bagi hasil
Bunga Bagi Hasil
Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi harus selalu untung
Penentuan besarnya rasio/ nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan pedoman pada
kemungkinan untung rugi Besarnya persentase
berdasarkan pada jumlah uang (modal)yang dipinjamkan
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang diperolah Jumlah pembayaran tidak
meningkat sekalipun jumlah keuntuntungan berlipat atau keadaan ekonomi sedang “booming”
Bagi hasil tergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bial usaha merugi maka kerugiaan ditanggumng bersama anatara kedua belah pihak. Eksistenssi bunga diragukan
(kalau tidak dikecam ) oleh semua agama termasuk islam
Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil
2.3. Perbedaan Bank Syariah dan Konvensional Tabel 2.2
Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional
Karekteristik Bank Syariah Bank Konvensional Hubungan dengan
nasabah
Kemitraan Kreditur dan Debitur Dewan Pengawas Memiliki Dewan
Syariah Nasional (DPS) untuk mengawasi setiap produk dan aktivitas bank
Tidak mengenal dewan sejenis
Denda dalam kredit pembiayaan
Diakui sebagai dana kebijakan (sumber qardh)
Sebagai pendapatan bank
kegiatan social Pengumpul dana mendistribusikan zakat Tidak melakukan kegiatan ini Penyalahgunaan dana
Menghindari hal ini yaitu tidak
memberikan dana secara tunai tetapi memberikan barang yang dibutuhkan (finance the goods and services) : Murabahah
Memberikan peluang yang sangat besar untuk sight streaming
(penyalahgunaan dana pinjaman)
Business Framework Seluruh aktivitas comply dengan syariah
Secular principles dan tidak didasarkan pada hukum agama islam Larangan riba dalam
kredit pembiayaan
Berdasarkan transaksi jual beli, bagi hasil, system angsuran tetap sejak awal sampai dengan jatuh tempo pembiayaan
Orientasi bunga, sistem angsuran fixed/floating
Larangan riba dalam simpanan
Sistem profit and loss sharing atau revenue sharing. Bank
terhindar dari nagetive spread
Sistem bunga yang mewajibkan bank membayar bunga sesuai dengan yang
diperjanjikan di awal, bank rentan terhadap negative spread Sumber : Seminar Nasional Ekonomi Syariah(25 Maret 2012)
2.4. Proses Keputusan Pembelian
Menurut Setiadi (2003:16) menyatakan bahwa keputusan pembeli terdiri dari lima, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternative, keputusan pembelian dan perilaku pasca pembelian. Jelasnya proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian actual berlangsung. Pemasaran perlu memusatkan perhatian pada proses pembelian dan bukan pada keputusan pembelian saja.
Lima proses keputusan pembelian dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian diawali dengan pengenalan kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebutuhan normal seseorang seperti rasa lapar, rasa haus, seks, muncul pada tingkat yang cukup tinggi untuk menjadi dorongan. Kebutuhan juga dapat dipicu oleh rangsangan eksternal. Pada tahap ini, pemasaran harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah yang akan muncul, dan bagaimana kebutuhan atau masalah mengarah pada konsumen.
Konsumen yang tertarik akan mencari lebih banyak informasi. Jika dorongan konsumen begitu kuat dan produk yang memuaskan berada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan besar akan membelinya. Jika tidak, konsumen mungkin menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berkaitan dengan kebutuhan. Pada satu tingkat konsumen hanya mengalami perhatian yang meningkatkan jumlan pencarian yang dilakukan tergantung pada dorongan kuatnya jumlah pencarian yang dimilikinya pada saat memulai, kemudahan memperoleh informasi yang banyak, nilai yang diberikannya pada tambahan informasi dan kepuasaan yang dapatkan melakukan pencarian.
Konsumen dapat memperoleh informasi dari beberapa sumber. Sumber- sumber itu meliputi :
a. Sumber pribadi, keluarga, teman, tetangga, kenalan. b. Sumber komersia, wiraniaga, dealer, kemasan, pajangan. c. Sumber publik, media massa, organisasi penilai pelanggan.
d. Sumber pengalaman, mengenali, memeriksa, menggunakan produk. Pengaruh relatif dari sumber – sumber infarmasi ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Biasanya, konsumen menerima hamper semua informasi mengenai produk dari sumber komersial yang dikendalikan orang pemasaran. Namun, sumber yang paling efektif
cendrung pada sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknyalebih penting dalam mempengaruhi pembelian suatu jasa.
3. Evaluasi berbagai alternatif
Pemasaran telah mengetahui bagaimana konsumen menggunakan informasi untuk mencapai satu set pilihan merek akhir. Pemasaran perlu mengetahui bagaimana konsumen mengevaluasi berbagai alternatif. Konsep – konsep dasar yang membantu pemasar menjelaskan proses evaluasi konsumen yaitu, pertama, berasumsi bahwa setiap konsumen melihat suatu produk sebagai satu paket atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat kepentingan yang berbeda pada atribut – atribut yang berbeda menurut kebutuhan dan keinginan yang unik.
4. Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai. Ada dua faktor yang depat mempengaruhi keputusan pembelian yaitu faktor pertama adalah sikap lain, sejauh mana sikap orang lain tersebut terhadap alternatif pilihan seseorang. Pilihan kedua adalah situasi yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat membeli berdasarkan faktor – faktor seperti pendapatan yang diperkirakan harga yang diharapkan.
Tugas seorang pemasar tidak berakhir ketika produknya dibeli. Setelah membeli produk, konsumen bias puas atau tidak akan terlihat dalam perilaku pasca pembelian yang tetap menarik bagi pemasar. Penentu apakah pembeli puas atau tidak puasada paa hubungan antara harapan konsumen dengan kinerja yang dirasakan dari produk. Jika produk gagal memenuhi harapan, konsumen kecewa, jika harapan terpenuhi, konsumen puas, jika harapan terlampaui, konsumen amat puas.
2.5. Pengertian Minat
Minat adalah kecendrungan yang menetapdan subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecambung dalam hal atau hal itu. Perasaan senang akan menimbulkan pula minat yang diperkuat lagi oleh sikap positif yang sama diantaranya hal – hal tersebut timbul terlebih dahulu, sukar ditentukan secara pasti (Winkel,1993:30).
Sedangakan menurut (Hendi irawan:2009) minat adalah daya tarik yang ditimbulkan oleh obyek tertentu yang membuat seseorang merasa senang dan mempunyai keinginan yang berkecimpung atau berhubungan dengan obyek tersebut sehingga timbul keinginan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:683) nasabah adalah orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi pelanggan Bank (dalam hal keuangan ).
2.7. Kerangka Konseptual
Berdasarkan batasan penilitan dan beberapa variabel yang mendorong masyarakat untuk menabung di Bank Muamalat. Maka kerangka konseptual skripsi ini adalah :
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Minat Menabung
2.8. Penelitian Terdahulu
Anisa pulungan pada tahun 2009 didalam penelitiannya berjudul “analisis faktor – faktor yang mempengaruhi nasabah untuk menggunakan produk jasa PT. Bank Negara Indonesia (PERSERO),TBK CABANG SARIAH MEDAN” menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan yang terdiri dari faktor syariah (X1), faktor pelayanan (X2), faktor produk (X3) dan faktor promosi (X4) secara bersama- sama berpengaruh positif dan signifikan
KEPUTUSAN MENABUNG (Y)
1. Lokasi ( X1)
2. Keyakinan (X2)
terhadap keputusan nasabah pada PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Cabang Syariah Medan dimana nilai Fhitung adalah 24,704. Pada tingkat kesalahan α = 5 % nilai Fhitung tersebut signifikan, maka H0 ditolak dan Ha diterima.
Zia Muhammad pada tahun 2011 didalam penelitiannya berjudul “anlisis faktor – faktor yang mempengaruhi minat menabung di Bank Syariah Kota Lhokseumawe” menyimpulkan bahwa faktor keyakinan (agama) dan bagi hasil merupakan faktor dominan sebagai faktor pendorong untuk pengambilan keputusan menabung, diikuti variabel pelayanan dan lokasi (jarak).
2.9. Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan atau jawaban sementara tentang hubungan antar variabel-variabel dalam penelitian, dan merupakan pernyataan paling spesifik (Kuncoro, 2009:59). Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual maka peneliti menetapkan hipotesis didalam penelitian ini adalah lokasi, pelayanan, keyakinan mempunyai pengaruh yang signifikan dalam memutuskan menabung di Bank Muamalat Kisaran.