• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi penggunaan antibiotika selama kemoterapi pada pasien kanker payudara periode Januari 2010-Januari 2012 di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi penggunaan antibiotika selama kemoterapi pada pasien kanker payudara periode Januari 2010-Januari 2012 di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta."

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

xvi

INTISARI

Salah satuefeksampingkemoterapi adalah neutropenia yang dapat

meningkatkan resiko terjadinya infeksi, sehingga dibutuhkan antibiotika untuk

mengatasi infeksi yang terjadi pada pasien selama menjalani

kemoterapi.Penggunaan antibiotika harus dilakukan dengan tepat, untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap antibiotika yang digunakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika selama kemoterapi pada pasien kanker payudara periode Januari 2010 –Januari 2012 di Rumah Sakit PantiRapih Yogyakarta.

Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian evaluatif yang bersifat cross-sectional dengan menggunakan data rekam medik pasien rawat inap periode Januari 2010 -Januari 2012.Evaluasi dilakukan berdasarkan nilai ANC danantibiotika yang digunakanterhadap kesesuaiannya dengan Clinical Practice Guideline for the Use of Antimicrobial Agents in Neutropenic Patients with Cancertahun 2010.

Dari hasil penelitian, dari32 pasien terdapat 66 kasus kemoterapi, dengan 7 golongan antibiotika dan 11 jenis antibiotika yang digunakan dalam pola pengobatan pada kasus kanker payudara sebelum atau setelah kemoterapi. Antibiotika tunggal digunakan dalam 22 kasus dan kombinasi 2 antibiotika sebanyak 5 kasus.Terdapat 25 kasus (37,88 %) yang tidak sesuai dengan Clinical Practice Guideline for the Use of Antimicrobial Agents in Neutropenic Patients with Cancer tahun 2010, dengan 27 kejadian DTPs (Drugs Therapy Problems)terkait penggunaan antibiotika.

(2)

xvii

ABSTRACT

One of side effects of chemotherapy is neutropenia, that can rising the risk of infections, thus antibiotics is needed to weathered the infections that happened when patient take chemotherapy. The used of antibiotics must be done accurately, because of that the used of antibiotics must be evaluated. This observation was done to evaluating the used of antibiotics during chemotherapyon breast cancer patient periode januari 2010–januari 2012 at panti rapih yogyakarta hospital.

This observation include non-experiment research with evaluatif design of cross-sectional using in-patient’s medical records datas on periode Januari 2010 – Januari 2012. The evaluation be done based ANC value and antibiotics that be usedabout it’s suitability withClinical Practice Guideline for the Use of AntimicrobialAgents in Neutropenic Patients with Cancer: 2010.

From the result of observation, from32 patients who gets chemotherapy, there are66 chemotherapy cases with 7 categories of antibiotics and 11 kinds of antibiotics that used on medicinal pattern on breast cancer case before or after patient gets chemotherapy. Single antibiotics are used in 22 cases and combination 2 antibiotics in 5 cases.There are 25 cases are not suitable with

Clinical Practice Guideline for the Use of Antimicrobial Agents in Neutropenic Patients with Cancertahun 2010whichaboutthe used of antimicrobial agents.

(3)

i

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA KEMOTERAPI

PADA PASIEN KANKER PAYUDARA PERIODE JANUARI 2010–

JANUARI 2012 DI RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Siska Deselia Eunike Atpen NIM : 088114150

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

Kupersembahan karya ini untuk :

(7)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini,

maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 18 Juli 2012

Penulis

(8)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : SISKA DESELIA EUNIKE ATPEN

Nomor Mahasiswa : 088114150

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Karya Ilmiah saya yang berjudul :

Evaluasi Penggunaan Antibiotika Selama Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara Periode Januari 2010–Januari 2012 Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

Berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 7 Desember 2012

Yang menyatakan

(9)

vii

PRAKATA

Puji syukur kepada TUHAN atas berkat, rahmat, dan karunia-NYA

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul EVALUASI

PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA SELAMA KEMOTERAPI PADA PASIEN

KANKER PAYUDARA PERIODE JANUARI 2010 JANUARI 2012 DI

RUMAH SAKIT PANTI RAPIH YOGYAKARTA. Skripsi ini disusun guna

memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan motivasi, kritik dan saran hingga terselesaikannya skripsi ini,

terutama kepada :

1. Ibu Valentina Dwi Yuli Siswanti, M.Kes., selaku direktur pelayanan

kesehatan dan infrastruktur, atas ijin yang telah diberikan, dan Staf Personalia

serta Rekam Medik RS Panti Rapih Yogyakarta, atas bantuan dan

kerjasamanya selama penelitian

2. Bapak Ipang Djunarko, M.Si., Apt., selaku Dekan farmasi USD atas segala

bimbingan yang telah diberikan

3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt., atas segala waktu, bimbingan,

arahan dan masukan, terimakasih sekali karena telah menjadi dosen

pembimbing yang sangat baik dan sabar

4. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hatayu, M. Kes., Apt.,Ph.D., selaku dosen

(10)

viii

5. Bapak Ipang Djunarko, M.Si., Apt., selaku dosen penguji, atas segala arahan,

bimbingan, dan masukan, serta waktu yang telah diberikan

6. Bapak Jeffry Julianus, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik (DPA) atas

segala perhatian, masukan dan arahan yang telah diberikan

7. Segenap dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah

memberikan banyak hal kepada penulis sebagai bekal untuk praktik

kefarmasiannya kelak

8. Mama dan Papa, untuk semua cinta, kasih sayang, doa, kesabaran, keringat

dan airmata, semua yang telah diberikan

9. My lovely sweetheart, Nicolas Ivan Andreas, untuk cinta, semangat dan

motivasi dan kesabaran selama ini

10. Adik-adik penulis, Merry, Rico, Melly, untuk semua motivasi, dukungan,

semangat, cinta dan keceriaan yang telah kalian hadirkan

11. Sahabat-sahabat penulis, Evi, Dita, Gita, Noveli, Gery, Yuli, teman-teman

FKK angkatan 2008, teman-teman KKN, dan teman-teman kost, untuk

kebersamaan, keceriaan, dan dukungan yang diberikan

12. Dan segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini, sehingga saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan membantu pembaca serta

berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

(11)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

PRAKATA... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

INTISARI... xvi

ABSTRACT... xvii

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan... 3

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian... 6

B. Tujuan Penelitian ... 7

1. Tujuan umum ... 7

(12)

x

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 8

A. Antibiotika ... 8

B. Kanker Payudara ... 10

1. Definisi ... 10

2. Epidemiologi ... 10

3. Etiologi ... 11

4. Patofisiologi ... 12

5. Diagnosis dan prognosis... 14

C. Kemoterapi ... 14

D. Penggunaan Antibiotika Selama Kemoterapi ... 17

E. Evaluasi Penggunaan Obat... 23

F. Keterangan Empiris... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 26

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 26

B. Definisi Operasional... 27

C. Subyek Penelitian... 29

D. Bahan Penelitian... 29

E. Lokasi Penelitian... 30

F. Tata Cara Penelitian ... 30

1. Tahap awal ... 30

2. Tahap pengambilan data... 30

(13)

xi

G. Tata Cara Analisis hasil ... 33

1. Karakteristik demografi pasien kanker payudara yang Menjalani kemoterapi... 33

2. Golongan dan jenis antibiotik ... 34

3. Evaluasi kesesuaian penggunaan antibiotika ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Gambaran Umum Pasien Kanker Payudara dan Karakteristik Demografi Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi ... 35

1. Gambaran umum pasien kanker payudara ... 36

2. Karakteristik demografi pasien demografi pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi... 36

B. Pola Penggunaan Antibiotika Sebelum atau Setelah Kemoterapi ... 40

C. Evaluasi Kesesuaian Penggunaan Antibiotik... 43

BAB V PENUTUP... 49

A. Kesimpulan ... 49

B. Saran... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Resiko Terjadinya Kanker Payudara Seiring

Bertambahnya Usia ... 11

Tabel II. Bakteri yang secara Umum Menyebabkan Infeksi

Pada Pasien Neutropenidan Antibiotika yang dapat

digunakan ... 18

Tabel III. KategoriDrugs Therapy Problems... 24

Tabel IV. Profil Penggunaan Antibiotika Sebelum dan/atau

Setelah Kemoterapi di Instalasi Rawat Inap

Rumah SakitPanti Rapih Yogyakarta

periode Januari 2010–Januari 2012 ... 42

Tabel V. Profil Frekuensi Penggunaan Jenis Antibiotika

Sebelum dan/atau Setelah Kemoterapi di Instalasi

Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

periode Januari 2010–Januari 2012 ... 42

Tabel VI. Persentase Kejadian DTPs Selama Kemoterapi

di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta periode Januari 2010–Januari 2012 ... 45

Tabel VII. Kejadian DTPs Kategori Terapi Antibiotika yang

(15)

xiii

Periode Januari 2010–Januari 2012... 45

Tabel VIII. Kejadian DTPs Kategori Memerlukan TambahanTerapi

AntibiotikaPeriode Januari 2010–Januari 2012... 46

Tabel IX. Kejadian DTPs Kategori Antibiotika yang TidakEfektif

Periode Januari 2010–Januari 2012... 46

Tabel X. Kejadian DTPs Kategori Potensial Adverse Drugs Reaction

(16)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar I. Manajemen Awal dari Demam dan Neutropeni ... 20

Gambar II. Peninjauan Ulang setelah 2-4 Hari Terapi Antibiotik

Empiris ... 21

Gambar III. High-Risk Patientdengan Demam setelah 4 Hari

TerapiAntibiotik Empiris... 22

Gambar IV. Distribusi Pola Pengobatan Kanker Payudara

di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih

periode Januari 2010–Januari 2012 ... 36

Gambar V. Distribusi Usia Pasien Kanker Payudara

yang Menjalani Kemoterapi

periode Januari 2010–Januari 2012 ... 37

Gambar VI. Distribusi Kelompok Stadium Pasien Kanker Payudara

yang Menjalani Kemoterapi

periode Januari 2010–Januari 2012 ... 38

Gambar VII. Distribusi Nilai HbPasien Kanker Payudara Sebelum

dan/atau Setelah Kemoterapi

periode Januari 2010–Januari 2012 ... 39

Gambar VIII. Distribusi Nilai ANC Pasien Kanker Payudara Sebelum

dan/atau Setelah Kemoterapi

(17)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I. Surat Ijin Melakukan Penelitian di Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta ... 55

Lampiran II. Blanko Pengambilan Data di Instalasi Rekam Medis ... 56

Lampiran III. Kesesuaian Penggunaan Antibiotika

Sebelum dan/atau Setelah Kemoterapi... 57

Lampiran IV. Evaluasi Kasus Berdasarkan Subjektif, Objektif, Assessment,

dan Plan (SOAP) ... 61

(18)

xvi

INTISARI

Salah satuefeksampingkemoterapi adalah neutropenia yang dapat

meningkatkan resiko terjadinya infeksi, sehingga dibutuhkan antibiotika untuk

mengatasi infeksi yang terjadi pada pasien selama menjalani

kemoterapi.Penggunaan antibiotika harus dilakukan dengan tepat, untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap antibiotika yang digunakan. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika selama kemoterapi pada pasien kanker payudara periode Januari 2010 –Januari 2012 di Rumah Sakit PantiRapih Yogyakarta.

Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian evaluatif yang bersifat cross-sectional dengan menggunakan data rekam medik pasien rawat inap periode Januari 2010 -Januari 2012.Evaluasi dilakukan berdasarkan nilai ANC danantibiotika yang digunakanterhadap kesesuaiannya dengan Clinical Practice Guideline for the Use of Antimicrobial Agents in Neutropenic Patients with Cancertahun 2010.

Dari hasil penelitian, dari32 pasien terdapat 66 kasus kemoterapi, dengan 7 golongan antibiotika dan 11 jenis antibiotika yang digunakan dalam pola pengobatan pada kasus kanker payudara sebelum atau setelah kemoterapi. Antibiotika tunggal digunakan dalam 22 kasus dan kombinasi 2 antibiotika sebanyak 5 kasus.Terdapat 25 kasus (37,88 %) yang tidak sesuai dengan Clinical Practice Guideline for the Use of Antimicrobial Agents in Neutropenic Patients with Cancer tahun 2010, dengan 27 kejadian DTPs (Drugs Therapy Problems)terkait penggunaan antibiotika.

(19)

xvii

ABSTRACT

One of side effects of chemotherapy is neutropenia, that can rising the risk of infections, thus antibiotics is needed to weathered the infections that happened when patient take chemotherapy. The used of antibiotics must be done accurately, because of that the used of antibiotics must be evaluated. This observation was done to evaluating the used of antibiotics during chemotherapyon breast cancer patient periode januari 2010–januari 2012 at panti rapih yogyakarta hospital.

This observation include non-experiment research with evaluatif design of cross-sectional using in-patient’s medical records datas on periode Januari 2010 – Januari 2012. The evaluation be done based ANC value and antibiotics that be usedabout it’s suitability withClinical Practice Guideline for the Use of AntimicrobialAgents in Neutropenic Patients with Cancer: 2010.

From the result of observation, from32 patients who gets chemotherapy, there are66 chemotherapy cases with 7 categories of antibiotics and 11 kinds of antibiotics that used on medicinal pattern on breast cancer case before or after patient gets chemotherapy. Single antibiotics are used in 22 cases and combination 2 antibiotics in 5 cases.There are 25 cases are not suitable with

Clinical Practice Guideline for the Use of Antimicrobial Agents in Neutropenic Patients with Cancertahun 2010whichaboutthe used of antimicrobial agents.

(20)

1 BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Antibiotika adalah zat atau senyawa yang dapat menghambat atau

membunuh mikroba jenis lain (Setiabudy, 2008). Selama dirawat di rumah sakit,

hampir semua pasien rawat inap mendapatkan antibiotika baik untuk terapi atau

dengan tujuan profilaksis (Rehm, S.J., Sekeres, J.K., Neuner, E., dkk., 2009).

Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun 2007, kanker

payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh RS di

Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim (11,78%). Hal ini sama dengan

estimasi Globocan (IACR) tahun 2002. Dalam data tersebut, ditunjukkan bahwa

kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan

angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher rahim dengan 16

per 100.000 perempuan (Depkes, 2011).

Kanker payudara merupakan tumor ganas yang berasal dari sel-sel

payudara (American Cancer Society, 2010). Kanker payudara merupakan suatu

penyakit dimana terjadi pertumbuhan berlebihan atau perkembangan tidak

terkontrol pada sel-sel (jaringan) payudara. Beberapa penanganan medis yang

dapat dilakukan bagi pasien kanker payudara adalah dengan memberikan terapi

radiasi, pembedahan dan kemoterapi (American Cancer Society, 2010).

Kemoterapi memberikan berbagai efek samping salah satu diantaranya

(21)

Neutropenia merupakan penurunan jumlah granulosit atau neutrofil yang ada di

dalam darah dan merupakan faktor predisposisi terjadinya infeksi. Jika jumlah

neutrofil turun hingga di bawah 1.000 sel/L hingga 7 hari (pada pasien kanker,

apabila ANC kurang dari 500 sel/L), maka akan meningkatkan resiko terjadinya

infeksi. Sekitar 90% penderita kanker meninggal akibat infeksi, perdarahan, atau

infeksi yang terjadi bersamaan dengan perdarahan, oleh karena itu dibutuhkan

antibiotika untuk mengatasi infeksi yang terjadi untuk mengurangi resiko

kematian akibat terjadinya infeksi (American Society Cancer, 2009 dan

Koda-Kimble, 2001). Keadaan neutropenia harus segera diatasi karena apabila

neutropeni tidak segera diatasi, kemungkinan terjadinya morbiditas dan mortalitas

akibat infeksi akan meningkat.

Untuk mengatasi infeksi yang terjadi, diperlukan terapi antibiotika.

Diperkirakan sedikitnya 50% dari pasien yang mendapatkan antibiotika tidak

membutuhkannya. Hal tersebut termasuk peresepan antibiotika profilaksis yang

tidak semestinya, pemberian antibiotika empiris meskipun tidak terdapat kultur

mikroba pada pasien, dan kurangnya kesadaran akan susceptibility patterns of

common pathogens. Akibat pemberian antibiotika secara tidak tepat, tidak hanya

meningkatkan biaya pengobatan namun juga dapat menimbulkan superinfeksi

karena resistensi bakteri terhadap antibiotika disamping, opportunistic fungi, dan

dapat meningkatkan kemungkinan terjadinyaadverse drugs reactions(Rehm, S.J.,

dkk., 2009). Untuk itu penggunaan antibiotika harus dilakukan secara tepat.

Ketepatan penggunaan antibiotika selama kemoterapi mendorong peneliti

(22)

penggunaan antibiotika selama kemoterapi pada pasien kanker payudara ini

mengambil tempat di Rumah Sakit Panti Rapih (RSPR) Yogyakata, karena

Rumah Sakit Panti Rapih merupakan rumah sakit rujukan dari rumah sakit swasta

yang terletak di Yogyakarta dan diketahui bahwa Rumah Sakit Panti Rapih

merupakan rumah sakit dengan kunjungan pasien kanker payudara yang cukup

besar yakni sebanyak 141 kunjungan pada tahun 2010 dan 191 kunjungan pada

tahun 2011.

1. Permasalahan

Masalah yang dapat dirumuskan mengenai evaluasi penggunaan

antibiotika pada pasien kanker payudara selama kemoterapi periode Januari 2010

–Januari 2012di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta, adalah sebagai berikut : a. Seperti apakah karakteristik demografi pasien kanker payudara yang

menjalani kemoterapi?

b. Apa sajakah golongan dan jenis serta berapakah jumlah antibiotika yang

yang diterima pasien selama kemoterapi?

c. Seperti apakah kesesuaian penggunaan antibiotikadalam hal indikasi dan

jenis penggunaan antibiotika sebelum dan setelah kemoterapi dengan

Clinical Practice Guideline for the Use of Antimicrobial Agents in

(23)

2. Keaslian penelitian

Berdasarkan penelusuran pustaka yang pernah dilakukan, pernah

dilakukan penelitian mengenai :

a. Evaluasi Penggunaan Antibiotikaa Pasca Kemoterapi Pada Kasus Kanker

Payudara di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2004 (Revianti,

2005). Pada penelitian tersebut, diperoleh hasil sebanyak 17 kasus kanker

payudara pasca kemoterapi dan kasus DRPs yang paling banyak terjadi

adalah kasus DRPs 4 dengan kategori dosis kurang sebanyak 3 kasus.

Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah pada penelitian

tersebut, yang dievaluasi hanya antibiotika yang diberikan setelah

kemoterapi dan evaluasi dilakukan berdasarkan kategori Drugs Related

Problems, sedangkan pada penelitian ini antibiotika yang dievaluasi adalah

antibiotika yang diberikan sebelum maupun setelah kemoterapi diberikan

diluar antibiotika kemoterapi, dan evaluasi dilakukan dengan

mengidentifikasi kesesuaiannya terhadap Clinical Practice Guideline for

the Use of Antimicrobial Agents in Neutropenic Patients with Cancer

tahun 2010, berdasarkan nilai ANC pasien, jumlah mikrooganisme dalam

tubuh pasien dari hasil pemeriksaan urin atau feses atau hasil uji kultur

selama pasien di rawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih

Yogyakarta. Selain itu, penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu

dalam hal waktu penelitian. Dimana pada penelitian terdahulu periode

yang digunakan adalah tahun 2004, sedangkan pada penelitian ini pada

(24)

b. Evaluasi Penggunaan Antibiotikaa Pada Pasien Kanker Leher Rahim yang

Menjalani Kemoterapi di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Agustus

2004 - Agustus 2008 (Marlinah, 2009). Pada penelitian tersebut diperoleh

hasil, jumlah pasien yang dianalisis sebanyak 27 pasien dan terdapat 6

golongan antibiotika yang digunakan, dengan presentasi penggunaan

terbanyak adalah golongan penicilin sebanyak 66,6% dan kasus DTPs

yang paling banyak terjadi adalah kategori terapi obat tidak diperlukan

yakni sebanyak 7 kasus. Penelitian ini berbeda dengan penelitian tersebut

dalam hal waktu, subyek penelitian dan lokasi penelitian. Dimana pada

penelitian terdahulu periode yang digunakan adalah periode Agustus 2004

– Agustus 2008, dengan subyek penelitian pasien kanker leher rahim di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, sedangkan pada penelitian ini periode

yang digunakan adalah periode Januari 2010 Januari 2012, dengan

subjek penelitian merupakan pasien rawat inap di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta, yang terdiagnosa kanker payudara yang menjalani

kemoterapi. Selain itu metode yang digunakan dalam penelitian ini juga

berbeda. Pada penelitian terdahulu yang dievaluasi hanya antibiotika yang

diberikan setelah kemoterapi diberikan dan evaluasi hanya dilakukan

berdasarkan kategoriDrugs Therapy Problems. Sedangkan pada penelitian

ini, yang dievaluasi adalah antibiotika yang diberikan sebelum maupun

setelah kemoterapi, selain antibiotika kemoterapi, dan evaluasi dilakukan

berdasarkan nilai ANC pasien, jumlah mikrooganisme dalam tubuh pasien

(25)

mengidentifikasi kesesuaiannya kesesuaiannya terhadap Clinical Practice

Guideline for the Use of Antimicrobial Agents in Neutropenic Patients

with Cancertahun 2010.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi dan bahan masukan

untuk mendukung proses terapi bagi pasien kanker payudara oleh dokter

maupun farmasis, sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam

penggunaan antibiotika selama kemoterapi bagi pasien kanker payudara di

Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

b. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi ilmiah

mengenai penggunaan antibiotika untuk mengurangi dan mencegah terjadinya

infeksi pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Selain itu,

penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan manfaat teoritis berupa

informasi penanganan neutropenia pada pasien kanker payudara yang

(26)

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengevaluasi penggunaan antibiotika pada pasien kanker payudara

selama kemoterapi periode Januari 2010 - Januari 2012 di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

a. Mengidentifikasi karakteristik demografipasien kanker payudara yang

menjalani kemoterapi, yang berupa usia pasien, stadium kanker

payudara yang diderita pasien, nilai ANC dan nilai Hb pasien sebelum

dan/atau setelah kemoterapi.

b. Mengidentifikasi golongan, jenis dan jumlah antibiotika yang diterima

pasien selama kemoterapi

c. Mengidentifikasi ada atau tidaknya indikasi infeksi pada pasien,

mengidentifikasi antibiotika yang dipilih, kemudian membandingkannya

denganClinical Practice Guideline for the Use of Antimicrobial Agents

(27)

8 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Antibiotika

Antibiotika adalah zat atau senyawa yang dapat menghambat atau

membunuh mikroba jenis lain. Obat yang digunakan untuk membunuh mikroba

harus memiliki sifat toksisitas selektif, yang artinya obat tersebut harus bersifat

sangat toksik bagi mikroba namun tidak menimbulkan efek toksik pada manusia.

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibiotika yang bersifat menghambat

pertumbuhan mikroba dikenal sebagai bakteriostatik dan antibiotika yang bersifat

membunuh mikroba dikenal sebagai bakterisid. Kadar minimal yang diperlukan

suatu antibiotika untuk dapat menghambat pertumbuhan mikroba disebut sebagai

kadar hambat minimal (KHM), sedangkan kadar minimal yang diperlukan suatu

antibiotika untuk dapat membunuh mikroba disebut sebagai kadar bunuh minimal

(KBM) (Setiabudy, 2008).

Antibiotika empiris merupakan agen antibiotika yang sering digunakan

sebelum patogen penginfeksi diketahui secara pasti. Penggunaan agen-agen

antibiotika ini disebut terapi empiris yang didasarkan pada pengalaman dengan

unit klinis khusus. Alasan umum pemberian terapi empiris adalah harapan bahwa

penanganan awal akan memperbaiki hasil. Terapi empiris diindikasikan ketika ada

risiko penyakit serius yang berbeda jika terapi tidak diberikan sampai patogen

(28)

Antibiotika profilaksis merupakan agen antibiotika yang efektif untuk

mencegah infeksi pada banyak situasi. Antibiotika profilaksis sebaiknya

digunakan dalam keadaan-keadaan dimana khasiat antibiotikaa telah terbukti dan

manfaat yang diterima lebih besar dari risiko (Katzung, 2004). Menurut Priyanto,

2008, antibiotika dapat dibagi berdasarkan mekanisme kerjanya, antara lain :

1. Mengganggu metabolisme sel mikroba, dengan menghambat enzim yang

berperan dalam metabolisme folat. Bersifat bakteriostatik. Contohnya :

trimetroprim dan sulfonamid.

2. Menghambat sintesis dinding sel bakteri, bersifat bakterisid. Contohnya :

golongan penisilin, golongan sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan

vankomisin.

3. Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba, bersifat bakterisid.

Contohnya : polimiksin.

4. Menghambat sintesis protein sel mikroba

a. Mengikat ribosom sub unit 30 S, bersifat bakterisid. Contohnya :

aminoglikosida.

b. Mengikat ribosom sub unit 30 S dan 50 S, dapat bersifat bakterisid

maupun bakteriostatik. Contohnya : kloramfenikol, makrolid, tetrasiklin,

dan klindamisin.

5. Menghambat sintesis atau merusak asam nukleat sel mikroba, bersifat

(29)

B. Kanker Payudara

1. Definisi

Menurut Sukardja (2000), kanker disebabkan karena adanya gen

abnormal, yang terjadi karena adanya kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan

dan diferensiasi sel (protooncogen dan supressor gen), sehingga terjadi

ketidakteraturan dalam pertumbuhan dan diferensiasi sel.

Kanker payudara merupakan tumor ganas yang bermula pada sel-sel

payudara. Tumor ganas merupakan sekumpulan sel-sel kanker yang dapat tumbuh

di dalam (menginvasi) jaringan di sekitarnya atau menyebar (metastasis) ke

jaringan lain dalam tubuh (American Cancer Society, 2010).

Penyusun utama payudara berupa lobulus (kelenjar yang memproduksi

susu), duktus (saluran yang menghubungkan lobulus dan putting), dan stroma

(jaringan lemak dan penghubung di sekitar duktus dan lobulus, pembuluh darah

dan pembuluh limfa). Seringkali kanker payudara bermula pada sel penyusun

duktus (ductal cancer), namun ada juga yang dimulai dari sel penyusun lobulus

(lobules cancer) dan jaringan lainnya (American Cancer Society, 2010).

2. Epidemiologi

Kanker payudara termasuk jenis kanker yang paling sering diderita kaum

wanita. Dari semua kasus kanker yang terjadi pada wanita di Amerika Serikat,

kanker payudara menduduki peringkat pertama (32%) dan kematian akibat kanker

jenis ini mencapai 18% (King, 2000). Di Indonesia prevalensi tumor/kanker

adalah 4,3 per 1000 penduduk. Berdasarkan data Sistem Informasi Rumah Sakit

(30)

inap di seluruh RS di Indonesia (16,85%), disusul kanker leher rahim

(11,78%). Hal ini sama dengan estimasi Globocan (IACR) tahun 2002.

Ditambahkan, kanker tertinggi yang diderita wanita Indonesia adalah kanker

payudara dengan angka kejadian 26 per 100.000 perempuan, disusul kanker leher

rahim dengan 16 per 100.000 perempuan (Depkes, 2011).

3. Etiologi

Menurut Michaud, Janet dan Fransisco, risiko terjadinya kanker payudara

[image:30.595.99.512.200.686.2]

meningkat seiring dengan bertambahnya usia, seperti tertera pada tabel berikut :

Tabel I. Resiko Terjadinya Kanker Payudara Seiring Bertambahnya Usia (Michaud, Janet dan Fransisco,2008)

Interval Usia (tahun)

Kemungkinan (%)

Perkembangan Invasiv Kanker Payudara

30-40 0,43 atau 1 dari 233

40-50 1,44 atau 1 dari 69

50-60 2,63 atau 1 dari 38

60-70 3,65 atau 1 dari 27

Faktor resiko lain yang turut mempengaruhi perkembangan kanker

payudara antara lain :

a. Jenis kelamin : wanita beresiko lebih tinggi dibandingkan pria

b. Faktor genetik : seseorang yang memiliki hubungan darah dengan pasien

kanker payudara memiliki resiko 2-3 kali lebih tinggi. Gen utama yang

terkait dengan timbulnya kanker payudara adalah BRCA-1 dan BRCA-2

c. Suku dan ras : wanita keturunan Afrika-Amerika memiliki resiko yang

lebih tinggi.

d. Jaringan payudara : wanita dengan jaringan payudara yang padat,

memiliki banyak glandular tissue dan sedikit jaringan lemak sehingga

(31)

e. Masa menstruasi : wanita yang memiliki masa menstruasi yang panjang

(berawal pada usia di bawah 12 tahun sampai di atas 55 tahun) memiliki

resiko yang tinggi

f. Reproduksi : wanita dengan usia menarke kecil, henti haid lanjut dan

siklus haid yang pendek serta wanita yang pertama kali melahirkan pada

usia lebih dari 30 tahun dan setelah melahirkan belum menyusui,

memiliki resiko yang lebih tinggi

g. Penggunaan obat : penggunaan jangka panjang hormon insidennya lebih

tinggi

h. Radiasi pengion : kelenjar payudara relatif lebih peka terhadap radiasi

pengion, sehingga paparan secara berlebih dapat menyebabkan resiko

yang lebih tinggi

i. Diet dan gizi : diet tinggi lemak dan kalori serta konsumsi alkohol

berkaitan langsung dengan timbulnya karsinoma mamae (Mintian, Yang

dan Wang Yi, 2008, dan American Cancer Society, 2010).

4. Patofisiologi

Identifikasi tipe histopatologi kanker payudara penting untuk diketahui

karena berkaitan dengan aspek klinik yang meliputi prediksi metastasis, terapi dan

prognosis. Klasifikasi tersebut menurut WHO tahun 1981, antara lain :

a. Karsinoma noninvasif

Massa sel tumor terdapat hanya pada intraduktus atau intralobular.

Total kejadian hanya 5% dari seluruh karsinoma payudara. Bentuk yang

paling sering adalah karsinoma komedo, karsinoma papiler intraduktus dan

(32)

b. Karsinoma invasif

Kira-kira 50% dari total kejadian karsinoma payudara. Massa sel

tumor solid, bentuk dan besar bervariasi, tersusun berupa kord maupun

sarang-sarang yang dibatasi jaringan ikat dan sering disertai reaksi

desmoplastik (Tambunan, 1995).

Tingkat atau derajat keparahan kanker payudara dapat diketahui melalui

stageatau stadium, berdasarkan sifat histologi sel kanker yang dilihat dari ukuran

tumor (tumor size), nodus limfe (node) dan metastasis (metastase) yang disingkat

TNM.

Menurut American Cancer Society beberapa kasus kanker payudara tidak

dapat diprediksi dengan menggunakanmammogram. Gejala dan tanda yang utama

pada kanker payudara yaitu terdapat gumpalan atau masa, dimana masa tersebut

keras, bentuk tidak beraturan dan tidak terasa sakit saat ditekan. Gejala dan tanda

lain yang dapat timbul antara lain:pembengkakkan pada sebagian atau seluruh

payudara (kecuali jika tidak terasa ada gumpalan); iritasi kulit ataudimpling; luka

pada payudara atau puting; nipple retraction (puting masuk ke dalam); kulit

payudara atau puting kemerahan, menjadi lebih tebal atau memiliki ukuran yang

tidak sama; ada cairan yang keluar selain ASI; terkadang kanker payudara dapat

menyebar melalui nodus limfa di bawah lengan dan menyebabkan penggumpalan

atau pembengkakkan, sebelum sel tumor aslinya yang berada di payudara cukup

(33)

5. Diagnosis dan Prognosis

Kanker dapat ditemukan atau diketahui keberadaannya dengan berbagai

pemeriksaan. Menurut American Cancer Society pemeriksaan tersebut antara lain:

a. Sadari (pemeriksaan payudara sendiri atauBreast Self Examination)

b. Pemeriksaan klinis

c. Mamografi

d. Breast ultrasound

e. Nipple discharge exam

f. Biopsy

Faktor yang paling berperan dalam penilaian resiko rencana terapi pada

kanker payudara adalah ukuran tumor dan status kelenjar getah bening, seperti

yang tertera pada kriteria perkembangan sel kanker dengan klasifikasi TNM.

Pengobatan kanker payudara dilakukan berdasarkan dengan tingkat keparahan

(tingkat stadium) kanker payudara dan perkembangan sel kanker dalam tubuh

pasien.

C. Kemoterapi

Kemoterapi merupakan salah satu treatment pada pengobatan kanker,

dimana treatment tersebut dilakukan dengan menggunakan obat-obatan yang

memiliki kekuatan yang tinggi.

Agen kemoterapi digolongkan menjadi 7 golongan, berdasarkan struktur

(34)

1. Alkilator

Alkilator memiliki gugus alkilator aktif yang akan membentuk ion

karbonium (alkil) atau kompleks lain yang sangat reaktif, yang akan berikatan

secara kovalen dengan berbagai nukleofilik penting di dalam tubuh. Efek

sitotoksik zat alkilator terutama melalui pembentukkan ikatan silang secara

langsung dengan N7 radikal basa guanin atau N3 adenin dari molekul DNA

dan protein sehingga struktur sel rusak dan sel mati.

2. Antimetabolit

Antimetabolit bekerja dengan cara menghambat sintesis DNA, dengan

reaksi hambatan bersaing. Pada sel kanker, metabolisme purin dan pirimidin

lebih tinggi daripada pada sel normal. Antipurin dan antipirimidin akan

mengambil tempat purin dan pirimidin dalam pembentukkan nukleosida

sehingga sintesis DNA pada sel kanker terhambat.

3. Golongan Antibiotika

Golongan antibiotika akan memutus rantai tunggal DNA pada sel

kanker, sehingga sel kanker tidak dapat mensintasis DNA dan berpoliferasi.

4. Inhibitor Protein Mikrotubuli

Inhibitor Protein Mikrotubuli akan berikatan dengan mikrotubulus inti

sel tumor, menghambat sintesis dan polimerasi mikrotubulus sehingga

(35)

5. Inhibitor Topoisomerase

Menghambat topoisomerase I yang akan menghambat pertautan

kembali rantai ganda saat replikasi berlangsung sehingga akan memutus

rantai ganda DNA sel kanker.

6. Hormon

Berikatan secara kompetitif dengan reseptor yang sesuai pada sel

kanker yang dapat memacu pertumbuhan sel tumor

7. Golongan Target Molekuler

Berikatan dengan sel target, yang akan berhubungan dengan faktor

petumbuhan tumor. Misalnya, trastizumab pada terapi karsinoma mamae

dengan overekspresi HER2 (Youjian, 2008 dan Nafrialdi, 2008)

Efek samping agen kemoterapi berbeda-beda tergantung pada jenis agen

kemoterapi yang digunakan. Efek samping dari penggunaan kemoterapi secara

umum (Youjian, 2008) antara lain :

1. Efek Toksik Jangka Pendek

a. Depresi sumsum tulang : leukopenia, trombositopenia, dan anemia serta

infeksi septikemia atau hemoragi visera

b. Reaksi gastrointestinal : mual, muntah, ulserasi mukosa mulut atau

sariawan, atau diare

c. Rudapaksa fungsi hati : peningkatan bilirubin, nekrosis hati akut/subakut,

atau infeksi virus hepatitis

d. Rudapaksa fungsi ginjal : oliguri, uremia, penyumbatan duktus renalis,

(36)

e. Pulmotoksisitas : fibrosis kronis paru atau pneumonitis interstisial

f. Efek toksik lokal : tromboflebitis, nekrosis jaringan bila terjadi

ekstravasasi obat keluar vena

g. Lainnya : kardiotoksik, neurotoksik, reaksi alergi, alopesia, melanosia,

eritroderma palmar-plantar/sindrom tangan-kaki

2. Efek Toksik Jangka Panjang

a. Karsinogenik

Penggunaan beberapa agen kemoterapi, beberapa bulan atau tahun

setelah digunakan dapat meningkatkan peluang atau resiko terjadinya

tumor primer kedua

b. Infertilitas

D. Penggunaan Antibiotika Selama Kemoterapi

Pasien kanker memiliki resiko yang tinggi terjadinya morbiditas dan

mortalitas yang dikarenakan adanya komplikasi infeksi sekunder karena penyakit

yang dideritanya atau karena treatment yang dijalaninya yang menginduksi

terjadinya penurunan imunitas. Kerusakan imunitas tersebut terkait dengan

keganasan yang terdapat pada sel hematologik dan jaringan limfoid. Alasan

iatrogenik dari kerusakan imunitas termasuk akibat dari kemoterapi dan

radioterapi yang berulang. Treatmentyang berhubungan dengan neutropenia akan

meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Kemungkinan terjadinya morbiditas dan

mortalitas akibat infeksi akan meningkat sejalan dengan durasi peningkatan

(37)

cells/L, akan meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Pada kenyataanya, seorang

pasien dikatakan beresiko tinggi neutropenik (high-risk neutropenics) ketika nilai

ANC-nya kurang dari 500 cells/L selama >7 hari (American Pharmacists

Associationa, 2009).

= (% ℎ + % ℎ )

100

Infeksi dapat terjadi akibat adanya kontak langsung dengan penderita

infeksi ataupun akibat infeksi bakteri dari lingkungan, termasuk pula dari bahan

makanan yang dikonsumsi. Selain itu, infeksi yang timbul juga dapat disebabkan

karena Candida albicans yang secara normal terdapat di membran mukosa pada

saluran pencernaan (gastrointestinal) dan saluran kemih dan kelamin (urogenital)

(American Pharmacists Associationa, 2009). Bakteri patogen yang sering menyebabkan infeksi pada aliran darah sehingga mengakibatkan terjadinya

[image:37.595.89.540.400.731.2]

neutropenia tertera pada tabel berikut :

Tabel II.Bakteri yang secara Umum Menyebabkan Infeksi pada Pasien Neutropeni dan Antibiotika yang dapat digunakan(Freifeld, dkk., 2010)

Jenis Bakteri Antibiotika

Gram Positif

- Coagulase-negative staphylococci Ciprofloxacin + amoxicilin-clavulanat - Staphylococcus aureus, including

methicillin-resistant strains

Piperacilin-tazobactam + gentamicin + vancomycin

- Enterococcus species, including

vancomycin-resistant strains Penicilin + gentamicin

- Viridans group streptococci - Streptococcus pneumoniae

Ceftriaxone / Chloramphenicol - Streptococcus pyogenes

Gram Negatif

- Escherichia coli - Piperacilin-tazobactam + gentamicin + vancomycin

- Piperacilin-tazobactam atau

Carbapenem atau anti-pseudomonal cephalosporin + metronidazole - -lactam / Carbapenem +

amynoglicosida / Fluoroquinolon - Klebsiella species

- Enterobacter species - Pseudomonas aeruginosa - Citrobacter species - Acinetobacter species

(38)

Selain antibiotika tersebut, untuk mengatasi infeksi akibat bakteri

tersebut, dapat pula digunakan antibiotika sebagai berikut :

- Ciprofloxacin + amoxicilin-clavulanat : antibiotika empiris untuk febril

neutropenia kategorilow risk

- Fluoroquinolon profilaksis : gram negatif atau gram positif

DalamClinical Practice Guidelinefor the Use of Antimicrobial Agents in

Neutropenic Patients with Cancer tahun 2010 pasien kanker payudara yang

menjalani kemoterapi dikatakan membutuhkan terapi antibiotika apabila :

1. Hasil pemeriksaan fisik, suhu tubuh pasien > 38,3oC, atau

2. Hasil pemeriksaan hematologi pasien menunjukkan adanya penurunan atau

peningkatan jumlah leukosit dan/atau neutrofil dari jumlah normal, atau

3. Terjadi infeksi pada bagian kulit atau jaringan, atau

4. Hasil tes urin menjukkan jumlah bakteri > 100/uL atau uji kultur

menunjukkan hasil positif terdapat bakteri

Pemberian antibiotika dalam menangani pasien yang mengalami

neutropenia dibedakan berdasarkan tingkat resiko neutropenia dari pasien tesebut.

Tingkat resiko tersebut dibedakan berdasarkan jumlah ANC dan periode

terjadinya neutropeni. Penetapan tingkat resiko dapat menentukan jenis

antibiotika empiris, cara pemberian (oral atau intravena), cara pengobatan (rawat

inap atau rawat jalan), dan durasi terapi antibiotika. Pasien dengan high-risk

apabila jumlah ANC kurang dari 500 sel/mm3 selama > 7 hari. Pasien dengan

high-risk neutrophenic diharuskan di rawat inap di Rumah Sakit untuk terapi

(39)

kurang dari 7 hari atau dengan nilai komorbiditas rendah, cukup dengan

pemberian antibiotika empiris secara oral. Penanganan neutropeni dapat dilakukan

berdasarkan tingkat resiko, gambaran penanganan tersebut secara ringkas tertera

[image:39.595.101.500.202.708.2]

pada gambar I, gambar II dan gambar III.

Gambar I. Manajemen Awal dari Demam dan Neutropenia (Freifeld, A.G., dkk., 2010)

Oral Ciprofloxacin + Amoxicilin / Clavuanat

Jika respon membaik dan memungkinkan

untuk rawat jalan

Demam (> 38,3oC) dan Neutropenia (< 500 x 106u/L)

High Risk

 Neutropenia > 7 hari

 Kondisi tidak stabil

 Hasil pemeriksaan medis banyak yang tidak normal

Low Risk

 Neutropenia < 7 hari

 Kondisi stabil

 Hasil pemeriksaan medis normal

Rawat Jalan

 Pemberian secara oral

 Menungkinkan untuk

Caregiver

Rawat Inap

 Pemberian secara i.v Piperacilin/tazobacta m atau

Carbapenem atau Ceftazidime atau Cefepime

 Intoleransi pada pencernaan

Rawat Inap Pemberian antibiotika empiris monoterapi, meliputi :

 Piperacilin/tazobactam atau

 Carbapenem atau

 Ceftazidime atau

 Cefepime

Amati kondisi pasien 4-24 jam untuk memastikan bahwa antibiotika empiris yang diberikan dapat ditoleransi dan kondisi pasien stabil sebelum meberikan terapi rawat jalan

Sesuaikan antibiotika berdasarkan kondisi klinis yang spesifik, radiograf, dan/atau hasil kultur. Seperti :

 Vancomycin atau linezolid untuk selulit atau pneumonia

 Tambahkan aminoglikosida dan bergantian dengan Carbapenem untuk

pneumonia atau bakteriemia akibat gram negatif

 Metronidazole untuk gejala abdominal atau dicurigai infeksiC. difficile

2-4 hari

(40)
[image:40.595.101.521.103.591.2]

Gambar II.Peninjauan ulang setelah 2-4 hari terapi antibiotika empiris (Freifeld, A.G., dkk., 2010)

 Demam mereda

 Hasil kultur negatif

Lanjutkan antibiotika 7-14 hari berdasarkan infeksi yang jelas atau lebih lama. Hingga ANC > 500 x 106u/L

 Periksa ulang untuk tempat infeksi yang baru

 Kultur/biopsi/drain letak infeksi yang memburuk: diperkirakan karena bakteri, virus dan fungi

 Tinjau antibiotika untuk kecukupan dosis dan spektrum

 Pertimbangkan untuk memberikan terapi antifungal empiris  Perlebar coverageantibiotika untuk intabilitas hemodinamik Demam berulang selama neutropenia yang berkepanjangan Ganti antibiotika berdasarkan hasil kultur dan/atau tempat infksi

2–4 Hari Setelah Terapi Antibiotika Empiris

Low Risk High Risk

Infeksi Jelas Demam

 Demam > 4 hari

 Kondisi klinis tidak stabil Rawat Inap untuk pemberian antibiotika spektrum luassecara i.v Lanjutkan terapi antibiotika (oral atau i.v) sampai ANC > 500 x 106u/L

Ganti antibiotika berdasarkan hasil kultur dan/atau tempat infeksi Jangan ganti antibiotika empiris Perkirakan dari tempat infeksi Lanjutkan antibiotika sampai ANC > 500 x 106u/L Demam

 Demam > 4 hari

 Kondisi klinis stabil

 Demam mereda

 Hasil kultur negatif

(41)
[image:41.595.101.508.112.602.2]

Gambar III.High-risk Patientdengan Demam setelah 4 hari Terapi Antibiotika empiris (Freifeld, A.G., dkk., 2010)

High Risk Patientdengan Demam Panjang (> 4 hari)

 Tes harian dan riwayat

 Tes kultur darah–diulang dalambasisterbatas

 Uji kultur untuk daerah yang dicurigai mengalami infeksi

Demam

 Stabil secara klinis

 Peningkatan ANC :

Myeloid recovery not imminent

 CT Scan sinus dan paru-paru

dipertimbangkan Demam

 Stabil secara klinis

 Peningkatan ANC :Myeloid recovery imminent

Infeksi terdokumentasi

 Tidak stabil secara klinis

 Gejala dan tanda infeksi memburuk

Hasil pengamatan : Tidak ada

perubahan antibiotika kecuali secara data klinis, mikrobiologik atau radiografik menunjukkan adanya infeksi baru

Mendapatkan fluconazole profilaxis Menerima anti-mold profilaxis

 Tes ulang danre-image

(CT, MRI) untuk tempat infeksi baru atau memburuk

 Uji kultur/biopsi/drain pada tempat infeksi yang memburuk: diperkirakan karena bakteri, virus dan fungi

 Tinjau hasil antibiotika untuk kecukupan dosis dan spektrum  Pertimbangan menambahkan terapi antifungi empiris  Memperluas Pre-emptive approach :mulai terapi antifungi berdasarkan hasil :

 CT scan dada/sinus

(42)

E. Evaluasi Penggunaan Obat

Evaluasi mengenai jenis dan golongan antibiotika yang digunakan,

dilakukan berdasarkan informasi dari Drug Informatorium Handbook (DIH),

MIMS dan penelusuran informasi melalui internet, yaitu dari

http://www.medicinenet.com.

Evaluasi mengenai kesesuaian penggunaan antibiotika selama

kemoterapi yang dilakukan dalam penelitian ini lebih difokuskan pada

permasalahan pada penggunaan antibiotika, dengan mengevaluasi kesesuaian

antara keadaan patologis pasien yang dilihat dari nilai ANC atau jumlah

mikroorganisme yang diperoleh dari hasil pemeriksaan urin, feses atau uji kultur,

sebagai indikasi terjadinya infeksi terhadap antibiotika yang diberikan,

berdasarkan Clinical Practice Guideline for the Use of Antimicrobial Agents in

Neutropenic Patients with Cancertahun 2010.

Menurut Cippole, Strand dan Morley, permasalahan yang sering muncul

dapat dikelompokkan menjadi 7 Drug Therapy Problems, yang berkaitan dengan

indikasi, efektivitas, keamanan, dan kepatuhan. Kategori Drug Therapy Problems

tersebut dapat dilihat pada tabel III. Dalam penelitian ini dari 7 kategori Drug

Therapy Problems (DTPs) tersebut, hanya 4 kategori DTPs yang diambil.

Keempat kategori tersebut antara lain : terapi antibiotika yang tidak diperlukan,

memerlukan tambahan terapi antibiotika, antibiotika yang tidak efektif, dan

(43)
[image:43.595.99.519.114.718.2]

Tabel III. KategoriDrug Therapy Problems(Cippole, Strand, dan Merley, 2004)

Drug Therapy Problems Penyebab Umum Terapi obat yang tidak

diperlukan

Tidak adanya indikasi medis yang valid untuk terapi obat yang digunakan saat itu, banyaknya pemakaian banyak obat untuk kondisi tertentu padahal hanya memerlukan terapi obat tunggal, kondisi medis lebih sesuai diobati tanpa terapi obat, terapi obat digunakan untuk menghilangkanadverse reaction yang

berhubungan dengan pengobatan lain, penyalahgunaan obat, penggunaan alkohol, atau merokok yang

menyebabkan masalah Memerlukan tambahan

terapi obat

Kondisi terapi yang memerlukan terapi inisiasi obat, pencegahan terapi obat diperlukan untuk mengurangi resiko berkembangnya penyakit baru. Kondisi medis yang memerlukan farmakoterapi tambahan untuk mencapai sinergisme atau efek adiktif

Obat yang tidak efektif Obat yang digunakan bukan obat yang peling efektif terhadap masalah medis yang dialami, kondisi medis yang terbiaskan dengan adanya obat, bentuk sediaan obat tidak sesuai, obat tidak efektif terhadap indikasi yang dialami

Dosis terlalu rendah Dosis atau interval dosis terlalu rendah untuk

menghasilkan respon yang diinginkan, interaksi obat yang menimbulkan penurunan jumlah zat aktif yang tersedia dan durasi obat terlalu singkat untuk

menghasilkan respon yang diinginkan

Adverse Drug Reaction Obat menyebabkan reaksi yang tidak menyenangkan atau tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan besarnya dosis yang diberikan, obat yang lebih aman diperlukan terhadap faktor resiko, interaksi obat menyebabkan reaksi yang tidak diinginkan yang tidak berhubungan dengan besarnya dosis, adanya regimen dosis atau berubah sangat cepat, obat menyebabkan alergi, obat dikontraindikasikan terhadap faktor resiko Dosis terlalu tinggi Dosis terlalu tinggi, frekuensi pemakaian obat terlalu

singkat, durasi obat terlalu panjang, interaksi obat terjadi karena hasil dari reaksi toksik dari obat, dosis obat diberikan terlalu cepat

Ketidakpatuhan Pasien tidak mengerti instruksi pemakaian, pasien

(44)

F. Keterangan Empiris

Penggunaan antibiotika sebelum atau setelah kemoterapi pada pasien

kanker payudara di instalasi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta

dipengaruhi oleh nilai ANC dan adanya mikroorganisme dalam tubuh pasien dari

(45)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai evaluasi penggunaan antibiotika pada pasien kanker

payudara selama kemoterapi periode Januari 2010Januari 2012 di Rumah Sakit

Panti Rapih merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan rancangan

penelitian deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Penelitian ini bersifat

non-eksperimental karena tidak dilakukan perlakuan khusus terhadap subjek uji.

Rancangan penelitian merupakan rancangan deskriptif evaluatif karena data yang

diperoleh dari catatan rekam medis pasien kemudian di evaluasi berdasarkan studi

pustaka dan dideskripsikan terhadap fenomena yang terjadi, kemudian

ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Penelitian ini bersifat retrospektif

karena data yang digunakan diambil dengan menggunakan penelusuran terhadap

data rekam medik pasien kanker payudara yang sedang menjalani kemoterapi di

Rumah Sakit Panti Rapih periode Januari 2010Januari 2012.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

a. Variabel bebas

Nilai Hb; jumlah leukosit; dan nilai ANC, serta kondisi pasien selama

menjalani kemoterapi.

b. Variabel tergantung

Antibiotika yang diterima pasien, yang tertera pada lembar rekam medik

(46)

B. Definisi Operasional

1. Pasien kemoterapi yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pasien

rawat inap yang terdiagnosa kanker payudara dan dalam rekam mediknya

tertulis menjalani perawatan dengan kemoterapi periode Januari 2010

Januari 2012.

2. Kasus dalam penelitian ini adalah kasus rawat inap yang dijalani pasien pada

periode Januari 2010 Januari 2012, sehingga memungkinkan terjadinya

lebih dari satu kejadian DTPs dalam satu kasus kemoterapi.

3. Kemoterapi adalah terapi yang dijalani oleh pasien kanker, pada penelitian ini

adalah pasien kanker payudara dengan menggunakan agen sitostatika.

4. Evaluasi penggunaan antibiotika berdasarkan kriteria Drug Therapy

Problems (DTPs) yang meliputi : terapi antibiotika yang tidak diperlukan,

memerlukan tambahan terapi antibiotika, antibiotika yang tidak efektif, dan

adverse drug reaction.

5. Evaluasi DTPs kategori ketidakefektifan pemilihan antibiotika, dilakukan

berdasarkan studi pustaka mengenai antibiotika yang diberikan terhadap

kuman penyebab infeksi atau potensial menyebabkan infeksi yang diperoleh

dari data hasil uji kultur pasien.

6. Evaluasi DTPs kategori adverse drug reaction, dilakukan berdasarkan

keadaanumum pasien yang tertulis dalam rekam medik.

7. Evaluasi DTPs kategori terapi antibiotika yang tidak diperlukan dan

memerlukan tambahan terapi antibiotika, dilakukan berdasarkan pada kondisi

(47)

yang tertulis dalam rekam medik, serta antibiotika yang diberikan untuk

mencegah atau mengobati infeksi.

8. Tanda-tanda infeksi ditandai dengan adanya kelainan jumlah sel darah putih

(WBC : White Blood Cells) dan/atau neutrofil, dimana terjadi peningkatan

atau penurunan jumlah neutrofil dari jumlah normal (nilai normal WBC :

2500-7000 mm3untuk dewasa (50-70%)).

9. Antibiotika merupakan obat atau senyawa kimia yang digunakan pada

saatnilai neutrofil pasien kanker payudara <1000 sel/L, sebelum atau setelah

kemoterapi selain antibiotika kemoterapi dengan tujuan untuk menghambat

pertumbuhan atau membunuh bakteri atau mikrobia penyebab infeksi atau

mencegah terjadinya infeksi pada pasien.

10. Interaksi antibiotika yang diamati dalam penelitian ini merupakan interaksi

antar antibiotika dengan antibiotika lain atau antibiotika dengan obat lain

yang digunakan bersamaan dalam terapi sebelum atau setelah kemoterapi

kanker payudara.

11. Efek samping adalah suatu kondisi yang tidak menyenangkan/efek merugikan

yang dirasakan pasien akibat penggunaan antibiotika.

12. Penggunaan antibiotika dalam penelitian ini dikatakan sesuai denganClinical

Practice Guideline for The Use of Antimikrobia Agents in Patients with

Cancer tahun 2010 apabila jenis antibiotika yang digunakan seperti yang

tertera pada tabel II. dan pada kasus penggunaan antibiotika tersebut tidak

(48)

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah pasien rawat inap di Rumah Sakit Panti

Rapih Yogyakarta dengan diagnosis kanker payudara yang sedang menjalani

kemoterapi pada periode Januari 2010Januari 2012, dengan kriteria :

a. Kriteria Inklusi

Semua pasien rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dengan

diagnosis kanker payudara yang sedang menjalani kemoterapi, terdapat nilai

neutrofil pada hasil pemeriksaan hematologi dan/atau mendapatkan terapi

antibiotika pada periode Januari 2010Januari 2012

b. Kriteria Eksklusi

Pasien dinyatakan meninggal oleh pihak Rumah Sakit selama periode

Januari 2010Januari 2012.

D. Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan berupa lembar catatan rekam medik

pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi pada periode Januari 2010

Januari 2012 yang berisikan data klinis pasien kanker payudara yang diperoleh

dari unit rekam medik Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta serta data hasil

pemeriksaan laboratorium pasien kanker payudara pada bulan Januari 2010

(49)

E. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta yang bertempat di Jl. Cik Di Tiro 30, Yogyakarta

F. Tata Cara Penelitian

1. Tahap Awal

a. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan membaca literatur-literatur yang ada

mengenai kanker payudara, kemoterapi, antibiotika dan penggunaan

antibiotika serta mengenaiDrugs Therapy Problems(DTPs).

b. Tahap Perencanaan

Diawali dengan penentuan dan analisis masalah yang akan dijadikan

bahan penelitian, dilanjutkan dengan penyusunan proposal penelitian.

Kemudian dilakukan prosedur perijinan untuk melihat data rekam medik

pasien kanker payudara yang sedang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit

Panti Rapih Yogyakarta, periode Januari 2010Januari 2012.

2. Tahap Pengambilan Data

Tahap pengambilan data diambil pada 1 Maret 201215 Juni 2012. Pada

tahap pengambilan data, peneliti terlebih dahulu melakukan penelusuran data

kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data-data rekam medis yang berupa

diagnosis pasien, hasil pemeriksaan laboratorium dan non-laboratorium serta

(50)

kanker payudara yang menjalani kemoterapi, kemudian mencatat data tersebut ke

dalam blanko pengambilan data.

a. Proses pengambilan data diperoleh dengan melakukan penelusuran data

dari lembar yang diberikan oleh instalasi rekam medik, diperoleh data

mengenai pasien yang menderita kanker payudara. Lembar print-out

memuat laporan mengenai jumlah pasien kanker payudara pada instalasi

rawat inap yang berisikan data pasien, berupa nomor rekam medis dan

nama pasien. Dari hasil penelusuran data diperoleh 165 pasien kanker

payudara yang menjalani pengobatan di Rumah Sakit Panti Rapih selama

periode Januari 2010 – Januari 2012 dan 44 pasien lainnya dinyatakan

meninggal dan termasuk dalam kriteria eksklusi sehingga tidak ikut

dicantumkan dalam penelitian ini.

b. Proses pencarian data diperoleh dengan melihat Catatan Rekam Medis

seluruh pasien rawat inap yang menderita kanker kayudara. Catatan

Rekam Medis tersebut memuat laporan mengenai nama, umur, jenis

kelamin, hasil diagnosa, jenis obat yang diberikan, dosis obat, lama

perawatan, bentuk sediaan, cara pemberian obat, dan keadaan pasien

selama masa perawatan. Melalui proses pencarian data, dari 165 pasien

rawat inap dengan diagnosis kanker payudara, dapat diketahui pasien

kanker payudara yang menjalani kemoterapi selama periode Januari 2010

(51)

pasien tidak diketahui agen kemoterapinya dikarenakan melakukan

kemoterapi di rumah sakit lain.

c. Kemudian pencatatan dilakukan dengan melihat data yang tertera pada

data rekam medis. Pencatatan dilakukan terhadap lembar rekam medik

dari 32 pasien kanker payudara yang pada lembar rekam mediknya

tertera menjalani kemoterapi. Dari hasil pencatatan dari 32 pasien,

diketahui bahwa terdapat 66 kasus terkait dengan kemoterapi karena ada

beberapa pasien yang menjalani kemoterapi lebih dari sekali selama

periode Januari 2010Januari 2012. Data yang diambil meliputi nomor

rekam medis, umur, jenis kelamin, hasil diagnosis, data laboratorium,

jenis obat, dosis obat, cara pemakaian, dan lama pasien menjalani

perwatan serta keadaan pasien selama masa perawatan.

3. Tahap Penyelesaian Data

a. Pengolahan Data

Data yang diperoleh, kemudian disajikan dalam bentuk tabel atau

gambar, kemudian dideskripsikan. Tabel atau gambar tersebut berisi tentang

jenis terapi yang dilakukan, keadaan hematologi pasien yang dilihat dari nilai

Hb dan nilai ANC, profil penggunaan antibiotika serta kajian mengenai

beberapa kategoriDrugs Therapy Problems(DTPs) yang meliputi terapi obat

yang tidak diperlukan, memerlukan tambahan terapi antibiotika, antibiotika

yang tidak efektif, danadverse drugs reactionyang dijabarkan menggunakan

(52)

b. Evaluasi Penggunaan Antibiotika

Evaluasi mengenai kesesuaian penggunaan antibiotikasebelum atau

setelah kemoterapi yang dilakukan dalam penelitian ini lebih difokuskan pada

permasalahan terkait penggunaan antibiotika, dengan mengevaluasi

kesesuaian antara keadaan patologis pasien yang dilihat dari nilai ANC dan

jumlah mikroorganisme dari hasil pemeriksaan urin, feses atau uji kultur,

berdasarkan Drug Informatorium Handbook 18th edition, MIMS Indonesia

Petunjuk Konsultasi Edisi 10, dan Clinical Practice Guideline for the Use of

Antimicrobial Agents in Neutropenic Patients with Cancertahun 2010.

G. Tata Cara Analisis Hasil

Analisis hasil dalam penelitian ini dikelompokkan berdasarkan

karakteristik pasien, golongan dan jenis antibiotika, dan kajian Drug Therapy

[image:52.595.101.513.285.592.2]

Problems (DTPs). Data dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan/atau

gambar. Untuk tata cara analisis hasil dilakukan sebagai berikut :

1. Karakteristik demografi pasien kanker payudara yang menjalani

kemoterapi

Dilakukan identifikasi mengenai distribusi pola pengobatan pada pasien

kanker payudara. Kemudian dilakukan identifikasi mengenai karakteristik

demografi pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi, dilakukan

berdasarkan distribusi kelompok usia, distribusi kelompok stadium kanker

payudara yang dialami pasien, distribusi nilai Hb pasien sebelum dan/atau setelah

(53)

2. Golongan dan jenis antibiotika

Dilakukan identifikasi mengenai golongan dan jenis antibiotika yang

digunakan, dan dihitung persentase penggunaannya. Persentase golongan dan

jenis antibiotika yang digunakan, dihitung dengan cara menghitung jumlah

penggunaan jenis antibiotika kemudian dibagi dengan jumlah pasien kanker

payudara yang menjalani kemoterapi dan mendapatkan terapi antibiotika,

kemudian dikalikan 100%.

3. Evaluasi kesesuaian penggunaan antibiotika

Evaluasi mengenai kesesuaian penggunaan antibiotika pada pasien

kanker payudara yang menjalani kemoterapi dilakukan dengan mengidentifikasi

ada atau tidaknya indikasi infeksi yang dialami pasien dengan terapi antibiotika

yang diberikan berdasarkan Clinical Practice Guideline for the Use of

Antimicrobial Agents in Neutropenic Patients with Cancer tahun 2010. Selain itu

juga dilakukanidentifikasi mengenaiDrug Therapy Problems (DTPs) dengan

membandingkan keadaan pasien yang dilihat dari nilai Hb, nilai ANC dan hasil

laboratorium terhadap terapi antibiotika yang telah diberikan. Standar terapi

penggunaan antibiotika berdasarkan Drug Informatorium Handbook 18thedition,

MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 10, Clinical Practice Guideline for

the Use of Antimicrobial Agents in Neutropenic Patients with Cancer tahun 2010

dan penelusuran informasi melalui internet, yaitu dari

(54)

35 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan disajikan dalam tiga bagian. Bagian pertama

merupakan gambaran umum pasien kanker payudara dan karakteristik demografi

pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi. Bagian kedua

menggambarkan pola penggunaan antibiotika selama kemoterapi. Bagian ketiga

berisi tentang evaluasi mengenai kesesuaian penggunaan antibiotika sebelum atau

setelah kemoterapi berdasarkan Clinical Practice Guideline for the Use of

Antimicrobial Agents in Neutropenic Patients with Cancertahun 2010.

A. Gambaran Umum Pasien Kanker Payudara dan Karakteristik

Demografi Pasien Kanker Payudara yang Menjalani Kemoterapi

1. Gambaran umum pasien kanker payudara

Pada penelitian ini, diperoleh jumlah pasien kanker payudara yang

menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta sebanyak 165

pasien. Dari 165 pasien kanker payudara yang menjalani rawat inap di Rumah

Sakit Panti Rapih Yogyakarta terdapat 32 pasien (19,39 %) yang menjalani

perawatan kemoterapi, dimana tertera kemoterapi sebagai terapi yang dijalani

pada lembar rekam mediknya. Kemoterapi yang dijalani pasien berupa kemoterapi

dengan injeksi, dengan obat sitostatika antara lain: epirubicin, doxorubicin, paxus,

5-FU, dan Herceptin, dan kemoterapi dengan oral, dengan Xeloda®. Xeloda® (Capecitabine) merupakan agen antineoplastik golongan antimetabolit yang

(55)

Xeloda®akan mengal merupakan zat akti

Associationb, 2009). Adapun status pe

[image:55.595.104.513.241.584.2]

Sakit Panti Rapih Yogy

Gambar IV. Distribusi Rumah Saki

2. Karakteristik d

kemoterapi

a. Distribusi usia p

Pencatatan da

kemoterapi periode Ja

antara lain kelompok

kelompok usia di at

berdasarkan usia, ada

terjadi pada pasien ka Kemoterapi; 32;

19,39 %

galami hidrolisis di hari dan jaringan menjadi fl

ktif sebagai agen antineoplastik (America

).

atus perawatan Kanker payudara di Instansi Raw

ogyakarta dapat dilihat pada gambar IV.

busi Pola Pengobatan Kanker Payudara di Instal akit Panti Rapih periode Januari 2010Januari

demografi pasien kanker payudara yan

a pasien kanker payudara yang menjalani ke

dan identifikasi data pasien kanker payudara

Januari 2010 Januari 2012 dibagi menjadi 5

pok usia 31-40 tahun, 41-50 tahun, 51-60 tahun, 61

atas 70 tahun. Tujuan dari dilakukannya p

adalah untuk mengetahui kelompok usia yang

n kanker payudara yang menjalani kemoterapi, Operasi dan

radioterapi; 98; 59,39 % Kemoterapi; 32;

19,39 %

Perawatan Non-Kemoterapi; 35;

21,2 %

di fluorouracil yang

ican Pharmacists

awat Inap Rumah

nstalasi Rawat Inap nuari 2012

yang menjalani

kemoterapi

ra yang menjalani

di 5 kelompok usia

hun, 61-70 tahun dan

pengelompokkan

ng paling banyak

(56)

membandingkannya

payudara yaitu pada m

Menurut Mic

meningkat seiring den

tersebut, dari 32 pasi

banyak adalah pasien

dan paling sedikit ada

Berdasarkan

sesuai dengan teori y

terkena kanker payuda

mengalami menopause

[image:56.595.104.511.323.664.2]

dapat dilihat pada gam

Gambar V. D Kem 51-60; 3

(9%) 61-70; 9

(28%)

a dengan teori mengenai faktor resiko ter

da masa wanita mengalami menopause.

Michaud, Janet dan Fransisco, risiko terjadinya ka

dengan bertambahnya usia (2008). Berdasarkan

pasien kanker payudara yang menjalani kem

en yang berusia pada rentang 41-50 tahun seba

dalah pasien dengan usia >70 tahun yakni hany

an hasil tersebut, maka dapat diketahui bahw

i yakni pada kelompok usia 41-50 tahun wanit

yudara, sebab pada usia tersebut merupaka

nopause. Adapun distribusi usia pasien yang menja

ambar V.

. Distribusi Usia Pasien Kanker Payudara yang Me emoterapi periode Januari 2010Januari 2012

31-40; 4 (13%) 41-50; 15 (47%) 51-60; 3 (9%) 61-70; 9 (28%)

> 70; 1 (3%)

terjadinya kanker

a kanker payudara

kan kelompok usia

kemoterapi, paling

banyak 15 pasien,

nya 1 pasien.

hwa penelitian ini

nita sangat rentan

kan masa wanita

njalani kem

Gambar

Tabel VII.Kejadian DTPs Kategori Terapi Antibiotika yang
Tabel VIII.
Gambar I.Manajemen Awal dari Demam dan Neutropeni.........
Tabel I. Resiko Terjadinya Kanker Payudara Seiring Bertambahnya Usia
+7

Referensi

Dokumen terkait

10 Ibid., hlm. 11 Sartono Kartodirdjo, dkk, Negara dan Nasionalisme Indoensia, Jakarta, Grasindo, 1995, hlm.. Pembelajaran sejarah merupakan dasar bagi pendidikan dalam rangka

1) Perkebunan Kelapa Sawit adalah segala kegiatan pengelolaan SDA, SDM, sarana produksi, alat dan mesin, budidaya, panen, pengolahan, dan pemasaran terkait

Salah satu fokus yang telah diberi perhatian oleh KPPM adalah semua JPN, PPD dan sekolah perlu memastikan guru berada dalam bilik darjah (guru mata pelajaran atau guru

Dengan segenap puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa para responden telah melakukan prosedur auditing yang wajar dan memenuhi kriteria yang telah

Lembaga swasta Rumah zakat cabang Medan melalui program bantuan wirausaha mandiri daya insani yang memberikan pembinaan dan pendampingan berkelanjutan kepada pelaku

Tahapan dan teknis pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat berupa ‘Penataan Bale Kulkul, Banjar Kerta Ampura, Desa Pakraman Perasi, Desa Pertima, Kecamatan

Puji syukur atas kehadirat Rahmat-Mu, syukur Alhamdulillah selalu kupanjatkan padaMu ya Allah atas kemudahan dan kelancaran yang telah Engkau berikan dari awal hingga akhir