• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I HERPES ZOSTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I HERPES ZOSTER"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes pada manusia yaitu, herpes simpleks, Varizolla zoster (VZV), Cytomegalovirus (CMV), Epstein Barr (EBV), dan human herpes virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel (http://duta4diagnosa.blogspot.com).

Herpes zoster telah dikenal sejak zaman Yunani kuno. Herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama dengan varisela, yaitu virus varisela zoster. 1,2 Herpes zoster ditandai dengan adanya nyeri hebat unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dan nervus kranialis. 3,4 Insiden herpes zoster tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka kesakitan antara pria dan wanita. Angka kesakitan meningkat dengan peningkatan usia. Diperkirakan terdapat antara 1,3-5 per 1000 orang per tahun. Lebih dari 2/3 kasus berusia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% kasus berusia di bawah 20 tahun (http://www.ziddu.com).

Patogenesis herpes zoster belum seluruhnya diketahui. Selama terjadi varisela, virus varisela zoster berpindah tempat dari lesi kulit dan permukaan mukosa ke ujung saraf sensorik dan ditransportasikan secara sentripetal melalui serabut saraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada ganglion terjadi infeksi laten, virus tersebut tidak lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan untuk berubah menjadi infeksius. Herpes zoster pada umumnya terjadi pada dermatom sesuai dengan lokasi ruam varisela yang terpadat. Aktivasi virus varisela zoster laten diduga karena keadaan tertentu yang berhubungan dengan imunosupresi, dan imunitas selular merupakan faktor penting untuk pertahanan pejamu terhadap infeksi endogen (http://www.ziddu.com).

(2)

langsung atau lewat aliran darah sehingga terjadi herpes zoster generalisata. Hal ini dapat terjadi oleh karena defek imunologi karena keganasan atau pengobatan imunosupresi. Secara umum pengobatan herpes zoster mempunyai 3 tujuan utama yaitu: mengatasi inveksi virus akut, mengatasi nyeri akut ynag ditimbulkan oleh virus herpes zoster dan mencegah timbulnya neuralgia paska herpetik (http://www.ziddu.com).

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien herpes zoster dan dapat menerapkannya.

2. Tujuan khusus

a. Agar mahasiswa mampu memahami pengertian herpes zoster b. Agar mahasiswa mampu memahami patofiologi herpes zoster c. Agar mahasiswa mampu memahami etiologi herpes zoster d. Agar mahasiswa mampu memahami manifestasi klinis e. Agar mahasiswa mampu memahami komplikasi f. Agar mahasiswa mampu memahami cara penularan

g. Agar mahasiswa mampu memahami jenis-jenis herpes zoster h. Agar mahasiswa mampu memahami pencegahan

i. Agar mahasiswa mampu memahami pengobatan

(3)

BAB II PEMBAHASAN

C. Pengertian Herpes Zoster

Herpes Zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri redikular unilateral serta timbunya lesi veikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan merupakan reaktivasi virus varisela zoster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus. Herpes zoster adalah radang kulit akut, mempunyai sisfat khas yaitu vesikel-vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persarafan sensorik kulit sesuai dermatom (Harahap, 2000 ; Siregar, 2005).

Herpes zoster (dampa, cacar ular) adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Kadang-kadang infeksi primer berlangsung subklinis. Frekuensi penyakit pada pria dan wanita sama, lebih sering mengenai usia dewasa (Arif, 2000).

D. Patifisiologi

Masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit berupa lesi baru yang tetap timbul berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Virus berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan kranialis. Lokasi kelainan kulit setingkat dengan daerah persarafan ganglion. Kadang-kadang virus ini juga menyerang ganglion anterior bagian motorik kranalis sehingga memberikan gejala-gejala gangguan motorik (Arif, 2000).

(4)

Herpes zoster disebabkan oleh Varicella Zoster Virus (VZV). VZV mempunyai kapsid yang tersusun dari 162 subunit protein dan bebrbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100 nm. Virion lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dapat dihancurkan oleh bahan organik, deterjen, enzim proteolitik, panas, dan lingkungan pH yang tinggi (Harahap, 2000).

Herpes zoster terjadi karena reaktivasi dari virus varicella (cacar air). Frekuensi meningkat pada pasien dengan imunitas yang lemah dan menderita malignitas seperti leukemia dan limfoma. Cara penularan melalui kontak langsung dengan lesi aktif sekresi pernafasan. Umur dewasa lebih sering dibanding anak-anak dan jenis kelamin pria sama dengan wanita juga tidak tergantung musim (http://hidayat2.wordpress.com).

.

F. Manifestasi klinis

Gejala awal demam, pusing, lemas , nyeri otot tulang , gatal, pegal, kulit kebal. Gejala singkat biasanya ada neuralgia beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan kelainan kulit. Adakalanya sebelum timbul kelainan kulit didahului oleh demam. Kelainan kulit tersebut mula-mula berupa aritema kemudian berkembang menjadi papula dan vesikula yang dengan cepat membesar dan menyatu sehingga terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula jernih, setelah beberapa hari menjadi keruh dan dapat pula bercampur darah. Jika absorbs terjadi, vesikula dan bula akan menjadi krusta (Siregar, 2005).

(5)

Disamping gejala kulit dijumpai pembesaran kelenjar getah bening regional. Lokalisasi penyakit ini adalah unilateral dan bersifat dermatomal sesuai dengan tempat persyarafan. Pada susunan saraf tepi jarang timbul kelainan motorik tetapi pada susunan saraf pusat kelainan ini lebih sering karena struktur ganglion kranialis memungkinan hal tersebut. Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas. Kelainan pada muka sering disebabkan oleh karena gangguan pada nervus trigeminus atas nervus fasialis dan otikus (Arif, 2000).

Herpes zoster oftalmikus disebabkan oleh infeksi cabang-cabang pertana nervus trigeminus. Sehingga menimbulkan kelainan pada mata, disamping itu juga cabang kedua dan ketiga menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafannya. Sindrom Ramsay Hunt diakibatkan oleh gangguan nervus fasalis dan otikus sehingga menyebabkan pengelihatan ganda paralisis otot muka (Paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan tingkat persyarafan, tinnitus vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan. Herpes zoster abortif artinya penyakit ini berlangsnug dalam waktu yang singkat dan kelainan kulit hanya berupa vesikel dan eritema. Pada Herpes Zoster generalisata kelainan kulitnya unilateral dan segmental ditambah kelainan kulit yang menyebar secara generalisa berupa vesikel yang solitar dan ada umbilikasi. Nauralgia pasca laterpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan. Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Hal ini cenderung dijumpai pada usia lebih dari 40 tahun (Arif, 2000).

G. Komplikasi (http://hidayat2.wordpress.com) 1. Sikatriks

2. Neuralgia pascaherpetik

H. Cara penularan

(6)

melalui udara masuk mukosa saluran pernafasan bagian atas (http: //www.lenterabiru.com).

I. Jenis-jenis herpes zoster

Menurut daerah penyerangannya di kenal 6 lokasi (Hrahap, 2000) : 1. Herpes zoster oftalmika : menyerang dahi dan sekitar mata. 2. Herpes zoster servikalis : menyerang pundak dan lengan. 3. Herpes zoster torakalis : menyerang dada dan perut. 4. Herpes zoster lumbalis : menyerang bokong dan paha.

5. Herpes zoster sakralis : menyerang sekitar anus dan genetalia.

6. Herpes zoster otikum : menyerang telinga. Gangguan pada nervus fasialis dan otikus dapat menimbulkan sindrom Ramsay-Hunt dengan gejala paralisis otot-otot muka (Bell,s palsy), tinnitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus dan nausea.

Bentuk-bentuk lain herpes zoster (Harahap, 2000) :

1. Herpes zoster hemoragika : vesikula-vesikulanya tampak berwarna merah kehitaman karena berisi darah.

2. Herpes zoster abortivum : penyakit berlangsung ringan dalam waktu yang singkat dan erupsinya hanya berupa eritema dan papula kecil.

3. Herpes zoster generalista : kelainan kulit yang unilateral dan segmental disertai kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikula dengan umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya pada penderita limfoma maligna.

J. Pencegahan

Pencegahan penyakit herpes zoster seharusnya mencakup pencegahan infeksi laten dan pencegahan reaktivasi virus yang laten tersebut. Terapi sampai sekarang belum ditemukan cara untuk pencegahan tersebut (Harahap, 2000).

K. Pengobatan

1. Terapi sistemik hanya bersifat simtomatik, misalnya pemberian analgetika untuk mengurangi neuralgia. Dapat pula ditambahkan neurotropik : vitamin B1, B6 dan B12. Antibiotika diberikan bila ada infeksi sekunder.

(7)

3. IDU 5-40% dalam 100% DMSO (dimetilsulfoksid) dipakai secara topical.

4. Pemberian secara oral prednisone 30 mg per hari atau triamsinolon 48 mg sehari akan memperpendek masa neuralgia pasca herpetika, terutama pada orang tua dan seyogyanya sudah diberikan sejak awal timbulnya erupsi.

5. Pengobatan dengan imunomodulator, seperti isoprinosin, dan antivirus seperti interferon dapat pula dipertimbangkan.

6. Asiklovir (zovirax) 5x200 mg sehari selama 5hari kemungkinan dapat memperpendek dan memperingan penyakit ini (Harahap, 2000).

L. Pemeriksaan penunjang

Tzanck’s smear dan punch biopsy: adanya sel raksasa berinti banyak dan sel epitel mangandung badan inklusi eosinofilik, yang tidak terdapat pada lesi yang lain, kecuali virus herpes simpleks. Isolasi virus: cairan vesikel, darah, cairan serebrospinalis, jaringan terinfeksi, antigen VVZ (http://hidayat2.wordpress.com).

M. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Siregar (2000) : 1. Istirahat

2. Untuk mengurangi neuralgia dapat diberikan analgesik

3. Usahakan dapat supaya vesikel tidak pecah untuk menghindari infeksi sekunder, yaitu dengan bedak salisil 2%. Jika terjadi infeksi sekunder dapat diberikan antibiotic local missal, salep kloramfenikol 2%.

4. Pengobatan spesifik belum ada sehingga vitamin B1, suntikan hipofisis 0,5-1 cc/hari, anibiotika spectrum luas misalnya klorampenikol, tetrasiklin untuk mengurangi infeksi sekunder. Untuk mengurangi neuralgia pascaherpatika dapat diberikan kortikosteroid seperti prednisone dan deksametason.

(8)

yang biasa digunakan ialah isoprinosin 50.mg/kg BB/hari, Dosis maksimal 3000 mg sehari. Obat ini juga diberikan dalam 3 hari pertama lesi muncul.

Kortikosteroid di indikasikan untuk sindrom Ramsay Hunt untuk mencegah fibrosi ganglion. Pemberian harus sedini-dininya untuk mencegah paralisis. Biasa diberikan prednison 3 x 20 mg/hr. setelah seminggu dosis diturunkan bertahap. Dosis prednisone yang tinggi akan menekan imunitas sehingga lebih baik digabung dengan obat antiviral.

Pengobatan topikal bergantung pada stadium. Pada stadium vesikel diberikan bedak untuk mencegah peceahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosive diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.

Pemeriksaan kulit (Siregar, 2000) :

 Lokalisasi : bisa di semua tempat, paling sering pada servikal IV dan lumbal II

 Eforesensi/sifat-sifatnya : lesi biasanya berupa kelompok-kelompok vesikel sampai bula di atas daerah yang eritematosa. Lesi yang khas bersifat unilateral pada dermatom yang sesuai dengan letak saraf yang terinfeksi virus.

BAB III

ASUHAN KEPRAWATAN PADA PASIEN HERPES ZOSTER

A. Pengkajian Data Subyektif 1. Riwayat

(9)

b. Riwayat immunocompromised (HIV/AIDS, leukimia)

c. Adanya keluhan demam, pusing, malaise, nyeri otot-tulang, gatal dan pegal 2. Riwayat psikososial

Kondisi psikologis pasien, Kecemasan, Respon pasien terhadap penyakit Data Obyektif

3. Pemeriksaan fisik

a. Adanya eritema, vesikel yang berkelompok, pustule dan krusta. Munculnya infeksi sekunder berupa ulkus atau sikatrik. Terjadi pembesaran kelenjar getah bening dan lokasi penyakit unilateral bersifat dermatomal sesuai persyarafan.

b. Paralitas otot muka

c. Tanda-tanda vital (tensi, nadi, RR & suhu)

Data Penunjang

Pemeriksaan Tzanck untuk mengidentifikasi virus herpes

B. Diagnosa

1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d infeksi virus ditandai dengan pusing, nyeri otot, tulang, pegal, erupsi kulit berupa papul eritema, vesikel, pustula, dan krusta.

2. Gangguan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah ditandai dengan kulit eritema vesikel, dan krusta pustula.

3. Cemas b.d adanya lesi pada wajah ditandai dengan merasa takut kulit wajah cacat dan tampak khawatir lesi pada wajah.

4. Potensial terjadi penyebaran penyakit b.d infeksi virus

C. Intervensi

(10)

Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi setelah tindakan keperawatan. Kriteria hasil :

 Rasa nyeri berkurang/hilang

 Klien bisa istirahat dengan cukup

 Ekspresi wajah tenang Intervensi :

a. Kaji kualitas dan kuantitas nyeri b. Kaji respon klien terhadap nyeri c. Jelaskan tentang proses penyakitnya d. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi e. Hindari rangsangan nyeri

f. Libatkan keluarga untuk menciptakan lingkungan yang terapeutik g. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai program

2. Gangguan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah ditandai dengan kulit eritema vesikel, dan krusta pustula.

Tujuan : Integritas kulit tubuh kembali dalam waktu 7-10 hari Kriteria hasil :

 Tidak ada lesi baru

 Lesi lama mengalami involusi Intervensi :

a. Kaji tingkat kerusakan kulit

b. Jauhkan lesi dari manipulasi dan kontaminasi c. Kelola tx topical sesuai program

d. Berikan diet TKTP

(11)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan cemas akan hilang/berkurang Kriteria hasil :

 Pasien merasa yakin penyakitnya akan sembuh sempurna

 Lesi tidak ada infeksi sekunder Intervensi :

a. Kaji tingkat kecemasan klien

b. Jelaskan tentang penyakitnya dan prosedur perawatan c. Tingkat hubungan terapeutik

d. Libatkan keluarga untuk sumber dukungan

4. Potensial terjadi penyebaran penyakit b.d infeksi virus Tujuan : Setelah perawatan tidak terjadi penyebaran penyakit Intervensi :

a. Isolasikan klien

b. Gunakan teknik aseptik dalam perawatannya

c. Batasi pengunjung dan minimalkan kontak langsung

d. Jelaskan pada klien/keluarga proses penularannya

5. Evaluasi

a. Tidak terjadi ganggguan sehingga pasien merasa nyaman dan nyeri berkurang/hilang b. Tidak terjadi gangguan pada integritas kulit

(12)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Herpes Zoster adalah radang kulit akut dan setempat, terutama terjadi pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri redikular unilateral serta timbunya lesi veikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Patofisiologi dari herpes zoster masa tunasnya 7-12 hari. Masa aktif penyakit berupa lesi baru yang tetap timbul berlangsung kira-kira 1-2 minggu. Virus berdiam di ganglion posterior susunan saraf tepi dan kranialis.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, A. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta. Harahap, M. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates : Jakarta.

Siregar, (2004). Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. EGC : Jakarta.

http://keperawatankita.wordpress.com/2009/02/11/herpes-zoster-definisi-dan-askepnya/ http://www.ziddu.com/download/3487976/makalahHerpesZoster.rar.html

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Antara cara yang digunakan oleh Klinik Kesihatan Changkat Lada untuk ibu yang mengalami masalah anemia semasa hamil adalah dengan memberikan pil hematinik kepada ibu bagi

Persepsi merupakan proses pemaknaan yang berawal dari proses penerimaan rangsangan yang diteruskan ke otak yang kemudian memberikan rangsangan atas rangsangan tersebut

Pada saat konverter frekuensi tersambung ke hantaran listrik AC, motor dapat dimulai dengan saklar eksternal, perintah bus serial, sinyal reference input, atau kondisi masalah

Berdasarkan hasil intrpretasi citra Landsat OLI tahun 2014 dan 2017 diketahui bahwa dalam kurun waktu tersebut telah terjadi deforestasi atau kehilanagan tutupan

Widya Waskita Wijaya Cabang Cilacap masih menggunakan sistem manual baik dalam pembuatan semua jenis surat, pembuatan kwitansi, pencatatan pemasukan dan pengeluaran kas,

Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan

Tabel 11. Hal ini disebabkan karena dimensi lubang cahaya yang terdapat di dalam ruang kerja. Pada sisi timur, lubang cahaya pada tiap ruang kerja berupa dinding kaca

Bentuk badan hukum sebagai Perusahaan Perseroan (Persero) sesuai dengan Undang-Undang No.9 tahun 1969 ditetapkan melalui Anggaran Dasar Perusahaan yang dituangkan dalam Akte