• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi model pembelajaran sentra agama bagi anak usia 5-6 rahun di Taman Kanak-Kanak Terpadu Nur An Nahdly Deli Serdang Tahun Ajaran 2019/2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Implementasi model pembelajaran sentra agama bagi anak usia 5-6 rahun di Taman Kanak-Kanak Terpadu Nur An Nahdly Deli Serdang Tahun Ajaran 2019/2020"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

TERPADU”NUR AN NAHDLY DELI SERDANG TAHUN AJARAN 2019/2020

SKRIPSI”

Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

WINDA ARDIANA NIM: 0308162105

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2019/2020

TERPADU”NUR AN NAHDLY DELI SERDANG TAHUN AJARAN 2019/2020

SKRIPSI”

Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

WINDA ARDIANA NIM: 0308162105

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2019/2020

TERPADU”NUR AN NAHDLY DELI SERDANG TAHUN AJARAN 2019/2020

SKRIPSI”

Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh:

WINDA ARDIANA NIM: 0308162105

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2019/2020

(2)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SENTRA AGAMA BAGI ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM

TERPADU NUR AN NAHDLY DELI SERDANG TAHUN AJARAN 2019/2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Oleh:

WINDA ARDIANA NIM: 0308162105

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Rustam, M.A Nunzairina, M.Ag

NIP: 196809201995031002 NIP:197308272005012005

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2019/2020

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SENTRA AGAMA BAGI ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM

TERPADU NUR AN NAHDLY DELI SERDANG TAHUN AJARAN 2019/2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Oleh:

WINDA ARDIANA NIM: 0308162105

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Rustam, M.A Nunzairina, M.Ag

NIP: 196809201995031002 NIP:197308272005012005

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2019/2020

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SENTRA AGAMA BAGI ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM

TERPADU NUR AN NAHDLY DELI SERDANG TAHUN AJARAN 2019/2020

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat-syarat dalam Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Oleh:

WINDA ARDIANA NIM: 0308162105

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Rustam, M.A Nunzairina, M.Ag

NIP: 196809201995031002 NIP:197308272005012005

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2019/2020

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam berupa ajaran yang hak lagi sempurna bagi manusia.

Adapun skripsi ini penulis beri judul: “Implementasi Model Pembelajaran Sentra Agama Bagi Anak Usia 5-6 Tahun di TK IT Nur An Nahdly Deli Serdang Tahun Ajaran 2019/2020” yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat yang ditempuh oleh mahasiswa/I dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada program Pendidikan Islam Anak Usia Dini di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UIN SU) Medan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran serta bimbingan sangat diharapkan demi kesempurn aannya.

Dalam penyelesaian skripsi ini tidak terlepas adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, masing-masing kepada:

1. Bapak Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M.Ag selaku Rektor UIN SU Medan.

2. Bapak Dr. Amiruddin Siahaan, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN SU Medan.

3. Ibu Dr. Khadijah, M.Ag selaku ketua jurusan Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang telah membimbing dan memberikan arahan serta pengetahuan selama penulis kuliah di UIN SU Medan.

4. Bapak Drs. Rustam, MA sebagai dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk memberikan banyak arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Nunzairina, M.Ag selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(4)

6. Bapak Dr. Haidir, M.Pd sebagai dosen Penasehat Akademik yang senantiasa memberikan arahan kepada penulis selama berada dibangku perkuliahan.

7. Bapak Azhar SHI, MA selaku dosen Tahfiz Al-Qur’an yang telah membimbing, memotivasi dan sabar dalam membenahi kemampuan penulis dalam Tahfiz Al-Qur’an.

8. Terima kasih banyak kepada seluruh Dosen yang ada di Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini yang tidak bisa disebutkan satu per satu namanya atas pemberian bimbingan dan ilmu yang sangat bermanfaat selama penulis berkuliah di UIN Sumatera Utara Medan. 9. Kepada seluruh pihak TK IT Nur An Nahdly yang telah memberikan

izin kepada penulis untuk melakukan penelitian sehingga penulis dapat menyusun skripsi ini.

10. Untuk guru-guru saya di MIS Madinatussalam, SMPN 1 Percut Sei Tuan dan MAN 2 Model Medan yang tidak bisa diucapkan satu per satu yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat serta kasih sayang sehingga saya dapat melanjutkan pendidikan.

11. Yang teristimewa kepada kedua orang tua saya tercinta, Ibu Riefni Diana Lubis dan Bapak Arif Budiman yang telah mengasuh, membesarkan, memberi kasih sayang, mendukung, memotivasi, semangat dan doa serta memberi pendidikan yang tinggi kepada penulis sehingga perkuliahan dan penyusunan skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik.

12. Untuk keluarga Lubis Family tercinta dan kakak serta adek, yang telah memberikan semangat, motivasi dan arahan serta kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

13. Keluarga PIAUD 3 stambuk 2016 yang telah merangkul penulis selama berkuliah di UINSU Medan.

14. Kepada KKN 35 yang memberi pengalaman, saling berbagi dan semangat yang memberikan ide penulis untuk menyusun skripsi ini. 15. Kepada grup persahabatan saling merangkul S.Pd, Tanti Erna, Anisah

Mursida, Siti Purnama Sari Sihombing, Zuraidah, Lisda Warni, Ananda Putri, Irma Juliantika, yang telah merangkul dalam suka dan duka, memberi dukungan, semangat dan motivasi serta yang menemani perjalanan penulis selama kuliah di UINSU Medan dan penyusunan skripsi penulis dan semoga dapat wisuda sama-sama. 16. Kepada grup OTW Nikah, uni Nurul Mutiara Sani Lubis, Rasmi

Andani Nasution, Devi Novita, sahabat karib yang selalu setia mendukung perjalanan pendidikan penulis serta tempat curhat dikala penulis susah maupun senang.

(5)

17. Untuk Chris Pati Manege dan keluarga, yang mendukung, memberi semangat dan mendoakan penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

18. Untuk sahabat kecilku, devi novita, yang mendukung, memotivasi, memberi semangat, menghibur, membantu penulis dikala susah, ikut bahagia dikala penulis senang serta mendoakan di sepertiga malamnya untuk kelancaran bagi apa yang penulis perjuangkan, baik dalam pendidikan maupun percintaan.

Medan, 23 Juni 2020

Winda Ardiana NIM: 0308162105

(6)

i HALAMAN PERSETUJUAN

DAFTAR ISI... i

DAFTAR GAMBAR ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis ... 6

1. Hakikat Anak Usia Dini ... 6

2. Proses Belajar Agama Bagi Anak Usia 5-6 Tahun ... 15

3. Model Pembelajaran Sentra Anak Usia Dini ... 19

4. Sentra Agama (Iman dan Taqwa)... 37

B. Penelitian yang Relevan ... 42

BAB III. METODE PENELITIAN ... 46

A. Desain Penelitian... 46

B. Partisipan dan Setting Penelitian ... 46

C. Pengumpulan Data... 47

D. Analisis Data ... 49

E. Prosedur Penelitian ... 50

(7)

BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN PENELITIAN... 54

A. Temuan Umum... 54

B. Temuan Khusus... 61

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan dan Implikasi... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(8)

ii

Lampiran 1 Poto Sekolah dan Kegiatan Pembelajaran di Sentra Agama Anak Usia 5-6 Tahun di TK IT Nur An Nahdly ... 84 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Sentra Agama Anak

Usia 5-6 Tahun di TK IT Nur An Nahdly ... 89 Lampiran 3 Panduan Wawancara dan Observasi di Sentra Agama TK IT Nur An

Nahdly ... 92 Lampiran 4 Transkrip Wawancara Guru Kelas Sentra Agama dan Kepala

Sekolah TK IT Nur An Nahdly ... 95 Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup Penulis ... 108

(9)

iii

Gambar 2.1 Tujuh Tahap Implementasi Model Pembelajaran Beyond Centre

and Circle Time dalam proses pembelajaran ... 27

Gambar 2.2 Konsep Desain Sarana Pembelajaran Sentra dan Lingkaran ... 34

Gambar 3.1 Model Analisis Data Miles and Huberman ... 49

Gambar 3.2 The Reseach Process ... 50

Gambar 4.1 Kegiatan Penyambutan Anak ... 62

Gambar 4.2 Kegiatan Ice Breaking pada Main Pembukaan... 63

Gambar 4.3 Kegiatan Transisi ... 63

Gambar 4.4 Kegiatan Pijakan Sebelum Main ... 64

Gambar 4.5 Empat Jenis Kegiatan di Sentra Agama... 66

(10)

iv

Tabel 4.1 Keadaan Personil Sekolah TK IT Nur An Nahdly ... 56 Tabel 4.2 Keadaan Sarana dan Prasarana TK IT Nur An Nahdly... 58

(11)

ABSTRAK

Nama : Winda Ardiana

NIM : 0308162105

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Pembimbing I : Drs. Rustam, MA Pembimbing II: Nunzairina, M.Ag

Judul: Implementasi Model Pembelajaran Sentra Agama Bagi Anak Usia 5-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Nur An Nahdly Deli Serdang Tahun Ajaran 2019/2020

Penelitian ini bertujuan untuk Implementasi Model Pembelajaran Sentra Agama Bagi Anak Usia 5-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Nur An Nahdly Deli Serdang Tahun Ajaran 2019/2020. Sentra agama adalah tempat anak untuk mengeksplorasikan setiap pengetahuan dan pemahaman yang ia dapatkan dari pengalaman belajar nyata melalui bermain berdasarkan nilai-nilai luhur agama Islam yang juga mendorong dalam keberhasilan strategi pendidikan agama Islam yang menggunakan metode sentra dalam mengembangkan kecerdasan majemuk anak usia dini. Sentra agama memfokuskan pada pengenalan agama Islam kepada anak, misalnya pengenalan huruf-huruf hijaiyah, hafalan Asmaul Husna dan surah-surah pendek, pengenalan tata cara shalat, berwudhu, berpuasa, mengenal para nabi dan malaikat.

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dari data yang dihasilkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan ialah reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Penelitian ini dilakukan pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Nur An Nahdly Deli Serdang.

Kata Kunci: Sentra Agama, Nilai Moral dan Agama

Mengetahui Pembimbing I

Drs. Rustam, MA

(12)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan agama merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting untuk diajarkan kepada anak sejak usia dini karena pendidikan agama dapat menanamkan akidah dimana akidah ini sebagai landasan dalam keyakinan dan keimanan kepada Allah SWT sehingga anak harus mengetahui bahwa sebagai hamba Allah harus meyakini dan beriman kepadaNya. Kemudian pendidikan agama dapat menanamkan akhlakul karimah yang dapat meluruskan perkataan dan perbuatan menjadi sesuai dengan nilai moral dan ajaran agama Islam yang harus dibentuk sejak usia dini karena anak harus diberi fondasi yang baik yang membentuk kepribadiannya dimasa depan guna menghindari penyimpangan moral dan akhlak sehingga anak akan menjadi pribadi yang terarah, dapat mematuhi aturan dan menghormati orangtua. Dan pendidikan agama dapat memperbaiki kualitas ibadah kepada Allah SWT selain mempercayai adanya Allah SWT, pengajaran tentang bagaimana cara beribadah kepada Allah SWT juga harus diajarkan kepada anak sebagai pembentukan kebiasaan untuk menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi laranganNya seperti mengetahui cara shalat, membaca Al Qur’an, berpuasa, dan ibadah lainnya baik ibadah wajib maupun sunnah serta mengetahui mengapa harus melaksanakan ibadah tersebut yang harus diketahui sejak usia dini karena anak usia dini adalah pribadi yang memiliki jiwa yang bersih sehingga pendidikan agama ini baik hasilnya jika diajarkan sejak usia dini.

(13)

Anak usia 5 sampai 6 tahun merupakan masa paling potensial untuk belajar dimana daya pikirnya sedang berkembang sangat pesat dan memiliki rasa rasa ingin tahu yang besar, mereka juga suka berfantasi dan berimajinasi, serta ahli meniru. Sehingga anak pada masa ini sangat baik dalam mengembangkan seluruh potensi anak terutama dalam aspek nilai moral dan agama.

Model pembelajaran adalah suatu pola atau rancangan yang menggambarkan proses perincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran sehingga terjadi perubahan atau perkembangan. Model pembelajaran yang biasa dilaksanakan pada satuan pendidikan anak usia dini adalah “pembelajaran klasikal, pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman, pembelajaran berbasis sudut kegiatan, pembelajaran area, dan pembelajaran berbasis sentra”.1

Dalam pembelajaran melalui metode sentra dapat menstimulasi anak untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya melalui guru sebagai fasilitator.2 Metode sentra diterapkan melalui sifat-sifat mulia yang bersumber dari Asmaul Husna yang diwujudkan dalam perilaku dan perkataan yang baik serta dapat menjadikan anak sebagai pribadi yang memiliki karakter Islami yang berakhlakul karimah dan kuat.3

Sentra agama (Imtaq) merupakan sentra yang mendidik anak untuk mengembangkan nilai moral dan agama sebagai dasar pengenalan agama Islam dan sikap mulia sebagai pengembangan kemampuan spiritual. Sentra agama inilah yang membentuk karakter-karakter Islam dari sentra-sentra yang lainnya. Sentra

1

Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 148.

2

Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi dan Aspek Perkembangan

Anak, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 282.

3

Zakaria Hanafi, Implementasi Metode Sentra dalam Pengembangan Kecerdasan

(14)

2

Anak usia 5 sampai 6 tahun merupakan masa paling potensial untuk belajar dimana daya pikirnya sedang berkembang sangat pesat dan memiliki rasa ingin tahu yang besar, mereka juga suka berfantasi dan berimajinasi, serta ahli meniru. Sehingga anak pada masa ini sangat baik dalam mengembangkan seluruh potensi anak terutama dalam aspek nilai moral dan agama.

Model pembelajaran adalah suatu pola atau rancangan yang menggambarkan proses perincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran sehingga terjadi perubahan atau perkembangan. Model pembelajaran yang biasa dilaksanakan pada satuan pendidikan anak usia dini adalah “pembelajaran klasikal, pembelajaran kelompok dengan kegiatan pengaman, pembelajaran berbasis sudut kegiatan, pembelajaran area, dan pembelajaran berbasis sentra”.4

Dalam pembelajaran melalui metode sentra dapat menstimulasi anak untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya melalui guru sebagai fasilitator.5 Metode sentra diterapkan melalui sifat-sifat mulia yang bersumber dari Asmaul Husna yang diwujudkan dalam perilaku dan perkataan yang baik serta dapat menjadikan anak sebagai pribadi yang memiliki karakter Islami yang berakhlakul karimah dan kuat.6

Sentra agama (Imtaq) merupakan sentra yang mendidik anak untuk mengembangkan nilai moral dan agama sebagai dasar pengenalan agama Islam dan sikap mulia sebagai pengembangan kemampuan spiritual. Sentra agama inilah yang membentuk karakter-karakter Islam dari sentra-sentra yang lainnya. Sentra

4

Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 148.

5

Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini Stimulasi dan Aspek Perkembangan

Anak, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 282.

6

Zakaria Hanafi, Implementasi Metode Sentra dalam Pengembangan Kecerdasan

(15)

agama (Imtaq) adalah tempat anak untuk mengeksplorasikan setiap pengetahuan dan pemahaman yang ia dapatkan dari pengalaman belajar nyata melalui bermain berdasarkan nilai-nilai luhur agama Islam yang juga mendorong dalam keberhasilan strategi pendidikan agama Islam yang menggunakan metode sentra dalam mengembangkan kecerdasan majemuk anak usia dini.7

Berdasarkan yang dilihat di TK Islam Terpadu Nur An Nahdly, bahwa lembaga Taman Kanak-kanak ini menerapkan model pembelajaran sentra pada TK kelompok B (anak usia 5-6 tahun) sebagai strategi pendidikan anak usia dini, di mana terdapat sentra-sentra yang mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak usia dini, salah satunya aspek nilai moral dan agama yang diterapkan dalam kegiatan sentra agama (Imtaq) Tetapi pada kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di sentra agama (Imtaq) TK IT Nur An Nahdly tidak semua kegiatan di sentra agama dibuat dalam bentuk permainan sehingga pembelajaran cenderung klasikal dimana bentuk model pembelajaran sentra merupakan model pembelajaran yang melaksanakan pembelajaran dan mengembangkan aspek perkembangan anak melalui bermain. Kemudian dalam sentra agama di TK IT Nur An Nahdly cenderung menghapal, misalnya pengenalan huruf hijaiyah serta surah-surah pendek dan hadits. Kemudian pada ruang sentra di TK IT Nur An Nahdly belum terlihat seperti ruang belajar sentra agama karena pada ruangan tersebut tidak menunjukkan sentra agama seperti tulisan-tulisan bahasa Arab dan tidak terdapat pemisah antara sentra yang satu dengan lainnya.

7

(16)

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah persoalan penerapan model pembelajaran sentra agama yang ada di TK Islam Terpadu Nur An Nahdly. Sebagai lembaga pendidikan Islam anak usia dini yang menerapkan model pembelajaran sentra tentunya terdapat hal-hal yang spesifik. Untuk itu penulis mengambil judul penelitian tentang “Implementasi Model Pembelajaran Sentra Agama Bagi Anak Usia 5-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Nur An Nahdly Deli Serdang Tahun Ajaran 2019-2020”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu :

1. Bagaimana tahapan penerapan model pembelajaran sentra agama bagi anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Nur An Nahdly Deli Serdag tahun ajaran 2019/2020?

2. Materi apa saja yang diterapkan dalam sentra agama pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Nur An Nahdly Deli Serdag tahun ajaran 2019/2020?

3. Apa saja problematika dan solusinya dalam implementasi model pembelajaran sentra agama pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Nur An Nahdly Deli Serdag tahun ajaran 2019/2020?

(17)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Tahapan penerapan model pembelajaran sentra agama pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Nur An Nahdly Deli Serdag tahun ajaran 2019/2020.

2. Materi-materi yang diterapkan dalam sentra agama pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Nur An Nahdly Deli Serdag tahun ajaran 2019/2020.

3. Problematika dan solusi dalam implementasi model pembelajaran sentra agama pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Nur An Nahdly Deli Serdag tahun ajaran 2019/2020

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai rujukan dalam upaya pengembangan pengetahuan dan pengalaman yang mendalam tentang model pembelajaran sentra agama anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu Nur An Nahdly Deli Serdang Tahun Ajaran 2019-2020..

b. Sebagai bahan informasi dan bandingan dalam melakukan penelitian yang serupa dengan masalah ini.

(18)

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

Menambah wawasan guru mengenai model pembelajaran sentra Agama dan dapat dikembangkan untuk kemampuan bidang agama Islam anak usia dini secara kreatif dan menyenangkan.

b. Bagi Siswa

Membuat anak tertarik untuk mempelajari bidang agama dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dengan baik.

(19)

6

KAJIAN TEORI

A. Kerangka Teoritis

1. Hakikat Anak Usia Dini a. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah “anak yang berumur 0-6 tahun yang memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang lebih pesat dan mendasar pada awal-awal tahun kehidupannya. Di mana perkembangannya menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak mudah untuk diulang kembali”.1 Anak usia dini adalah “kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik. Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya”.2

Masa anak usia dini sering disebut dengan “istilah the golden age atau masa keeemasan. Pada masa ini hampir seluruh potensi anak tumbuh dan berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak berbeda karena setiap orang memiliki perkembangan yang berbeda”.3

Anak usia dini ialah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti program pendidikan anak usia dini, yang meliputi tempat penitipan anak (3 bulan – 5 bulan) dan kelompok bermain (3

1

Khadijah, Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini, (Medan: Perdana Publishing, 2016), h. 11.

2Siti Aisyah,dkk, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini,(Jakarta:Penerbit Universitas Terbuka, 2011), h. 3.

3

Oktariyani, Pembelajaran Gerak Dasar Senam Irama Berbasis Multimedia Anak

(20)

tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak. Program pendidikan ini ditujukan untuk mengoptimalkan seluruh potensi pada aspek perkembangan anak usia dini yang mencakup aspek agama dan moral, kognitif, bahasa, seni, sosial emosional, dan motorik anak.4

Dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat 30 menjelaskan salah satu aspek perkembangan anak yaitu agama dan moral yang mana aspek inilah yang pertama kali ditanamkan dalam diri anak. Anak wajib mengetahui bahwa agama yang benar dan lurus itu ialah agama Islam. Yang berbunyi:





















































Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah (Islam), (sesuai) fitrah Allah, disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (itulah) agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.5

Tafsir surah Ar-Rum ayat 30:6 Maka tegakkanlah (wahai Rasul) wajahmu dan orang yang bersamamu, dan hadapkanlah kepada agama yang telah dihadapkan oleh Allah SWT kepadamu dengan meninggalkan

4

Khadijah, Media Pembelajaran Anak Usia Dini, (Medan: Perdana Publishing, 2015), h. 3.

5

Ahmad Hatta, tafsir Qur’an per kata, (Jakarta: Maghfirah Pustaka, 2009), h. 407.

6

Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemahan Tafsir Al-Maragi 21, (Semarang: Toha Putra Semarang, 1992), h. 81.

(21)

seluruh agama lainnya yaitu agama Islam yang mana Allah SWT menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada ciptaan Allah SWT. Itulah agama lurus yang tidak bengkok, akan tetapi kebanyakan manusia tidak tahu bahwa agama yang benar adalah agama Islam.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan yang cepat dan hebat, sehingga dibutuhkan stimulasi yang tepat agar tumbuh kembang anak mendapatkan hasil yang maksimal. Pemberian stimulasi tersebut diberikan melalui lingkungan keluarga, maupun lembaga pendidikan anak usia dini.

b. Pendidikan Anak Usia Dini

Pada pasal 28 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.”.7

Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh, dan memberikan kegiatan pembelajaran yang akan menghasilkan kemampuan dan keterampilan anak. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan

7

Khadijah dan Armanila, Permasalahan Anak Usia Dini, (Medan: Perdana Publishing, 2017), h. 14.

(22)

sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru lahir sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada physical, intelligence, emotional, social education.8

Pendidikan Anak Usia Dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), raudhatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga dan yang diselenggarakan oleh lingkungan masyarakat dimana ia tinggal.9

c. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini memiliki karakteristik yang sangat berbeda dibandingkan dengan karakteristik tahapan selanjutnya, beberapa karakteristik anak usia dini menurut Hartati, adalah sebagai berikut: 1) memiliki rasa ingin tahu yang besar, 2) merupakan pribadi yang unik, 3) suka berfantasi dan berimajinasi, 4) masa paling potensial untuk belajar, 5) menunjukkan sikap egosentris, 6) memiliki daya konsentrasi yang tidak lama, 7) sebagai bagian dari makhluk sosial.10

8

Mursid, Belajar dan Pembelajaran PAUD, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), h. 15.

9

Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik

Bagi Anak Usia Dini dan Anak Usia Kelas Awal, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011),

h. 4.

10

Maisarah, Matematika dan Sains Anak Usia Dini, (Medan: Akasha Sakti, 2018), h. 13-16.

(23)

Anak usia 4-6 tahun memiliki karakteristik sebagai berikut:11

1) Anak mampu melakukan berbagai kegiatan melalui perkembangan fisiknya sehingga dapat membantu mengembangkan otot-otot anak.

2) Anak mampu memahami pembicaraan dan mengungkapkan pikirannya karena pada masa ini perkembangan bahasanya semakin baik.

3) Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar dan sering bertanya mengenai hal-hal yang ia lihat karena pada masa ini perkembangan kognitifnya sedang berkembang pesat.

4) Anak masih bermain secara individu walaupun berkumpul dengan anak yang lainnya.

Maria Montessori memandang bahwa anak memiliki sisi dunianya sendiri dari kehidupan manusia. Kehidupan anak dan orang dewasa dilihat seperti dua sisi yang berbeda tetapi saling berpengaruh. Pengalaman yang baik bagi kehidupan anak akan memengaruhi pola perilaku dan kehidupannya dimasa dewasa. Sebaliknya, gaya hidup dan perlakuan orang tua terhadap anak juga akan mempengaruhinya. Montessori menganggap bahwa pendidikan adalah “suatu upaya membantu perkembangan anak secara menyeluruh dan bukan sekadar mengajar.

11Oktariyani, Pembelajaran Gerak Dasar Senam Irama Berbasis Multimedia Anak Usia Dini, (Lampung: Branch Office, 2018), h. 8.

(24)

Menurutnya, spirit kemanusiaan berkembang melalui interaksi dengan lingkungannya”.12

Selain itu, menurut Montessori pada dasarnya anak sudah memiliki spiritual yang berhubungan dengan perkembangan psikis anak dimana bentuk perkembangan psikis ini tidak terlihat pada saat lahir, namun akan terlihat melalui proses perkembangan yang dijalani anak. Selain itu, anak juga memiliki ciri khas tersendiri dalam perkembangan jiwa nya (self contruction), dengan dorongan ini seorang anak secara alami berproses dalam perkembangannya berdasarkan lingkungan yang ia lihat.13

Menurut Ki Hajar Dewantara, terdapat enam strategi utama dalam pendidikan, yaitu pemberian contoh, pembiasaan, pengajaran, perintah, pelaksanaan dan hukuman, tingkah laku dan disiplin diri, dan pengalaman lahir dan batin (pengalaman langsung). Sementara itu, padangan konstruktivitis yang dimotori oleh Jean Piaget dan Vygotsky berpandangan bahwa anak itu merupakan pribadi yang aktif dan dapat membangun pengetahuannya sendiri. Secara mental anak akan mengkonstruksi pengetahuannya melalui refleksi terhadap pengalamannya. Anak mendapatkan pengetahuan tidak dengan cara menerima secara pasif dari orang lain, melainkan dengan cara menemukannya sendiri secara aktif melalui interaksi dengan lingkungannya. Piaget menjelaskan bahwa perkembangan anak terjadi melalui suatu tahapan yang menyeluruh dan sama. Artinya, masing-masing tahap perkembangan ditandai dari

12Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori), (Jakarta:

Bumi Aksara, 2017), h. 9.

13

(25)

karakteristik tertentu berdasarkan cara anak berpikir dan berperilaku. Pada intinya, proses perkembangan berpikir itu berganti dari cara berpikir anak secara abstrak terus mengarah menjadi berpikir secara konkrit.14 Jadi, perkembangan anak terus berubah berdasarkan karakteristik perkembangan yang sedang terjadi pada anak, dengan strategi yang dapat mengembangkan kemampuannya dapat membantu anak menuju tahap perkembangan yang lebih tinggi.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa anak usia 5-6 tahun (kelompok B) perkembangan fisik, bahasa, kognitif mereka sedang berkembang dengan baik. Terutama daya pikir (kognitif) anak yang sangat pesat sehingga memiliki rasa keingintahuan yang besar pada apa yang ia lihat.

d. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini

1) Perkembangan Kognitif

Piaget menyebutkan bahwa proses kognitif yang penting dalam otak anak adalah skema, asimilasi dan akomodasi, organisasi, serta ekuilibrasi. Skema dalam teori Piaget adalah tindakan atau hasil berpikir yang didapat dari pengalaman yang mengatur pengetahuan. Asimilasi adalah masuknya informasi baru kedalam pengetahuan yang sudah ada (skema). Akomodasi adalah penyesuaian skema agar sesuai dengan informasi dan pengetahuan baru. Organisasi adalah pengelompokkan perilaku yang terasingkan kedalam sebuah sistem

14

(26)

kognitif yang tersusun kedalam tingkatan yang lebih tinggi yang berfungsi dengan lancar, pengelompokkan atau penyusunan hal-hal ke dalam kategori-kategori. Ekuilibrasi mekanisme yang diajukan Piaget untuk menjelaskan perubahan pemikiran anak dari tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi.15 Perkembangan kognitif anak memiliki tahapan yang berproses didalam otak sehingga membentuk kemampuan berpikir anak dari kemampuannya berpikir secara abstrak menjadi konkret dan mampu memahami lingkungan sekitar serta memahami konsep yang didapat oleh anak melalui proses kognitifnya.

2) Perkembangan Bahasa

Tahap-tahap pemerolehan bahasa anak secara umum adalah:16 a. Praujaran, dimana bayi memberi tanggapan terhadap bahasa

(ujaran) lebih cermat dibandingkan dengan bunyi-bunyi lain b. Tahap meraba atau berceloteh, dimana ketika bayi berusia 4-6 bulan ditandai oleh bunyi-bunyi yang tidak dapat membedakan secara tepat adanya perbedaan bunyi-bunyi bahasa

c. Tahap satu kata, dimana ketika bayi berusia 9 bulan ditandai dengan kemampuan menuturkan kata-kata pertama d. Menggabungkan kata, dimana anak berbicara menggunakan

kalimat yang mengandung banyak kata meskipun tata bahasanya belum sempurna.

15

Maisarah, Matematika dan Sains Anak Usia Dini, (Medan: Akasha Sakti, 2018), h. 18.

16

(27)

3) Perkembangan Fisik/motorik

Pada usia 4 bulan anak sudah dapat melakukan kegiatan menelengkup, pada usia 5 bulan anak sudah dapat menegakkan kepala, anak umur 7 bulan sudah mulai dapat merangkak, pada usia 8 bulan anak belajar duduk lalu berdiri. Dan pada usia 11/12 bulan anak sudah mulai bisa berjalan.17 Sehingga perkembangan fisik/motorik anak memiliki tahapan yang terus berubah berdasarkan usianya dan kemampuan anak menggunakan anggota tubuhnya melalui perkembangan fisik/motorik anak.

4) Perkembangan Sosial Emosional

Perkembangan sosial emosional anak usia dini pada masa awal kanak-kanak atau usia 3-6 tahun ditandai dengan ide yang muncul bertentangan dengan perasaan bersalah dengan karakteristrik anak yang mulai mengembangkan berbagai perilaku dan kegiatannya dengan tujuan yang lebih jelas.18 Sehingga perkembangan sosial emosional anak ditandai dengan perilakunya yang mencerminkan sikap inisiatif dan rasa bersalah.

2. Proses Belajar Agama bagi Anak Usia 5-6 Tahun

Secara umum, tujuan pengembangan nilai agama pada diri anak adalah memberikan dasar-dasar keimanan dengan ketaqwaan kepada Allah SWT dan keindahan perkataan maupun berbuatan, percaya pada diri sendiri,

17

Ibid., h. 21. 18

(28)

serta memiliki kesiapan untuk hidup di tengah-tengah dan bersama-sama dengan masyarakat untuk menempuh kehidupan yang diridhai Allah SWT. Adapun tujuan khusus pengembangan nilai agama pada anak-anak usia prasekolah yaitu mengembangkan rasa iman dan cinta terhadap Tuhan, melakukan pembiasaan kepada anak-anak agar melakukan ibadah kepada Tuhan, membiasakan agar perilaku dan perkataan anak didasari dengan nilai-nilai agama, serta membantu anak agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Allah SWT.19Oleh karena itu, pengenalan agama Islam kepada anak sejak usia dini akan berdampak kepada kehidupannya di masa depan karena jika dasar-dasar aspek nilai moral dan agama sudah ada pada diri anak maka proses kehidupannya juga akan terarah dengan baik pula.

Didalam Al-Qur’an terdapat ayat-ayat yang memerintahkan untuk melaksanakan ibadah kepada Allah SWT, salah satunya ialah pada Qur’an Surah Al Baqarah ayat 43, yang berbunyi:





















Artinya:“Dan dirikanlah shalat, tunaikan zakat dan ruku’lah beserta orang-orang yang ruku’ ”.

Tafsir surah Al Baqarah ayat 43: 20 aqimu ash-shalah, yakni laksanakanlah shalat dengan sempurna memenuhi rukun dan syaratnya serta

19

Rizki Ananda, Implementasi Nilai-nilai Moral dan Agama Pada Anak Usia Dini, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 1 Issu 1, 2017, h. 26.

20

(29)

secara berkesinambungan dan atu az-zakah, yakni tunaikan zakat dengan sempurna tanpa mengurangi dan menangguhkan serta sampaikan dengan baik kepada yang berhak menerimanya. Dua kewajiban pokok itu merupakan pertanda hubungan harmonis, shalat untuk hubungan baik dengan Allah SWT dan zakat pertanda hubungan harmonis dengan sesama manusia.

Kemudian dalam Hadist Rasulullah SAW yang memerintahkan shalat pada anak, yang diriwayatkan dari Abu Daud dan Ahmad telah meriwayatkan dari Amr bin Syu’aib, dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata, “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

ُءﺎَﻧْﺑَأ ْمُھ َو ﺎَﮭْﯾَﻠَﻋ ْمُھ ْوُﺑ ِرْﺿا َو ، َنْﯾِﻧِﺳ ِﻊْﺑَﺳ ُءﺎَﻧْﺑَأ ْمُھ َو ِة َﻼﱠﺻﻟﺎِﺑ ْمُﻛَد َﻻ ْوَأ ا ْوُرُﻣ

ِﻊِﺟﺎَﺿَﻣْﻟا ﻲِﻓ ْمُﮭَﻧْﯾَﺑ ا ْوُﻗﱢرَﻓ َو ، َنْﯾِﻧِﺳ ِرْﺷَﻋ

Artinya: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat usia mereka sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka”. (Dishahihkan oleh Al -Albany dalam Irwa’u Ghalil, no. 247).

Pada usia 5-6 tahun, nilai kesopanan dan cermin perkataan dan perilaku yang baik bisa dilihat dari tata cara seseorang dalam bertutur sapa, berinteraksi, bersikap, dan bersosialisasi. Pada masa inilah fase paling penting menanamkan sifat jujur, pendidikan keimanan (tauhid), serta bisa menghormati orang tua, teman sebaya, dan orang-orang yang lebih tua. Pada saat ini anak didik diajarkan tentang pentingnya proses dalam belajar maupun

(30)

mendapatkan sesuatu. Sehingga, anak tidak lahir sebagai pribadi manja yang dapat membahayakan dirinya di masa depan.

Pendidikan agama pada usia 5-6 tahun sangat menentukan perkembangannya dan kualitas hidupnya di masa depan. Pendidikan agama bisa menjadi tolak ukur dan dapat memilah dalam merespon segala hal yang baru datang. Pendidikan agama juga menjadi pijakan dalam menentukan pilihan dan membangun peradaban.21

Nurhalim berpendapat22 bahwa pendidikan moral religius penting dilakukan sejak dini secara tetap, teratur dan berkelanjutan. Banyak penyimpangan yang terjadi disebabkan lemahnya sistem pendidikan moral dan religius. Oleh karena itu sangat penting penanaman nilai-nilai moral dan religius agar penyimpangan tersebut dapat ditanggulangi. Pendapat ini mempertegas bahwa membentuk moral dan religius sejak dini sangat penting diberikan agar anak terhindar dari segala bentuk perilaku yang menyimpang.

Brainerd dan Menon menjelaskan 23 bahwa religius banyak menentukan kehidupan sehari-hari. Religius juga menentukan mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak, serta membatasi makanan yang boleh dimakan dan mana yang tidak. Sejalan dengan pendapat Hemming, menyatakan bahwa religius merupakan sesuatu yang menekankan pada kepercayaan. Religius juga berkaitan dengan perilaku sehari-hari yang

21

Yulianti Hartatik, Implementasi Pendidikan Karakter di Kantin Kejujuran, (Malang: Gunung Samudera, 2014), h. 43.

22

Ifina Trimuliana, dkk, Perilaku Religius Anak Usia 5-6 Tahun pada PAUD Model Karakter, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 1 Issu 2, 2019, ISSN 2549-8959, h. 572.

23

(31)

berhubungan dengan kepercayaan. Kepercayaan tersebut mencakup hubungan dan kepemilikan, perilaku dan praktik, kepercayaan dan nilai-nilai, dan pengalaman agama dan spiritual.

Proses terbentuknya perilaku religius pada anak usia dini yaitu diawali dengan memberikan pemahaman tentang nilai-nilai religius pada anak melalui pemberian contoh serta pembiasaan perilaku orang dewasa agar anak dapat melihat perilaku tersebut secara nyata sehingga menimbulkan kesadaran akan pentingnya untuk menerapkan perilaku tersebut.24

Dalam Islam, anak adalah titipan Allah SWT yang harus diberikan segala hak-haknya termasuk segala aspek perkembangannya, maka orang tua dan pendidik bertanggungjawab membina anak yang akan menentukan jati dirinya. Seperti Hadis nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Malik.

ُهاَﻮَﺑَﺄَﻓ ،ُﮫُﻧﺎَﺴِﻟ ُﮫْﻨَﻋ َبِﺮْﻌُﯾ ﻰﱠﺘَﺣ ،ِةَﺮْﻄِﻔْﻟا ﻰَﻠَﻋ ُﺪَﻟْﻮُﯾ ٍدْﻮُﻟْﻮَﻣ ﱡﻞُﻛ

ِﮫِﻧﺎَﺴﱢﺠَﻤُﯾ ْوَأ ِﮫِﻧاَﺮﱢﺼَﻨُﯾ ْوَأ ِﮫِﻧاَدﱢﻮَﮭُﯾ

Artinya: Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tua nyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi atau Nasrani. Tanggung jawab terhadap anak harus direalisasikan secepatnya dan secara optimal dimulai sejak anak lahir (dalam usia dini) dan harus dilaksanakan dengan landasan iman yang sempurna dan akidah yang benar, syari’at dan mora Islami, sekaligus akhlak yang utama.25

24Ibid. 25

Muhammad Zuhaili, Al Islam wa asy-Syabab, terj.Arum Titisari, Pentingnya

(32)

3. Model Pembelajaran Sentra Anak Usia Dini

a. Pengertian Model Pembelajaran Sentra

Model pembelajaran Beyond Centre and Circle Time (BCCT) pertama kali dicetuskan oleh Pamela C. Phelp dan dikembangkan oleh Creative Center For Childhood Research (CCRT) di Florida, Amerika Serikat. Model ini memfokuskan dalam menciptakan pengalaman yang dibuat dan sesuai dengan perkembangan anak-anak usia tiga tahun hingga taman kanak-kanak. Model ini mendukung pembelajaran awal anak dan standar perkembangan anak yang ditemukan di seluruh bangsa. Model ini menekankan pada empat hal, yaitu pertama, cara memberi pijakan lingkungan yang meliputi pemberian dan menggunakan bahan bermain serta kelompok-kelompok dalam ruang bermain, kedua, cara memberi pijakan pengalaman sebelum bermain, ketiga, bagaimana memberi pijakan terhadap perkembangan masing-masing anak melalui pemahaman tentang tahapan sensorimotor, konstruksi, dan bermain peran, dan keempat, cara memberi pijakan pengalaman setelah bermain.26

Model pembelajaran berbasis sentra adalah model pembelajaran yang dilakukan di dalam lingkaran dan sentra bermain. Lingkaran adalah saat guru dan anak duduk bersama membentuk lingkaran untuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah bermain. Sentra bermain adalah lingkungan atau area bermain anak yang dilengkapi dengan berbagai alat bermain yang berfungsi sebagai pijakan lingkungan yang diperlukan untuk mengembangkan seluruh kemampuan dasar anak didik dalam mengembangkan seluruh aspek perkembangannya. Sentra bermain dalam model pembelajaran sentra terdiri atas senta bahan alam dan sains, sentra balok, sentra seni, sentra bermain peran, sentra

26

Miratul Hayati dan Sigit Purnama, Perencanaan Pembelajaran Pendidikan

(33)

persiapan, sentra agama, dan sentra musik.27 Jadi, sentra agama adalah fokus penelitian.

Pendekatan sentra dan lingkaran merupakan salah satu program pendidikan anak usia dini yang berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berada di sentra main dan pada saat anak berada di lingkungan dengan menggunakan 4 jenis pijakan (scaffolding) untuk mendukung perkembangan anak. Pijakan adalah dukungan yang bertahap-tahap sesuai dengan perkembangan anak yang diberikan untuk mengembangkan kemampuan dan perkembangan anak secara lebih tinggi. 4 Pijakan tersebut adalah28:

1) Pijakan lingkungan main

Pijakan lingkungan main dipersiapkan guru dengan cara mengelola lingkungan main sentra yang sesuai dengan kebutuhan dalam penerapan permainan dan bersangkutan dengan pengembangan aspek perkembangan anak, merencanakan jumlah permainan, memiliki dan menyediakan bahan pendukung main, memiliki bahan pendukung pengalaman dalam pengetahuan anak, menata kesempatan main untuk mengembangkan aspek sosial anak.

2) Pijakan pengalaman sebelum main

Pijakan pengalaman sebelum main dimana guru dan anak duduk melingkar, memberi salam dan menanyakan kabar kepada anak-anak, meminta anak-anak untuk memperhatikan temannya yang

27

Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), h. 155-157.

28

Fatmawati, dkk, Implementasi Model Pembelajaran Sentra di TK Amal Insani Yogyakarta, Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, Vol. 4 No. 2, 2019, ISSN: 2502-3519, h. 28-29.

(34)

tidak hadir, dan kegiatan pembukaan lainnya yang dilaksanakan selama 15 menit.

3) Pijakan selama main

Pijakan selama anak main dilaksanakan selama 60 menit dengan cara memberikan waktu kepada anak untuk bereksplorasi dan dalam pengalaman main mereka, berkeliling antara anak-anak yang sedang bermain, menirukan cara berinteraksi yang baik, memberi bantuan kepada anak yang membutuhkan, membimbing anak untuk mencoba permainan lainnya, memberitahukan kepada anak-anak bahwa kurang 5 menit sentra akan selesai.

4) Pijakan setelah main

Pijakan setelah main dengan cara menstimulasi anak agar mengingat kembali pengalaman mainnya dan menceritakan pengalaman tersebut, anak diajak untuk merapikan kembali mainan yang telah digunakan yang dilaksanakan selama 30 menit.

Pengembangan model kegiatan Beyond centres and circles Time (BCCT) atau sentra untuk dapat mengembangkan potensi dasar dan berbagai aspek perkembangan anak usia prasekolah didasarkan pada pembelajaran sebagai sistem berdasarkan pada komponen row input (anak usia taman kanak-kanak sebagai pelajar), environmental input (tuntutan tujuan pembelajaran yang memfokuskan pada perkembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak melalui pembelajaran sentra), instrumental input (tumbuh kembang anak), kemudian merancang atau desain dan input implementasi proses pembelajaran (proses), sehingga dihasilkan anak yang

(35)

berkembang seluruh potensi dan kemampuan yang dimilikinya (output).29 Oleh karena itu, dalam penerapan kegiatan sentra dan lingkaran pada proses pembelajaran ini agar tujuan yang hendak dicapai yaitu mengembangkan seluruh potensi dan aspek perkembangan anak hendaknya mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dalam model pembelajaran beyond centre and circle time yang memfokuskan pada perkembangan anak dan mempersiapkan alat yang akan digunakan.

Kegiatan Beyond Centres and Circles Time (BCCT) memfokuskan setiap materi pembelajarannya kepada perkembangan anak, melalui pembelajaran-pembelajaran yang dapat membangun pengetahuan anak mengenai lingkungan sekitarnya dan sebagainya sesuai tingkatan yang dapat dipahami anak, sehingga materi pembelajaran yang diberikan dapat dipahami anak dengan mudah. Guru berperan sebagai fasilitator yang menyediakan bahan main dan pinjakan serta memberikan arahan kepada anak untuk menguatkan setiap pengetahuan yang didapat oleh anak dari materi pembelajaran yang dipelajarinya.

Kegiatan Beyond Centres and Circles Time (BCCT) menjadikan anak aktif dalam setiap pembelajarannya dimana dalam pelaksanaan pembelajaran melibatkan anak dan lingkungan sekitar. Kegiatan BCCT menggunakan dua lingkungan belajar, yaitu indoor menggunakan materi berupa lembaran pembelajaran dan menggunakan media outdoor.30Hal ini sebagai upaya dalam menciptakan proses pembelajaran menjadi

29

Dadan Suryana,Pendidikan Anak Usia Dini…..,h. 29.

30

(36)

pengalaman nyata dari lingkungan yang sesuai dengan materi yang diberikan.

Dalam model pembelajaran sentra, guru sebagai mediator dan fasilitator serta evaliator. Guru sebagai mediator hendaknya mengetahui dan memahami media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk mengefektifkan proses belajar mengajar. Media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi mendukung keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Guru sebagai fasilitator hendaknya mampu mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan dalam proses pembelajaran dan yang dapat mencapai tujuan proses belajar mengajar baik yang berupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar. Guru sebagai evaluator hendaknya mengikuti hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu secara terus-menerus dan berkesinambungan, informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan merupakan umpan balik terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan tolak ukur dalam memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.31

Sentra menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak, anak dapat bermain secara bebas tanpa adanya tekanan dari guru dan lingkungan, anak menjadi aktif dan kreatif dalam menemukan hal-hal baru yang ia

31

Khadijah, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media, 2013), h.16-17.

(37)

temukan untuk dirinya sendiri. Anak-anak merasa nyaman karena guru selalu memberi dukungan yang positif, anak mendapatkan penghargaan karrena hasil yang ia kerjakan sendiri. Sehingga hal ini menimbulkan energi positif dalam diri anak dan meningkatkan seluruh potensi yang dimiliki anak serta membuat anak tumbuh menjadi anak-anak yang kreatif dan bersyukur.

Kegiatan main di sentra pada anak usia dini dikelompokkan dalam tiga jenis main, yaitu main sensorimotor, main peran, dan main pembangunan. Untuk mendukung proses tersebut, perlu desain ruangan yang khusus sesuai dengan karakteristik masing-masing sentra. Ruangan antara sentra yang satu dengan sentra yang lainnya hanya dibatasi rak mainan dan loker-loker, sehingga memudahkan anak untuk bereksplorasi secara bebas menggunakan seluruh indranya, tanpa mengganggu aktivitas masing-masing sentra serta memudahkan guru untuk saling berkomunikasi dan berinteraksi dalam mendukung proses belajar mengajar.32

Cara belajar anak usia prasekolah memang bersifat khas. Kemampuan memahami perkembangan dan cara belajarnya akan mengarahkan guru dalam kemampuan menyediakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya. Terdapat tiga kata kunci yang saling berkaitan yang harus terpenuhi dalam penyediaan lingkungan belajar, yaitu: pertama, banyak menyediakan sesuatu yang nyata, kedua, dirancang secara simultan, dan ketiga, menarik minat atau menyenangkan anak. Dengan

32

Mukhtar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2016), h. 107.

(38)

kata lain, sediakanlah fasilitas belajar bagi anak yang dapat membuat mereka serius mempelajarinya, tetapi tersenyum dalam melaksanakannya.33

b. Landasan Model Pembelajaran Sentra

Secara arsitektual, BCCT diwujudkan melalui perancangan ruang kelas dalam bentuk sentra-sentra dengan tema-tema yang berbeda. Misalnya sentra alam, sentra bermain peran (mikro/makro), sentra rancang bangun, sentra persiapan, sentra imtaq, sentra seni dan kreativitas, sentra musik dan olah tubuh, sentra IT, dan lain-lain. Masing-masing dari sentra tersebut dapat memberikan suasana yang berbeda selama proses belajar. BCCT dilaksanakan dengan menerapkan sistem moving class, yaitu berpindah setiap hari dari satu sentra ke sentra lain secara bergiliran.

Pendekatan Beyond Centre and Circle Time (BCCT) ini berfokus pada anak yang dalam proses pembelajarannya berpusat di sentra main dan saat anak dalam lingkaran dengan menggunakan pijakan untuk mendukung perkembangan anak. Circle Time adalah sebuah pola permainan saat pendidik duduk bersama anak dengan posisi melingkar untuk memberikan pijakan kepada anak yang dilakukan sebelum dan sesudah main. Pijakan yang dimaksud adalah dukungan yang berubah-ubah sesuai dengan perkembangan yang dicapai anak.

Suyadi mengungkapkan34 prinsip-prinsip sentra dalam Beyond Centre and Circle Time (BCCT), meliputi:

33

Rita mariyana, dkk, Pengelolaan Lingkungan Belajar, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 9.

(39)

1) Keseluruhan proses pembelajaran berdasarkan pada teori dan empiris.

2) Setiap jenis permainan harus ditujukan untuk mengembangkan seluruh aspek kecerdasan anak atau multiple intelligences. 3) Lingkaran bermain, termasuk sentra dan pijakan harus mampu

menstimulasi gerak aktif anak dan pemikiran kreatif peserta didik.

4) Menggunakan standar operasional yang baku dalam proses bermain atau pembelajaran.

5) Pendidik hendaknya sesering mungkin mengikuti berbagai pelatihan dan seminar yang berkaitan dengan pembuatan alat permainan edukatif dan inovasi di bidang permainan, terutama ketika mempraktikkan pendekatan Beyond Centre and Circle Time (BCCT).

c. Prosedur Penggunaan Pendekatan BCCT (Beyond Centre and Circle Time)

1) Intenditas Bermain

Waktu yang dibutuhkan anak untuk pengalaman dalam tiga jenis main sepanjang hari sepanjang tahun. Dalam kesehariannya, intenditas bermain yang dibutuhkan anak dalam sehari yakni dalam tiga jenis permainan. Di sini anak dibebaskan untuk memilih permainan apa saja sesuai dengan keinginan sendiri-sendiri.

2) Denditas Bermain

34

Mhd Habibu Rahman, Model-model Pembelajaran Anak Usia Dini,

(40)

Berkaitan dengan intenditas, denditas adalah berbagai macam cara dari jenis main yang disediakan untuk mendukung pengalaman anak agar dapat berkembang sesuai dengan tahapan perkembangan dengan sehat.35

Gambar 2.1 Tujuh Tahap Implementasi Model Pembelajaran Beyond Centre and Circle Time dalam proses pembelajaran.

Sumber: Miratul Hayati dan Sigit Purnama, Perencanaan

Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini, (Depok: Rajawali Pers, 2019).

1) Penataan Lingkungan Main

Penataan lingkungan main dilakukan dengan memerhatikan hal-hal berikut36 :

a) Sebelum anak datang, pendidik menyiapkan bahan dan alat main yang digunakan sesuai rencana dan jadwal

35

Ibid., h. 314. 36

Miratul Hayati dan Sigit Purnama, Perencanaan Pembelajaran Pendidikan

(41)

kegiatan yang telah disusun untuk kelompok anak yang dibinanya.

b) Pendidik menata alat dan bahan main yang akan digunakan sesuai dengan kelompok usia yang dibimbingnya.

c) Penataan alat main harus mencerminkan rencana pembelajaran yang sudah dibuat. Artinya tujuan yang ingin dicapai anak selama bermain dengan alat main tersebut.

2) Penyambutan Anak

Sambil menyiapkan tempat dan alat main, agar ada seorang pendidik yang bertugas menyambut kedatangan anak. Anak-anak langsung diarahkan untuk bermain bebas dulu dengan teman-teman lainnya sambil menunggu kegiatan dimulai. Sebaiknya, para orangtua/pengasuh sudah tidak bergabung dengan anak.

3) Main Pembukaan (Pengalaman Gerakan Kasar)

Pendidik menyiapkan seluruh anak dalam lingkaran, lalu menyebutkan kegiatan pembuka yang akan dilakukan. Kegiatan pembuka bisa berupa permainan tradisional, gerak dan musik, atau lainnya. Salah satu guru ada yang memimpin, guru lainnya jadi peserta bersama anak (mencontohkan). Kegiatan main pembukaan berlangsung sekitar 15 menit.

(42)

4) Transisi 10 Menit

a) Setelah selesai main pembukaan, anak-anak diberi waktu untuk pendinginan dengan cara bernyanyi dalam lingkaran, atau membuat permainan tebak-tebakan. Tujuannya agar anak kembali tenang. Setelah anak tenang, anak secara bergiliran dipersilahkan untuk minum atau ke kamar kecil. Gunakan kesempatan ini untuk mendidik (pembiasaan) kebersihan diri anak. Kegiatannya bisa berupa cuci tangan, cuci muka, cuci kaki maupun pipis di kamar kecil.

b) Sambil menunggu anak minum atau ke kamar kecil, masing-masing guru siap di tempat bermain yang sudah disiapkan untuk kelompoknya masing-masing.

5) Kegiatan Inti di Tiap-tiap Kelompok

a) Pijakan Pengalaman Sebelum Main (15 Menit)

(1) Guru dan anak duduk melingkar. Guru memberi salam pada anak-anak, menanyakan kabar anak-anak.

(2) Guru meminta anak-anak untuk memerhatikan siapa saja yang tidak hadir hari ini (mengabsen).

(3) Berdoa bersama, mintalah anak secara bergilir siapa yang memimpin doa hari ini.

(4) Guru menyampaikan tema hari ini dan dikaitkan dengan kehidupan anak.

(43)

(5) Guru membacakan buku yang terkait dengan tema. Setelah membaca selesai, kader menanyakan kembali isi cerita.

(6) Guru mengaitkan isi cerita dengan kegiatan main yang dilakukan anak.

(7) Guru mengenalkan semua tempat dan alat main yang sudah disiapkan.

(8) Dalam memberi pijakan, guru harus mengaitkan kemampuan apa yang diharapkan muncul pada anak, sesuai dengan rencana belajar yang sudah disusun. (9) Guru menyampaikan bagaimana aturan main (digali dari

anak), memilih teman main, memilih mainan, cara menggunakan alat-alat, kapan memulai dan mengakhiri main serta merapikan kembali alat yang sudah dimainkan.

(10) Guru mengatur teman main dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih teman mainnya. Apabila ada anak yang hanya memilih anak tertentu sebagai teman mainnya, maka guru agar menukar teman mainnya.

(11) Setelah anak siap untuk main, guru mempersilahkan anak untuk mulai bermain. Agar tidak berebut serta lebih tertib. Guru dapat menggilir kesempatan setiap anak untuk mulai bermain, misalnya berdasarkan warna baju,

(44)

usia anak, huruf depan nama anak, atau cara lainya agar lebih teratur.

b) Pijakan Pengalaman Selama Anak Main (60 Menit)

(1) Guru berkeliling diantara anak-anak yang sedang bermain.

(2) Memberi contoh cara main pada anak yang belum bisa menggunakan bahan/alat.

(3) Memberi dukungan berupa pernyataan positif tentang pekerjaan positif yang dilakukan anak.

(4) Memancing dengan pertanyaan terbuka untuk memperluas cara main anak. Pertanyaan terbuka artinya pertanyaan yang tidak cukup dengan dijawab ya atau tidak saja, tetapi banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan anak.

(5) Memberikan bantuan kepada anak yang membutuhkan. (6) Mendorong anak untuk mencoba dengan cara lain,

sehingga anak memiliki pengalaman main yang kaya. (7) Mencatat yang dilakukan anak (jenis main, tahap

perkembangan, tahap sosial).

(8) Mengumpulkan hasil kerja anak. Jangan lupa mencatat nama dan tanggal di lembar kerja anak.

(9) Bila waktu tinggal 5 menit, kader memberitahukan kepada anak-anak untuk bersiap-siap menyelesaikan kegiatan mainnya.

(45)

c) Pijakan Pengalaman Setelah Main (30 Menit)

(1) Bila waktu main habis, guru memberitahukan saatnya membereskan. Membereskan alat dan bahan yang telah digunakan dengan melibatkan anak-anak.

(2) Bila anak belum terbiasa untuk membereskan, guru bisa membuat permainan yang menarik agar anak ikut membereskan.

(3) Saat membereskan, guru menyiapkan tempat yang berbeda untuk setiap jenis alat, sehingga anak dapat mengelompokkan alat main sesuai dengan tempatnya. (4) Bila bahan main sudah dirapikan kembali, satu orang

pendidik guru membantu anak membereskan baju anak (menggantinya bila basah), sedangkan kader lainnya dibantu orangtua membereskan semua mainan hingga semuanya rapih di tempatnya.

(5) Bila anak sudah rapih, mereka diminta duduk melingkar bersama guru.

(6) Setelah semua anak duduk dalam lingkaran, guru menanyakan pada setiap anak kegiatan main yang tadi dilakukannya. Kegiatan menanyakan kembali (recalling) melatih daya ingat anak dan melatih anak mengemukakan gagasan dan pengalaman mainnya (memperluas perbendaharaan kata anak).

(46)

a) Usahakan setiap pertemuan ada kegiatan makan bersama. Jenis makana berupa kue atau makanan lainnya yang dibawa oleh masing-masing anak. Sekali dalam sebulan upayakan ada makanan yang disediakan untuk perbaikan gizi.

b) Sebelum makan bersama, guru mengecek apakah ada anak yang tidak membawa makanan. Jika ada tanyakan siapa yang mau memberi makan pada temannya (konsep berbagi).

c) Guru memberitahukan jenis makanan yang baik dan kurang baik.

d) Jadikan waktu makan bekal bersama sebagai pembiasaan tata cara makan yang baik (adab makan).

e) Melibatkan anak untuk membereskan bekas makanan dan membuang bungkus makanan ke tempat sampah.

7) Kegiatan Penutup (15 Menit)

a) Setelah semua anak berkumpul membentuk lingkaran, guru dapat mengajak anak menyanyi atau membaca puisi. Guru menyampaikan rencana kegiatan minggu depan, dan menganjurkan anak untuk bermain yang sama di rumah masing-masing.

b) Guru meminta anak yang sudah besar bicara bergiliran untuk memimpin doa penutup.

c) Untuk menghindari berebut saat pulang, digunakan urutan berdasarkan warna baju, usia, atau cara lain untuk keluar dan bersalaman lebih dahulu.

(47)

Gambar 2.2 Konsep Desain Sarana Pembelajaran Sentra dan Lingkaran

Sumber: Miratul Hayati dan Sigit Purnama, Perencanaan Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini, (Depok: Rajawali Pers, 2019).

Untuk mendukung pembelajaran sentra, Aggara menawarkan konsep desain sarana pembelajaran sebagai berikut:

1) Playfull, sarana belajar tidak hanya digunakan secara konvensional namun mampu membuat anak dapat memainkan untuk mengembangkan keterampilan dan motorik kasar.

2) Educative, yang memberikan pengetahuan terhadap anak tentang bentuk balok maupun huruf sehingga didalam

(48)

penggunaan sarana belajar anak mampu berinteraksi dan mampu berpikir dalam menyelesaikan masalah.

3) Collective, untuk mendukung kegiatan belajar anak sesuai dengan aktivitas yang dilakukan di dalam kelas, dan menyesuaikan keadaan di dalam kelas sehingga tercipta pembelajaran yang interaktif.

4) Colorful, agar dapat menarik minat anak untuk belajar sambil bermain karena anak dapat memainkan warna yang men jadi pilihan mereka untuk digunakan sebagai sarana belajar di dalam kelas.

5) Movable, sarana belajar yang digunakan untuk anak mampu dipindahkan sendiri oleh anak sehingga mendukung metode pembelajaran BCCT dengan model pembelajaran aktif dan learning by doing.37

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran BCCT 1) Keunggulan

Kurikulum BCCT diarahkan untuk membangun pengetahuan anak yang digali oleh anak itu sendiri. Anak didorong untuk bermain di sentra-sentra kegiatan. Sedangkan pendidik berperan sebagai perancang, pendukung dan penilai kegiatan anak. Pembelajaran bersifat individual, sehingga rancangan, dukungan, dan penilaiannya pun disesuaikan dengan tingkatan perkembangan dikebutuhan tiap anak.

37

(49)

Tahapan perkembangan anak dirumuskan dengan rinci dan jelas, sehingga guru memiliki panduan dalam penilaian perkembangan anak. Kegiatan pembelajaran tertata dalam urutan yang jelas. Penataan lingkungan main sampai pada pemberian pijakan-pijakan. Setiap anak memperoleh dukungan untuk aktif, kreatif, dan berani mengambil keputusan sendiri. Setiap tahap perkembangan bermain anak dirumuskan secara jelas, sehingga dapat menjadi acuan bagi pendidik melakukan penilaian perkembangan anak. Penerapan BCCT tidak bersifat kaku. Dapat dilakukan secara bertahap, sesuai situasi dan kondisi setempat. 2) Kelemahan

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan BCCT, sudah sangat baik untuk diterapkan. Namun masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki agar berjalan sesuai dengan semestinya. Berikut ini adalah kelemahan yang terdapat dalam pendekatan BCCT:

a. Memerlukan tempat yang luas, untuk opening circle dan untuk materi pijakan lingkungan. Mengapa menjadi kelemahan, karena tidak semua lembaga pendidikan memiliki ruangan yang besar.

b. Guru atau pendidik diperlukan mempunyai komitmen yang tinggi dalam pelaksanaan tugas. Serta guru yang

Gambar

Gambar  2.1 Tujuh  Tahap  Implementasi  Model  Pembelajaran Beyond Centre and Circle Time dalam proses pembelajaran.
Gambar  2.2 Konsep  Desain  Sarana  Pembelajaran  Sentra  dan Lingkaran
Gambar 3.1 Model Analisis Data Miles and Huberman
Gambar 3.2 The Reseach Process
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan dari 17 siswa kelas IV SDN 010 Barangan hanya 8 siswa yang bertanya, 5 siswa yang berani menanggapi hasil diskusi temannya, 10 siswa yang

“ Boerhavia diffusa (Punarnava) Root Extract as green Corrosion Inhibitor for Mild Steel in Hydrochloric Acid Solution: Theoritical and Electrochemical Studies.”

Selain fungsi bernilai real yang telah dibahas terlebih dahulu, didalam pembahasan ini akan dibahas mengenai fungsi bernilai vektor.Fungsi bernilai vektor atau fungsi vektor

Hasil penelitian yang ditemukan tidak sesuai dengan teori yang menyatakan hubungan mentoring yang holistik antara pembimbing dengan mahasiswa harus bisa saling peduli dan

Apabila dibandingkan dengan kandungan karbon terikat pada hutan rawa gambut primer (virgin forest) sebesar 172,16 ton/ha (Perdhana 2009) menunjukkan bahwa

Author retains, in addition to uses permitted by law, the right to communicate the content of the Contribution to other scientists, to share the Contribution with them in

Berkaitan dengan kerjasama antara pasar modern dengan usaha kecil menengah, meskipun sudah ada upaya untuk mensinergikan antara pasar tradisional dengan pasar modern

Guru Kondrat Siregar pindah pada tahun 1927 dari Janji Mauli dan digantikan. oleh guru Salman Harahap dari