• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola Diet Penderita Diabetes Melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pola Diet Penderita Diabetes Melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

POLA DIET PENDERITA DIABETES MELITUS

DI DESA PUSONG KOTA LHOKSEUMAWE

SKRIPSI

Oleh

NIM : 121121067

Zulfan Haris

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)
(4)

Judul : Pola Diet Penderita Diabetes Melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe

Nama Mahasiswa : Zulfan Haris

Nim : 121121067

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Diabetes Melitus adalah kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Pola diet diabetes melitus adalah: Pengaturan jumlah frekuensi makanan, baik jadwal makan dan komposisi makanan harian pada penderita diabetes melitus di rumah. Penderita diabetes melitus di desa pusong sebanyak 108 orang, data tersebut diperoleh dari Puskesmas Mon geudong kota Lhokseumawe. Desain yang digunakan dalam penelitian adalah deskritif, yang bertujuan untuk mengidentifikasi pola diet penderita diabetes melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe. Sampel dari penelitian adalah penderita diabetes melitus yang mampu berkomunikasi, membaca, menulis, dan bersedia menjadi responden. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 52 responden dengan menggunakan tehnik purposive

sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang sudah divalidkan dan

reabilitas menggunakan uji cronbath alpha dengan nilai 0,841. Hasil penelitian dari 52 responden 72,2% responden tidak terkontrol pola diet, responden yang tidak terkontrol jenis makanannya sebanyak 78,8%, responden yang tidak dapat mengontrol jumlah makanannya sebanyak 73,1%, dan responden yang tidak terkontrol jadwal makannya sebanyak 67,3%. Sehingga disarankan untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola diet diabetes melitus.

(5)
(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Peneliti Panjatkan Kehadirat Allah SWT, Karena atas berkatnya rahmat dan Karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pola diet penderita diabetes melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe ”. shalawat beriring salam tidak lupa penulis panjatkan kepada Nabi Besar Muhammad s.a.w yang telah membawa umatnya dari alam kebodohan kea lam yang berilmu pengetahuan sebagaimana yang kita rasakan pada saat ini.

Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan mata kuliah skripsi II. Dalam penyusunan skripsi ini penulis anyak menghadapi berbagai hambatan dan kesulitan. Namun, berkat adanya bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian proposal ini, sebagaiberikut:

1. Bapak dr. DediArdinata, M. kes, selakuDekanFakultasKeperawatan USU 2. Ibu Erniyati, S.Kp., MNS. Selaku Dekan I Fakultas Keperawatan.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS. Selaku Dekan II Fakultas Keperawatan. 4. Bapak Ikhsanuddin A. Harahap, S.Kp, MNS. Selaku Dekan III Fakultas

Keperawatan.

(7)

6. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp,. MNS selaku penguji I yang telah banyak memberikan masukan untuk skripsi ini.

7. Ibu Lufthiani,S.kep, Ns, M.kes selaku penguji II yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam skripsi ini.

8. Teristimewa buat Ayahanda (Burhanuddin), Ibunda tercinta (Nuralina Lubis, S.Pd), kakak, adik, siska oktaviani dan semua keluargaku yang telah banyak memberikan dorongan kepada penulis baik moril, maupun material serta semangat dan doa dalam menyusun skripsi ini.

9. Peneliti juga mengucapkan terima kasih banyak kepada seluruh pegawai Puskesmas Mon geudong Kota Lhokseumawe, yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman yang berada di angkatan 2012 ekstensi sore.

Kiranya Allah SWT yang akan membalas setiap kebaikan semua pihak yang telah menolong peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Februari 2014 Peneliti

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan Skripsi ... ii

Halaman Pernyataan ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Skema ... viii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... xi

Abstrak ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Pernyataan Penelitian ... 2

3. Tujuan Penelitian ... 3

4. Manfaat Penelitian ... 3

4.1.Untuk Praktek Keperawatan ... 3

4.2.Untuk Penelitian Keperawatan ... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

1. Diabetes Melitus ... 4

1.1 Pengertian Diabetes Melitus... 4

1.2 Jenis Diabetes Melitus ... 4

1.3 Komplikasi Diabetes Melitus ... 5

1.4 Penatalaksanaan Diabetes Melitus ... 6

2. Diet Diabetes Melitus ... 7

2.1 Tujuan Penatalaksanaan ... 7

2.2 Perencanaan Makan Pada Diet Diabetes Melitus ... 7

2.3 Pola Diet Diabetes Melitus ... 8

2.4 Jumlah Makanan ... 12

2.5 Jenis Makanan ... 16

2.6 Jadwal Makan ... 21

BAB III. KERANGKA KONSEPTUAL ... 22

1. Kerangka konsep ... 22

2. Defenisi Operasional ... 22

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN ... 23

1. Desain Penelitian ... 23

2. Populasi ... 23

3. Sampel ... 23

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24

(9)

6. Instrument Penelitian ... 27

7. Proses Pengumpulan Data ... 28

8. Validitas dan Rehabilitas Instrumen ... 28

9. Analisa Data ... 29

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

1. Hasil Penelitian ... 32

1.1 Data demografi ... 33

1.2 Pola diet penderita diabetes melitus ... 37

2. Pembahasan ... 40

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

1. Kesimpulan ... 47

2. Saran ... 48

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel.2.1 Daftar bahan makanan penukar yang mengandung 10 gram

hidratarang...

10

Tabel.2.2 Daftar diet bagi seorang pasien yang memperoleh suntikan insulin dan diet penukar hidratarang...

11

Tabel.2.3 Daftar kalori yang dikeluarkan pada berbagai aktivitas 12

Tabel 2.4 Kebutuhan kalori... 13

Tabel 2.5 Contoh menu berdasarkan daftar pengganti... 17

Tabel 2.6 Bahan makanan penukar karbohidrat... 18

Tabel 2.7 Bahan makanan penukar protein hewani... 18

Tabel 2.8 Bahan makanan penukar protein nabati... 19

Tabel 2.9 Bahan makanan penukar sayuran A dan sayuran B... 19

Tabel 2.10 Bahan makanan penukar buah... 20

Tabel 2.11 Bahan makanan penukar susu... 20

Tabel 2.12 Bahan makanan penukar minyak... 20

Tabel 2.13 Jadwal makan penderita diabetes melitus... 21 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Jenis

Kelamin Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe ....

33

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Umur Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe...

33

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Agama Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe...

34

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Status Perkawinan Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe.

34

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Suku Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe...

35

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe..

(12)

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Pekerjaan Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe...

36

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Penghasilan Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe...

36

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Berdasarkan Jenis Makanan Responden Pola Diet Penderita Diabetes Melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe...

37

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Berdasarkan Jumlah Makanan Responden Pola Diet pada Penderita Diabetes Melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe...

38

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi dan Persentase Jadwal Makan Responden Pola Diet Penderita Diabetes Melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe...

38

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pernyataan Responden dalam mematuhi Pola Diet...

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden (Informed Consent) Lampiran 2 Instrument Penelitian

Lampiran 3 Surat keterangan survei awal Lampiran 4 Keterangan Selesai survei awal

Lampiran 5 Surat Komisi Etik Penelitian Kesehatan Lampiran 6 Permohonan validitas kuesioner penelitian Lampiran 7 Master tabel data demografi

(14)

Judul : Pola Diet Penderita Diabetes Melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe

Nama Mahasiswa : Zulfan Haris

Nim : 121121067

Program : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

Diabetes Melitus adalah kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. Pola diet diabetes melitus adalah: Pengaturan jumlah frekuensi makanan, baik jadwal makan dan komposisi makanan harian pada penderita diabetes melitus di rumah. Penderita diabetes melitus di desa pusong sebanyak 108 orang, data tersebut diperoleh dari Puskesmas Mon geudong kota Lhokseumawe. Desain yang digunakan dalam penelitian adalah deskritif, yang bertujuan untuk mengidentifikasi pola diet penderita diabetes melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe. Sampel dari penelitian adalah penderita diabetes melitus yang mampu berkomunikasi, membaca, menulis, dan bersedia menjadi responden. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 52 responden dengan menggunakan tehnik purposive

sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang sudah divalidkan dan

reabilitas menggunakan uji cronbath alpha dengan nilai 0,841. Hasil penelitian dari 52 responden 72,2% responden tidak terkontrol pola diet, responden yang tidak terkontrol jenis makanannya sebanyak 78,8%, responden yang tidak dapat mengontrol jumlah makanannya sebanyak 73,1%, dan responden yang tidak terkontrol jadwal makannya sebanyak 67,3%. Sehingga disarankan untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola diet diabetes melitus.

(15)
(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang.

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2002). Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial,dan penyakit vaskular mikroangiopati,dan neuropati. Pasien dengan kelainan intoleransi glukosa ringan (gangguan glukosa puasa dan gangguan intoleransi glukosa) dapat tetap beresiko mengalami komplikasi metabolik diabetes. Tujuh puluh lima persen penderita diabetes melitus akhirnya meninggal karena penyakit vaskuler. serangan jantung, gagal ginjal, stroke, dan ganggren adalah komplikasi utama. Selain itu, dampak ekonomi pada diabetes melitus jelas terlihat berakibat pada biaya pengobatan dan hilangnya pendapatan, selain konsekuensi finansial karena banyaknya komplikasi seperti kebutaan dan penyakit vaskuler.( Price, 2005 )

(17)

Amerika Serikat, India, dan Cina. Meningkatnya penderita diabetes melitus disebabkan oleh peningkatan obesitas, kurang aktivitas fisik, kurang mengkonsumsi makanan yang berserat, merokok, dan tigginya lemak.

Berdasarkan hasil survei tahun 2003, prevelensi diabetes melitus di perkotaan mencapai 14,7%. Diabetes melitus kini menjadi ancaman yang serius bagi manusia dan telah menjadi penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia. (RISKESDAS, 2007)

Menurut data dari Puskesmas Mon geudong kota Lhokseumawe jumlah total kunjungan pasien dari januari sampai 20 mei 2013 adalah 1.067 orang, dari kunjungan tersebut ditemukan 108 orang (13%) penderita diabetes melitus.

Penatalaksanaan diabetes melitus dapat dilakukan dengan diet, latihan, pemantauan, terapi dan pendidikan ( Smeltzer & Suddart, 2002). Penyakit diabetes melitus di sebabkan oleh produksi insulin yang tidak memadai. Terapi diet merupakan bagian penting dalam penatalaksaan semua penderita diabetes mellitus dan sering mencakup pula penurunan berat badan.

Semua nutrient sangat penting dalam diet diabetes. Ada 2 jenis diet diabetes : diet bebas gula dan diet penukaran hidratarang. Jenis diet yang di terapkan pada seseorang penderita diabetes tergantung kepada beratnya penyakit, jenis pengobatan dan cara hidup penderitanya ( E.beck, 2000).

(18)

2. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pola diet penderita Diabetes Melitus di desa pusong kota Lhokseumawe?

3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pola diet penderita Diabetes Melitus di desa pusong kota Lhokseumawe.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan banyak manfaat kepada berbagai pihak yaitu :

4.1. Untuk praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang pola diet pasien Diabetes Melitus, sehingga dapat dipergunakan oleh perawat dalam memberikan intervensi pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan diet diabetes melitus.

4.2.Untuk Penelitian Keperawatan

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Diabetes Melitus

1.1 Pengertian Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2002 ).

Diabetes melitus merupakan penyakit sistematis, kronis dan multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia (Bradero, 2009). Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Mansjoer,1999)

Jadi penulis dapat menyimpulkan pengertian dari Diabetes Melitus adalah kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.

1.2 Jenis Diabetes Melitus

(20)

(NIDDM) atau Diabetes Melitus tidak tergantung Insulin ( DMTTI ) disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa. Berarti sel beta pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa. (Mansjoer, 1999). Klasifikasi Diabetes Melitus menurut (Mansjoer, 1999) yaitu :

a. Type I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) ciri-cirinya : 1) Usia kurang dari 30 tahun

2) Rata-rata badan kurus

3) Tergantung insulin seumur hidup

b. Type II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) ciri-cirinya:

1) Usia lebih dari 30 tahun

2) 80 % mempunyai badan gemuk c. Diabetes Melitus Gestasional (GDM)

1.3 Komplikasi Diabetes Melitus

(21)

(HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi (Baradero, 2009).

1.4 Penatalaksanaan Diabetes Melitus

Penatalaksaan diabetes mellitus didasarkan pada (1) rencana diet, (2) latihan fisik dan pengaturan aktivitas fisik, (3) agen-agen hipoglikemik oral, (4) terapi insulin, (5) pengawasan glukosa dirumah, dan (6) pengetahuan diabetes dan perawatan diri. Pasien dengan diabetes tipe 1 adalah defisiensi insulin dan selalu membutkan terapi insulin. Pada pasien diabetes tipe 2 terdapat resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif dan dapat ditangani tanpa insulin. Rencana diet pada pasien diabetes dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari. Jumlah kalori yang disarankan bervariasi, bergantung pada kebutuhan apakah untuk mempertahankan, menurunkan atau meningkatkan berat badan ( Price, 2005 ).

Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat hipoglikemik dan penyuluhan. Perencanaan makan (meal

planning) Standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi

(22)

g/hari,diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi.pemanis dapat digunakan secukupnya (Masjoer , 1999).

2. Diet pada Diabetes Melitus

Diet sesungguhnya adalah pengaturan pola makan untuk menjadi lebih sehat. Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes ( Smeltzer, 2002 ). Diet merupakan bagian penting dalam penatalaksanaan semua penderita diabetes dan sering mencakup pula penurunan berat badan. Semua nutrien sangat penting dalam diet diabetes ( E.Beck, 2000).

2.1 Tujuan Penatalaksaan Diet

Tujuan penatalaksaan diet pada diabetes tipe 1 adalah mengendalikan kadar glukosa darah dan lemak, memperhatikan asupan energi dan protein untuk tumbuh-kembang disamping kebutuhan gizi lainya, menghasilkan status kesehatan dan gizi yang memadai, mencegah komplikasi akut aupun kronis yang dapat membawa kematian atau stabilitas. Sedangkan tujuan diet pada diabetes tipe 2 adalah mengendalikan kadar glukosa dan lemak darah agar komplikasi diabetes dapat dicegah atau di tunda, mendapat dan mempertahankan berat badan normal atau ideal, menghasilkan status gizi yang adekuat, menghasilkan kebugaran dan rasa nyaman tubuh karena pengendalian gula darah dapat menghilangkan keluhan mudah lelah, sering pusing atau sakit kepala, kram, kesemutan, gatal-gatal dan sebagainya ( Hartono, 2006).

2.2 Perencanaan Makan pada Diet Diabetes Melitus

(23)

dalam mempersiapkan perencanaan makan adalah mendapatkan riwayatdiet untuk mengindentifikasi kebiasaan makan pasien dan gaya hidupnya.

Kita juga harus mengkaji keinginan pasien untuk menurunkan, menaikan atau mempertahankan berat badannya. Diet untuk mengendalikan kalori dapat dilakukan pertama-tama dengan menghitung kebutuhan kalori seseorang, usia, jenis kelamin, tinggi dan berat badan digunakan dalam rumus Harris Benedict untuk menentukan Basal Energy Expenditure (BEE) yang akan mencerminkan kebutuhan energi minimal ( Smeltzer, 2002). Bagi semua penderit diabetes melitus, perencanaan makan harus mempertimbangkan pula kegemaran pasien terhadap makanan tertentu, gaya hidup, jam-jam makan yang biasa diikutinya dan latar belakang etnik serta budayanya ( Smeltzer, 2002).

2.3 Pola Diet Diabetes Melitus

Pola diet merupakan bagaimana mengelompokkan dan mengatur makan-makanan yang baik di konsumsi agar hidup lebih sehat. Untuk memudahkan pemberian penjelasan, nasihat diet yang diberikan dapat dibagikan menjadi tiga tipe. Apakah diat yangditerapkan berdasarkan satu atau lebih dari ketiga tipe diet ini, semuanya bergatung kepada beratnya penyakit diabetes, tipe pengobatannya, kepribadian pasien, berat badan dan gaya hidup penderita. Ketiga tipe diet tesebut adalahn:

(24)

menyadari perlunya penurunan berat badan dan berat badan yang sudah diturunkan tidak boleh dibiarkan naik kembali. Jika penyakit diabetesnya ringan, setiap diet rendah kalori dapat digunakan asalkan mempunyai nilai gizi yang memadai dan memberikan landasan bagi diet selanjutnya untuk mempertahankan berat badan. Pasien diabetes yang kelebihan berat badannya, penurunan berat badan harus diperhatikan dan didorong dengan mengukur berat badan secara teratur.

b. Diet bebas gula ini digunakan untuk pasien diabetes yang berusia lanjut dan tidak memerlukan suntikan insulin. Diet bebas gula diterapkan berdasarkan dua prinsip :

1) Tidak memakan gula dan makanan yang mengandung gula

2) Mengkonsumsi makanan sumber hidratarang sebagai bagian dari keseluruhan hidangan secara teratur.

Gula (gula pasir, gula aren, dan lain-lain) dan makanan yang mengandung gula tidak boleh dimakan karena cepat dicerna dan diserap sehinga dapat menimbulkan kenaikan gula darah yang cepat. Jenis-jenis makanan ini adalah: madu, selai dan marmalade, permen, manisan dan cokelat, biscuit, kue-kue dan roti yang manis, dodol, tarcis, pudding,buah-buahan yang dikalengkan dalam larutan sirup, sirup dan berbagai minuman yang manis, susu kental, es krim, kecap manis, abon, dendeng dan makanan manis lainya.

(25)

pada pasien-pasien diabetes yang mendapat suntikan insulin atau obat-obat hipoglikemik oral dengan dosis tinggi. Diet yang berdasarkan sistem ini merupakan diet yang lebih rumit untuk diikuti oleh seoran pasien diabetes, tetapi mempunyai kelebihan, yaitu diet ini lebih fleksibel dan bervariasi ketimbang diet tipe bebas gula. Untuk melaksanakan dietdengan sistem penukaran hidratarang diperlukan sebuah daftar standar yang berisikan berbagai jenis makanan penukar dengan kandungan HA sebesar 10 gram. (E.Beck, 2000).

Tabel 2.1 daftar bahan makanan penukar yang mengandung10 gram hidratarang 115 gelas (25 gram) nasi

½ biji sedang (50 gram) kentang ½ potong sedang (25 gram) singkong ½ biji (50 gram) talas

1 iris (20 gram) roti putih ¼ gelas (25 gram) mi basah 3 sdm (30 gram) kacang hijau 21/2 sdm (25 gram) pindakas 1 biji besar (125 gram) tahu 2 potong sedang (60 gram) tempe 1 gelas (200 gram) susu sapi 1 gelas-tiris (100 gram) bayam 1 gelas-tiris (100 gram) buncis

1 gelas sayuran setelah direbus dan airnya di tiriskan

1 gelas-tiris (100gram) wortel

1 gelas-iris (100 gram) kacang panjang

1 gelas-tiris (100 gram) kacang kapri ½ buah sedang (75 gram) apel

1 buah sedang (75 gram) pisang ambon

1 potong sedang (100 gram) papaya 1/6 buah (75 gram) nanas

(26)

Tabel 2.2 daftar diet bagi seorang pasien yang memperoleh suntikan insulin dan diet penukar hidratarang

Sarapan Kecukupan HA

Jumlah makanan Kandungan HA

2 kentang rebus (200gram)

1 potong tahu (10 gram)

1 gelas kacang hijau (30 g)

1 buah papaya

Teh

2 iris roti sebagai sandwich berisi telur /daging

(27)

2.4 Jumlah Makanan

Dalam penatalaksaan diet untuk pasien diabetes melitus ada beberapa hal yang harus diperhatikan menurut (Mansjoer, 1999) seperti menghitung jumlah kalori pada pasien diabetes melitus. Cara menghitung kalori pada pasien diabetes melitus, tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk mengetahui jumlah kalori basal pasien diabetes melitus. Cara termudah adalah perhitungan menurut Bocca :

Pada laki-laki yang tingginya < 160 cm atau perempuan yang tingginya < 150 cm berlaku rumus :

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien diabetes melitus :

a. Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalikan berat badan ideal dengan 30 untuk laki-laki dan 25 untuk wanita.

Table 2.3 daftar kalori yang dikeluarkan pada berbagai aktivitas

Ringan Sedang Berat

Berkebun, Golf, Sepatu roda

400-900 kkal/jam Aerobic

Bersepeda Memanjat Menari

Lari, Sepak bola, tenis

(28)

b. Kebutuhan basal dihitung seperti yang di poin a, tetapi di tambahkan kalori berdasarkan persentase kalori basal.

1) Kerja ringan, ditambah 10% dari kalori basal 2) Kerja sedang, ditambah 20% dari kalori basal 3) Kerja berat, ditambah 40 - 100% dari kalori basal

4) Pasien kurus, masih tumbuh kembang, terdapat infeksi, sedang hamil atau menyusui, ditambah 20 – 30 % dari kalori basal.

c. Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan tabel 4.

Tabel 2.4 Kebutuhan kalori

Dewasa

Kkal/ kg BB idaman

Kerja santai kerja sedang kerja berat Gemuk

Normal Kurus

25 30 35 30 35 40 35 40 40 - 50

d. Suatu pegangan kasar dapat sebagai berikut : 1) Pasien kurus = 2.300 – 2.500 kkal

2) Pasien normal = 1.700 – 2.100 kkal 3) Pasien gemuk = 1.300 – 1.500 kkal

(29)

Menurut Smeltzer (2002), jenis zat makanan yang perlu di konsumsi oleh penderita diabetes melitus yaitu makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, serat makanan dan alkohol.

a. Karbohidrat

(30)

b. Lemak

Rekomendasi tentang kandungan lemak dalam diet diabetes mencakup penurunan persentase total kalori yang berasal dari sumber lemak sehingga kurang dari 30% total kalori dan pembatasan jumlah lemak jenuh hingga 10% total kalori. Selain itu pembatasa asupan total kolesterol dari makanan hingga kurang dari 300 mg/hari sangat dianjurkan. Rekomendasi ini dapat membantu mengurangi factor resiko, seperti kenaikan kadar kolesterol serum yang berhubungan dengan proses terjadinya penyakit koroner yang merupakan penyebab utama kematian dan ketidakmampuan diantara para penderita diabetes.

c. Protein

Rencana makan dapat mencakup penggunaan beberapa makanan sumber protein nabati (misalnya, kacang-kacangan dan biji-bijian yang utuh) untuk membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh. Di samping itu, rekomendasi untuk mengurangi jumlah asupan protein dapat diberikan kepada pasien dengan tanda-tanda dini penyakit ginjal. d. Serat Makanan

(31)

meningkatkan masa feses dan mencegah konstipasi. Serat tak-larut maupun terlarut akan meningkatkan perasaan kenyang sehingga sangatmembantu dalam penurunan berat badan.

e. Alkohol

Konsumsi alkohol oleh pasien diabetes tidak perlu dibatasi dengat ketat. Namun demikian, pasien dan para professional kesehatan harus waspada terhadap efek khas alkohol yang pontesial merugikan pada diabetes. Secara umum, tindakan pencegahan mengenai penggunaan alkohol oleh masyarakat luas diterapkan pula pada penderita diabetes. Dianjurkan agar alkohol tidak dikonsumsi berlebihan. Bahaya utama penggunaan alkohol oleh pasien diabetes adalah hipoglikemia. Jika seorang penderita diabetes minum minuman beralkohol pada saat lambung kosong, maka kemungkinan terjadianya hipoglikemia akan meningkat. Di samping itu, konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi serta mengatasi keadaan hipiglikemia dengan tepat dan mengikuti rencana makan yang sudah diresepkan untuk mencegah hipoglikemia.

2.5 Jenis Makanan

Penderita diabetes melitus mutlak harus mengetahui makanan yang boleh dimakan secara bebas dan yang harus dibatasi serta mengetahui makanan yang dibatasi secara ketat. Daftar bahan makanan pengganti merupakan suatu alat yang sering digunakan dalam penyuluhan diet dalam perencanaan makan (the

(32)

dalam daftar tersebut: nasi/roti/pati (makanan sumber karbohidrat), daging/ telur (makanan sumber protein hewani), sayuran, buah, susu dan lemak /minyak (dalam daftar pengganti yang digunakan dinindonesia dicantumkan pula tahu/tempe. [makanan sumber protein nabati] sehingga jumlah kelompoknya tujuh). Jenis-jenis makanan yang termasuk dalam satu kelompok (dengan jumlah tertentu) mengandung kalori dengan jumlah yang sama dan protein, lemak serta karbohidrat dengan jumlah yang juga sama dalam gram (Smeltzer, 2002).

Tabel 2.5 Contoh menu berdasarkan daftar pengganti

Satuan penukar Contoh menu 1 Contoh menu 2 Contoh menu 3

-2 pati/starch

-3 ons daging sapi yang kurus

-1 mangkok pasta yang sudah dimasak

-3 ons udang rebus

-1/2 mangkok tomat

-1 sendok teh minyak zaitun

-1 ¼ mangkok strawberry segar

-es lemon

(33)

Contoh-contoh bahan makanan penukar menurut (Sukardji, 2002) adalah sebagai berikut :

Golongan 1 : sumber karbohidrat

1 satuan penukar = 175 kalori, 4 gram protein, 40 gram karbohidrat.

Tabel 2.6 Bahan makanan penukar karbohidrat

Bahan makanan URT Berat (g)

Golongan II : Sumber protein hewani

1 satuan penukar untuk rendah lemak = 50 kalori, 7 gram protein, 2 gram lemak

Tabel 2.7 Bahan makanan penukar protein hewani

(34)

Golongan III : Sumber protein nabati

1 satuan penukar = 75 kalori, 5 gram, 3 gram lemak, 7 gram karbohidrat

Tabel 2.8 Bahan makanan penukar protein nabati

Bahan makanan URT Berat (g)

Golongan IV : Sayuran

Sayuran A, bebas dimakan. Kandungan kalori dapat diabaikan

Sayuran B, 1 satuan penukar = 1 gelas (100 gram) = 25 kalori, 1 gram protein, 5 gram karbohidrat

Tabel 2.9 Bahan makanan penukar sayuran A dan sayuran B

(35)

Golongan V : Buah

1 satuan penukar = 50 kalori, 12 gram karbohidrat

Tabel 2.10 Bahan makanan penukar buah

Bahan makanan URT Berat (g) Golongan VI : Susu rendah lemak

1 satuan penukar = 125 kalori, 7 gram protein, 6 gram lemak, 10 gram karbohidrat

Tabel 2.11 Bahan makanan penukar susu

Bahan makanan URT Berat (g)

Golongan VII : Minyak

1 satuan penukar = 50 kalori, 5 gram lemak

Tabel 2.12 Bahan makanan penukar minyak

Bahan makanan URT Berat (g)

Minyak kelapa

(36)

2.6 Jadwal Makan

Bagi semua penderita diabetes melitus, perencanaan makan harus mempertimbangkan pula kegemaran pasien terhadap makanan tertentu, gaya hidup, jam-jam makan ya yang biasanya diikutinya dan latar belakang etnik serta budayanya (Smeltzer, 2002). Namun penderita diabetes melitus harus membiasakan diri untuk makan secara teratur dan tepat waktu yang telah di tentukan (Hartono, 2006) pembagian porsi makanan harus disesuaikan dengan kebiasaan pasien. Penderita diabetes melitus harus mengikuti Jadwal makan yang teratur, jumlah kalori dari makanan sesuai kebutuhan yaitu 3 kali makanan pokok dan 3 kali cemilan/hari dengan waktu yang kurang-lebih sama setiap hari.

Jadwal makan standar yang di pakai oleh penderita diabetes melitus adalah

Tabel 2.13 Jadwal makan penderita diabetes melitus

Waktu Jadwal Total kalori

Pukul 07.00 Pukul 10.00 Pukul 13.00 Pukul 16.00 Pukul 19.00 Pukul 21.00

Makan pagi Selingan Makan siang Selingan Makan malam Selingan

(37)

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konsep

Kerangka Konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola diet penderita diabetes mellitus dan untuk mengetahui bagaimana jenis makanan, jumlah makanan, waktu makan penderita diabetes melitus dan tidak terkontrol nya kadar gula dalam darah. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka konsep tersebut dapat di gambarkan sebagai berikut:

Skema 1. Kerangka Konsep Penelitian

2. Definisi Operasional

Diabetes Melitus adalah kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.

Pola diet Diabetes Melitus adalah: Pengaturan jumlah frekuensi makanan, baik jadwal makan dan komposisi makanan harian pada penderita Diabetes Melitus di rumah.

◦ Tidak terkontrol

◦ Terkontrol

Pola diet penderita diabetes melitus

(38)

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskritif, yang bertujuan untuk mengidentifikasi pola diet penderita diabetes melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe.

2. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus di desa Pusong Kota Lhokseumawe tahun 2013. Dari hasil survei pendahuluan di Puskesmas Mon Geudong kota Lhokseumawe jumlah total kunjungan pasien dari Januari sampai 20 mei 2013 adalah 1.067 orang, dari kunjungan tersebut ditemukan 108 orang (13%) penderita diabetes melitus.

3. Sampel

Tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pemilihan sampel sesuai dengan tujuan peneliti dari populasi yang memenuhi kriteria penelitian (Nursalam, 2003). Adapun kriteria inklusi yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penderita diabetes melitus b. Mampu berkomunikasi

(39)

Teknik pengambilan besar sampel ini berdasarkan rumus dalam Notoatmojo (2005) sebagai berikut:

Keterangan :

N : Besar populasi n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan, diambil 0,1 Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel dalam penelitian ini adalah:

n = 51,9 dibulatkan menjadi 52 orang Lalu peneliti membulatkan jumlah sampel menjadi 52.

4. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa pusong kota Lhokseumawe dengan pertimbangan bahwa jumlah penderita diabetes melitus yang mengkonsumsi makanan sesuai pola diet dan yang tidak sesuai pola diet yang telah di anjurkan, sehingga dapat memenuhi kriteria sampel. Waktu penelitian dilaksaksanakan pada tanggal 24 Juli sampai 26 Agustus 2013.

5. Pertimbangan Etik Penelitian

Pertimbangan etik dalam penelitian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasian identitas responden dari

(40)

penelitian, terlebih dahulu peneliti memperkenalkan diri dan kemudian menjelaskan mengenai manfaat penelitian. Selanjutnya responden diminta menjadi sampel, kemudian membaca serta memahami isi persetujuan tersebut dan setelah itu responden diminta menandatangani surat persetujuan (informed consent) terlebih dahulu sebagai bukti kesediaan menjadi responden, Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden. Responden yang terlibat bersifat sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak lain.

Responden dilindungi dari semua kemungkinan dan resiko yang akan timbul akibat penelitian ini. Pada penelitian ini, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (Kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti (Nursalam,2001).

Selama penelitian peneliti tetap mempertahankan dan menjunjung tinggi etika, meliputi : self determinan, privacy, anonymity, confidentially, dan protection from discomfort (Setiadi, 2007)

1. Self Determinan

(41)

concent” yang disediakan (lihat lampiran). Apabila terjadi hal-hal yang memberatkan maka diperbolehkan untuk mengundurkan diri.

2. Privacy

Peneliti tetap menjaga kerahasiaan semua informasi yang telah diberikan oleh pasien sebagai responden dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian.

3. Anonymity

Peneliti tidak mencantumkan nama responden, dan diganti dengan nomor kode.

4. Confidentially

Peneliti menjaga kerahasiaan identitas pasien dan informasi yang diberikannya. Semua catatan atau data responden akan dimusnahkan setelah proses penelitian berakhir.

5. Protection form discomfort

(42)

Peneliti berkomunikasi dengan dokter yang bertanggung jawab merawat pasien untuk menyampaikan maksud penelitian, dengan tujuan mendapatkan izin melakukan perlakuan penelitian terhadap pasien. Penelitian ini telah mendapat Persetujuan Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengidentifikasi kepatuhan penderita diabetes melitus dalam menjalankan pola diet diabetes melitus. Bagian ini terdiri dari 25 pertanyaan yang berisi tentang jumlah makanan, jenis makanan, dan jadwal makan penderita diabetes melitus. Pertanyaan tersebut di modifikasikan dengan model instrument dari penelitian Nurul Haflah (2005) dan The Medical Outcomes Study (MOS) Measure Of Patient Adherence dari

Hays,dengan pilihan jawaban Tidak Pernah, Kadang-kadang, Sering, dan

(43)

63-100, dan jika tidak terkontrol dengan hasil kuesioner 25-62.

7. Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah terlebih dahulu peneliti mengajukan permohonan ijin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara) dan kemudian permohonan ijin penelitian yang telah diperoleh disampaikan ke tempat penelitian di desa pusong kota Lhokseumawe.

Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukn sebelumnya. Calon responden yang memenuhi kriteria dipilih sebagai responden. Setelah mendapatkan responden, peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan prosedur, manfaat penelitian, cara mengisi kuesioner dan meminta persetujuan dari responden. Setelah mendapat persetujuan, kuesioner diberikan kepada responden untuk diisi, peneliti mendampingi responden pada saat pengisian kuesioner. Responden diberi waktu 10 menit untuk mengisi kuesioner tersebut dan diberi waktu 5 menit untuk bertanya bagi responden yang tidak mengerti. Pengumpulan data selesai dilakukan sampai memperoleh 52 responden dengan jumlah sampel yang diperlukan.

8. Validitas dan Realibilitas Instrumen

(44)

makanan, jumlah makanan, dan jadwal makan. Uji validitas telah dilakukan oleh dosen departemen komunitas dan (surat selesai validitas dapat dilihat pada lampiran).

Uji realibilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2010).

Kuesioner instrumen ini telah diuji dengan realibilitas internal yang diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan. Uji realibilitas dilakukan sebelum pengumpulan data kepada responden yang sesuai dengan kreteria penelitian yaitu di luar sampel Puskesmas Mon Geudong Kota Lhokseumawe dengan jumlah responden sebanyak 25 orang.

Uji reabilitas dilakukan dengan rumus alpha cronbach, sehingga alat ukur yang digunakan dapat dipercaya (Arikunto, 2006). Dimana menurut Djemari (2004) dalam Sudjana (2011) jika alpha > 0,70 maka butir-butir pernyataan reliabel, uji realibilitas ini dibantu dengan menggunakan tehnik komputerisasi, dan nilai uji realibilitas yang didapat pada instrumen penelitian ini adalah 0,841.

9. Analisa data

(45)

mentabulasi data yang telah dikumpulkan, kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan tehnik komputerisasi.

Setelah semua data terkumpul, maka dilakukan analisis data dengan memeriksa kembali semua kuesioner satu per satu yaitu identitas peserta penelitian, kemudian peneliti memastikan semua jawaban terlah diisi sesuai dengan petunjuk. Kemudian peneliti memberi kode terhadap semua pertanyaan yang telah diajukan dengan tujuan mempermudah peneliti untuk melakukan tabulasi data.

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan komputer. Hasil pengolahan data demografi disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Data demografi responden dianalisa dengan metode statistik deskriptif untuk masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan frekuensi distribusi berdasarkan persentase dari masing-masing variabel.

(46)

dan kejelasan semua data dari hasil pengukuran yang diperoleh dari responden.

- Coding, coding adalah merumuskan atau menetapkan kode pada

variabel yang dibutuhkan. Coding data dilakukan dengan mengunakan tehnologi komputer

- Clenaing data, data yang telah dimasukan diperiksa kembali,

untuk memastikan bahwa data telah bersih dari kesalahan. Baik kesalahan dalam pengkodean maupun dalam membaca kode sehingga data siap untuk dianalisis

- Entry data, dalam kegiatan ini data akan dimasukkan sesuai

(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Puskesmas Mon Geudong yang terletak di Desa Mon Geudong berdiri tahun 2010 yang pembangunannya dibantu oleh NGO (Non Government Organization) Gitec. Puskesmas memiliki wilayah kerja yaitu : Luas wilayah kerja 8.67 Km, Luas bangunan depan 40 m x 13 m, belakang 18 m x 6 m, Jumlah Penduduk 54.268 jiwa, Jumlah desa 12 desa, Peserta Jamkesmas 29.560 jiwa, Peserta JKA 12.772 jiwa, Peserta Askes 1.057 jiwa. Geografis wilayah dataran 25% dan Pantai 75%.

Adapun visi dari puskesmas mon geudong adalah mewujudkan masyarakat yang berperilaku sehat. Misi dari puskesmas mon geudong adalah Pemberdayaan dan Pergerakan masyarakat, Menggalang Kemitraan, Meningkatkan Kualitas Pelayanan, Meningkatkan Upaya Promosi, Mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang Potensial, Menurunkan Angka Kesakitan dan Kematian, Menuju Masyarakat Sehat dan Sejahtera. Sedangkan Motto dari puskesmas mon geudong adalah anda sehat kami senang.

1. Hasil Penelitian

(48)

Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini akan meliputi data demografi, pola diet penderita diabetes melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe.

1.1 Data Demografi

Berdasarkan hasil penelitian, data demografi meliputi umur, jenis kelamin, status, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan perbulan.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe (n = 52)

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

Jenis kelamin

Laki-laki 16 31

Perempuan 36 69

Jumlah 52 100

Tabel diatas menunjukan bahwa berdasarkan karakteristik jenis kelamin, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 36 orang atau 69%, sedangkan responden yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 16 orang atau 31%.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Umur Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe (n = 52)

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

Umur

25 – 40 20 38,8

41 – 60 24 46,2

> 60 8 15,4

(49)

Tabel diatas menunjukan bahwa Berdasarkan karakteristik umur, sebagian besar responden 41-60 tahun yaitu 24 orang atau 46,2 %, sedangkan yang paling sedikit berumur > 60 tahun yaitu 8 orang atau 15,4%.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Agama Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe (n = 52)

Demografi Frekuensi Persentase (%)

Agama

Islam 52 100

Jumlah 52 100

Tabel diatas menunjukan bahwa Berdasarkan karakteristik Agama, terlihat bahwa agama dari responden semua nya beragama Islam dengan jumlah 52 orang atau 100%.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Status Perkawinan Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe (n = 52)

Demografi Frekuensi Persentase

Status

Menikah 42 80,8

Janda / Duda 9 17,3

Tidak menikah 1 1,9

Jumlah 52 100

(50)

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Suku Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe (n = 52)

Demografi Frekuensi Persentase

Suku

Aceh 47 90,4

Jawa 4 7,7

Melayu 1 1,9

Jumlah 52 100

Tabel diatas menunjukan bahwa Berdasarkan suku responden yang terbanyak adalah suku Aceh yaitu sebanyak 47 orang atau 90,4%, sedangkan yang terendah responden bersuku jawa sebanyak 4 orang atau 7,7%.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe (n = 52)

Demografi Frekuensi Persentase

Pendidikan

SD 8 15,4

SMP 17 32,7

SMA 24 46,2

Perguruan Tinggi 3 5,8

Jumlah 52 100

(51)

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Pekerjaan Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe (n = 52)

Data Demografi Frekuensi Persentase (%)

Pekerjaan

PNS 4 7,7

Pegawai Swasta 4 7,7

Wiraswasta 7 13,5

Pedagang /Jualan 22 42,3

Nelayan 10 19,2

Lain-lain 5 9,6

Jumlah 52 100

Tabel diatas menunjukan bahwa Berdasarkan jenis pekerjaannya, sebagian besar responden sebagai pedagang yaitu sebanyak 22 orang atau 42,3%, nelayan 10 orang atau 19,2%, wiraswasta 7 orang atau 13,5%, pegawai negeri sipil sebanyak 4 orang atau 7,7%, pegawai swasta sebanyak 4 orang atau 7,7%, dan pekerjaan yang lain-lain sebanyak 5 orang atau 9,6%.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Data Demografi Berdasarkan Penghasilan Responden di Desa Pusong Kota Lhokseumawe (n = 52)

Demografi Frekuensi Persentase

Penghasilan

Rp. 500.000 7 13,5

Rp. 1.000.000 26 50

Rp. 2.000.000 16 30,8

Rp. 3.000.000 3 5,8

Jumlah 52 100

(52)

26 orang atau 50%, responden yang berpenghasilan Rp. 2.000.000 sebanayak 16 orang atau 30,8%, responden yang berpenghasilan Rp. 500.000 sebanyak 7 orang atau 13,5%, dan responden yang berpenghasilan Rp. 3.000.000 sebanyak 3 orang atau 5,8%.

1.2 Pola diet penderita diabetes melitus

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa pola diet penderita diabetes melitus baik itu jenis makanan, jumlah makanan dan jadwal makan.

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Berdasarkan Jenis Makanan Responden Pola Diet Penderita Diabetes Melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe

Kepatuhan Frekuensi Persentase

Tidak terkontrol 41 78,8

Terkontrol 11 21,2

Jumlah 52 100

(53)

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi dan Persentase Data Berdasarkan Jumlah Makanan Responden Pola Diet pada Penderita Diabetes Melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe

Kepatuhan Frekuensi Persentase

Tidak terkontrol 38 73,1

Terkontrol 14 26,9

Jumlah 52 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa berdasarkan pada jumlah makanan pada penderita diabetes melitus, responden yang tidak dapat mengontrol jumlah makanannya yaitu sebanyak 38 orang atau 73,1% dan jumlah responden yang terkontrol sebanyak 14 orang atau 26,9%.

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi dan Persentase Jadwal Makan

Responden Pola Diet Penderita Diabetes Melitus di Desa Pusong Kota

Lhokseumawe

Kepatuhan Frekuensi Persentase

Tidak terkontrol 35 67,3

Terkontrol 17 32,7

Jumlah 52 100

(54)

Berdasarkan distribusi frekuensi dan perentase responden dalam mematuhi pola diet, di peroleh bahwa 37 orang atau 72,2% responden tidak mematuhi pola diet, dan 15 orang atau 28,8% reponden mematuhi pola diet.

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pernyataan Responden

dalam mematuhi Pola Diet.

Nilai Kepatuhan Frekuensi Persentase

Tidak terkontrol 37 71,2

Terkontrol 15 28,8

(55)

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, pola diet diabetes melitus responden menunjukkan bahwa masih banyak reponden yang ada di Desa Pusong Kota Lhokseumawe tidak terkontrol dalam menjalankan pola diet. Terbukti bahwa dari 52 responden 37 orang (72,2%) responden tidak terkontrol menjalankan pola diet, dan 15 orang (28,8%) reponden mematuhi pola diet.

Namun hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurul (2005), yang meneliti tentang tingkat kepatuhan pelaksanaan diet diabetes melitus di poliklinik endokrin RSU Pirngadi Medan tahun 2005, menemukan 77,8% tidak mematuhi diet, dan 22,2% mematuhi diet. Ini menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan pasien diabetes melitus dalam melaksanakan diet sangat rendah.

Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Montaque (2002) yang menyatakan bahwa terdapat 32-82% pasien diabetes melitus yang tidak mematuhi diet. Penelitian yang dilakukan oleh Rowley (1999) juga menyatakan hal yang sama, bahwa terdapat sekitar 35-75% pasien yang tidak mematuhi diet, ketidakpatuhan dalam pelaksanaan diet dipengaruhi oleh faktor situasional yang lalu seperti psikologis dan tekanan sosial untuk makan.

(56)

dalam bentuk pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan keyakinan serta nilai-nilai. Selain itu terdapat faktor pendukung merupakan faktor diluar individu seperti status ekonomi/penghasilan, dimana faktor penghasilan akan mempengaruhi gaya hidup individu, dukungan/perhatian serta peran serta keluarga dalam melaksanakan program diet. Faktor pendorong sangat terkait dengan faktor yang memotivasi individu untuk melaksanakan diet.

Menurut asumsi peneliti bahwa komunikasi antara pasien dan dokter/perawat dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang untuk memetauhi pola diet penderita diabetes melitus, misalnya informasi dan pengawasan dari petugas kesehatan dalam memberikan informasi tentang kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian, pada pola diet penderita diabetes melitus, responden menunjukkan bahwa pola diet pada penderita diabetes melitus pada jenis makanan masih banyak responden yang tidak mengontrol jenis makanannya, berdasarkan penelitian responden yang tidak terkontrol jenis makanannya sebanyak 41 orang atau 78,8%, sedangkan responden yang terkontrol jenis makanannya sebanyak 11 orang atau 21,2%.

(57)

hal ini sesuai dengan kebiasaan masyarakat aceh yang identik dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang manis.

Hasil penelitian ini menunjukkan 52 responden, 47 orang (90,4%) diantaranya suku Aceh. Menurut asumsi peneliti, masyarakat aceh identik dengan mengkonsumsi makanan dan minuman yang sifatnya manis, sehingga suku aceh cenderung melanggar aturan jenis makanan yang sehat dikonsumsi bagi penderita diabetes melitus, Kurangnya responden yang melakukan diet tepat jenis bisa dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kurangnya pengetahuan tentang kesadaran hidup sehat seperti buah apa saja yang mengandung banyak gula atau kalori dan lain sebagainya.

Namun Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suprihatin (2012), yang meneliti tentang pola diet tepat jumlah, jadwal, dan jenis terhadap kadar gula darah pasien diabetes melitus tipe II di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Baptis Kediri tahun 2012, menemukan 58.3% terkontrol dan tidak terkontrol 41.7%.

(58)

rambutan, durian, nangka dan anggur. Jenis buah yang dianjurkan adalah makanan manis termasuk buah yaitu pepaya, kedondong, salak, pisang (kecuali pisang raja, pisang emas, pisang tanduk), apel, tomat, semangka.

Berdasarkan hasil penelitian pola diet diabetes melitus responden menunjukkan bahwa jumlah makanan pada penderita diabetes melitus mayoritas responden yang tidak dapat mengontrol jumlah makanannya sebanyak 38 orang atau 73,1% dan jumlah responden yang dapat mengontrol sebanyak 14 orang atau 26,9%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Rosaline (2011), yang meneliti tentang jumlah makanan yang tepat pada penderita diabetes melitus dalam kehidupan sehari-hari di poliklinik penyakit dalam RSUD Semarang tahun 2011, menemukan 42 orang atau 80,7% tidak dapat mengontrol jumlah makanan, dan 10 orang atau 19,3% dapat mengontrol jumlah makanan.

(59)

menemukan sebanyak 63.3% yang terkontrol jumlah makanannya dan 36.7% tidak terkontrol jumlah makanannya.

Selain itu didalam Al-Qur’an surat At-thoha ayat 81 yang artinya makanlah diantara rezeki yang baik yang telah kami berikan pada kalian, dan janganlah melampaui batas padanya.

Menurut (Almatzier, 2010), banyaknya kalori yang dikonsumsi dalam 1 hari hanya untuk mencukupi kebutuhan kalori tubuh. Karena banyaknya faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan total kalori dan komposisi makanan sehari-hari maka komposisi makanan ditentukan dalam kisaran persentasi bukan suatu angka yang mutlak. Kebutuhan kalori pada pria juga lebih besar dibandingkan wanita serta jumlah karbohidrat, protein dan lemak yang dibutuhkan antara pria dan wanita juga berbeda, oleh sebab itu penderita diabetes melitus di desa pusong kurang pengetahuan tentang bagaimana cara mengontrol jumlah makan yang baik dan tepat bagi penderita diabetes melitus.

Berdasarkan hasil penelitian, pola diet diabetes melitus responden menunjukkan bahwa pada jadwal makan responden yang tidak dapat terkontrol jadwal makannya sebanyak 35 orang atau 67,3% dan reponden yang dapat mengontrol jadwal makannya yaitu sebanyak 17 orang atau 32,7%.

(60)

karanganyar, menemukan 55 responden (76,4%) tidak dapat mengontrol jadwal makan dan 17 responden (23,6%) dapat mengontrol jadwal makannya.

Menurut asumsi peneliti ketepatan jadwal makan responden penderita diabetes melitus mungkin dipengaruhi banyak faktor misalnya pengetahuan, pekerjaan, dan informasi yang di dapatkan sedangkan responden yang tidak dapat menjalankan dan mengatur jadwal makannya, mungkin di pengaruhi banyak faktor misalnya kurangnya informasi, ekonomi, pekerjaan atau aktivitas, yang dilakukan sehingga sulit untuk mengikuti sesuai jadwal yang sudah ditentukan.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dimana sebagian besar responden berprofesi sebagai pedagang yaitu 22 orang atau 42,3%, nelayan 10 orang atau 19,2%, wiraswasta 7 orang atau 13,5%, pegawai negeri sipil sebanyak 4 orang atau 7,7%, pegawai swasta sebanyak 4 orang atau 7,7%, dan pekerjaan yang lain-lain sebanyak 5 orang atau 9,6%.

Ketika seseorang sibuk dalam pekerjaannya, sangat jarang seseorang untuk memperhatikan jadwal makannya, sehingga masih penderita diabetes melitus tidak terkontrol jadwal makannya. jadwal makan penderita diabetes harus sesuai intervalnya yaitu tiap 3 jam. Pada dasarnya diet diabetes melitus diberikan dengan cara 3 kali makanan selingan dengan jarak antara 3 jam.

(61)

jeneponto, menemukan sebanyak 18 responden (53,3%) yang terkontrol jadwal makannya dan 12 responden (46,7%) tidak terkontrol makannya.

Menurut Muchtasar (2012), yang meneliti tentang hubungan antara pengetahuan diabetes dan dukungan sosial dengan perilaku retinopati diabetik pada penderita diabetes melitus di prof.dr.margono rumah sakit umum purwokerto, biasanya perempuan mampu menyediakan makan secara mandiri, dan lebih mengikuti aturan yang diberikan oleh petugas kesehatan dibandingkan pria.

(62)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

3. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pola diet penderita diabetes melitus dengan 52 responden bahwa:

a. Tingkat kepatuhan pasien penderita diabetes melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe dalam menjalankan pola diet sangatlah rendah. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 72,2% responden tidak mematuhi pola diet, dan 28,8% reponden mematuhi pola diet terhadap jenis, jumlah dan jadwal.

b. Pada jenis makanan masih banyak responden yang tidak mengontrol jenis makanannya, berdasarkan penelitian responden yang tidak terkontrol jenis makanan nya sebanyak 78,8%, sedangkan responden yang terkontrol jenis makanannya sebanyak 21,2%,

c. Pada jumlah makanan masih banyak responden yang tidak dapat mengontrol jumlah makanannya 73,1% dan jumlah responden yang terkontrol sebanyak 26,9%,

(63)

4. Saran

a. Praktik keperawatan

Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan bahwa masih banyak penderita diabetes melitus yang belum mematuhi pola diet diabetes melitus. Oleh karena itu petugas kesehatan di harapkan dapat melakukan penyuluhan kepada masyarakat di Puskesmas Mon Geudong di Desa Pusong, untuk meningkatkan pengetahuan langsung kepada masyarakat.

b. Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi mahasiswa keperawatan tentang upaya peningkatan pengetahuan tentang pola diet pada penderita diabetes melitus, agar masyarakat mau melakukan diet secara teratur dan sesuai saran para petugas kesehatan.

c. Penelitian keperawatan

Hasil penelitian ini hanya mengetahui pola diet pada penderita diabetes melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe. Namun masih banyak penderita diabetes melitus yang tidak menjalankan pola diet dengan baik sehingga disarankan untuk peneliti selanjutnya, agar melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pola diet pada penderita diabetes melitus di Desa Pusong Kota Lhokseumawe.

(64)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier (2005). Penuntun Diet edisi baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, S .(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi revisi,

Jakarta : Rineka Cipta

Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rhineka Cipta

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Haflah. (2005). Perbedaan Perilaku Pasien Diabetes Melitus Pria dan Wanita

Dalam Mematuhi Pelaksanaan Diet di Poliklinik Endokrin RSUD.

Dr. Pirngadi Medan. Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara.

Hartono. (2006), Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit, Edisi ke dua jilid I, Jakarta: EGC

Hasan, i. (2004) Analisa data penelitian dengan statistik. Jakarta: Bumi Aksara Hays, R.D. The Medicals Outcomes-Study (MOS) : measures of patient

adherence.

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.

Lubis (2006), dukungan sosial pada pasien gagal ginjal terminal yang melakukan

terapi. Tesis, Universitas Sumatera Utara, medan

http://repository.usu.ac.id

Mansoer. (1999), Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, Jilid I, Jakarta: EGC Mary Baradero, (2009). Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan.

Jakarta: EGC

Mary (2011), Ilmu Gizi dan Diet. Yogjakarta: YEM

Mubarti (2012), pengaruh edukasi gizi terhadap pengetahuan, pola makan dan

kadar glukosa darah pasien diabetes melitus RSUD lantok

(65)

Muchtasar (2012), hubungan antara pengetahuan diabetes dan dukungan sosial dengan perilaku retinopati diabetik pada penderita diabetes melitus di

prof.dr.margono rumah sakit umum purwokerto.

http://journal.kesmuhammadiyah.ac.id

Notoadmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi penelitian kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam, (2006). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:Salemba Medika

Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmiah keperawatan.Edisi 2 Jakarta: EGC

PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia). (2002). Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta : CV.Aksara Buana

Price (2005), Patologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi ke enam,Jakarta: EGC

Putro (2012), pola diet tepat jumlah, terhadap kadar gula darah pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Kediri. http://journal.kesehatan.ac.id Rahmawati .(2011).hubungan pola makan khususnya pada jenis makanan yang

tepat pada penderita diabetes melitus dalam menjaga kadar gula

dalam darah di RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar.

http://Journal.unhas.ac.id

Rahmawati.(2012). perencanaan diet untuk penderita diabetes melitus di poliklinik penyakit dalam RSUD Dr.H.Moch Ansari Saleh Banjar

masin(skripsi). Banjarbaru; Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Husada Borneo;2012. http://Journals.husadaborneo.ac.id

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) lapriskesdas/.pdf.

Saifoellah. (1999), Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ketiga, Jilid I, Jakarta: EGC

Smeltzer, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, Edisi ke delapan, Vol kedua, Jakarta: EGC

(66)

Sumangkut (2013), hubungan pola makan dengan kejadian penyakit diabetes melitus tipe-2 di poli interna BLU.RSUP.PROF.DR.R.D Kandao Manado.http://ejournal.ratulangimanado.ac.id

Suprihatin (2012), pola diet tepat jumlah, jadwal, dan jenis terhadap kadar gula

darah pasien diabetes melitus tipe II di Instalasi Rawat Jalan

Rumah Sakit Baptis Kediri. http://journal.stikes.ac.id

Tavakol, M., & Dennick, R. (2011). Making sense of Cronbach’s alpha.

International Journal of Medical Education, 2, 53-55.

http:www.ijme.net

Wahyuni, A. S. (2011). Statistika Kedokteran. Jakarta: Bamboedoea Comunication

Waspadji, S., Sukardji, K., Octarina, M.(2002). Pedoman diet diabetes melitus. Jakarta: Balai penerbit FK UI

(67)

Pola Diet pada Penderita Diabetes Melitus di Desa Pusong Kota

Lhokseumwe

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Oleh Zulfan Haris

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui Pola Diet pada Penderita Diabetes Melitus di Desa Pusong kota Lhokseumawe.

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuesioner dengan jujur tanpa dipengaruhi oleh orang lain.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun. Identitas Bapak/Ibu dan semua informasi yang diberikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk penelitian ini. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, silahkan Bapak/Ibu menandatangani formulir persetujuan ini. Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Medan, - 2013

Peneliti Responden

(68)

INSTRUMEN PENELITIAN

Petunjuk Pengisian Kuesioner

1. Bacalah dengan cermat dan teliti setiap item pertanyaan.

2. Pilihlah jawaban yang sesuai menurut Anda dengan cara memberi tanda contreng (√) pada kotak pilihan/kolom yang tersedia.

Nomor Responden (diisi oleh peneliti)

A. DATA DEMOGRAFI

1. - Nama ( inisial ) :

- Usia : Tahun

2. Jenis Kelamin : ( ) Pria ( ) wanita

3. Status : 1. ( ) Menikah 3. ( ) Janda/duda 2. ( ) Tidak Menikah

4. Agama : 1. ( ) Islam 3. ( ) Budha 2. ( ) Kristen 4. ( ) Hindu 5. Suku bangsa : 1. ( )Aceh 3. ( ) Jawa

2. ( )Batak 4. ( ) Melayu 6. Jenis Diabetes Melitus : Tipe ...

7. Pendidikan : 1. SD ( ) 3. SMP ( )

2. SMA ( ) 4. Perguruan Tinggi ( ) 8. Kapan anda memulaiDiet : Bulan :... Tahun :... 9. Pekerjaan : 1. ( ) Pegawai Negeri 3. ( )Wiraswasta

2. ( ) Pegawai Swasta 4. ( ) Nelayan 5. ( ) Pedagang /Jualan 6. ( ) Lain-lain 10.Pendapatan perbulan : 1. ( )< Rp. 500.000,- 2. ( ) Rp.1.000.000

(69)

Petunjuk Pengisian :

Bapak/ibu diharapkan untuk menjawab setiap pertanyaan dengan memberikan tanda check list (√) pada tempat yang disediakan, tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

Keterangan : TP = Tidak Pernah, KK = Kadang- kadang, S = Sering, SL = Selalu

Jenis makanan penderita diabetes melitus

No Pernyataan TP KK S SL

1

Saya mengikuti diet diabetes melitus dengan memperhatikanjenis makanan yang boleh saya konsumsi

2

Saya berkonsultasi dengan dokter atau perawat tentang diabetes dan diet yang saya jalani

3 Saya menghindari makanan yang berlemak seperti

santan, margarin (mentega)

4 Saya menggunakan pemanis yang khusus buat

penderita diabetes untuk menggantikan gula

5

Saya termotivasi untuk menjalani diet diabetes, karena keluarga mau memasakkan makanan yang sesuai dengan diet saya

6 Saya masih suka mengkonsumsi kue-kue yang

manis

7 Saya perlu diingatkan oleh keluarga tentang jenis

makanan yang boleh atau tidak boleh dikonsumsi,

8 Saya mengkonsumsi sayur –sayuran sesuai dengan

saran yang di anjurkan oleh dokter/perawat

9 Saya mengkonsumsi buah-buahan sesuai dengan

diet yang saya jalani.

10 Jika saya minum teh/kopi, saya menggunakan gula khusus untuk penderita diabetes untuk

(70)

No Pernyataan TP KK S SL

11 Saya membatasi makan makanan yang mengandung

kolesterol seperti daging, hati, otak, dan sea food

12 Saya makan cemilan sebanyak 3 kali

13 Saya lupa pada diet, jika menghadiri pesta dengan

makan makanan sesuka hati

14 Bila saya lapar, saya akan makan sampai saya

merasa kenyang

15 Saya merasa terbebani karena harus memperhatikan

porsi makan setiap akan memakan sesuatu

16 Saya membatasi mengkonsumsi makanan yang

mengandung lemak

Jadwal makan pebderita diabetes melitus

No Pernyataan TP KK S SL

17 Saya bisa menjalani diet dan dapat mengubah kebiasaan saya dalam makan

18 Saya merasa yakin dengan diet yang saya jalani akan bermanfaat buat kesehatan saya

19 Saya memakan cemilan setelah makan pagi, makan siang, dan makan malam

20 Saya perlu diingatkan oleh keluarga tentang jadwal makan yang harus di patuhi selama menjalankan diet

21 Selang waktu antara saya makan pagi, makan siang, makan malam dan selingan adalah setiap 3 jam sekali

(71)

24 Saya merasa tertekan karena harus dapat menahan selera makan karena diet yang saya jalani

(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)

PERMOHONAN

VALIDITAS KUESIONER PENELITIAN

Yang Bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Zulfan Haris

NIM : 121121067

Jurusan : S1 Keperawatan Ekstensi

Judul : Pola diet pada penderita diabetes melitus di desa pusong kota Lhokseumawe .

Dengan ini mengajukan permohonan kepada Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS untuk melakukan validitas kuesioner yang saya buat sebagaimana dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Demikian surat permohonan ini saya sampaikan. Atas perhatian dan bantuan Ibu saya ucapkan terima kasih.

Medan, 11 Juli 2013

Mengetahui Dosen

Pembimbing Pemohon

Siti Zahara Nasution, S.KP., MNS

Nip. 19710305201122001 Nim. 121121067

(78)

Sehubungan dengan penyusunan skripsi mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini telah melakukan uji validitas, terhadap instrument penelitian dari :

Nama : Zulfan Haris

NIM : 121121067

Jurusan : S1 Keperawatan Ekstensi

Judul : Pola diet pada penderita diabetes melitus di desa pusong kota Lhokseumawe .

Demikian surat ini saya buat untuk dapat digunakan sehubungan dengan penelitian mahasiswa tersebut di atas.

Medan 15 juli 2013 Penguji

Gambar

Tabel 2.1 daftar bahan makanan penukar yang mengandung10 gram hidratarang
Tabel 2.2  daftar diet bagi seorang pasien yang memperoleh  suntikan insulin dan
Table 2.3 daftar kalori yang dikeluarkan pada berbagai aktivitas
Tabel 2.4 Kebutuhan kalori
+7

Referensi

Dokumen terkait

Makanan Pokok pada Responden Penderita Diabetes Mellitus……45 Diagram 9: Prosentase Faktor Pola Makan berdasarkan Konsumsi Buah oleh Responden Penderita

Diet diabetes melitus adalah diet yang diberikan kepada penyandang diabetes melitus, dengan tujuan membantu memperbaiki kebiasaan makan untuk mendapatkan control

Sebagian besar penderita diabetes melitus di Desa Gonilan mempunyai kepatuhan tergolong patuh terhadap pelaksanaan diet diabetes melitus (48,9%). Terdapat hubungan yang

Penentuan Formula Biskuit Labu Kuning (Cucurbita moschata) sebagai Pangan Diet Penderita..

Dalam hal ini pasien yang mengetahui diet yang baik untuk DM, tentu akan berusaha untuk mengatur dan menerapkan kebiasaan atau pola makan sesuai aturan diet DM

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan harapan terhadap hasil swakelola pola makan pada penderita diabetes mellitus tipe II..

Exclusive Royalty Free Right ) atas karya tulis ilmiah saya yang berjudul: Perilaku Pola Makan Pada Penderita Diabetes Mellitus Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan),

Jenis bahan makanan penderita diabetes mellitus masih memberikan efek untuk kenaikan kadar glukosa darah, Jenis bahan makanannya yaitu ; dari sumber energi adalah