• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola-pola penggajian guru tidak tetap [GTT], tingkat kecukupan kebutuhan dasar, dan tingkat kecukupan kebutuhan pengembangan profesional.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola-pola penggajian guru tidak tetap [GTT], tingkat kecukupan kebutuhan dasar, dan tingkat kecukupan kebutuhan pengembangan profesional."

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

POLA-POLA PENGGAJIAN GURU TIDAK TETAP (GTT), TINGKAT KECUKUPAN KEBUTUHAN DASAR, DAN TINGKAT KECUKUPAN

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PROFESIONAL Studi kasus: Guru tidak Tetap di Daerah Kotamadya Yogyakarta

Oleh

T. NOVITA MARRY HARYANTO UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: 1) jumlah gaji yang diperoleh guru tidak tetap; 2) usaha guru tidak tetap dalam memperoleh tambahan penghasilan; dan 3) apakah guru tidak tetap mengalokasikan dana pengembangan profesi atau tidak.

Penelitian ini merupakan penelitian deskreptif yang menggunakan pendekatan survai (survey studies). Penelitian dilaksanakan di Daerah Kotamadya Yogyakarta pada bulan Agustus sampai November 2006. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 50 guru tidak tetap yang mengajar di Daerah Kotamadya Yogyakarta dan memiliki masa kerja 1-3 tahun.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik tabulasi data. Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis dengan teknik tabulasi data diketahui bahwa:

A. Pola-pola penggajian guru tidak tetap di Daerah Kotamadya Yogyakarta dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Guru pemula, terdiri:

a. guru honorer, memperoleh gaji berdasarkan jumlah jam mengajar per minggu dikalikan upah per jam, rata-rata Rp10.500 untuk negeri dan Rp15.000 untuk swasta.

b. guru kontrak, memperoleh gaji sesuai surat kontrak yang ditandatangani, sebesar Rp530.000 per bulan

c. guru tetap yayasan, memperoleh gaji sesuai surat perjanjian yang telah ditandatangani dengan yayasan sebesar Rp725.000 per bulan

2. Guru Bantu, memperoleh gaji sesuai surat perjanjian kerja yang telah disepakati bersama sebesar Rp710.000 per bulan.

B. Usaha yang dilakukan guru tidak tetap untuk menambah penghasilan antara lain: wiraswasta 36%, berdagang/buka warung 12%, bekerja pada orang lain 12% dan tidak memberi jawaban 40%.

C. Pengalokasian dana peningkatan pengembangan profesi, dengan membeli buku, majalah/surat kabar 80%, membeli alat penunjang belajar mengajar lainya 80%, dan tidak memberikan jawaban 20%.

(2)

ABSTRACT

THE PATTERN OF UNPERMANENT TEACHERS’ COMPENSATION, THE LEVEL OF FULFILMENT OF BASIC NEEDS, AND THE LEVEL OF

FULFILMENT FOR PROFESSIONAL DEVELOPMENT NEEDS A Case Study: Unpermanent Teachers in Yogyakarta Special Region

By

T. NOVITA MARRY HARYANTO

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2007

This research aims to know and analyse: 1) the amount of salary earned by unpermanent teachers; 2) unpermanent teachers’ efforts in earning the additional income; and 3) whether unpermanent teachers allocate the funds for developing their professional.

This research is a descriptive research using a survey approach. This research was conducted in Yogyakarta Special Region from August to November 2006. The population of this research were 50 unpermanent teachers who taught in Yogyakarta Special Region whose period of working is between 1-3 year.

The techniques of data collection in this research were observation, documentetion and interview. The technique of analising the data was tabulation technique. Based on the result of analysing the data, it is known that:

A. The patterns of unpermanent teachers’ compensation in Yogyakarta Special Region are divided into two:

1. The beginners who consist of:

a. Teachers who teach in state schools whose honorarium based on hourly straight time paid Rp10.500 for a week whereas who teach in private schools earn Rp15.000.

b. The teachers who sign contract earn Rp530.000.

c. The permanent teachers who work for the private institution earn Rp725.000 monthly.

2. Assistant teachers who have already signed the contract with the institution earn Rp710.000 monthly.

B. The additional efforts done by the teachers to increase the income are being entrepreneurs 36%, traders or run the stall 12%, workers for other people 12%, don’t give response 40%.

C. The allocation of fund to develop their profession for buying some books, magazines/newspaper is 80%, buying other supporting utensils in learning teaching process is 80%, and didn’t give any response is 20%.

(3)

POLA-POLA PENGGAJIAN GURU TIDAK TETAP (GTT),

TINGKAT KECUKUPAN KEBUTUHAN DASAR, DAN TINGKAT

KECUKUPAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN

PROFESIONAL

Studi Kasus : Guru Tidak Tetap di Daerah Kotamadya Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Disusun oleh : T. Novita Marry Haryanto

991324001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

POLA-POLA PENGGAJIAN GURU TIDAK TETAP (GTT), TINGKAT KECUKUPAN KEBUTUHAN DASAR, DAN TINGKAT KECUKUPAN

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN PROFESIONAL Studi kasus: Guru tidak Tetap di Daerah Kotamadya Yogyakarta

Oleh

T. NOVITA MARRY HARYANTO UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: 1) jumlah gaji yang diperoleh guru tidak tetap; 2) usaha guru tidak tetap dalam memperoleh tambahan penghasilan; dan 3) apakah guru tidak tetap mengalokasikan dana pengembangan profesi atau tidak.

Penelitian ini merupakan penelitian deskreptif yang menggunakan pendekatan survai (survey studies). Penelitian dilaksanakan di Daerah Kotamadya Yogyakarta pada bulan Agustus sampai November 2006. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 50 guru tidak tetap yang mengajar di Daerah Kotamadya Yogyakarta dan memiliki masa kerja 1-3 tahun.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik tabulasi data. Berdasarkan hasil penelitian yang dianalisis dengan teknik tabulasi data diketahui bahwa:

A. Pola-pola penggajian guru tidak tetap di Daerah Kotamadya Yogyakarta dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Guru pemula, terdiri:

a. guru honorer, memperoleh gaji berdasarkan jumlah jam mengajar per minggu dikalikan upah per jam, rata-rata Rp10.500 untuk negeri dan Rp15.000 untuk swasta.

b. guru kontrak, memperoleh gaji sesuai surat kontrak yang ditandatangani, sebesar Rp530.000 per bulan

c. guru tetap yayasan, memperoleh gaji sesuai surat perjanjian yang telah ditandatangani dengan yayasan sebesar Rp725.000 per bulan

2. Guru Bantu, memperoleh gaji sesuai surat perjanjian kerja yang telah disepakati bersama sebesar Rp710.000 per bulan.

B. Usaha yang dilakukan guru tidak tetap untuk menambah penghasilan antara lain: wiraswasta 36%, berdagang/buka warung 12%, bekerja pada orang lain 12% dan tidak memberi jawaban 40%.

C. Pengalokasian dana peningkatan pengembangan profesi, dengan membeli buku, majalah/surat kabar 80%, membeli alat penunjang belajar mengajar lainya 80%, dan tidak memberikan jawaban 20%.

(9)

ABSTRACT

THE PATTERN OF UNPERMANENT TEACHERS’ COMPENSATION, THE LEVEL OF FULFILMENT OF BASIC NEEDS, AND THE LEVEL OF

FULFILMENT FOR PROFESSIONAL DEVELOPMENT NEEDS A Case Study: Unpermanent Teachers in Yogyakarta Special Region

By

T. NOVITA MARRY HARYANTO

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2007

This research aims to know and analyse: 1) the amount of salary earned by unpermanent teachers; 2) unpermanent teachers’ efforts in earning the additional income; and 3) whether unpermanent teachers allocate the funds for developing their professional.

This research is a descriptive research using a survey approach. This research was conducted in Yogyakarta Special Region from August to November 2006. The population of this research were 50 unpermanent teachers who taught in Yogyakarta Special Region whose period of working is between 1-3 year.

The techniques of data collection in this research were observation, documentetion and interview. The technique of analising the data was tabulation technique. Based on the result of analysing the data, it is known that:

A. The patterns of unpermanent teachers’ compensation in Yogyakarta Special Region are divided into two:

1. The beginners who consist of:

a. Teachers who teach in state schools whose honorarium based on hourly straight time paid Rp10.500 for a week whereas who teach in private schools earn Rp15.000.

b. The teachers who sign contract earn Rp530.000.

c. The permanent teachers who work for the private institution earn Rp725.000 monthly.

2. Assistant teachers who have already signed the contract with the institution earn Rp710.000 monthly.

B. The additional efforts done by the teachers to increase the income are being entrepreneurs 36%, traders or run the stall 12%, workers for other people 12%, don’t give response 40%.

C. The allocation of fund to develop their profession for buying some books, magazines/newspaper is 80%, buying other supporting utensils in learning teaching process is 80%, and didn’t give any response is 20%.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya yang berjudul “Pola-pola Penggajian Guru Tidak Tetap (GTT), Tingkat Kecukupan Kebutuhan Dasar, dan Tingkat Kecukupan Kebutuhan Pengembangan Profesional”. Penulisan skripsi ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Penidikan.

Disini penulis menyadari bahwa dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini masih banyak kekurangan-kekurangan, juga tidak terlepas dari pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata dharma.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata dharma.

4. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing I yang dengan sabar membimbing serta memberikan masukan dan dorongan kepada penulis.

5. Bapak Drs. P.A Rubiyanto selaku Dosen Pembimbing II yang telah membantu dan membimbing dalam penyusunan skripsi dan memberikan masukan-masukan dalam penulisan skripsi ini.

(11)

6. Bapak Y.M.V. Mudayen, S,Pd, yang telah membantu dan memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

7. Kepada Guru Tidak tetap di Daerah Kotamadya Yogyakarta yang telah membantu penulis dan memberikan masukan untuk penulisan skripsi ini.

8. Kedua orang tuaku Bapak Haryanto dan Ibu Tuniah yang telah memberikan segalanya baik waktu, material, dan dukungan doanya sehingga studiku bisa selesai.

9. Adikku ”Almarhum Noviana”, mbak tau kamu pasti mendoakan mbak agar bisa selesai kuliah agar orang tua kita tidak kecewa dan dukunganmu tidak akan mbak lupakan seumur hidup mbak. Mbak sayang kamu ana.

10.Suamiku, makasih yach…. atas dukungannya sehingga aku bisa menyelesaikan skripsi ini.

11.Anakku Fidel. Makasih ya sayang….. karena kamu mama bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Adikku Lia dan Wiwik, makasih atas semua bantuannya jagain Fidel sehingga mbak bisa bimbingan skripsi.

13.Shinta, Yayuk …. gimana …. aku jadi lulus juga kayak kalian kan?

14.Teman-teman PDU ’99, Anna, Niken, Edi, Kosmas, Tatang makasih ya …. kamulah teman seperjuanganku.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna bagi perbaikan skripsi ini.

Penulis

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….…. iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN………... v

ABSTRAK……… vi

ABSTRACT………. vii

KATA PENGATAR ……… viii

DAFTAR ISI ..………. x

DAFTAR TABEL……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… .. xv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Batasan Masalah ... 7

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pola-pola Penggajian... 9

1. Pendapatan/Gaji ... 9

2. Teori Pengupahan ... 12

(13)

3. Upah/Pengupahan ... 15

4. Sistem Pengupahan Guru PGPS ... 19

B. Profesi Guru ... 21

1. Definisi Guru... 21

2. Pengertian Profesi Guru ... 22

3. Undang-undang tentang guru dan dosen Tahun 2006... 24

4. Peranan Guru... 26

5. Karakteristik Guru... 27

6. Pengembangan Profesi Keguruan ... 28

C. Tingkat Kebutuhan Dasar ... 31

D. Penelitian Terdahulu ... 35

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 36

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 36

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 37

D. Populasi dan Sampel.………... 38

E. Teknik Pengambilan Sampel... 39

F. Variabel Penelitian ... 39

G. Data yang dicari ... 41

H. Teknik pengambilan Data ... 42

I. Teknik Analisis Data... 44

Kisi-kisi Pedoman Wawancara……….. 46

(14)

BAB IV. HASIL TEMUAN LAPANGAN

A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta..……… 47

B. Diskripsi Lokasi Penelitian………….……….. 48

a. Batas Wilayah.……… 49

b. Penduduk……… 49

c. Keadaan Geografi……….. 50

d. Pembagian Wilayah ..………. 50

C. Perkembangan Pendidikan di Kota Yogyakarta……….. 52

BAB V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data……… 62

B. Pembahasan ………. 76

BAB VI. PENUTUP A. Kesimpulan……… 93

B. Saran……….. 97 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Hal Table III. 1. Kisi-kisi Pedoman Wawancara 46 Tabel IV. 1. Luas Kabupaten/Kotamadya di DIY 48 Tabel IV. 2. Nama kecamatan dan kelurahan di DIY 51 Tabel IV. 3. Jumlah sekolah di kota Yogyakarta 53 Tabel IV.4. Jumlah siswa sekolah 54 Tabel IV. 5. Jumlah guru PNS di kota Yogyakarta 55 Tabel IV. 6. Jumlah guru swasta di kota Yogyakarta 56 Tabel IV. 7. Jumlah kelas yang dipakai oleh sekolah di kota Yogyakarta 56 Tabel IV. 8. Jumlah ruang kelas yang digunakan 56 Tabel IV. 9. Jumlah guru Bantu kota Yogyakarta 57 Tabel IV. 10. Subsidi guru tidak tetap dan guru tetap yayasan 57 Tabel IV. 11. Subsudi guru tidak tetap 58 Tabel IV. 12. Subsidi kelebihan jam mengajar GTT dan GTT Yayasan 58 Tabel IV. 13. Frekuensi dan Presentasi jumlah gaji 60 Tabel IV. 14. Frekuensi dan komponen gaji 61 Tabel V. 1. Frekuensi dan presentase Jenis Usaha untuk menambah

Penghasilan 72

Tabel V. 2. Frekuensi dan Presentase jumlah pendapatan dari usaha

Sampingan 73

(16)

Tabel V. 3. Frekuensi dan Presentase pengalokasian waktu melaksanakan

Usaha sampingan 74

Table V. 4. Frekuensi dan Presentase jenis pengalokasian peningkatan

Profesi guru 75

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Wawancara

Lampiran 2. Daftar mentah hasil penelitian

Lampiran 3. Data pendidikan sekolah swasta (yayasan) di lingkungan Dinas Pendidikan Kotamadya Yogyakarta tahun Ajaran 2005/2006 Lampiran 4. Data pendidikan sekolah negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan

Kotamadya Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006 Lampiran 5. Daftar Gaji PNS

Lampiran 6. Nama sekolah TK, SD, SMP, SMA DAN SMK di Kotamadya Yogyakarta

Lampiran 7. Nama guru Bantu TK, SD, SMP, SMA dan SMK di Kotamadya Yogyakarta

Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 9. Contoh Petikan Keputusan Pengangkatan CPNS Lampiran 10. PETA Wilayah Kotamadya Yogyakarta

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Profesi guru adalah suatu profesi yang sangat mulia. Pekerjaan yang mereka lakukan sangatlah berat dan penuh tanggung jawab baik kepada pribadi, masyarakat maupun pemerintah. Dengan tanggung jawab yang diemban oleh seorang guru seharusnya seorang guru mendapatkan balas jasa yang seimbang dengan tanggung jawabnya. Seharusnya kehidupan dan pengembangan profesi mereka lebih diperhatikan agar seorang guru lebih berkualitas dalam mengajar atau bisa dibilang lebih professional dalam mengajar.

Namun dalam kenyataannya, profesi guru sering dianggap rendah oleh banyak kalangan, karena dilihat dari gaji yang mereka terima. Padahal guru salah satu faktor penentu tinggi rendahnya hasil dari pendidikan. Tinggi rendahnya hasil pendidikan bisa dilihat dari kesiapan guru dalam mengajar. Kesiapan guru dalam mengajar bisa dihasilkan bila didukung oleh perekonomian dan kesejahteraan guru yang memadai. Bila perekonomian guru dan kesejahteraan guru bisa diatasi maka seorang guru tidak akan mencapai pendapatan di luar profesinya yang bisa mengganggu profesionalitas seorang guru.

Guru dianggap professional bila dapat menyiapkan mata pelajaran yang akan diajarkan kepada siswanya tidak hanya dari buku pelajaran semata tetapi dari pengetahuan-pengetahuan baru dan yang sedang hangat-hangatnya

(19)

dibicarakan. Untuk mendapatkan berita ini seorang guru minimal hatus mendengarkan berita dari radio, televisi atau membacanya di Koran.

Salah satu persoalan klasik di Indonesia yang sudah dirasakan bertahun-tahun, dari periode berikutnya dan belum pernah terpecahkan adalah rendahnya gaji guru dan tingkat kesejahteraannya.

Pertanyaan yang sekarang perlu dicari jawabanya adalah apakah mungkin dengan gaji yang kecil seorang guru bisa mencukupi kebutuhan dasarnya? Apa yang menjadi dasar kita mengatakan kesejahteraan guru di Indonesia rendah atau gaji yang kecil? Penelitian atas kesejahteraan yang rendah itu didasarkan paa beberapa hal. Pertama dibandingkan dengan kesejahteraan guru di negara-negara lain, termasuk negara tetangga kita Malaysia. Kedua dibandingkan dengan alokasi waktu yang dicurahkan oleh guru dan beban tanggungjawab yang harus mereka pikul, dibandingkan dengan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada umumnya. Ketiga dibandingkan dengan nilai tukar uang atas kebutuhan dasar untuk hidup sehari-hari seorang guru.

Dibanding dengan gaji guru-guru di negara tetangga Malaysia, gaji guru Indonesia amatlah rendah, karena nilai tukarnya tidak mencukupi kebutuhan hidup selama satu bulan dengan tiga atau empat anggota keluarga. Untuk memenuhi kebutuhan makan yang memenuhi standar empat sehat lima sempurna tidak mencukupi, apalagi untuk kebutuhan lainnya.

(20)

karena guru mendapatkan tambahan tunjangan fungsional. Memang jam kerja PNS guru dan PNS non guru tidak sama, kalau PNS non guru bekerja sehari 8 sampai 10 jam atau kurang lebih 42 jam per minggu. Tetapi jam kerja seorang guru tidak terbatas. Memang seorang guru mengajarnya hanya pukul 07.00 saampai 12.45 tetapi sebelum mengajar seorang guru harus mempersiapkan bahan mata pelajaran yang akan disampaikan dan membuat satuan pelajaran. Setelah mengajar harus memeriksa hasil pelajaran siswa. Peluang seorang PNS guru untuk mendapatkan pendapatan diluar gaji sangatlah sulit atau sangatlah kecil. Sedang PNS non guru lebih banyak mendapatkan peluang karena sering ada proyek-proyek dengan masyarakat. Sedangkan guru memiliki peluang dengan cara memberi les di sekolah maupun diluar sekolah. Harapan masyarakat terhadap guru saangatlah besar, bukan hanya disekolah saja tetapi juga di lingkungan tempat tinggalnya seorang guru dianggap sebagai panutan atau teladan bagi masyarakat.

(21)

gaji yang mereka peroleh amatlah tidak sesuai dengan pengorbanan yang mereka keluarkan.

Di kota besar seperti Jakarta, para guru swasta mengajar di sekolah-sekolah yang tergolong sekolah-sekolah mahal saja gaji yang diteima amatlah kecil, yaitu kurang dari Rp. 1.500.000,00 per bulan yang diatas Rp 1.500.000,00 per bulan sangatlah jarang. Dengan tuntutan ekonomi yang tinggi, gaji dibawah Rp 1.500.000,00 per bulan sangatlah tidak cukup untuk memenuhi hidup sehari-hari. Hal serupa juga terjadi pada sekolah-sekolah negeri di Jakarta. Gaji yang diterima guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu) amatlah renah (di Jakarta saja masih ada yang memperoleh gaji dibawah Rp 200.000,00 per bulan), nasibnya juga tidak jelas, amat tergantung dari otoritas kepala sekolah sehingga sewaktu-waktu bisa dipecat, seperti yang di alami oleh Umas Abdhali and kawan-kawan yang mengajar di SMU 112 Jakarta (Kompas 20 Sept 2000). Bila guru-guru swasta menapat dana insentif dari pemerintah sebesar Rp 75.000,00 per bulan, yang pembayarannya dilakukan enam bulan sekali, juga ada daerah yang memberi tambahan insentif lain sebesar Rp 50.000,00 per bulan maka para guru tidak tetap terutama guru pemula dan guru Bantu disekolah-sekolah negeri, baik SD sampai SMU tidak memperoleh dana insentif sama sekali.

(22)

disisi lain seorang guru harus berfikir bagaimana caranya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Akibat tekanan ekonomi yang rendah, tak jarang mereka melakukan aksi mogok mengajar bahkan demonstrasi. Mereka melakukan hal itu cukup beralasan dan masuk akal dan bisa dipahami. Bila kesejahteraan guru tidak diperbaiki maka akibatnya akan fatal, bisa jadi untuk memenuhi kebutuhan mereka akan mencari pendapat dari usaha lain sehingga waktunya akan habis. Akibatnya kualitas pendidikan akan merosot. Oleh karena itu, menjadi kewajiban kita semua baik pemerintah maupun masyarakat, untuk mensejahterkan guru secara berlahan-lahan, sehingga para guru dapat mencukupi kebutuhan dasarnya untuk mempertahankan kehidupan mereka yang lebih layak. Kita tahu, kesejahteraan guru pada jaman dahulu dengan jaman sekarang sangatlah berbeda, jaman dahulu kebutuhan dasar mereka sangatlah baik karena kebutuhan dasar mereka terjamin, tapi sekarang tingkat kesejahteraan mereka terabaikan, sehingga harus mencari tambahan atau usaha lain untuk mencukupi kebutuhan mereka.

(23)

Selanjutnya, survey yang dilakukan Bank Dunia di Indonesia, Liberia dan Somalia menunjukan jumlah guru yang memiliki sambilan kedua atau ketiga untuk mencari penghasilan tambahan. Masalah keasejahteraan guru, menyangkut guru keseluruhan, baik guru negeri, guru swasta, guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu) guru TK, SD, SMP, SMU maupun dosen. Dengan adanya pemilihan-pemilihan yang jelas, kirany dapat mengetahui sebetulnya cenderung membicarakan rendahnya gaji guru. Rendahnya guru dilihat dari nominal yang diperoleh, bukan pada usaha atau langkah atau usaha yang ditempuh oleh guru dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan kemampuan yang ada dan berdasarkan pada permasalahan di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Pola-pola Penggajian Guru Tidak Tetap (GTT), Tingkat Kecukupan Kebutuhan Dasar, dan Tingkat Kecukupan Kebutuhan Pengembangan Profeasional di Kotamadya Daerah Istimewa Yogyakarta”.

B. Batas Masalah

Untuk menghindari agar masalah tidak terlalu luas dan menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis membatasi masalah yaitu:

(24)

b. Obyek penelitian adalah guru-guru tidak tetap yang mengajar di TK, SD, SMP, SMA atau SMK di Kotamadya Yogyakarta.

c. Responden yang diteliti berjumlah 50 responden.

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Bagaimana pola penggajian guru tidak tetap di kotamadya Yogyakarta? b. Bagaimana usaha guru dalam memperoleh tambahan penghasilan ? c. Apakah guru mengalokasikan dana pengembangan profesi ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui dan menganalisis jumlah gaji yang diperoleh guru tidak tetap di Kotamadya Yogyakarta.

b. Untuk mengetahui dan menganalsis bagaimana usaha guru tidak tetap dalam memperoleh tambahan penghasilan guna memenuhi kebutuhan ekonomi dasar keluarga guru di Kotamadya Yogyakarta

c. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah guru tidak tetap mengalokasikan dana pengembangan profesi.

(25)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : a. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah khususnya Departemen Pendidikan Daerah Istimewa Yogyakarta, dalam usaha meningkatkan jumlah gaji dan kesejahteraan guru khususnya guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu). Selain itu dapat juga sebagai salah satu “masukan” untuk pemerintah pusat maupun pemerintah daerah untuk meninjau sistem penggajian guru secara tersendiri. Penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi pemerintah untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut khususnya masalah guru untuk kedepannya.

b. Bagi para guru

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pola-pola Penggajian

Pola-pola penggajian yang dilakukan di Indonesia kurang memenuhi standar kebutuhan guru. Menurut kamus umum bahasa Indonesia, pola penggajian adalah suatu gambaran yang dipakai sebagai patokan untuk gajian pegawai dalam suatu instansi.

1. Pendapatan/Gaji a. Definisi Pendapatan

Menurut Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, gaji adalah hak yang diterima oleh guru /dosen atas pekerjaannya dari penyelenggara pendidikan / satuan pendidikan dalam bentuk finansial secara berkala sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Menurut Sumardi,(1982:92), pengertian pendapatan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1) Pendapatan berupa uang

Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan yang sifatnya legular yang biasa diterima, biasanya sebagai balas jasa atau kontraprestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji atau upah, balas jasa dari majikan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, pendapatan dari penjualan barang yang

(27)

dipelihara di halaman rumah, hasil investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial.

2) Pendapatan berupa barang

Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya regular akan tetapi selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang atau jasa. Barang-barang atau jasa yang diperoleh dinilai dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi atau disertai transaksi uang oleh yang dinikmati barang atau jasa tersebut. Demikian pula penerimaan barang secara Cuma-Cuma, pembelian barang atau reduksi dari majikan.

b. Pengelompokan Pendapatan

Perincian pengelompokan pendapatan menurut Badan Pusat Statistik, (Mulyanto Sumardi, 1982:92) pada dasarnya dikelompokkan dalam:

1) Pendapatan sektor informal yaitu, segala pendapatan berupa uang atau barang yang sifatnya regular dan yang diterima sebagai balas jasa.

2) Pendapatan sektor informal yaitu, segala penghasilan baik berupa uang atau barang yang diterima biasanya sebagai balas jasa dari sektor informal.

(28)

bersumber dari sektor formal, yaitu pendapatan yang diperoleh guru dari hasil usaha dan diterima sebagai balas jasa / upah atau gaji.

c. Sumber Pendapatan

Pendapatan yang diperoleh seseorang bisa berasal dari beberapa sumber yaitu:

1) Usaha sendiri, misalnya berdagang, mengerjakan sawah atau menjalankan usaha sendiri.

2) Bekerja pada orang lain, misalnya bekerja di kantor atau perusahaan sebagai buruh atau karyawan.

3) Hasil dari milik, misalnya mempunyai sawah yang disewakan, mempunyai uang yang dipinjamkan dengan bunga dan sebagainya.

Selain pendapatan (balas jasa dan hak milik) mungkin masih ada penerimaan atau masuk lainnya, misalnya:

a) Uang pensiun bagi yang sudah lanjut usia yang dulu bekerja pada pemerintah atau instansi lain.

b) Sumbangan atau hadiah, misalnya bantuan dari saudara atau famili, warisan orang tua dan sebagainya,

(29)

2. Teori Pengupahan

Sistem pengupahan disuatu negara biasanya didasarkan pada falsafah atau teori yang dianut oleh negara tersebut. Ada dua ekstrim sistem pengupahan yaitu:

1. Ajaran Karl Marx mengenai teori nilai dan pertentangan kelas.

2. Teori pertambahan produk marjinal berlandaskan asumsi perekonomian bebas.

Landasan pengupahan di Indonesia adalah UUD, pasal 27, ayat (2) dan penjabarannya dalam Hubungan Industrial Pancasila. Pada prinsipnya sistem pengupahan harus mampu menjamin kehidupan yang layak bagi pekerjaan dan keluarganya yang berarti mempunyai fungsi sosial, mencerminkan pemberian imbalan terhadap hasil kerja seseorang dan memuat pemberian insentip yang mendorong peningkatan produktivitas kerja dan pendapatan nasional.

1. Upah Menurut Kebutuhan (Ajaran Karl Marx)

Dalam ajaran Karl Marx Upah adalah hasil yang diterimam seseorang dari bekerja menurut kemampuannya dan tiap orang memperoleh menurut kebutuhannya. Atau dengan kata lain, upah sesuai dengan tingkat kebutuhan seseorang.

(30)

a. Teori nilai.

Dalam pandangannya, Marx berpendapat bahwa hanya buruh yang merupakan sumber nilai ekonomi. Maka Marx menyimpulkan bahwa nilai suatu barang adalah nilai dari jasa buruh atau dari jumlah waktu kerja yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut.

b. Pertentangan kelas

Dalam pandangannya, Marx berpendapat bahwa kapitalis selalu berusaha menciptakan barang-barang modal untuk mengurangi penggunaan buruh, sehingga pengusaha dapat menekan upah. Akibat dari pengurangan penggunaan buruh menimbulkan pengangguran besar-besaran.

c. Terbentuknya masyarakat komunis

(31)

Dari teori-teorinya, Marx mengimplikasikan pandangannya tersebut dalam sistem pengupahan dan pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

1. Bahwa kebutuhan konsumsi tiap-tiap orang macamnya dan jumlahnya kira-kira sama. Nilai tiap barang yang sama adalah juga sama. Oleh sebab itu upah tiap-tiap orang juga kira-kira sama. Dalam hal ini sistem upah hanya sekedar menjalankan fungsi sosial, yaitu memenuhi kebutuhan konsumtip dari buruh.

2. Sistem pengupah tidak mempunyai fungsi pemberian insentip yang sangat perlu untuk menjamin peningkatan produktifitas kerja dan pendapatan nasional.

3. Sistem kontrol yang sangat ketat diperlukan untuk menjamin setiap orang betul-betul mau bekerja menurut kemampuannya.

2. Upah Sebagai Imbalan (Teori Neo Klasik)

Dalam teori Neo Klasik upah adalah imbalan atas usaha kerja yang diberikan karyawan kepada pengusaha.

(32)

pertambahan marjinal seseorang sama dengan upah yang diterima orang tersebut.

3. Upah/Pengupahan

a) Definisi upah atau Pengupahan

a. Pengertian upah menurut Dewan Penelitian Pengupahan Nasional Upah adalah suatu penelitian sebagai suatu imbalan dari pemberian kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, undang-undang dan peraturan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dan penerima kerja.

b. Pengertian upah menurut Martoyo Susilo

Upah akan gaji adalah suatu bentuk pemberian kompensasi yang bersifat “finansial” dan merupakan yang utama dari bentuk-bentuk kompensasi yang ada bagi karyawan. (Susilo, 1998 : 118)

Jadi upah, adalah sebagai pengganti akan jasa yang diserahkan pekerja kepada pihak lain atau majikan.

b. Teori Penentuan Tingkat Upah

(33)

akan dibayar oleh manajemen, atau apakah yang menentukan pengurangan-pengurangan minimum yang dapat diterima manajemen? Apakah yang menentukan pembayaran-pembayaran minimum yang dapat diterima oleh para buruh atau pekerja?

Terdapat enam teori tentang penentuan upah, yaitu sebagai berikut:

1) Peranan Lingkungan Ekonomi (economic enviroment)

Suatu faktor lain pada segi permintaan yang dalam jangka panjang mempunyai arti yang lebih penting adalah sifat dari pasar barang-barang hasil produksinya. Makin inelastic sifat permintaan akan barangnya makin kuat unsur oligopolinya didalam industri, maka tingkat upah akan cenderung lebih tinggi pula. Adanya suatu struktur pasar yang oligopilitis akan memberikan kepada sarekat buruh suatu alat pengungkit untuk menaikkan upah melainkan

entry prevention perusahaan pendatang baru, sehingga para pendatang baru tidak dimungkinkan untuk memanfaatkan suplay tenaga yang elastis didalam sektor atau industri yang bersangkutan. 2) Perbandingan-perbandingan upah (wage comparison)

(34)

penengah atau arbitrators sering memakai faktor ini sebagai dasar atau penjelasan didalam memberikan rekomendasi-rekomendasi-nya. Pada umumnya para buruh atau pekerja membanding-bandingkan upah dan kondisi-kondisi kerja yang terdapat dari berbagai macam tempat.

3) Biaya Hidup

Dengan menggunakan biaya hidup sebagai kriterium maka penyesuaian-penyesuaian upah diadakan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam cost of living. Sebagai tolok ukur dipakai indeks harga-harga yang di bayar oleh buruh atau pekerja (wage earner) dan karyawan administratif yang bertempat tinggal di daerah perkotaan untuk barang-barang dan jasa-jasa yang dibutuhkan. Dan pada umumnya baik buruh maupun manajemen tidak dapat menyetujui suatu ikatan antara upah dan biaya hidup yang bersifat otomatif.

4) Budget Buruh

(35)

negeri. Kriterium budget sebaliknya menekankan kepada suatu ideal standar, suatu standard yang melampaui standard yang aktual. 5) Produktivitas (productivity)

Hubungan antara produktivitas fisik dan upah, yang secara langsung menyangkut kepentingan manajemen, buruh dan arbiter dalam penentuan kriterium upah ialah, bahwa kedua-duanya itu menentukan unit labour cost. Peningkatan produktivitas fisik (dengan upah tetap) menyebabkan unit labour cost turun dan sebaliknya. Kenaikan unit labour cost yang disertai dengan kemajuan-kemajuan dalam produktivitas fisik menunjukkan bahwa kenaikan upah itu lebih kuat daripada cost saving effect

peningkatan produtivitas.

6) Kemampuan membayar (ability to pay)

(36)

sebagai dasar untuk mempertahankan upah yang berlaku. Jadi dalam hal ini buruh sering tidak konsekuen.

3. Sistem Pengupahan Guru PGPS (Peraturan Gaji Pegawai Sipil)

Sistem pengupahan merupakan kerangka yang memberikan gambaran secara sistematis tentang pengaturan upah dan penetapan upah pada berbagai tingkat jabatan. Menurut Sondang Siagian (1995 : 253) suatu imbalan yang baik adalah sistem yang mampu memikirkan kepuasan para anggota organisasi yang pada gilirannya memungkinkan organisasi memperoleh, memelihara dan mempekerjakan sejumlah orang dengan berbagai sikap dan perilaku positif bekerja dengan produktif. Dengan adanya Undang – undang yang mengatur dalam penentuan tingkat upah (Payaman Simanjutak 2001 : 110) sistem pengupahan di Indonesia pada umumnya didasarkan pada tiga fungsi sebagai berikut :

a. Menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya b. Mencerminkan atas hasil kerja seseorang.

c. Menyediakan insentif untuk mendorong peningkatan produktivitas kerja.

(37)

dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi. Menurut UURI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dalam pasal 15 menjelaskan hal-hal sebagai berikut :

1. Gaji pokok adalah satun penghasilan yng ditetapkan berdasarkan pangkat, golongan, dan masa kerja.

2. Tunjangan yang melekat pada gaji adalah tambahan penghailan sebagai komponen kesejahteraan yang ditentukan berdasarkan jumlah tanggungan keluarga.

3. Tunjangan profesi adalah tunjangna yang diberikan kpada guru yang memiliki sertifikat peniikan sebagai penghargaan atas profesionalitasnya.

4. Tunjangan khusus adalah tunjangan yang ibrikan kepada guru sebagai kompetensi atas kesulitan hidup yang dihadapi dalam melaksanakan tugas di daerah khusus.

5. Maslahat tambahan adalah kesejahteraan yang diperoleh dalam bntuk asuransi, pelayanan kesehatan, atau bentuk kesejahteraan lain.

(38)

pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi gaji berdasarkan kerja atau kesepakatan kerja bersama.

B. Profesi Guru 1. Definisi guru

(39)

2. Pengertian Profesi Guru

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menurut keahlian yang khas dari para anggotanya keahlian yang khas tersebut tentunya tidak dimiliki oleh anggota profesi lain, sebab keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh suatu profesi merupakan hasil pendidikan dan pelatihan atau melalui suatu proses profesional dalam program pendidikan atau pelatihan yang terancam, begitu pula dengan profesi kependidikan. Dilihat dari ciri-ciri keprofesian, profesi guru memiliki ciri-ciri-ciri-ciri (Supriadi, 1999 : 96) sebagai berikut :

1. Pekerjaan itu lebih mementingkan pelayanan kemanusiaan dalam mengabdi kepada masyarakat.

2. Profesi menuntut ketrampilan tertentu yang diperoleh lewat pendidikan, latihan yang lama dan insentif serta dilakukan dalam lembaga tertentu yang secara sosial dapat dipertanggungjawabkan. 3. Profesi didukung oleh suatu disiplin ilmu.

4. Ada kode etik yang menjadi pedoman perilaku anggotanya beserta sangsi yang jelas dan tegas terhadap pelanggaran kode etik.

5. Anggota profesi secara perorangan ataupun kelompok memperoleh imbalan finansial atau materiil.

(40)

khusus untuk melaksanakan fungsi tersebut. Selain itu suatu profesi menerima imbalan berupa finansial atau materiil. Profesi guru adalah suatu contoh suatu profesi.

Amstrong mengemukakan bahwa tanggung jawab guru dibagi dalam lima kategori, yaitu: tanggung jawab dalam pengajaran, memberikan bimbingan, pengembangan kurikulum, pengembangan profesi dan tanggung jawab dalam membina hubungan dengan masyarakat.

Guru sebagai pengajar lebih menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan-bahan yang diajarkan kepada siswa. Guru senantiasa dituntut untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuannya karena ilmu pengetahuan sangat menentukan hasil belajar serta prestasi yang dicapai oleh siswa.

Guru harus selalu belajar supaya ia mempunyai bekal yang cukup dalam rangka mentransformasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki supaya apa yang ia transformasikan betul-betul dimiliki oleh siswa.

(41)

kemampuan dalam rangka meningkatkan tugas profesinya. Seorang guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani seperti yang dilakukan oleh Ki Hajar Dewantoro: “Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri Handayani “. Baik didalam maupun di luar sekolah.

Guru harus memiliki kemampuan berkomunikasi sosial, baik dengan murid-muridnya, dengan sesama teman guru maupun dengan anggota masyarakat di lingkungannya. Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan yaitu misi bertugas dalam pengabdian masyarakat.

3. Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005, tentang guru dan Dosen.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Guru dan Dosen, Bab I Pasal 1 No 1, yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keamanan, ketakwaan dan akhlak mulia.

c. Memiliki kualivikasi akademik dan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan bidang tugas.

(42)

e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas profesionalan. f. Memiliki penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya.

i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan guru berkewajiban melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

2. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas akademik dan kompetensi sejarah dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

3. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan, jenis kelamin, agama, ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. 4. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode

etik guru serta nilai-nilai agama dan etika.

(43)

4. Peranan Guru

Pada tahun 1975, menurut Norman dan Goble dalam Samana (1994 : 39-41) mengungkapkan bahwa atas inisiatif ONESCO dan IBE di Jenewa diadakan konferensi internasional tentang pendidikan sekolah dengan tema “beberapa kecenderungan utama dibidang pendidikan dan perubahan peranan guru selama berdinas”. Dengan mengacu pada isi konferensi tersebut maka seorang guru adalah sebagai berikut:

a. Fungsi guru dalam proses intruksional serta pertanggungjawabannya lebih penting dari pada otoritasnya sebagaimana sumber keilmuan bagi belajar siswa.

b. Sejalan dengan pemikiran di atas, terjadilah pergeseran titik berat dalam proses pengalihan pengetahuan, yang semula berpusat pada diri guru (sebagai informator), kini proses tersebut mementingkan siswa untuk belajar secara sistematis, kontinyu dan optimal.

c. Pola hubungan timbal balik antara guru dengan siswa juga mengalami perubahan layanan bimbingan belajar siswa dari guru semakin menuju keindividualisme proses belajar siswa.

d. Praktek pengajaran semakin ditandai dengan penggunaan produk teknologi pengajaran yang modern, yang menuntut penguasaan konsep, prinsip dan keterampilan baru dalam penggunaannya.

(44)

f. Sejalan dengan pemikiran di atas, secara teknik operasional guru hendaknya semakin sadar akan perlunya kerjasama antara guru, guru dengan orang tua siswa, dan guru dengan kelompok-kelompok sosial kemasyarakatan untuk membina perkembangan siswa.

g. Dalam masyarakat yang mobilitasnya tinggi dan padat informasi terjadi penurunan otoritas yang secara tradisional ada dalam hubungan pendidik (termasuk guru) dengan peserta didik (siswa).

h. Dalam situasi seperti ini, guru semakin dituntut menjadi model (patron) yang menjadi kiblat perkembangan diri siswa dan mampu melaksanakan kepemimpinan yang partisipasif.

5. Karakteristik Guru

Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, maka guru harus memiliki kemampuan mengajar yang baik. Adapun karakteristik seorang pengajar yang baik sebagaimana dikemukakan oleh Soekartawi (1995 : 33-34), adalah sebagai berikut:

a. Mempunyai keahlian terhadap ilmu pengetahuannya (bahan ajar) yang diberikan kepada siswa.

b. Mampu memberikan motivasi pada siswa. c. Mampu mengelola kelas.

d. Mampu bertindak sebagai pemimpin.

(45)

h. Mau menerima umpan balik bagi siswa. i. Mempunyai keahlian dalam pengajaran. Sifat guru yang baik adalah sebagai berikut:

a. Guru harus menjadi orang tua murid-muridnya. b. Ada hubungan baik antara guru dengan muridnya. c. Guru hendaklah mempunyai pengetahuan tentang anak. d. Guru harus merasa berkewajiban kepada masyarakat. e. Guru hendaklah bersikap adil dan jujur.

f. Guru harus bersikap ikhlas.

g. Guru harus menjadi teladan bagi murid-muridnya. h. Guru hendaknya berpengetahuan luas.

i. Guru harus periang. j. Guru harus gesit.

k. Guru harus sehat jasmani.

6. Pengembangan Profesi Keguruan

(46)

percobaan bagi penyajian oleh para anggota tim, sebagai usaha untuk menentukan tingkat materi pelajaran sesungguhnya sebagai metode untuk memperkirakan penempatan sebagai alat bagi supervisor untuk melatih dan menilai guru-guru yang baru) dalam rangka mempersiapkan dan menyediakan calon-calon guru berbagai jejang persekolahan, sejak dari Taman Kanak-kanak sampai dengan pendidikan tingkat menengah.

Dengan adanya tuntutan ilmu pengetahuan serta teknologi yang selalu mengalami perkembangan yang cukup pesat, maka agar peranan guru dalam pengajarannya tetap bermutu dan up to date dalam membimbing belajar siswa, seorang guru harus belajar dalam banyak hal yang terkait dengan pengajaran secara berkesinambungan.

Kegiatan belajar berkesinambungan bagi seorang guru secara rinci kegiatan belajar yang didasari pertimbangan rasional adalah :

1. Pendidikan (juga pengajaran) berlangsung sepanjang hayat. Berlaku untuk guru dan siswa. Usaha seseorang untuk mencapai perkembangan diri serta karyanya tidak pernah selesai maka harus selalu berkembang dan perlu dikembangkan terus-menerus.

2. Pendidikan (juga pengajaran) merupakan kiat dalam penguasaan serta penerapan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan serta teknologi bagi pembentukan pribadi manusia.

(47)

4. Sistem pengajaran tersebut bersifat terbuka, yang berarti bahwa sitem pengajaran itu mudah atau rentan terhadap pengaruh dari luar sistemnya.

5. Siswa adalah pribadi yang unik dan aktif menghadapi lingkungan hidupnya (belajar).

6. Unjuk kerja (kinerja) guru bersifat autetik, situasional, dan kreatif. 7. Misi pendidikan (juga pengajaran) adalah membantu siswa agar

mampu menghadapi tantangan masa depannya secara lebih baik. Dalam hal ini yang bertanggung jawab terhadap mutu guru tersebut adalah banyaknya pihak, yaitu calon guru yang bersangkutan, guru calon guru (dosen LPTK ( Lembaga Pendidikan Tenaga Keguruan), kurikulum LPTK (pihak pengembangan dan pengambilan kebijakan kurikulum sehubungan dengan pendidikan calon guru), pemakai tenaga guru (sekolah negri dengan jajaran hierarki vertikalnya), organisasi profesi dan secara tidak langsung adalah masyarakat umumnya.

(48)

relevan dengan tuntutan keguruan jika proses kerja serta evaluasi hasil kerjanya terlaksana secara sistematis serta berkeahlian dan jika penghargaan terhadap profesi guru (baik secara moral, sosial dan finansial) cukup tinggi, maka harapan akan muncuk guru-guru yang bermutu semakin dekat realisasinya.

C. Tingkat Kebutuhan Dasar

Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun materiil, baik kebutuhan penting maupun sesuai dengan kebutuhan mereka. Kebutuhan dasar atau sering disebut kebutuhan pokok atau basis human needs dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan atau konsumsi individu seperti makan, sanitasi, transportasi, kesehatan dan pendidikan.

Samir Radwan dan Torkel Alfhan menuliskan bahwa tanpa mengurangi konsep basis needs, keperluan minimum dari seorang individu atau rumah tangga adalah sebagai berikut :

(49)

Menurut Dr. Thee Kian Wie kebutuhan manusia adalah hal yang spesifik, karena kebutuhan pokok disuatu daerah berbeda-beda. Thee Kian Wie mendefinisikan kebutuhan pokok sebagai suatu paket barang dan jasa yang oleh masyarakat dianggap perlu bagi setiap orang dan merupakan kebutuhan tingkat minimum yang dapat dinikmati oleh seseorang.

Model kebutuhan dasar sebagai suatu strategi memenuhi lima sasaran pokok yang dianggap lebih efektif dalam menangani kemiskinan yang berlarut-larut menurut Soedjatmoko yaitu:

1. Dipenuhinya kebutuhan pangan, sandang, papan atau perumahan, peralatan sederhana dan sebagai kebutuhan yang dipandang perlu;

2. Dibukanya kesempatan luas untuk memperoleh berbagai jasa, pendidikan untuk anak dan orang tua, program preventif dan kuratif kesehatan air minum, pemukiman dengan lingkungan yang mempunyai infrastruktur dan komunikasi, baik rural maupun urban;

3. Dijaminnya hak untuk memperoleh kesempatan kerja yang produktif (termasuk menciptakan sendiri) yang memungkinkan adanya balas jasa setimpal untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga;

(50)

5. Menjamin adanya partisipasi masa dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan proyek-proyek.

Di Indonesia pemenuhan kebutuhan dasar dijamin oleh negara, seperti dalam UUD 1945 pasal 27 menyebutkan bahwa ”tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan” dan pasal 31 ayat 1 “menjamin tiap-tiap warga negara untuk mendapatkan pengajaran”. Tapi dalam kenyataannya tidak semua warga negara merasakannya. Misalnya saja kehidupan seorang guru tidak tetap, mereka jauh dari penghidupan dan pekerjaan yang layak. Dengan gaji yang tidak sesuai dengan pekerjaannya mereka yang berat, mereka sangat sulit untuk memenuhi kehidupan mereka sehari-hari apalagi untuk mengembangkan profesinya sebagai seorang guru.

Bila seorang guru tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok atau kebutuhan dasarnya maka mereka jauh dari sejahtera. Pengertian sejahtera itu sendiri adalah seluruh penyelenggaraan dalam kehidupan guru yang dilaksanakan oleh pemerintah harus dapat meningkatkan kesejahteraan guru lebih baik dari kondisi sekarang dalam segala hal termasuk peningkatan mutu dan pemenuhan penunjang profesi.

(51)

tahun 2000 terdapat separuh dari 4 juta PNS adalah guru. Awal tahun 2000, banyak sekali penerimaan guru yang diangkat sebagai PNS guna menunjang program pemerintah yaitu wajib belajar sembilan tahun yang memerlukan tambahan sekitar 35.000 guru tiap tahunnya dan bersamaan pula ribuan guru yang pensiun. Dalam hal ini belum termasuk guru tidak tetap dan guru yayasan.

D. Penelitian Terdahulu

(52)
(53)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Suharsimi (2000:309) Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian deskriptif ini tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tapi hanya menggambarkan “apa adanya” suatu variabel, gejala atau keadaan. Metode deskriptif berkenaan dengan bagaimana kondisi, proses, karakteristik hasil dari suatu survai.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Penelitian Deskriptif yang menggunakan pendekatan survai (survey studies). Dengan menggunakan pendekatan survai ini diharapkan peneliti dapat melakukan pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatakan keterangan yang diharapkan oleh peneliti.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kotamadya, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Alasan pemilihan lokasi adalah sebagai berikut:

(54)

1. Di kotamadya Yogyakarta, terdapat sekolah-sekolah dan instansi pendidikan baik negeri maupun swasta yang tersebar merata di berbagai pelosok wilayahnya.

2. Sumber daya manusia dalam bidang pendidikan, terutama guru dilihat dari jumlah dan jenisnya cenderung lebih banyak dibandingkan daerah Kulon Progo dan Daerah Bantul.

3. Di kotamadya Yogyakarta, banyak sekolah-sekolah TK, SD, SMP, SMA atau SMK sehingga banyak guru-guru yang bekerja disekolah-sekolah baik swasta maupun disekolah-sekolah negeri karena terletak dipusat kota.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilaksanakan pada 3 Agustus 2006 sampai dengan 3 November 2006.

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dan objek dalam penelitian ini adalah :

1. Subjek dalam penelitian ini adalah semua guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu) yang berada di kotamadya Yogyakarta baik yang mengajar di sekolah negeri maupun swasta. Subjek yang diteliti berjumlah 50 GTT yaitu 25 guru bantu dan 25 guru pemula yang diambil secara purposive sampling (sampling bertujuan).

(55)

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang terdiri dari manusia, benda-benda, gejala-gejala yang mempunyai karakteristik tertentu didalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru tidak tetap yang berada di Kotamadya Yogyakarta. Guru tidak tetap di sini adalah guru yang bersetatus sebagai guru pemula, guru Bantu yang mengajar di sekolah negeri maupun yayasan dengan masa kerja 1-3 tahun. Yang menyebar di Kotamadya Yogyakarta.

2. Sampel

Dalam suatu penelitian akan dikatakan ideal bila peneliti meneliti semua populasi yang ada. Dalam penelitian ini populasi sangatlah besar. Tapi karena keterbatasan waktu, biaya dan tenaga, maka untuk mengatasi keterbatasan ini, peneliti memerlukan adanya sampel. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perwakilan dari guru-guru tidak tetap yang memenuhi syarat atau kriteria yang telah ditentukan oleh penulis, yaitu guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu) yang mengajar tingkat TK, SD, SMP, SMA dan SMK di Kotamadya Yogyakarta. Alasan pengambilan guru tidak tetap di tingkat TK, SD, SMP, SMA dan SMK sebagai berikut:

(56)

b. Tanggung jawab dan jumlah jam kerja guru tidak tetap yang mengajar di TK, SD, SMP, SMA dan SMK memiliki tanggung jawab yang sama besar, sehingga mereka layak untuk menjadi sampel dalam penelitian ini.

E. Teknik Pengambilan Sampel

Peneliti ini menggunakan teknik purposive sampling (sampling bertujuan). Jadi, hanya anggota populasi yang memenuhi syarat dan kriteria yang ditentukan peneliti dianggap cocok sebagai sumber data.

Dalam penelitian ini, sampel pengambilan yang dianggap memenuhi syarat dan kriteria yang ditentukan oleh penulis adalah:

a. Guru tidak tetap yang mengajar di tingkat TK, SD, SMP, SMA dan SMK, yang mengajar di wilayah Kotamadya Yogyakarta.

b. Memiliki masa kerja 1-3 tahun. c. Lulusan S 1.

d. Dalam penelitian ini peneliti telah menentukan populasi yang diambil sebagai sampel yang memenuhi syarat dan kriteria yang ditentukan penulis yaitu 25 guru bantu dan 25 guru pemula.

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut : 1. Variabel Penelitian

(57)

b. Pemenuhan kebutuhan ekonomi dasar dilihat dari jumlah gaji atau pendapatan guru tidak tetap

c. Pemenuhan kebutuhan pengembangan profesi guru dilihat dari gaji yang diterima oleh guru tidak tetap

2. Definisi Operasional

a. Pola-pola penggajian guru tidak tetap

Dalam penelitian ini pola-pola penggajian guru tidak tetap diartikan sebagai pegangan atau dasar yang digunakan dalam menentukan besar kecilnya jumlah gaji atau pendapatan yang harus diterima seorang guru tidak tetap di kotamadya Yogyakarta dalam satu bulan mengajar.

b. Pemenuhan kebutuhan dasar dilihat dari jumlah gaji atau pendapatan guru tidak tetap

Dalam penelitian ini tingkat kesejahteraan guru tidak tetap diartikan sebagai kemampuan guru tidak tetap di kotamadya Yogyakarta dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan mendayagunakan gaji atau pendapatan yang diperolehnya selama satu bulan mengajar. Selain itu tingkat kesejahteraan ini juga diukur dari seberapa besar kemampuan gaji yang diperoleh guru bila diukur dengan barang-barang pemuas kebutuhan rumah tangga.

(58)

Dalam penelitian ini jumlah gaji atau pendapatan guru tidak tetap diartikan sebagai besar kecilnya uang yang diterima guru tidak tetap di Kotamadya Yogyakarta untuk memenuhi kebutuhan pengembangan profesinya.

G. Data yang Dicari

Untuk mengukur masing-masing variabel dalam penelitian ini , maka data yang diperlukan adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data oleh peneliti untuk tujuan penelitian. Data ini bisa diperoleh dari responden, melalui kuesioner, wawancara dan observasi langsung. Sehingga data primer yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Tingkat kebutuhan ekonomi dasar guru tidak tetap di kotamadya Yogyakarta.

b. Tingkat kebutuhan pengembangan profesi. 2. Data Sekunder

(59)

a. Jumlah guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu) di Kotamadya Yogyakarta.

b. Pola-pola penggajian bagi guru tidak tetap Di Kotamadya Yogyakarta. c. Jumlah gaji yang diberikan kepada guru tidak tetap di Kotamadya

Yogyakarta.

d. Letak Geografis Kotamadya Yogyakarta.

e. Jumlah sekolah TK, SD, SMP, SMK dan SMA di Kotamadya Yogyakarta.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah sebagai berikut: 1. Observasi

Menurut Hariwijaya dan Djaela (2004:44), observasi ialah metode pengumpulan data secara sistematis melalui pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena yang diteliti. Fenomena yang diteliti adalah kondisi dan keadaan para guru tidak tetap di Kotamadya Yogyakarta. Observasi ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang gambaran kehidupan sehari-hari dari guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu).

(60)

yang satu dengan hasil observasi berikutnya. Catatan observasi diubah ke dalam catatan yang lebih lengkap dan proses itu dilakukan setiap kali melakukan pengamatan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu teknik pengumpulan data melalui dokumen bahan tertulis. Penelitian ini memanfaatkan metode dokumentasi untuk mengetahui jumlah guru tidak tetap di Kotamadya Yogyakarta, Sejarah Kotamadya Yogyakarta, jumlah sekolah yang ada di Kotamadya Yogyakarta, peta atau letak geografis, data tentang daftar gaji guru.

3. Wawancara

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak terkait dengan objek dan subjek penelitian. Dalam melakukan wawancara, peneliti akan menggunakan pedoman wawancara agar prosesnya dapat terarah dan mempunyai tujuan yang jelas. Pedoman wawancara ini bersifat terbuka sehingga responden diberikan kebebasan dalam memberi jawabannya. Teknik ini juga memperkuat dan memperdalam jawaban. Data yang akan dicari dengan teknik wawancara adalah:

a. Tingkat kebutuhan dasar guru tidak tetap (guru pemula, guru bantu). b. Tingkat kemakmuran / kesejahteraan guru tidak tetap

c. Gaji yang benar-benar diterima guru tidak tetap.

(61)

e. Hambatan atau kendala yang dihadapi guru tidak tetap dalam hal sebagai berikut :

1. Proses belajar mengajar.

2. Peningkatan profesionalisme guru 3. Pemenuhan hidup sehari-hari

4. Upaya peningkatan kebutuhan dasar. f. Harapan guru tidak tetap.

I. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis “tabulasi data”. Tabulasi data memili tiga alur kegiatan, yaitu : pemeriksaan data(editing), pemberian tanda kode (coding) dan tabulasi data. (Iqbal, 2002:89).

1. Pemeriksaan data (editing)

(62)

2. Pemberian tanda kode (coding)

Pemberian tanda kode atau coding adalah pemberian atau pembuatan kode-kode pada tiap-tiap data yang termasuk dalam kategori yang sama, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah sewaktu kita mengadakan tabulasi dan analisis. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah jika pertanyaan terdiri dari beberapa item dan jumlah kusioner yang banyak serta variabel yang satu dengan yang lainnya memerlukan kode atau tanda-tanda tertentu, maka pemberian kode ini sangat diperlukan. Tanda-tanda kode tersebut dibuat oleh peneliti untuk lebih menguntungkan peneliti dalam melakukan analisa.

3. Tabulasi data

Tabulasi data dilakukan bila semua masalah editing dan coding sudah selesai. Artinya tidak ada masalah yang timbul dalam editing dan

(63)

Tabel III. 1

Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Pertanyaan Pokok Penelitian Aspek yang diungkap 1. Pola-pola yang dipakai untuk

menggaji Guru Tidak Tetap

a. Sesuai dengan Upah Minimum Regional daerah Iastimewa Yogyakarta

b. Otonomi daerah

c. Otonomi Sekolah (per jam atau per mata pelajaran)

2. Dilihat dari factor apa saja untuk menggaji guru tidak tetap

a. Masa kerja b. Jumlah keluarga c. Factor pendidikan 3. Tingkat kebutuhan ekonomi dasar

atau sering disebut kebutuhan fisik minimum

a. Cukup untuk makan dan minum b. Cukup untuk bahan bakar dan

penerangan

c. Cukup untuk perumahan dan peralatan

d. Cukup untuk pakaian

e. Cukup untuk lain-lain (transportasi, pendidikan, sikat gigi dan odol)

4. Kebutuhan pengembangan a. Cukup untuk membeli atau berlangganan Koran atau majalah b. Cukup untuk beli buku penunjang

kerja guru

c. Cukup untuk membeyar alat komunikasi (handpone dan telepon)

(64)

BAB IV

HASIL TEMUAN LAPANGAN

A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta

Sebagai daerah otonomi, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terbagi menjadi lima Daerah tingkat II yang diperkuat oleh undang-undang Nomor : 3 Tahun 1950 jo Nomor 19 Tahun 1950. Dalam undang-undang ini Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki satu daerah Kotamadya dan empat Kabupaten, yaitu:

a. Kotamadya Yogyakarta

b. Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman c. Kabupaten Daerah Tingkat II Bantul d. Kabupaten Tingkat II Kulon Progo e. Kabupaten Tingkat II Gunung Kidul

Letak Astronomi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 7°15-8°15 Lintang Selatan dan garis 110°5-110°4 bujur Timur, dengan batas wilayah :

™ Sebelah Barat Kabupaten Purworejo, Jawa tengah ™ Sebelah Barat Laut Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ™ Sebelah Timur Laut Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ™ Sebelah Timur Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah ™ Sebelah Selatan Samudera Indonesia

(65)

Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai luas 3.185,80 Km², yang terbagi atas 5 daerah Tingkat II dan I Kotamadya Yogyakarta yang masing-masing daerah memiliki luas seperti terlihat dalam tabel.

Tabel IV. 1

Luas Kabupaten / Kotamadya di Daerah Istimewa Yogyakarta No Kabupaten/Kotamadya Luas Wilayah/Km2

1.

(Sumber Data : Kantor Statistik Kota Yogyakarta)

Dalam penelitian ini, daerah yang diteliti adalah Daerah Kotamadya Yogyakarta, oleh karena itu penulis akan menguraikan gambaran daerah penelitian tersebut.

B. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kotamadya Yogyakarta dengan luas wilayah 32,50 Km², adalah wilayah yang paling sempit dan memiliki penduduk terpadat dari kabupaten daerah tingkat II Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini dibuktikan dari hasil registrasi penduduk pada tahun 1995 dan tahu 2000. Pada tahun 1995 Kotamadya Yogyakarta memiliki jumlah penduduk 466.313 jiwa dan pada pertengahan tahun 2000 sebesar 477.073 jiwa.

(66)

a. Batas wilayah

Kotamadya Yogyakarta terletak ditengah-tengah Daerah Kabupaten Tingkat II Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman - Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten daerah Tingkat II Bantul - Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II

Bantul.

- Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Bantul dan Daerah Tingkat II Sleman.

b. Penduduk

Kotamadya Yogyakarta adalah daerah padat penduduk dan memiliki luas wilayah terkecil di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah penduduk yang bertempat tinggal di Kotamadya berjumlah 466.313 jiwa pada tahun 1995 dan mengalami peningkatan menjadi 477.073 jiwa pada pertengahan tahun 2000. Sesuai hasil regristrasi penduduk daerah Kotamadya adalah daerah terpadat penduduknya, pada pertengahan tahun 2000 penduduknya mencapai 27.373 jiwa/km². kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah kecamatan Umbulharjo sebesar 7.327 jiwa/km².

(67)

jiwa. Warga negara asing ini sebagian besar bertempat tinggal di kecamatan Gondokusuman.

c. Keadaan Geografi

Kotamadya Yogyakarta memiliki tiga aliran sungai yang membatasi antara kabupaten daerah tingkat II dengan Kota Yogyakarta. Tiga sungai itu adalah :

- Sebelah timur berbatasan dengan sungai Gadjah Wong - Sebelah tengah berbatasan dengan sungai Code

- Sebelah barat berbatasan dengan sungai Winongo Tinggi permukaan air laut : 114,00 meter Diameter dari batas utara ke batas selatan : 7,40 km Diameter dari batas timur ke batas barat : 5,68 km Jarak dari pantai utara : 121,00 km Jarak dari pantai selatan : 27,00 km

d. Pembagian Wilayah

(68)

laporan Biro Pusat Statistik Yogyakarta seperti yang terlihat dalam tabel berikut :

Tabel IV. 2

Nama Kecamatan dan kelurahan Daerah Kotamadya Yogyakarta

No Kecamatan Kelurahan

1. Kecamatan Gedongtengen a. Kelurahan Pringgokussuman b. Kelurahan Sosromenduran 2. Kecamatan Gondokusuman a. Kelurah Baciro

b. Kelurahan Demangan c. Kelurahan Klitren d. Kelurahan Kota Baru e. Kelurahan Terban 3. Kecamatan Danurejan a. Kelurahan Suratmajan

b. Kelurahan Tegal Panggung c. Kelurahan Bausasran 4. Kecamatan Jetis a. Kelurahan Bumijo

b. Kelurahn Gowongan

c. Kelurahan Cokrodiningratan 5. Kecamatan Tegalrejo a. Kelurahan Tegalrejo

b. Kelurahan Bener c. Kelurahan Kricak d. Kelurahan Karangwaru 6. Kecamatan Pakualaman a. Kelurahan Purwokinanti

b. Kelurahan Gunung Ketur 7. Kecamatan Ngampilan a. Kelurahan Noloprajan

b. Kelurahan Ngampilan 8. Kecamatan Wirobrajan a. Kelurahan Patangpuluhan

b. Kelurahan Wirobrajan c. Kelurahan Pakuncen 9. Kecamatan Mantrijeron a. KelurahanGedongkiwo

b. Kelurahan Suryodiningratan c. KelurahanMantrijeron 10. Kecamatan Kraton a. Kelurahan Patihan

b. Kelurahan Panembahan c. Kadipaten

11. Kecamatan Gondomanan

12. Kecamatan Mergangsan a. Kelurahan Brontokusuman b. Kelurahan Kaparakan c. Kelurahan Wirogunan 13. Kecamatan Kotagede a. Kelurahan Prengsan

(69)

14. KecamatanUmbulharjo a. Kelurahan Giwangan b. Kelurahan Sorosutan c. Kelurahan Pandeyan d. Kelurahan Warungboto e. Kelurahan Kahuman f. Kelurahan Muja Muju g. Kelurahan Semaki

(Sumber Data : Biro Pusat Statistik Kota Yogyakarta, 2006)

C. Perkembangan Pendidikan di Kota Yogyakarta

Berbagai julukan sering kita dengar untuk Kota Yogyakarta. Dari julukan sebagai Kota Perjuangan, Kota Pariwisata, Kota Pelajar, Kota Budaya, dan yang paling populer adalah sebagai kota Gudeg. Maka tidaklah berlebihan bila Pemerintah Pusat memberikan nama DIY atau Daerah Istimewa. Karena daerah Yogyakarta memiliki keistimewaan tersendiri dari daerah-daerah lain di Indonesia.

Bagi sebagian banyak masyarakat, Kota Yogyakarta tidaklah asing bila dijuluki sebagai Kota Pelajar. Karena memang Kota Yogyakarta adalah salah satu kota yang banyak pelajar dari berbagai daerah di seluruh Indonesia. Banyaknya pelajar yang ingin belajar di Kota Yogyakarta, maka tidaklah mengherankan jika di Kota Yogyakarta banyak berdiri sekolah-sekolah dari TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Perguruan Tinggi. Agar pendidikan berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat, maka Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta memiliki misi dan visi dalam pendidikan.

™ Visi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

(70)

™ Misi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Misi pendidikan Kota Yogyakarta adalah “Meningkatkan Peran Instansi Dalam Mendorong Pengembangan Kualitas Pendidikan dan Pengajaran”.

1. Jumlah Sekolah di Kota Yogyakarta.

Pada tahun ajaran 2005 / 2006, jumlah sekolah yang ada di Kota Yogyakarta berjumlah 550 sekolah swasta dan negeri dari tingkat TK berjumlah 206 sekolah yang terdiri dari 2 TK negeri dan 204 TK swasta, SD berjumlah 206 sekolah yang terdiri dari 126 sekolah SD negeri dan 80 sekolah SD swasta, SMP berjumlah 59 sekolah yang terdiri dari 16 sekolah SMP negeri dan 43 sekolah SMP swasta, SMA berjumlah 49 sekolah terdiri dari 11 sekolah SMA negeri dan 38 sekolah SMA swasta, dan SMK terdiri dari 30 sekolah terdiri dari 7 sekolah SMK negeri dan 23 sekolah SMK swasta. Rincian jumlah Sekolah di Kota Yogyakarta bisa kita lihat dalam tabel berikut :

Tabel IV. 3

Jumlah Sekolah di Kota Yogyakarta Tahun Ajaran 2005/2006

No. Jenjang Negeri Swasta Jumlah

1. TK 2 204 206

2. SD 126 80 206

3. SMP 16 43 59

4. SMA 11 38 49

5. SMK 7 23 30

(Sumber Data Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, Tahun Ajaran 2005/2006)

Gambar

Table V. 4. Frekuensi dan Presentase jenis pengalokasian peningkatan
Tabel III. 1
Tabel IV. 1
Tabel IV. 2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Se laku Panitia Po kja V Unit Layanan Pe ngadaan (ULP) me nyatakan bahwa Pe mas ukan Pe nawara n via Inte rne t te lah ditutup s e s uai waktunya, maka s e lanjutnya dilakukan

Menimbang, bahwa dari fakta yang terungkap dipersidangan bahwa Terdakwa telah membeli sesuatu benda yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, diperoleh dari kejahatan dan

Oleh karena itu pada penelitian kali ini dibuat sebuah aplikasi yang menggunakan tahapan pengembangan sistem metode prototype untuk membantu masyarakat untuk

1) Hukuman terhadap pelanggaran permainan yang berhubungan dengan kesalahan dalam melakukan teknik. 2) Karena terpisahnya tempat antara regu kesatu dengan regu yang

Menurut Ahmad Gozali (2005:94) mendefinisikan pengertian murabahah adalah sebagai berikut : “Suatu perjanjian yang disepakati ant ara bank syariah dengan nasabah

Hasil rata-rata jagung VUB Sukmaraga dan Bisma yang ditanam di lahan sawah tadah hujan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hasil jagung pada beberapa lokasi

Sejumlah bangunan kuno yang sebagian besar saat ini berada di titik nol / menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta // Bahkan kini

Berangkat dari Kota Klaten ke arah tenggara, sekitar 8 kilometer / Tepatnya di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten./ wisatawan akan menjumpai sebuah waduk Irigasi setengah alami