15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Erupsi Merapi yang terjadi pada bulan Oktober 2010 telah memberikan banyak pelajaran dan meninggalkan berbagai bentuk permasalahan baik sosial maupun ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan selama erupsi Merapi sangat besar. Erupsi Merapi yang mengeluarkan ancaman lava, lahar, dan awan panas ketika hujan deras menyebabkan adanya daerah rawan bahaya lahar dingin yang bahayanya bisa lebih luas dari erupsi merapi. Salah satu wilayah yang terkena banjir lahar dingin yang mengalami kerusakan terparah di sekitar Kali Putih yaitu Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang. Bencana lahar dingin terjadi tanggal 23 Januari 2011 yang telah mengakibatkan kerugian material yang sangat besar karena telah merusak berbagai fasilitas dan lahan untuk memenuhi kehidupan. Bencana membawa perubahan pada kondisi asset, akses dan aktivitas, sehingga menyebabkan pola penghidupan masyarakat di Desa Sirahan Kecamatan Salam mengalami perubahan.
Tanggal 5 Desember 2011 merupakan awal terjadinya banjir lahar hujan yang melanda bantaran Kali Putih. Banjir lahar dingin yang melanda Kabupaten Magelang.
Kali Putih yang menjadi salah satu jalur aliran lahar dari gunung Merapi. Salah satu
dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut adalah rusaknya penggunaan lahan
yang sebagian besar dimanfaatkan sebagai kawasan permukiman, pertanian,
perikanan, dan lahan usaha. Permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah
16
mengenai kondisi penghidupan (livelihood) maskarakat korban bencana lahar hujan di Desa Sirahan, Kecamatan Salam Kabupaten Magelang. Kondisi yang dimaksud adalah perubahan yang mencakup aset dan pendapatan masyarakat sehingga akan diketahui bagaimana penghidupan pasca bencana. Desa Sirahan menjadi penting untuk diteliti karena memiliki permasalahan yang diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Merupakan salah satu desa yang terkena dampak dari banjir lahar hujan.
2. Tingkat resiliensi masyarakat yang berbeda-beda dapat digunakan sebagai indikator kerentanan
3. Banyaknya lahan pertanian yang rusak yang menyebabkan hilangnya sebagian besar mata pencaharian masyarakat.
4. Banyak warga yang tinggal di huntara pasca banjir lahar hujan.
5. Proses pemulihan sosial ekonomi belum menyeluruh.
6. Penanganan warga di huntara yang masih belum sesuai dengan kebutuhan pengungsi sesuai dengan standart nya.
Banjir lahar hujan di Magelang tepatnya Kecamatan Salam menjadi lokasi
yang cukup ketika terjadi banjir lahar hujan, terdapat 12 desa dimana Desa Sirahan
pada saat bencana tersebut menjadi desa yang tergolong parah terhadap dampak dari
lahar hujan tersebut. Hal ini juga dipengaruhi oleh faktor jarak antara sungai dengan
desa tersebut yakni ± 300 meter (berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Desa
Sirahan tanggal 28 Juli 2012). Desa Sirahan terdiri dari delapan dusun yang terbagi
dalam 16 dusun. Data yang tercatat oleh REKOMPAK (Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Masyarakat) tahun 2011
menyebutkan bahwa Luapan lahar hujan dari Kali Putih membawa material berupa
17
pasir dan batu telah menyebabkan ± 50% permukiman penduduk hancur, kerusakan rumah mencapai 290 buah yang terdiri dari 87 unit rusak ringan, 47 unit rusak sedang, dan 156 rusak berat atau roboh. Banjir lahar hujan juga menyebabkan rusaknya sarana dan pra sarana umum (kantordesa, gedung PKK), sarana dan prasarana dasar (jalan, jembatan), serta sarana dan prasarana sosial (posyandu). Tidak hanya itu saja, luapan tersebut juga menyebabkan terendamnya 12.600 m² lahan persawahan serta melumpuhkan jalur yang menghubungkan antara Yogyakarta- Magelang.
Berdasarkan data dari REKOMPAK tahun 2011, sebagian besar masyarakat di Desa Sirahan menggunakan lahan untuk bidang pertanian, peternakan, dan mengembangkan usaha kecil menengah. Kondisi perekonomian masyarakat Desa Sirahan sangat bergantung pada lahan pertanian sebagai mata pencaharian utama.
Akibat bencana banjir lahar hujan yang terjadi, sumberdaya lahan yang digunakan untuk pertanian, perkebunan, dan kolam mengalami kerusakan dan hampir 50% tidak dapat digunakan. Dampak tersebut tentu saja menyebabkan kerugian secara ekonomi dan kelangsungan hidup masyarakat secara sosial. Kerusakan dan bahkan hilangnya lahan pertanian warga Desa Sirahan secara otomatis juga akan menghilangkan mata pencaharian masyarakat yang menggantungkan penghidupannya pada lahan tersebut.
Masyarakat yang mengalami shock atau trauma akan sulit dalam memperbaiki kehidupan agar pulih kembali setelah bencana.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merumuskan siklus
manajemen bencana yang meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap
darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Masing masing tahap dalam siklus tersebut
18
mempunyai permasalahan dan khas penanganan yang berbeda. Ketika bencana telah usai, kegiatan yang dilakukan adalah rehabilitasi dan rekonstruksi dimana pada tahap tersebut banyak aspek atau komponen yang perlu dituntaskan dan ditangani dengan baik, tidak hanya fisik atau perbaikan infrastruktur tetapi juga aspek sosial yang menyangkut dinamika masyarakat yang terdampak bencana. Pemerintah telah memberikan upaya berupa pembangunan shelter yakni huntara (hunian sementara), namun keberhasilan pembangunan yang sebenarnya adalah pemulihan manusianya atau human development.
Kondisi masyarakat pasca bencana menjadi penting untuk diperhatikan, hal ini berkaitan dengan adanya perubahan sosial.P erubahan sosial yang perlu untuk dicermati adalah kondisi livelihood atau sering disebut penghidupan. Masyarakat Desa Sirahan mayoritas bermata pencaharian sebagai petani yang mengandalkan lahan pertaniannya sebagai sumber penghasilan utama. Perubahan kondisi penghidupan dapat meningkat, tetap, atau bahkan menurun. Kondisi tersebut menjadi pemicu masyarakat yang dalam rangka mempertahankan keberlangsungan penghidupan selanjutnya untuk terus berupaya meskipun harus beralih profesi. Dalam konteks bencana, tingkat resiliensi dan kerentanan yang dimiliki oleh tiap orang adalah berbeda-beda. Resiliensi berkaitan erat dengan kerentanan (vulnerability) yang sifatnya dapat mempengaruhi kapasitas individu dalam menghadapi bencana.
Resiliensi dan kerentanan tidak hanya berupa fisik untuk mempertahankan hidup,
tetapi juga non fisik seperti penghidupan yang menyangkut kondisi sosial, ekonomi,
dan psikologi. Desa Sirahan terdiri dari 16 dusun yang masing-masing memiliki
komposisi jumlah penduduk yang berbeda-beda. Dari 16 dusun tersebut, terdapat 6
19
dusun yang terdampak parah akibat banjir lahar hujan (berdasarkan data rumah hilang ataupun rusak), beberapa terkena dan merasakan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung akibat aliran lahar tersebut. Beberapa warga yang mengalami kerusakan maupun kehilangan rumah telah menempati huntara (hunian sementara) yang tersebar dibeberapa huntara yakni Huntara Mancasan, Huntara Larangan, Huntara dari sponsor yakni RCTI, Huntara ”PNPM”, dan Huntara Swadaya namun untuk saat ini yaitu per bulan Desember 2012 masyarakat yang masih tinggal di huntara hanya menempati 3 huntara yakni Huntara Mancasan, Huntara Larangan, Huntara dari sponsor yakni RCTI dikarenakan dari 2 huntara sisanya telah kembali ke dusun masing-masing.
Dengan hilangnya lahan pertanian yang menjadi sumber utama masyarakat menggantungkan hidupnya, berarti sesuai dengan sasaran rehabilitasi tersebut di atas mengenai kondisi livelihood pasca bencana banjir lahar hujan. Hilang dan berubahnya penghidupan masyarakat menjadi suatu permasalahan yang dirasa penting untuk dikaji lebih dalam. Oleh sebab itu penelitian ini mengambil judul ”Kajian Livelihood Masyarakat Akibat Banjir Lahar Hujan Kali Putih di Desa Sirahan Kecamatan Salam Kabupaten Magelang”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi beberapa masalah di atas,
maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
20
1. Bagaimana kondisi penghidupan (livelihood) masyarakat pasca banjir lahar
hujan di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang?
2. Bagaimana tingkat resiliensi masyarakat pasca banjir lahar hujan di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang?
3. Bagaimana pengaruh penghidupan (livelihood) terhadap resiliensi di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang?
1.3 Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai resiiliensi dan pengaruhnya terhadap penghidupan (livelihood) masyarakat Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah pasca banjir lahar hujan terhadap belum pernah diteliti sebelumnya. Setiap penelitian memiliki karakteristik dan cara tersendiri dalam berbagai aspek, meskipun terdapat beberapa variabel yang mungkin terdapat kesamaan, namun fokus permasalahan dan output tentu memiliki ciri tersendiri apalagi terkait dengan analisis data yang sifatnya deskriptif. Teori mengenai livelihood tidak jauh berbeda dengan penelitian serupa, namun penghidupan yang
akan dikaji dalam penelitian kali ini akan dikaitkan dengan tingkat resiliensi
individu pasca bencana lahar dingin sehingga penelitian ini belum pernah
dilakukan sebelumnya. Selain itu, aspek manajemen bencana lebih dominan dalam
penelitian ini yaitu pemulihan penghidupan pasca bencana yang merupakan tahap
dari manajemen bencana yang terakhir yakni tahap setelah bencana. Berikut
beberapa penelitian terdahulu terkait dengan penelitian ini, yang telah dilakukan
sebelumnya, yaitu sebagai berikut.
21
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Nama Peneliti (tahun)
Judul
Penelitian Tujuan Metode Hasil Penelitian
Zulfikar (2007) Perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat pedesaan di kawasan pertambangan
Mengkaji perubahan sosial ekonomi masyarakat di kawasan pertambangan PT Antam Tbk di Kecamatan Pomala Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara
survei Perubahan sosial ekonomi dipengaruhi oleh beberapa sosial antara lain pertambangan, motivasi untuk berubah dan interaksi masyarakat kuterhadap kondisi lingkungan
Kondisi sosial ekonomi berkaitan dengan:
1. Kerusakan lingkungan
2. Rendahnya kualitas dan kuantitas sumberdaya alam
3. Rendahnya kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia
4. Ketersediaan sarana dan prasarana sosial ekonomi
Diah Arifika (2011)
Kajian Dampak Bencana Lahar Dingin Pasca Letusan Gunungapi Merapi Terhadap Ketahanan Sosial Ekonomi
Mengkaji perubahan sosial ekonomi masyarakat di Dusun Gempol, Desa Jumoyo, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang pasca terjangan lahar dingin gunung merapi
survei 1. Terjadinya perubahan sosial ekonomi korban bencana lahar dingin Gunung Merapi. Tingkat kesejahteraan masyarakat menurun
2. Perubahan kesejahteraan yang negatif (penurunan) sama artinya dengan kerentanan masyarakat semakin besar sehingga berimplikasi pada
menurunnya ketahanan sosial ekonomi.
Umi lestari (2012)
Perubahan Penghidupan (livelihood) penyintas huntara pasca erupsi merapi di Jumoyo Magelang
Mengetahui perubahan penghidupan (livelihood penyintas huntara pasca erupsi merapi dan bagaimana kondisi struktur sosial penyintas huntara pasca erupsi merapi di desa jumoyo magelang
Survei Jenis penelitia n kombina si (mixed)
Adanya perubahan penghidupan penyintas huntara yang sesuai dengan konsep penghidupan yang meliputi aset- aset penghidupan seperti sosial capital, human capital. physical capital, natural capital.
Penghidupan tersebut tidak luput dari modifikasi sosial seperti relasi sosial, pemerintah dan organisasi sosial. Basis penghidupan warga meliputi petani, peternakan, perdagangan dan pertambangan, dan jasa.
Rindu Alam Rinjani (2013)
KajianPenghidu pan
(Livelihood) Masyarakat Akibat Banjir Lahar Hujan Kali Putih di Desa Sirahan Kecamatan Salam
Mengetahui perubahan kondisi penghidupan pasca bencana dan dari perubahan tersebut dikaitkan dengan tingkat
Penelitia n kuantitati f dan kualitatif
Hipotesa awal menyatakan bahwa kondisi penghidupan berpengaruh teradap tingkat resiliensi masyarakat terdampak banjir lahar hujan
lanjutan
22 Kabupaten
Magelang
resilliensi oleh masing-masing individu dalam upaya
pemulihan penghidupan tersebut
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain sebagai berikut.
1. Mengetahui kondisi penghidupan (livelihood) masyarakat terdampak banjir lahar hujan di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.
2. Mengetahui tingkat resiliensi masyarakat pasca banjir lahar hujan di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang
3. Menganalisis adanya hubungan antara kondisi penghidupan (livelihood) dengan tingkat resiliensi masyarakat terhadap tingkat resiliensi individu di Desa Sirahan, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian meliputi beberapa aspek yaitu sebagai berikut.
1. Bagi Akademisi. Penelitian ini diharapkan mempu memberikan informasi, pengalaman, dan pengetahuan mengenai manajemen bencana pasca terjadinya bencana yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial masyarakat.
Pengetahuan yang dimaksud khususnya mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya perubahan penghidupan dan kaitannya dengan
ketahanan dalam menghadapi bencana.
23