BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
Pada tahap ini akan dibahas tahap dan parameter perencanaan frekuensi dan hasil analisa pada frekuensi mana yang layak diimplemantasikan di wilayah Jakarta.
4.1 Parameter Perhitungan
Beberapa parameter yang akan diperhatikan untuk penentuan frekuensi pada Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Kapasitas Sel 2. Coverage Sel
3. Ketersediaan Bandwidth
4.1.1 Kapasitas
4.1.1.1 Perhitungan Jumlah Pelanggan
Berdasarkan data pelanggan yang didapat, dilakukan estimasi jumlah pelanggan hingga 5 tahun kedepan sehingga hasil perencanaan dapat digunakan hingga 5 tahun kedepan atau dengan jumlah pelanggan maksimal yang sudah diperkirakan. Perkiraan jumlah pelanggan tersebut dapat ditentukan dengan persamaan 3.1.
(
Fp)
nLs
Lp = 1+ ……….……(4.1)
dimana :
Lp : Jumlah prediksi pelanggan n tahun kedepan Ls : Jumlah pelanggan tahun pertama
Fp : Faktor pertumbuhan pelanggan (%) n : Jumlah tahun prediksi
Perhitungan jumlah pelanggan :
Lp = 59.662 (1+0,3)5 = 221.521 pelanggan
Berikut adalah data dari asumsi pasar untuk pelanggan FWA Wimax pada daerah Jakarta :
Tabel 4.1 Data Asumsi Jumlah Pelanggan (Urban) Asumsi untuk kasus urban Jumlah
Market segment Residential + Bisnis
Coverage area 661.52
Jumlah populasi residential 2,088,173 Jumlah populasi SME 2,386,484 Jumlah populasi Corporate 1,491,552 Total populasi 5,966,871
Tingkat pertumbuhan demand 30%
Market penetrasi thn 1 1%
Demand Residential tahun 1 20,882 Demand SME tahun 1 23,865 Demand Corporate tahun 1 14,916 Total demand tahun 1 59,662
Pada data tersebut target pasar yang akan dicapai dari seluruh calon pelanggan/total populasi pada daerah jakarta yaitu sebesar 1%. Berikut adalah asumsi jumlah demand pertahun dengan peningkatan jumlah demand sebesar 30%.
Tabel 4.2 Data Asumsi Jumlah Demand
Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Residential 20,882 27,146 35,290 45,877 59,640 77,532 SM
Enterprise 23,865 31,024 40,332 52,431 68,160 88,608 Coorporate 14,916 19,390 25,207 32,769 42,600 55,380 Total 59,662 77,561 100,829 131,078 170,401 221,521
Berdasarkan pembagian bandwidth dan asumsi jumlah pelanggan diatas, maka asumsi jumlah trafik berdasarkan peramalan akan ditampilkan pada tabel dibawah :
Tabel 4.3 Kebutuhan Data hingga Tahun 2015
Pembagian Demand
Data Rate
(kbps) 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Residential
Internet Access 128
2,672,862
3,474,721
4,517,137
5,872,278
7,633,961
9,924,150 Small Medium
Enterprise
Basic service 256
4,582,049
5,956,664
7,743,663
10,066,762
13,086,791
17,012,828 Premium service 512
3,054,699
3,971,109
5,162,442
6,711,175
8,724,527
11,341,885 Coorporate
Basic service 1024 9,164,098
11,913,328
15,487,326
20,133,524
26,173,581
34,025,656 Premium service 2048
12,218,798
15,884,437
20,649,768
26,844,699
34,898,109
45,367,541 Total (Kbps)
31,692,507
41,200,259
53,560,337
69,628,438
90,516,969
117,672,060 Total (MBps)
30,950
40,235
52,305
67,997
88,395
114,914
4.1.1.2 Perhitungan Kapasitas sel
Mengikuti standar yang telah ditetapkan oleh IEEE 802.16-2004 bahwa perhitungan raw bit rate pada WiMAX menggunakan teknik OFDM (Orthogonal Frekuensi Division Multiplexing). Perhitungan raw bit rate atau laju bit system dipengaruhi oleh jumlah bit permodulasi (bm), coding rate (Cr), dan periode symbol (Ts
s r m
USED T
xC b x N Rate
Bit =
). sehingga perhitungan bit rate menggunakan formula :
………..(4.2) dimana :
Cr = Coding rate
Ts = Periode symbol OFDM bm
Berdasarkan WiMax Forum bahwa setiap frekuensi memiliki channel bandwidth dan beberapa parameter yang berbeda. Maka perhitungan bit rate berdasarkan persamaan 3.2 yang menggunakan modulasi 1/2 16QAM, bm (QAM)
= 3 dan Coding Rate = ½ adalah :
= bit permodulasi
Tabel 4.4 Perhitungan Bit Rate Frekuensi
Bandwidth (kHz)
Bit Rate (Mbps)
2500 5000 6.353
3800 7000 8.824
5000 10000 12.706
5800 10000 12.706
4.1.1.3 Perhitungan Jumlah Sel
Berdasarkan hasil perhitungan estimasi kebutuhan kapasitas (data rate) pelanggan serta hasil perhitungan kapasitas sel tiap frekuensi, maka didapatkan jumlah sel yang dibutuhkan agar dapat meng-handle trafik dari hasil estimasi pelanggan. Untuk menghitung jumlah sel menggunakan persamaan berikut :
ΣSel =
Sel Kapasitas
C Rate Data Pelanggan Data
Kapasitas 
 ( )
………(4.3) dimana :
C = concentration factor, dimana nilai C=50. Sebagai contoh yaitu dengan C = 50, misalnya jika kapasitas sebesar 6 Mbps maka tidak akan digunakan sendiri tetapi dibagi dengan 50 user (sharing bandwidth system).
Tabel 4.5 Perhitungan Jumlah Sel
No Frek 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1 2500 97 127 165 214 278 362
2 3800 70 91 119 154 200 260
3 5000 49 63 82 107 139 181
4 5800 49 63 82 107 139 181
4.1.2 Coverage sel
Perhitungan Coverage sel akan menentukan radius setiap sel yang akan dibangun untuk setiap daerah layanan. Berikut adalah hasil perhitungan dari beberapa parameter yang akan menentukan radius sel untuk tiap frekuensi yang akan dianalisa :
4.1.2.1 Maximum Allowable Path Loss (MAPL)
Perhitungan MAPL (Maximum Allowable Path Loss) digunakan sebagai dasar loss maksimum yang dizinkan dalam perencanaan suatu coverage sel.
Parameter ini dihitung menggunakan persamaan : FM Lcable Gb
BTS S EIRP
Lpmax= CPE − _ + − − ………...……(4.4)
dimana ; max
Lp : Loss maksimum yang diperbolehkan EIRPCPE : EIRP CPE
BTS
S _ : RSL Lcable : Cable Loss FM : Fading Margin
 EIRP (Equivalent Isotropic Radiated Power)
EIRP merupakan besaran yang menyatakan kekuatan daya pancar suatu antena di bumi, dapat dihitung dengan rumus :
Lbody G
P
EIRPCPE = CPE + CPE − ………(4.5)
dimana ;
PCPE : Daya Pancar CPE GCPE : Gain Antena CPE Lbody : Body Loss
Pada perhitungan kali ini, parameter yang digunakan yaitu menggunakan asumsi : Daya Pancar CPE ,PCPE=26
Gain Antena CPE, GCPE=18 Body Loss, Lbody =2
Maka perhitungan EIRP adalah : EIRPCPE = PCPE +GCPE −Lbody
= 26 + 18 - 2
= 42 dBm
 RSL (Receive Signal Level)
RSL adalah kemampuan penerima menerima daya minimum.Semakin kecil nilai RSL maka akan semakin baik sensitifitas penerima.Nilai RSL dapat dihitung dengan persamaan :
RSL =( Eb /No) + (NF -204 )+ (10 log x Laju Bit) ...…………(4.6) dimana :
RSL : Receive Signal Level Eb : Energi per bit
No : Rapat daya noise NF : Noise figure
dengan Eb/No untuk BER 10-6 dengan modulasi 16-QAM adalah 14 dB, Maka dari persamaan 3.6 nilai RSL untuk frekuensi 2.5 GHz adalah : RSL =( Eb /No) + (NF -204 )+ (10 log x Laju Bit)
=14 + (5-204) + 10 log (6.3 Mbps) = -185 dBw + 67.99 dB
= -117.0065 dBw = -87 dBm
Dengan cara yang sama didapatkan nilai RSL untuk masing-masing frekuensi sebagai berikut :
Tabel 4.6 Perhitungan RSL
Frekuensi Data rate RSL (dBw) RSL (dBm)
2.5 GHz 6352941 -117 -86.97025
3.8 GHz 8823529 -116 -85.54358
5 GHz 12705882 -114 -83.95995
5.8 GHz 12705882 -114 -83.95995
Dari nilai EIRP dan RSL, maka MAPL dapat ditentukan menggunakan rumus pada persamaan 4.4 :
Fading margin yang digunakan dalam standar adalah 10 dB max
Lp = EIRPCPE − _S BTS+Gb−Lcable−FM
= 42 – (-86.97025) +17-5-10
= 130,97dB
Dan hasil perhitungan Lp max di masing-masing frekuensi adalah :
Tabel 4.7 Perhitungan Lp max
No Frekuensi Lp Max (dBm)
1 2.5 GHz 130.97
2 3.8 GHz 129.54
3 5 GHz 127.96
4 5.8 GHz 127.96
4.1.2.2 Perhitungan Redaman Ruang Bebas (Free Space Loss)
Pada perhitungan untuk menetukan radius sel maka dicari nilai Free space loss (Fsl) yaitu loss yang terjadi pada ruang bebas antara dua buah antena radio isotropis (pemancar dan penerima). Free space loss kali ini dihitung dengan menggunakan nilai frekuensi yang berbeda pada jarak yang sama yaitu pada jarak d0
) ( log 20 ) ( log 20 5 , 32 )
(Fsl d0 f
loss space
Free = + +
= 100 meter.
……….(4.7) dimana :
Fsl = Free Space loss
do=Jarak antara antenna pengirim dan penerima
f= frekuensi sinyal
Tabel 4.8 Free Space Loss tiap frekuensi
No Frekuensi Fsl(db)
1 2.5 GHz 80.45880
2 3.8 GHz 84.09567
3 5 GHz 86.47940
4 5.8 GHz 87.76856
4.1.2.3 Radius dan Luas Sel
Penentuan Radius Sel Pada Tugas Akhir Kali ini menggunakan model propagasi SUI (Stanford University Interim) [5].
Persamaan yang digunakan untuk model propagasi SUI yaitu : s
PL d PL
d d Fsl
L= ( )+10 log ( )+∆ f +∆ h +
0 10
0 γ ……….……..(4.8)
Pada perhitungan kali ini, parameter yang digunakan yaitu menggunakan asumsi : Tinggi BTS, hb=40m. Tinggi Receiver (CPE), hCPE
γ = 5m,
Parameter lain yang akan digunakan pada perhitungan kali ini yaitu nilai a, b, c yang akan digunakan untuk menghitung besar nilai :
b
b c h
bh a− + /
γ = ...(4.9)
Tabel 4.9 Model Parameter γ
Karena Jakarta merupakan daerah yang padat dan termasuk dalam kategori daerah urban, maka kategori yang cocok untuk daerah tersebut adalah kategori daerah A (Terrain Type A).
Model parameter Terrain Type A Terrain Type B Terrain Type C
A 4.6 4 3.6
B (m^-1) 0.0075 0.0065 0.005
C (m) 12.6 17.1 20
hb 40 40 40
y 4.615 4.168 3.900
 Faktor koreksi frekuensi PLf
∆ = 6log f /2000……….(4.10)
Tabel 4.10 Hasil perhitungan
No Frekuensi
1 2.5 GHz 0.581460078
2 3.8 GHz 1.672521606
3 5 GHz 2.387640052
4 5.8 GHz 2.774387987
 Faktor koreksi antena penerima
Karena jakarta merupakan daerah kategori type A, maka PLh
∆ = −10.8log(hCPE /2), dengan hCPE
) 2 / 5 log(
8 .
−10
= 5 m
=
= - 4,2977
 Perhitungan radius sel :
L = PLf PLh
dd d
Fsl( )+10 log ( )+∆ +∆
0 10
0 γ
) ( log 10
0 10 dd
γ = L−Fsl(d0)− ∆PLf −∆PLh
) ( log
0
10 dd =
γ 10 )
(d0 PLf PLh Fsl
L− −∆ −∆
0 10
) ( 0
10 d
d
h
f PL
PL d Fsl L
= 
∆
−
∆
−
−
γ ……….(4.11)
berdasarkan rumus SUI model pada persamaan 4.11 diatas, maka akan didapatkan nilai radius sel sebagai berikut :
PLf
∆
Tabel 4.11 Radius Sel pada tiap frekuensi
No Frekuensi d(KM)
1 2.5 GHz 0.581460078 -4.2977 1.4963300
2 3.8 GHz 1.672521606 -4.2977 1.1007026
3 5 GHz 2.387640052 -4.2977 0.8713840
4 5.8 GHz 2.774387987 -4.2977 0.8014750
PL f
∆ ∆PLh
Setelah mendapatkan radius sel dari masing-masing frekuensi, maka langkah akhir adalah menentukan luas sel dari masing-masing frekuensi tersebut. Untuk menghitung Luas sel maka harus mengasumsikan bentuk sel. Pada tugas akhir kali ini,bentuk sel yang digunakan yaitu Hexagonal, dengan persamaan :
Luas Sel = 2,598(d)2……… (4.12)
Tabel 4.12 Tabel Luas Sel
No Frekuensi Luas Sel(km)
1 2.5 GHz 5.816931012
2 3.8 GHz 3.147597172
3 5 GHz 1.972687576
4 5.8 GHz 1.668856932
Dari hasil perhitungan Luas Sel, maka dapat diketahui jumlah sel yang dibutuhkan:
) (
) (
2 2
km Sel Luas
km Layanan Daerah
Sel=Luas
Σ ………..………..(4.13)
Berdasarkan parameter-parameter yang ditentukan dalam penentuan frekuensi optimal yang akan diimplementasikan pada daerah layanan maka parameter tersebut selanjutnya akan digunakan sebagai bahan perbandingan dalam penentuan frekuensi.
4.2 Analisa Kapasitas Sel
Peran dari kapasitas sel digunakan sebagai salah satu parameter dalam penentuan frekuensi. Karena masing- masing frekuensi memiliki bandwidth channel yang berbeda maka penentuan jumlah sel berdasarkan kapasitas akan berbeda pada setiap frekuensi. Berikut adalah kapasitas sel pada tiap frekuensinya:
0.000 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 14.000
5 MHz 7 MHz 10 MHz 10 MHz
Kapasitas Sektor (Mbps)
Ka pa sita s Sektor (Mbps)
Gambar 4.1 Hasil kapasitas sektor tiap frekuensi
Gambar diatas menyatakan bahwa dengan bandwidth channel yang berbeda maka data rate pun akan berbeda dan terlihat semakin besar frekuensi dengan bandwidth channel yang besar pula maka akan semakin besar kapasitas tiap sektor yang dihasilkan. Dan untuk mengetahui jumlah sel yang akan dibangun sehingga dapat memenuhi asumsi jumlah pelanggan, dapat ditentukan dan diketahui dari kebutuhan data rate pelanggan dan hasil kapasitas sektor pada tiap frekuensinya. Dapat ditunjukkan sebagai berikut :
0 50 100 150 200 250 300 350 400
2010 2011 2012 2013 2014 2015
97
127
165
214
278
362
70 91 119
154
200
260
49 63 82 107
139
181
49 63 82 107
139
181
Jumlah Sel
Estimasi Jumlah Sel
2.5 GHz 3.8 GHz 5 GHz 5.8 GHz
Gambar 4.2 Jumlah Sel
Terlihat bahwa semakin besar frekuensi yang berarti semakin besar bandwidth channel maka jumlah sel akan semakin sedikit dan sebaliknya semakin kecil bandwidth channel maka akan semakin banyak jumlah sel yang akan dibangun untuk menangani pelanggan dalam suatu wilayah layanan. Berdasarkan analisa ini frekuensi yang baik yang digunakan adalah frekuensi 5 atau 5.8 GHz hal ini karena jumlah sel yang dibutuhkan paling sedikit sehingga akan menjadi sangat efisien.
4.3 Analisa Coverage sel
4.3.1 Redaman Ruang Bebas (FSL)
Pada kondisi perhitungan radius yang perlu diperhatikan pertama kali adalah pada kondisi free space loss (FSL), yaitu kondisi dimana antara pengirim dan penerima tidak ada penghalang termasuk pada freznel zone. Berikut adalah grafik perbandingan antara frekuensi terhadap free space loss (FSL) berdasarkan rumus Free Spece Loss pada persamaan 3.6 sebagai berikut :
76.00000 78.00000 80.00000 82.00000 84.00000 86.00000 88.00000 90.00000
2.5 GHz 3.8 GHz 5 GHz 5.8 GHz
Free Space Loss (db)
Free Spa ce Loss (db)
Gambar 4.3 Perbandingan Frekuensi pada kondisi FSL
Dari Gambar 4.3 diatas terlihat bahwa FSL ternyata berbanding lurus dengan frekuensi dimana semakin tinggi frekuensi maka loss yang terjadi akan semakin tinggi pula dan sebaliknya loss akan semakin kecil pada saat frekuensi rendah dan frekuensi 2.5 GHz yang memiliki nilai FSL terendah.
4.3.2 SUI Propagation Model
Pada SUI propagatin model, nilai yang mempengaruhi path loss yaitu Free Space Loss (FSL) pada jarak d0 frekuensi dan tinggi CPE. Dengan parameter tersebut maka dapat ditentukan radius sel berdasarkan MAPL (Maximum Allowable Path Loss) yang telah ditentukan. Sedangkan nilai MAPL ditentukan berdasarkan nilai RSL (Receive Signal Level), dimana nilai RSL tergantung dari kapasitas sel/bit rate nya. Berdasarkan Gambar 4.4 semakin besar frekuensi yang digunakan maka nilai RSL (Receive Signal Level) semakin kecil dan sebaliknya dimana frekuensi 5 GHz dan 5.8 GHz memiliki nilai RSL paling kecil yang berarti pada frekuensi ini memiliki sensitifitas penerima yang paling baik.
-86.97025166
-85.54357662
-83.9599517 -83.9599517
-88 -87 -86 -85 -84 -83 -82
2.5 GHz 3.8 GHz 5 GHz 5.8 GHz
Receive Signal Level (dBm)
Receive Signa l Level (dBm)
Gambar 4.4 Perbandingan Frekuensi terhadap RSL
Sehingga nilai MAPL terhadap frekuensi juga akan memiliki kondisi sama yaitu berbanding terbalik dengan nilai frekuensi seperti terlihat berikut :
130.97
129.54
127.95 127.95
126 127 128 129 130 131 132
2.5 GHz 3.8 GHz 5 GHz 5.8 GHz
Maximum Allowable Path Loss(dBm)
Ma ximum Allowa ble Pa th Loss(dBm)
Gambar 4.5 Perbandingan Frekuensi terhadap MAPL
Dari grafik dapat dilihat juga bahwa nilai MAPL berbanding terbalik dengan frekuensi dimana semakin tinggi frekuensi maka semakin rendah nilai MAPL nya.
Dimana pada frekuensi 5 GHz dan 5.GHz memiliki nilai MAPL terendah yaitu 127.95 dBm.
Dan salah satu nilai lagi yang sangat mempengaruhi terhadap perhitungan radius sel adalah nilai ∆PLf karena nilai ∆PLf berbeda pada tiap frekuensi yang digunakan dalam penentuan radius sel tersebut. Berikut adalah nilai
PLf
∆ pada setiap frekuensinya.
0.581460078
1.672521606
2.387640052
2.774387987
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
2.5 GHz 3.8 GHz 5 GHz 5.8 GHz
Faktor Koreksi Frekuensi
Fa ktor Koreksi Frekuensi
Gambar 4.6 Perbandingan frekuensi terhadap ∆PLf
Dari grafik tersebut menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi maka semakin tinggi pula nilai ∆PLf , pengaruh dari ∆PLf pada penentuan radius sel yaitu semakin kecil nilai ∆PLf maka path loss akan semakin kecil pula dengan begitu radius sel akan menjadi semakin jauh.
4.3.3 Jumlah Sel berdasarkan Coverage
Radius sel dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa parameter yaitu MAPL, FSL serta faktor koreksi frekuensi (∆PLf ), dengan parameter tersebut kita dapat menentukan besarnya radius sel untuk tiap-tiap frekuensi, berdasarkan persamaan 4.12 dapat ditentukan luas sel untuk tiap frekuensi, berikut adalah grafik yang menampilkan perbandingan antara radius sel (jarak) untuk tiap frekuensi :
1.496
1.101
0.871 0.801
0.000 0.500 1.000 1.500
2.5 GHz 3.8 GHz 5 GHz 5.8 GHz
Radius Sel (Km)
Ra dius Sel (Km)
Gambar 4.7 Perbandingan Frekuensi terhadap Radius Sel
Dapat dilihat bahwa frekuensi akan sangat berpengaruh terhadap besarnya jarak (radius) sel, dimana dapat dilihat bahwa frekuensi berbanding terbalik terhadap jarak (radius) sel atau dengan kata lain dinyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi yang digunakan maka radius sel akan semakin kecil. Sedangkan dengan berdasarkan data luas jakarta, maka jumlah sel yang akan dibangun berdasarkan luas tersebut adalah :
114
210
335
396
0 100 200 300 400 500
2.5 GHz 3.8 GHz 5 GHz 5.8 GHz
Jumlah Sel(km)
Jumla h Sel(km)
Gambar 4.8 Perbandingan Frekuensi terhadap Jumlah Sel
Dari grafik diatas menyatakan bahwa frekuensi berbanding lurus dengan jumlah sel yang akan dibangun atau dengan kata lain bahwa semakin tinggi frekuensi maka jumlah sel yang akan dibangun akan semakin banyak pula. Hal ini berhubungan erat dengan jarak seperti yang telah dinyatakan diatas yang dapat dilihat pada Gambar 4.7 yang menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi maka semakin kecil jarak untuk setiap sel, hal tersebut menyebabkan semakin banyaknya jumlah sel. Dan frekuensi 5.8 GHz memiliki jumlah sel terbanyak.
4.4 Analisa Ketersediaan Band Frekuensi
Berdasarkan alokasi band frekuensi yang telah dialokasikan oleh Ditjen Postel, maka dapat dianalisa ketersediaan band frekuensi untuk tiap kandidat frekuensi yang digunakan pada Tugas Akhir ini :
• Frekuensi 2.5 GHz
Pada frekuensi ini, sistem yang beroperasi yaitu Broadband Wireless Access (BWA) yaitu menduduki frekuensi 2500-25200 MHz dan 2670-2690 MHz, sehingga masih banyak band yang dapat digunakan untuk aplikasi system WiMAX
• Frekuensi 3.8 GHz
Pada frekuensi ini, sistem yang beroperasi yaitu satellite Palapa B4 dan Telkom 1 yaitu menduduki frekuensi 3720-4180 MHz (downlink), selain itu frekuensi C- Band dan Ext C-band yang digunakan oleh Palapa C2 juga menduduki frekuensi diatas. Dengan begitu, maka frekuensi ini tidak dapat digunakan karena telah penuh digunakan oleh sistem lain.
• Frekuensi 5 GHz
Pada frekuensi ini, belum ada sistem yang beroperasi baik Broadband Wireless Access (BWA) maupun satellite, sehingga masih banyak band yang dapat digunakan untuk aplikasi sistem WiMAX
• Frekuensi 5.8 GHz
Pada frekuensi ini, sistem yang beroperasi yaitu Broadband Wireless Access (BWA) yaitu menduduki frekuensi 5725-5825 MHz, selain itu juga frekuensi ini, merupakan unlicensed band yang digunakan untuk ISM (Industrial, Science,
Medical). Sehingga untuk aplikasi ini system WiMAX masih harus berbagi dengan system tersebut diatas, tetapi system WiMAX masih dapat menggunakan frekuensi 5.8 GHz karena masih ada beberapa band yang masih tersedia.
4.5 Penentuan Frekuensi
Parameter-parameter yang telah ditentukan diatas tersebut akan dibandingkan sehingga akan ditemukan frekuensi yang optimal yang akan diimplementasikan pada daerah Jakarta. Maka dapat dilakukan perbandingan diantara parameter yang telah ditentukan. Dan berdasarkan analisa coverage dan kapasitas, terlihat bahwa jumlah sel berbeda untuk setiap frekuensi, sehingga dapat dilihat perbandingan untuk tiap perbedaaan tersebut pada grafik berikut :
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450
2.5 GHz 3.8 GHz 5 GHz 5.8 GHz
Coverage Sel Kapasitas Sel
Gambar 4.9 Perbedaan Jumlah Sel
Dengan membandingkan antara jumlah sel yang dibutuhkan berdasarkan analisa coverage dengan analisa kapasitas dapat diprediksi tipe frekuensi mana yang optimal dan layak untuk digunakan pada kota Jakarta yaitu dengan menggunakan skenario yaitu membandingkan selisih antara jumlah sel yang dibutuhkan berdasarkan coverage dengan jumlah sel yang dibutuhkan jika menggunakan analisa kapasitas, setelah ditemukan maka frekuensi tersebut dilihat kelayakannya, berikut adalah analisa untuk tiap frekuensi :
 Frekuensi 2.5 GHz
Sesuai dengan Gambar 4.10 diatas yaitu perbandingan jumlah sel antara analisa coverage dan kapasitas dapat dilihat selisih perbedaan kapasitas antara keduanya yaitu sebesar 248 sel dimana pada analisa coverage dibutuhkan jumlah sel sebanyak 114 buah untuk mengcover luas wilayah Jakarta sedangkan jumlah sel yang dibutuhkan untuk menangani offered trafik dibutuhkan sebanyak 362 sel . Dengan begitu pada frekuensi ini jumlah sel yang dibutuhkan pada analisa coverage lebih kecil bila dibandingkan pada analisa kapasitas, karena jumlah sel yang akan digunakan untuk mengcover daerah Jakarta tidak dapat menangani offered trafik yang ada, maka frekuensi 2.5 GHz belum optimal sehingga tidak layak untuk digunakan di Jakarta.
 Frekuensi 3.8 GHz
Pada frekuensi ini selisih perbedaan jumlah sel antara analisa coverage dan kapasitas sel yaitu sebesar 50 sel dimana pada analisa coverage dibutuhkan jumlah sel sebanyak 210 buah untuk mengcover luas wilayah Jakarta sedangkan jumlah sel yang dibutuhkan untuk menangani offered trafik dibutuhkan sebanyak 260 sel, pada frekuensi ini jumlah sel yang dibutuhkan pada analisa coverage lebih kecil bila dibandingkan pada analisa kapasitas, karena jumlah sel yang akan digunakan untuk mengcover daerah Jakarta tidak dapat menangani offered trafik yang ada, maka frekuensi ini tidak layak digunakan di area Jakarta.
 Frekuensi 5 GHz dan 5.8 GHz
Pada kedua frekuensi ini selisih perbedaan jumlah sel antara analisa coverage dan kapasitas sel yaitu sebesar 154 sel dan 216 sel dimana pada analisa coverage dibutuhkan jumlah sel sebanyak 335 buah dan 396 buah untuk mengcover luas wilayah Jakarta sedangkan jumlah sel yang dibutuhkan untuk menangani offered trafik dibutuhkan sebanyak 181 sel untuk frekuensi 5 GHz dan 5.8 GHz ,pada frekuensi ini jumlah sel yang
butuhkan pada analisa coverage lebih besar bila dibandingkan pada analisa kapasitas, karena jumlah sel yang akan digunakan untuk mengcover daerah Jakarta dapat menangani offered trafik yang ada, maka frekuensi ini layak digunakan di area Jakarta. Dan jika memperhatikan ketersediaan band frekuensi pada frekuensi tersebut maka frekuensi tersebut dapat digunakan.
Gambar 4.10 Perbandingan Jumlah Sel