DEVRI RADISTYA
9D Kurikulum Khusus/ 12
Diploma IV Akuntansi
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
MANAJEMEN RISIKO
INDUSTRI PERKERETAAPIAN INDONESIA
DAFTAR ISI
I. GAMBARAN UMUM ... 3
1. PIhak-Pihak yang Terlibat Dalam Industri Perkeretaapian ... 3
a. PT Kereta Api Indonesia ... 3
b. PT INKA ... 5
c. Kemenhub... 6
2. Lini Bisnis PT KAI dan INKA... 6
3. Rencana Masa Depan ... 7
4. Kendala-Kendala Perkeretaapian dalam Sistranas ... 8
5. Sekilas Perkeretaapian di Jepang... 8
B. PROSES MANAJEMEN RISIKO ... 10
C. PENETAPAN KONTEKS ... 11
1. Konteks Eksternal... 11
2. Konteks Internal... 13
D. IDENTIFIKASI RISIKO ... 21
E. ANALISIS RISIKO... 24
F. EVALUASI RISIKO ... 36
G. PENANGANAN RISIKO ... 40
VIII. MONITORING RISIKO... 64
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Identifikasi Risiko PT KAI . 21
Tabel 2. Identifikasi Risiko PT INKA
.23
Tabel 3. Level Consequences (AS/NZS 4360:1999) .. 24
Tabel 4. Level Likelihood (AS/NZS 4360:1999)
..24
Tabel 5. Relasi antara consequences dan likelihood
25
Tabel 6. Identifikasi Risiko PT KAI
.26
Tabel 7. Identifikasi Risiko PT INKA
.33
Tabel 8. Evaluasi Risiko PT INKA
36
Tabel 9. Evaluasi Risiko PT INKA
38
Tabel 10. Rencana penanganan risiko PT KAI
.40
I. GAMBARAN UMUM
1. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Industri Perkertaapian
a. PT Kereta Api Indonesia (KAI)
PT KAI yang dibentuk pada tahun 1998 dengan sejarah panjang sejak jaman Belanda, bergerak pada bidang usaha pelayanan jasa transportasi perkertaapian dengan kepemilikan 100% dimiliki oleh Indonesia.
Tujuan dari PT KAI adalah untuk melaksanakan dan mendukung kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional, khususnya di bidang transportasi, dengan menyediakan barang dan jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat untuk dapat melakukan ekspansi baik di pasar domestik maupun internasional di bidang perkeretaapian. Usaha tersebut meliputi usaha pengangkutan orang dan barang dengan kereta api, kegiatan perawatan dan pengusahaan prasarana perkeretaapian, pengusahaan bisnis properti secara profesional, serta pengusahaan bisnis penunjang prasarana dan sarana kereta api secara efektif untuk kemanfaatan umum.
PT KAI beroperasi sebagai lembaga bisnis yang berorientasi pada laba, namun untuk tetap menjalankan misinya sebagai organisasi pelayanan public, pemerintah menyediakan dana Public Service Obligationyang digunakan PT KAI untuk menyubsidi tiket KA ekonomi. Kepemilikan sarana, prasarana dan aset PT KAI secara ringkas adalah sebagai berikut:
a. Sarana
PT KAI memiliki jumlah lokomotif sebanyak 469 unit pada tahun 2013, gerbong siap operasi 5.758, kereta rel diesel 85 unit, KRL 410 unit, dan kereta siap operasi 1482 unit.
b. Prasarana
Prasarana berupa jalan rel yang dimiliki oleh PT KAI saat ini yaitu 2.710 km di sepanjang Pulau Jawa dan 1.151,5 km di sepanjang Pulau Sumatera.
c. Aset
tanah yang di atasnya berdiri bangunan-bangunan milik PT. Kereta Api Indonesia (Persero)dan luas tanah milik PT KAI yaitu 262.581.957,56 m2.
Pada tahun 2013 PT KAI berhasil memperoleh laba komprehensif Rp. 560,716 miliar dan meningkat sebesar 31% dari tahun sebelumnya. Penggunaan laba komprehensif PT Kereta Api Indonesia (Persero) tahun buku 2013 sebesar Rp 560,71 miliar adalah Rp 84,06 miliar (15%) untuk dividen dan Rp 476,34 miliar (85%) untuk cadangan umum. Perseroan telah membayar dividen kepada pemegang saham melalui Menteri Keuangan sebesar Rp 67 miliar, dengan rincian: Berdasarkan keputusan RUPS No. RIS 38/D3. MBU/2013 sebesar Rp 42 miliar dan berdasarkan Surat Menteri BUMN No. S 767/MBU/2013 sebesar Rp 25 miliar. Investasi dan ekspansi Perseroan pada tahun 2-13 menganggarkan investasi sebesar Rp 7,266 triliun. Investasi tersebut digunakan untuk membeli sarana dan membangun prasarana bisnis saat ini sebesar Rp 2,884 triliun. Selebihnya, Rp 4,832 triliun, diinvestasikan untuk pengembangan bisnis seperti angkutan batubara di Sumatera Selatan dan angkutan bandara Soekarno-Hatta di Jakarta.
Kinerja PT KAI dalam pelayanan dan keselamatan secara ringkas adalah sebagai berikut:
a. Jumlah lokomotif mogok turun menjadi 698 kejadian dari 954 kejadian pada tahun 2012.
b. Rata-rata keterlambatan kereta api penumpang keberangkatan 2,57 menit, di bawah toleransi 4,00 menit dan kedatangan 31,40 menit, di bawah toleransi 32,67 menit.
c. Rata-rata keterlambatan kereta api barang keberangkatan 77,23 menit, di atas toleransi 55,00 menit, dan kedatangan 108,64 menit, di atas toleransi 64,00 menit.
d. Jumlah peristiwa luar biasa hebat(kecelakaan) turun menjadi 56 dari 57 kejadian pada 2012.
PT KAI memiliki enam anak perusahaan yang bergerak dalam berbagai sektor usaha untuk mendukung bisnis perusahaan induk dan bergerak pada bidang selain dari angkutan penumpang dan angkutan barang. Keenam anak perusahaan tersebut yakni
2. PT. KAI Pariwisata, penyewaan kereta Wisata yaitu Bali, Toraja dan Nusantara, tiket pesawat, tiket kereta api reguler dan paket-paket tour domestik & internasional
3. PT. Reska Multi Usaha, bisnis fasilitas kereta makan, OTC(On Train Cleaning)dan peluang bisnis baik yang ada di stasiun, di luar stasiun
4. PT. KAI Logistik, bidang layanan distribusi logistik dengan basis kereta api 5. PT. Railink, pengelolaan dan pengusahaan kereta api bandara
6. PT. KAI Property Management, pengembangan properti KAI.
Wilayah operasi Perseroan mencakup Pulau Sumatera dan Jawa-Bali. Wilayah kerja di Pulau Jawa dibagi berdasarkan Daerah Operasi (DaOp) terdiri dari 9 DaOp, sedangkan wilayah kerja di Sumatera dibagi berdasarkan Divisi Regional (DivRe) terdiri dari 3 DivRe.
b. PT Industri Kereta Api (INKA)
PT Industri Kereta Api (Persero) atau PT INKA adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara yang berdiri pada tanggal 19 Agustus 1981 dan kegiatan bisnis PT Inka yang ada saat ini berkembang menjadi penghasil produk dan jasa perkeretaapian dan transportasi. Produksi PT Inka tidak hanya berkutat pada industry kereta api saja namun juga pada alat transportasi lainnya. Berikut antara lain produk-produk dari PT Inka:
2008 - Peluncuran Pertama di Indonesia, Bus Rail KRDI (untuk Aceh & Jawa).
2009 - Rangkaian Baru Kereta api Gajayana dengan model mirip dengan Pesawat Terbang. 2010 - Peluncuran produksi kereta ekonomi AC Bogowonto (Kereta api Bogowonto),5 lokomotif (CC204)& NEW Rangkaian Kereta api Argo Jati yang berbentuk mirip dengan Rangkaian KA Gajayana yang baru.
2011 - Produksi Railbus untuk Solo dan kereta ekonomi AC GajahWong (Kereta api Gajah Wong)
2012 - Produksi beberapa kereta ekonomi dengan AC split, 3 lokomotif CC300, railbus untuk kota Padang dan KRL KFW. 2013 - 18 unit Articulated Bus untuk armada Transjakarta
c. Kementerian Perhubungan dan Dinas Perhubungan
Sektor kereta api adalah salah satu bidang di bawah kendali Direktorat Jenderal Perkeretapian Kemenhub. Ditjen KA menyelenggarakan tugas dan fungsi sebagai berikut:
• penyiapan rumusan kebijakan pengembangan perkeretaapian dan industri penunjang penyelenggaraan perkeretaapian;
• penyiapan pelaksanaan pembinaan dan penyelenggaraan perkeretaapian bidang keselamatan, lalu lintas dan angkutan kereta api, prasarana dan sarana perkeretaapian;
• penyiapan penyusunan standar, norma, prosedur, dan kriteria penyelenggaraan perkeretaapian;
• penyiapan pengujian dan sertifikasi prasarana, sarana dan sumber daya manusia bidang perkeretaapian; dan
• penyiapan pelaksanaan administrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian.
Peran Pemerintah Daerah (Pemda) selain pada pengaturan moda transportasi di daerah juga mengatur perlintasan sebidang antara rel kereta api dengan jalan raya.
2. Lini Bisnis KAI dan INKA
PT Kereta Api Indonesia (Persero) bersama 6 perusahaan anaknya menghasilkan jasa yang mencakup enam bidang, berikut:
1. Angkutan penumpang 2. Angkutan barang
3. Pengelolaan properti terkait jasa kereta api 4. Pariwisata berbasis kereta api
5. Restoran termasukon train service 6. Distribusi logistic
railbus, kereta ekonomi AC Bogowonto, kereta Gajayana, KRL dan beberapa produk bus dan kereta lainnya.
3. Rencana masa depan
Rencana masa depan PT KAI untuk jangka pendek meliputi:
• Pengembangan bisnis inti melalui peningkatan volume penumpang dan volume barang. Untuk peningkatan volume penumpang, Perusahaan berfokus pada peningkatan angkutan KRL Jabodetabek dengan volume pertumbuhan 19,68% dan volume penumpang KA Utama Eksekutif hingga 4,52%. Kemudian peningkatan volume angkutan barang seperti volume angkutan peti kemas 32,85%, volume angkutan batu bara 27,43%, dan volume angkutan semen 25,49%.
• Pengembangan non-angkutan, rencana bisnisnya meliputi pembangunan hotel, pengusahaan pergudangan, iklan, persewaan lahan parkir, pengusahaan aset ROW (pipa, kabel optic, dan lain-lain)
• Pengembangan manajemen dengan melakukan evaluasi dan perbaikan sistem manajemen sumber daya manusia, pengembangan HR Plan dan RoadmapSumber Daya Manusia, melakukan pendidikan dan pelatihan, serta memperbaiki sistem penilaian kinerja karyawan.
• Meningkatkan keamanan dengan memasang alat pencegah kecelakaan secara bertahap, mengembangkan integrated safety managementsystem, dan mengembangkan budaya keselamatan
Rencana masa depan PT KAI untuk jangka panjang meliputi:
• Pengadaan KRL untuk kereta api Commuter Jabodetabek yang akan dilakukan oleh PT KCJ selaku anak perusahaan, pengadaan KRDE dan KRL untuk kereta api bandara yang dilakukan oleh anak perusahaan PT Railink.
• Pengembangan angkutan kereta api bandara menuju Soekarno-Hatta dengan kebutuhan 100 lokomotif dan 1200 PPCW.
serta investasi prasarana berupa pembangunan partial double track, pembangunan stasiun dan fasilitas secara bertahap selama tiga tahun.
4. Kendala-kendala Perkeretaapian dalam Sistem Transportasi Nasional
Permenhub nomor 49 tahun 2005 tentang Sistem Transportasi Nasional (Sistranas), disebutkan beberapa kendala dalam transportasi Kereta Api. Berikut kendala-kendala yang tertuang dalam Sistranas
1) Transportasi kereta api sudah sangat dibutuhkan dan membutuhkan dana investasi yang sangat besar, namun dalam pengembangannya dihadapkan pada permasalahan ketersediaan dana pemerintah serta rendahnya investasi swasta. 2) PT Kereta Api Indonesia (Persero) merupakan satu-satunya perusahaan
perkeretaapian, pengembangan perkeretaapian oleh perusahaan swasta masih dihadapkan oleh beberapa kendala, landasan hukum yang ada belum sepenuhnya dapat mendorong peningkatan peran swasta.
3) Jaringan transportasi kereta api masih sangat terbatas, jalur kereta api hanya ada di Pulau Jawa dan Pulau Sumatra, pada tahun mendatang jaringan jalur kereta api sudah perlu dikembangkan untuk mengatasi peningkatan permintaan. 4) Jaringan transportasi masih sangat terbatas, sehingga seluruh potensi jaringan termasuh jalur kereta api perlu dioptimalkan khususnya dalam melayani masyarakat yang mempunyai daya beli rendah.
5) Banyaknya kecelakaan kereta api pada perlintasan sebidang, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara jasa perkeretaapian
5. Sekilas Perkeretaapian di Jepang
Pengelola kereta api di Jepang tidak dimiliki hanya oleh 1 perusahaan saja, namun teradapat 7 perusahaan perkeretaapian dimana terdapat perusahaan swasta yang ikut berperan dalam pengelolaannya, seperti pada salah satu perusahaan yakni Wakayama Electric Railway yang melayani Jalur Kishigawa yakni dari Wakayama ke Kinokawa. Takahito Saito, Professor at Kinki University, in Osaka, Japan dalam tulisannya berjudul Japanese Private Railway Companies and Their Business Diversificationasa
Tingkat Kepadatan penduduk yang terpusat di kota-kota besar Penambahan kereta pada jam-jam sibuk
Bisnis diversifikasi
John Calimente, Transportation Planner at District of West Vancouver, padaWorld Symposium on Transport & Land Use Research tanggal 29 Juli, 2011, secara ringkas menuliskan 4 faktor kesuksesanprivate railway modelJepang yaitu:
• Mendiversifikasi bisnis
Menjadi empat divisi: rel kereta, transportasi, real estate, dan bisnis lain Terhubung langsung dengan kapasitas permodalan
Operasi kereta menguntungkan
• Manajemen yang inovatif
• Produktivitas pegawai tinggi
• TIket murah
II. PROSES MANAJEMEN RISIKO
Manajemen risiko adalah budaya, proses, dan struktur yang diarahkan kepada manajemen yang efektif atas peluang-peluang yang potensial dan pengaruh-pengaruh yang merugikan. Berdasarkan Model Manajemen Risiko Sektor Publik Menurut AS/NZS 4360:2004
1. Komunikasi dan konsultasi: kepada stakeholder intern dan ekstern
2. Penetapan konteks : latar belakang, ruang lingkup, tujuan dan kondisi lingkungan pengendalian
3. Identifikasi risiko : identifikasi lokasi, waktu, sebab dan proses terjadinya peristiwa risiko 4. Analisis risiko : mencermati sumber risiko dan tingkat pengendalian yg ada serta m enilai
risiko dri sisi dampak dan probabilitinya.
5. Evaluasi risiko: pengambilan keputusan perlu tidaknya dilakukan penangana risiko lebih lanjut serta prioritas penanganannya.
6. Penanganan risiko: mengidentifikasi berbagai opsi dan memutuskan opsi terbaik dan pengembangan mitigasi risiko
III. PENETAPAN KONTEKS
Kondisi dan situasi yang dapat berdampak pada manajemen risiko PT KAI 1. Konteks eksternal
a. Perekonomian dunia; dapat berdampak pada PT KAI dalam hal operasional dan finansial, antara lain impor PT KAI atas suku cadang kereta dan alat produksi yang mayoritas masih perlu diimpor dapat membebani PT KAI lebih besar bila terjadi permasalahan produksi dari perusahaan suku cadang negara asal akibat dari tekanan perekonomian dunia terhadap industri perkeretaapian negara tersebut.
b. Kebijakan pemerintah; kebijakan pemerintah baik yang akan dijalankan maupun yang berlaku saat ini menjadi isu yang sensitif untuk PT KAI mengingat perusahaan ini dimiliki 100% oleh pemerintah Indonesia. Kebijakan pemerintah yang terkait langsung dengan KAI antara lain
1. Isu bahwa rencana pemerintah akan memberikan porsi hingga 95% kepada penanaman modal asing untuk masuk pada sektor perkeretaapian juga menimbulkan polemik baik di masyarakat ataupun perusahaan dan dampaknya akan terasa pada PT KAI. Hal ini akan menimbulkan perdebatan mengenai azas kemandirian perkeretaapian yang ada pada UU No 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian.
2. Peraturan pemerintah PP No 56 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian dinilai PT KAI perlu diubah dan perubahan yang diajukan oleh PT KAI tentu berdampak pula pada bisnis PT KAI karena menyangkut investasi bidang kereta api karena pada aturan tersebut dinilai kaku dan tidak menarik investor. c. Kerjasama bisnis internasional; dari Jepang melalui Hitachi Corp yang sedang
mengembangkan penjualan kereta ke Indonesia. Hitachi Corp sebagai perusahaan yang juga bergerak dalam bidang perkeretaapian dari Jepang saat ini menyasar Indonesia sebagai emerging market mereka karena potensi yang masih besar di Indonesia, terutama untuk pasar monorail dan kereta super cepat seperti shinkansen. Kerjasama ini baik melalui G to G ataupun B to B akan berdampak pada PT KAI sebagai pihak yang akan bekerjasama dengan PT Hitachi dalam pengembangannya.
hal ini dapat membuat PT KAI perlu melakukan perhitungan ulang atas biaya yang diperlukan untuk pembangunan tersebut atau opsi lainnya adalah menambah biaya yang perlu dikeluarkan bila terjadi depresiasi nilai rupiah. Berdasarkan laporan tahunan tahun 2013 tercatat PT KAI perlu menambah biaya investasi hingga 20% akibat ada selisih kurs tersebut untuk pembelian alat produksi.
e. Gugatan dan perkara hukum;
PT KAI juga menghadapi gugatan-gugatan hukum yang saat ini kasusnya masih dalam proses hukum terkait dengan kepemilikan tanah dan bangunan ini, dampak yang diperkirakan terjadi dari gugatan ini antara lain:
• Potensi kehilangan aset tanah seluas 35.955 M2 di Kelurahan Gang Buntu Medan
• Potensi kehilangan asetnya berupa tanah seluas 13.610 m2 di Jl. Elang, Kelurahan Garuda Bandung karena kasus pemalsuan surat kepemilikan
• Potensi kehilangan tanah dan bangunan milik PT.KAI (Persero) yang terletak di Jalan Wastukencana Nomor 81 dan 83 Bandung.
• Potensi kehilangan aset di Jalan Bulak Laut RT.02/ RW.02 Desa Pangandaran, Kecamatan Pangandaran Kabupaten Ciamis.
• Potensi kehilangan asetnya di Jalan Kemukus Nomor 6-9, Jakarta Barat akibat dari Perbuatan Terdakwa
• Potensi kehilangan asetnya di Jalan Bundar, Kelurahan Pulau Brayan Bengkel Baru, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan.
• Potensi kehilangan pendapatan dari pengelolaan Aset Indo Plaza di Stasiun Surabaya Kota apabila tidak mengajukan upaya hukum kasasi
Potensi kehilangan tanah ini apabila dilihat dari luas tanah dan lokasi yang beberapa diantaranya terletak pada lokasi yang strategis dapat menyebabkan PT KAI mengalami risiko kerugian yang besar dan risiko bisnis lainnya.
kapasitas angkut yang sangat banyak menjadikan kereta sebagai alternatif transportasi yang ditunggu masyarakat.
g. Kerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang lini bisnisnya mendukung bisnis PT KAI; pembelian kereta yang mayoritas masih impor tidak mendukung sektor perkeretaapian nasional, padahal di Indonesia PT INKA sebagai salah satu BUMN yang dapat memasok kereta untuk PT KAI sudah dapat membuat kereta yang cukup modern dan tidak kalah bila dibandingkan dengan kereta-kereta yang diimpor apalagi bila dibandingkan kereta bekas dari Jepang.
2. Kondisi internal
Kondisi internal yang dapat berdampak pada manajemen risiko PT KAI adalah
a. Kebijakan strategis perusahaan; kebijakan perusahaan yang telah diterapkan saat ini dapat dilihat dalam laporan tahunan 2013 dimana terdapat 5 inisiatif strategis berdasarkan laporan tahunan KAI tahun 2013:
Melakukan inovasi untuk meningkatkan pelayanan pelanggan. Pencapaian besar pelayanan pelanggan di tahun 2013 adalah penataan stasiun dan penerapan e-ticketing untuk commuter line.
Meningkatkan upaya pemasaran/promosi produk jasa angkutan kelas komersial, khususnya untuk yang tingkat okupansi rata-ratanya masih rendah.
Menambah kereta kelas eksekutif dan bisnis di lintasan berpenumpang padat. Mendorong peningkatan pendapatan dari segmen non-angkutan penumpang. Pada tahun 2013, kontribusi pendapatan dari non-angkutan penumpang naik menjadi 55%.
Memanfaatkan teknologi informasi untuk memperbaiki proses perencanaan dan operasi untuk meningkatkan keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan, dan keamanan.
b. Kebijakan pengelolaan SDM; kebijakan penerimaan SDM PT KAI saat ini lebih banyak mengambil personel dengan pendidikan yang cukup tinggi dan mengurangi pegawai dengan kualifikasi pendidikan setingkat SD dan SMP, dan juga dijalankan pula kebijakan pengurangan pegawai secara bertahap sampai dengan jumlah ideal sesuai permintaan Dewan Komisaris.
c. Kinerja angkutan penumpang; Perseroan mencatat jumlah volume penumpang kereta api tahun 2013 mencapai 221 juta penumpang mengalami kenaikan 9,29% bila dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 202 juta penumpang. Jabodetabek masih memberikan kontribusi terbesar, yaitu 88,07% terhadap total volume angkutan kereta api penumpang di tahun 2013, sisanya berasal dari kontribusi kereta api komersial jarak jauh sebesar 11,93%. Dari total jumlah penumpang sebanyak 221 juta tersebut, total penumpang di Pulau Jawa yang dapat terangkut oleh kereta api penumpang mencapai 217,69 juta orang di tahun 2013 dan penumpang di pulau Sumatera hanya sebagian kecil dari itu. Fokus saat ini untuk kereta di pulau Sumatera lebih kepada pengangkutan barang tambang dan kelapa sawit
d. Kinerja angkutan barang;pada tahun 2013 angkutan barang naik 11,93% menjadi 24,71 juta ton dari 22,08 juta ton tahun 2012. Angkutan barang ini masih didominasi dari angkutan batubara yang memberikan kontribusi volume tertinggi sebesar 14,8 juta ton di Sumatera Selatan bekerjasama dengan PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero). Selain dari angkutan di Sumatera, saat ini meningkat pula secara bertahap pelayanan angkutan barang di Jawa yang dapat menjadi prospek ke depan PT KAI.
e. Pengembangan teknologi PT KAI; pengembangan teknologi perkeretaapian saat ini telah dilakukan dengan sistem informasi dan aplikasi yang telah dikembangkan untuk meningkatkan layanan PT KAI. Sistem tersebut antara lain dengan
1. pengaplikasianRail Ticketing System (RTS) adalah aplikasi baru ticketing system PT KAI. RTS ini dikembangkan dalam bentuk railbox dan railcard, railbox adalah mesin penjual tiket kereta api yang ditempatkan di beberapa stasiun. Railcard yaitu kartu prabayar, pelanggan kereta dapat membeli tiket di mesin railbox. 2. Program B2B (Business to Business); kerjasama antara PT KAI dengan perusahaan
3. internet reservation merupakan produk layanan jasa pemesanan tiket melalui internet. Saluran pemesanan tiket melalui internet, yaitu melalui corporate website PT KAI www.kereta-api.co.id, atau dapat melalui www.tiket.com dan www.tiketkai.com.
4. Drive Thru adalah produk jasa layanan tambahan agar kendaraan mobil tidak perlu parkir ataupun turun dari kendaraan terlebih dahulu untuk membeli tiket kereta api. 5. Pencegahan Pelanggaran Sinyal (Garansi); sistem yang dapat mencegah terjadi
tabrakan KA, baik yang terjadi di petak jalan maupun di stasiun dengan memberikan informasi awal kepada masinis untuk pengontrolan kecepatan kereta.
f. Sarana (lokomotif dan gerbong)
Sebagian besar sarana dan suku cadang transportasi kereta api harus diimpor oleh PT KAI. Rendahnya rasio availability,yaitu rasio antara jumlah armada Siap Operasi dengan jumlah armada Siap Guna (SO/ SG) dengan beberapa di antaranya adalah: keterbatasan suplai suku cadang, keterbatasan kapasitas Depo/Balai Yasa, sehingga sarana yang seharusnya masuk Depo/Balai Yasa tertunda pemeliharaannya, kegiatan perawatan armada yang kurang efektif, baik dalam hal pemanfaatan suku cadang, utilitas SDM, penjadwalan perawatan sehingga mempengaruhi kinerja pelayanan publik. Sarana pada PT KAI terbagi dalam lokomotif, kereta rel diesel, kereta rel listrik, kereta siap operasi, dan gerbong.
a. Lokomotif Realisasi Siap Operasi (SO) Lokomotif tahun 2013 sebanyak 469 unit, naik 42,99% dari tahun 2012 sebanyak 328 unit. Pencapaian di atas tahun 2012 merupakan hasil investasi berupa penambahan lokomotif CC 205 di Sumatera serta CC 206 di Jawa. b. Kereta Rel Diesel (KRD) Realisasi Siap Operasi (SO) KRD Tahun 2013 sebanyak 85 unit, turun 11,46% dari realisasi 2012 sebanyak 96 unit. Pencapaian yang lebih rendah dari tahun 2012 disebabkan armada KRD jenis KRDE/KRDI masih dalam proses perbaikan di Balai Yasa dan PT INKA
c. Kereta Rel Listrik (KRL) Realisasi Siap Operasi (SO) KRL tahun 2013 tercapai 410 unit, turun 19,61% dari pencapaian 2012 sebanyak 510 unit. Pencapaian di bawah tahun 2012 disebabkan penonaktifan armada KRL Ekonomi (KL3) yang tidak layak operasi sebanyak 100 armada.
e. Gerbong Realisasi Siap Operasi (SO) Gerbong 2013 mencapai 5.758 unit, naik 10,03% dari realisasi tahun 2012 sebanyak 5.233 kereta.
g. Prasarana (rel, stasiun, dan fasilitas) dan pengembangannya
Prasarana utama yang digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah jalan rel, jembatan, sistem persinyalan dan jaringan listrik aliran atas. Dari sisi prasarana ditemukan kendala berupa gangguan dan kerusakan pada rel, peralatan persinyalan dan listrik aliran atas, yang disebabkan oleh kendala teknis maupun gangguan pihak luar (eksternal).
h. Bisnis anak perusahaan
PT KAI dengan 3 lini bisnis intinya yakni; angkutan penumpang, angkutan barang, dan usaha non angkutan dibantu oleh beberapa perusahaan anak untuk menjalankannya. Bisnis dari perusahaan anak tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut:
1. PT. Reska Multi Usaha (PT RMU) melakukan bisnis di bidang restoran kereta api, OTC (On Train Cleaning), pengoperasian kantin dan restoran, perparkiran di lingkungan stasiun PT KAI, Res TV, Housekeeping, cuci dan salon kereta, dan lain-lain.
2. PT. Railink merupakan joint venture antara PT. Kereta Api Indonesia (Persero) dengan PT. Angkasa Pura II (Persero) dan kegiatan usaha yang dijalaninya yakni pengoperasian, pengelolaan dan pengusahaan kereta api bandara. Saat ini PT. Railink telah berhasil mengembangkan dan membangun Airport Railink Station (ARS), khususnya untuk layanan angkutan KA ke Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara dan proyek selanjutnya adalah untuk Bandara Soekarno-Hatta. 3. PT KCJ (Kereta api Commuter Jakarta) melakukan usaha di bidang pelayanan KRL
Commuter Line. Volume penumpang sepanjang 2013 sebanyak 129,77 juta, naik 130,68% dibanding tahun 2012 sebanyak 56,25 juta penumpang. Realisasi pendapatan sepanjang 2013 sebesar Rp 606,82 miliar, naik 60,23% bila dibandingkan tahun 2012 sebesar Rp 378,71 miliar.
5. PT KA Logistik memiliki bidang layanan distribusi logistik berbasis kereta api, dengan kemasan bisnis door to door service untuk memberikan bagi pelanggan kereta api yang didukung dengan angkutan pra dan lanjutan serta layanan penunjangnya, meliputi pengelolaan Terminal Peti Kemas (TPK), bongkar muat, pergudangan, pengepakan, pelabelan, pengangkutan, penjejakan, pengawalan logistik serta manajemen logistik .
6. PT. KA Properti Manajemen (PT KAPM) adalah anak perusahaan PT KAI yang memiliki tugas dalam pengembangan properti milik PT . Kereta Api Indonesia (P ersero). Aset - aset itu oleh PT KAPM akan dimaksimalkan dengan membangun tempat-tempat komersial yang terintegrasi seperti mall, hotel dan apar temen. Selain faktor pertimbangan bisnis, pengelolaan aset ini juga untuk mencegah terjadinya kasus penyerobotan lahan milik PT KAI. Prospek usaha untuk tahun 2014 PT KAPM ini antara lain:
a. Pembangunan hotel/Pertokoan di Lokasi Ex-Rumah dinas waru
b. Pembangunan Pasar bersih dan Pertokoan di Lahan srondol semarang
c. Pembangunan Emplasemen Purwokerto Timur Menjadi Mall dan fasilitas Penunjang Lainnya
d. Pembangunan jembatan Penghubung di Emplasemen jatinegara jakarta yang Akan dijadikan Area komesial (kios/Toko).
i. Potensi kehilangan aset tanah dan bangunan
PT KAI memiliki aset tanah total sebesar 320 juta m2dan dari luas tanah tersebut yang telah disertifikasi yaitu 115.769.643 m2. Sedangkan luas tanah yang belum disertifikasi yaitu 204.322.717 m2. Hanya 1/3 aset PT KAI yang baru disertifikasi dan hal ini dapat membuat perusahaan rentan kehilangan aset tersebut baik karena penggunaan aset oleh perorangan/ perusahaan ataupun sengketa sertifikat tanah.
Apabila hanya melihat dari visi dan misi yang ada, maka penetapan tujuan dari PT KAI adalah untuk menjadi yang terbaik dan fokus pada pelayanan dan pemangku kepentingan. Namun, apabila melihat bahwa perkeretaapian merupakan bagian dari dari sistem transportasi nasional dan menjadi aset yang strategis untuk negara Indonesia, maka penetapan tujuan menjadi lebih luas lagi. Peran kereta api menjadi vital dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Kereta api adalah aset strategis milik Indonesia yang pada ujungnya dimaksudkan untuk meningkatkan kemakmuran rakyat.
Dalam UU No. 23 tahun 2007 tentang perkeretaapian pasal 3 Perkeretaapian diselenggarakan dengan tujuan untuk memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional.
Dalam menetapkan konteks dapat diambil dari tujuan pada UU 23 tahun 2007 dan pertimbangan dari visi dan misi dari PT KAI serta visi misi PT INKA, terdapat 2 hal penting dalam penetapan konteksnya; pertama adalah memperlancar perpindahan orang dan atau barang secara massal dengan syarat tersebut dan kedua adalah menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional. Tujuan tersebut bila dijabarkan maka terdapat beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan untuk mencapainya yaitu; kelancaran
Misi PT KAI Menyelenggarakan bisnis perkeretaapian dan bisnis usaha penunjangnya melalui praktik bisnis dan model organisasi terbaik untuk memberikan nilai tambah yang tinggi bagi pemangku kepentingan dan kelestarian lingkungan berdasarkan empat pilar utama: Keselamatan, Ketepatan Waktu, Pelayanan, dan Kenyamanan.
Visi PT KAI Menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik yang berfokus pada pelayanan pelanggan dan memenuhi harapan pemangku kepentingan.
Visi PT INKA Menjadi Perusahaan kelas dunia yang unggul di bidang transportasi kereta api dan perkotaan di Indonesia.
perpindahan orang dan atau barang secara massal terkait dengan sisi operasional, sarana, dan prasarana PT KAI, sumber pendanaan terkait dengan kebijakan-kebijakan, pengembangan sarana, dan prasarana.
Sumber pendanaan ini terkait erat dengan keuntungan dari PT KAI sendiri, mengingat bahwa dana dari pemerintah untuk PT KAI saat ini hanya melalui PSO, sehingga PT KAI sebagai perusahaan menjadi perusahaan yang bertujuan mendapat untung. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk meningkatkan laba, kontinuitas usaha, pertumbuhan perusahaan, meningkatkan nilai perusahaan, dan tanggapan positif dari masyarakat. Posisi PT KAI sebagai BUMN menjadikan posisi PT KAI lebih difokuskan pada pelayanan, tidak untuk mencari laba, padahal tujuan untuk mendapat laba ini menjadi penting karena laba yang didapatkan oleh PT KAI digunakan untuk pengembangan dan investasi untuk peningkatan layanan PT KAI yang dapat menambah pengembangan bisnis.
Dividen yang dibagikan bukan merupakan fokus utama mengingat bahwa pengembangan layanan lebih penting, walaupun tidak menjadi masalah bila dividen dibagikan pula ke kas negara seperti yang dilakukan PT KAI saat ini. Investasi-investasi dan pengembangan usaha dari laba yang diperoleh dapat meningkatkan pertumbuhan dan mempertahankan kontinuitas perusahaan. Selain itu pula dalam Rencana Jangka Panjang Perusahaan ditegaskan pula bahwa PT KAI memiliki sasaran untuk meraih citra kereta api sebagai pilihan transportasi unggul.
Lingkungan yang akan dihadapi PT KAI sebagai perusahaan BUMN yang berperan dalam bidang perkeretaapian adalah sampai saat ini masih menjadi perusahaan monopoli di bidang perkeretaapian.Otomatis PT KAI menjadi penyedia jasa perkeretaapian terbaik karena monopoli ini. Monopoli yang dilakukan oleh PT KAI di bidang perkeretaapian membuat pesaing PT KAI datang dari luar bidang perkeretaapian yakni angkutan laut, udara, dan angkutan darat lainnya. Namun dengan, situasi demikian maka PT KAI dapat melangkah 1 langkah lebih maju daripada pesaing. Hal ini berbeda dengan BUMN di angkutan udara, laut, dan udara lainnya dimana misal PT Garuda Indonesia bersaing dengan perusahaan penerbangan milik swasta pula.
Aktivitas perlu dibagi agar tidak ada risiko signifikan yang terlewat.
1. Memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien serta menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional dengan pengembangan layanan, sarana, dan prasarana PT KAI.
2. Meningkatkan laba dengan memaksimalkan 3 lini bisnis; angkutan penumpang, barang, dan usaha non angkutan. Angkutan penumpang yang makin meningkat tiap tahun perlu diperhatikan risikonya, terutama dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki PT KAI. Aktivitas angkutan barang mayoritas dilakukan masih di Sumatera dan direncanakan pengembangan di Jawa, memerlukan investasi yang lebih besar dan publikasi besar karena pasar angkutan barang di Jawa sudah ramai. Pengembangan usaha non angkutan dengan memaksimalkan PT KAI bagaimana pengembangannya. Berdasarkan pembahasan bagian konteks di atas maka dapat ditentukan bahwa tujuan perkeretaapian Indonesia adalah
IV. IDENTIFIKASI RISIKO
Identifikasi risiko perusahaan tersebut dikaitkan dengan konteks yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. operasional; terjadi karena adanya penyimpangan dari hasil yang diharapkan, dan risiko ini terjadi dari risiko SDM, risiko produksi, risiko teknologi, risiko inovasi, risiko sistem dan proses.
2. keuangan, terjadi karena adanya fluktuasi target keuangan, dan risiko ini terdiri dari risiko likuiditas, risiko kredit, risiko permodalan.
3. strategis, terjadi karena telah mempengaruhi eksposure keuangan perusahaan akibat keputusan strategis yang tidak sesuai dengan lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Risiko strategis ini dapat dilihat dari kebijakan strategis dan rencana strategis apa yang akan diambil oleh PT KAI yang terdapat pada hal-hal yang telah dijabarkan di atas.
4. eksternalitas, terjadi karena berkaitan dengan potensi penyimpangan perusahaan dan bisa berdampak pada potensi penutupan perusahaan, risiko ini terdiri dari risiko lingkungan, reputasi dan hukum
Identifikasi risiko dari PT KAI dan PT INKA yang ditujukan untuk industri perkeretaapian yang memenuhui tujuan memperlancar perpindahan orang dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional dengan menjadi penyedia jasa perkeretaapian berfokus pada meningkatkan laba dengan memaksimalkan 3 lini bisnis utama, meraih citra kereta api, dan memuaskanstakeholder,secara ringkas dapat dibuat dalam tabel seperti di bawah ini.
Tabel 1. Identifikasi Risiko PT KAI
No Identifikasi Risiko PT KAI
1 Operasional Sarana Kerusakan kereta akibat kecelakaan dan atau aksi pengrusakan yang dilakukan oleh warga
Ketidaktersediaan kereta yang siap digunakan Ketidaktersediaan suku cadang
No Identifikasi Risiko PT KAI
Kerusakan pada sistem persinyalan dan teknologi perkeretaapian Kerusakan fasilitas stasiun dan ketidakoptimalan pengelolaan stasiun Kerusakan sistem tiket online
Keterbatasan kapasitas Depo
SDM Kesalahan manusia pada pengoperasian kereta Pelanggaran aturan perusahaan dan kode etik
2 Keuangan Kurs Fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar dalam impor suku cadang Likuiditas Risiko pendanaan PSO dari pemerintah
3 Strategis Kebijakan strategis
Kegagalan kegiatan penataan stasiun
Kegagalan penerapan e-ticketing commuter line
Kegagalan pemasaran/ promosi produk jasa angkutan kelas komersial
Kegagalan penambahan kereta kelas eksekutif dan bisnis Kegagalan peningkatan pada segmen angkutan barang dan pengelolaan aset non usaha
Kegagalan pemanfaatan TI untuk memperbaiki proses perencanaan dan operasi
4 Eksternal Hukum Kewajiban hukum yang timbul akibat gugatan hukum yang telah diajukan dan gugatan hukum di masa depan
Risiko penyerobotan aset KAI yang belum bersertifikat dan beberapa gugatan hukum terkait sengketa tanah
Kebijakan pemerintah
Risiko swastanisasi hingga porsi 95% saham kepada penanam modal asing
Perubahan peraturan tentang perkeretaapian dan PT KAI Risiko media Pemberitaan yang merugikan PT KAI
No Identifikasi Risiko PT KAI
masyarakat
Preferensi pemilihan penggunaan mobil pribadi
Mitra bisnis Risiko perjanjian kerjasama dengan mitra dalam dan luar negeri Keterbatasan pengguna angkutan barang
Kompetitor Gagal bersaing antar moda transportasi
Tabel 2. Identifikasi Risiko PT INKA
No Identifikasi Risiko PT INKA
1 Operasional Sarana dan prasarana
Ketersediaan peralatan dan penunjang produksi Ketersediaan bahan produksi
Produksi Ketidaktepatan jadwal produksi Biaya produksi yang tidak sesuai
Kualitas dan kuantitas produksi dibawah standar
Teknologi Ketertinggalanupdateteknologi kereta dan mobil terbaru Teknologi yang dipakai tidak sesuai persyaratan konsumen SDM Kuantitas dan kualitas tenaga kerja
2 Keuangan Permodalan Risiko permodalan dari pemerintah
3 Eksternal Reputasi Pemberitaan berita yang seolah-olah kualitas PT INKA jauh di bawah standar; seperti pada kasus bus gandeng TransJ
Kompetitor Bersaing dengan Jepang untuk suplai kereta dalam negeri untuk PT KAI
Kebijakan
V. ANALISIS RISIKO
Analisis risiko melibatkan tingkat kemungkinan(likelihood)dan konsekuensi (consequences)dari suatu risiko.Internal controldalam melakukan analisis risiko ini juga menjadi hal yang perlu diperhatikan, dengan melihat annual reporttahun 2013 PT KAI dan company profilePT KAI tahun 2012 dapat dilakukan penilaian bahwa sistem pengendalian internal sudah dilakukan dengan memadai. Sedangkan untuk PT INKA data tersebut tidak didapatkan sehingga diasumsikan bahwa pengendalian internal belum dilakukan secara memadai sehingga dapat berpengaruh pula pada analisis risikonya. Tabel kriteria untuk melakukan penilaian risiko diatas dapat dibuat seperti di bawah ini
Tabel 3. Level Consequences (AS/NZS 4360:1999)
LEVEL DESCRIPTOR EXAMPLE OFDESCRIPTION
1 Insignificant No injuries, low financial loss
2 Minor First aid treatment, on-site release immediately contained, medium financial loss
3 Moderate Medical treatment required, on-site release contained with outside assistance, high financial loss
4 Major Extensive injuries, loss of production capability, off-site release with no detrimental effects, major financial loss
5 Catastrophic Death, toxic release off-site with detrimental effect, huge financial loss
Tabel 4. Level Likelihood (AS/NZS 4360:1999)
Level Descriptor
D
ESCRIPTIONA
Almost certain
Is expected to occur in most circumstancesB Likely Will probably occur in most circumstances
C Possible Might occur at some time
D Unlikely Could occur at some time
Tabel 5. Relasi antara consequences dan likelihood
ConsequenceInsignificant Minor Moderate Major Catastrophic
1 2 3 4 5
Lik
el
ih
oo
d
A Almost
Certain
M
H
H
E
E
B Likely
M
M
H
H
E
C Possible
L
M
M
H
E
D Unlikely
L
M
M
H
H
Tabel 6. Identifikasi Risiko PT KAI
I ndadequat eCu r r e n t Risk
1 Kerusakan kereta dan atau lokomotif
lokomotif tidak bisa digunakan, kereta yang siap digunakan
Jumlah kereta tidak cukup, kereta masih belum diperbaiki di depo.
Kereta atau
R
3 Ketidaktersediaan suku cadang
Kurang dana untuk impor suku cadang, tidak tersedia di dalam negeri
Kereta atau
lokomotif tidak bisa digunakan,
4 Kerusakan pada rel kereta
Rel kereta patah, termakan usia, atau kontur tanah buruk
Kereta atau
lokomotif tidak bisa digunakan,
Kerusakan pada sistem persinyalan dan
R
7 Kerusakan sistem tiket online
Server tiket down, keamanan aplikasi
8 Keterbatasan kapasitas Depo
Sumber daya depo tidak memadai
Kereta atau
lokomotif tidak bisa digunakan,
9 Kesalahan manusia pada pengoperasian kereta citra menjadi buruk
M C 2 C2 U
10
Pelanggaran aturan perusahaan dan kode etik
Kekurangtahuan pegawai akan kode etik dan aturan
Citra menjadi buruk, merugikan
pelanggan
A E 1 E1 A
11
Fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar dalam impor suku cadang
Situasi
perekonomian dunia
Merugikan karena perlu menambah biaya selisih kurs
I A 3 A3 U
12 Risiko pendanaan PSO dari pemerintah
Kebijakan pemerintah
Mengurangi sumber pendanaan untuk subsidi tiket KA ekonomi
R
13 Kegagalan kegiatan penataan stasiun
Masyarakat
pengguna tidak ikut aturan, pendanaan
14 Kegagalan penerapan e-ticketing commuter line
Ketidaksiapan masyarakat untuk memakai ticketing, sistem e-ticketing belum promosi produk jasa angkutan kelas kereta kelas eksekutif dan bisnis pada segmen angkutan barang dan pengelolaan aset non usaha
R
besar, aset non usaha belum dikembangkan
18
Kegagalan pemanfaatan TI untuk memperbaiki proses perencanaan dan operasi
Pengembangan TI butuh dana besar, TI gagal
19 Kewajiban hukum yang timbul
Gugatan hukum dari masyarakat
Merugikan perusahaan, citra menjadi buruk bila kalah dalam gugatan
I C 4 C4 U
20
Risiko penyerobotan aset KAI yang belum bersertifikat dan beberapa gugatan hukum terkait sengketa tanah
Manajemen PT KAI belum melakukan sertifikasi tanah, gugatan hukum dari masyarakat hingga porsi 95% saham kepada penanam modal asing
Wacana pemerintah melakukan
swastanisasi PT KAI
R
23 Pemberitaan yang merugikan PT KAI
Kegagalan dalam melakukan kehumasan yang memadai
Citra menjadi buruk, merugikan
Perilaku masyarakat Pengguna kereta
berkurang M C 2 C2 U
26
Risiko perjanjian
kerjasama dengan mitra dalam dan luar negeri
Aksi korporasi
27 Keterbatasan pengguna angkutan barang
R
28 Gagal bersaing antar moda transportasi
Persaingan ketat dengan moda transportasi lain, baik itu pesawat untuk layanan eksekutif
Tabel 7. Identifikasi Risiko PT INKA
I ndadequat eL
1 Ketersediaan peralatan dan penunjang produksi
Peralatan rusak, sudah berusia tua.
Produksi mengalami keterlambatan/ kegagalan,
mengganggu bisnis
I C 4 C4 U
2 Ketersediaan bahan produksi
Bahan produksi terlambat datang, beberapa bahan masih perlu impor
Produksi mengalami keterlambatan/ kegagalan,
mengganggu bisnis
I C 3 C3 U
R
4 Biaya produksi yang tidak sesuai
Produktivitas tidak sesuai, harga bahan produksi berfluktuasi
Merugikan
perusahaan I D 2 D2 U
5 Kualitas dan kuantitas produksi dibawah standar
Proses kerja tidak berjalan dengan baik, kesalahan teknologi kereta dan mobil terbaru lebih baik, kehilangan peluang bisnis
I C 4 C4 U
7
Teknologi yang dipakai tidak sesuai persyaratan
8 Kuantitas dan kualitas tenaga kerja
9 Risiko permodalan dari pemerintah
Pemberitaan berita yang seolah-olah kualitas PT INKA jauh di bawah standar; seperti pada kasus bus
Teknologi dan produk PT INKA perlu diperbaharui,
kegagalan dalam
Citra buruk, calon
R
gandeng TransJ melakukan
kehumasan yang memadai
11
Bersaing dengan Jepang untuk suplai kereta dalam negeri untuk PT KAI
PT KAI lebih mengutamakan kerjasama
pengadaan kereta dengan negara lain dengan
Dukungan pemerintah baik dalam regulasi dan
VI. EVALUASI RISIKO
Evaluasi risiko dilakukan berdasarkan pada analisa risiko yang telah dilakukan untuk menentukan mana saja risiko yang merupakan prioritas dan membutuhkan perlakuan-perlakuan khusus. Pada analisa risiko yang telah dilakukan ditemukan risiko-risiko mana saja yang dapat diterima(acceptable)atau tak dapat diterima (unacceptable)dimana risiko-risiko yangunacceptable yang perlu ditangani oleh perusahaan.
Tabel 8. Evaluasi Risiko PT KAI
R
1 Kerusakan kereta dan atau lokomotif C4 High U
2 Ketidaktersediaan kereta yang siap digunakan B3 High U
3 Ketidaktersediaan suku cadang B3 High U
4 Kerusakan pada rel kereta C4 High U
5 Kerusakan pada sistem persinyalan dan teknologi perkeretaapian D2 Medium U 6 Kerusakan fasilitas stasiun dan ketidakoptimalan pengelolaan stasiun C2 Medium U
7 Kerusakan sistem tiket online C1 Low U
8 Keterbatasan kapasitas Depo A3 Medium U
9 Kesalahan manusia pada pengoperasian kereta C2 Medium U
10 Pelanggaran aturan perusahaan dan kode etik E1 Low A
11 Fluktuasi nilai rupiah terhadap dolar dalam impor suku cadang A3 High U
12 Risiko pendanaan PSO dari pemerintah D4 High U
R
14 Kegagalan penerapan e-ticketing commuter line C1 Low U
15 Kegagalan pemasaran/ promosi produk jasa angkutan kelas
komersial B2 Medium U
16 Kegagalan penambahan kereta kelas eksekutif dan bisnis C4 High U
17 Kegagalan peningkatan pada segmen angkutan barang dan
pengelolaan aset non usaha B4 High U
18 Kegagalan pemanfaatan TI untuk memperbaiki proses perencanaan
dan operasi C3 Medium U
19 Kewajiban hukum yang timbul C4 High U
20 Risiko penyerobotan aset KAI yang belum bersertifikat dan beberapa
gugatan hukum terkait sengketa tanah C4 High U
21 Risiko swastanisasi hingga porsi 95% saham kepada penanam modal
asing E5 High U
22 Perubahan peraturan tentang perkeretaapian dan PT KAI E5 High U
23 Pemberitaan yang merugikan PT KAI C3 Medium U
24 Aksi perusakan, vandalisme, dan ketidaktertiban masyarakat C3 Medium U
25 Preferensi pemilihan penggunaan mobil pribadi C2 Medium U
26 Risiko perjanjian kerjasama dengan mitra dalam dan luar negeri D3 Medium U
27 Keterbatasan pengguna angkutan barang C3 Medium U
Tabel 9. Evaluasi Risiko PT INKA
1 Ketersediaan peralatan dan penunjang produksi C4 High U
2 Ketersediaan bahan produksi C3 Medium U
3 Ketidaktepatan jadwal produksi C3 Medium U
4 Biaya produksi yang tidak sesuai D2 Medium U
5 Kualitas dan kuantitas produksi dibawah standar C4 High U
6 Ketertinggalanupdateteknologi kereta dan mobil terbaru C4 High U 7 Teknologi yang dipakai tidak sesuai persyaratan konsumen D5 High U
8 Kuantitas dan kualitas tenaga kerja D3 Medium U
9 Risiko permodalan dari pemerintah D2 Medium U
10 Pemberitaan berita yang seolah-olah kualitas PT INKA jauh di bawah
standar; seperti pada kasus bus gandeng TransJ E4 Medium A
11 Bersaing dengan Jepang untuk suplai kereta dalam negeri untuk PT
KAI A4 Extreme U
12 Dukungan pemerintah baik dalam regulasi dan pendanaan menurun D3 High U
VII. PENANGANAN RISIKO
Penanganan risiko secara garis besar dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu: menghindari risiko, menurunkan risiko, mentransfer risiko, dan mempertahankan risiko.Risiko yang digolongkan pada Unacceptable pada tahap evaluasi risiko tersebut yang dilakukan mitigasinya.Cost and benefitdari tindakan penanganan risiko juga perlu diperhatikan dan dapat berdampak pada bagaimana perusahaan menanganinya. Penyusunan jadwal penanganan risiko dan rencana tindakan dapat dibuat seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 10. rencana penanganan risiko PT KAI
R
effect iv eness
of Risk Treat m ent s
1 Kerjasama dengan PT INKA untuk pengadaan kereta dengan spesifikasi yang sesuai dengan infrastruktur PT KAI agar kereta dan lokomotif tidak perlu impor pada GE Transportation ataupun produsen asing
Biaya saat ini lebih besar, namun untuk ke depan suku cadang dapat diperoleh melalui INKA sehingga penghematan bisa dilakukan
Yes D 2 D2 Top Level Manajer
R
effect iv eness
Penambahan investasi pada Balai Yasa PT KAI
Biaya besar, benefit untuk turnover kereta siap operasi lebih cepat
Yes D 2 D2 Top Level Manajer
8 bulan Kerusakan kereta menurun sebanyak 30% dibanding tahun sebelumnya; Review oleh manajemen
Kerjasama dengan asuransi untuk kerusakan akibat perilaku
masyarakat
2 bulan Biaya perbaikan turun 50% dibanding tahun sebelumnya; Review oleh manajemen
2 Penambahan investasi pada Balai Yasa PT KAI
Biaya besar, benefit untuk turnover kereta siap operasi lebih cepat
Yes D 2 D2 Top Level Manajer
R
effect iv eness
Optimalisasi kapasitas Balai Yasa pada saat peak season, optimalisasi dapat dilakukan dengan penambahan pegawai outsourcing dan kerjasama dengan PT INKA
Biaya besar, benefit untuk turnover kereta siap operasi lebih cepat
Yes D 2 D2 Top Level Manajer
5 bulan Ketidaktersediaan kereta siap operasi turun sebanyak 30% dibanding tahun sebelumnya; Review oleh manajemen
Membeli kereta baru dan siap operasi dari luar negeri
Biaya sangat besar, benefit untuk turnover kereta siap operasi lebih cepat
No D 1 D1 Top Level Manajer
2 bulan Ketidaktersediaan kereta siap operasi turun sebanyak 40% dibanding tahun sebelumnya; Review oleh manajemen
3 Pengalokasian dana lebih untuk suku cadang
Biaya besar,benefitnya suku cadang terpenuhi
Yes D 1 D1 Mid Level Manajer
R
effect iv eness
Peningkatan kerjasama dengan PT INKA dalam pengadaan kereta agar suplai suku cadang juga dapat melalui PT INKA
Biaya besar, butuh waktu lama, ada kemungkinan risiko lanjutan terkait kereta yang tidak sesuai dengan infrastruktur
Yes D 1 D1 Top Level Manajer
11 bulan Ketidaktersediaan suku cadang turun sebanyak 40% dibanding tahun sebelumnya; Review oleh manajemen
4 Perbaikan bantalan rel kereta di area dengan kontur tanah kurang baik
Biaya kecil, tindakan preventif
Yes D 3 D3 Mid Level Manajer
5 bulan Kejadian rel patah turun 30 % dari tahun lalu; review oleh manajemen
Penggantian bertahap rel-rel yang sudah tua
Biaya besar Yes D 2 D2 Mid Level
Manajer
5 bulan Kejadian rel patah turun 30 % dari tahun lalu; review oleh manajemen
5 Penambahan daya listrik dan sinyal Biaya cukup besar, benefit aset
bertambah, layanan bertambah
Yes E 3 E3 Mid Level Manajer
R
effect iv eness
Peningkatan pemeriksaan rutin peralatan persinyalan
Biaya rendah Yes E 1 E1 Low Level
Manajer & Teknisi
1 bulan Kejadian gangguan sinyal turun 30 % dari tahun lalu; review oleh manajemen
6 Penambahan jumlah petugas keamanan stasiun
Biaya rendah Yes E 2 E2 Low Level
Manajer
3 bulan Kejadian kerusakan stasiun turun 40% dari tahun lalu
Penambahan investasi pada PT Reska Multi Usaha
Biaya besar, benefit investasi perusahaan anak menambah aset KAI
Yes D 3 D3 Top Level Manajer
4 bulan Keuntungan pengelolaan bisnis meningkat 20%; review oleh manajemen
7 Peningkatan jumlah server untuk e-ticketing
Biaya besar, ada idle capacity saat non peak season
Yes D 2 D2 Mid Level Manajer
R
effect iv eness
Peningkatan pengawasan sistem teknologi e-ticketing dan melakukan perencanaan keadaan darurat sistem
Biaya kecil Yes D 3 D3 Low Level
Manajer & Teknisi
1 bulan Kerusakan dan kegagalan sistem tiket online turun 35%; review oleh manajemen
8 Penambahan pegawai, peralatan, dan penunjang Depo
Biaya besar Yes C 1 C1 Mid Level
Manajer
3 bulan Penurunan tingkat ketidakselesaian pengerjaan kereta oleh Depo sebesar 50%; review oleh manajemen
Pembuatan Depo baru untuk menutupi kekurangan
Biaya sangat besar; Depo baru siap menampung kapasitas lebih besar di masa depan
Yes D 2 D2 Top Level Manajer
R
effect iv eness 9 Peningkatan pelatihan SDM secara
berkala
Biaya kecil Yes D 1 D1 Mid Level
Manajer
1 bulan Penurunan tingkat kecelakaan akibat kesalahan manusia sebanyak 40%; review oleh manajemen
Penambahan personil untuk tugas cek dan review kesalahan
Biaya sedang; rencana KAI untuk menurunkan jumlah pegawai gagal
No D 1 D1 Mid Level Manajer
6 bulan Penurunan tingkat kecelakaan akibat kesalahan manusia sebanyak 40%; review oleh manajemen
Penambahan asuransi kecelakaan Biaya sedang; asuransi cover kerugian
Yes C 1 C1 Mid Level Manajer
1 bulan Penurunan tingkat kerugian akibat kesalahan manusia sebanyak 60%; review oleh manajemen
11 Secara bertahap mengurangi ketergantungan terhadap kereta buatan asing agar suku cadang dapat
Biaya sangat besar; dapat muncul risiko tambahan dimana
Yes D 2 D2 Top Level Manajer
5 tahun (jangka panjang)
R
effect iv eness
dikerjakan di dalam negeri oleh INKA kereta tidak sesuai dengan infrastruktur KAI
sebanyak 50%; review oleh manajemen
Asuransi selisih kurs Biaya medium Yes A 1 A1 Top Level
Manajer
1 bulan Penurunan tingkat penambalan dana akibat selisih kurs sebanyak 70%; review oleh manajemen
12 Rencana pendanaan dari subsidi silang KA eksekutif dengna ekonomi yang dibiayai dari PSO
Biaya medium; timbul risiko resistensi dari masyarakat pengguna KA ekonomi
Yes E 1 E1 Mid Level Manajer
5 bulan Penurunan penggunaan dana PSO untuk KA ekonomi sebesar 30%; review oleh manajemen
13 Intensifkan kinerja perusahaan anak PT Reska Multi Usaha untuk
pengembangan stasiun
Biaya sedang, aset berputar di grup sendiri
Yes D 2 D2 Mid Level Manajer
R
effect iv eness
review oleh manajemen
Kerjasama dengan swasta untuk pembangunan kawasan bisnis terpadu seperti penggabungan stasiun dengan mal di atas stasiun, stasiun dengan apartemen, dan bisnis lainnya sesuai dengan profil bisnis yang akan ditelaah lebih lanjut
Biaya besar namun kerjasama memberikan benefit dengan dapat dibagi 2 pembiayaan untuk pengembangan
Yes D 1 D1 Top Level Manajer
4 tahun (jangka menengah)
Mengawasi penerapan strategi bisnis & target stasiun yang ditata 100%; review oleh manajemen
14 Peningkatan jumlah server untuk e-ticketing
Biaya besar, ada idle capacity saat non peak season
Yes D 2 D2 Mid Level Manajer
2 bulan Kerusakan dan kegagalan sistem tiket online turun 30%; review oleh manajemen
Peningkatan pengawasan sistem teknologi e-ticketing dan melakukan perencanaan keadaan darurat sistem
Biaya kecil Yes D 3 D3 Low Level
Manajer & Teknisi
R
effect iv eness
review oleh manajemen
15 Peningkatan promosi dan keunggulan pelayanan jasa angkutan menyasar pengguna mobil pribadi
Biaya sedang Yes D 2 D2 Low Level
Manajeri
1 bulan Peningkatan
penggunaan produk sebesar 20%; review oleh manaejemn
16 Membeli kereta baru dan siap operasi dari luar negeri
Biaya sangat besar, benefit untuk turnover kereta siap operasi lebih cepat
No D 1 D1 Top Level Manajer
2 bulan Ketidaktersediaan kereta siap operasi turun sebanyak 40% dibanding tahun sebelumnya; Review oleh manajemen
Kerjasama strategis dengan PT INKA untuk pengadaan kereta secara bertahap. Pengadaan perlu dilakukan spesifik agar tidak terjadi kereta tidak sesuai dengan kebutuhan dan
kesiapan infrastruktur KAI
Biaya besar; butuh waktu lama namun merupakan investasi besar ke depannya
Yes D 2 D2 Top Level Manajer
R
effect iv eness
Pengajuan perubahan peraturan agar PT KAI dapat melakukan pengadaan kereta api dengan PT INKA tanpa perlu melalui tender yang biasanya dimenangkan oleh pihak luar
Biaya besar, butuh waktu lama, kerjasama dengan politisi dan pembuat kebijakan cukup berat
Yes D 2 D2 Top Level Manajer
3 tahun (jangka menengah)
Ketidaktersediaan kereta siap operasi turun sebanyak 30% dibanding tahun sebelumnya; Review oleh manajemen
Mengurangi kerjasama dengan Jepang terkait penerimaan hibah kereta dengan melakukan lobi kepada para politisi dan autorisasi penerima hibah agar kereta Jepang tidak masuk ke dalam negeri
Biaya besar; ada risiko terjadi
ketidaknyamanan dengan hubungan antar negara.
Benefitnya bisnis bisa dilakukan dengan PT INKA agar INKA bisa berkembang
Yes E 2 E2 Top Level Manajer
10 bulan Ketidaktersediaan kereta siap operasi turun sebanyak 30% dibanding tahun sebelumnya; Review oleh manajemen
17 Investasi rel kereta dan kereta di pulau Kalimantan, Sulawesi dan Papua untuk pengangkutan barang
Biaya sangat besar; investasi besar untuk bisnis KAI di masa
Yes C 3 C3 Top Level Manajer
4 tahun (jangka menengah)
R
effect iv eness
komoditi. Kalimantan saat ini pengangkutan batubara masih mengandalkan jalan trans kalimantan yang saat ini mulai padat di wilayah-wilayah tertentu.
depan oleh manajemen
Penetrasi bisnis ke perusahaan dengan angkutan barang yang kapasitas besar, seperti pada Aqua, bahan bangunan, dst. Hal ini
terutama untuk wilayah Jabodetabek dan sekitarnya yang bila melalui angkutan truk susah menembus kemacetan.
Biaya sedang;
keunggulan KAI dalam memotong waktu tempuh dapat menjadi daya tarik utama
Yes D 2 D2 Top Level Manajer
10 bulan Peningkatan segmen angkutan barang sebesar 35%; review oleh manajemen
Pengembangan bisnis aset non usaha melibatkan swasta seperti
pengembang properti dengan menggabungkan konsep stasiun dengan pusat perbelanjaan, ataupun apartemen.
4 tahun (jangka menengah)
R
effect iv eness
Penyewaan pemasangan iklan di badan gerbong kepada pihak swasta
Biaya kecil; pendapatan meningkat
Yes D 2 D2 Top Level Manajer
2 bulan Peningkatan segmen non usaha sebesar 20%; review oleh manajemen
18 Peningkatan jumlah server untuk TI operasi
Biaya besar, ada idle capacity saat non peak season
Yes D 2 D2 Mid Level Manajer
2 bulan Kerusakan dan kegagalan sistem tiket online turun 30%; review oleh manajemen
Peningkatan pengawasan sistem teknologi dan melakukan
perencanaan keadaan darurat sistem
Biaya kecil Yes D 3 D3 Low Level
Manajer & Teknisi
1 bulan Kerusakan dan kegagalan sistem tiket online turun 35%; review oleh manajemen
19 Persiapkan ahli hukum profesional untuk meng-countergugatan hukum
Biaya medium Yes C 2 C2 Mid Level
Manajer
R
effect iv eness 20 Intensifkan penyertifikatan aset KAI
terutama di wilayah Jawa dan wilayah yang dinilai komersil serta strategis
Biaya medium Yes E 3 E3 Mid Level
Manajer
5 bulan Aset yang bersertifikat
meningkat 85% dari tahun lalu; review oleh manajemen
Persiapkan ahli hukum profesional untuk meng-countergugatan hukum
Biaya medium Yes C 2 C2 Mid Level
Manajer
2 bulan Kerugian akibat gugatan hukum turun 30%; review oleh manajemen
21 Melakukan lobi dengan pemerintah untuk perencanaan tersebut
Biaya sedang Yes E 4 E4 Top Level
Manajer
4 bulan Disetujui rencana terbaik untuk KAI di masa depan
Melakukan persiapan terhadap keputusan-keputusan bisnis pemilik baru KAI
Biaya sedang Yes E 4 E4 Top Level
Manajer
4 bulan Kesiapan PT KAI dalam melaksanakan keinginan stakeholder baru
22 Melakukan lobi politik dan diskusi bersama dengan pembuat kebijakan
Biaya sedang Yes E 3 E3 Top Level
Manajer
R
effect iv eness
masa depan
23 Intensifkan kegiatan kehumasan KAI dengan kerjasama dengan media besar untuk memasukkan berita-berita pencitraan untuk KAI
Biaya besar;
penanaman citra baik ke masyarakat dapat berdampak besar di masa depan
Yes E 2 E2 Mid Level Manajer
1 bulan Jumlah pemberitaan baik meningkat 60%; review oleh
manajemen
Selalu menggunakan hak jawab atas pemberitaan negatif dan
menjatuhkan PT KAI
Biaya kecil; penanaman citra baik ke
masyarakat dapat berdampak besar di masa depan
Yes E 2 E2 Mid Level Manajer
1 bulan Jumlah pemberitaan baik meningkat 60%; review oleh
manajemen
24 Penegakan hukum yang keras baik itu melalui polisi ataupun polsuska
Biaya medium; penegakan hukum menimbulkan efek jera
Yes E 2 E2 Mid Level Manajer
1 bulan Jumlah kerusakan berkurang 60%; review oleh manajemen
Asuransi kerusakan Biaya medium;
kerugian berkurang
Yes E 1 E1 Mid Level Manajer
R
effect iv eness
oleh manajemen
25 Intensifkan kegiatan kehumasan KAI dengan kerjasama dengan media besar untuk berita pencitraan untuk KAI agar orang beralih dari
kendaraan pribadi
Biaya besar;
penanaman citra baik ke masyarakat dapat berdampak besar di masa depan
Yes E 3 E3 Mid Level Manajer
1 bulan Pengguna KA meningkat 20%, parkir stasiun untuk mobil pribadi naik 20%; review oleh manajemen
Lobi politik dengan pembuat kebijakan dan politisi agar aturan pembatasan mobil pribadi
Biaya medium Yes E 3 E3 Top Level
Manajer
4 bulan Pengguna KA meningkat 20%, parkir stasiun untuk mobil pribadi naik 20%; review oleh manajemen
26 Asuransi selisih kurs Biaya medium Yes D 2 D2 Top Level
Manajer
R
effect iv eness
Kerjasama dilakukan dengan perusahaan yang bonafit
Biaya medium Yes D 2 D2 Top Level
Manajer
4 bulan Kerugian akibat kegagalan kerjasama turun 30%; review oleh manajemen
27 Penetrasi bisnis ke perusahaan dengan angkutan barang yang kapasitas besar, seperti pada Aqua, bahan bangunan, dst. Hal ini
terutama untuk wilayah Jabodetabek dan sekitarnya yang bila melalui angkutan truk susah menembus kemacetan.
Biaya sedang;
keunggulan KAI dalam memotong waktu tempuh dapat menjadi daya tarik utama
Yes D 2 D2 Top Level Manajer
10 bulan Peningkatan segmen angkutan barang sebesar 35%; review oleh manajemen
28 Peningkatan strategi kehumasan dengan mengedepankan keunggulan KAI dibanding moda lain
Biaya sedang; Yes D 2 D2 Top Level
Manajer
1 bulan Peningkatan segmen angkutan sebesar 35%; review oleh manajemen
Penetrasi bisnis ke perusahaan dengan angkutan barang yang
Biaya sedang;
keunggulan KAI dalam
Yes D 2 D2 Top Level Manajer
R
is
k
R
e
fe
r
e
n
c
e Pot e n t ia l Tr e a t m e n t Opt ion s Cost s & Be n e fit s I s t h e
Tr e a t m e n t t o
be
I m ple m e n t e d
Ta r g e t Risk
Le v e l
Re spon sib le
Pe r son
Tim e t a ble M on it or in g
st rat egies t o
m easu re
effect iv eness
kapasitas besar memotong waktu
tempuh dapat menjadi daya tarik utama
Tabel 11. rencana penanganan risiko PT INKA
effect iv eness of
Risk Tr eat m ent s
1 Peningkatan pengawasan penggunaan peralatan dan alat penunjang
Biaya kecil, benefit penggunaan peralatan meningkat
Yes D 3 D3 Low Level Manajer & Teknisi
2 bulan Penurunan ketidaktersediaan peralatan siap digunakan sebesar 30%; review oleh manajemen
Menerapkan kebijakan subkontrak assembly dan pembelian bahan jadi
Biaya kecil, benefit perusahaan tidak perlu menambah biaya khusus untuk
perawatan peralatan
Yes D 2 D2 Mid Level Manajer
R
effect iv eness of
Risk Tr eat m ent s 2 Menerapkan kebijakan subkontrak
bahan semi jadi
Biaya kecil, bahan sudah semi jadi
Yes C 2 C2 Mid Level Manajer
2 bulan Ketersediaan bahan produksi meningkat 40%; review oleh manajemen
Penerapan sistem IT pemesanan bahan produksi yang baru
Biaya sangat besar; terdapat risiko tambahan kegagalan penerapan IT
Yes D 1 D1 Top Level Manajer
4 tahun (jangka menengah)
Ketersediaan bahan produksi meningkat 20%; review oleh manajemen
3 Evaluasi proses produksi dan perkuat kontrol internal di setiap tahapan produksi
Biaya kecil, benefit pengawasan internal meningkat
Yes D 3 D3 Mid Level Manajer
2 bulan Ketidaktepatan jadwal produksi berkurang 25%
Penerapan sistem IT pemesanan bahan produksi yang baru
Biaya sangat besar; terdapat risiko tambahan kegagalan penerapan IT
Yes D 1 D1 Top Level Manajer
4 tahun (jangka menengah)
Ketidaktepatan jadwal produksi berkurang 15%
4 Evaluasi proses produksi dan perkuat kontrol internal di setiap tahapan produksi
Biaya kecil, benefit pengawasan internal meningkat
Yes E 1 E1 Mid Level Manajer
1 bulan Biaya produksi sesuai dengan yang
R
effect iv eness of
Risk Tr eat m ent s
Asuransi selisih kurs untuk barang impor
Biaya medium Yes D 1 D1 Top Level
Manajer
1 bulan Biaya produksi sesuai dengan yang
dianggarkan
5 Susun proses perencanaan produksi yang baru dan gunakan tenaga ahli yang sesuai dalam penyusunan dan pelaksanaan
Biaya medium; penggunaan tenaga ahli dapat menambah biaya penyusunan namun kesalahan dapat dikurangi
Yes D 1 D1 Top Level Manajer
2 bulan Komplain pelanggan terkait produk di bawah standar turun 40%
Komunikasi internsif dengan penerima pesanan dan pelaksana produksi
Biaya kecil Yes E 1 E1 Low Level
Manajer & Teknisi
1 bulan Komplain pelanggan terkait produk di bawah standar turun 20%
6 Peningkatan kerjasama alih
teknologi dan evaluasi berkala hasil alih teknologi pegawai
Biaya medium; alih teknologi berguna dalam proses produksi dari teknologi negara asal
Yes E 3 E3 Top Level Manajer
R
effect iv eness of
Risk Tr eat m ent s
Pengawasan kepada pegawai ditingkatkan dan pelatihan teknis ditingkatkan
Biaya kecil Yes D 2 D2 Low Level
Manajer
1 bulan Teknologi yang dipakai sesuai dengan keinginan konsumen
7 Komunikasi internsif pada saat pemesanan antara konsumen, penerima pesanan dan pelaksana produksi
Biaya kecil Yes E 1 E1 Top Level
Manajer
1 bulan Teknologi yang dipakai sesuai dengan keinginan konsumen
Peningkatan kerjasama alih
teknologi dan evaluasi berkala hasil alih teknologi pegawai
Biaya medium; alih teknologi berguna dalam proses produksi dari teknologi negara asal
Yes E 3 E3 Top Level Manajer
2 bulan Teknologi yang dipakai sesuai dengan keinginan konsumen
Pengawasan kepada pegawai ditingkatkan dan pelatihan teknis ditingkatkan
Biaya kecil Yes D 2 D2 Low Level
Manajer