3.1. Pengertian Kualitas
Kualitas dapat diartikan dalam banyak hal. Secara umum, kualitas adalah pemenuhan kebutuhan, harapan dan kepuasan pelanggan. Menurut Douglas C. Montgomery (2001, p4) pengertian kualitas dahulu (tradisional) dan sekarang (modern)
berbeda. Dahulu, kualitas diartikan sebagai “fitness for use”, yaitu berdasarkan
pandangan bahwa produk dan jasa harus memenuhi kebutuhompan pengguna. Sedangkan pengertian kualitas sekarang berbanding terbalik dengan variabilitas, di mana bila variabilitas kecil maka kualitas dari produk meningkat.tius
Dahulu produk dan jasa diharapkan hanya dapat memenuhi kebutuhan pengguna, sedangkan sekarang ini karakteristik kualitas yang diperhatikan oleh pelanggan bukan hanya penilaian terhadap seberapa baik suatu produk diproduksi, tetapi juga menyangkut hal-hal seperti harga, jasa, syarat pembayaran, gaya, ketersediaan, frekuensi diperbaharui dan ditingkatkan secara dukungan teknik (Pyzdek, 2002, p119).
Dalam konteks pembahasan tentang pengendalian proses statistikal, terminologi kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi karakteristik dari suatu produk (barang atau jasa) yang dihasilkan, agar memenuhi kebutuhan yang telah dispesifikasikan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal (Vincent Gaspersz, 1998, p1).
Pengertian kualitas dalam konteks pengendalian proses statistikal adalah bagaimana baiknya suatu output (barang dan atau jasa) itu memenuhi spesifikasi dan
toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain dari suatu perusahaan. Spesifikasi dan toleransi yang ditetapkan oleh bagian desain produk harus berorientasi kepada kebutuhan atau keinginan konsumen atau orientasi pasar (Vincent Gaspersz, 1998, pp1-2).
3.2. Statistical Process Control (SPC)
3.2.1. Pengertian Statistical Process Control (SPC)
Pengendalian Proses Statistikal (Statistical Process Control = SPC)
adalah suatu terminologi yang mulai digunakan sejak tahun 1970-an untuk menjabarkan penggunaan teknik-teknik statistikal (statistical technique) dalam
memantau dan meningkatkan performansi proses menghasilkan produk berkualitas. Pada tahun 1950-an sampai tahun 1960-an digunakan terminologi
Pengendalian Kualitas Statistikal (Statistical Quality Control atau SQC) yang
memiliki pengertian sama dengan Pengendalian Proses Statistikal (Statistical Process Control = SPC) (Vincent Gaspersz, 1998, p1).
Pengendalian kualitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen, melalui pengukuran karakteristik kualitas dari output kemudian membandingkan
hasil pengukuran itu dengan spesifikasi output yang diinginkan pelanggan, serta
mengambil tindakan perbaikan yang tepat apabila ditemukan perbedaan antara performansi aktual dan standar.
Pengendalian proses statistikal merupakan suatu metodologi pengumpulan dan analisa data kualitas, serta penentuan dan interpretasi pengukuran – pengukuran yang menjelaskan tentang proses dalam suatu sistem industri, untuk meningkatkan kualitas dari output guna memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan.
3.2.2. Tujuan dari Statistical Process Control (SPC)
Menurut Douglas C. Montgomery (2001, p154) Statistical Process Control (SPC) adalah kumpulan dari tools (seven tools) yang digunakan untuk
pemecahan masalah sehingga tercapai kestabilan proses dan peningkatan kapabilitas dengan pengurangan variasi.
Berikut adalah beberapa tujuan utama dari SPC menurut Gerald Smith (1996, p4):
1. Meminimasi biaya produksi.
2. Memperoleh kekonsistenan terhadap produk dan servis yang memenuhi spesifikasi produk dan keinginan konsumen.
3. Menciptakan peluang-peluang untuk semua anggota dari organisasi untuk memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas.
4. Membantu manajemen dan karyawan produksi untuk membuat keputusan yang ekonomis mengenai tindakan yang diambil yang dapat mempengaruhi proses.
3.3. Definisi Data dalam Konteks Statistical Process Control (SPC)
Menurut Vincent Gaspersz (1998, p43) data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak.
Berdasarkan data, dipelajari fakta-fakta yang ada dan kemudian diambil tindakan yang tepat berdasarkan fakta itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal dikenal dua jenis data, yaitu:
• Data Atribut (Attributes Data), yaitu data kualitatif yang dapat dihitung untuk
pencatatan dan analisis. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah ketiadaan label pada kemasan produk, kesalahan proses administrasi buku tabungan nasabah, banyaknya jenis cacat pada produk, banyaknya produk kayu lapis yang cacat karena corelap. Data atribut biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit nonkonformans atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang ditetapkan.
• Data Variabel (Variables Data) merupakan data kuantitatif yang diukur untuk
keperluan analisi. Contoh dari data variabel karakteristik kualitas adalah diameter pipa, ketebalan produk kayu lapis, berat semen dalam kantong, banyaknya kertas setiap rim, konsentrasi elektrolit dalam persen, dan lain-lain. Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume biasanya merupakan data variabel.
3.4. Variasi
Penyebab utama terjadinya masalah kualitas adalah variasi. Variasi terjadi di dalam proses, baik proses manufaktur maupun non-manufaktur. Variasi-variasi ini dapat terjadi dikarenakan adanya variasi dalam elemen-elemen proses, yaitu manusia, mesin, metode, material dan lingkungan.
Menurut Vincent Gaspersz (1998, pp28-29) variasi adalah ketidakseragaman dalam sistem produksi atau operasional sehingga menyebabkan perbedaan dalam kualitas pada output (barang atau jasa) yang dihasilkan. Setiap variasi yang terjadi pasti
akan menimbulkan cacat (defect) pada produk.
Adapun pengertian dari cacat ialah semua kejadian/peristiwa yang mengindikasikan di mana produk/jasa gagal memenuhi kebutuhan pelanggan atau definisi yang lain adalah suatu kondisi dari suatu produk/jasa yang tidak dapat memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan oleh standar yang berlaku atau tidak dapat digunakan dengan baik oleh pelanggan (fitness for use) karena tidak memenuhi
satu/beberapa persyaratan kualitas pelanggan (Critical to Quality).
Penyebab dari variasi dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu penyebab khusus dan penyebab umum. Pengendalian dari sebuah proses diperoleh melalui pengeliminasian dari penyebab-penyebab khusus. Peningkatan dari sebuah proses didapatkan melalui pengurangan dari penyebab umum.
3.4.1. Variasi Penyebab Khusus (Special Causes)
Variasi ini mempengaruhi proses dalam cara yang tidak terduga dan dapat dideteksi dengan teknik-teknik statistik yang sederhana. Variasi ini dapat dihilangkan dari proses oleh operator atau tim pengendali proses yang bertanggung jawab pada tahap tertentu dari proses, dengan melakukan tindakan langsung (local action), di mana hampir 15% dari semua permasalahan proses
dapat diatasi dengan tindakan ini. Ketika semua variasi dari penyebab khusus telah dieliminasi, proses dapat dikatakan berada dalam pengendalian statistik (Gerald Smith, 1996, p40).
3.4.2. Variasi Penyebab Umum (Common Causes)
Variasi penyebab umum diturunkan dari proses. Ketika variasi penyebab khusus telah dieliminasi, proses dapat berjalan sebaik mungkin tanpa memerlukan adanya perubahan. Sekitar 85% dari semua masalah berkaitan dengan variasi penyebab umum. Hanya ada satu cara untuk mengurangi variasi penyebab umum, yaitu dengan membuat peningkatan pada proses manufakturing.
Perluasan dari variasi penyebab umum dapat diukur secara statistik dan dibandingkan dengan spesifikasinya, jika perbaikan dibutuhkan, tindakan pada proses perlu untuk dilakukan. Tindakan dari manajemen diperlukan untuk semua perubahan dari proses (Gerald Smith, 1996, p40).
3.5. Metode DMAIC (Define, Measure, Anaylze, Improve dan Control)
Metode DMAIC (Define, Measure, Anaylze, Improve dan Control)
merupakan salah satu penerapan six sigma, di mana metode DMAIC ini
merupakan sebuah proses untuk peningkatan yang dilakukan terus menerus, bersifat systematic, scientific and berdasarkan dengan data yang ada (fact based).
DMAIC adalah proses berulang (closed-loop process) yang bertujuan
untuk mengurangi atau menghilangkan proses produksi yang tidak produktif yang berfokus pada pengukuran yang baru dan mengaplikasikan teknologi untuk meningkatkan kualitas.
Selain DMAIC penerapan six sigma lainnya menggunakan metode
DMADV (Define, Measure, Anaylze, Design dan Verify). DMAIC digunakan
untuk meningkatakan proses bisnis yang sedang berjalan, sedangkan DMADV digunakan untuk membuat rancangan produk baru atau merancang proses baru yang hasilnya lebih baik, bisa diprediksi dan bebas cacat.
Berikut adalah penjelasan dari tahapan DMAIC:
1. Define, mendefinisikan tujuan-tujuan dalam usaha untuk meningkatkan proses
yang sesuai dengan permintaan pelanggan dan tujuan perusahaan.
2. Measure, mengukur proses produksi sekarang dan mengumpulkan data yang
dibutuhkan ke depannya untuk perbandingan.
3. Analyze, menganalisa kapabilitas proses produk kemudian mencari hubungan
sebab akibat dari faktor penyebab permasalahan yang ada.
4. Improve, meningkatkan proses berdasarkan analisis menggunakan tools yang
5. Control, mengontrol untuk menjalankan usulan-usulan yang diberikan dan
kemudian melakukan pengukuran kembali (kapabilitas proses).
Tahapan DMAIC dilakukan secara berulang dan membentuk siklus peningkatan kualitas six sigma seperti dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini.
Siklus DMAIC didasarkan dan dikembangkan pada siklus orisinil PDCA ( Plan-Do-Check-Act) yang dibuat oleh William Edward Deming.
Gambar 3.1 Siklus DMAIC
3.6. Tools yang digunakan
3.6.1. Histogram
Histogram merupakan salah satu alat yang membantu untuk menemukan
variasi. Histogram merupakan suatu gambaran dari proses yang menunjukkan
distribusi dari pengukuran dan frekuensi dari setiap pengukuran itu.
Histogram dapat digunakan sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan
informasi tentang variasi dalam proses dan membantu manajemen dalam membuat keputusan-keputusan yang berfokus pada usaha perbaikan terus-menerus (continous improvement efforts).
3.6.2. Pareto Diagram
Diagram pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah
berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh grafik batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri dan seterusnya sampai pada masalah yang paling sedikit paling terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan di sisi paling kanan.
Analisis Pareto didasarkan pada hukum 80/20, di mana 80 persen pengeluaran atau kerugian di dalam sebuah organisasi dibuat oleh hanya 20 persen masalah. Angkanya tidak selalu tepat sama 80 dan 20, tetapi efek yang ditimbulkannya seringkali sama. Pada dasarnya diagram pareto dapat digunakan
sebagai alat interpretasi untuk:
• Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya suatu masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah-masalah yang ada.
• Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui pembuatan ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan.
3.6.3. SIPOC Diagram
Dalam manajemen dan perbaikan proses, diagram SIPOC merupakan
Diagram SIPOC merupakan singkatan dari Supplier – Input – Process –
Output – Customer, yang digunakan untuk menampilkan ‘sekilas’ dari aliran
kerja. SIPOC didefinisikan sebagai berikut:
1. Supplier adalah orang atau sekelompok orang yang memberikan
informasi kunci, material atau sumber daya lain kepada proses. Supplier
dapat juga merupakan proses sebelum proses yang menjadi fokus. 2. Input adalah segala sesuatu yang diberikan pemasok kepada proses.
3. Process adalah sekumpulan langkah yang mengubah input sehingga
memberikan nilai tambah pada input.
4. Output adalah produk atau proses final, bisa berupa barang ataupun jasa
yang dihasilkan lewat suatu proses.
5. Customer adalah orang atau sekelompok orang atau proses yang
menerima output.
Seringkali ditambahkan juga persyaratan – persyaratan (requirements)
kunci dari Input dan Output sehingga membuat SIPOC menjadi SIRPORC.
Manfaat dari SIPOC adalah:
1. Melihat proses dihubungkan dengan pelanggan. 2. Menunjukkan sekumpulan aktivitas lintas fungsional.
3. Menggunakan kerangka kerja yang dapat diterapkan pada proses dengan semua ukuran, bahkan untuk organisasi secara keseluruhan.
3.6.4. Voice of Costumer (VOC)
Voice of Customer (VOC) berupa data seperti komplain, survei,
komentar, riset pasar yang mencerminkan pandangan atau kebutuhan para pelanggan sebuah perusahaan. VOC ini harus diterjemahkan ke dalam persyaratan yang dapat diukur untuk proses.
3.6.5. Project Charter
Project Charter digunakan untuk memfokuskan proyek perbaikan
terhadap sesuatu masalah yang akan diteliti atau dipecahkan. Elemen-elemen yang ada pada Project Charter adalah:
a. Business Case merupakan latar belakang permasalahan yang terjadi saat
ini dalam lingkup yang lebih global.
b. Problem Statement merupakan pernyataan masalah saat ini secara
spesifik dan terukur (specific dan measurable).
c. Goal Statement merupakan pernyataan tujuan yang akan dicapai setelah
proyek diselesaikan. Pernyataan tujuan ini haruslah spesifik, terukur, realistik dan dapat dimengerti (specific, measurable, realistic dan understandable).
d. Project Scope merupakan batasan-batasan di mana proyek perbaikan atau
pemecahan masalah yang akan difokuskan.
e. Role of Team Member merupakan daftar tugas dan tanggung jawab setiap
f. Milestone atau batas waktu yang ditetapkan pada tim proyek untuk dapat
menyelesaikan proyeknya, beserta rincian kegiatan waktu demi waktu jika diperlukan.
3.6.6. Peta Kontrol (Control Chart)
Peta kontrol pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Walter Andrew Shewhart dari Bell Telephone Laboratories, Amerika Serikat pada tahun 1924
dengan maksud untuk menghilangkan variasi tidak normal melalui pemisahan variasi yang disebabkan oleh penyebab khusus (special-causes variation) dari
variasi yang disebabkan oleh penyebab umum (common-causes variation).
Pada dasarnya semua proses menampilkan variasi, namun manajemen harus mampu mengendalikan proses dengan cara menghilangkan variasi penyebab khusus dari proses itu, sehingga variasi yang melekat pada proses hanya disebabkan oleh variasi penyebab umum.
Peta kontrol merupakan sebuah alat yang digunakan untuk melakukan pengawasan dari sebuah proses yang sedang berjalan. Nilai dari karakteristik kualitas diplot sepanjang garis vertikal dan garis horizontal mewakili sample atau subgroups (berdasarkan waktu) di mana karekteristik dari kualitas ditemukan.
Beberapa keuntungan yang bisa didapat dengan menggunakan peta kontrol, yaitu:
• Memantau proses terus-menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara statistikal dan hanya mengandung variasi penyebab umum.
• Menentukan kemampuan proses (process capability). Setelah proses
berada dalam pengendalian statistikal, batas-batas dari variasi proses dapat ditentukan dan menunjukkan kemampuan dari proses untuk memenuhi kebutuhan dari konsumen.
• Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian statistikal. Dengan demikian peta-peta kontrol digunakan untuk mencapai suatu keadaan terkendali secara statistikal, di mana semua nilai rata-rata dan
range dari sub-sub kelompok (subgroups) contoh berada dalam
batas-batas pengendalian (control limits).
Ada dua macam peta kontrol, yaitu peta kontrol untuk data variabel atau
variable control chart dan peta kontrol untuk data atribut atau attribute control chart. Data variabel sering disebut sebagai data kuantitatif dan bersifat kontinu
yang diperoleh dari hasil pengukuran, contohnya adalah diameter, berat, panjang, tinggi, lebar, volume, dll.
Sedangkan data atribut sering disebut sebagai data kualitatif dan bersifat diskrit yang diperoleh dengan pengelompokkan atau perhitungan, contohnya adalah warna, kebersihan, penampilan, dll. Berikut adalah penjelasannya:
Gambar 3.2 Penggunaan Peta Kontrol
1. Peta Kontrol Untuk Data Variabel.
- Peta Kontrol x dan R digunakan untuk memantau proses yang mempunyai karakteristik berdimensi kontinu, yang menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam ukuran titik pusat (central tendency) atau rata-rata dari suatu proses.
- Peta kontrol x dan MR diterapkan pada proses yang menghasilkan output yang relatif homogen, pada proses produksi yang sangat lama dan menggunakan 100% inspeksi.
2. Peta Kontrol Untuk Data Atribut.
- Peta kontrol p digunakan untuk mengukur proporsi ketidaksesuaian (penyimpangan atau sering disebut cacat) dari item-item dalam
kelompok yang sedang diinspeksi.
- Peta kontrol np merupakan peta kontrol yang hampir sama dengan peta kontrol p, kecuali bahwa dalam peta kontrol np tidak terjadi perubahan skala pengukuran (n=tetap).
- Peta kontrol c diterapkan pada titik spesifik yang tidak memenuhi syarat dalam produk itu sehingga suatu produk dapat saja dianggap memenuhi syarat meskipun mengandung satu atau beberapa titik spesifik yang cacat.
- Peta kontrol u digunakan untuk mengukur banyaknya ketidaksesuaian dalam periode pengamatan tertentu yang mungkin memiliki ukuran contoh atau banyaknya item yang diperiksa.
3.6.7. Kapabilitas Proses 3.6.7.1. Kapabilitas
Kapabilitas adalah kemampuan dari proses dalam menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi. Jika proses memiliki kapabilitas yang baik, proses itu akan menghasilkan produk yang berada dalam batas-batas spesifikasi.
Sebaliknya apabila proses memiliki kapabiltias yang jelek, proses itu akan menghasilkan banyak produk yang berada di luar batas-batas spesifikasi, sehingga menimbulkan kerugian karena banyak poduk akan ditolak. Apabila ditemukan banyak produk yang ditolak atau terdapat banyak scrap, hal itu menunjukkan bahwa proses produksi
3.6.7.2. Pengertian Kapabilitas Proses
Kapabilitas proses mewakili performa dari sebuah proses dalam kondisi pengendalian secara statistik. Kapabilitas proses ditentukan oleh total dari variasi yang ada karena penyebab-penyebab umum yang ada dalam sistem.
Analisis kapabilitas proses adalah ilmu teknik yang digunakan untuk memperkirakan kapabilitas proses, yang meliputi perkiraan nilai
mean dan standard deviasi dari karakteristik kualitas sebuah proses.
Fungsi utama dari analisis kapabilitas proses adalah untuk menentukan seberapa baik pengukuran yang telah dilakukan ketika dibandingkan dengan spesifikasi.
3.6.7.3. Indeks Kapabilitas
Ada dua versi dari indeks kapabilitas proses yaitu:
1. 6σ LSL USL p C = −
Ketika Cp digunakan, nilainya akan dibandingkan terhadap nilai tertentu yang diinginkan. Nilai Cp yang berada di bawah 1 berarti toleransinya lebih kecil dari penyebaran pengukuran 6σ dan ada sample pada populasi yang berada di luar batas
2. ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − = 3σ LSL μ , 3σ μ -USL minimum pk C
Bila nilai Cp dibandingkan dengan keseluruhan toleransi 6σ dan mengindikasikan seberapa baik sebuah proses, maka Cpk membandingkan yang terburuk sebagian dari distribusi dengan
3σ.
Kriteria (rule of thumb) dari indeks kapabilitas adalah:
1. Cp > 1,33, maka kapabilitas proses dianggap baik (capable).
2. 1,00 < Cp < 1,33, maka kapabilitas proses dianggap baik namun perlu pengendalian ketat apabila Cp telah mendekati 1,00 (capable with tight control as Cp approaches 1,00).
3. Cp < 1,00, maka kapabilitas proses dianggap tidak baik/rendah
(not capable), sehingga perlu ditingkatkan performansinya
melalui perbaikan proses itu.
3.6.7.4. Keuntungan Analisis Kapabilitas Proses
Keuntungan dari analisis kapabilitas proses menurut Amitava Mitra (1998, p294), yaitu:
1. Pengurangan total biaya.
Ini terjadi karena biaya kegagalan internal dan eksternal
diturunkan. Dengan secara teratur mengawasi parameter dari
proses, akan lebih sedikit produk yang tidak sesuai standard diproduksi (nonconforming products).
2. Keseragaman dari output.
Dengan menggunakan kapabilitas proses dan melakukan penyesuaian yang diperlukan pada parameter proses, variabilitas
dapat lebih dikendalikan, segala bentuk yang tidak diinginkan dari pendistribusian karakteristik kualitas dievaluasi dan perubahan pada parameter proses dapat dilakukan lebih cepat.
3. Peningkatan atau pemeliharaan kualitas.
Analisis kapabilitas proses mengindikasikan apakah diperlukan peralatan yang baru atau tidak. Setelah perubahan ini terjadi maka kapabilitas yang baru dapat ditentukan.
4. Memfasilitasi desain produk dan proses.
Informasi yang diperoleh dari analisis kapabilitas proses memberikan umpan balik yang penting dari bagian manufaktur untuk desain. Ini sangat penting karena perancang produk harus waspada terhadap variasi yang muncul secara permanen.
5. Membantu dalam pemilihan dan pengendalian vendor.
Perusahaan dapat meminta kepada vendor mereka untuk
melakukan pelaporan mengenai informasi process capability
3.6.8. Diagram Sebab Akibat (Cause and Effect Diagram)
Diagram sebab akibat diperkenalkan pertama kali oleh Kaoru Ishikawa,
Ph.D. pada tahun 1943 dan sering juga disebut sebagai diagram Ishikawa, karena
bentuknya seperti kerangka ikan, diagram sebab akibat ini sering juga disebut
sebagai Diagram Tulang Ikan (fishbone diagram).
Diagram sebab akibat digunakan untuk menyelidiki atau mempelajari
sebab-sebab kesalahan/kegagalan yang digunakan untuk tindakan perbaikan. Dengan cara ini, dapat diketahui penyebab apa yang mengakibatkan masalah yang paling serius
Diagram sebab akibat berkaitan dengan pengendalian proses statistikal,
di mana dapat diidentifikasi penyebab suatu proses out of control. Sebaliknya bila
proses stabil, dapat digunakan untuk memberikan petunjuk pada penyebab untuk diteliti lebih lanjut sehingga meningkatkan proses.
Diagram sebab akibat digunakan untuk kebutuhan – kebutuhan sebagai
berikut:
- Menganalisis kondisi aktual yang bertujuan untuk memperbaiki / meningkatkan kualitas barang atau jasa, memanfaatkan sumber daya secara efisien dan meminimasi biaya.
- Mengeliminasi / menghilangkan hal-hal yang menyebabkan produk cacat dan ketidakpuasan pelanggan.
- Membuat standard dari operasi yang ada dan yang akan diusulkan.
- Mendidik dan melatih personil yang ada dalam membuat keputusan dan dalam membuat perbaikan.
3.6.9. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
FMEA adalah sebuah metodologi yang digunakan untuk menganalisa dan menemukan semua kegagalan-kegagalan yang potensial terjadi pada suatu sistem, menemukan efek-efek dari kegagalan yang terjadi pada sistem dan kemudian mencari cara bagaimana untuk memperbaiki atau mengurangi kegagalan-kegagalan atau efek-efeknya pada sistem.
Perbaikan dan pengurangan yang dilakukan biasanya berdasarkan pada sebuah ranking dari severity dan probability dari kegagalan. Beberapa keuntungan
dari FMEA adalah:
Membantu desainer untuk mengidentifikasi dan mengeliminasi atau mengendalikan cara kegagalan yang membahayakan serta mengurangi kerusakan terhadap sistem dan penggunanya.
Meningkatnya keakuratan dari perkiraan terhadap peluang dari kegagalan yang akan dikembangkan.
Realibilitas dari produk akan meningkat, karena waktu untuk melakukan desain akan dikurangi berkaitan dengan melakukan identifikasi dan perbaikan dari masalah-masalah.
Gambar 3.3 Contoh FMEA
Definisi serta pengurutan/pemberian ranking dari berbagai terminologi dalam
FMEA adalah sebagai berikut:
1. Mode Kegagalan Potensial (Potential Failure Mode – Quality Risk)
adalah kegagalan atau kecacatan dalam desain yang menyebabkan sistem itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Penyebab Potensial dari Kegagalan (Potential Effect of Failure) adalah
kelemahan-kelemahan desain dan perubahan dalam variabel yang akan mempengaruhi proses dan menghasilkan kecacatan produk.
3. Severity (S) adalah suatu perkiraan subyektif atau estimasi tentang tingkat
parahnya kerusakan atau bagaimana buruknya pengguna akhir akan merasakan akibat dari kegagalan tersebut. Berikut adalah kriteria dari
Tabel 3.1 Kriteria Severity
Effect Criteria ( Severity of Effect) Rank
Berbahaya, tanpa peringatan
Memungkinkan untuk membahayakan mesin atau operator, ranking sangat tinggi apabila berhubungan dengan penggunaan kendaraan secara aman atau tidak sesuai dengan peraturan pemerintah. Kegagalan akan timbul tanpa peringatan
10
Berbahaya, dengan peringatan
Memungkinkan untuk membahayakan mesin atau operator, ranking sangat tinggi apabila berhubungan dengan penggunaan kendaraan secara aman atau tidak sesuai dengan peraturan pemerintah. Kegagalan akan timbul dengan adanya peringatan
9
Sangat tinggi
Gangguan utama pada lini produksi, semua hasil produksi (100%) harus dibuang, produk kehilangan fungsi utama. Konsumen sangat
tidak puas. 8
Tinggi
Gangguan minor pada lini produksi, produksi harus dipilih dan sebagian besar produk (dibawah 100%) harus dibuang, fungsi
produk menurun. Konsumen tidak puas. 7
Sedang Gangguan minor pada lini produksi, sebagian kecil produk harus dibuang, produk dapat digunakan, namun kenyamanan terganggu. Konsumen kurang puas
6
Rendah Gangguan minor pada lini produksi, 100% produk mungkin harus di-rework. Produk dapat digunakan namun kemampuan rendah.
Konsumen merasa sedikit kecewa
5
Sangat Rendah
Gangguan minor pada lini produksi, produk jadi harus dipilah – pilih dan sebagian kecil harus di-rework. Ketidaksesuaian produk
kecil, kerusakan dapat dideteksi oleh kebanyakan konsumen
4
Minor
Sebagian kecil produk harus di-rework, namun dilakukan di lini
produksi dan di luar stasiun kerja, kerusakan diketahui oleh sebagian besar konsumen.
3
Sangat Minor
Sebagian kecil produk harus di-rework, namun dilakukan di lini
produksi dan di dalam stasiun kerja, kerusakan diketahui oleh sangat sedikit konsumen.
2
Tidak ada Tidak ada Efek 1
4. Occurence (O) adalah suatu perkiraan mengenai kemungkinan dari
penyebab yang akan terjadi dan menghasilkan modus kegagalan yang menyebabkan akibat tertentu. Tabel 3.2 menunjukkan skala rating occurrence.
Tabel 3.2 Kriteria Occurrence
Probability Of Failure Possible
Failure rate Cpk Rank
>=1 dari 2 < 0,33 10 Sangat Tinggi : Kegagalan hampir tak dapat
dihindari 1 dari 3 >= 0,33 9
1 dari 8 >= 0,51 8 Tinggi: Kegagalan sangat mirip dengan
beberapa kegagalan sebelumnya yang memang
sering sekali gagal 1 dari 20 >= 0,67 7
1 dari 80 >= 0,83 6 1 dari 400 >=1,00 5 Sedang: Dapat dikaitkan dengan kegagalan
sebelumnya yang sering terjadi, namun tidak
dalam proporsi besar 1 dari 2000 >=1,17 4
Rendah: Kegagalan yang terisolasi dan dapat diasosiasikan dengan beberapa proses yang serupa
1 dari 15000 >= 1,33 3 Sangat Rendah: Hanya kegagalan - kegagalan
terisolasi yang serupa dengan proses yang
identik. 1 dari 150000 >= 1,50 2
Sangat kecil: Kegagalan hampir tidak mungkin, belum pernah terjadi kegagalan serupa di proses lain yang identik
<=1 dari
1500000 >= 1,67 1
5. Detection (D) adalah perkiraan subyektif tentang kemungkinan untuk
mendeteksi penyebab dari kegagalan yang ada sebelum produk tersebut keluar dari proses produksi. Untuk dapat menentukan angka Detection
dapat dilihat pada Tabel 3.4.
6. Risk Priority Number (RPN) merupakan hasil perkalian antara rating
severity, detection dan rating occurance dengan rumus:
RPN = (S) x (O) x (D).
Nilai ini harus digunakan untuk mengurutkan perhatian yang harus diberikan pada proses tersebut. Untuk RPN yang besar, team harus
mampu menurunkan nilai resiko, umumnya perhatian tertinggi harus diberikan pada Severity (S) tertinggi.
Tabel 3.3 Kriteria Detection
Detection
Kriteria: Keberadaan dari cacat dapat dideteksi oleh kontrol proses sebelum koponen atau hasil produksi
lolos ke proses selanjutnya.
Rank
Hampir tidak
mungkin Tidak ada kontrol yang tersedia untuk jenis kegagalan ini 10 Sangat kecil
kemungkinannya
Sangat tidak mungkin untuk kontrol yang ada dapat
mendeteksi kegagalan ini 9
Kecil
kemungkinannya
Tidak mungkin kontrol yang ada tidak dapat mendeteksi
kegagalan yang ada 8
Sangat rendah Sangat rendah kemungkinan untuk kontrol yang ada dapat mendeteksi kegagalan ini 7 Rendah Rendah kemungkinan untuk kontrol yang ada dapat
mendeteksi kegagalan ini 6
Sedang Ada kemungkinan untuk kontrol yang ada dapat mendeteksi kegagalan ini 5 Agak tinggi Cukup kemungkinan untuk kontrol yang ada dapat
mendeteksi kegagalan ini 4
Tinggi Mungkin untuk kontrol yang ada dapat mendeteksi kegagalan ini 3 Sangat tinggi Sangat mungkin untuk kontrol yang ada dapat mendeteksi
kegagalan ini 2
Hampir pasti terdeteksi
Hampir pasti kontrol yang ada dapat menangkap kegagalan proses seperti ini, karena sudah diketahui dari proses yang serupa.
1
7. Recommended Action adalah satu atau lebih tindakan yang dibuat
untuk mengatasi permasalahan dan meningkatkan Risk Priority Number (RPN).
3.7. Sistem
Menurut James A. O’Brien. (2003, p8), sistem adalah integrasi dari komponen-komponen yang saling bekerja sama untuk mencapai satu tujuan dengan merubah input
menjadi output melalui proses perubahan. Sistem juga dapat diartikan sebagai kumpulan
komponen yang saling berinteraksi dengan tujuan tertentu.
Dari pengertian ini, dapat diketahui karakteristik sistem yaitu harus terdiri dari dua atau lebih item, komponen dari sistem merupakan item yang tidak dapat menjadi sistem yang lebih kecil atau item merupakan bentuk dasar/komponen yang berbentuk sistem kecil, komponen-komponen dari sistem beroperasi dengan suatu hubungan tertentu di antaranya, dan sistem harus mempunyai tujuan.
Hirarki dari sistem menunjukkan semua sistem terdiri dari sub sistem karena sistem terdapat dalam sebuah sistem lain yang lebih besar. Misalnya, sekolah merupakan suatu sistem yang berada dalam sistem pendidikan nasional dimana dalam sistem sekolah terdapat sistem yang lebih kecil seperti sistem pengajaran dan sistem absensi. Interaksi dan koneksi antar sub sistem disebut interface. Pada umumnya sistem dibagi ke
dalam tiga bagian yaitu input, proses, dan output. Ketiga bagian ini dikelilingi oleh
lingkungan sekitarnya dan juga mekanisme feedback. Dasar dari sistem adalah:
a. Input.
Meliputi pengumpulan data baik dari dalam maupun dari luar organisasi yang akan digunakan dalam proses sistem informasi. Contohnya adalah raw materials, data dan energi.
b. Process.
Meliputi proses transformasi (perubahan) yang merubah input menjadi output
sehingga menjadi berguna bagi user. Contohnya adalah proses manufaktur,
perhitungan matematika. c. Output.
Merupakan proses untuk melakukan penyebaran informasi dan elemen-elemen kepada orang atau kegiatan yang membutuhkannya. Contohnya adalah barang jadi yang nantinya dikirimkan ke konsumen.
d. Feedback.
Feedback adalah aliran informasi dari komponen output kepada pengambil
keputusan mengenai output sistem atau kinerja dari sistem. Pengambil keputusan
membandingkan output dengan yang ditargetkan kemudian menyesuaikan input
dan proses sehingga sistem dapat menghasilkan output yang mendekati target.
e. Lingkungan
Lingkungan (environment) terdiri dari beberapa elemen yang berada diluar sistem
dan bukan merupakan input, output, atau proses.
Suatu elemen dikatakan berada dalam lingkungan jika dan hanya jika elemen mempengaruhi tujuan sistem dan pengambil keputusan tidak dapat memanipulasi elemen. Elemen lingkungan dapat berupa bidang ekonomi, fiskal, legal, politik, dan sosial.
Gambar 3.4 Struktur Sistem
3.8. Informasi
Menurut James A. O’Brien (2003), informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan berarti bagi yang menggunakannya (end users).
Informasi sangat dibutuhkan karena informasi merupakan suatu dasar dalam mengambil keputusan dalam perusahaan.
3.9. Sistem Informasi
Sistem informasi adalah sistem yang bertujuan untuk menyimpan, memproses dan mengkomunikasikan informasi. Sistem informasi menerima input dan memproses data
untuk menyediakan informasi bagi pengambil keputusan dan membantu pengambil keputusan mengkomunikasikan hasil putusannya.
Sistem Informasi membantu tingkat manajemen organisasi dengan menyediakan informasi yang berguna di dalam pengambilan keputusan organisasi baik pada tingkat perencanaan strategis, perencanaan manajemen maupun perencanaan operasi untuk mencapai tujuan organisasi.
3.10. Unified Modelling Language (UML)
3.10.1. Sejarah UML
Unified Modeling Language (UML) dikembangkan dengan tujuan untuk
menyederhanakan dan mengkonsolidasikan sejumlah besar metode pengembangan object oriented yang muncul. Metode pengembangan untuk bahasa
pemrograman tradisional muncul pada tahun 1970 an dan menjadi menyebar pada tahun 1980 an. Yang paling terkenal diantaranya adalah structured analysis and structured design.
Pendekatan analisa dan rancangan dengan menggunakan metode Object
Oriented mulai diperkenalkan sekitar pertengahan 1970 hingga akhir 1980
dikarenakan pada saat itu aplikasi software sudah meningkat dan mulai kompleks.
Jumlah yang menggunakan metode OO mulai diuji coba dan diaplikasikan antara 1989 hingga 1994 , seperti halnya oleh Grady Booch dari Rational Software Co.
yang dikenal dengan OOSE (Object-Oriented Software Engineering), serta James
Rumbaugh dari General Electric, dikenal dengan OMT (Object Modelling Technique).
Kelemahan saat itu mulai disadari oleh Booch maupun Rumbaugh, ketika mereka bertemu rekan lainnya, Ivar Jacobson dari Objectory. Kelemahannya
adalah tidak adanya standar penggunaan model yang berbasis OO, sehingga mereka mulai mendiskusikan untuk mengadopsi masing-masing pendekatan metoda OO untuk membuat suatu model bahasa yang seragam, yaitu Unified Modeling Language (UML) dan dapat digunakan oleh seluruh dunia.
Gambar 3.5 Terbentuknya Unified Modelling Language (UML) Sumber: Dharwiyanti, Wahono, http://ikc.tuxed.org/umum/yanti-uml.php/
Ada beberapa usaha awal untuk menyatukan konsep diantara berbagai metode yang muncul. Salah satunya adalah penyatuan yang dilakukan oleh Coleman dan koleganya yang memasukkan konsep dari OMT, Booch (Booch – 91), dan CRC. Dimana usaha tersebut tidak melibatkan pencetus yang aslinya, hasilnya dianggap sebagai sebuah metode baru yang menggantikan beberapa metode yang lain.
Pada tahun 1996 Object Management Group (OMG) memunculkan
permintaan untuk proposal untuk sebuah pendekatan yang standar untuk object
oriented modelling Pencetus UML Grady Booch, Ivar Jacobson dan James
Rumbaugh mulai bekerja dengan para metodologis dan pengembang dari perusahaan lain untuk membuat sebuah proposal yang menarik bagi anggota OMG agar modeling languange dapat diterima oleh para pencetus, metodologis,
dan pengembang. Akhirnya proposal diserahkan ke OMG pada September 1997. Hasil akhirnya adalah kolaborasi dari banyak orang, dan pada November 1997 dibuat sebuah standardnya (UML – 98). UML adalah standar dunia yang dibuat oleh Object Management Group (OMG), sebuah badan yang bertugas
mengeluarkan standar-standar teknologi object oriented dan software component.
3.10.2. Konsep Bahasa UML
Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah "bahasa" yg telah
menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak (software). UML menawarkan sebuah
standar untuk merancang model sebuah sistem. Dengan menggunakan UML dapat dibuat model untuk semua jenis aplikasi piranti lunak, dimana aplikasi tersebut dapat berjalan pada piranti keras, sistem operasi dan jaringan apapun, serta ditulis dalam bahasa pemrograman apapun.
Tetapi karena UML juga menggunakan class dan operation dalam konsep
dasarnya, maka ia lebih cocok untuk penulisan piranti lunak dalam bahasa-bahasa berorientasi objek seperti C++, Java, C# atau VB.NET. Walaupun demikian, UML tetap dapat digunakan untuk modeling aplikasi prosedural dalam VB atau C.
Seperti bahasa-bahasa lainnya, UML mendefinisikan notasi dan
syntax/semantik. Notasi UML merupakan sekumpulan bentuk khusus untuk
menggambarkan berbagai diagram piranti lunak. Setiap bentuk memiliki makna
tertentu, dan UML syntax mendefinisikan bagaimana bentuk-bentuk tersebut dapat
dikombinasikan. Notasi UML terutama diturunkan dari 3 notasi yang telah ada sebelumnya: Grady Booch OOD (Object-Oriented Design), Jim Rumbaugh OMT (Object Modeling Technique), dan Ivar Jacobson OOSE (Object-Oriented Software Engineering).
3.10.3. Kegunaan UML
UML diperuntukan untuk pemakaian sistem software yang intensif. Ada banyak tujuan dibelakang pengembangan dari UML, yang paling pertama dan penting adalah agar dapat digunakan oleh semua pengembang atau modelers dan
tujuan akhir dari UML adalah untuk menjadi sesederhana mungkin selama masih memenuhi kebutuhan untuk melakukan modeling pada sistem yang akan
3.11. Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Menurut Lars Mathiassen (2000, pp3-4), OOAD merupakan metode untuk menganalisa dan merancang suatu sistem informasi dengan menggunakan objek dan
class sebagai konsep dasarnya. Analisis di sini adalah kegiatan melakukan investigasi
terhadap masalah yang ada, desain adalah solusi logis dari permasalahan yang ada dan implementasi adalah penerapannya.
Metode ini digunakan dalam hal analisis dan desain sistem, menyediakan pandangan yang terintegrasi antara software dengan hardware dan menyediakan
metodologi untuk melakukan pengembangan sistem.
3.11.1. Karakteristik Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Encapsulation, Inheritance dan Polymorphism merupakan karakteristik
pemrograman berbasis objek, di mana sebuah pemrograman berbasiskan objek harus memenuhi kriteria tersebut. Berikut adalah pengertian dari masing – masing kriteria tersebut :
1. Encapsulation dalam OOAD adalah pengelompokan funsgi atau
menyembunyikan cara pengimplementasian suatu benda dari pengguna, sehingga pengguna hanya tergantung dan berhubungan dengan interface
luarnya saja. Ini akan memungkinkan pengguna untuk mengoperasikan suatu sistem tanpa harus mengetahui cara/mekanisme implementasi dari antarmukanya.
2. Inheritance merupakan kemampuan objek untuk menurunkan sifat,
metode, atribut, dan variabel yang dimiliki oleh class dasarnya tanpa
menggunakan banyak kode program, serta dapat ditambahkan metode, atribut, dan variabel baru.
3. Polymorphism merupakan kemampuan untuk mendefinisikan beberapa
class dengan fungsi yang berbeda, namun memiliki nama metode dan properti yang identik dan dapat digunakan secara bergantian pada saat program dijalankan.
3.11.2. Keuntungan Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Menurut Lars Mathiassen Mathiassen (2000, pp5-6) keuntungan menggunakan OOAD di antaranya adalah:
1. Merupakan konsep umum yang dapat digunakan untuk memodelkan hampir semua fenomena dan dapat dinyatakan dalam bahasa yang umum. 2. OOAD memberikan informasi yang jelas mengenai context sistem.
3. Dapat menangani data yang seragam dalam jumlah yang besar dan mendistribusikannya ke seluruh bagian organisasi.
4. Berhubungan erat dengan analisa berorientasi objek, perancangan berorientasi objek, user interface berorientasi objek, dan pemrograman
3.12. Aktivitas Utama Object Oriented Analysis and Design (OOAD)
Sistem secara nyata mempunyai beberapa komponen di dalamnya. Arsitektur dari komponen sistem merefleksikan konteks dari sistem. Berikut adalah Gambaran
mengenai konteks dari sistem dan arsitektur dari sistem yang ditunjukkan oleh Gambar 3.6 dan 3.7.
Gambar 3.6 System Context
Gambar 3.7 System Architecture
Aktivitas di dalam OOAD terdiri dari 4 aktivitas utama, problem domain analysis, application domain analysis, architectural design dan component design. Keempat
aktivitas ini merupakan aktivitas analisis dan perancangan pada daur hidup dalam pengembangan sistem.
Sebelum aktivitas analisis dan desain dilakukan, aktivitas preliminary analysis
dilakukan pada daur hidup pengembangan sistem dalam bentuk system choice Gambar
3.8 di bawah ini akan menjelaskan aktivitas OOAD yang menunjukkan berbagai aktivitas tersebut serta hubungannya.
Gambar 3.8 Aktivitas-Aktivitas dalam OOAD
3.12.1. System Choice
Awal dari suatu proyek pengembangan sistem informasi adalah pengumpulan ide yang berbeda-beda mengenai sistem yang diinginkan. System choice ini dapat
dilakukan dengan terlebih dahulu mendeskripsikan sistem yang akan dibuat. Dalam pembuatan sistem ini perlu dilakukan pengamatan terhadap kondisi situasi yang terkait dan orang-orang yang berhubungan. Sistem yang diinginkan dapat dibuat dalam bentuk narasi ataupun gambar. Apabila sistem ingin dibuat dalam narasi maka digunakan
system definition, sedangkan bila dalam bentuk gambar maka sistem digambarkan dalam
bentuk rich picture. Rich picture adalah sebuah gambaran informal yang digunakan oleh
pengembang sistem untuk menyatakan pemahaman mereka terhadap situasi dari sistem yang sedang berlangsung.
Selain itu dilakukan pengujian dengan menganalisa 6 kriteria yang sering disingkat menjadi FACTOR. Keenam elemen tersebut adalah functionality, application domain, conditions, technology, objects serta responsiliility. FACTOR dapat juga
menjadi kriteria yang dapat memberikan penilaian kepuasan dari system definition.
3.12.2. Problem Domain Analysis
Tujuan dari problem domain analysis adalah untuk mengidentifikasi dan
menjelaskan tujuan dari sistem. Aktivitas yang dilakukan dalam problem domain analysis ini adalah aktivitas mendefinisikan classes, stucture dan behavior.
3.12.2.1. Classes
Aktivitas dalam mendefinisikan classes ini bertujuan untuk mencari
bagian-bagian yang terdapat dalam problem domain, yaitu objects, classes dan events.
Object adalah suatu entity yang mempunyai identitas, state dan behavior. Identity dari object adalah property yang memisahkannya dari object -object lainnya, di mana semua object memiliki identitas supaya dapat dibedakan
antara satu object dengan object lainnya. State dari object terdiri dari atribut yang
bersifat statis dan dinamis. Behavior dari object merupakan rangkaian dari event
baik secara aktif atau pasif dilakukan oleh object selama masa hidupnya.
Menurut Lars Mathiassen (2000, p53), class deskripsi dari kumpulan object yang mempunyai struktur, behavior pattern dan attribute yang sama. Event adalah kejadian yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih object.
Mengacu pada Mathiassen (2000, p49) aktivitas ini akan menghasilkan
event table, di mana dalam tabel ini dimensi horizontal berisi kelas-kelas yang
terpilih sedangkan dimensi vertical berisi event-event terpilih dan tanda cek
digunakan untuk mengidentifikasikan objek-objek dari kelas yng berhubungan dalam event tertentu. Seperti yang terlihat pada Tabel 3.4 di bawah ini.
Tabel 3.4 Contoh Event Table
Class
Event
Customer Assistant Apprentice Appoinment Plan
Reserved v v v v Cancelled v v v Treated v v Employed v v Resigned v v Graduated v Agreed v v v 3.12.2.2. Structure
Aktivitas ini bertujuan untuk membuat model dengan didasarkan pada hubungan struktural antara class dan object. Setelah mengetahui class dan object
yang ada, event table dapat dibuat untuk menggambarkan hubungan struktural
antara class dan object tersebut. Lalu, struktur antara class dan object dapat
digambarkan lewat Class Diagram.
Class diagram menggambarkan sekumpulan class, interface,
collaboration dan relasi-relasinya. Class diagram juga menunjukkan atribut dan
dari problem domain yang menggambarkan seluruh hubungan struktural antara
class dan object yang terdapat di dalam model sistem yang telah ditetapkan.
Terdapat dua jenis hubungan struktural yang dapat menggambarkan hubungan antar object, yaitu aggregation dan association. Berikut adalah
penjelasannya:
a. Aggregation.
Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih object yang
menyatakan bahwa salah satu object adalah dasarnya dan
mendefinisikan bagian yang lainnya.
Gambar 3.9 Contoh Aggregation Structure
b. Association.
Menggambarkan hubungan antara dua atau lebih object tapi berbeda
dengan aggregation di mana object yang tergabung tidak didefinisikan
sebagai property dari sebuah object. Umumnya association
Gambar 3.10 Contoh Assocation Structure
Untuk class dapat digambarkan dua jenis hubungan, yaitu generalization dan cluster. Berikut adalah penjelasannya:
a. Generalization.
Merupakan hubungan antara 2 atau lebih kelas yang lebih khusus (sub class) dengan sebuah kelas yang lebih umum (super class), di mana
hubungan spesialiasi tersebut dinyatakan dengan rumus “is-a”.
Gambar 3.11 Contoh Generalization Structure
b. Cluster.
Cluster adalah kumpulan kelas yang saling berhubungan yang
membantu memperoleh dan menyediakan ringkasan problem domain.
Cluster menggambarkan hubungan sebuah kumpulan dari class yang
Gambar 3.12 Contoh Cluster Structure
3.12.2.3. Behavior
Behavior merupakan sekumpulan dari event dalam urutan yang tidak
teratur yang melibatkan sebuah object. Behavior perlu dibuat untuk semua class
dan dapat dibuat dengan membuat event trace sebelumnya. Event trace adalah
urut-urutan event yang meliputi suatu object tertentu. Sedangkan behavioral pattern adalah penjelasan dari event trace untuk seluruh object dalam sebuah class, yang ditampilkan dalam bentuk state chart diagram.
Statechart diagram menunjukkan state-state yang mungkin dijalankan
oleh sebuah object dan bagaimana stateobject tersebut menjalankannya berubah
sebagai hasil dari event-event yang mencapai object tersebut. Berikut adalah
contoh dari state chart diagram yang ditunjukkan pada Gambar 3.13 di bawah
Gambar 3.13 Contoh Statechart Diagram
3.12.3. Application Domain Analysis
Application domain merupakan organisasi yang mengatur, mengawasi, atau
mengendalikan problem domain. Application domain analysis bertujuan untuk
menentukan kebutuhan pengguna sistem dan mendefinisikan fungsi dan interface dari
sistem. Aktivitas yang dilakukan dalam application domain analysis ini adalah aktivitas
mendefinisikan usage, function dan interface.
3.12.3.1. Usage
Usage didefinisikan untuk menentukan bagaimana aktor berinteraksi
dengan sistem. Actor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi
dengan target sistem. Hasil dari usage adalah use case. Use case merupakan
interaksi antara sistem dengan actor di dalam application domain. Hasil dari
aktivitas usage ini adalah deskripsi dari semua use case dan actor dalam bentuk use case specification dan actor specification.
Use case specifications akan menjelaskan bagaimana use case itu
bekerja, dan juga objek dan fungsi apa saja yang berhubungan langsung dengan
use case tersebut, sedangkan actor spesification akan menjelaskan bagaimana
cara actor berinteraksi dengan sistem.
Penggambaran hubungan antara actor dan use case dapat digambarkan
lewat use case diagram ataupun dalam bentuk actor table. Use case diagram
menggambarkan interaksi antara sistem dan user. Selain itu Use Case Diagram
mendeskripsikan secara grafis hubungan antara actors dan use case. Berikut
adalah contoh dari use case diagram yang ditunjukkan pada Gambar 3.14 di
bawah ini.
Setelah use case diagram digambarkan, maka tahap selanjutnya adalah
penggambaran sequence diagram. Menurut Simon Bennett (2006, p253)
sequence diagram menunjukkan interaksi antar objek yang diatur berdasarkan
urutan waktu. Sequence diagram dapat digambarkan dalam berbagai level of detail yang berbeda untuk memenuhi tujuan yang berbeda-beda pula dalam daur
hidup pengembangan sistem. Simon Bennett menyatakan bahwa setiap sequence diagram harus diberikan frame dengan menggunakan notasi sd yang merupakan
kependekan dari sequence diagram. Selain itu juga terdapat beberapa notasi
penulisan heading pada setiap frame yang terdapat dalam sequence diagram,
yaitu:
a. alt
Notasi ini merupakan kependekan dari alternatives yang menyatakan
bahwa terdapat beberapa buah alternatif jalur eksekusi untuk dijalankan.
b. opt
Notasi opt merupakan kependekan dari optional dimana frame yang
memiliki heading ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika
syarat tertentu dipenuhi. c. loop
Notasi loop menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame
d. break
Notasi ini menyatakan bahwa semua operation yang berada setelah frame tersebut tidak dijalankan.
e. par
Notasi par merupakan kependekan dari parallel yang mengindikasikan
bahwa operation dalam frame tersebut dapat dijalankan secara
bersamaan. f. seq
Notasi ini merupakan kependekan dari weak sequencing yang berarti operation yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada
urutan manapun. g. strict
Notasi strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang
menyatakan bahwa operation harus dilakukan secara berurutan.
h. neg
Notasi neg merupakan kependekan dari negative yang
mendeskripsikan operasi yang tidak valid.
i. critical
Frame yang memiliki heading critical menyatakan bahwa
operasi-operasi yang terdapat di dalamnya tidak memiliki sela yang kosong. j. ignore
Notasi ini mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang dikirimkan dapat diabaikan dalam interaksi.
k. consider
Consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan dalam interaksi.
l. assert
Merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan urutan pesan
yang valid.
m. ref
Notasi ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa
frame mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada
sebuah sequence diagram tertentu.
Campaign Manager :Client getName()
listCampaigns()
:Campaign
getCampaignDetails()
:Advert
loop [for all client’s campaigns]
loop [for all campaign’s adverts] checkCampaignBudget
getCost sd Check campaign budget
3.12.3.2. Function
Function didefinisikan untuk mengetahui apa yang dapat dilakukan
sistem untuk membantu actor. Function adalah fasilitas yang membuat suatu
model bermanfaat bagi actor. Sebuah fungsi akan diaktifkan, dieksekusi dan
akhirnya memberikan hasil, di mana eksekusi yang dilakukan terhadap fungsi dapat merubah perubahan di problem domain dan application domain.
Ada 4 tipe dari fungsi yaitu update, signal, read dan compute yang
ditunjukkan pada Gambar 3.15. Penjelasan dari empat tipe function dijelaskan di
bawah ini:
a. Update.
Function ini disebabkan oleh event problem domain dan menghasilkan
perubahan dalam state atau keadaan dari model tersebut.
b. Signal.
Function ini disebabkan oleh perubahan keadaan atau state dari model
yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks. Reaksi ini dapat berupa tampilan bagi actor dalam application domain atau intervensi langsung
dari problem domain.
c. Read.
Function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan
actor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang
d. Compute.
Function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan
actor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang
disediakan oleh actor atau model, hasil dari function adalah tampilan
dari hasil komputasi.
Hasil dari aktivitas function adalah daftar dari function atau function list yang merinci function-function yang kompleks. Function list dibuat
berdasarkan dari use case description. Kompleksitas dari function list dimulai
dari yang simple sampai yang verycomplex.
Gambar 3.16 Function
3.12.3.3. Interface
Interface adalah suatu fasilitas yang membuat model dan function
dapat berinteraksi dengan actor. Interface menghubungkan sistem dengan semua
aktor yang berhubungan dalam konteks. Interface digunakan oleh actor untuk
Kegiatan analisis user interface ini berdasarkan pada hasil dari kegiatan analisis lainnya yaitu model problem domain, kebutuhan functional dan use case. Interface terdiri dari user interface dan system interface. Hasil dari aktivitas ini
adalah sebuah deskripsi elemen-elemen user interface dan elemen-elemen system
interface yang ditunjukkan lewat pembuatan tampilan (form), navigation
diagram dan lainnya.
Menurut Lars Mathiassen (2000, p344), Navigation Diagram
merupakan statechart diagram khusus yang berfokus pada user interface.
Diagram ini menunjukkan window-window dan transisi diantara window-window
tersebut. Sebuah window dapat digambarkan sebagai sebuah state. State ini
memiliki nama dan berisi gambar miniatur window. Transisi antar state dipicu
oleh ditekannya sebuah tombol yang menghubungkan dua window.
3.12.4. Architectural Design
Architectural design berfungsi sebagai kerangka kerja dalam aktivitas
pengembangan sistem dan menghasilkan struktur komponen dan proses sistem, yang bertujuan untuk membuat struktur dari sistem yang terkomputerisasi. Architectural design terdiri dari 2 bagian yaitu Component Architecture dan Process Architecture.
Component architecture adalah struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen
yang saling berhubungan. Process architecture adalah struktur sistem eksekusi yang
terdiri dari proses yang interdependen. Lewat Process architecture ini ditentukan pola
arsitektural yang paling sesuai dengan model sistem. Aktivitas yang dilakukan dalam
3.12.4.1. Criteria
Criteria adalah property yang diinginkan dari sebuah arsitektur.
Kriteria umum bagi suatu desain adalah usable, secure, efficient, correct, reliable, maintainable, testable, flexible, comprehensible, reusable, portable dan interoperable.
Ada 3 prinsip bagi desain yang baik, yaitu desain yang baik tidak mempunyai kelemahan utama dan memiliki beberapa kriteria yang seimbang serta kriteria bagi desain yang baik mencakup 3 kriteria, yaitu usable, flexible
dan comprehensible.
3.12.4.2. Component Architecture
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk membuat struktur sistem yang mudah dimengerti dan flexible. Components adalah suatu kumpulan dari
bagian-bagian program yang mempunyai tugas yang telah ditentukan. Ada 3 macam pola (pattern) yang digunakan untuk merancang component architecture yaitu layered architecture pattern, generic architecture pattern atau client-server architecture pattern.
Hasil dari aktivitas ini adalah pembuatan Component Diagram, yang
merupakan diagram implementasi yang digunakan untuk menggambarkan arsitektur fisik dari software sistem. Diagram ini dapat menunjukkan bagaimana
coding pemrograman terbagi menjadi komponen-komponen dan juga
menunjukkan ketergantungan antar komponen tersebut. Berikut adalah contoh Component Diagram yang ditunjukkan pada Gambar 3.17 di bawah ini.
Gambar 3.17 Contoh Component Diagram
3.12.4.3. Process Architecture
Process adalah sekumpulan operasi yang dieksekusi dalam urutan
terbatas dan terhubung. Hasil yang diharapkan dari aktivitas ini adalah
deployment diagram, yaitu diagram yang menggambarkan konfigurasi dari
node-node run time processing dengan komponen-komponen yang berada di dalamnya
dan active objects. Deployment diagram tidak hanya menggambarkan arsitektur
fisik software saja, melainkan software dan hardware. Diagram ini
menggambarkan komponen software, processor, dan peralatan lain yang
melengkapi arsitektur sistem. Berikut adalah contoh dari deployment diagram
Gambar 3.18 Contoh Deployment Diagram
3.12.5. Component Design
Tujuan dari aktivitas ini adalah untuk menentukan kebutuhan bagi implementasi dalam suatu kerangka arsitektur tetapi tidak menganggu component architecture. Hasil
yang diinginkan dari component design adalah deskripsi dari system components.
3.12.5.1. Model Component
Model component adalah bagian dari sistem yang
mengimplementasikan model dari problem domain. Tujuan dari aktivitas ini
adalah untuk menampilkan model dari sebuah problem domain. Konsep utama
Hasil dari model component adalah revised class diagram yang
mencakup penambahan class baru, attributes dan structure yang
menggambarkan events.
3.12.5.2. Function Component
Merupakan bagian sistem yang mengimplementasikan kebutuhan fungsional. Hasilnya adalah class diagram dengan operasi dan fungsi-fungsinya.
Terdapat empat pola eksplorasi untuk merancang function component, yaitu:
1. Model-Class Placement
2. Function-Class Placement
3. Strategy
3.11.2.1. Classes 62 3.11.2.2. Structure 63 3.11.2.3. Behavior 66 3.11.3.1. Usage 67 3.11.3.2. Function 72 3.11.3.3. Interface 73 3.11.4.1. Criteria 75 3.11.4.2. Components 75 3.11.4.3. Processes 76 3.11.5.1. Model Component 77