• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

2.1. Teknik Industri 2.1.1 Peramalan

Peramalan atau forecasting adalah seni dan ilmu untuk memprediksi peristiwa-peristiwa

masa depan. Peramalan merupakan perhitungan yang objektif dan dengan menggunakan data-data masa lalu untuk menentukan sesuatu di masa yang akan datang (Sumayang, 2003, p24). Peramalan adalah sebuah teknik yang menggunakan data historis untuk memperkirakan proyek yang akan datang (Chapman, 2006, p17).

Peramalan memerlukan pengambilan data historis dan memproyeksikannya ke masa depan dengan beberapa model matematis. Bisa jadi berupa prediksi subjektif atau intuitif tentang masa depan.

Menurut Render (2001, p46), terdapat tiga kategori yang bermanfaat untuk manajer operasi, yaitu:

a. Peramalan jangka pendek.

Rentang waktunya mencapai satu tahun tetapi umumnya dari satu hingga tiga bulan. Untuk merencanakan pembelian, jadwal kerja, jumlah tenaga kerja, penugasan dan tingkat produksi.

b. Peramalan jangka menengah.

Peramalan jangka menengah biasanya berjangka tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat untuk perencanaan penjualan, perencanaan dan produksi, penganggaran kas, dan analisa rencana operasi.

(2)

c. Peramalan jangka panjang.

Rentang waktunya biasa untuk tiga tahun lebih. Biasanya untuk merencanakan produk baru, pengeluaran modal, lokasi fasilitas, ekspansi bisnis, penelitian dan pengembangan.

Terdapat empat tahap utama dalam siklus hidup suatu produk, yaitu tahap pertama yaitu perkenalan, tahap kedua yaitu pertumbuhan, tahap ketiga yaitu dewasa, dan tahap keempat yaitu penurunan. Peramalan berguna dalam memproyeksikan tingkat penetapan karyawan yang berbeda, tingkat persediaan, dan kapasitas produksi ketika produksi bergerak dari tahap pertama kepada tahap terakhir.

Pendekatan peramalan dapat dilakukan dengan cara kualitatif yaitu dengan memanfaatkan faktor-faktor seperti intuisi, pengalaman pribadi, dan sistem nilai pengambilan keputusan dan untuk peramalan jangka panjang. Sedangkan cara yang berikutnya yaitu dengan cara kuantitatif menggunakan berbagai model matematis yang menggunakan data historis dan atau variabel-variabel kausal untuk meramalkan permintaan.

Dasar-dasar pertimbangan dalam rangka pemilihan metode peramalan yang akan digunakan sebagai berikut :

1. Pengguna atau pelaku dan kecanggihan metode.

2. Waktu peramalan dan sumber daya yang tersedia.

(3)

Didalam peramalan kuantitatif dapat dibagi menjadi peramalan seri waktu dan model kausal. Dalam metode seri waktu memiliki empat komponen yang digambarkan pada Gambar 3.1, antara lain:

1. Trend adalah gerakan ke atas atau ke bawah secara berangsur-angsur dari data

sepanjang waktu.

2. Musim adalah pola data yang berulang setelah periode harian, mingguan, bulanan,

atau kuartalan.

3. Siklus adalah pola dalam data yang terjadi setiap beberapa tahun. Siklus biasanya

dikaitkan dengan siklus bisnis dan merupakan hal yang sangat penting dalam analisis dan perencanaan bisnis jangka pendek.

4. Variasi acak adalah ”tanda” dalam data yang disebabkan oleh peluang dan situasi

yang tidak biasa; variabel acak mengikuti pola yang tidak dapat dilihat. Sering dihapus dengan menghilangkan periode waktu yang jelas-jelas menyimpang.

Gambar 2.1 Pola Data Permintaan

Untuk pola data Trend, dapat menggunakan metode peramalan regresi linear ataupun

double exponential smoothing satu parameter Brown (Baroto, 2002, p32). Setelah itu, akan dibandingkan antara kedua metode, yang mana yang lebih baik untuk digunakan.

(4)

Metode ini dibandingkan dengan melihat kepada Mean Absolute Percentage Error dan

Mean Square Error. Hal ini dikarenakan metode peramalan harus dapat dipercaya sehingga semakin kecil nilai eror, maka semakin mulus pula peramalannya. Metode

yang akan digunakan dalam meramalkan permintaan untuk pola data Trend adalah:

1. Metode Penghalusan Exponential (Double Exponential Smooting)

Metode pemulusan eksponensial tunggal (single exponential smoothing) dengan

menambahkan parameter α dalam modelnya untuk mengurangi faktor kerandoman.

Biasanya yang sering digunakan adalah Double Exponential Smoothing satu

parameter supaya peramalan dapat menghasilkan hasil yang mulus.

Dasar pemikirannya serupa dengan rata – rata bergerak linier yang secara matematis dapat ditunjukan dengan rumus :

(

)

m b a F S S b S S a S S S S X S t t m t t t t t t t t t t t t t + = − − = − = − + = − + = + − − ) ( 1 2 ) 1 ( . 1 . '' ' '' ' '' ) 1 ( ' '' ) 1 ( ' α α α α α α

Dimana: Xt= Data penerimaan pada periode t

a = Faktor atau konstanta pemulusan Ft+m= Perkiraan untuk periode t

Berbeda dengan metode rata-rata bergerak yang hanya menggunakan N data periode terakhir dalam melakukan perkiraan, metode pemulusan eksponensial tunggal mengikutsertakan semua periode. Setiap data pengamatan mempunyai

(5)

kontribusi dalam penentuan nilai perkiraan periode sesudahnya. Namun dalam perhitungannya cukup diwakili oleh data pengamatan dan hasil perkiraan terakhir, karena nilai perkiraan periode sebelumnya sudah mengandung nilai-nilai pengamatan sebelumnya.

2. Metode Asosiatif (Linier Regresion)

Model asosiatif bergantung kepada pengenalan variabel yang dapat dikaitkan dan dapat digunakan untuk meramalkan nilai variabel yang menjadi perhatian kita. Metode utama yang dikenal dan digunakan secara luas dalam metode ini adalah regresi.

Berikut ini rumus – rumus regresi linear sederhana :

( )

t b y a t t n y t ty n b b a yt t − = − − = + =

∑ ∑ ∑

2 2 Dimana: y = nilai peramalan a = konstanta y b = nilai kemiringan n = jumlah data

t =indeks penunjuk waktu (dimulai dari 0 dan terus berlanjut untuk periode yang diramalkan).

(6)

Satu cara untuk mengevaluasi keefektifan peramalan yaitu dengan menggunakan MAPE, MSE dan MAD. Hal ini dilakukan untuk mengetahui tentang sejauh mana ramalan memprediksi nilai aktual dengan baik. Semakin kecil nilai MAPE, MSE dan MAD yang diperoleh berarti memiliki tingkat kesalahan yang semakin kecil. Berikut adalah rumus-rumus yang digunakan :

n PE = MAPE

n 1 = t t n e = MSE

n 1 = t 2 i

Xi-Xrata-rata n 1 = MAD 2.1.2 Fungsi Persediaan

Persediaan memiliki beberapa fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari suatu perusahaan. Fungsi persediaan menurut Render dan Heizer (2001, p314), yaitu:

1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan

yang diantisipasi akan timbul dari konsumen.

2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya bila permintaan

hanya tinggi pada musim panas, persediaan dapat diadakan selama musim dingin untuk menghindari biaya kehabisan stok.

(7)

4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga.

5. Untuk menghindari kekurangan stok akibat kejadian tidak terduga.

6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dengan

menggunakan barang-barang dalam proses dalam persediaannya.

2.1.3 Biaya-Biaya Persediaan

Biaya persediaan adalah keseluruhan biaya operasi atas sistem persediaan.Menurut

Handoko (2000, p333) berikut ini adalah jenis – jenis biaya persediaan, yaitu :

1. Biaya penyimpanan

Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs) adalah biaya yang

dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi saran, fisik untuk menyimpan persediaan yang besarnya bervariasi secara langsung dengan kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin banyak, atau rata-rata persediaan semakin tinggi.

Biaya-biaya ini adalah variabel bila bervariasi dengan tingkat persediaan.

Bila biaya fasilitas penyimpanan (gudang) tidak variabel, tetapi tetap, maka

tidak dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit.

2. Biaya pemesanan (pembelian)

Setiap kali suatu bahan dipesan, perusahaan menanggung biaya pemesanan (order costs atau procurement costs). Biaya pemesanan adalah biaya yang

berasal dari pembelian pesanan dari supplier.Biaya pemesanan seperti biaya

(8)

pembelian, penerimaan bahan, inspeksi bahan, dan pelaksanaan proses transaksi. Secara normal, biaya per pesanan (di luar biaya bahan dan potongan kuantitas) tidak naik bila kuantitas pesanan bertambah besar.

3. Biaya penyiapan (manufacturing).

Bila perusahaan memproduksi sendiri bahan-bahan “dalam pabrik”,

perusahaan menghadapi biaya penyiapan (setup costs) untuk memproduksi

komponen tertentu. Biaya persiapan seperti biaya yang dikeluarkan akibat perubahan proses produksi, pembuatan jadwal kerja, persiapan sebelum produksi, dan pengecekan kualiatas. Karena konsep biaya ini analog dengan biaya pemesanan, maka untuk selanjutnya akan digunakan istilah “biaya pemesanan” yang dapat berarti keduanya.

4. Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (stock-out cost)

Dari semua biaya-biaya yang berhubungan dengan tingkat persediaan, biaya kekurangan bahan adalah yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul bilamana persediaan tidak mencukupi adanya permintaan bahan. Kekurangan bahan bisa dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen lain maupun penundaan

pengiriman maupun idle kapasitas. Biaya kekurangan dari pihak luar dapat

berupa biaya back order, biaya kehilangan kesempatan penjualan, dan biaya

(9)

2.1.4 Safety stock

Safety stock merupakan jumlah dari persediaan barang jadi, yang juga disebut

sebagai “buffer stock”, yang digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan ketika

terjadi hal yang tiba-tiba.

Rumus untuk menghitung safety stock (Greene, 1997, p309) adalah:

Safety stock = Safety Factor * Standar Deviasi

Standar deviasi merupakan hasil perhitungan yang menggunakan data permintaan selama periode yang bersangkutan.

Rumus untuk menghitung standar deviasi (S) adalah: S =

2

(x-x) n

Dengan x = jumlah permintaan dalam periode yang bersangkutan,

x = rata-rata permintaan selama periode yang bersangkutan, n = jumlah periode data permintaan.

2.1.5 Penjadwalan Produksi

Penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang

tersedia melalui suatu aktivitas atas tugas (Sumayang, 2003, p183). Penjadwalan mempunyai tujuan untuk mencapai beberapa hal seperti:

2.1 Efisiensi yang tinggi.

2.2 Persediaan atau inventori sedikit.

2.3 Kepuasan pelanggan.

(10)

• Penjadwalan proses yang terus-menerus atau line process scheduling.

¾ Penjadwalan proses lini digunakan pada jalur proses perakitan atau assembly

line dan pada proses pengolahan. Penjadwalan tergantung pada rancang bangun proses tersebut terutama untuk satu jenis produk. Tetapi apabila bermacam-macam jenis produk maka perlu diadakan perubahan pada proses dan jadwal produksi.

¾ Perubahan ini mungkin saja sederhana tetapi dapat juga rumit sehingga

memerlukan perubahan mendasar pada peralatan dan pada pusat kerja.

¾ Kemampuan mengikuti perubahan proses yang cepat akan memberikan suatu

keunggulan fleksibilitas untuk assembly line.

¾ Apabila jenis produk banyak maka terjadi perubahan proses produksi, untuk

itu perlu menghitung besar persediaan yang paling ekonomis.

• Penjadwalan proses yang terputus-putus atau intermittent process scheduling.

¾ Akan ditemukan istilah-istilah seperti shop atau tempat kerja, job, dan work

center.

¾ Job berarti pelanggan, pasien, bahan baku, produk dalam prosesn, atau

apapun yang mengalir melalui jadwal proses.

¾ Work center adalah pusat kerja yang berarti ruangan kantor, fasilitas, atau

keahlian khusus.

¾ Berbeda dengan penjadwalan di proses line maka penjadwalan di proses ini

masing-masing job mengalir melalui pergerakan yang tidak teratur dan penuh

dengan jadwal mulai dan berhenti.

¾ Aliran yang tidak teratur disebabkan karena pusat kerja dikelompokkan

(11)

atau pelanggan akan mengalir dari satu pusat kerja ke pusat kerja yang lain sesuai dengan jadwal dan tahapan kerja yang telah ditentukan.

¾ Karena aliran dan jalur pekerjaan tidak beraturan maka penjadwalan

kadang-kadang menjadi rumit dan penuh dengan menunggu giliran masuk atau antrian ke pusat-pusat kerja.

¾ Antrian job akan terjadi pada setiap work center yang menunggu giliran

proses sebagai tahapan untuk dapat meneruskan ke proses berikutnya.

¾ Penjadwalan proses intermittent mempunyai hubungan sangat erat dengan

beberapa hal berikut ini:

ƒ Analisis pemasukan dan pengeluaran atau input-output analysis.

ƒ Pemuatan atau loading.

ƒ Tahapan atau sequencing.

ƒ Pengiriman atau dispatching.

• Penjadwalan proses proyek yang menggunakan Gantt Chart.

Beberapa alat bantu yang digunakan dalam perencanaan proses yaitu:

1) Struktur Produk

Struktur Produk adalah suatu susunan hirarki dari komponen-komponen

pembentuk suatu produk akhir. Biasanya produk akhir ditempatkan di level 0 dan

komponen pembentuk berikutnya adalah ditempatkan di level 1, dan seterusnya.

Pada umumnya produk akhir disebut juga induk atau parent dan komponen

pembentuknya disebut juga anak atau child.

Manfaat Struktur Produk adalah :

(12)

2. Memberikan rincian mengenai komponen apa saja yang dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk.

Dalam Struktur Produk ada dua teknik yang digunakan yaitu : 1. Explosion

Suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari induk sampai komponen pada level paling bawah

2. Implosion

Suatu teknik penguraian komponen struktur produk yang urutan dimulai dari komponen sampai induk atau level atas.

Berikut adalah contoh struktur produk dari pulpen:

(13)

Keterangan:

Nilai x menunjukkan no komponen, y menunjukkan kuantitas komponen yang diperlukan untuk menyusun produk benda

2) Bill Of Material (BOM)

Bill of Material (BOM) merupakan rangkaian struktur semua komponen yang

digunakan untuk memproduksi barang jadi sesuai dengan Master Production

Scheduling. Bill Of Material (BOM) adalah daftar (list) dari bahan, material atau komponen yang dibutuhkan untuk dirakit, dicampur atau mebuat produk akhir.

Menurut Render dan Heizer Bill Of Material dibagi menjadi:

1. Bill Of Material yang berupa modul (modular bills)

Bill Of Material dapat diatur di seputar modul produk. Modul bukan merupakan produk akhir yang akan dijual, tapi merupakan komponen yang dapat diproduksi dan dirakit menjadi satu unit produk. Modul-modul ini mungkin merupakan komponen inti dari suatu produk akhir atau pilihan produk. Bill Of Material untuk modul-modul tersebut disebut modular bill.

2. Bill untuk perencanaan dan Phantom Bills

Ada lagi jenis Bill Of Material yang lain. Yaitu meliputi bill untuk

perencanaan dan Phantom Bills. Bill untuk perencanaan diciptakan agar

dapat menugaskan induk buatan kepada Bill Of Materialnya. Bill untuk

perencanaan mungkin juga dikenal sebagai sebutan pseudo bill atau angka

peralatan. Phantom Bill Of Material adalah Bill Of Material untuk

komponen, biasanya sub-sub perakitan yang hanya ada sementara waktu. Bill

(14)

diperlakukan secara khusus; lead timenya nol dan ditangani sebagai bahan

integral dari bahan induknya. Phantom bill tidak pernah dimasukkan kedalam

persediaan.

Ada beberapa format dari Bill of Material (BOM) yaitu:

1. Single-Level BOM

BOM yang menggambarkan hubungan sebuah induk dengan satu level

komponen-komponen pembentuknya. 2. Multi-Level BOM

BOM yang menggambarkan struktur produk lengkap dari level 0 sampai level

paling bawah. 3. Indented BOM

BOM yang dilengkapi dengan informasi level setiap komponen.

4. Summarized BOM

BOM yang dilengkapi dengan jumlah total tiap komponen yang dibutuhkan.

2.1.6 Master Production Schedule (MPS)

Aktifitas Master Production Schedule (MPS) pada dasarnya berkaitan dengan bagaimana

menyusun dan memperbaharui jadwal produksi induk (Master Production

Schedule/MPS), memproses transaksi MPS, memelihara catatan-catatan MPS, mengevaluasi efektifitas dari MPS, dan memberikan laporan evaluasi dalam periode waktu yang teratur untuk keperluan umpan-balik tinjauan ulang.

(15)

Fungsi MPS adalah :

1. Menjadwalkan jumlah end item yang akan diproduksi.

2. Memberikan input bagi MRP.

3. Sebagai dasar dari pembuatan perencanaan sumber daya.

4. Merupakan dasar untuk menetapkan janji pengiriman pada konsumen.

Tujuan MPS adalah :

1. Memenuhi target tingkat pelayanan terhadap konsumen.

2. Efisiensi penggunaan sumber daya produksi.

3. Mencapai target tingkat produksi tertentu.

Lingkungan manufaktur sangat menetukan proses penjadwalan MPS, lingkungan yang umum dipertimbangkan ketika akan mendesain MPS (Chapman, 2006, p78) adalah:

Make To Stock

Biasanya akan dikirim secara langsung dari gudang produk akhir dan harus ada stok sebelum pesanan pelanggan tiba. Produk akhir harus dibuat dan diselesaikan terlebih dahulu sebelum menerima pesanan dari pelanggan.

Make To Order

Biasanya dikerjakan setelah menerima pesanan dari pelanggan. Seringkali

komponen-komponen memiliki waktu tunggu yang panjang (long lead time)

direncanakan atau dibuat lebih awal guna mengurangi waktu tunggu penyerahan kepada pelanggan.

(16)

Pada dasarnya seperti Make To Order, dimana semua komponen yang digunakan

dalam assembly atau proses akhir direncanakan atau dibuat lebih awal, kemudian

disimpan dalam stock guna mengantisipasi pesanan pelanggan.

Menurut Gaspersz (1998, p141-144) pada dasarnya jadwal produksi induk (Master Production Schedulling = MPS) merupakan suatu pernyataan tentang

produk akhir (termasuk parts pengganti dan suku cadang) dari suatu perusahaan

industri manufaktur yang merencanakan memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu.

Tabel 2.1 Contoh Tabel MPS

Item No. Lead Time On Hand

Periode Past Due 1 2 3 4 5

Forecast Actual Order

Project Available Balance Available to Promise Master Schedule

Kapasitas Produksi Terpasang

Description Safety Stock

Demand Time Fences Planning Time Fences

Penjelasan mengenai komponen-komponen yang terdapat dalam tabel 3.2 MPS adalah sebagai berikut :

a) Item No menyatakan kode produk yang akan diproduksi.

b) Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk me-release atau memanufaktur

suatu produk.

c) On hand menyatakan jumlah produk yang ada di gudang sebagai sisa periode

sebelumnya.

(17)

e) Safety stock merupakan stok pengaman yang harus ada di tangan sebagai antisipasi

terhadap kebutuhan di masa akan datang.

f) Demand Time Fences (DTF) adalah periode mendatang dari MPS di mana dalam

periode ini perubahan terhadap MPS tidak diijinkan atau tidak diterima karena akan menimbulkan kerugian biaya yang besar akibat ketidaksesuaian atau kekacauan jadwal.

g) Planning Time Fences (PTF) merupakan batas waktu penyesuaian pesanan di mana

permintaan masih boleh berubah. Perubahan masih akan dilayani sepanjang material dan kapasitas masih tersedia.

h) Forecast merupakan rencana penjualan atau peramalan penjualan untuk item yang

dijadwalkan itu.

i) Actual Order (AO) merupakan pesanan-pesanan yang diterima dan bersifat pasti.

j) Projected Available Balance (PAB) merupakan perkiraan jumlah sisa produk pada

akhir periode. PAB dihitung dengan menggunakan rumus: PAB t < DTF = PABt-1 + MSt – AO

PAB DTF < t < PTF = PABt-1 + MSt – AO atau Ft (pilih yang besar)

k) Available to Promise memberikan informasi tentang berapa banyak item atau produk

tertentu yang dijadwalkan pada periode waktu itu tersedia untuk pesanan pelanggan, sehingga berdasarkan informasi ini bagian pemasaran dapat membuat janji yang tepat bagi pelanggan.

ATPt = ATPt-1 + MSt – AOt

l) Master Schedule merupakan jadwal produksi atau manufakturing yang diantisipasi

(18)

2.1.7 Metode Petersen Silver

Metode ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui kemulusan data, sehingga dapat diketahui metode lot size yang tepat untuk digunakan. Jika data yang diteliti menunjukkan adanya kemulusan (hasil perhitungan lebih kecil dari 0.25) maka akan dipergunakan metode statik sedangkan bila tidak (hasil perhitungan lebih besar dari 0.25) maka akan digunakan metode dinamik.

Untuk metode Petersen silver rumus yang akan digunakan yaitu :

V = 1 D D n 2 n 1 t t n 1 t 2 t − ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛

= =

Dimana data untuk Dt didapatkan dari data permintaan per periode

2.1.8 Material Requirement Planning (MRP) 2.1.8.1 Pengertian MRP

MRP merupakan suatu prosedur logis berupa aturan keputusan dan teknik transaksi berbasis komputer yang dirancang untuk menerjemahkan jadwal induk

produksi menjadi “kebutuhan bersih” untuk semua item. Sistem MRP dikembangkan

untuk membantu perusahaan manufaktur mengatasi kebutuhan akan item-item dependent

secara lebih baik dan efisien.

Menurut Schoeder (2000, p368) persediaan untuk independent demand

didefinisikan sebagai persediaan yang dipengaruhi atau tunduk pada kondisi-kondisi pasar dan bebas dari operasi misalnya : persediaan barang jadi dan suku cadang pada suatu perusahaan manufaktur yang digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen

(19)

pada suatu perusahaan persediaan ini harus dikelola dengan metoda titik pemesanan.

Sebaliknya untuk dependent demand tidak dipengaruhi oleh kondisi-kondisi pasar dan

hanya tergantung pada permintaan suku cadang ditingkat atasnya. Beberapa ciri-ciri dependent demand adalah :

- Ada hubungan matematis antara kebutuhan suatu item dengan item yang lain yang

berada pada level yang lebih tinggi

- Kebutuhan diturunkan dari pemakaian item dalam pembuatan item lain

- Misal kebutuhan akan bahan baku, komponen atau su assembly dalam pembuatan

suatu produk jadi

- Item perlu ada hanya pada saat dibutuhkan

- Diperlukan MRP untuk menjadwalkan seluruh komponen dependent yang

diperlukan dalam rencana MPS/JIP

2.1.8.2 Tujuan dan Manfaat Sistem MRP

Sistem MRP adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menghasilkan informasi yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat (pembatalan pesanan, pesan ulang, dan penjadwalan ulang). Tindakan ini juga merupakan dasar untuk membuat keputusan baru mengenai pembelian atau produksi yang merupakan perbaikan atas keputusan yang telah dibuat sebelumnya.

Ada empat tujuan yang menjadi ciri utama sistem MRP yaitu sebagai berikut :

(20)

Menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus selesai (atau meterial harus tersedia) untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan dalam jadwal induk produksi (JIP).

2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item

Dengan diketahuinya kebutuhan akhir, sistem MRP dapat menentukan secara tepat sistem penjadwalan (prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item.

3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan

Memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan. Pemesanan perlu dilakukan lewat pembelian atau dibuat pada pabrik sendiri.

4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah

direncanakan

Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka sistem MRP dapat memberikan indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan menentukan prioritas pesanan yang realistik. Jika penjadwalan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu pesanan harus dilakukan.

(21)

2.1.8.3 Mekanisme Dasar dari Proses MRP

Tabel 2.2 Contoh Tabel MRP

Part no : Description:

BOM UOM : On hand :

Lead time : Order policy :

Safety stock : Lot size :

period Past due 1 2 3 4 5 6 7 8

gross requirement

scheduled receipts

projected available balance 1

net requirement

planned order receipts

planned order release

projected available balance 2

Penjelasan mengenai tabel sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. Part no menyatakan kode komponen atau material yang akan dirakit

2. BOM (Bill of Materials) UOM (Unit of Material) menyatakan satuan komponen

atau material yang akan dirakit

3. Lead time menyatakan waktu yang dibutuhkan untuk merilis atau mengirim

suatu komponen.

4. Safety stock menyatakan cadangan material yang harus ada sebagai antisipasi

(22)

5. Description menyatakan deskripsi material secara umum.

6. On Hand menyatakan jumlah material yang ada di tangan sebagai sisa periode

sebelumnya.

7. Order Policy menyatakan jenis pendekatan yang digunakan untuk menentukan

ukuran lot yang dibutuhkan saat memesan barang.

8. Lot Size menyatakan penentuan ukuran lot saat memesan barang.

9. Gross Requirement menyatakan jumlah yang akan diproduksi atau dipakai pada

setiap periode. Untuk item akhir (produk jadi), kuantitas gross requirement sama

dengan MPS (Master Production Schedule). Untuk komponen, kuantitas gross

requirement diturunkan dari Planned Order Release induknya.

10.Scheduled Receipts menyatakan material yang dipesan dan akan diterima pada

periode tertentu.

11.Projected Available Balance I ( PAB I ) menyatakan kuantitas material yang ada

di tangan sebagai persediaan pada awal periode. PAB I dapat dihitung dengan

menambahkan material on hand periode sebelumnya dengan Scheduled Receipts

pada periode itu dan menguranginya dengan Gross Requirement pada periode

yang sama. Atau jika dimasukkan pada rumus adalah sebagai berikut :

PAB I = (PAB II)t-1 - (Gross Requirement)t + (Scheduled Receipts)t

12. Net Requirements menyatakan jumlah bersih (netto) dari setiap komponen yang

harus disediakan untuk memenuhi induk komponennya atau untuk memenuhi Master Production Scheduled. Net Requirements sama dengan nol jika Projected

Available Balance I lebih besar dari nol dan sama dengan minus jika Projected

Available Balance I kurang sama dengan dari nol.

(23)

13. Planned Order Receipts menyatakan kuantitas pemesanan yang dibutuhkan pada

suatu periode. Planned Order Receipts muncul pada saat yang sama dengan Net

Requirements, akan tetapi ukuran pemesanannya (lot sizing) bergantung kepada

Order Policy-nya. Selain itu juga harus mempertimbangkan Safety stock juga. 14. Planned Order Release menyatakan kapan suatu pesanan sudah harus dilakukan

atau dimanufaktur sehingga komponen ini tersedia ketika dibutuhkan oleh induk

itemnya. Kapan suatu pesanan harus dilakukan ditetapkan dengan periode Lead

time sebelum dibutuhkan.

15. Projected Available Balance II ( PAB II ) menyatakan kuantitas material yang

ada di tanagn sebagai persediaan pada akhir periode. PAB II dapat dihitung

dengan cara mengurangkan Planned Order Receipts pada Net Requirements.

PAB II = (PAB II) t-1 + (Schedule receipt) t – (Gross Requirement) t +

(Planned Order Receipt) t

atau dapat disingkat :

PAB II = (PAB I)t + (Planned Order Receipt)

2.1.8.4 Prosedur Sistem MRP

Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah

ini harus diterapkan satu per satu pada periode perencanaan dan pada setiap item.

Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : - Netting : Perhitungan kebutuhan bersih.

- Lotting : Penentuan ukuran lot.

- Offsetting : Penetapan besarnya lead time.

(24)

2.1.8.4.1 Netting

Netting adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih, yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaaan persediaan ( yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan). Data yang diperlukan dalam proses perhitungan kebutuhan bersih ini adalah :

1. Kebutuhan kotor untuk setiap periode.

2. Persediaan yang dipunyai pada awal perencanaan.

3. Rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan.

2.1.8.4.2 Lotting

Untuk menjamin bahwa semua kebutuhan-kebutuhan akan dipenuhi, pesanan akan dijadwalkan untuk penyelesaian pada awal periode dimana ada kebutuhan bersih yang positif. Ukuran dari pesanan dapat mungkin sama dengan kebutuhan bersih di periode yang bersangkutan, atau mungkin saja lebih besar yang meliputi kebutuhan bersih di periode mendatang untuk memanfaatkan skala ekonominya.

Lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan

optimal untuk setiap item secara individual didasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan

bersih yang telah dilakukan. Ukuran lot menentukan besarnya jumlah komponen yang diterima setiap kali pesan. Penentuan ukuran lot ini sangat tergantung pada besarnya biaya-biaya persediaan, seperti biaya pesan, biaya simpan, biaya modal, dan harga barang itu sendiri. Ada banyak alternatif metode untuk menentukan ukuran lot. Beberapa teknik diarahkan untuk meminimalkan total ongkos set-up dan ongkos simpan. Teknik-teknik tersebut adalah sebagai berikut :

(25)

Dalam teknik ini besarnya ukuran lot adalah tetap. Penentuan lot berdasarkan biaya pesan dan biaya simpan, dengan formula seperti berikut :

H AD

EOQ = 2

dimana :

EOQ = jumlah pemesanan yang ekonomis D = Demand rata-rata per horison

A = biaya pesan bahan baku

H = biaya simpan bahan baku dalam suatu periode

Metode EOQ ini biasanya dipakai untuk horizon perencanaan selama satu tahun sebesar dua belas bulan. Metode EOQ baik digunakan bila semua data konstan dan perbandingan biaya pesan dan simpan sangat besar.

2. Period Order Quantity (POQ)

Teknik POQ disebut juga dengan Economic Time CycIe. Teknik

POQ ini digunakan untuk menentukan interval waktu order (Economic

Order Interval) dengan formula seperti berikut : D EOQ = POQ dimana :

POQ = Total Periode dalam melakukan pemesanan EOQ = jumlah pemesanan yang ekonomis

(26)

Keuntungan menggunakan teknik POQ adalah dapat menghasilkan lot size order yang berbeda dalam memenuhi net requirement dengan mengkalkulasikan kebutuhan dari beberapa periode. Teknik POQ ini akan lebih baik kemampuannya jika digunakan pada saat biaya setup tiap tahun sama tetapi biaya carrying-nya lebih rendah.

3. Lot-For-Lot (LFL)

Teknik penetapan ukuran lot dilakukan atas dasar pesanan diskrit. Di samping itu, teknik ini merupakan cara paling sederhana dari semua teknik ukuran lot yang ada. Teknik ini selalu melakukan perhitungan kembali (bersifat dinamis) terutama apabila terjadi perubahan pada kebutuhan bersih. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan

menjadi nol. Oleh karena itu sering digunakan untuk item-item yang mempunyai

biaya simpan per unit sangat mahal.

2.2. Sistem Informasi

Sistem informasi merupakan pengaturan orang, data, proses, dan teknologi informasi yang berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung organisasi. (Whitten dan Bentley, 2004, p12).

Pemain yang terlibat dalam suatu sistem adalah:

System analyst: merupakan fasilitator atau pelatih yang menjembatani jurang

komunikasi yang biasanya berkembang di antara sistem non-teknis (owner dan

(27)

System owner: biasanya mempunyai jabatan manajemen dan lebih tertarik pada inti sistem, berapa biaya yang dikeluarkan dan apakah keuntungan yang dapat diberikan pada perusahaan.

System user: lebih memperhatikan bagaimana fungsi sistem berpengaruh pada pekerjaan mereka. Apakah memberikan kemudahan, mudah digunakan, dan mudah dimengerti.

System designer: spesialis dari sistem informasi. Tertarik pada teknologi informasi yang dipilih dan rancangan sistem yang menggunakan teknologi.

Bertindak sebagai penerjemah kebutuhan bisnis dari keinginan user dengan

merancang database, input, output, layar, jaringan, dan software.

System builder: spesialis teknik yang membangun sistem informasi dan

komponennya berdasarkan pada spesifikasi rancangan yang dibuat oleh system

designer.

Terdapat beberapa keuntungan dengan menggunakan sistem informasi (Whitten dan Bentley, 2004, p14), yaitu:

• Meningkatkan keuntungan bisnis.

• Mengurangi biaya yang dikeluarkan.

• Menaikkan nilai saham di pasar.

• Memperbaiki hubungan dengan konsumen.

• Menghemat biaya pada sistem.

• Meningkatkan efisiensi.

• Memperbaiki pengambilan keputusan.

(28)

• Memiliki pemahaman dan pengertian yang sesuai dengan peraturan.

• Memperbaiki keamanan.

• Meningkatkan kapasitas.

Dalam menerapkan sistem informasi diperlukan analisa dan perancangan sistem yang tepat dan akurat agar dapat sesuai dengan kebutuhan yang ada, mengingat membutuhkan biaya yang cukup besar didalam perancangan dan penerapannya.

Analisis sistem merupakan teknik pemecahan masalah yang menguraikan sistem menjadi komponen-komponen untuk dipelajari apakah sistem tersebut bekerja dan berinteraksi untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Whitten dan Bentley, 2004, p186).

Perancangan sistem adalah rancangan yang dapat mewakili komponen-komponen dari sistem dan menyatukannya kembali menjadi sistem yang utuh dan diharapkan menjadi sistem yang lebih baik dari yang sebelumnya. Aktifitas di dalamnya dapat berupa penambahan, pengurangan, atau perubahan komponen pada sistem awal.

Menggunakan metode Object Oriented Analysis & Design (OOAD) yang

bertujuan agar semua data tersedia untuk semua fungsi (Mathiassen, 2000, p4). Beberapa keuntungan yang didapatkan dari OOAD adalah:

-

Merupakan konsep yang umum yang dapat digunakan untuk memodel hampir

semua fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa umum (natural language).

Noun menjadi object atau class

Verb menjadi behaviour

Adjective menjadi attributes

(29)

Gambar 2.3 Konteks Sistem

Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.3, konteks sistem dapat dilihat dari dua

pandangan perspektif: sistem memodelkan sesuatu (problem domain) dan sistem

dioperasikan oleh user (application domain) (Mathiassen, 2000, p6). Problem domain

merupakan bagian dari sebuah konteks yang diatur, diawasi, atau dikendalikan oleh

sebuah sistem. Sedangkan application domain adalah suatu organisasi yang mengatur,

mengawasi, atau mengendalikan problem domain. Problem domain mendeskripsikan

tujuan sistem, dan juga bagian dari realitas mengenai sistem yang akan mendukung

pengaturan, pengawasan, dan pengendalian. Sedangkan application domain merupakan

suatu bagian dari organisasi user.

user

System

Application Domain Problem

(30)

Gambar 2.4 Siklus Pengembangan dengan OOAD

OOA&D mencakupi empat perspektif melalui empat aktifitas utama, seperti pada Gambar 2.4 (Mathiassen, 2000, p14). Hubungan keempat aktifitas yang penting dan bertahap dapat berubah dari satu proyek ke proyek lainnya. Sebagai notasi, akan

digunakan Unified Modeling Language (UML). Terdapat dua keuntungan dengan

menggunakan UML, yaitu UML dapat membangun suatu divisi di antara proses dan notasi dan UML memberikan akses kepada pasar yang lebih luas dalam pengembangannya. Langkah awal yaitu dengan memilih sistem.

Component Design Architectural Design Application Domain Analysis Problem Domain Analysis Specifications of components Model Requirements for use Specifications of architecture

(31)

Gambar 2.5Aktifitas dalam Memilih Sistem

Pada Gambar 2.5 pemilihan sistem didasarkan pada tiga aktifitas (Mathiassen, 2000, p25). Aktifitas pertama berfokus pada tantangan: untuk mendapatkan kilasan mengenai situasi dan cara orang dalam menginterpretasikan tantangan tersebut. Yang kedua, membuat dan mengevaluasi ide untuk perancangan sistem. Yang ketiga, definisi

sistem diformulasikan dan dipilih. Situasi didefinisikan melalui rich picture. Rich

picture sebuah penggambaran proses bisnis . Ide mendeskripsikan bagian dari solusi yang dapat diringkas menjadi satu atau beberapa definisi. Dan tujuan mendefinisikan sistem adalah untuk memilih sistem yang akan dkembangkan.

Situation

Ideas

Systems

System Definition

(32)

Sistem definisi secara FACTOR adalah:

Functionality: Fungsi sistem yang mendukung tugas application-domain.

Application domain: Bagian dari suatu organisasi yang berhubungan dengan

administrasi, monitor, atau mengendalikan problem domain.

Conditions: Dengan kondisi yang bagaimana sistem akan dikembangkan dan digunakan.

Technology: Semua teknologi yang digunakan untuk mengembangkan dan menjalankan sistem.

Objects: object yang utama didalam problem domain.

Responsibility: tanggung jawab sistem (kegunaan) secara keseluruhan dalam hubungannya dengan konteks sistem.

2.2.1 Analisa Problem Domain

Terdapat 3 kegiatan yang terjadi dalam analisa problem domain seperti yang

diperlihatkan pada Gambar 2.6 (Mathiassen. 2000. p46):

• Mencari elemen dari Problem Domain yaitu objects, classes, dan events

• Buat model berdasarkan hubungan strutural antara class dan objects yang dipilih.

(33)

Gambar 2.6 Aktifitas dalam Analisa Problem Domain

Systemdefinition adalah suatu uraian ringkas dari suatu sistem terkomputerisasi yang dinyatakan dalam bahasa alami.

Class adalah objek atau event yang merupakan bagian dari sistem.

Structure adalah hubungan antara class dan objek.

Behaviour adalah properti yang bersifat dinamis yang dimiliki oleh objek.

Tujuan dalam pemilihan sistem adalah untuk menentukan (menyepakati)

karakteristik sistem secara menyeluruh.. Prinsip dalam memilih system adalah:

• Memahami situasi.

• Menumbuhkan gagasan baru.

• Menggambarkan alternative sistem.

System Definition Classes Behaviour Structure Model Iterate

(34)

Class seperti pada Gambar 2.7 (Mathiassen, 2000, p55):

• Prinsip: Klasifikasikan object didalam problem domain.

Object: suatu entitas yang mempunyai identitas, state dan behavior.

Class: adalah deskripsi dari kumpulan object yang mempunyai struktur,

behavior pattern dan attribute yang sama.

• Prinsip : Object diberi karakter sesuai dengan eventnya.

Event: insiden yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih object.

Gambar 2.7 Aktifitas dalam Memilih Class dan Event Cara menentukan class adalah:

• Cari calon.

– Jangan membuang terlalu cepat, lebih baik dievaluasi dengan teliti.

• Model baru atau perbaiki situasi tidak hanya seperti apa adanya

• Bagaimana menemukan candidate untuk class.

– Kata benda didalam keterangan atau pembicaraan.

– Daftar dari tipical object. Find

candidates for classes

Find candidates for events

Evaluate and select systematically

(35)

– Cari persamaan dengan sistem komputer.

– Literatur teknis didalam problem domain.

• Beri nama class secara hati hati.

– Sederhana, mudah dibaca, tepat, tidak membingungkan, seperti yang

digunakan di problem domain.

Cara menentukan event adalah:

• Cari event didalam problem domain, bukan didalam sistem komputer

• Jika event tidak instantaneous harus dipecah menjadi event yang lebih kecil

• Dimana menemukan candidate events :

– Kata kerja didalam penjelasan atau wawancara

– Daftar event yang umum atau tipikal type dari event

– Sistem komputer yang sejenis

– Literatur teknis didalam problem domain

Cara menentukan structure adalah sebagai berikut:

• Dimulai dengan class dan event yang ada pada event table.

• Tentukan struktur object dan struktur class.

• Hubungkan antar class.

• Hasilnya adalah class diagram.

(36)

• Asosiasi: hubungan yang dinyatakan dengan angka dan melambangkan kaitan antara satu class dengan class yang lain (Gambar 2.8).

Gambar 2.8 Hubungan Asosiasi

• Agregasi: hubungan yang menyatakan suatu class merupakan suatu bagian dari

class yang lain (Gambar 2.9).

Gambar 2.9 Hubungan Agregasi

Car 0..* Person 1..* Ownership Owned By Used By Name is optional, but recommended Anywhere from zero to many Anywhere from one to many 4..* 1..* 1 1 1 1 1 1

Body Motor Wheel

Cam Shaft Cylinder Car

1 2..*

Assembly side Component side (min and max) One and only one Body is Owned by Car Anywhere from four to many A car has

(37)

• Generalisasi: hubungan yang menyatakan bahwa beberapa class berada dalam satu grup dengan atribut utama yang sama (Gambar 2.10).

Gambar 2.10 Hubungan Generalisasi

Behaviour pada sistem adalah: apa yang dilakukan oleh class tersebut dan

digambarkan melalui statechart diagram. Event yang terjadi dalam statechart ini

memiliki tiga tipe, yaitu: sequence: event yang berurutan, selection: event yang hanya

dilakukan berdasarkan pilihan, dan iteration: event yang dilakukan nol hingga

berulang-ulang (Gambar 2.11).

Gambar 2.11 Struktur pada Statechart Diagram

Passenger Car Private Car Taxi Account Loan Checking Bank book Service Person Employee Customer

Group under one generalisation Multiple inheritance Class without objects Taxi “is a”

passenger car or Taxis are a subset of passenger cars

(38)

2.2.2 Analisa Application Domain

Aktifitas utama pada analisa application domain digambarkan pada gambar di bawah

ini:

Gambar 2.12 Aktifitas dalam Analisa Application Domain

Yang dilakukan dalam tahap usage adalah (Gambar 2.13 ):

Gambar 2.13 Aktifitas dalam Tahap Usage System Definition and model Usage Interfaces Functions Requirements Iterate Evaluate systematically Find actors and use cases

System definition

Use cases and actors

Explore patterns

(39)

Actor: abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem. - Actors adalah orang yang mengerjakan pekerjaan.

Use case: pola interaksi antara sistem dan aktor didalam application domain. - Ikuti proses bagaimana pekerjaan akan dilakukan

Cara menentukan Actor dan Use Case adalah sebagai berikut:

• Berdasarkan pekerjaan dan pembagian pekerja.

• Identifikasikan actors.

• Jelaskan use cases.

Yang dilakukan dalam tahap Function adalah (Gambar 2.14):

Gambar 2.14 Aktifitas dalam Tahap Function

• Temukan function dalam use case.

Specify

complex

functions

Find

functions

Evaluate

critically

System

Definition

Function list

Use Cases

(40)

• Tentukan tipe function

• Tentukan spesifikasi function

Terdapat 4 tipe function (Mathiassen. 2000, p140),yaitu:

Update; diaktivasi karena adanya konsekuens event pada PD (Problem Domain) yang menghasilkan terjadinya perubahan dalam status model.

Update

*

I F M AD PD

*

Gambar 2.15 Fungsi: Update

Read; diaktivasi karena aktor membutuhkan suatu informasi dan sebagai

hasilnya, komputer menampilkan bagian yang diperlukan kepada aktor.

Read

*

I F M

AD

PD

Gambar 2.16 Fungsi: Read

Compute; diaktivasi karena aktor membutuhkan suatu informasi secara matematis dan sebagai hasilnya, sistem akan menghitung dan menampilkan hasilnya pada aktor.

(41)

Compute *

I F M

AD

PD

Gambar 2.17 Fungsi: Compute

Signal; diaktivasikarena terjadinya perubahan pada status dalam model yang terkait dan sebagai hasilnya, sistem akan menampilkan sinyal balik kepada aktor.

Signal

*

I F M

AD

PD

Gambar 2.18 Fungsi: Signal Spesifikasi dari function adalah:

Simple: function yang mudah dilakukan, misalnya membuat data baru.

Medium: function yang memerlukan keterjelasan data, misalnya membuat janji.

Complex: function yang membutuhkan data yang lengkap dan detail, misalnya memberikan daftar janji yang mungkin dilakukan.

Very complex: function yang mempunyai beberapa function di dalamnya, misalnya membuat jadwal.

Interface adalah fasilitas yang membuat model sistem dan function dapat berinteraksi

(42)

Gambar 2.19 Aktifitas dalam Tahap Interface

User interface harus dapat mewakili hubungan model dan function dengan user secara jelsa dan mudah dimengerti.

Interface yang baik dilandaskan akan kebutuhan user dan bagaimana sistem akan digunakan.

• Analisis harus dilakukan berdasarkan deskripsi yang jelas tentang user dengan

elemen-elemen yang terkait.

2.2.3 Desain Arsitektur

Terdapat dua bagian yang terjadi dalam desain arsitektur, yaitu:

• Component architecture: struktur sistem yang terdiri dari komponen yang saling

terkoneksi. Function list Class diagram Explore patterns Describe interface elements Determine interface elements Description of interfaces

(43)

• Process architecture: struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses yang saling bergantungan (interdependent).

Aktifitas yang dilakukan pada desain arsitektur akan diperlihatkan pada Gambar 2.20.

Gambar 2.20 Aktifitas dalam Desain Arsitektur Beberapa kualitas desain yang baik adalah:

• Sistem memodel bagian dari problem domain yang sudah disetujui bersama

dengan user

• Fungsi dari sistem correspond pada requirement dari application domain

• Interface merupakan implementasi dari interaksi yang telah di terangkan.

• Platform teknis digunakan secara efektif

• Sistem dapat diadaptasi terhadap requirement baru dan kebutuhan.

a. Kriteria

(44)

Gambar 2.21 Aktifitas dalam Menentukan Kriteria

Tujuan dari criteria adalah untuk mengatur prioritas perancangan (Mathiassen, 2000,

p177). Terdapat 12 jenis kriteria software :

1. Usable adalah kemampuan sistem untuk beradapatasi dengan situasi organisasi,

tugas dan hal – hal teknis.

2. Secure adalah kemampuan untuk melakukan pencegahan terhadap akses yang

tidak berwenang.

3. Efficient adalah penggunaan secara ekonomis terhadap fasilitas technical

platform.

4. Correct adalah sesuai dengan kebutuhan.,

5. Reliable adalah ketepatan dalam melakukan suatu fungsi.

6. Maintainable adalah kemampuan untuk perbaikan sistem yang rusak.

7. Testable adalah penempatan biaya untuk memastikan sistem bekerja sesuai

dengan yang diinginkan.

(45)

9. Comprehensible adalah usaha yang diperlukan untuk memperoleh

pengertian akan suatu sistem.

10. Reusable adalah potensi untuk menggunakan sistem pada bagian sistem lain

yang saling berhubungan.

11. Portable adalah kemampuan sistem untuk dapat dipindahkan ke technical

platform yang lain.

12. Interoperable adalah kemampuan untuk merangkai sistem ke dalam sistem yang

lain.

Tabel 2.3 Prioritas Kriteria

Kriteria Very Important Important Less Important Irrelevant Easily Fulfilled Usable

Secure Efficient ...

b. Component

Menurut Mathiassen et al. (2000, p189), tujuan dari components adalah untuk

menciptakan sistem yang comprehensible dan flexible. Component architecture adalah

sebuah struktur sistem dari components yang saling berhubungan. Aktifitas yang terjadi

(46)

Gambar 2.22 Aktifitas dalam Desain Arsitektur-Component

• Komponen adalah server dan beberapa dari client.

Server memberikan kumpulan dari operation (atau services) pada client.

Client menggunakan server secara independent.

• Arsitektur yang baik untuk mendistribusikan system secara geografis.

• Bentuk distribusi dari bagian sistem harus diputuskan antara client dan server.

Dimana dengan distribusi client dan server data-data umumnya disimpan pada

server, dan dapat diakses oleh bagian lain yang memiliki autorisasi kedalamnya. Selain itu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan perlu dilakukan back-up dari data-data yang disimpan terutama dengan pola centralized data.

(47)

Pada Tabel 2.4 akan diperlihatkan macam-macam distribusi untuk Client/Server.

Tabel 2.4 Lima Macam Distribusi Client/Server

Client Server Arsitektur

U U + F + M Distributed Presentation U F + M Local Presentation U + F F + M Distributed Functionality U + F M Centralised Data U + F + M M Distributed Data c. Process

Menurut Mathiassen et al. (2000, p209), tujuan process adalah untuk mendefinisikan

struktur program secara fisik. Aktifitas yang dilakukan diperlihatkan pada Gambar 2.23.

Gambar 2.23 Aktifitas dalam Desain Arsitektur-Process

• Komponen yang berbeda perlu ditempatkan pada prosesor yang berbeda.

• Pertama, pisahkan objek yang aktif dari komponen program yang pasif.

• Kedua, tentukan prosesor yang tersedia.

Class diagram and component specifications Deployment diagram Distribute program Identify shared Select coordination mechanisms Explore distribution patterns Explore coordination patterns

(48)

• Distribusikan komponen program dan objek aktif kepada prosesor tersebut.

2.2.4 Komponen Model

Komponen model adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model

dari problem domain. Analisis : model dijelaskan dengan menggunakan class diagram

dan statechart diagram, model juga digunakan sebagai dasar untuk mendesain

komponen model yang berorientasi object.

Tujuan dari komponen model adalah untuk memberikan data yang sekarang dan

data historis ke user dan sistem yang lainnya. Informasi yang di simpan berhubungan

dengan sistem yang ada didalam problem domain. Hasil dari aktifitas komponen model

adalah class diagram dari aktivitas analisis yang direvisi. Yang akan direvisi adalah model class yang mempunyai hubungan many-to-many sehingga akan menambah class baru di antaranya.

Database merupakan kumpulan dari class-class yang tersedia dalam class

diagram. Sehingga class yang ada didalamnya akan dihubungkan melalui database beserta hubungan yang terkait (McLeod, 2001, p179).

Gambar

Gambar 2.1 Pola Data Permintaan
Gambar 2.2 Struktur Produk Pulpen
Tabel 2.1 Contoh Tabel MPS  Item No.
Tabel 2.2 Contoh Tabel MRP
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Pada kegiatan AYO MENULIS: Setelah siswa mengetahui peredaran darah kecil dan peredaran darah besar pada manusia, siswa diminta mencari informasi tentang organ

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, secara umum siswa mengaku bahwa memikirkan konsep tentang momen inersia sangat penting dalam memahami soal yang diberikan,

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R 2 sebesar 0.233 atau 23.3% sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel profitabilitas, risiko bisnis,

Setelah Roni menjawab penulis mencatat dan kemudian bertanya lagi “bagaiman Etnis Sumba menjalani hubungan komunikasi dengan Etnis Maluku?” sambil meminum Es Teh

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka dapat dikatakan bahwa walaupun semakin lengkap fasilitas/ sarana kesehatan yang digunakan di puskesmas Teppo dalam memberikan

Friedmann mengidentifikasikan lima prinsip fungsi dasar keluarga, diantaranya adalah fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi reproduksi, fungsi ekonomi, dan fungsi

Tidak ada gunanya berpura-pura atau mengatakan Anda menyukai sesuatu yang seharusnya tidak Anda suka, karena tidak akan memberi petunjuk apa-apa ke pasangan Anda