• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA BAGI PARA ANGGOTA LEGIO MARIA UNTUK KEHIDUPAN MENGGEREJA DI PAROKI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN, YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA BAGI PARA ANGGOTA LEGIO MARIA UNTUK KEHIDUPAN MENGGEREJA DI PAROKI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN, YOGYAKARTA"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA BAGI PARA ANGGOTA LEGIO MARIA

UNTUK KEHIDUPAN MENGGEREJA DI PAROKI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN,

YOGYAKARTA

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik

Oleh:

Bernadete Gunung Tobi NIM: 161124056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEAGAMAAN KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan dengan tulus, penuh syukur dan bahagia kepada Para Suster Kongregasi Puteri Reinha Rosari yang telah memberikan kesempatan

saya untuk menjalani perutusan studi di program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta serta seluruh anggota Legio Maria Paroki St. Paulus Pringgolayan,

Yogyakarta

(5)

v MOTTO

“Dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna”

(2 Kor, 12:9)

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 29 Juli 2021 Penulis

Bernadete Gunung Tobi

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Universitas sanata Dharma Yogyakarta:

Nama : Bernadete Gunung Tobi NIM : 161124056

Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA BAGI PARA ANGGOTA LEGIO MARIA UNTUK KEHIDUPAN MENGGEREJA DI PAROKI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN, YOGYAKARTA beserta perangkat yang diperlukan.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 29 Juli 2021

Yang menyatakan

Bernadete Gunung Tobi

(8)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA BAGI PARA ANGGOTA LEGIO MARIA UNTUK KEHIDUPAN MENGGEREJA DI PAROKI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN, YOGYAKARTA”. Pemilihan judul skripsi ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap keterlibatan para anggota Legio Maria dalam kegiatan devosi dan karya pelayanan. Judul skripsi ini dipilih untuk mengetahui makna devosi kepada Bunda Maria bagi Para Anggota Legio Maria dalam kehidupan menggereja di Paroki St. Paulus Pringgolayan. Harapannya bahwa dengan menggali pengalaman para anggota Legio Maria melalui skripsi ini, lebih menumbuhkan kesadaran dalam diri para anggota Legio Maria untuk bersemangat seperti yang telah diteladankan Bunda Maria dalam karya keselamatan. Bunda Maria adalah Ratu, Ibu dan sosok inspiratif yang mengajarkan sikap penyerahan diri yang total untuk keselamatan umat manusia. Keteladanan ini yang dijalani oleh para anggota Legio Maria melalui devosi dan karya pelayanan yang merupakan wujud konkret yang dilakukan untuk memaknai kegiatan devosi dalam kehidupan menggereja. Legio Maria yang memberi diri dalam karya pelayanan seturut teladan Bunda Maria bukan hanya berdoa dan berdevosi. Dalam penelitian dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, studi dokumen dan wawancara, penulis menemukan bahwa para Legioner telah menjalankan doa dan devosi dengan baik bahkan doa dan devosi diwujudkan dalam karya pelayanan yang dijalankan untuk memaknai kegiatan devosi. Karya pelayanan itu dilaksanakan setiap minggu kepada sesama yang sakit, lemah, miskin, terpuruk dan keluarga-keluarga yang mengalami tantangan dan terancam keretakan dalam hidup berumah tangga. Namun pelayanan ini kurang dimaknai dalam kehidupan mereka sebagai Legioner, maka penulis mengusulkan susunan program kegiatan untuk membantu para anggota Legio Maria untuk lebih meningkatkan kegiatan pelayanan dalam memaknai devosi kepada Bunda Maria dalam kehidupan menggereja di Paroki St. Paulus Pringgolayan, Yogyakarta.

Kata-kata kunci: Devosi Legio Maria, Bunda Maria, Pelayanan.

(9)

ix

ABSTRACT

The title if this research is “THE MEANING OF DEVOTION TO MOTHER MARY FOR MEMBERS OF THE LEGION OF MARY FOR THE LIFE OF THE CHURCH IN THE PARISH OF ST. PAUL PRINGGOLAYAN, YOGYAKARTA”. The selection of the title of this research is based on the research’s work on the involvement of members of the Legion of Mary in service activities and work. This study aims to explore the experiences of members of the Legion of Mary to increase their enthusiasm in imitating to Mother Mary. She is a Queen. Mother Mary, Mother and an inspiring figure who values her total self- respect for the salvation of mankind. This examplery is a concrete manifestation that is lived by members of the Legion of Mary through devotion and service to interpret devotion activities in the life of the church. Data collection techniques in this study were carried out by observation, document study and interviews. The researcher finds that the legionaries have performed well through devotion, devotion and service. These works and services are carried out every week to thouse who are sick, weak, poor and down, and problems families. However, this service is not optimal in their lives as legionaries, therefore the researcher proposing a program of activities to help members of the Legion of Mary to further enhance service activities in interpreting th Devotion of Mother Mary in life of the church in Parish of St. Paul Pringgolayan, Yogyakarta.

Keywords: Devotion of the Legion of Mary, Our Lady, Ministry.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatjan kepada Tuhan yang telah membimbing, menuntun dan memberikan rahmat Roh Kudus-Nya untuk menyemangati saya dalam menyelesaikan skripsi saya yang berjudul: MAKNA DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA BAGI PARA ANGGOTA LEGIO MARIA UNTUK KEHIDUPAN MENGGEREJA DI PAROKI ST. PAULUS PRINGGOLAYAN, YOGYAKARTA. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelas sarjana pada program studi Pendidikan Keagamaan Katolik di Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kebaikan dan kemurahan hati berbagai pihak yang membantu dan mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis dengan hati penuh syukur mengucapkan limpah terima kasih kepada:

1. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ selaku Kaprodi Pendikkat Universitas Sanata Dharma dan pembimbing utama dalam penulisan skripsi ini sekaligus dosen pembimbing akademik, sekalipun di tengah banyak kesibukan, beliau telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan selama proses penyusunan skripsi ini berlangsung.

2. Drs. F.X. Heryatno W.W., SJ, M.Ed selaku dosen penguji II yang telah memberikan dukungan, semangat dan meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberikan masukan sehubungan dengan skripsi ini

(11)

xi

3. Y. Kristianto, SFK., M.Pd selaku dosen penguji III yang dengan tulus hati bersedia memberikan saran dan menguji penulis dalam mempertanggungjawabkan isi skripsi ini.

4. Para Romo dan segenap staf dosen yang telah mendukung penulis selama menjalani perkuliahan di Pendikkat dengan pengetahuan, ketrampilan, kekeluargaan, dan spiritualitas sebagai seorang pewarta.

5. Staf dan karyawan Prodi Pendikkat yang secara tidak langsung telah mendukung dan memberi dorongan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Agustinus Ariawan, Pr selaku Romo Paroki St. Paulus Pringgolayan, Yogyakarta yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian untuk penulisan skripsi ini.

7. Bapak Agutinus Sunarto, selaku pendiri Legio Maria di Paroki St. Paulus Pringgolayan Yogyakarta yang telah memberi informasi mengenai sejarah berdirinya kelompok kategorial Legio Maria di Paroki St. Paulus Pringgolayan, Yogyakarta.

8. Para anggota Legio Maria Paroki St. Paulus Pringgolayan, Yogyakarta yang telah dengan sukacita membagikan pengalaman mereka melalui wawancara dalam penelitian skripsi ini.

9. Suster Pemimpin Umum dan Dewan Pimpinan Umum Kongregasi Puteri Reinha Rosari yang telah mengutus penulis untuk menjalani perutusan di Prodi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma.

(12)

xii

10. Pemimpin Komunitas dan para suster anggota Komunitas PRR Magnificat Pringgolayan, Yogyakarta yang telah mendoakan dan memberikan dukungan kepada penulis.

11. Segenap anggota keluarga: Bapak, Ibu, Saudara-saudari serta para sahabat kenalan yang dengan setia menemani, mendukung, mendoakan dan memberi semangat bagi penulis dalam menjalani studi.

12. Teman-teman angkatan yang selalu memotivasi penulis selama menjalani studi di Prodi Pendikkat dan menjadi bagian dalam hidup penulis, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah memberi dukungan dengan caramu masing-masing.

Penulis menyadari segala keterbatasan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu dengan rendah hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bai siapapun, secara khusus bagi para anggota Legio Maria Paroki St. Paulus Pringgolayan, Yogyakarta dalam memaknai kegiatan devosi dalam kehidupan menggereja.

Yogyakarta, 15 Juli 2021 Penulis

Bernadete Gunung Tobi

(13)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………..………i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………...…………...ii

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN…...………....iii

HALAMAN PERSEMBAHAN…..………...iv

HALAMAN MOTTO………..………....v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………...vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI………..………vii

ABSTRAK………....viii

ABSTRACT……..………....ix

KATA PENGANTAR………...x

DAFTAR ISI……….xiii

DAFTAR SINGKATAN………xviii

DAFTAR TABEL……….xix

BAB I. PENDAHULUAN…………...………...1

A. Latar Belakang………...1

B. Rumusan Masalah………....4

C. Tujuan Penulisan.……….4

D. Manfaat Penulisan.………...4

E. Metode Penulisan………...5

F. Sistematika Penulisan………...5

BAB II. DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA BAGI PARA ANGGOTA LEGIO MARIA DALAM KEHIDUPAN MENGGEREJA……...7

A. Devosi………..7

(14)

xiv

1. Pengertian Devosi………...7

2. Peranan Devosi dalam Liturgi Gereja………...8

3. Beberapa Hal yang Harus Diperhatikan dalam Devosi………...8

B. Gelar-gelar Bunda Maria………….………...9

1. Siapa Bunda Maria………...9

a. Bunda Allah………...9

b. Bunda Gereja………...10

c. Bunda Perawan………...12

d. Hamba Tuhan, Miskin dan Hina………...12

e. Maria Ibu Yesus……….13

f. Maria Hawa Baru………...14

g. Putri Sion………...15

2. Visi Bunda Maria………...16

3. Jiwa dan Semangat Bunda Maria……….17

a. Hamba yang Rendah Hati………...17

b. Maria yang Menyerahkan Diri Seutuhnya………...18

c. Maria, Hamba yang Mengandalkan Tuhan………18

4. Keistimewaan Bunda Maria………...18

a. Iman Maria………...19

b. Penuh Rahmat………....20

c. Bersatu dengan Kristus dalam Karya Pelayanan………...20

d. Kebundaan Maria………...22

e. Maria diangkat ke Surga………....22

5. Devosi kepada Bunda Maria………23

6. Macam-macam devosi kepada Bunda Maria………...24

a. Rosario………...24

b. Malaikat Tuhan (Angelus)………...25

c. Novena kepada Bunda Maria……….25

d. Litani Santa Perawan Maria………...25

e. Ziarah………...26

C. Legio Maria………....26

(15)

xv

1. Pengertian Legio Maria………....26

2. Pendiri Legio Maria………...27

3. Tujuan Legio Maria………...28

4. Semangat Legio Maria……….28

5. Motivasi menjadi Legioner………..29

a. Ingin menghayati Sakramen Baptis………...29

b. Memenuhi Himbauan Kristus dan Sabda-Nya………...29

c. Menjadi Kerasulan Legio Maria sebagai Persembahan Hidup kepada Tuhan dan Gereja-Nya………...30

6. Tugas-tugas Pelayanan para Legio Maria………....30

D. Kehidupan Menggereja para Anggota Legio Maria melalui Devosi…….30

1. Arti Gereja………...30

2. Model-model Gereja………....31

a. Gereja sebagai Institusi………...31

b. Gereja sebagai Persekutuan Mistik………....32

c. Gereja sebagai Sakramen………...32

d. Gereja sebagai Umat Allah………...33

e. Gereja sebagai Pewarta………..33

f. Gereja sebagai Pelayan………..33

3. Hidup Menggereja………...34

a. Arti Hidup Menggereja………...34

b. Dasar-dasar Hidup Menggereja………...35

1) Koinonia (Paguyuban)………...35

2) Kerygma (Pewartaan)………...36

3) Martyria (Kesaksian Hidup)………...……...36

4) Liturgia (Ibadat)………...37

5) Diakonia (Pelayanan)………...37

E. Legio Maria dalam Kehidupan Menggereja di Paroki………...38

1. Koinonia (Paguyuban)………...38

2. Kerygma (Pewartaan)………...38

3. Martyria (Kesaksian Hidup)…………...………...39

(16)

xvi

4. Liturgia (Ibadat)………...39

5. Diakonia (Pelayanan)………...39

F. Rangkuman………....39

BAB III. METODE PENELITIAN………....41

A. Jenis Penelitian………...41

B. Desain Penelitian………...41

C. Tempat dan Waktu Penelitian………....42

D. Informan Penelitian………....42

E. Fokus Penelitian……….………...42

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data………...43

G. Teknik Analisis Data………..47

H. Validasi Data………...48

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…...……….49

A. Sejarah Singkat Legio Maria Paroki St. Paulus Pringgolayan………...49

B. Hasil Penelitian………..50

1. Hasil Observasi Pelaksanaan Kegiatan Devosi kepada Bunda Maria Bagi Para Anggota Legio Maria di Paroki Pringgolayan………...50

2. Hasil Studi Dokumen………...52

3. Hasil Wawancara………...53

4. Validasi Data………...68

5. Pembahasan Hasil Penelitian………...72

C. Usulan Kegiatan………...77

1. Latar Belakang………...77

2. Tema dan Tujuan Rekoleksi Legio Maria………...………78

3. Matrix Usulan Rekoleksi Legio Maria……….……....79

4. Contoh Satuan Persiapan Rekoleksi Legio Maria Anggota……...81

BAB V. PENUTUP………...86

A. Kesimpulan………....86

B. Saran………...87

DAFTAR PUSTAKA...89

(17)

xvii LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian……….(1)

Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian………...(2)

Lampiran 3: Hasil Wawancara Informan………...………...(3)

Lampiran 4: Teks Kitab Suci…...………(29)

Lampiran 5: Daftar Lagu…..………...…………(31)

(18)

xviii

DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Dokumen Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 7 Desember 1965

GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964

SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963

B. Singkatan-Singkatan Lain DARING : Dalam jaringan

KLMTD : Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir dan Difabel KWI : Konferensi Wali Gereja

LAPAS : Lembaga Pemasyarakatan LURING : Luar Jaringan

SCP : Shared Christian Praxis SP : Satuan Pendampingan RT : Rukun Tetangga

WA : Whatsapp

(19)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Kisi-kisi Wawancara……….…41 Tabel 2: Pedoman Observasi………..…45 Tabel 3: Pedoman Studi Dokumen………45

(20)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Maria adalah tokoh yang sangat dikenal dalam kalangan umat beriman, baik umat Katolik maupun non-Katolik. Maria diakui sebagai pribadi yang sangat istimewa karena kerendahan hati dan ketaatannya pada kehendak Allah. Maria juga diakui sebagai pengantara rahmat bagi orang beriman Katolik dan sebagai model iman umat.

Alasan Maria dihormati dalam kalangan umat beriman khususnya umat yang beragama Katolik, karena Maria dipilih oleh Allah untuk menjadi Bunda Yesus Kristus Sang Juru Selamat umat manusia. Ketaatan dan penyerahan diri Maria inilah yang menjadikan dia diakui keibuannya dalam tata keselamatan sebagai pengantara rahmat bagi dunia kepada Yesus Puteranya dan membawa Puteranya kepada dunia. (LG No. 62).

Devosi sendiri berasal dari kata latin “devotion yang berarti suatu sikap hati serta perwujudannya, yang dengannya orang secara pribadi mengarahkan diri kepada sesuatu atau seseorang, yang dihargai, dijunjung tinggi, dicintai atau dituju (Groenen, 1989: 150). Dalam arti bahwa devosi adalah penghayatan dan penyerahan diri seorang yang percaya terhadap seseorang yang sangat dihargai, dihormati dan dicintai.

Dalam dokumen Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja yang sangat spesifik berbicara tentang: “Santa Perawan Maria dalam misteri Kristus”

yang mengatakan bahwa “Persatuan Maria dengan Puteranya dalam karya

(21)

penyelamatan terungkap sejak saat Yesus dikandung oleh Santa Perawan Maria hingga wafat-Nya. Pertama, ketika Maria pergi mengunjungi Elisabet dan diberi ucapan salam bahagia dan semakin tampak dalam kunjungan orang Majus dari Timur ketika Maria memperkenalkan Yesus kepada para Gembala dan para Majus (LG. 57).

Legio Maria adalah salah satu kelompok kategorial Gereja yang menjadikan Bunda Maria sebagai Ratunya. Karena Bunda Maria sebagai ratu bagi para legioner, maka anggota Legio Maria harus berani membawa Maria ke dunia sebagai sarana yang ampuh untuk merebut dunia bagi Yesus (Senatus Malang, 1999: 26-27).

Legio Maria paroki St. Paulus, Pringgolayan menjadi bagian dari komunitas beriman paroki. Berdasarkan wawancara pertama bersama ketua umum Legio Maria paroki Pringgolayan Yogyakarta, Ibu Chatarina Muryati, Legio Maria paroki ini berdiri sejak 10 Februari 1989 yang pada saat itu berjumlah 12 orang. Sebagai pemula atau disebut sebagai pendiri oleh para anggota Legio Maria adalah Bapak Agustinus Sunarto. Legio Maria dibagi dalam dua kelompok menurut tahun aktif menjadi anggota Legio Maria. Bagi legioner (sebutan untuk anggota aktif) yang berusia 10 tahun aktif ke bawah maka akan tergabung dalam Legio Maria presidium yunior sedangkan presidium senior diikuti oleh legioner yang berusia 10 tahun ke atas. Pendamping rohani para anggota Legio Maria adalah Romo Agustinus Ariawan, Pr yang merupakan Pastor kepala paroki St. Paulus, Pringgolayan.

Legio Maria terlibat dalam kehidupan menggereja yang tampak dalam kegiatan rutin yakni doa bersama, pertemuan atau rapat untuk mengevaluasi kegiatan selama seminggu dan pembagian tugas untuk pelayanan yang menjadi niat

(22)

bersama, seperti mengunjungi keluarga-keluarga yang mengalami kesulitan, mengunjungi orang sakit di rumah- rumah sakit dan mendoakannya, mengunjungi umat yang kurang aktif dalam kegiatan menggereja, kunjungan ke penjara, serta mendoakan katena (Latin: katena artinya rantai ikatan). Tugas anggota auxilier adalah berdoa Rosario (katena), mendoakan doa Tessera yang terdiri dari permohonan turunnya Roh Kudus, dan doa-doa penutup. Anggota auxilier hadir bersama anggota aktif saat Acies (acara tahunan Legio Maria) pada pesta Hari Raya Kabar Sukacita, Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria dan peringatan wajib gereja Katolik.

Wawancara kedua bersama Bapak Agustinus Sunarto pada Kamis, 19 November 2020, beliau mengungkapkan bahwa banyak anggota Legio Maria pada masanya, namun sekarang sudah berkurang secara khusus anggota Legio Maria yunior. Mereka sudah melebur bersama dua presidium senior, karena banyak yang meninggal dan ada yang tidak ingin lagi menjadi Legioner. Bapak Sunarto juga menjelaskan bahwa sudah diadakan pendekatan, namun hanya beberapa anggota saja yang kembali bergabung, sedangkan sebagian besar memilih untuk tidak bergabung.

Berdasarkan hasil wawancara bersama dua anggota Legio Maria senior dan kehadiran penulis pada pertemuan rutin bersama anggota Legio Maria pada hari Kamis, 19 November 2020, penulis melihat bahwa anggota Legio Maria cukup terlibat walau anggotanya berkurang karena ada anggota yang meninggalkan kelompok kategorial ini. Namun bagi mereka, doa dan pelayanan lebih penting walau anggotanya berkurang. Dari hasil wawancara dan kehadiran langsung

(23)

penulis, muncul pertanyaan apakah para Legioner memaknai kehidupan mereka sebagai anggota Legio Maria dalam hidup menggereja melalui kegiatan Legio Maria, baik doa, pertemuan dan pelayanan setiap hari. Atas kegelisahan ini, maka penulis tertarik untuk menggali sejauh mana para legioner memaknai kehidupan mereka sebagai anggota Legio Maria dalam kehidupan menggereja dengan mengambil tema ‘Makna Devosi kepada Bunda Maria bagi Para Anggota Legio Maria untuk Kehidupan Menggereja di Paroki St. Paulus Pringgolayan Yogyakarta’.

B. Rumusan Masalah

1. Apa makna devosi kepada Bunda Maria bagi para anggota Legio Maria dalam kehidupan menggereja?

2. Apa kekhasan Bunda Maria yang telah dimaknai dalam kehidupan menggereja?

3. Bagaimana memaknai devosi kepada Bunda Maria melalui doa dan karya pelayanan dalam kehidupan menggereja?

C. Tujuan Penulisan

Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan makna devosi kepada Bunda Maria bagi para anggota Legio Maria dalam kaitan dengan kehidupan menggereja di Paroki St. Paulus, Pringgolayan, Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah:

1. Membantu para anggota Legio Maria untuk memahami makna devosi kepada Bunda Maria dalam kehidupan menggereja.

(24)

2. Membantu para anggota Legio Maria agar mampu mengembangkan diri dalam karya pelayanan dan mempertahankan imannya.

3. Membantu penulis mendapat informasi tentang makna devosi kepada Bunda Maria dalam kehidupan menggereja.

E. Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode analisis deskriptif.

Dalam tulisan ini penulis memberikan gambaran tentang makna devosi kepada Bunda Maria, menjelaskan tentang cara-cara memaknai kekhasan Bunda Maria dalam kehidupan menggereja pada umumnya dan menurut para Legioner. Teknik pengumpulan data melalui studi dokumen, observasi dan mewawancarai para anggota Legio Maria. Fokus penelitian pada kualitas keterlibatan para Legioner dalam memaknai Devosi kepada Bunda Maria dalam kehidupan Menggereja di Paroki St. Paulus Pringgolayan, Yogyakarta.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini adalah sebagai berikut:

Pada bab I, penulis menguraikan gambaran umum tentang isi karya tulis ini yang meliputi: latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II berisi empat bagian pokok pembahasan. Pertama tentang devosi yang meliputi; pengertian devosi, peranan devosi dalam liturgi Gereja dan beberapa hal yang harus diperhatikan dalam devosi. Kedua tentang Bunda Maria yang meliputi;

siapa Bunda Maria, visi Bunda Maria, jiwa dan semangat Bunda Maria,

(25)

keistimewaan Bunda Maria, devosi kepada Bunda Maria dan macam-macam devosi kepada Bunda Maria. Ketiga tentang Legio Maria yang meliputi pengertian tentang Legio Maria, pendiri Legio Maria, tujuan Legio Maria, semangat Legio Maria, motivasi menjadi Legioner, tugas-tugas pelayanan para Legio Maria dan Legio Maria dalam kehidupan menggereja. Keempat tentang kehidupan menggereja para anggota Legio Maria melalui devosi yang meliputi; arti Gereja, model-model Gereja dan hidup menggereja. Kelima tentang Legio Maria dalam kehidupan di Paroki meliputi: Koinonia, Kerygma, Martyria, Liturgia dan Diakonia.

Dalam Bab III, penulis akan memaparkan metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, informan penelitian, fokus penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, teknik analisis data dan validasi data.

Dalam Bab IV peneliti memaparkan hasil penelitian, pembahasan dan usulan kegiatan untuk para anggota Legio Maria di Paroki St. Paulus, Pringgolayan, Yogyakarta dalam rangka memaknai devosi Bunda Maria untuk meningkatkan keterlibatan mereka dalam kehidupan menggereja.

Bab V berisi tentang penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama membahas kesimpulan. Bagian kedua merupakan saran yang ditujukan untuk memaknai kegiatan devosi kepada Bunda Maria bagi para anggota Legio Maria dalam kehidupan menggereja di Paroki St. Paulus, Pringgolayan, Yogyakarta.

(26)

BAB II

DEVOSI KEPADA BUNDA MARIA BAGI PARA ANGGOTA LEGIO MARIA DALAM KEHIDUPAN MENGGEREJA

A. Devosi

1. Pengertian Devosi

Devosi berasal dari bahasa Latin “devotion”, kata kerja devovere berarti sikap batin dan perwujudan orang secara pribadi untuk mengarahkan diri kepada sesuatu atau seseorang yang dihargai, dijunjung tinggi, dicintai dan yang menjadi tujuaan hidup manusia. Bila sasaran “devosi” itu mengarah kepada Allah dan apa yang bersangkutan dengan Allah dan sejauh bersangkutan, maka “devosi” menjadi devosi religius, keagamaan (Groenen, 1987: 150-151).

Menurut Martasudjita (2016:247), devosi berasal dari kata Latin devotion (dari kata kerja: devovere), yang berarti kebaktian, pengorbanan, penyerahan, sumpah, kesalehan, cinta bakti. Artinya, devosi menunjuk pada sikap hati untuk sesuatu atau seseorang yang dijunjung tinggi, dikagumi dan dicintai bahkaan yang dianggap dapat memberi hal yang baik bagi hidup manusia. Dalam tradisi Kristiani devosi dianggap dan diyakini sebagai bentuk penghayatan iman di luar liturgi resmi Gereja. Pengungkapan devosi sebagai bentuk kerendahan hati untuk menundukkan diri dalam relasi dengan Sang Pencipta. Devosi merupakan iman kristiani kepada Allah.

(27)

2. Peranan Devosi dalam Liturgi Gereja

Meski tidak termasuk liturgi resmi, devosi dianjurkan oleh Gereja karena devosi memang memberi sumbangan yang sangat baik bagi liturgi Gereja. Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Sacrosanctum Concilium tentang Liturgi Suci menguraikan bahwa “Liturgi bukan satu-satunya kegiatan Gereja”, berikut isi dari dokumen tersebut:

Liturgi suci tidak mencakup seluruh kegiatan Gereja. Sebab sebelum manusia dapat mengikuti liturgi, ia perlu dipanggil untuk beriman dan bertobat. Oleh karena itu, Gereja mewartakan berita keselamatan kepada kaum tak beriman supaya semua orang mengenal satu-satunya Allah yang sejati dan Yesus Kristus yang diutus-Nya lalu bertobat dari jalan hidup mereka serta menjalankan laku tapa. Akan tetapi kepada umat beriman pun Gereja selalu wajib mewartakan iman dan pertobatan (SC 9).

Ada tiga sumbangan devosi terhadap liturgi Gereja. Yang pertama, devosi mengingatkan pentingnya dimensi afeksi-emosi dalam liturgi. Maksud dari kalimat ini bahwa liturgi resmi Gereja masih sangat formal, rutin, rasional bahkan terasa kering. Penggunaan bahasa masih sangat formal, belum memasukkan budaya dan bahasa-bahasa pribumi atau bahasa setempat yang bisa menambah penghayatan iman umat. Yang kedua, devosi mengingatkan perlunya kesederhanaan ungkapan iman dalam liturgi. Iman perlu dingkapkan sesuai kebutuhan umat agar lebih memahami pesan liturgi untuk dimaknai dalam hidup umat. Yang ketiga, devosi mengingatkan bahwa liturgi merupakan sebuah doa, karena dengan doa orang dapat mengalami kehadiran Tuhan dalam hidup mereka (Martasudjita, 2016: 254-255).

3. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Devosi

Meskipun devosi diakui dan dianjurkan oleh Gereja dan memberi sumbangan terhadap liturgi, kita harus waspada terhadap berbagai pelaksanaan devosi yang

(28)

berlebihan. Beberapa hal yang menjadi sumbangan pelaksanaan devosi yaitu:

pertama devosi tidak dipandang sebagai pengganti liturgi resmi, karena dari seluruh liturgi resmi, Perayaan Ekaristi adalah liturgi Gereja tingkatan pertama dan tertinggi. Liturgi resmi Gereja yang paling penting dan di atas segalanya. Yang kedua praktik devosi harus dijauhkan dari bahaya praktik magis. Maksudnya, ketika orang memandang devosi sebagai mantra yang dapat mengabulkan doa, maka umat harus diingatkan bahwa kekuatan dan terkabulnya sebuah doa sesungguhnya hanya Tuhan. Yang ketiga devosi harus tetap sesuai dengan iman Gereja yang benar. Sikap dan antusiasme devosional harus tetap memperhatikan iman Gereja yang benar sebagaimana tertera dalam Kitab Suci dan Tradisi Gereja (Martasudjita, 2016: 255- 256).

B. Gelar-gelar Bunda Maria 1. Siapa Bunda Maria a. Bunda Allah

Maria disebut sebagai “Theo-tokos”, “Dei-Genitrix” yang artinya melahirkan Allah yang didogmatiskan sejak abad IV (tahun 431) oleh Konsili Efesus. “Dei-genitrix” dalam bahasa Latin menjadi “Dei-para” dan “Mater Dei”

yang artinya Bunda Allah. Istilah ini mengungkapkan bahwa Maria melahirkan seorang Anak. Bukan mau mengatakan bahwa Allah mempunyai ibu, tetapi mau menegaskan bahwa Allah yang telah menjelma menjadi manusia mempunyai seorang ibu seperti layaknya manusia. Namun dalam diri manusia Allah ini, ada dua subjek yakni Anak Allah dan manusia Yesus Kristus yang adalah Allah. Demi

(29)

mempertahankan kesatuan dengan Yesus Kristus, maka Konsili Efesus menetapkan bahwa Maria harus disebut sebagai Bunda Allah (Groenen, 1987: 41).

Bunda Maria memang sungguh Bunda Allah dan Penebus dunia, karena telah melahirkan Putera-Nya. Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja mengungkapkan:

Sebab Perawan Maria, yang sesudah warta Malaikat menerima Sabda Allah dalam hati maupun tubuhnya, serta memberikan hidup kepada dunia, diakui dan dihormati sebagai Bunda Allah dan Penebus yang sesungguhnya. Karena pahala Putera-Nya, ia ditebus secara lebih unggul, serta dipersatukan dengan- Nya dalam ikatan yang erat dan tidak terputuskan. Ia dianugerahi kurnia serta martabat yang amat luhur, yakni menjadi Bunda Allah, maka juga menjadi puteri Bapa yang terkasih dan kenisah Roh Kudus (LG 53).

Oleh karenanya, sebagai umat beriman akan Yesus Kristus sebaiknya dan selayaknya menghormati dan berbakti kepada Bunda Maria yang menjadi Bunda Allah, karena Bunda Maria juga menjadi Bunda bagi semua umat beriman.

b. Bunda Gereja

Maria adalah Bunda Gereja, yakni Bunda orang-orang beriman. Menurut Kisah Para Rasul 1:14, sesudah kenaikan Yesus ke Surga, para Rasul menantikan kedatangan Roh Kudus. Dalam penantian itu mereka senantiasa bertekun dan sehati dalam doa bersama. Maria termasuk dalam kelompok para rasul yang menantikan turunnya Roh Kudus. Keberadaan Maria dalam kelompok ini mengacu pada peranananya dalam Gereja, yakni memohonkan pencurahan Roh Kudus bagi Gereja melalui doa- doanya. Maria yang sudah mengalami lindungan Roh Kudus kini menjadi teladan bagi para murid Yesus menjelang saat munculnya Gereja. Roh yang sama yang membayanginya dalam permulaan Gereja. Roh Kudus menjamin

(30)

agar Gereja selalu berubah, dan di dalam Gereja, Maria menyebarluaskan karya Roh melalui kebundaanya (Eddy Kristiyanto, 1987: 44).

Dalam Injil Yohanes dikisahkan, bahwa pada saat sebelum Yesus wafat di kayu Salib, Yesus menyerahkan murid-Nya kepada Maria dan sebaliknya menyerahkan Maria kepada murid-Nya, sehingga sejak saat itu Maria dan murid- Nya mulai menjadi satu keluarga dan tinggal di dalam satu rumah (Yoh 19:25-27).

Menurut Injil Yohanes, ketika Yesus melihat Maria dan murid-Nya berdiri berdampingan, Yesus berkata kepada Maria: “Ibu, inilah anakmu!” dan kepada murid-Nya: “Inilah ibumu!” (Yoh 19:26-27).

Dari kalimat yang diucapkan oleh Yesus, jelas sekali bahwa Ia menghendaki agar Maria dan murid-Nya menjadi satu keluarga. Yesus mengajak Maria untuk menerima murid-Nya sebagai anaknya, dan sebaliknya Ia mengajak murid-Nya untuk menerima Maria sebagai ibunya. Berdasarkan kesaksian Injil Yohanes, Maria kemudian dihormati oleh umat Katolik sebagai “Mater Ecclesiae”, yang berarti

“Bunda Gereja” (Njiolah, 2003: 20-21).

Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja menegaskan sebagai berikut:

Maria memang Bunda para anggota (Kristus), karena dengan cinta kasih ia menyumbangkan kerjasamanya, supaya dalam Gereja lahirlah kaum beriman, yang menjadi anggota Kepala itu. Oleh karena itu, ia menerima salam sebagai anggota Gereja yang serba unggul dan sangat istimewa, pun sebagai pola- teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta kasih. Menganut bimbingan Roh Kudus, Gereja Katolik menghadapinya penuh rasa kasih sayang sebagai bundanya yang tercinta (LG 53).

Menurut Konsili Vatikan II Gereja Katolik mengakui peran Maria bukan hanya sebagai anggota yang serba unggul dan sangat istimewa, tetapi juga sebagai

(31)

pola-teladannya yang mengagumkan sebagai bundanya yang tercinta. Maka sesuai dengan penegasan Konsili Vatikan II, Paus Paulus VI memakluman Maria bukan hanya sebagai “Bunda Kristus”, Sang Kepala, tetapi juga sebagai “Bunda Gereja”, para anggota-Nya (Njiolah, 2003: 21-22)

c. Bunda Perawan

Keperawanan Maria adalah bagian hakiki iman Katolik yang didukung oleh penegasan Kitab Suci. Dalam konteks ini Yesus dikandung tidak secara biasa (hasil persetubuhan) melainkan dari Roh Kudus (Matius, 1:18-25). Kristus lahir dari rahimnya, sedang Kristus sendiri tidak mempunyai Bapa (biologis), maka Maria tetap perawan. Dalam hal ini Allah yang bertindak melampaui jaminan keperawanan Santa Maria di luar kemampuan pikiran manusia (Eddy Kristiyanto, 1987: 21).

Mengenai “keperawanan” Maria, Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja menegaskan bahwa “Kelahiran Yesus Kristus sama sekali tidak mengurangi keutuhan keperawanan Maria melainkan justru menyucikannya” (LG 57).

d. Hamba Tuhan, Miskin dan Hina

Bunda Maria diakui sebagai Hamba Tuhan, Miskin dan Hina karena telah menerima keselamatan dari Tuhan. Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja menegaskan: “Dialah yang unggul di tengah umat Tuhan yang rendah dan miskin, yang penuh kepercayaan mendambakan serta menerima keselamatan dari pada-Nya” (LG 55).

(32)

Dengan menonjolkan sikap religius Maria yang miskin dan rendah hati, maka Maria digolongkan dalam bilangan anawim. Maria disebut sebagai kelompok anawim karena dia hanya mengandalkan kekuatan Allah, selalu mendengarkan kehendak Allah dan mencari Allah dalam seluruh hidup dan karya perutusannya.

Maria mengungkapkan dirinya sebagai pribadi yang tidak berarti di hadapan Allah, namun kuasa Allah telah membuatnya berarti di hadapan Allah. (Eddy Kristiyanto, 1987: 31).

Sikap anawim menurut penginjil Lukas ada pada Maria, Ibu Yesus. Hal ini dapat dirasakan dalam madah “Magnificat” Maria. Sikap ini paling nyata terungkap dalam ayat berikut:

Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai- beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhta-Nya dan meninggikan orang-orang yang rendah; Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa (Luk 1:51-53).

Atas dasar imannya, Maria mengenal cara Allah terlibat dalam sejarah hidup umat pilihan-Nya. Tindakan Allah ini dapat dijadikan sasaran madah pujian orang- orang miskin dan rendah hati yang telah diperhatikan dan telah mendapat kasih karunia dari Allah. Maria sepenuhnya mewujudkan “orang-orang miskin dan rendah hati” yang dahulu kepada mereka yang dijanjikan penyelamatan. Sekarang janji telah terlaksanan dalam diri Yesus Kristus (Eddy Kristiyanto, 1987: 32-33).

e. Maria Ibu Yesus

Gambaran Maria sebagai Ibu Yesus Kristus yang adalah Anak Allah diungkapkan oleh Rasul St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Galatia sebagai berikut: “Setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya yang lahir dari

(33)

seorang perempuan dan takluk di bawah hukum Taurat. Ia diutus kepada mereka yang takluk kepada hukum Taurat” (Galatia 4:4-5).

Paulus menekankan tentang Anak Allah yang menjadi manusia, menderita di salib dan wafat namun bangkit dengan mulia. Paulus tidak menekankan ibu dari Anak Allah tersebut, tetapi yang ditekankan Paulus adalah Allah yang sungguh menjadi manusia, mau menyatukan diri dengan manusia. Allah manusia ini lahir dari seorang perempuan. Perempuan dan Yesus adalah manusia, telah menjadi satu dan tak akan ada yang menggantikan posisinya. Dia yang disebut perempuan itu adalah Ibu Yesus yakni Bunda Maria. Kesatuan Yesus dan Maria telah terpancar dalam karya keselamatan, sehingga karya penyelamatan tidak akan terlepas dari peran Maria sebagai Ibu Yesus Kristus. (Groenen, 1987: 37-38).

f. Maria Hawa Baru

Gagasan Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja menjelaskan mengenai Maria sebagai Hawa Baru dari keistimewaan Bunda Maria sebagai Bunda Tuhan dan anggota Gereja yang mahaunggul, Bunda Penebus, citra para beriman dan model cinta kasih dan pribadi yang istimewa dengan menegaskan sebagai berikut:

Bapa maharahim menghendaki, agar sebelum inkarnasi tugas Bunda, yang telah ditentukan terlebih dahulu, diterima. Dengan demikian, sebagaimana seorang wanita menyebabkan kematian, demikian seorang wanita mendatangkan kehidupan. Hal ini berlaku sangat tepat bagi Bunda Yesus.

Maka dari itu tidak sedikitpun Bapa zaman purba, yang dalam khotbahnya dengan rela menegaskan bersama Ireneus, simpul ketidaktaatan Hawa diuraikan oleh ketaatan Maria, yang diikat si gadis Hawa oleh ketidakpercayaannya, dilepaskan oleh Perawan Maria dengan imannya (LG 56).

(34)

Bunda Maria digambarkan sebagai Hawa Baru dilandaskan pada keterbukaan Maria mendengar kehendak Allah. Ia dengan seluruh dirinya mau menerima peran penting dalam Gereja sebagai Ibu Tuhan. Dengan demikian ia telah menujukkan diri sebagai Hawa baru yang membawa kehidupan bagi umat manusia. Hawa baru ditampilkan dalam karya keselamatan dimaksudkan agar ketidaktaatan Hawa yang mendatangkan kebinasaan, dipulihkan dengan ketaatan Hawa baru yakni Bunda Maria yang mendatangkan kehidupan (Eddy Kristiyanto, 1987:29).

g. Putri Sion

Gagasan mengenai Bunda Maria sebagai Putri Sion diungkapkan oleh Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja yang mengatakan bahwa:

Akhirnya, sesudah lama menantikan pemenuhan janji, dalam dia, Putri Sion yang termulia, tibalah waktu dan dibangunlah tata keselamatan baru, ketika dari dia, Putera Allah menerima kodrat manusia, supaya membebaskan manusia dari dosa dengan misteri penjelmaan-Nya menjadi Daging (LG 55).

Gelar Maria sebagai Putri Sion dalam Lumen Gentium menggunakan gagasan Perjanjian Lama dalam Kitab Nabi Yesaya (Yes 54:1-17; 60:1-22; 62:1-12), mengungkapkan sosok Putri Sion yang ditampilkan di masa depan sebagai personifikasi Yerusalem dan seluruh Umat Allah, ibu anak-anaknya yang dikaruniai Allah dengan keselamatan eskatologis (Eddy Kristiyanto, 1987: 33-34).

Gagasan Maria sebagai Putri Sion juga dapat disambungrapatkan dengan nas: Ketika sudah sampai saat yang ditetapkan Allah, Ia mengutus Putra-Nya.

PutraNya itu dilahirkan dari seorang wanita dan hidup di bawah hukum Taurat, supaya mereka semua yang tunduk pada hukum itu, dibebaskan oleh-Nya dan diangkat menjadi anak Allah (Gal 4:4).

(35)

Pewartaan Paulus mengungkapkan tentang Yesus Kristus yang akan membebaskan manusia dari perbudakan hukum Taurat lahir dari seorang perempuan Yahudi. Dari dialah pintu masuk Kristus ke dalam dunia yang penuh perbudakan terpenuhi. Bunda Maria yang disebut oleh Paulus sebagai perempuan telah hadir, agar umat manusia mengalami jalan keselamatan, seperti Putri Sion dalam harapan baru keselamatan umat manusia (Eddy Kristiyanto, 1987: 33-34).

2. Visi Bunda Maria

Visi iman Maria terungkap dalam nyanyian pujian Maria atau yang biasa disebut sebagai Magnificat Maria. Kutipan Magnificat Maria yang terdapat dalam Injil Lukas sebagai berikut:

Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai- beraikan orang yang congkak hatinya. Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhta-Nya dan meninggikan orang-orang yang rendah. Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa (Luk 1:51-53).

Kutipan Magnificat Maria menggambarkan visi iman Maria yakni menaikan dan menurunkan, artinya Allah akan hadir di tengah-tengah umat-Nya untuk melakukan perubahan dengan tindakan-tindakan. Maka orang-orang yang menonjolkan kedudukan akan diturunkan dan orang-orang yang berada di bawah akan ditinggikan oleh Allah, mengangkatnya dari kehina-dinaannya dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh dengan kesederhanaan dan kerendahan hati.

Umat beriman diharapkan mampu melayani sesama dengan tulus karena dalam diri sesama Allah hadir untuk menjadi pelayan. Hidup umat beriman

(36)

diibaratkan sebagai perjamuan dengan tanda saling melayani (Luk 22:26), maka lenyaplah segala bentuk perbedaan sosial, sehingga umat semakin sadar bahwa diri mereka kecil di hadapan Allah, dan Allah sendirilah yang mampu mengangkat hidup manusia bukan kedudukan sosial. (Darminta, 1995: 24).

3. Jiwa dan Semangat Bunda Maria a. Hamba yang Rendah Hati

Jiwa dan semangat Bunda Maria adalah dasar bagi umat beriman untuk meneladani sikap dan teladan Bunda Maria. Jiwa dan semangatnya dapat dilihat dalam hidup berimannya melalui hidup doa. Jiwa dan semangat Bunda Maria dapat direnungkan dan didalami melalui Injil Luk 1:46-56 yakni sebagai berikut:

Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juru selamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba- Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, karena Yang mahakuasa telah melakukan perbuatan- perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. Dan rahmat-Nya turun temurun atas orang yang takut akan Dia. Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya. Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhta-Nya dan meninggikan orang-orang yang rendah. Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan kosong. Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya”. Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabeth, lalu pulang kembali ke rumahnya.

Nyanyian ini mengungkapkan rasa syukur Bunda Maria yang telah diangkat dalam kesederhanaannya dan dimuliakan oleh-Nya dalam karya keselamatan yang dijanjikan-Nya kepada umat manusia. Nyanyian ini juga merupakan ungkapan syukur umat manusia yang diwakilkan oleh Bunda Maria karena telah diselamatkan, dan umat manusia diajak untuk tetap sadar bahwa Allah adalah

(37)

segalanya, sehingga tetap ada kesadaran untuk memuji dan memuliakan Allah dalam seluruh kisah hidup yang dialami (Darminta, 1994: 14-15).

b. Maria yang Menyerahkan Diri Seutuhnya

Sebagai seorang hamba yang rendah hati, Maria menyerahkan diri seutuhnya pada rencana dan kehendak Allah. Seluruh hidupnya diserahkan pada penyelenggaraan Allah. Allahlah yang akan memenuhi seluruh gerak hidupnya.

Yang menjadi pedoman Bunda Maria ialah “Jadilah padaku menurut perkataan- Mu” (Luk 1:38). Sabda Tuhan inilah yang menjadi titik tolak penyerahan Maria kepada kehendak Tuhan. Ia mau mempersembahkan dirinya untuk Tuhan sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan baginya, bukan menurut kehendaknya. Dia tidak mengandalkan kekuatan pribadinya, tetapi mau pasrahkan seluruh karya keselamatan pada rencana dan kehendak Allah (Darminta, 1994:17-18).

c. Maria, Hamba yang Mengandalkan Tuhan

Rencana Allah agar manusia menjadi kudus telah terlaksana pada Bunda Maria, karena ia memasrahkan seluruh hidupnya pada penyelenggaraan Tuhan. Ia berjuang mengalahkan keinginan dirinya untuk selalu mengandalkan Tuhan dan memasrahkan seluruh kehendaknya pada kehendak Tuhan. Ia memiliki sikap pasrah, artinya dalam segala hal mampu mengalahkan rasa gelisah dan mengenakan rasa damai dan kegembiraan. Dia sungguh menjadi Hamba yang setia dan menyerahkan diri secara total kepada Allah. (Darminta, 1994: 19-21).

4. Keistimewaan Bunda Maria dalam Kehidupan Menggereja

Keistimewaan Bunda Maria yang khas ialah bahwa hidupnya tergantung sepenuhnya pada Allah Bapa yang memilih dan memberikan rahmat; pada Yesus,

(38)

Putera Allah yang menjadi Anaknya; pada Roh Kudus yang menjiwai dan menghidupinya. Keistimewaan Bunda Maria ialah bahwa ia Bunda Allah Sang Penebus. Maria dipilih menjadi Bunda Allah Sang Penebus, Bunda Sabda yang menjadi manusia dengan lebih dahulu menerima-Nya dalam hatinya sebelum menerima dalam rahimnya. Itulah dasar perkenanan dan pilihan atas diri Maria (Eddy Kristiyanto, 1987: 36-37).

a. Iman Maria

Ungkapan iman Maria diucapkan oleh Elisabet pada kunjungan Maria yang tertuang dalam ayat Kitab Suci berikut: “Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan akan terlaksana” (Luk 1:45).

Makna kunjungan itu terungkap dalam ucapan bahagia ini, sebab apa yang dikatakan tentang janji keselamatan akan terlaksana dalam diri Bunda Maria. Iman Maria telah digambarkan dalam konteks kunjungannya kepada Elisabet saudarinya.

Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja artiel 56 menyatakan “Perawan Nazaret” ini dikaruniai cahaya kekudusan yang istimewa sejak saat pertama ia dikandung, dan mendapat salam “penuh rahmat” dari Malaikat pembawa kabar, atas perintah Allah. Lalu kepada Malaikat ia menjawab,

“Lihatlah Hamba Allah, jadilah padaku sesuai dengan Sabda-Mu”. Pernyataan ini mengungkapkan kesungguhan Maria, wanita Nazaret yang mau menyerahkan diri menjadi Ibu Tuhan. Imannya yang teguh dan utuh pada kehendak Allah telah membuat ia istimewa di hadapan Allah dan rahmat Allah ada padanya (Eddy Kristiyanto, 1987:37-38).

(39)

b. Penuh Rahmat

Maria telah dipenuhi rahmat dari Allah sejak ia dikandung dan bahkan dipertegas oleh kata-kata Malaikat Gabriel. Keistimewaan Maria sebagai yang penuh rahmat terungkap dalam Salam Malaikat kepada Maria ketika membawa kabar kepada Maria atas kehendak Allah sebagai berikut: “Ketika Malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata, “Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” (Luk 1:28).

Salam yang diucapkan Malaikat Gabriel mau menyatakan bahwa Maria telah dikarunia rahmat bukan karena keibuannya, melainkan karena kesuciannya.

Kesucian Maria inilah yang menghendaki Allah untuk mengutus Malaikat Gabriel membawa kabar sukacita baginya. Allah telah mengaruniakan rahmat yang penuh kepadanya, sebelum Maria mengatakan ya pada kehendak Allah. Maria telah memperoleh damai sejahtera di hadapan Tuhan dan Tuhan menyertai Maria dengan rahmat-Nya. Maria penuh rahmat dari Tuhan (Eddy Kristiyanto, 1987:39- 40).

c. Bersatu dengan Kristus dalam Karya Penyelamatan

Maria ikut terlibat dalam karya keselamatan bersama Putranya. Penginjil Yohanes menggambarkan kehadiran Maria secara nyata dalam ayat Kitab Suci:

Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di samping-Nya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu”! Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, “Inilah ibumu”! Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya (Yoh 19:26-27).

Dalam Injil Yohanes Bunda Maria ditampilkan dua kali bertepatan dengan hidup publik Yesus yakni peristiwa Kana dan peristiwa Maria di bawah Salib.

(40)

Kesatuan Maria dengan Kristus dalam karya keselamatan dikaitkan dengan kata

“saat” dalam peristiwa Kana yang menunjuk pada pemuliaan Yesus di Salib. Dalam pemuliaan itulah Maria dipersatukan oleh Allah dengan Yesus Kristus. “Saat”

dipakai dengan arti ganda yakni saat Yesus ialah pemuliaan-Nya dalam wafat di Salib dan saat pemuliaan Yesus yang terjadi selama hidup-Nya di dunia sebagai utusan Allah dan Anak Allah yang tampak dalam karya Yesus dan mujizat- mujizat- Nya.

Seluruh perjalanan hidup Yesus mempertegas peranan Maria yang ikut ambil bagian dalam karya penyelamatan. Maria tidak menyebabkan Yesus memulai penyataan kemuliaan-Nya, melainkan Maria yang menyatakan bahwa pelayan- pelayan harus melakukan apa yang dikatakan Yesus, bersifat melayani. Maria bersikap merendah, menghamba, walaupun ia tahu apa yang sebenarnya direncanakan Allah dan Yesus, Anak-Nya.

Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium artikel 58 juga mengungkapkan:

Selama karya pewartaan-Nya, ia menerima sabda, dengannya Sang Putera mengangkat martabat Kerajaan, melampaui alasan- alasan dan hubungan daging dan darah serta menamakan mereka bahagia, yang mendengarkan dan menyimpan sabda Allah, seperti dilakukan sendiri dengan setia oleh Bunda.

Begitu pula Perawan suci maju dalam ziarah iman, dan mempertahankan dengan setia kesatuannya dengan Putra sampai di Salib, di mana ia tegak dengan bantuan Tuhan. Ia turut menderita dengan dasyat bersama Putranya dengan hati seorang ibu, sambil menyetujui dengan penuh kasih sayang, dipersembahkan Korban yang ia lahirkan.

Kesatuan itu menjadi nyata melalui keikutsertaan Maria dalam penderitaan bersama Putranya yang wafat di Salib. Maria turut terlibat dalam seluruh karya penyelamatan umat manusia, bahkan ia memberi diri secara total pada rencana dan

(41)

kehendak Allah dengan bersatu bersama Putranya dalam karya penyelamatan umat manusia (Eddy Kristiyanto, 1987:41-43).

d. Kebundaan Maria

Maria telah ditentukan Allah untuk menjadi Ibu Tuhan dan Gereja.

Kebundaan Maria ditegaskan oleh Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja sebagai berikut:

Karena Allah berkenan, tidak memanifestasikan misteri keselamatan manusia secara mulia sebelum mencurahkan Roh yang dijanjikan Kristus, maka kita melihat para rasul sebelum hari Pentakosta “sehati-sejiwa tekun dalam doa bersama wanita-wanita, dan Maria, Bunda Yesus serta saudara-saudara-Nya”

(Kis 1:14). Kita melihat pula Maria memohon anugerah Roh dengan doa- doanya, Roh yang sudah menaunginya disaat ia menerima warta (LG 59).

Bunda Maria tidak bisa terlepas dari Yesus dalam karya penyelamatan umat manusia. Maria ikut terlibat dan bersatu dengan Putranya untuk mengungkapkan peranana kebundaanya dalam Gereja. Bunda Maria juga terlibat dalam doa bersama Gereja yang hadir dalam diri para murid untuk turut menantikan kehadiran Roh Kudus, sehingga ia bukan hanya Bunda untuk Yesus Kristus, tetapi juga sebagai Bunda Gereja. Di dalam Gereja, Maria menyebarluaskan karya Roh melalui kebundaanya. Maka kebundaan Maria dapat dihayati oleh para beriman sebagai pengikat dalam satu keluarga Allah yang senantiasa menantikan penggenapan janji Kristus (Eddy Kristiyanto, 1987: 43-45).

e. Maria diangkat ke Surga

Bunda Maria telah hadir dalam karya penyelamatan umat manusia. Karena kerelaan dan kerendahan hatinya, maka Allah mengangkat ia dengan jiwa dan raganya ke Surga. Gagasan ini ditegaskan oleh Konsili Vatikan II dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium tentang Gereja sebagai berikut:

(42)

Akhirnya, sesudah menyelesaikan jalan kehidupan yang fana, perawan tak tercela, yang senantiasa kebal terhadap semua noda dosa asal, diangkat ke kejayaan Surgawi dengan badan dan jiwanya. Oleh Tuhan, ia diunggulkan sebagai Ratu alam semesta, agar ia lebih lagi menyerupai Puteranya, Tuhan dari semua yang memerintah (Why 19:16) dan pemenang atas dosa dan maut (LG 59).

Artikel ini menyebut tiga keistimewaan Maria. Pertama, Maria tidak pernah terkena oleh apa yang diistilahkan dengan dosa asal. Kedua, Maria dengan “badan dan jiwanya” diangkat ke Surga. Ketiga, Maria menjadi “Ratu alam semesta”. Tiga keistimewaan Maria ini mengalir karena kesatuannya dengan Kristus Yesus yang jaya atas maut, naik ke Surga dan meraja di sisi kanan Allah dalam kemuliaan Surgawi (Eddy Kristiyanto, 1987:45).

5. Devosi kepada Bunda Maria

Devosi kepada Bunda Maria adalah devosi yang tidak asing di telinga umat.

Umat sering mendoakan devosi kepada Bunda Maria karena devosi ini sangat merakyat. Umat bisa mendoakan devosi secara pribadi maupun kelompok. Bahkan ada umat yang rela berziarah untuk mendoakan doa devosi, karena melalui devosi Maria membawa kita sebagai orang Katolik yang beriman untuk mengenal, mencintai serta memuliakan Yesus dan Bapa di Surga (Prasetya, 2007: 16). Hal ini diperkuat dengan dokumen Lumen Gentium artikel 66.

Ibadat ini, seperti yang selalu ada di dalam Gereja, walaupun merupakan ibadat yang khusus sekali, toh berbeda secara hakiki dengan ibadat sujud, yang diberikan kepada sabda yang menjadi daging, sama seperti Bapa dan Roh Kudus, namun sangat memupuknya. Bermacam- macam bentuk kesalehan terhadap Bunda Allah, yang disetujui Gereja dalam batas-batas ajaran yang sehat dan ortodoks, sesuai dengan keadaan waktu dan tempat, dan sesuai dengan ciri-ciri serta bakat para beriman.

Lumen Gentium artikel 66 ingin menegaskan bahwa Maria dan Yesus hakikatnya berbeda. Maria adalah manusia, sedangkan Yesus Kristus adalah Allah

Gambar

Tabel 1: Kisi-kisi Wawancara………………………………………………….…41  Tabel 2: Pedoman Observasi…………………………………………………..…45  Tabel 3: Pedoman Studi Dokumen………………………………………………45
Tabel 1. Kisi-kisi Wawancara
Tabel 2: Pedoman Observasi

Referensi

Dokumen terkait