• Tidak ada hasil yang ditemukan

HERU TOPAN WIJAYA 2102011212003 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HERU TOPAN WIJAYA 2102011212003 BAB V"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

5.1. Program Dasar Perencanaan

Konsep dasar pada perencanaan Pangkalan Pendaratan Ikan Tambak Mulyo Semarang ini didasari dengan pembenahan fasilitas didalamnya agar dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat sekitar kawasan Tambak Mulyo Semarang.

5.1.1. Program Ruang

1. Pangkalan Pendaratan Ikan

NO. Ruang Terbangun Luas

1. Ruang Pengelola 145 m2

2. Tempat Pelelangan Ikan 440 m2

3. Parkir 1.600 m2

Total Luas Bangunan 2.185 m2

KDB 60 % 1.311 m2

Total Luas Lahan 5.104 m2

2. Dermaga

NO. Ruang Terbangun Luas

1. Dermaga 11.200 m²

Total Luas Bangunan 11.200 m²

KDB 60 % 6.720 m2

Total Luas Lahan 17.920 m2

3. Kolam Pelabuhan

NO. Ruang Terbangun Luas

1. Kolam Pelabuhan 4.500 m²

Total Luas Bangunan 4.500 m²

KDB 60 % 2.700 m2

Total Luas Lahan 7.200 m2

Tabel. 5.1. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun PPI

Sumber : Analisa Pribadi

Tabel. 5.2. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Dermaga

Sumber : Analisa Pribadi

Tabel. 5.3. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Kolam Pelabuhan

(2)

4. Bengkel Kapal

NO. Ruang Terbangun Luas

1. Bengkel Kapal 290 m2

Total Luas Bangunan 290 m2

KDB 60 % 174 m2

Total Luas Lahan 464 m2

5. SPBN

NO. Ruang Terbangun Luas

1. SPBN 1.500 m2

Total Luas Bangunan 1.500 m2

KDB 60 % 900 m2

Total Luas Lahan 2.400 m2

6. Mess Nelayan

NO. Ruang Terbangun Luas

1. Mess Nelayan 620 m2

Total Luas Bangunan 620 m2

KDB 60 % 372 m2

Total Luas Bangunan 2.780 m2

KDB 60 % 1.668 m2

Total Luas Lahan 4.448 m2

Tabel. 5.4. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Bengkel Kapal

Sumber : Analisa Pribadi

Tabel. 5.5. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun SPBN

Sumber : Analisa Pribadi

Tabel. 5.6. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Mess Nelayan

Sumber : Analisa Pribadi

Tabel. 5.7. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Pasar Ikan

(3)

8. Pasar Tradisional

NO. Ruang Terbangun Luas

1. Pasar Tradisional 510 m2

2. Parkir 1.000 m2

Total Luas Bangunan 1.510 m2

KDB 60 % 906 m2

Total Luas Bangunan 2.380 m2

KDB 60 % 1.428 m2

Total Luas Lahan 3.808 m2

Total Luas Lahan yang dibutuhkan sebesar : 42.432 m2

Luas Tapak : 268.815 m2

5.1.2. Hububungan Antar Fasilitas

Tabel. 5.8. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Pasar Tradisional

Sumber : Analisa Pribadi

Tabel. 5.9. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Restoran

Sumber : Analisa Pribadi

Tabel. 5.1. Hubungan Antar Fasilitas

(4)

5.1.3. Tapak Terpilih

1. Pangkalan Pendaratan Ikan

2. Dermaga

3. Kolam Pelabuhan

Tabel. 5.2. Kondisi Eksisting Kawasan Tambak Mulyo, Semarang

(5)

4. SPBN

5. Mess Nelayan

6. Pasar Tradisional

Tabel. 5.3. Kondisi Eksisting Kawasan Tambak Mulyo, Semarang

(6)

Tapak berada Tambak Mulyo, Kelurahan Tanjung Mas, Kec. Semarang Utara, Jawa Tengah

d. Barat : Tambak Lorok Thermal dan Gas Power

5.2. Program Dasar Perancangan

5.2.1. Aspek Kinerja

1. Sistem jaringan listrik

Sumber penyediaan listrik pada bangunan tersebut berasal dari:

 Sumber utama dari PLN

 Cadangan penyedian listrik dari genset, apabila aliran listrik dari PLN terputus

Listrik PLN diterima trafo untuk penstabilan tegangan, diteruskan ke Main Distribution Panel (MDP), diteruskan ke Secondary Distribution Panel (SDP) untuk kemudian diterima oleh peralatan listrik. Terdapat juga energi alternatif yang bersumber dari energi matahari, angin dan air. Yang kemudian disimpan di trafo kemudian disalurkan ke kawasan Tambak Mulyo Semarang.

2. Sistem air bersih

Menggunakan sistem down feed. Dengan sistem ini air bersih dipompakan ke atas, ditampung dalam reservoir (roof tank) kemudian disalurkan ke ruang-ruang yang membutuhkan. Selain air bersih dari mata air yang disalurkan ke bangunan-bangunan dan fasilitas lain.

3. Sistem air kotor dan limbah

Pembuangan kotoran padat berupa kotoran dari ikan-ikan, adanya saluran yang dihubungkan dengan bak-bak penampung melalui pipa-pipa atau saluran tertutup dan selanjutnya melalui proses pengolahan limbah. Pembuangan kotoran cair air kotor dipisahkan dari saluran pembuangan lain, melalui pipa-pipa atau saluran tertutup ditampung pada treatment sebelum disalurkan ke sungai atau riol kota.

(7)

4. Sistem pengolahan sampah

Sistem distribusi sampah dibedakan menurut jenisnya masing-masing yaitu sampah anorganik dan sampah organik melalui tempat sampah dengan pemisah jenis sampah. Kemudian sampah dikumpulkan untuk dibuang ke tempat penampungan akhir.

5. Sistem pemadam kebakaran

Sistem pemadam kebakaran yang dapat digunakan pada bangunan Tambak Mulyo Semarang mandiri ini berupa Hydrant kebakaran dan Fire Extenghuise.

6. Sistem penangkal petir

Sistem penghantar petir yang digunakan adalah sistem Franklin yang berupa tongkat panjang terbuat dari logam berupa tiang-tiang kecil setinggi 50 cm yang dipasang di atap sebagai penangkap petir. Kemudian dihubungkan dengan kabel-kabel timah yang telah diberi isolator dialirkan ke bumi.

7. Sistem komunikasi

Untuk kelancaran komunikasi dan menunjang aktivitas di dalam kawasan Tambak Mulyo Semarang, maka bangunan dilengkapi dengan alat komunikasi, seperti telepon, internet. Sedangkan untuk komunikasi di dalam antar bangunan digunakan interkom.

5.2.2. Aspek Teknis

1. Sistem struktur

Syarat utama sistem struktur bangunan antara lain :

a. Kuat terhadap gaya-gaya yang bekerja b. Fleksibel

c. Stabil, dalam arti tidak bergeser dari tempat semula

Sistem struktur bangunan akan mempengaruhi terbentuknya bangunan, sehingga akan mempengaruhi penampilan bangunan tersebut. Ada beberapa persyaratan pokok struktur antara lain :

a. Keseimbangan, agar massa bangunan tidak bergerak

b. Kestabilan, agar bangunan tidak goyah akibat gaya luar dan punya daya tahan c. terhadap gangguan alam, misalnya gempa, angin, dan kebakaran.

d. Kekuatan, berhubungan dengan kesatuan seluruh struktur yang menerima beban.

e. Fungsional, agar sesuai dengan fungsinya yang didasarkan atas tuntutan besaran ruang, fleksibilitas terhadap penyusunan unit- unit hunian, pola sirkulasi, system utilitas, dan lain-lain.

f. Ekonomis, baik dalam pelaksanaan maupun pemeliharaan.

(8)

kemungkinan bentuk massa bangunannya tidak terlalu rumit, maka struktur yang dapat atau mampu mendukung yaitu system rangka dan pondasi setempat.

2. Bahan Bangunan

Pemilihan bahan bangunan dalam perancangan dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Sesuai dengan system struktur, modul dan konstruksi bangunan.

b. Penggunaan material lokal yang sesuai dengan teknologi, mudah dirawat, dipelihara. c. Kekuatan dan kemudahan perawatan bahan banguna yang digunakan.

3. Pola Lanscape

1. Sirkulasi Pedestrian

Sirkulasi pedestrian membentuk jaringan penting didalam menghubungkan aktivitas-aktivitas didalam tapak. Pedestrian pada umumnya mengikuti jalur-jalur yang paling terarah jika sistem berjalan dikembangkan dengan menggunakan point of visual interest. Ada beberapa macam pola penataan jalur pedestrian, yaitu pola geometris, pola natural, dan pola campuran dari keduanya. Pola pedestrian yang digunakan adalah pola campuran.

Jalan setapak harus dirancang untuk memungkinkan untuk digunakan oleh berbagai macam pejalan kaki, bahkan untuk berlari, bergerak dengan bebas, aman, dan tidak terhalangi oleh lingkungan tata ruang. Agar dapat dilalui oleh difable, maka jalur pedestrian yang

memiliki perbedaan ketinggian harus dilengkapi dengan ramp.

2. Penataan Vegetasi

Penataan vegetasi yang akan digunakan yaitu : a. Vegetasi sebagai pengarah ruang

b. Vegetasi sebagai pembatas ruang c. Vegetasi sebagai pengalas ruang d. Vegetasi sebagai peneduh ruang e. Vegetasi sebagai estetis

f. Vegetasi sebagai desain

3. Penataan hard material

Sarana-sarana seperti tempat sampah, signage, dan pot bunga dirancang dengan bentuk-bentuk yang dapat menyatu dengan lingkungan dan tidak memberikan kesan asing.

4. Penerangan

Jenis lampu untuk penerangan luar yang digunakan pada kawasan ini, yaitu:

a. Lampu tingkat rendah (ketinggian di bawah mata) b. Lampu pejalan kaki (ketinggian 4-4,5m)

(9)

5.2.3. Aspek Arsitektur

Konsep desain pada beberapa bangunan pada kawasan Tambak Mulyo Semarang ini bercirikan Arsitektur Pesisir, yang bercirikan sebagai berikut (Soegiarto,1976),

1. Mempunyai atap yang relatif tinggi dengan kemiringan diatas 30 derajat. Ruang di bawah atap berguna untuk meredam panas.

2. Mempunyai teritisan / overstek atap yang cukup lebar untuk mengurangi efek tampias dari hujan yang disertai angin. Juga untuk menahan sinar matahari langsung yang masuk ke dalam bangunan.

3. Mempunyai lubang / bukaan untuk ventilasi udara secara silang, sehingga suhu di dalam ruangan bisa tetap nyaman.

Namun kondisi yang berpengaruh dalam perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah, yaitu :

1. Kenyamanan Thermal

Usaha untuk mendapatkan kenyamana thermal terutama adalah mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari permukaan dalam yang panas.

Perolehan panas dapat dikurangi dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai tahan panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang menembus bahan tersebut akan terhambat.Permukaan yang paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas dari bagian atas agak sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara, misalnya rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas reflektif juga akan memperbesar tahan panas. Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu :

a. Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat.

b. Melindungi dinding dengan alat peneduh. Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan panas dari permukaan, terutama untuk permukaan atap.

(10)

2. Aliran Udara Melalui Bangunan

Kegunaan dari aliran udara atau ventilasi adalah :

a. Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yaitu penyediaan oksigen untuk pernafasan, membawa asap dan uap air keluar ruangan, mengurangi konsentrasi gas-gas dan bakteri serta menghilangkan bau.

b. Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan thermal, mengeluarkan panas, membantu mendinginkan bagian dalam bangunan.

Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat perbedaan temperatur antara udara di dalam dan diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan sebaikbaiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki. Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan thermal. Untuk yang pertama sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu terbuka. Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang bukaannya dapat diatur.

3. Radiasi Panas

Radiasi panas dapat terjadi oleh sinar matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan dan dari permukaan yang lebih panas dari sekitarnya, untuk mencegah hal itu dapat digunakan alat-alat peneduh (Sun Shading Device).

Pancaran panas dari suatu permukaan akan memberikan ketidaknyamanan thermal bagi penghuni, jika beda temperatur udara melebihi 40C. hal ini sering kali terjadi pada permukaan bawah dari langit-langit atau permukaan bawah dari atap.

4. Penerangan Alami pada Siang Hari

Cahaya alam siang hari yang terdiri dari :

a. Cahaya matahari langsung. b. Cahaya matahari difus

Di Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya cahaya ini untuk penerangan siang hari di dalam bangunan.Tetapi untuk maksud ini, cahaya matahari langsung tidak dikehendaki masuk ke dalam bangunan karena akan menimbulkan pemanasan dan penyilauan, kecuali sinar matahari pada pagi hari. Sehingga yang perlu dimanfaatkan untuk penerangan adalah cahaya langit.

Untuk bangunan berlantai banyak, makin tinggi lantai bangunan makin kuat potensi cahaya langit yang bisa dimanfaatkan. Cahaya langit yang sampai pada bidang kerja dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen :

(11)

Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan bagian terbesar pada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya.Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat penerangan pada bidang kerja tersebut adalah :

a. Luas dan posisi lubang cahaya. b. Lebar teritis

c. Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya

d. Faktor refleksi cahaya dari permukaan dalam dari ruangan.

5. Permukaan di luar bangunan di sekitar lubang cahaya.

Gambar

Tabel. 5.1. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun PPI
Tabel. 5.7. Rekapitulasi Jumlah Ruang Terbangun Pasar Ikan
Tabel. 5.1. Hubungan Antar Fasilitas
Tabel. 5.2. Kondisi Eksisting Kawasan Tambak Mulyo, Semarang Sumber : Analisa Pribadi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh getah pepaya terhadap kualitas lada putih, konsentrasi getah pepaya yang paling baik dalam perendaman lada, waktu

STAR (Student Teacher Aesthetic Role-sharing) adalah suatu kegiatan untuk membawa mahasiswa dan dosen dalam suatu hubungan/suasana akademik yang lebih erat dan serasi.. Dengan

Hal ini sesuai dengan pengamatan penelitian yang mengungkapkan bahwa faktor pendukung dalam menerapkan fungsi administrasi perkantoran modern di Kecamatan Barombong

kekontinuan momentum dan gaya yang terjadi pada aliran sungai, didapatkan bentuk persamaan sungai sebagai berikut:..

Potensial sel standar akan tergantung pada perbedaan dari kemampuan dua elektroda yang bertindak sebagai agen pereduksi. E ° sel = E ° katoda (reduksi) - E °

Hubungan stratigrafi antara batuan di daerah Pegunungan Selatan batuan beku intrusi terletak pada lokasi yang sama atau berdekatan dengan batuan gunung api “endapan turbidit”;

Republik Indonesia, walaupun melakukan aksesi terhadap Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika dan Psikotropika, 1988 tidak berarti