• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMPETENSI GURU DALAM PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR GEOGRAFI SMA NEGERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KOMPETENSI GURU DALAM PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR GEOGRAFI SMA NEGERI"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 71

KOMPETENSI GURU DALAM PEMANFAATAN

SUMBER BELAJAR GEOGRAFI SMA NEGERI

Dewi Agustina (12130021-ST)

Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) ketersediaan sumber belajar geografi, (2) pengetahuan guru tentang sumber belajar geografi, (3). kompetensi guru dalam pemanfaatan sumber belajar geografi, (4) upaya guru geografi dalam meningkatkan kompetensinya untuk memanfaatkan sumber belajar. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner/angket, dokumentasi, dan observasi. Sampel penelitiannya menggunakan sampel penuh, yaitu seluruh guru SMA Negeri di Kabupaten Semarang yaitu sebanyak 16 orang. Analisis data yang digunakan adalah prosentase. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan: 1) ketersedian sumber belajar di SMA Negeri di Kabupaten Semarang khususnya meliputi benda, karya ilmiah, manusia dan lingkungan menunjang kegiatan pembelajaran, hanya saja sedikit kurang tersedianya jurnal, koran, maket, dan hasil penelitian. 2) pengetahuan guru geografi terhadap sumber belajar meliputi jenis, fungsi, manfaat, cara penggunaan sumber belajar. Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari setengah guru 57% atau 9 guru mmengetahui tentang jenis, fungsi, manfaat, dan cara penggunaan sumber belajar. Sisanya tidak mengetahui keseluruhan tetapi hanya sebagian saja. 3) Kompetensi guru dalam pemanfaatan sumber belajar sebagian besar guru 88% atau 13 guru menggunakan media, kecuali maket. 4) upaya pengembangan kompetensi guru untuk memanfaattkan sumber belajar diperoleh angka lebih dari setengah guru 88% atau 12 guru sering mengembangkan keprofesionalan. Berdasarkan penelitian ini penulis merekomendasikan agar guru geografi dan sekolah bekerjasama untuk meningkatkan ketersediaan jurnal, hasil penelitian dan koran. Meningkatkan kemampuannya dalam hal Guru geografi melakukan kerjasama dengan ssekolah untuk meningkatkan ketersediaan jurnal, hassil penelitian, dan koran. Guru geografi SMA Negeri di Kabupaten Semarang diharapkan dapat meningkatkan kemampuaanya dalam hal mendayagunakan lingkungan, langkah awalnya seperti mengakrabkan siswa dengan lingkungan sekitar, yaitu lingkungan sekolah dan mengakrabkan siswa dengan lingkungan di luar sekolah. Dikarenakan guru geografi SMA Negeri di Kabupaten Semarang jarang melakukan penelitian secara mandiri, disarankan untuk lebih giat melakukan penelitian secara mandiri untuk menunjang kemampuan dalam pemanfaatan dan pengembangan sumber belajar geografi.

Kata Kunci : Kompetensi Guru, Pemanfaatan Sumber Belajar.

PENDAHULUAN

Sumber belajar merupakan komponen dalam kegiatan pembelajaran. Pengertian sumber belajar itu begitu luas, karena pasa dasarnya pengalaman itu sendiri cukup luas, yaitu segala sesuatu yang dapat dialami dan dapat dianggap sebagai sumber belajar selama membawa kita pada pengalaman dan menimbulkan belajar (Ile Edgar Dale, 1954:85). Sumber belajar bisa meliputi segala sesuatu yang dipergunakan untuk kepentingan pembelajaran, yaitu segala sesuatu apa yang ada di sekolah pada masa lalu, sekarang dan pada saat yang akan datang (Nana Sudjana, 1989:79).

Berdasarkan pernyataan di atas, sumber belajar tidak hanya terdapat pada proses belajar mengajar di sekolah saja tetapi sumber belajar dapat diperoleh dari pengalaman yang kita alami selama membawa kita pada pengalaman dan menimbulkan belajar dan menuju kearah yang lebih

(2)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 72 baik. Definisi tersebut menunjukan bahwa sumber belajar adalah sumber daya yang memberikan kemudahan siswa untuk belajar, sumber belajar tersebut perlu dikelola dan dimanfaatkan seefektif mungkin agar dapat menunjang keberhasilan belajar.

Jenis-jenis sumber belajar menurut Assosiation For Education Communication and Technology (AECT) dapat dikategorikan menjadi enam yaitu tempat atau lingkungan, benda, manusia, bahan, buku, dan peristiwa (Samsuri, 2012:3). Pendapat lain sumber belajar terdiri atas empat kategori yaitu berupa benda, karya ilmiah, manusia, dan lingkungan (Ningrum, 2009:109).

Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran diperlukan berbagai sumber belajar. Peranan guru dalam memilih sumber belajar sangat berpengaruh kepada proses pembelajaran baik yang dilakukan didalam kelas (in door) maupun di luar kelas (out door). Sumber belajar yang dibutuhkan dalam kegiatan pembelajaran sudah tercantum dalam perencanaan atau program pembelajaran. Artinya, guru harus melakukan analisis kebutuhan sumber belajar berdasarkan tujuan, materi dan tujuan pembelajaran. Dalam hal ini, guru harus memilki pengetahuan dan kemampuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis sumber belajar, memilih dan menentukan sumber belajar yang sesuai serta menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran pembelajaran. Walaupun penting, tetapi ketersediaan sumber belajar masih banyak memiliki kendala. Berdasarkan dari hasil studi kebutuhan (need assessment) dilaporkan bahwa:

1. Keberadaan sumber belajar di sekolah masih memprihatinkan dan masih memerlukan pengembangan, baik jenis/ragam maupun dan kuantitasnya. sumber belajar dipahami oleh kepala sekolah, guru, dan siswa sebatas buku-buku mata pelajaran, narasumber dan media pembelajaran. Dimana narasumber juga terbatas pada guru, tidak banyak bahkan hampir tidak pernah sumber lainnya yang dilibatkan dalam pembelajaran disekolah. Sementara itu para siswa sangat mengharapkan adanya beragam sumber belajar bagi kepentingan kegiatan belajarnya.

2. Sumber belajar dalam kategori lingkungan baru dipahami sebatas laboratorium dan perpustakaan, para kepala sekolah, guru dan siswa belum mengoptimalkan lingkungan-lingkungan lain yang ada di sekitarnya sebagai sumber belajar (Depdiknas, 2004).

Komponen pendidikan meliputi siswa, guru, tujuan, materi, metode, sarana/alat/media, evaluasi, dan lingkungan (Soetopo, 2005:143). Masing-masing komponen tersebut sebagai bagian yang berdiri sendiri, namun dalam berproses dikesatuan sistem komponen tersebut saling bergantung dan bersama-sama untuk mencapai tujuan. Kedelapan komponen tersebut tidak dapat terpisahkan karena dapat mengakibatkan tersendatnya proses belajar mengajar. Peran guru adalah menyediakan, menunjukan, membimbing dan memotivasi peserta didik agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada. Disamping memanfaatkan sumber belajar yang ada, guru dituntut untuk mencari dan merencanakan sumber belajar lainnya baik hasil rancangan sendiri maupun sumber belajar yang sudah ada di lingkungan sekolah dan masyarakat.

Dalam pidato pengukuhan guru besarnya menyampaikan sekilas tentang problematika pembelajaran geografi yaitu rendahnya kualitas pembelajaran yanga berdampak pada rendahnya hasil

(3)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 73 belajar geografi (Purwanto, 2010:1). Komponen–komponen tersebut diantaranya adalah : kompetensi guru, bahan ajar, media, dan hasil evaluasi hasil/proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas perlu dikaji lebih lanjut mengenai kompetensi guru dalam pemanfaatan sumber belajar. Sumber belajar merupakan sumber daya yang memberikan kemudahan siswa untuk belajar, sumber belajar tersebut perlu dikelola dan dimanfaatkan seefektif mungkin agar dapat menunjang keberhasilan belajar. Jadi sumber belajar itu merupakan alat atau benda yang memungkinkan orang untuk lebih cepat memahami materi pelajaran. Dalam penelitian ini, penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Kompetensi Guru dalam Pemanfaatan Sumber Belajar Geografi Di SMA Negeri Kabupaten Semarang”.

KAJIAN PUSTAKA Kompetensi Guru

Pengertian kompetensi dalam Undang-undang No 14 tahun 2005 pasal 1 butir 10 adalah “seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Salah satu ciri dari profesi dituntut memiliki kecakapan yang memenuhi persyaratan yang telah dibakukan oleh pihak yang berwewenang atau standar kompetensi guru (Murniati, 2007:2).

Istilah kompetensi diartikan sebagai perpaduan antara pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam pola berpikir dan bertindak atau sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan pekerjaan tertentu. Seperangkat pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya adalah ilmu pengetahuan yang menyangkut informasi-informasi terkait dengan pengembangan kompetensi peserta didiknya. Dengan keterampilan yang harus dimiliki oleh guru berupa keterampilan mengajar.

Dalam keterampilan mengajar ini ditunjukkan bagaimana guru memperlihatkan perilakunya ketika berinteraksi dengan peserta didik selama kegiatan belajar mengajar. Keterampilan mengajar ini meliputi keterampilan membuka pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan mengelola kelas, keterampilan bertanya, keterampilan memberikan penguatan, keterampilan memberi variasi dan keterampilan menutup pelajaran.

Strategi Pemanfaatan Sumber Belajar Geografi a. Memilih Sumber Belajar

Dalam memilih sumber belajar, didasarkan atas kriteria tertentu yang secara umum terdiri dari dua macam ukuran, yaitu kriteria umum dan kriteria berdasarkan tujuan yang hendak dicapai (Sudjana, 2001:84). Kedua kriteria tersebut berlaku baik untuk sumber belajar yang dirancang maupun sumber belajar yang dimanfaatkan.

(4)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 74 b. Kriteria Umum

1) Ekonomis dalam pengertian murah. Ekonomis tidak berarti harganya selalu harus rendah. Bisa saja dana pengadaan sumber belajar itu cukup tinggi, tetapi pemanfaatannya dalam jangka panjang terhitung murah.

2) Praktis dan sederhana, artinya tidak memerlukan pelayanan yang menggunakan keterampilan khusus yang rumit serta pengadaan sampingan yang sulit dan langka. Semakin praktis dan sederhana sumber belajar itu, semakin perlu diprioritaskan untuk dipilih dan digunakan. 3) Mudah diperoleh dalam arti sumber belajar itu dekat, tidak perlu diadakan atau di beli di toko

dan pabrik. Sumber belajar yang tidak dirancang lebih mudah diperoleh asal jelas tujuannya dan dapat dicari di lingkungan sekitar.

4) Bersifat fleksibel, artinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional dan tidak dipengaruhi oleh faktor luar, misalnya kemajuan teknologi, nilai, budaya, keinginan berbagai pemakai sumber belajar itu sendiri.

5) Komponen-komponen sesuai dengan tujuan, merupakan kriteria yang penting. Sering terjadi suatu sember belajar mempunyai tujuan yang sesuai, pesan yang dibawa juga cocok, tetapi keadaan fisik tidak terjangkau karena diluar kemampuan disebabkan oleh biaya yang tinggi dan banyak memakan waktu.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan dalam penelitian, sehingga menghasilkan pemecahan masalah yang akurat.

Fokus utama dalam penelitian ini adalah Kompetensi guru terhadap pemanfaatan dan pengembangan sumber belajar geografi di SMA Negeri Kabupaten Semarang. Mengacu dalam permasalahannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif terhadap permasalahan yang diajukan.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yyang mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa-peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Metode deskriptif adalah metode yang bersifat menggambarkan keadaan daerah peneliitian secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, serta menganalisis hasil penelitian yang diperoleh(Surakhmad, 1982:139).

Berdasarkan pendapat diatas dalam penelitian ini penyusun mencari data yang akurat mengenai Kompetensi guru dalam pemanfaatan sumber belajar geografi di SMA Kabupaten Semarang. Berdasarkan rumusan masalah yang ingin dijawab dan fokus utama dalam penelitian ini, penyusun melakukan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

(5)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 75 Populasi dan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian sedangkan sampel merupakan bagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Arikunto, 1998:102). Pengertian lainnya, populasi adalah keseluruhan gejala, individu, kasus, dan masalah yang akan diteliti, yang ada di daerah penelitian menjadi objek penelitian geografi (Sumaatmadja, 1988:112). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah guru mata pelajaran geografi SMA Negeri Kabupaten Semarang yang berjumlah 11 SMA Negeri.

Sampel adalah bagian dari populasi (contoh) yang mewakili populasi yang bersangkutan penelitian dengan menggunakan sampel penelitian, dilakukan karena pada penelitian umumnya mewakili sebuah populasi (Sumaatmadja, 1988:112). Banyaknya sampel bergantung pada :

a. Kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, tenaga, dan biaya b. Cangkupan pengamatan setiap sampel menyangkut banyaknya data c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti (Arikunto, 1998:113).

Berdasarkan pada pernyataan di atas, maka sampel penelitian ini merupakan sampel penuh karena diambil dari semua guru Geografi SMA Negeri di Kabupaten Semarang yang terdiri dari 11 SMA Negeri.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian meliputi:

A.Sumber Belajar, yang terdiri dari : 1) Pengetahuan tentang sumber belajar 2) Ketersediaan sumber belajar

3) Intensitas pemanfaatan sumber belajar

4) Kegiatan pengembangan kompetensi yang diikuti guru geografi

B. Kompetensi guru dalam pemanfaatan dan pengembangan sumber belajar geografi, yang terdiri dari:

a. Kompetensi pedagogik, seperti penggunaan alat peraga, atau media pembelajaran. b. Kompetensi profesional, seperti membuat karya ilmiah.

c. Kompetensi kepribadian seperti sikap memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.

d. Kompetensi sosial, seperti interaksi guru dengan lembaga sosial. Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam proses penelitian, data yang diperoleh harus valid, terpercaya, dan obyektif, dengan demikian laporan yang disusun terjamin keakuratannya. Untuk mengkaji dan menganalisis mengenai “Kompetensi guru dalam pemanfaatan Sumber Belajar Geografi di SMA Negeri Kabupaten Semarang” peneliti menjadi instrument utama untuk menjaring dan menganalisis data yang diperlukan dari sumber informasi dalam hal ini guru geografi SMA Negeri. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

(6)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 76 1. Studi pustaka 2. Angket/Kuesioner 3. Studi Dokumentasi 4. Lembar Observasi HASIL PENELITIAN

Sumber belajar merupakan daya potensial bagi kegiatan pembelajaran. Tanpa sumber belajar, guru dan siswa akan mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran. Dalam pemanfaatan sumber belajar, tentunya guru harus memiliki kemampuan dalam memanfaatkannya.

Ketersediaan sumber belajar mata pelajaran geografi di SMA Negeri Kabupaten Semarang cukup beragam. Menurut Ningrum (2009 : 109) bahwa “sumber belajar terdiri atas empat kategori yaitu benda, karya ilmiah, manusia, dan lingkungan”. Pendapat lain dinyatakan oleh Rohani (1997) bahwa sumber belajar (learning resources) adalah segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Pengertian yang lebih luas tentang sumber belajar di berikan oleh Edgar Dale (Rohani : 1997) yang menyatakan bahwa pengalaman itu merupakan sumber belajar.

Indikator sumber belajar berupa benda dalam penelitian ini adalah peta, globe dan atlas. Indikator sumber belajar berupa karya ilmiah adalah koran, dan hasil penelitian. Indikator manusia dalam hal ini narasumber adalah lembaga-lembaga pemerintahan atau instansi yang dapat dijadikan sebagai narasumber dalam mata pelajaran geografi. Indikator lingkungan sebagai sumber belajar adalah lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya. Berdasarkan hasil penelitian, ketersediaan peta di SMA Negeri Kabupaten Semarang sebagian besar berjumlah 5 sampai 8 buah peta dengan kondisi masih layak untuk digunakan. Ketersediaan globe di SMA Negeri Kabupaten Semarang sebagian besar berjumlah 2 hingga 4 buah globe dengan kondisi baik. Ketersediaan atlas sebagian besar berjumlah 4 hingga 25 buah atlas dengan kondisi baik. Ketersediaan internet sudah dimiliki oleh seluruh SMA Negeri di Kabupaten Semarang. Ketersediaan koran setiap sekolah memiliki 1 buah koran yang berlangganan setiap harinya. Ketersediaan hasil penelitian di SMA Negeri Kabupaten Semarang, guru-guru menugaskan siswa untuk membuat kliping dan artikel kegeografian. Ketersediaan sumber belajar berupa manusia dalam hal ini biasa disebut sebagai narasumber yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar berjumlah 17 lembaga atau instansi. Ketersediaan sumber belajar berupa lingkungan di sekitar sekolah sebagian besar SMA Negeri Kabupaten Semarang memiliki taman yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, pertokoan dan pusat perbelanjaan sebagai lingkungan sosial, dan pemukiman penduduk sebagai lingkungan budaya. Hal ini sesuai dengan pendapat Yunanto (2004:24), lingkungan terbagi menjadi 3 yaitu :

Lingkungan Alam sebagai sumber belajar yang masuk dalam kelompok ini merupakan tempat atau alam bebas yang dapat memberikan informasi langsung kepada siswa. Alam menyediakan banyak hal yang dapat dipelajari siswa. Misalnya siswa dapat belajar langsung mengenal tanaman,

(7)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 77 hewan, tanah, batu, suhu, udara, sungai, pegunungan, gunung, air dan sebagainya. Lingkungan alam yang terdapat di sekitar SMA Negeri Kabupaten Semarang diantaranya adalah taman, sungai.

Lingkungan Sosial sebagai sumber belajar ini lebih menekankan tempat hasil karya manusia, dan di dalamnya terdapat aktivitas hubungan manusia. Misalnya, siswa dapat langsung bertemu dengan Pak Tani (sebagai narasumber) untuk mengetahui proses penanaman padi. Informasi mengenai alat transportasi dan bagaimana sarana jalan yang menjadi kebutuhan penting mesyarakat pun dapat langsung diakses oleh siswa. Lingkungan sosial yang terdapat di sekitar SMA Negeri Kabupaten Semarang diantaranya adalah pertokoan, dan pasar.

Lingkungan Budaya sebagai sumber belajar lebih menekankan pada pemukiman penduduk, sebagai lingkungan yang penting sebagai sumber belajar yang beragam dari hasil proses kegiatan manusia terhadap lingkungannya. Lingkungan budaya di sekitar SMA Negeri Kabupaten Semarang diantaranya adalah museum, museum kereta tuntang, dan prasasti Plumpungan..

Berdasarkan hasil penelitian mengenai ketersediaan sumber belajar di SMA Negeri Kabupaten Semarang, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan sumber belajar di SMA Negeri Kabupaten Semarang sebagian besar cukup menunjang bagi kegiatan pembelajaran, hanya saja sedikit kurang tersedianya koran dan hasil penelitian. Pengertian itu masih banyak dipakai dewasa ini oleh sebagian besar pendidik. Dalam hal pengetahuan guru geografi tentang sumber belajar, peneliti mengkategorikan pengetahuan guru tentang jenis sumber belajar, intensitas penggunaan sumber belajar, pengetahuan guru tentang fungsi sumber belajar, pengetahuan guru tentang manfaat sumber belajar, dan cara penggunaan sumber belajar. Berdasarkan hasil angket dalam penelitian, pengetahuan guru akan jenis sumber belajar yaitu benda, karya ilmiah, manusia dan lingkungan sebanyak 62,5% sudah menguasai tentang jenis sumber belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru-guru geografi SMA Negeri Kabupaten Semarang sudah menguasai tentang jenis sumber belajar. Dalam penggunaan sumber belajar, guru-guru geografi SMA Negeri Kabupaten Semarang memiliki keberagaman dalam hal intensitas penggunaan sumber belajar. Peneliti membagi 2 indikator yaitu intensitas penggunaan tinggi dan intensitas penggunaan rendah. Berdasarkan hasil penelitian mengenai intensitas penggunaan sumber belajar yang intensitas penggunaannya tinggi diantaranya adalah buku teks, gambar, foto, animasi, peta, globe, atlas, internet, lingkungan sosial, lingkungan alam dan artikel. Guru-guru geografi sebagian besar menggunakan sumber belajar tersebut dikarenakan sumber belajar tersebut mudah untuk di peroleh dan dimanfaatkan karena sudah tersedia di sekolah dan sekitar sekolah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2001:84) bahwa sumber belajar itu harus bersifat ekonomis, praktis, mudah diperoleh, fleksibel.

Pengetahuan Guru geografi SMA Negeri Kabupaten Semarang tentang fungsi sumber belajar beragam antara satu dengan yang lainnya. Berdasarkan hasil penelitian, guru-guru geografi SMA Negeri Kabupaten Semarang 62,5% sudah mengetahui akan fungsi sumber belajar. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru geografi di SMA Negeri Kabupaten Semarang sebagian besar sudah kompeten dalam memahami tentang fungsi sumber belajar. Pengetahuan guru geografi SMA Negeri

(8)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 78 Kabupaten Semarang tentang manfaat sumber belajar cukup beragam dalam menjawab. Berdasarkan hasil penelitian, guru-guru geografi SMA Negeri Kabupaten Semarang sebanyak 5 guru atau 31,25% menjawab pertanyaan mengenai manfaat sumber belajar yaitu untuk memberi pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada peserta didik. 7 guru atau 43,75% menjawab dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi, atau di lihat secara langsung dan konkret, 4 guru atau 25% menjawab dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut. Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru geografi di SMA Negeri Kabupaten Semarang sudah cukup kompeten dalam memahami tentang manfaat sumber belajar. Cara penggunaan sumber belajar berdasarkan hasil penelitian, 0% menggunakan metode karyawisata, 68,75% dengan media dan. 31,25% dengan memanfaatkan lingkungan Hal ini menunjukkan bahwa guru-guru geografi SMA Negeri Kabupaten Semarang cenderung lebih sering memanfaatkan media sebagai sumber belajar mengingat media merupakan sumber belajar yang ekonomis, mudah diperoleh, praktis dan sederhana. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan guru geografi SMA Negeri Kabupaten Semarang tentang sumber belajar, 62,5% guru sudah sangat menguasai tentang jenis sumber belajar, 62,5% guru sudah sangat menguasai tentang fungsi sumber belajar, 31,25% guru sebagian besar sudah menguasai tentang manfaat sumber belajar, dan cara penggunaan sumber belajar 68,75% guru memanfaatkan dengan media.

Dalam hal pemanfaatan sumber belajar, indikator di dalamnya adalah intensitas penggunaan sumber belajar dengan cara karyawisata, intensitas penggunaan media dalam hal ini adalah intensitas penggunaan peta, globe, atlas, foto, gambar, animasi, film, multimedia, maket, dan internet, intensitas pendayaagunaan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian, intensitas penggunaan sumber belajar dengan cara karyawisata 37,5% jarang, dan 62,5% tidak pernah menggunakan. Hal ini merupakan hal yang wajar, guru-guru cenderung jarang memanfaatkan karyawisata mengingat dengan metode karyawisata memerlukan biaya yang cukup tinggi. Adapun lokasi-lokasi yang dimanfaatkan oleh guru-guru geografi diantaranya adalah wilayah Semarang dan sekitarnya, Yogyakarta, Bali. Materi yang di ajarkan sebagian besar adalah geosfer. Intensitas penggunaan peta 50% guru sering menggunakan peta sebagai sumber belajar. Intensitas penggunaan globe 50% guru sering menggunakan globe sebagai sumber belajar. Intensitas penggunaan atlas 56,25% guru sering menggunakan atlas sebagai sumber belajar. Intensitas penggunaan foto 43,75% guru sering menggunakan foto sebagai sumber belajar. Intensitas penggunaan gambar 56,25% guru sering menggunakan gambar sebagai sumber belajar. Intensitas penggunaan animasi 50% guru sering menggunakan animasi sebagai sumber belajar. Intensitas penggunaan film 50% guru sering menggunakan film sebagai sumber belajar. Intensitas penggunaan multimedia 37,5% guru sering menggunakan multimedia sebagai sumber belajar. Intensitas penggunaan maket 2% guru jarang dan 87,5% tidak pernah menggunakan maket sebagai sumber belajar. Intensitas penggunaan internet oleh guru-guru SMA Negeri di Kabupaten Semarang dalam pemanfaatan sumber belajar sudah sering digunakan yaitu sebesar 56,25%, hanya 12,5% guru yang tidak pernah menggunakan fasilitas internet.

(9)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 79 Dalam mendayagunakan lingkungan, 37,5% guru sering mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Jadi dapat disimpulkan, pemanfaatan sumber belajar dengan cara karyawisata 37,5% guru jarang memanfaatkan dan 62,5% tidak pernah, pemanfaatan dengan media sebagian besar sering memanfaatkan kecuali maket, pemanfaatan lingkungan 37,5% guru sering mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Dalam hal ini, guru-guru geografi di SMA Negeri Kabupaten Semarang melaksanakan perannya sebagai mediator karena sebagian besar menyertakan media pembelajaran dalam setiap kegiatan pembelajaran dan sebagai fasilitator karena mendatangkan dan mendatangi sumber belajar bagi siswa.

Menurut Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru dituntut untuk meningkatkan kompetensi yang dimilikinya demi tercapainya tujuan pendidikan. Kompetensi guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kompetensi profesional. Pengembangan kompetensi guru dalam pemanfaatan dan pengembangan sumber belajar, ada beberapa indikator yang peneliti ajukan yaitu membaca, diskusi, mengikuti kegiatan MGMP Geografi, mengikuti seminar atau pelatihan, melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dan melakukan penelitian secara mandiri. Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 100% guru meluangkan waktu untuk membaca mengenai sumber belajar. Diskusi akan membantu meningkatkan kompetensi guru. Sebanyak 100% guru-guru pernah melakukan diskusi mengenai pemanfaatan dan pengembangan sumber belajar geografi. Sebagian besar guru-guru berdiskusi dengan teman sejawat ataupun MGMP Geografi baik tingkat sekolah maupun tingkat kota. Adapun jenis sumber belajar yang di diskusikan 56,25% mendiskusikan mengenai media ajar. Dalam kurun waktu satu tahun terakhir, 37% guru-guru melakukan diskusi sekitar dua kali dalam setahun. Kegiatan MGMP akan turut membantu bagi pengembangan kompetensi guru. Guru-guru akan saling bertukar informasi, menambah wawasan mereka. Berdasarkan hasil penelitian, guru-guru Geografi SMA Negeri Kabupaten Semarang sebanyak 75% mengikuti kegiatan MGMP Geografi dalam tahun ini sebanyak 1 kali, sedangkan 25% sebanyak 2 kali. Kegiatan seminar akan turut membantu bagi pengembangan kompetensi guru. Guru-guru geografi SMA Negeri Kabupaten Semarang diantaranya 96% pernah mengikuti seminar khususnya yang membahas mengenai pemanfaatan dan pengembangan sumber belajar geografi. Adapun intensitas guru dalam mengikuti kegiatan seminar 100% pernah mengikuti sebanyak dua hingga empat kali. Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi tentunya akan meningkatkan kompetensi guru dengan bertambahnya keilmuan, informasi serta pengalaman. Berdasarkan hasil penelitian, 4 orang atau 25% guru melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Guru-guru geografi SMA Negeri Kabupaten Semarang yang melakukan penelitian secara mandiri hanya 12,5% yang pernah melakukan penelitian secara mandiri.

Berdasarkan temuan di lapangan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar guru-guru SMA Negeri Kabupaten Semarang sudah cukup kompeten dalam mengembangkan kompetensinya dalam pemanfaatan sumber belajar di lihat dari indikator presentase membaca, diskusi, mengikuti kegiatan MGMP, mengikuti seminar. Hanya saja kurang dalam melakukan penelitian secara mandiri.

(10)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 80 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Ketersediaan sumber belajar SMA Negeri di Kabupaten Semarang sebagian besar cukup menunjang bagi kegiatan pembelajaran, hanya saja sedikit kurang tersedianya koran dan hasil penelitian.

2. Pengetahuan guru akan jenis sumber belajar yaitu benda, karya ilmiah, manusia dan lingkungan sebanyak 62,5% sudah menguasai tentang jenis sumber belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa guru-guru geografi SMA Negeri Kabupaten Semarang sudah menguasai tentang jenis sumber belajar. Dalam penggunaan sumber belajar, guru-guru geografi SMA Negeri Kabupaten Semarang memiliki keberagaman dalam hal intensitas penggunaan sumber belajar.

3. Mengenai intensitas penggunaan sumber belajar yang intensitas penggunaannya tinggi diantaranya adalah buku teks, gambar, foto, animasi, peta, globe, atlas, internet, lingkungan sosial, lingkungan alam dan artikel. Sedangkan intensitas penggunaan yang rendah diantarannya

4. Berdasarkan hasil penelitian, intensitas penggunaan sumber belajar dengan cara karyawisata 37,5% jarang, dan 62,5% tidak pernah menggunakan. Hal ini merupakan hal yang wajar, guru-guru cenderung jarang memanfaatkan karyawisata mengingat dengan metode karyawisata memerlukan biaya yang cukup tinggi.

5. Sebagian besar guru-guru berdiskusi dengan teman sejawat ataupun MGMP Geografi baik tingkat sekolah maupun tingkat kota.

6. Sebagian besar guru-guru SMA Negeri di Kabupaten Semarang sudah cukup kompeten dalam mengembangkan kompetensinya dalam pemanfaatan sumber belajar di lihat dari indikator presentase membaca, diskusi, mengikuti kegiatan MGMP, mengikuti seminar. Hanya saja kurang dalam melakukan penelitian secara mandiri.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Daldjoeni, N. (1982). Pengantar Geografi Untuk Mahasiswa dan Guru Sekolah. Bandung.

ALUMNI.

Hasan, I (2008). Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Bumi Aksara. Jakarta

Hendriani, Y. (2005). Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar. Bandung. Ilmu Pengetahuan Alam Bandung.

Joko, Yunanto, Sri. (2004). Sumber Belajar Anak Cerdas. Jakarta: Grasindo.

Mulyasa, E. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Ningrum, E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi Pembelajaran. Bandung : Buana Nusantara.

(11)

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI | 81 Ridaul.2012. Pengaruh Kompetensi Guru, Motivasi Belajar Siswa, Dan Fasilitas Belajar Terhadap

Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Lasem. Solo: UNS.

Rohani, A. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta : Rineke Cipta.

Sumaatmadja (1988). Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisis Keruangan. Bandung : Alumni.

Surakhmad (1982). Metode Penelitian. Jakarta : Gramedia Pustaka. Tika, M.P (1997). Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.

Undang –Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.

Yuniasih, Ida. 2012. Pengaruh Kompetensi Guru Dan Fasilitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Menangani Penggandaan Dokumen Pada Siswa Program Keahlian Administrasi Perkantoran di SMK Swasta Kabupaten Semarang. Semarang : UNNES.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Saran peneliti kepada Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Batu Bara (KPAD) hendaknya menambah koleksi perpustakaan sesuai dengan kebutuhan pengguna.. Untuk

Program nasional gerakan rehabilitasi hutan dan lahan bertujuan untuk memulihkan kembali hutan dan lahan yang terdegradasi. Transportasi bibit pada areal hutan yang

Describing the implementation of moodle in blended learning environment, this study contributes to support previous theories, provides enlightening inputs for

[r]

Upaya Mengatasi Kasus Anak Yang Tantrum Dengan Metode Time Out Di Taman Kanak-Kanak1. Universitas Pendidikan Indonesia |

Demikian juga nama-nama seperti, Haji Agus Salim, HOS Cokroaminoto, Tan Malaka, Sutan Syahrir, Soekarno dan lain-lainnya adalah sederatan nama yang pernah hadir

Kartodirjo, Sartono, “Kolonialisme da n Nasionalisme di Indonesia pada Abad 19 dan Abad 20”, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1972.. Kencana, Inu, “Ilmu