• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR FAKTA Peluncuran Laman Pengaduan Kekerasan Seksual

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAR FAKTA Peluncuran Laman Pengaduan Kekerasan Seksual"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1

LEMBAR FAKTA

Peluncuran Laman Pengaduan Kekerasan Seksual Perluas Akses Pelaporan Korban untuk

Perkuat Daya Penanganan Kekerasan Seksual terhadap Perempuan Jakarta, 6 Desember 2013

A. Tentang website atau Laman Kekerasan Seksual

1. Website atau laman kekerasan seksual adalah www.kekerasanseksual.komnasperempuan.or.id. Laman ini digagas oleh Komnas Perempuan, yang dalam pengembangannya didukung oleh sejumlah relawan.

2. Laman ini dimaksudkan untuk memperluas akses korban untuk melaporkan kasusnya dan memungkinkan penanganan yang lebih cepat. Saat ini ada banyak korban yang tidak dapat melaporkan kasusnya adalah ketiadaan informasi publik tentang ke mana melapor dan dukungan apa saja yang dapat diperoleh korban.

3. Saat ini, laman yang tersedia memberikan informasi kasus kekerasan seksual berbasis liputan media massa. Ke depan, laman ini menjadi platform pengaduan korban.

4. Untuk mengadu, korban dapat melayangkan email, mengisi formulir yang ada di laman, ataupun men-tweet. Laman juga akan dihubungkan dengan pusat layanan pengaduan yang dikelola oleh pemerintah daerah dan kepolisian sehingga koban dapat segera memperoleh bantuan penanganan yang ia butuhkan.

5. Kerjasama dengan Pemprov DKI mengawali pengembangan laman sebagai platform pengaduan kasus. Laman akan terhubung dengan layanan call centre 119, pusat pengaduan terintegrasi yang menjadi strategi Pemprov DKI Jakarta mengembangkan layanan publik yang lebih baik.

6. Agar dapat merespon baik laporan yang masuk maka Komnas Perempuan akan mendukung Pemprov DKI dalam:

i. peningkatan kapasitas awak call centre, dalam bentuk pelatihan untuk menerima pengaduan korban di telefon dan untuk merujuk kasus agar dapat ditangani lebih lanjut. ii. penambahan dukungan pada infrasktruktur dan program P2TP2A- pusat pelayanan

terpadu pemberdayaan perempuan dan anak- di bawah koordinasi Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPKB), pada pusat pelayanan terpadu (PKT) di sejumlah rumah sakit dan mengembangkan kesigapan penanganan kasus di tingkat puskemas, dan unit pelayanan perempuan dan anak di kepolisian

iii. pengembangan kerelawanan untuk memenuhi kebutuhan awak call centre dan pendamping komunitas untuk meningkatkan efektivitas upaya pencegahan dan juga penanganan kekerasan seksual di masa mendatang.

iv. Menginstusionalisasikan kerjasama ini ke dalam rencana pembangunan jangka menengah Provinsi DKI Jakarta.

7. Peluncuran laman ini bertepatan dengan Hari Tidak Ada Toleransi atas Kekerasan terhadap Perempuan (Zero Tolerance) yang diperingati setiap tanggal 6 Desember dan menjadi bagian dalam rangkaian kegiatan Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (K16HAKtP).

(2)

2

B. Kekerasan Seksual

8. Hasil pemantauan Komnas Perempuan menunjukkan ada 15 jenis kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan di Indonesia, yaitu (1) perkosaan, (2) intimidasi/ serangan bernuansa seksual termasuk ancaman atau percobaan perkosaan, (3) pelecehan seksual, (4) eksploitasi seksual, (5) perdagangan perempuan untuk tujuan seksual, (6) prostitusi paksa, (7) perbudakan seksual, (8) pemaksaan perkawinan, (9) pemaksaan kehamilan, (10) pemaksaan aborsi, (11) kontrasepsi/sterilisasi paksa, (12) penyiksaan seksual, (13) penghukuman tidak manusiawi dan bernuansa seksual, (14) praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan atau mendiskriminasi perempuan, dan (15) kontrol seksual termasuk aturan diskriminatif beralasan moralitas dan agama.

9. Kekerasan seksual dampak yang spesifik bagi perempuan. Perempuan korban kekerasan seksual kerap dibungkam karena mengungkap kekerasan yang ia alami dinilai sebagai aib bagi diri, keluarga dan komunitasnya. Sebagai simbol kesucian komunitasnya, perempuan korban kekerasan seksual kerap menjadi pihak yang disalahkan, dituduh memicu kekerasan tersebut. Karena cara pandang masyarakat tentang simbol kesucian, korban juga kerap menyerap stigma masyarakat bahwa ia adalah “barang rusak”. Akibatnya, pemulihan korban tidak saja terkait pemidanaan pelaku, melainkan juga sangat bergantung pada penerimaan dan dukungan keluarga dan lingkungan sekitarnya.

10. Dalam CATAHU Komnas Perempuan saat ini sedikitnya setiap hari ada 35 perempuan Indonesia yang menjadi korban kekerasan seksual. Artinya, setiap 2 jam ada 3 perempuan Indonesia yang menjadi korban kekerasan seksual. CATAHU, atau Catatan Tahunan, adalah kompilasi data nasional dari jumlah kasus yang ditangani oleh lembaga pengadalayanan bagi perempuan korban baik yang diselenggarakan oleh negara maupun masyarakat sipil. CATAHU mulai digagas Komnas Perempuan pada tahun 2001 (data kasus tahun 2000).

11. CATAHU Komnas Perempuan menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2012 ada 4.336 kasus kekerasan seksual dari total 211.822 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan. Kasus kekerasan seksual paling banyak terjadi di ranah publik, dengan 2.920 kasus. Bentuk kekerasan seksual yang terjadi adalah pencabulan dan perkosaan (1620), percobaan perkosaan (8), pelecehan seksual (118), dan trafikking (403). Sebanyak 1.416 kasus-kasus kekerasan seksual terjadi di ranah personal.

12. Kekerasan Seksual di ranah publik artinya kekerasan dilakukan oleh pelaku yang tidak memiliki hubungan kekerabatan, darah ataupun perkawinan. Umumnya pelaku kekerasan adalah majikan, tetangga, guru, teman sekerja, tokoh masyarakat, ataupun orang yang tidak dikenal. Kekerasan seksual di ranah personal terjadi ketika pelaku memiliki hubungan darah (ayah, kakak, adik, paman, kakek), perkawinan (suami), kekerabatan, relasi intim (pacaran), ataupun serumah dengan korban. 13. Catahu 2012 menggarisbawahi 14 kasus pada ranah komunitas diantaranya adalah kasus gang rape

atau perkosaan berkelompok, dimana korban diperkosa oleh 2 hingga 7 orang dalam satu waktu. Biasanya para pelaku ini saling mengenal dan melakukan tindak perkosaan dengan perencanaan. Jumlah pelaku dalam 14 kasus ini mencapai 45 orang,

14. Kasus lain yang menyita perhatian publik di tahun 2012 adalah perkosaan di transportasi umum, ancaman perkosaan dalam serangan terhadap komunitas minoritas agama HKBP Filadelfia, dan eksploitasi seksual di tahanan yang mengarah pada penyiksaan seksual terhadap perempuan tahanan. 15. Dalam kasus eksploitasi seksual di tahanan, korban adalah perempuan tahanan karena melanggar aturan lalu lintas. Di ruang kantor kepolisian, korban yang dalam kondisi tidak sadar diambil gambarnya dalam keadaan setengah telanjang dan lalu disebarluaskan melalui internet. Akibat desakan publik, pengusutan dilakukan dan polisi yang bertugas dikenakan sanksi administrasi karena dianggap lalai. Penyikapan ini penting karena tindak kekerasan seksual dalam berbagai bentuk terhadap tahanan perempuan berulang terjadi. Tindak kekerasan ini mengarah pada penyiksaan seksual, sebuah terminologi penting dalam pemidanaan yang tidak dikenali dalam sistem hukum Indonesia sehingga kerap melanggengkan praktik impunitas.

(3)

3

C. Tentang Penanganan Komprehensif yang Perlu Segera Diperbaiki

16. Penguatan payung hukum menjadi kebutuhan mendesak karena hanya sebagian kekerasan seksual terhadap perempuan yang dikenali dalam sistem hukum nasional dan beberapa di antaranya juga diatur dengan terbatas, a.l.:

a. Hukum pidana Indonesia mengenal perkosaan, namun terbatas pada penetrasi penis ke vagina, dan prosedur pembuktiannya, sebagaimana diatur di Kitab Hukum Acara Pidana, masih membebani korban

b. Pelecehan seksual tidak dikenali. Kasus diusut dengan pasal tentang perlakuan tidak menyenangkan c. Eksploitasi seksual diatur dengan keliru dalam UU Pornografi. Dalam penjelasan tidak ada informasi

lebih lanjut tentang apa yang dimaksudkan dengan eksploitasi seksual. Pada Pasal 4, eksploitasi seksual direkatkan dengan memamerkan aktivitas seksual. Pemaknaan serupa tampak pada Pasal 8 dan Pasal 10. Akibatnya, UU Pornografi tidak lagi menempatkan pornografi sebagai bentuk kejahatan eksploitasi seksual melainkan lebih pada kerangka moralitas yang berujung pada kontrol seksual perempuan. d. Penyiksaan dan perbudakan seksual tidak dikenal dalam hukum pidana umum, melainkan hanya dalam

hukum pidana khusus dalam konteks genosida dan kejahatan kemanusiaan sesuai dengan UU Pengadilan HAM. Akibatnya, penyiksaan seksual yang berulang kali terjadi, misalnya perkosaan terhadap tahanan perempuan, tidak ditangani dengan serius dan sistematik.

e. Sejumlah daerah mengatur tentang larangan prostitusi yang justru mengkriminalkan perempuan korban eksploitasi seksual dan perdagangan orang. Sejumlah peraturan daerah juga memuat hukuman yang tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia dan bernuansa seksual. Aturan yang diskriminatif serupa ini belum ada yang dibatalkan.

f. UU Hukum Pidana maupun UU Kesehatan menekankan pada larangan aborsi tanpa melihat konteks pemaksaan aborsi. Akibatnya, dalam tindak aborsi, serta-merta perempuan menjadi pihak yang dipidanakan.

17. Revisi Kitab Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana berjalan lambat dan seolah kehilangan arah. Situasi ini ditunjukkan dengan sejumlah diskusi yang mengarah pada penempatan isu kekerasan seksual sebagai persoalan susila/kesopanan dan dalam kerangka moralitas. Gagasan adanya UU khusus mengatur tentang kekerasan seksual perlu menjadi prioritas penyusunan hukum 2015-2019.

18. UU tentang Penghapusan Tindak Pidana Orang adalah salah satu UU yang paling banyak turunannya di daerah. Namun, kapasitas penanganannya masih sangat terbatas, dan kinerja Satuan Tugas perlu dievaluasi untuk segera diperbaiki.

19. Telah ada lebih 305 Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (UPPA) di kepolisian yang tersebar hingga tingkat resort (kabupaten/kotamadya). Sayangnya, UPPA belum mendapatkan dukungan optimal. Agar dapat berfungsi dengan baik dan berkelanjutan, penambahan rekruitmen polisi perempuan, integrasi sensitivitas HAM dan gender dalam pendidikan kepolisian, pelatihan penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan, struktur UPPA yang menunjang jenjang karir, dukungan infrastruktur lainnya, serta monitoring berkala merupakan satu kebutuhan yang saling terkait

20. Perubahan dalam paradigma struktur pengurus Pusat Pelayanan Terpadu untuk Perempuan dan Anak (P2TP2A) yang berada di bawah koordinasi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dukungan dana operasional dan infrastruktur, serta kegiatan penguatan kapasitas pendamping menjadi kebutuhan mendesak agar lembaga ini dapat berfungsi secara optimal. Saat ini sudah ada lebih 113 P2TP2A dengan berbagai nama, dan hanya sedikit yang dapat menjalankan fungsi sebagai pusat koordinasi penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan.

21. Setidaknya ada 63 Pusat Krisis Terpadu (PKT) yang bernaung di rumah sakit untuk menangani perempuan (dan anak) korban kekerasan. Jumlah ini masih terbatas, dan dukungan bagi layanan yang tersedia sangat tergantung pada kapasitas sumber daya yang ada di rumah sakit tersebut.

22. Tercatat sekitar 40 lembaga pengadalayanan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Dengan semangat tinggi, meski sumber daya sangat terbatas, mereka mendampingi korban memperjuangkan hak-haknya atas

(4)

4

kebenaran, keadilan dan pemulihan. Dukungan infrastruktur dan dana operasional yang bersumber dari anggaran daerah perlu dipastikan, dan juga dukungan dari lembaga-lembaga terkait lainnya untuk penuntasan kasus menjadi kunci dari terpenuhinya hak korban.

23. Meski telah ada perbaikan dalam hal penanganan kasus, pendamping melaporkan bahwa perbaikan tidak merata dari satu daerah ke daerah lainnya. Mutasi yang cepat mempengaruhi koordinasi penanganan kasus. Korupsi dan sikap aparat turut menghalangi langkah korban. Masih banyak aparat yang menyalahkan korban, dan bahkan mendorong korban untuk menyelesaikan “masalahnya” dengan mediasi. Sistem penempatan aparat, penguatan kapasitas aparat, monitoring pelayanan dan mengintegrasikannya pada evaluasi kinerja aparat menjadi bagian yang perlu segera dibenahi.

24. Masyarakat juga menyoroti sikap aparat atau pejabat publik yang menyalahkan perempuan korban kekerasan seksual. Sorotan ini antara lain tampak dalam tanggapan atas pernyataan calon hakim agung pada perempuan korban perkosaan dan pada usul tes keperawanan. Integrasi pemahaman HAM dan Gender dan pada hak-hak korban, khususnya perempuan korban kekerasan, penting menjadi bagian dari Pakta Integritas Pejabat Publik dan dalam evaluasi kinerja aparat negara.

25. Komnas Perempuan mencatat bahwa dukungan masyarakat melawan kekerasan seksual semakin bertambah. Roadshow Sister In Danger oleh band musik Simponi, ajakan program studi Desain Komunikasi Visual Universitas Bina Nusantara, pembentukan jaringan Relawan Jakarta untuk bebas dari kekerasan seksual adalah sejumlah diantaranya. Hal ini menunjukkan bahwa kampanye dan berbagai kegiatan pendidikan publik lainnya perlu terus dimarakkan agar jumlah anggota masyarakat yang tergerak untuk turut mengenali dan menangani kekerasan seksual terhadap perempuan terus bertambah banyak. Dukungan masyarakat sekeliling memainkan peran penting dalam pemulihan perempuan korban.

D. Tentang Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (k16haktp)

26. Kampanye 16haktp adalah kampanye internasional yang digagas Center Women Global Leadership (CWGL) tahun 1991. Komnas Perempuan memulai peran untuk memfasilitasi pelaksanaan k16haktp di tingkat nasional pada tahun 2001.

27. Kampanye ini disebut kampanye 16 hari karena masa periode kampanyenya memang merentang selama 16 hari, yaitu dimulai sejak 25 November (hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan) hingga 10 Desember (hari HAM Internasional). Tujuan mengaitkan kedua hari besar HAM tersebut adalah untuk menyampaikan pesan bahwa segala bentuk kekerasan terhadap perempuan adalah pelanggaran HAM, dan pemenuhan hak asasi manusia tidak terlepas pula dari upaya penghapusan kekerasan terhadap perempuan.

28. Komnas Perempuan merayakan k16haktp hingga 18 Desember yang merupakan hari buruh migran sedunia. Sepanjang 16 hari kampanye, terdapat beberapa perayaan hari besar lainnya, yaitu:

a. 25 Nov Hari Internasional Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan b. 29 Nov Hari Internasional Perempuan Pembela Hak Asasi Manusia c. 1 Des Hari AIDS Sedunia

d. 2 Des Hari Internasional Penghapusan Perbudakan e. 3 Des Hari Internasional bagi Penyandang Disabilitas f. 5 Des Hari Internasional bagi Sukarelawan

g. 6 Des Hari Tidak Ada Toleransi bagi Kekerasan terhadap Perempuan h. 9 Des Hari Anti Korupsi Sedunia

i. 10 Des Hari HAM Internasional

j. 18 Des Hari Buruh Migran Internasional

29. Tahun ini, setidaknya ada 110 organisasi, di 51 kabupaten, di 22 provinsi yang menyelenggarakan k16haktp di Indonesia. Jumlah ini naik 100% dari tahun 2011 (52 organisasi, di 42 kabupaten, di 23 provinsi)

30. Keduapuluh lima provinsi yang menyelenggarakan k16haktp adalah NAD, Riau, Jambi, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY,

(5)

5

Kalimantan Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, serta Papua

31. Tema k16haktp sejak tahun 2010 hingga tahun 2014 adalah “Kekerasan Seksual: Kenali dan Tangani”, dengan target adanya naskah akademik untuk Rancangan Undang-Undang Kekerasan Seksual di tahun 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian secara bersama-sama (simultan) peubah yang terdiri dari stok ubi kayu akan datang, permintaan lainnya, ekspor ubi kayu, konsumsi ubi kayu, dan permintaan ubi kayu tahun

Mengonsumsi makanan tradisional jauh lebih menyehatkan dengan pengolahan yang lebih sederhana, tidak menggunakan zat atau bahan berbahaya, ban mengandung bahan-bahan

Secara garis besar, adapun luaran yang telah dicapai dalam kegiatan ini adalah: (1) Melalui kegiatan ini, pelaku UMKM di Desa Sangsit dapat memahami pentingnya

tanah. Metode yang digunakan mirip dengan metode hambatan listrik, namun perubahan hambatan listrik direpresentasikan dengan perubahan tegangan listrik sensor. Dua buah elektroda

Pada umumnya logam tidak berdiri sendiri atau keadaan murni, Pada umumnya logam tidak berdiri sendiri atau keadaan murni, Pada umumnya logam tidak berdiri sendiri

Bank Indonesia selaku regulator perbankan di Indonesia membagi inovasi produk perbankan kedalam 4 (empat) kategori, yaitu perbankan internet (internet banking), layanan perbankan

nya dalam bentuk gambar, bercerita , bernyanyi, gerak tubuh, dll tentang lingkungan social Anak tidak mampu menyelesaikan karyanya meski dengan bantuan guru Anak mampu

Epitel pada pembentukan kista di rahang berasal dari sisa jaringan lamina dentis dan sisa sel dari Serres (cell rests of Serres) dan penyusutan epitel email yang menyusun folikel