• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengubah pendapat, sikap, hingga perilaku orang lain. Hal tersebut sejalan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengubah pendapat, sikap, hingga perilaku orang lain. Hal tersebut sejalan"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Macam-macam Perspektif Komunikasi

Komunikasi menjadi sebuah aktivitas yang tidak mungkin tidak dilakukan oleh siapa saja. Demikian pula bahwa komunikasi tidak hanya proses pertukaran pesan dari sumber ke penerima, melainkan sebuah proses yang memiliki tujuan untuk mengubah pendapat, sikap, hingga perilaku orang lain. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran menurut Effendy (2015:3) komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau untuk mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.

Sedangkan menurut Liliweri (2013:5) bahwa komunikasi merupakan proses universal. Maksutnya, komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap, perilaku, dan tindakan terampil pada manusia. Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial apabila tidak berkomunikasi dengan cara atau melalui pertukaran informasi, ide-ide, gagasan, maksud serta emosi yang dinyatakan melalui simbol-simbol orang lain.

Ada beberapa definisi komunikasi menurut para ahli seperti dikutip oleh Mulyana (2013:68-69) sebagai berikut:

Harold Lasswell, Komunikasi adalah suatu prosess yang merupakan

tentang siapa mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa. Dan dengan pengaruh apa atau bagaimana? (Who Says What In Which Channel To Whom With a What Effect?).

(2)

9 Bernand Berelson dan Gary A. Steiner, Komunikasi merupakan transmisi

informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol, kata-kata, gambar, figure, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut dengan komunikasi.

Theodore M. Newcomb, Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai

suatu transmisi informasi, terdiri dari rangsangan yang diskrimintaif, dari sumber kepada penerima.

Everett M. Rogers. Komunikasi merupakan proses dimana suatu ide

dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan tujuan untuk mengubah tingkah laku mereka.

Raymond S. Ross, Komunikasi adalah suatu proses memilih dan

mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respons dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator.

Carl I. Hovland. Komunikasi adalah proses yang memungkinkan

seseorang atau komunikator menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain.

Mary B.Cassata dan Molefi K.Asante. Komunikasi adalah transmisi

informasi yang bertujuan untuk mempengaruhi khalayak.

Dari beberapa pengertian komunikasi menurut para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dari proses-proses interaksi sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih, dimana masing-masing individu memiliki perannya masing- masing, menjadi komunikator dan komunikan. Pada komunikasi Komunikator merupakan orang yang membawa

(3)

10 pesan, sedangkan komunikan adalah orang yang menerima pesan. Pesan dari komunikator yang dapat diterima dengan baik oleh komunikan tergantung pada komunikasi yang terjadi di antara keduanya, tujuan komunikasi dilakukan untuk mengubah pandangan individu lainnya terhadap suatu hal dan kejaidan yang terjadi. Oleh karena itu dalam penelitian ini pada saat berkomunikasi masyarakat yang memiliki perbedaan strata sosial antar bangsawan dan non bangsawan, keduanya memiliki tingkat strata berbeda. Dengan adanya komunikasi yang benar akan memudahkan seseorang berpikir secara sistematik untuk menerima pesan yang diberikan oleh komunikator.

2.1.1 Tujuan Komunikasi

Segala bentuk hal yang terjadi pastinya dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sama halnya saat terjadi komunikasi, suatu pesan yang disampaikan dari seorang kepada orang lain dengan suatu tujuan. Agar pesan tersebut dapat dimengerti, memperkuat dan mampu mengubah orang lain. Dengan kata lain, kegiatan atau proses komunikasi juga diterima oleh komunikan dan menghasilkan efek sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator.

Menurut Gordon I. Zimmerman yang dikutip oleh Dedy Mulyana dalam buku yang berjudul “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” merumuskan bahwa tujuan komunikasi terbagi menjadi dua kategori besar, yakni :

1. Berkomunikasi bertujuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kebutuhan. Misalnya, kebutuhan untuk memberi makan dan pakaian kepada diri sendiri, demi memuaskan kepenasaranan akan lingkungan dan menikmati hidup.

2. Berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. (Mulyana, 2013:4).

(4)

11 Sedangkan menurut Joseph A. Devito dalam bukunya yang berjudul

“Komunikasi Antarmanusia” bahwa tujuan komunikasi yakni sebagai berikut:

a. Menemukan, tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery). Saat berkomunikasi dengan orang lain, secara tidak langsung kita

dapat memahami secara baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dan orang lain kita dapat memperoleh feedback mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita sendiri.

Cara lain untuk menemukan diri adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui pembandingan kemampuan, prestasi, pendapat, sikap, nilai dan kegagalan kita dengan orang lain (Thibaut dan Kelley, 1986). Berarti, kita mengevaluasi diri kita sendiri yang sebagian besar dengan cara membandingkan diri kita dengan orang lain. Komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar yang dipenuhi oleh objek, peristiwa dan manusia lain.

b. Untuk berhubungan dengan orang lain, merupakan salah satu motivasi dalam diri manusia yang paling kuat. Berhubungan yang dimaksut dengan orang lain seperti ingin dicintai dan mencintai. Kita dapat menghabiskan waktu dan energi untuk dapat membina suatu hubungan sosial tersebut.

c. Untuk Meyakinkan, media massa ada karena sebagian besar media massa bertujuan untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita.

Dapat menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi sebagai sumber mapun sebagai penerima, dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari berusaha untuk mengubah perilaku dan sikap orang lain.

d. Untuk bermain kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri kita dengan mendengarkan pelawak, musik,

(5)

12 pembicaraan dan film. Hiburan tersebut merupakan tujuan kahir dan untuk mengikat perhatian orang lain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan (Devito, 2011:31-32).

Menurut Onong Uchjana Effendy, dalam bukunya “Dimensi-dimensi Komunikasi” mengatakan bahwa tujuan komunikasi adalah sebagai berikut :

a. Perubahan Sosial (Social Change)

Perubahan sosial artinya memberikan informasi pada masyarakat dengan tujuan akhir agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan tersebut.

b. Perubahan Sikap (Attitude Change)

Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat dapat mengubah sikap-sikap tertentu.

c. Perubahan Pendapat (Opinion Change)

Yaitu memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat dapat mengubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang telah disampaikan.

d. Perubahan Perilaku (Behavior Change)

Kegiatan memberikan berbagai informasi pada masyarakat memiliki tujuan agar masyarakat dapat mengubah perilakunya. (Effendy, 2004:8).

Beberapa pendapat diatas berangkat dari sudut pandang yang sama. Gordon I.Zimmerman menyebutkan tujuan komunikasi melibatkan pertukaran informasi mengenai bagaimana kita dengan orang lain. Sedangkan Devito, Komunikasi dapat berhasil baik apabila timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak, pengirim dan penerima informasi saling memahami. Tujuan komunikasi secara

(6)

13 umum adalah untuk menyampaikan informasi tertentu kepada orang yang dapat menimbulkan efek dan feedback tertentu pula. Sejalan dengan pemikirannya Effendy yang menjelaskan bahwa tujuan komunikasi sama dengan efek dari komunikasi tersebut yaitu mengubah sikap, perilaku, pendapat dan mengubah dalam bersosialisasi.

2.1.2 Konteks Komunikasi

Menurut Deddy Mulyana (2013:81) dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar ada beberapa macam konteks komunikasi yakni :

a. Komunikasi Intrapribadi

Komunikasi Intrapribadi (intrapersonal communication) adalah komunikasi dengan diri sendiri, misalnya yaitu berpikir. Komunikasi ini terkait dengan komunikasi yangterjalin antara dua orang atau lebih, karena sebelum melakukan komunikasi dengan orang lain terlebih dahulu seseorang berkomunikasi dengan dirinya sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain) hanya saja caranya sering tidak disadari. Keberhasilan komunikasi bergantung pada efektifnya komunikasi dengan diri sendiri.

b. Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi yang berlangsung antar orang-orang secara tatap muka, dapat memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun non-verbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi adalah komunikasi diadik melibatkan hanya dua orang. Contoh komunikasi diadik yaitu komunikan dan komunikator berada dalam jarak

(7)

14 yang dekat seperti suami-istri, sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya.

Komunikan dan komunikator mengirim dan menerima pesan secara bersamaan atau spontan baik itu berupa verbal ataupun non-verbal.

Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para peserta komunikasi.

c. Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang yang memiliki tujuan bersama, berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya saling kebergantungan), mengenal satu sama lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut, meskipun setiap anggota memiliki perannya yang berbeda-beda. Kelompok ini contohnya keluarga, tetangga, kelompok diskusi, dan kawan-kawan terdekat. Dengan demikian, biasanya komunikasi kelompok terjadi pada kelompok kecil, sehingga bersifat tatap muka.

Komunikasi kelompok melibatkan komunikasi antarpribadi, karena kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok.

d. Komunikasi Publik

Komunikasi publik (public communication) merupakan komunikasi yang terjadi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang atau khalayak yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi ini juga sering disebut dengan ceramah, pidato, atau kuliah umum. Ciri-ciri komunikasi publik adalah terjadi di tempat umum yaitu pada auditorium , kelas, tempat ibadah atau tempat yang dihadiri oleh sejumlah besar orang. Komunikasi publik biasanya terjadi secara formal dan lebih sulit daripada komunikasi antarpribadi ataupun kelompok.

(8)

15 e. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi bersifat formal dan informal. Komunikasi ini juga berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi formal yang terjadi dalam komunikasi organisasi adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yaitu komunikasi ke bawah, ke atas, dan komunikasi horisontal.

Sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antarsejawat, juga termasuk selentingan dan gosip.

f. Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa baik cetak (majalah, surat kabar dan sebagainya) maupun elektronik (radio, smartphone dan televisi), berbiaya relatif mahal, dikelola oleh suatu lembaga atau orang-orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan dari komunikasi massa bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak dan selintas (khususnya media elektronik).

Berdasarkan apa yang dijelaskan oleh Deddy Mulyana, maka kaitannya dengan penelitian ini lebih condong mengarah kepada konteks yang bersifat komunikasi antarpribadi (Interpersinal communication). Karena proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh masyarakat bangsawan dan non- bangsawan di kampung Pedalaman desa Masbagik utara Lombok Timur yang ingin peneliti teliti berlangsung dua arah. Komunikasi dua arah ini nantinya akan terjadi pertukaran pesan atau akan terjadinya kesempatan untuk memberikan umpan balik diantara kedua peserta komunikasi secara tatap muka dan langsung.

(9)

16 2.2 Komunikasi Interpersonal

Komunikasi Interpersonal menurut Suseno (2012:17) adalah penyampaian penerimaan pesan atau pertukaran makna antara dua orang atau lebih yang bertemu secara langsung, membutuhkan umpan balik secara langsung dan penerima pesan agar tercapai saling pengertian mengenai apa yang dibicarakan.

Selain itu komunikasi interpersonal juga didefinisikan sebagai proses transaksi yang selektif, sistematis, dan unik yang membuat kita mampu merefleksikan dan mampu membangun pengetahuan dengan orang lain (Wood, 2013:24). Sedangkan menurut Sapril (2011:7) komunikasi interpersonal secara umum adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, masing-masing

`orang yang terlibat dalam komunikasi tersebut saling mempengaruhi persepsi lawan komunikasinya.

Tiga sudut pandang definisi utama, diungkapkan oleh Devito (2011:252):

a. Berdasarkan Komponen

Komunikasi interpersonal didefinisikan dengan mengamati komponen- komponen utamanya, yaitu penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak hingga peluang untuk memberikan umpan balik segera.

b. Berdasarkan Hubungan Diadik

Komunikasi interpersonal didefinisikan sebagai komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas. dengan definisi tersebut hampir tidak mungkin ada komunikasi diadik (dua orang) yang bukan komunikasi antarpribadi. definisi ini juga menjelaskan bahwa selalu ada hubungan tertentu yang terjadi antara dua orang tertentu.

(10)

17 c. Berdasarkan Pengembangan

Komunikasi interpersonal dilihat sebagai akhir dari perkembangan dari komunikasi yang bersifat tak pribadi (impersonal) menjadi komunikasi pribadi yang lebih intim.

Sedangkan menurut Mulyana (2013:81) Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi yang berlangsung antar orang- orang secara tatap muka, dapat memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik verbal maupun non-verbal.

Dari penjelasan Deddy Mulyana mengenai pengertian komunikasi antarpribadi, berdasarkan sifatnya terbagi menjadi dua yaitu komunikasi verbal dan komunikasi non-verbal. Selain itu menurut Nurudin (2017:134) Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi yang menggunakan kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Sedangkan komunikasi non-verbal adalah segala bentuk komunikasi tanpa menggunakan kata-kata secara lisan maupun percakapan melalui tulisan.

Singkatnya, komunikasi non-verbal dapat dijumpai dalam bentuk lambang- lambang, seperti ekspresi wajah, isyarat bahasa tubuh, warna, dan kontak mata.

Perbedaan antara komunikasi verbal dan komunikasi non verbal menurut Adler dan George Rodman (1997) dalam Nurudin (2017: 134) menyajikan.

Tabel 2.1 Perbedaan Komunikasi Verbal dan Non Verbal

Vokal Non Vokal

Komunikasi Verbal Bahasa lisan Bahasa tertulis Komunikasi Non

Verbal

Desahan, nada suara, jeritan.

Penampilan, sentuhan, gerak isyarat, ekspresi wajah, warna, jarak, artefak.

(11)

18 Dalam penelitian ini, peneliti akan lebih memfokuskan pada komunikasi verbal yakni bahasa lisan dalam komunikasi interpersonalnya, karena peneliti ingin membahas bahasa lisan yang digunakan pada masyarakan bangsawan dan non bangsawan. Selain itu Lombok sendiri memiliki banyak dialek bahasa daerah contohnya setiap gang berbeda logat dan pengucapan. Dialek bahasa halus digunakan oleh golongan darah biru (bangsawan) dan orang yang tidak bangsawan akan kurang memahami bagaimana dialek bahasa halus tersebut.

2.2.1 Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal

Berdasarkan penjelasan mengenai pengertian dan ciri-ciri komunikasi interpersonal yang telah diuraikan diatas dapat diidentifikasi beberapa komponen atau unsur yang terdapat dalam komunikasi interpersonal menurut Suranto (2011:9) yakni :

1. Sumber atau komunikator, yakni orang yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi.

2. Encoding, adalah suatu aktifitas internal pada komunikator dalam menciptakan pesan melalui simbol-simbol verbal dan non-verbal, yang disusun berdasarkan aturan tata bahasa dan disesuaikan dengan karakteristik komunikan.

3. Pesan merupakan seperangkap informasi yang disampaikan oleh komunikan dan memiliki makna tertentu.

4. Penerima atau komunikan adalah seseorang yang menerima, memahami, dan meninterpretasi pesan.

5. Decoding yakni kegiatan internal dalam diri penerima sebagai proses pengubahan data mentah berupa kata-kata dan simbol menjadi informasi yang mengandung makna.

(12)

19 6. Respon adalah suatu tanggapan terhadap pesan yang disampaikan oleh

komunikator.

7. Konteks komunikasi, minimal terdapat tiga dimensi dalam proses komunikasi sepeti ruang, waktu, dan nilai.

Selain itu dijelaskan pula fungsi komunikasi interpersonal menurut Enjang (2009:77-79) yaitu mendapatkan informasi yang banyak, memenuhi kebutuhan sosial dan psikologi, bisa mempengaruhi atau dipengaruhi orang lain, dan mengembangkan kesadaran diri. Selain itu menurut Janson dalam Supratiknya (2003:9) menambahkan bahwa komunikasi interpersonal berfungsi sebagai pembentukan identitas dan jati diri serta membantu perkembangan intelektual dan sosial pada pihak yang melakukan komunikasi.

2.2.2 Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal

Ciri-ciri komunikasi interpersonal menurut Mulyana (2013:81) sebagai berikut:

1. Pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat.

2. Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara simultan dan spontan.

3. Komunikasi dapat berbentuk verbal maupun non-verbal.

Sebuah keberhasilan dalam berkomunikasi adalah tanggung jawab para peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak komunikasi akan tercermin pada pesan atau respon nonverbal yang terjadi seperti, sentuhan, tatapan mata yang ekpresif dan jarak yang sangat dekat. Setiap orang dalam berkomunikasi interpersonal berhak dan bebas untuk mengubah topik pembicaraan, tetapi pada

(13)

20 kenyataanya komunikasi interpersonal bisa saja didominasi oleh suatu pihak.

Misalnya, komunikasi antar istri dan suami didominasi oleh suami.

Sedangkan menurut Lilliweri (1997) dalam Suseno (2012:18) menyebutkan ciri-ciri komunikasi interpersonal adalah sebagai berikut :

1. Biasanya dilakukan dengan tatap muka secara langsung sebagai aksi dan reaksi verbal dan non-verbal.

2. Komunikasi interpersonal mengandung sifat persuasi antar manusia.

3. Menghasilkan umpan balik dan spontan.

4. Komunikasi interpersonal sebagai proses yang berkembang.

Wood (2013:24) mengidentifikasi komunikasi antarpribadi melalui ciri- ciri, yaitu sebagai berikut:

1. Selektif, kita tidak mungkin berkomunikasi secara akrab dengan semua orang yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

2. Sistemis, ketika seseorang mengatakan bahwa komunikasi meliputi sebuah sistem, hal tersebut berarti tiga hal. Pertama, semua proses komunikasi terjadi dalam banyak sistem yang mempengaruhi makna. Kedua, seluruh bagian dan sistem dalam komunikasi saling terkait, maka mereka memengaruhi satu sama lain. Ketiga, seluruh sistem komunikasi memiliki gangguan, baik berupa gangguan fisiologis, fisik, psikologis atau semantik.

3. Unik, pada tingkatan yang paling dalam, komunikasi antarpribadi sangat unik. Pada interaksi yang melampaui peran sosial, setiap orang menjadi unik dan oleh karena itu menjadi tidak tergantikan.

(14)

21 4. Processual, komunikasi antarpribadi adalah proses yang berkelanjutan, hal ini berarti komunikasi senantiasa berkembang dan menjadi lebih personal dari masa ke masa.

5. Transaksional, komunikasi antarpribadi adalah proses transaksi antara beberapa orang, sifat transaksional yang secara alami terjadi dalam komunikasi interpersonal terdampak pada tanggungjawab komunikator untuk menyampaikan pesan secara jelas.

6. Individual, kita belajar untuk memahami ketakutan dan harapan, masalah dan kegembiraan, dan kemampuan dalam berinteraksi secara utuh bersama orang lain. Ketika kepercayaan sudah terbangun dengan baik, kita bisa berbagi informasi yang sifatnya privasi kepada orang lain.

7. Pengetahuan personal, komunikasi antarpribadi juga membuka pemahaman terhadap kepribadian orang lain. Ketika hubungan yang dijalin semakin dalam, kita membangun kepercayaan dan belajar untuk berkomunikasi dengan cara yang membuat kita merasa nyaman.

8. Menciptakan makna, komunikasi atarpribadi tidak hanya bertukar kalimat, tetapi juga saling berkomunikasi. Kita menciptakan makna seperti kita memahami tujuan setiap kata dan perilaku yang ditampilkan orang lain.

Ciri-ciri komunikasi interpersonal tidak jauh beda dengan ciri-ciri komunikasi pada umumnya, yaitu sama-sama melibatkan unsur-unsur komunikasi. komunikasi interpersonal yang sejauh ini cocok dengan penelitian peneliti ialah pihak-pihak yang berkomunikasi berada dalam jarak yang dekat serta dilakukan dengan tatap muka secara langsung.

(15)

22 2.2.3 Faktor-Faktor Komunikasi Interpersonal

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya komunikasi interpersonal dijelaskan oleh Asari (2005) dalam Sapril (2011:8) yaitu :

1. Percaya. Bila seseorang memilki perasaan bahwa dirinya takkan dirugikan, takkan dikhianati, maka orang tersebut pasti lebih mudah untuk membuka diri. Percaya pada orang lain akan tumbuh bila terdapat faktor seperti :

a. Sifat menerima, yakni kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain dan melihat pihak lain sebagai individu yang patut untuk dihargai.

b. Empati yaitu kecakapan untuk memahami dan mengerti perasaan orang lain.

c. Masing-masing komunikan atau komunikator harus memiliki sifat jujur satu sama lain dalam mengungkapkan sesuatu agar menciptakan perasaan saling percaya diantara mereka.

2. Sikap suportif yang meliputi tiga hal yakni suasana yang bersifat deskriptif dan bukan evaluatif, kemampuan individu berkomunikasi secara spontan dalam menyampaikan pemikirannya, dan kemampuan untuk berfikir secara terbuka.

3. Sifat terbuka didefinisikan sebagai kemampuan menilai secara objektif, kemampuan membedakan dengan mudah, kemampuan mencari informasi dari berbagai sumber, kesediaan mengubah keyakinannya, kemampuan melihat nuansa atau situasi dan berorientasi pada isi.

Menurut Rakhmat (2009:48) beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya komunikasi interpersonal, di antaranya:

(16)

23 a. Persepsi Interpersonal

Beberapa pengalaman tentang peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan untuk membedakan bahwa manusia bukan benda melainkan sebagai objek persepsi.

b. Konsep Diri

Menurut Brooks (2012) berpendapat bahwa konsep diri merupakan suatu pandangan dan perasaan individu tentang dirinya.

c. Atraksi Interpersonal

Menurut Berlund (2009) Atraksi interpersonal diperoleh dengan mengetahui siapa yang tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa, maka individu dapat meramalkan arus komunikasi interpersonal yang akan terjadi.

Sedangkan menurut Cassagrande dalam Liliweri (1997:45) berpendapat, manusia berkomunikasi karena:

a. Memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kebahagiaan.

b. Ingin terlibat dalam proses perubahan.

c. Ingin berinteraksi hari ini dan memahami pengalaman masa lalu dan mengantisipasi masa depan.

d. Ingin menciptakan hubungan yang baru.

Setiap orang selalu berusaha untuk melengkapi kekurangan atas perbedaan- perbedaan yang dimiliki. Perbedaan tersebut terus berlangsung seiring dengan perubahan masyarakat. Minat komunikasi interpersonal didorong untuk memenuhi

(17)

24 kebutuhan yang belum atau bahkan tidak dimiliki oleh manusia. Setiap manusia mempunyai tujuan yang mendorong dia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya, seperti halnya keinginan untuk menjalin sebuah hubungan yang baru.

2.2.4 Efektivitas komunikasi interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan suatu bentuk perilaku yang dapat berubah dari sangat efektif menjadi tidak efektif, beberapa bentuk perilaku komunikasi bisa lebih buruk dan bisa pula lebih baik. Dalam hal ini, menjelaskan bagaimana proses dan faktor-faktor apa yang membuat komunikasi itu berjalan dengan baik atau menjadi efektif.

Menurut Devito (2011:285-290) karakteristik-karakteristik efektivitas interpersonal memiliki tiga perspektif yaitu :

1. Perspektif humanistik meliputi beberapa kualitas umum yang dapat dipertimbangkan.

a. Keterbukaan

Keterbukaan mengacu pada tiga aspek dari komunikasi interpersonal.

Pertama, komunikasi interpersonal setidaknya harus terbuka dengan orang yang diajak berinteraksi, harus ada kesediaan untuk membuka diri dan mengungkapkan informasi yang biasanya tersembunyi.

Aspek kedua mengacu pada ketersediaan komunikator bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. Aspek ketiga berhubungan dengan hak kepemilikan perasaan dan pikiran, yang dimana hal tersebut komunikator mengakui perasaan dan pikiran yang dilontarkan adalah milik komunikator itu sendiri dan berhak untuk

(18)

25 bertanggung jawab atasnya. Oleh karena itu komunikasi interpersonal yang dilakukan akan menghasilkan hubungan yang efektif dan kerjasama bisa meningkat, dengan adanya sikap terbuka.

b. Empati

Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui dan menempatkan dirinya pada posisi atau peranan orang lain. Artinya, seseorang dapat merasakan sesuatu secara emosional maupun intelektual seperti apa yang dialami orang lain dengan cara yang sama pula.

c. Sikap mendukung

Komunikasi interpersonal dikatakan efektif apabila dalam diri seseorang terdapat sikap mendukung (supportiveness). Sikap terbuka dan empati tidak akan berlangsung baik apabila tidak ada sikap mendukung terhadap pesan yang disampaikan. Sikap mendukung merupakan sikap yang dpat mengurangi sikap defensif dalam berkomunikasi. Hal ini dapat terjadi karena adanya faktor- faktor personal seperti kecemasan, ketakutan, dan lain sebagainya yang menyebabkan komunikasi interpersonal akan tidak terjadi atau gagal, karena orang yang bereaksi defensif akan lebih banyak melindungi diri sendiri dari komunikasi yang dianggap ancaman dibandingkan dengan memahami orang lain.

d. Sikap positif

Memiliki perilaku positif yakni memiliki dua aspek dari komunikasi interpersonal. Pertama komunikasi interpersonal akan terjalin apabila orang yang memiliki sikap positif terhadap dirinya

(19)

26 sendiri. Jika orang memiliki perasaan positif terhadap dirinya sendiri dan mengisyaraktkannya kepada orang lain maka sebaliknya orang lain akan memiliki perasaan positif pula.

e. Kesetaraan (equality)

Ketidaksetaraan yang biasanya terjadi dalam setiap situasi, itulah penyebab tidak efektifnya sebuah komunikasi interpersonal.

Apabila salah seorang mungkin lebih cantik, lebih kaya dan lebih pandai daripada yang lainnya. Karena ketidaksetaraan tersebut harus adanya pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak memiliki sikap yang dapat bernilai dan berharga. Keefektifan komunikasi interpersonal juga ditentukan oleh kesamaan yang dimiliki para pelakunya. Seperti nilai, sikap, perilaku, watak, kebiasaan, pengalaman, dan sebagainya.

2. Perspektif pragmatis

Perspektif pragmatis memusatkan pada kesegaran interaksi yang digunakan oleh komunikator melalui perilaku yang spesifik untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Model ini menawarkan lima kualitas efektivitas, yakni:

a. Kepercayaan diri

Komunikator yang efektif memiliki kepercayaan diri dalam bersosialisai, selalu merasa nyaman bersama orang lain dan dalam situasi komunikasi pada umumnya. Pembicara secara efektif akan membuat orang-orang yang gelisah, khawatir ataupun pemalu menjadi lebih nyaman.

(20)

27 b. Kebersatuan

Penggabungan antara komunikan dan komunikator, dimana terciptanya rasa kebersamaan dan kesatuan yang mengisyaratkan minat dan perhatian untuk mau mendengarkan.

c. Manajemen interaksi

Dalam manajemen interaksi yang efektif, masing-masing pihak berkontribusi dalam keseluruhan komunikasi. Tidak seorang pun merasa diabaikan atau merasa menjadi tokoh penting.

Beberapa cara untuk melakukannya adalah menjaga peran sebagai komunikan dan komunikator melaui ekspresi vocal, gerakan mata, wajah yang sesuai dan gerakan tubuh, juga dengan saling memberikan kesempatan untuk berbicara. Hal ini merupakan wujud dari sebuah manajemen interkasi.

d. Daya ekspresi

Kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang ingin disampaikan dengan aktif, keterbukaan mampu menjadi pendengar yang baik dan berbicara. Bukan dengan melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.

e. Orientasi ke pihak lain

Dalam hal ini dimaksudkan untuk lebih menyesuaikan diri pada lawan bicara dan mengkomunikasikan perhatian dan minat terhadap apa yang dikatakan oleh lawan bicara.

Mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama dalam mencari pemecahan masalah.

(21)

28 3. Perspektif pergaulan sosial

Perspektif pergaulan sosial mengatakan bahwa mengembangkan sebuah hubungan bila manfaatnya lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Imbalan atau manfaat dan keuntungan adalah hal-hal yang memenuhi kebutuhan bagi kita akan rasa aman, penerimaan sosial, seks, keuntungan uang, status dan sebagainya. Teori pergaulan sosial lebih menjelaskan kecendrungan kita untuk mencari keuntungan atau manfaat dengan mengeluarkan biaya sedikit mungkin. Oleh karena itu, ketiga perspektif ini tidak dapat dipisahkan, tetapi harus saling melengkapi, karena setiap perspektif tersebut membantu kita untuk dapat memahami komunikasi dalam menyelesaikan konflik sebuah hubungan secara efektif. Komunikasi interpersonal dinyatakan efektif apabila pertemuan komunikasi merupakan hal yang dianggap menyenangkan.

Menurut Suranto (2011:80) menjelaskan bahwa komunikasi interpersonal dianggap efektif, apabila penerima pesan memahami pesan dengan benar, dan memberikan respon sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pengirim pesan.

Komunikasi interpersonal yang efektif berfungsi :

1. Membentuk dan menjaga hubungan baik antarindividu.

2. Mengubah sikap dan perilaku.

3. Menyampaikan pengetahuan atau informasi 4. Pemecahan masalah hubungan antarmanusia.

5. Citra diri menjadi lebih baik.

6. Jalan menuju sukses.

(22)

29 Sedangkan Hardjana (2007:85) dalam Charles. P (2016:7) menyatakan bahwa efektifnya komunikasi interpersonal apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan kepada penerima pesan, kemudian pesan ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan secara sukarela oleh penerima pesan, meningkatkan kualitas hubungan interpersonal.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat dilihat bahwa efektifitas komunikasi interpesonal dapat timbul ketika kedua belah pihak atau pelaku komunikasi interpersonal memahami apa yang diterima dan mengerti apa yang dimaksud. Sehingga akan tercipta komunikasi yang benar dan persepsi yang sama dari pesan komunikasi interpersonal itu sendiri.

2.3 Hambatan Komunikasi Interpersonal

Menurut Hafied Cangara (2008:153-156) hambatan atau gangguan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan atas tujuh macam, yaitu:

1. Hambatan Teknis

Hambatan teknis terjadi apabila salah satu alat yang digunakan dalam berkomunikasi mengalami gangguan, sehingga informasi yang ditransmisi melalui saluran mengalami kerusakan. Contohnya saat terjadinya komunikasi antara komunikator dan komunikan melalui media elektronik yaitu handphone mengalami gangguan sinyal sehingga menyebabkan ketidak efektifnya pesan yang disampaikan.

2. Hambatan Semantik

Hambatan semantik adalah hambatan komunikasi yang disebabkan karena kesalahan pada bahasa yang digunakan. Hambatan semantik yang biasanya terjadi karena :

(23)

30 a. Kalimat yang digunakan terlalu banyak memakai jargon bahasa

asing sehingga sulit dimengerti oleh khalayak tertentu.

b. Bahasa yang digunakan komunikator berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh komunikan.

c. Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya, sehingga membingungkan penerima.

d. Latar belakang budaya yang menyebabkan salah persepsi terhadap simbol-simbol bahasa yang digunakan.

Contohnya ketika terjadinya komunikasi antar komunikan dan komunikator yang datang dari budaya yang berbeda khususnya perbedan bahasa. Perbedaan bahasa tersebut dapat menyebabkan perbedaan persepsi antara peserta komunikasi.

3. Hambatan Budaya

Hambatan budaya adalah hambatan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan nilai-nilai, norma dan kebiasaan yang dianut oleh pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi. Di negara-negara sedang berkembang masyarakat yang cenderung menerima informasi dari sumber yang memiliki banyak persamaan dengan dirinya, seperti bahasa, agama dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Misalnya pada masyarakat yang berasal dari negara budaya timur berkomunikasi dengan masyarakat yang berasal dari budaya barat akan menimbulkan persepsi yang berbeda saat mereka berkomunikasi.

4. Hambatan Status

Hambatan status ialah hambatan yang disebabkan karena jarak sosial diantara peserta komunikasi. Misalnya, perbedaan status antara atasan

(24)

31 dan bawahan atau senior dan yunior. Perbedaan tersebut biasanya menuntut perilaku komunikasi selalu memperhitungkan kondisi dan etika yang sudah membudaya dalam masyarakat, yakni rakyat cenderung hormat pada raja yang memimpinnya, atau bawahan kepada atasan.

5. Hambatan Psikologis

Hambatan psikologis terjadi karena adanya gangguan yang disebabkan oleh adanya persoalan-persoalan yang terjadi di dalam diri individu.

Misalnya rasa curiga penerima kepada sumber, situasi berduka atau karena kondisi gangguan kejiwaan sehingga dalam penerimaan dan pemberian informasi menjadi tidak sempurna.

6. Hambatan kerangka berpikir

Hambatan kerangka berpikir ialah hambatan yang disebabkan karena adanya perbedaan persepsi antara komunikator dan khalayak terhadap pesan yang digunakan dalam komunikasi, hal ini disebabkan karena latar belakang pengalaman dan pendidikan yang berbeda. Misalnya seseorang yang latar belakang pendidikanya sarjana berkomunikasi dengan seseorang yang hanya lulus sekolah dasar, maka pembicaraan merekapun berbeda dan tujuan komunikasi tidak terlaksana sesuai dengan yang diinginkan.

7. Hambatan Fisik

Hambatan fisik adalah hambatan yang disebabkan karena kondisi geografis. Hambatan fisik bisa juga diartikan karena adanya gangguan organik, yaitu tidak berfungsinya salah satu pancaindera pada

(25)

32 komunikan. Contohnya ketika berkomunikasi dengan orang yang memiliki kekurangan fisik seperti kurang pendengaran karena usia, hal tersebut dapat menyebabkan pesan yang disampaikan tidak efektif dan terjadi kesalahpahaman.

Meurut Pieter (2012) dalam Sari dkk. hambatan atau gangguan fisik sangat mempengaruhi berjalannya proses komunikasi yaitu gangguan dengan transmisi fisik dari isyarat atau pesan lain seperti bunyi kendaraan mobil dan motor yang lewat, dengungan komputer, keterbatasan fungsi alat indra yakni kemampuan melihat, merasakan, mendengarkan, dan mengucapkan, berkurangnya kemampuan menganalisis yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti faktor genetis, dampak suatu penyakit dan sebagainya. Kemudian hambatan psikologis yaitu gangguan kognitif atau mental yang berkaitan dengan jiwa seseorang seperti prasangka pada sumber penerima, berpikiran yang sempit, reaksi emosional yang tempramental, sikap egoisme, trauma akan hal yang pernah dialami, mudah tersinggung, ragu- ragu, dan sulit berkonsentrasi saat berbicara. Terakhir yaitu hambatan semantik, pendengar dan pembicara memberi arti dan makna yang berlainan, ketika seseorang yang berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan istilah yang terlalu rumit dan tidak dipahami pendengar, kesulitan dalam mencerna pembicaraan yang disampaikan, Struktur bahasa yang digunakan tidak sebagaimana mestinya dan membingungkan penerima, sehingga terjadinya kesalahpahaman saat proses komunikasi (Sari dkk, 2018:5-6).

Sedangkan menurut Effendy (2002:11-16) faktor-faktor penghambat komunikasi dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

(26)

33 1. Hambatan sosio-antro-psikologis, hambatan ini terdapat pada komunikator. Saat berlangsungnya komunikasi, komunikator perlu memperhatikan situasi, karena situasi sangat berpengaruh dalam kelancaran komunikasi. Ferdinand Tonnies dalam Effendy (2002:11) menyatakan bahwa hambatan sosiologis dibagi menjadi dua macam, yaitu gameinschaft dan gesellschaft. Gameinschaft adalah pergaulan hidup yang

bersifat pribadi, statis dan tak rasional, seperti dalam kehidupan rumah tangga, sedangkan gesellschaft adalah pergaulan hidup yang bersifat tak pribadi, dinamis, dan rasional, seperti pergaulan di kantor atau organisasi.

Pada hambatan antropologis, komunikator perlu mengenal siapa komunikan yang menjadi sasarannya. Siapa bukan berarti nama yang disandang, melainkan bangsa apa, ras apa, atau suku apa. Dengan mengenal komunikan, maka akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup, kebiasaan norma, kehidupannya dan bahasanya. Kemudian terakhir ialah hambatan psikologis, komunikasi sulit berhasil apabila komunikan sedang merasa kecewa, sedih, marah, bingung, iri hati dan kondisi psikologis lainnya, dan juga jika komunikan menaruh prasangka (prejudice) kepada komunikator.

2. Hambatan semantis, hambatan semantis ini terdapat pada diri komunikator. Faktor semantis menyangkut bahasa yang digunakan oleh komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya terhadap komunikan. Hambatan semantis terkadang disebabkan oleh aspek antropologi, yaitu kata-kata yang tulisan dan bunyinya sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.

(27)

34 3. Hambatan mekanis, gangguan ini dapat dijumpai pada media yang kita pergunakan dalam menlancarkan komunikasi. Contohnya, suara putus- putus saat melakukan telepon.

4. Hambatan ekologis, gangguan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan. Contoh dari hambatan ekologis ialah, kebisingan lalu lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat dan sebagainya.

Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh Cangara mengenai hambatan komunikasi interpersonal. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan hambatan semantik, hambatan psikologis, hambatan fisik, hambatan status, hambatan kerangka berpikir dan hambatan budaya. Karena peneliti ingin meneliti hambatan komunikasi interpersonal yaitu pemilihan keenam tema hamabatan tersebut dirasa sesuai dengan fenomena yang akan peneliti teliti.

Hambatan semantik, hambatan ini sama seperti hambatan semantis yang dijelaskan oleh Effendy dan Pieter. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya diantara keduanya memiliki bahasa yang berbeda. Hambatan budaya yakni perbedaan budaya pada masyarakat bangsawan dan non-bangsawan dalam lingkup nilai-nilai dan kebiasaan yang berbeda. Hambatan status yaitu perbedaan status antara masyarakat non-bangsawan cenderung hormat pada masyarakat bangsawan yang terbilang masyarakat petua-petua di kampung Pedalaman desa Masbagik Utara Lombok Timur. Hambatan psikologi yakni prasangka antara keduanya karena adanya perbedaan status tersebut. Hambatan kerangka berpikir karena diantara bangsawan dan non-bangsawan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berbeda tentang cara berkomunikasi. Sedangkan hambatan fisik

(28)

35 biasanya di alami oleh masyarakat bangsawan yang usianya sudah tua seperti kurangnya pendengaran atau penglihatan. Sehingga hal tersebut bisa menjadi hambatan masyarakat bangsawan dan non-bangsawan di kampung Pedalaman desa Masbagik Utara Lombok timur.

2.4 Strata Sosial

Secara harfiah stratifikasi sosial bermakna lapisan sosial. Kata stratification berasal dari kata stratum (jamaknya: strata yang berarti lapisan).

Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat/hierarkis (Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, 2014:196).

Menurut Bagja Waluya (2007:16) Sistem stratifikasi merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat, yang diwujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang dan kelas rendah. Adapun menurut Robert M.Z. Lawang bahwa stratifikasi merupakan penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan- lapisan hierarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise (Janu Murdiyatmoko, 2007:13).

Lebih jauh Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati (2014:195) menjelaskan stratifikasi sosial adalah pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal. Sedangkan menurut P.J.

Bouman, stratifikasi sosial merupakan golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa yang tertentu dan karena itu menuntut gengsi kemasyarakatan (Janu Murdiyatmoko, 2007:13).

(29)

36 Bentuk-bentuk lapisan masyarakat bisa berbeda-beda dan banyak sekali.

Sekalipun dalam masyarakat kapitalistis, demokratis, komunistis, dan lain sebagainya lapisan-lapisan tersebut akan tetap ada. Lapisan masyarakat tersebut mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama pada suatu organisasi sosial. Misalnya pada masyarakat-masyarakat yang kecil serta bersahaja, biasanya pembedaan kedudukan dan peranan bersifat minim karena warganya sedikit dan orang-orang yang dianggap tinggi kedudukannya tidak banyak baik dari segi macam dan jumlah. Di dalam masyarakat yang sudah kompleks, pembedaan kedudukan yang telah ada dan peranan juga bersifat kompleks karena banyaknya orang dan aneka warna ukuran yang dapat diterapkan terhadapnya (Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, 2014:196).

Dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial adalah pengelompokan atau klasifikasi masyarakat kedalam kelas-kelas sosial yang memuat beberapa unsur seperti kekuasaan, privilese dan prestise yang nantinya akan membentuk hierarkis.

2.4.1 Unsur-Unsur Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial juga memiliki beberapa unsur-unsur yang mempunyai arti penting bagi sistem sosial, yang berhubungan dengan pola-pola yang mengatur hubungan timbal balik antar-individu dalam bermasyarakat atau antara individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu-individu tersebut. Unsur-Unsur stratifikasi sosial adalah kedudukan (status) sebagai tempat posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, selanjutnya adanya peranan (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Sedangkan dasar-dasar yang menumbuhkan stratifikasi sosial adalah uang, harta, tanah, kekuasaan, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya (Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati, 2014:207).

(30)

37 Sedangkan menurut James M. Henslin (2006:178) Stratifikasi sosial merupakan suatu sistem dimana kelompok manusia dik klasifikasikan ke dalam lapisan-lapisan yang sesuai dengan kekuasaan, kepemilikan, dan prestise relatif mereka. Penting untuk dipahami bahwa stratifikasi sosial tidak terpaku kepada individu. Stratifikasi sosial merupakan sebuah cara untuk menggolongkan sejumlah besar kelompok manusia ke dalam suatu tingkatan-tingkatan sesuai dengan hak-hak istimewa relatif mereka. Kedudukan dalam stratifikasi sosial terbagi menjadi tiga kategori menurut Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati (2014:196) sebagai berikut ini :

Pertama; Ascribed status, yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.

Contohnya, kedudukan anak seorang bangsawan maka dia secara keturunan adalah bangsawan juga. Pada umumnya ascribed status dijumpai pada masyarakat-masyarakat dengan sistem lapisan yang tertutup, misalnya masyarakat feodal, atau masyarakat di mana sistem lapisannya tergantung kepada perbedaan rasial. Namun demikian, ascribe status juga ditemukan pada masyarakat dengan sistem pelapisan yang terbuka, semisal kedudukan laki-laki dalam satu keluarga, kedudukannya berbeda dengan kedudukan istri atau anak-anaknya. Ascribe status di sini walaupun tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi pada umumnya sang ayah atau suami adalah kepala keluarga. Untuk menjadi seorang kepala keluarga, laki-laki tidak perlu mempunyai darah bangsawan atau kasta tertentu, sosok seorang ayah tetap saja sebagai kepala rumah tangga di dalam sebuah keluarganya.

(31)

38 Kedua; Achieved status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan sengaja atau atas dasar usaha. Contoh: pendidikan. Kedudukan ini tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja tergantung dari kemampuannya masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Seseorang yang ingin menjadi pemain bulu tangkis yang handal, tentunya harus berlatih bulu tangkis dengan tekun, seseorang yang ingin menjadi seorang pilot, tentunya harus belajar dengan tekun. Kecenderungan tercapainya achieved status ini biasanya ditemukan pada sistem pelapisan yang terbuka, hal ini bisa terjadi karena nilai-nilai dalam masyarakat memungkinkan untuk berlakunya tindakan-tindakan seperti itu. Anak seorang Krisdayanti belum tentu akan menjadi penyanyi yang handal, walaupun kalau hanya untuk sekedar menjadi juara RT mungkin bisa, sedangkan orang tua Krisdayanti mungkin seorang penyanyi tetapi prestasinya tidak sehebat anaknya.

Ketiga; Assigned status, yaitu kedudukan yang diberikan kepada tokoh/masyarakat yang berjasa. kedudukan ini diberikan oleh kelompok, golongan, bahkan isntitusi seperti negara kepada seseorang yang dianggap telah berjasa kepada masyarakat luas. Namun, terkadang kedudukan tersebut diberikan karena seseorang telah identik dengan jabatan tersebut walaupun sudah menjabat lagi, seperti di pedesaan ada istilah „lurah hormat‟ adalah satu gelar yang diberikan kepada seorang mantan pemuka desa yang dianggap sangat berjasa atas kemajuan desanya selama bertugas. Kedudukan ini juga dapat diwujudkan dalam bentuk penghormatan gelar tertentu seperti „datuk‟ pada masyarakat Sumatera Barat, „sir‟ pada masyarakat Inggris, atau „andi‟ pada masyarakat Makassar.

Individu-individu yang mendapatkan kedudukan ini tidak dibebankan atas

(32)

39 kewajiban-kewajiban menurut kedudukannya, namun mereka sedikitnya mendapakan kekhususan yang tidak diberikan pada orang kebanyakan, di samping itu kedudukan ini tidak terbatas diberikan kepada anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan, tetapi kedudukan itu bisa juga diberikan kepada orang luar masyarakat tersebut (Rizqon Halal Syah Aji, 2015:41).

Strata sosial yang terbentuk di masyarakat tersebut menjadi sebuah hambatan dalam komunikasi. Seperti yang terjadi di kampung Pedalaman desa Masbagik Utara Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur memiliki perbedaan kedudukan status strata sosial Ascribed status. Berdasarkan yang telah dipaparkan oleh Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati Ascribed status yaitu kedudukan seseorang yang dimiliki tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan, tetapi kedudukan yang diperoleh sejak lahir contohnya kedudukan anak seorang bangsawan maka akan bangsawan pula. Sama halnya yang terjadi di kampung Pedalaman desa Masbagik Utara Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB dibagi menjadi golongan darah biru dan golongan masyarakat biasa yang dimana golongan tersebut didapat sejak lahir.

2.4.2 Faktor terjadinya Strata Sosial

Menurut Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati (2014:197) awal mula adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Namun, ada juga yang dengan sengaja dibentuk untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai contoh pada masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan alasan utama adalah kepandaian berburu. sementara itu, pada masyarakat yang telah tinggal atau menetap dan bercocok tanam, kerabat

(33)

40 pembuka tanah (yang dianggap penetap asli) dianggap sebagai orang-orang yang memiliki kedudukan lapisan tinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan, contohnya pada masyarakat Batak, dimana marga tanah yaitu marga yang pertama-tama membuka tanah, dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi. Demikian pula golongan pembuka tanah dikalangan orang jawa di desa dianggap mempunyai kedudukan yang tinggi karena mereka dianggap sebagai pembuka tanah dan pendiri desa yang bersangkutan.

Adapun menurut Rizqon Halal Syah Aji (2015:39) ada dua hal yang menyebabkan terjadinya stratifikasi, yaitu: pertama, terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat. Sebagai contoh karena kepandaian, senior, tingkat umur, harta, dan lain-lain, kedua, terjadi dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Contoh: Sistem jenjang karir, militer seperti kepangkatan polisi, feodal dan lain-lain. Selain itu, ada beberapa perbedaan atas lapisan-lapisan tersebut menurut merupakan gejala universal yang merupakan bagian dari sistem sosial setiap masyarakat. Perbedaan atas lapisan tersebut bertujuan untuk meneliti terjadinya proses lapisan dalam masyarakat, pokok- pokoknya adalah :

a. Sistem lapisan berpokok pada sistem pertentangan dalam masyarakat.

Sistem ini hanya mempunyai arti khusus bagi masyarakat-masyarakat tertentu yang menjadi objek penyelidikan. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam arti-arti sebagai berikut yaitu: Distribusi hak-hak istimewa yang objektif seperti misalnya kekayaan penghasilan, keselamatan, kesehatan, laju kejahatan.

(34)

41 b. Sistem lapisan dapat dianalisis dalam ruang lingkup yang melibatkan

unsur-unsur berikut :

1) Distribusi hak-hak istimewa seperti penghasilan, kekayaan, keselamatan dan wewenang.

2) Sistem Pertanggaan yang diciptakan para warga masyarakat seperti prestise dan penghargaan.

3) Kriteria sistem pertentangan didapatkan berdasarkan kualitas pribadi keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, dan wewenang atau kekuasaan.

4) Lambang-lambang kedudukan seperti, tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, dan keanggotaan pada suatu organisasi.

5) Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.

6) Solidaritas diantara individu-individu atau kelompok-kelompok yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat (Soerjono Soekanto dan Budi Sulistyowati 2014:198).

2.5 Konsep Masyarakat Menak (Bangsawan)

Sudirman dalam Hilman Syahrial Haq dan Hamdi (2016:158 ) Etnis sasak merupakan masyarakat mayoritas yang menghuni pulau Lombok pada umumnya, dari beberapa catatan dan informasi asal usul suku sasak yang mendiami bumi Lombok adalah Ras Mongoloid di Asia Tenggara. sumber informasi sejarah lainnya diperoleh dari cerita-cerita rakyat, babat lontar, dan peninggalan berupa makam atau masjid. pada saat ini pulau Lombok didiami oleh percampuran antara suku sasak dengan suku-suku dari Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Sumatra, Bali, dan Nusa

(35)

42 Tenggara. Sebagian kecil lainnya terdapat masyarakat keturunan cina dan arab. Pada tahap selanjutnya, seiring dengan adanya berbagai macam pengaruh dari luar muncul sebuah aliran kepercayaan yang disebut Boda. Boda bukanlah agama Buddha tetapi bertumpu pada anasir animisme, dinamisme, panteisme dan antropomorfisme. oleh sebab itu, pemujaan dan penyembahan roh-roh leluhur dan berbagai dewa lokal lainnya merupakan focus utama dari praktek keagamaan sasak-Boda.

Pada masa awal islam masuk di pulau Lombok kebanyaakan dari orang sasak masih memeluk agama islam yang belum sempurna, mereka menyerahkan urusan ibadahnya kepada para kiayi atau pemimpin agama. Golongan ini menamakan dirinya sebagai islam waktu telu. Mereka percaya kepada Allah dan juga Nabi Muhammad SAW, akan tetapi lebih banyak menjaga kesucian batin dan tingkah lakunya menurut ajaran nenek moyang. Patron klein merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat sasak dalam sistem sosial, hal ini dibentuk akibat otoritas kekuasaan, yang mana dipengaruhi oleh kedudukan kerajaan Karangasem Bali terhadap kerajaan yang ada di Lombok. Di dalam Babad dan Lontar disebutkan beberapa kerajaan yang ada di pulau Lombok, di antaranya adalah : kerajaan Desa Laek, Suwung, Pamatan, Selaparang, Mumbul, Pemokong, Bayan, Sokong, Langko, Pejanggik, Parwa, Kedaro, Karangasem Lombok, dan Mataram ( Hilman Syahrial Haq dan Hamdi 2016:159)

Secara umum sistem sosial yang terbangun dalam masyarakat sasak terbagi menjadi dua ; golongan yang berada di kelas sosial tinggi disebut dengan golongan bangsawan dalam istilah sasak adalah Perwangsa atau Menak, sedangkan masyarakat biasa atau masyarakat kebanyakan disebut golongan masyarakat kelas bawah atau Jajar Karang. Namun klasifikasi secara khusus masyarakat sasak terbagi menjadi tiga golongan sosial yakni ; Dedatuan adalah

(36)

43 golongan yang pernah ada pada masyarakat sasak awal, pada saat ini golongan ini disebut dengan istilah Perwangsa atau bangsawan kelas atas, mereka diyakini sebagai keturunan langsung para datu dan bergelar raden. Klasifikasi kedua adalah golongan triwangsa atau bangsawan kelas menengah, golongan ini adalah hasil dari perkawinan silang antara golongan bangsawan kelas atas dan golongan yang bestrata lebih rendah, bergelar Lalu-Baiq dan Gede-Lale. Klasifikasi terakhir adalah Jajar Karang atau Kaula, kelas masyarakat ini adalah golongan yang teridentifikasi sebagai masyarakat kebanyakan atau rakyat biasa. Serta ada perbedaan penyebutan untuk memanggil orang tua, Amaq-Inaq untuk masyarakat biasa yang artinya ayah dan ibu sedangkan untuk masyarakat Perwangsa memanggil Mamiq-Inaq (Hilman Syahrial Haq dan Hamdi 2016:160).

Menurut Mugni (2016) bahasa sasak merupakan salah satu bahasa daerah yang terdapat ini provinsi Nusa Tenggara Barat. Bahasa ini dipergunakan sebagai media komunikasi oleh suku sasak yang berdomisili di pulau Lombok. Sampai saat ini bahasa sasak masih digunakan sebagai media komunikasi antar-suku sasak, dalam penggunaanya bahasa sasak juga mengenal tingkatan bahasa yakni ada tiga tingkatan ; pertama bahasa halus/utama, bahasa madya, dan bahasa biasa.

pada umumnya masyarakat yang berasal dari golongan Perwangsa atau Menak menggunakan bahasa halus dan sebagian menggunakan bahasa madya dalam kehidupan sehari-harinya, umumya bahasa utama dipergunakan jika seseorang berbicara dengan orang yang dituakan. sedangkan bahasa biasa umum dipakai oleh orang kebanyakan atau orang biasa dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun bahasa sasak terbagi atas beberapa dialek yaitu Dialek Pejanggik, Dialek Selaparang, Dialek Pujut, Dialek Suralaga dan Dialek Petung Bayan.

(37)

44 Tabel 2.2 Dialek-Dialek Bahasa Sasak

Nama Dialek Daerah Pakai

Dialek Pejanggik (Meno-Meni) Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Dialek Selaparang (Ngeno-Ngene) Lombok Timur Dialek Pujut (Meriak-Meriku) Lombok Selatan Dialek Suralaga (Nggeto-Nggete) Lombok Timur Dialek Petung Bayan (Kuto-Kute) Lombok Utara

Dialek Pujut digunakan di wilayah-wilayah selatan pulau Lombok meliputi Kecamatan Pujut, Praya Barat, Praya Barat Daya, sedikit di Praya Timur hingga Jerowaru (Kabupaten Lombok Timur), dialek Pujut juga dijumpai di tengah-tengah (sebagai enclave) diantara pengguna dialek Pejanggik dan selaparang, seperti di desa Pademare dan desa Denggen Kabupaten Lombok Timur. Dialek Bayan, mayoritas digunakan dibagian Utara pulau Lombok meliputi Kecamatan Pemenang, Tanjung, Gangga, dan Bayan serta di wilayah timur pulau Lombok meliputi Sembalun, Obel- obel, Wanasaba dan Suralaga digunakan dialek Suralaga dan sebagian besar lainnya menggunakan dialek Selaparang (Ngeno-Ngene). Diantara dialek-dialek tersebut, dialek Pejanggik adalah yang paling banyak pemakainya. meskipun antara penutur dialek yang satu dengan yang lainnya dapat saling memahami berberapa kata dan istilah pada masing-masing dialek mempunyai makna yang berbeda. dialek Bayan adalah yang paling berbeda dan paling sukar untuk dimengerti oleh pegguna dialek yang lainnya. Adapun penutur bahasa lainnya seperti Sumbawa, Bima, Jawa, Sunda, Minang, dan lain-lain, mereka pada umumnya tinggal terpencar-pencar/ tidak mengelompok. Penututr bahasa Sumbawa sebagian besar tinggal di Lombok Timur sedikit di Lombok barat dan Lombok tengah (Sudirman Wiliam, 2010:25).

Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi di kampung Pedalaman desa Masbagik Utara Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur yang tergolong

(38)

45 kultur masyarakat pewangsa/menak serta strata sosialnya masih terjaga dan mereka bertutur menggunakan bahasa halus atau utama. Berdasarkan klasifikasi dialek antar daerah Kecamatan Masbagik tergolong memakai dialek Selaparang (Ngeno-Ngene).

2.6 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3 Penelitian Terdahulu

Hambatan Komunikasi Antarbudaya Antara Etnik Tionghoa Dengan Etnik Jawa Pada Kalangan Mahasiswa Di STIE Malangkucecwara

Nama Peneliti Dwi Yari Ramdhani, (2017: Ilmu Komunikasi) Metode Penelitian Studi Kasus

Hasil Penelitian Semua subjek pada penelitian menggunakan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, menjaga kata-kata yang bersifat kotor agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap budaya lain, saling menghargai antara satu dengan yang lain, tidak membedakan budaya lain dengan budaya yang dianut, tetap menjaga nilai budaya yang dianut masing- masing tetapi tidak mengundang perkelahian antarbudaya. Semua subjek memiliki keinginan untuk mempelajari budaya baru yang ada di Malangkucecwara, serta mementingkan nilai kesopanan, rasa menghargai, dihormati, keakraban, dan menjaga keharmonisan dalam menjalin hubungan antarbudaya dengan mahasiswa etnik Tionghoa dan etnik Jawa di STIE Malangkucecwara.

Perbedaan dan Persamaan

penelitian

Kesamaan penelitian ini dengan yang diteliti oleh peneliti terdapat dalam tehnik purposive sampling. Namun dalam hal tinjauan konseptual terdapat perbedaan dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep hambatan komunikasi interpersonal, sedangkan Dwi Yari Ramdhani menggunakan teori hambatan komunikasi antarbudaya. Adapun dalam hal kontekstual lokasi peneliti dengan Dwi Yari Ramdhani juga berbeda yakni peneliti di Lombok dan Dwi mengambil kasus di Malang.

Komunikasi Antar Personal Dalam Membina Kerukunan Antarsuku ( Studi Pada Masyarakat Jawa dan Madura Di Desa Kademangan Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang)

Nama Peneliti Akmila Fithriya, (2012: Ilmu Komunikasi) Metode Penelitian Studi Kasus

Hasil penelitian Dengan perbedaan suku, komunikasi antarpersonal tetap berjalan dengan lancer karena adanya kompromi dalam masyarakat.

Masyarakat tidak pernah membeda-bedakan suku Jawa maupun Madura dalam bersosialisasi. Selain itu juga, mereka saling menghargai dan memahami adat masing-masing.

Perbedaan dan Persamaan

penelitian

Perbedaan penelitian Akmila dengan peneliti yakni terdapat pada Studi dan focus penelitian, pada Akmila ia meneliti mengenai hubungan komunikasi interpersonal dua suku bangsa sedangkan pada peneliti berfokus kepada hubungan komunikasi interpersonal satu suku namun berbeda strata sosial.

Referensi

Dokumen terkait

(3) Apabila dalam waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah terlampaui dan Kepala Dinas tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengurangan Bea Perolehan Hak Atas Tanah

Untuk mengetahui manfaat bahan organik hayati dalam memperbaiki beberapa sifat fisik tanah sehingga dapat mempengaruhi kemampuan masing- masing tanah dan jenis tanaman

Setelah dilakukan running pemodelan Alternatif 2 dengan software VISSIM diperoleh hasil yang menyatakan bahwa terdapat penurunan yang signifikan dari nilai

Pelayanan perawatan kesehatan rumah diberikan kepada individu dan keluarga sesuai kebutuhan mereka, dengan perencanaan dan koordinasi yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan

Pada skala sikap dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkap sikap siswa yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa melalui pendekatan PBL. Rubik yang di buat

Guna meningkatkan kenyamanan dan kemudahan penggunaan ashitaba maka diformulasikan granul effervescent, dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh variasi

Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak yaitu sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

 Gunakan informasi yang benar dan jelas yang diperoleh dari sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian