GAMBARAN UMUM WILAYAH
1.1. Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik
1.1.1. Letak Geografis
Wilayah Kabupaten Buton terletak di Kepulauan Buton (Pulau Buton dan Muna), jazirah tenggara Pulau Sulawesi. Secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan diantara 4,960 – 6,250 Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur diantara 120,000 – 123,340 Bujur Timur. Wilayah ini meliputi sebagian Pulau Muna dan Buton.
Secara administratif batas-batas Kabupaten Buton adalah sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Muna ;
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores ;
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wakatobi ;
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Bombana.
1.1.2. Administratif
Kabupaten Buton memiliki wilayah daratan seluas ± 2.488,71 km2 atau 248.871 ha dan wilayah perairan laut diperkirakan seluas ± 21.054 km2, dimana pada tahun 2011 kecamatan di Kabupaten Buton telah berjumlah 21 kecamatan yaitu:
a. Kecamatan yang terdapat di Pulau Buton yaitu :
• Kecamatan Lasalimu
• Kecamatan Lasalimu Selatan
• Kecamatan Pasar Wajo
• Kecamatan Siontapina
• Kecamatan Wolowa
• Kecamatan Sampolawa
• Kecamatan Batauga
• Kecamatan Kapontori
• Kecamatan Lapandewa
• Kecamatan Wabula
b. Kecamatan yang terdapat di Pulau Muna :
• Kecamatan Mawasangka
• Kecamatan Mawasangka Timur
• Kecamatan Mawasangka Tengah
• Kecamatan Sangia Mambulu
• Kecamatan Gu
• Kecamatan Lakudo
c. Kecamatan yang terdapat di kepulauan yaitu :
BAB
2
• Kecamatan Batu Atas
• Kecamatan Talaga Raya
• Kecamatan Siompu Barat
• Kecamatan Siompu
• Kecamatan Kadatua
Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Pasarwajo dengan luas 356,40 km2, Kecamatan Lasalimu 327,29 km2 serta Kecamatan dengan luas 271,55 km2 atau masing-masing 14,31 %, 13,14 % serta 10,89 % terhadap total luas wilayah Kabupaten Buton. Sedangkan wilayah yang paling kecil adalah Kecamatan Batu Atas dengan luas wilayah 7,18 km2 atau 0,29 % dari total luas wilayah Kabupaten Buton.
Untuk mencapai ibukota kecamatan dari ibukota kabupaten dapat ditempuh dengan dua cara yaitu melalui darat dan laut.
a. Ibukota kecamatan yang dapat dicapai melalui kendaraan darat yaitu : Pasarwajo - Pasarwajo Kec. Pasarwajo 0 km
Pasarwajo - Kamaru Kec. Lasalimu 66 km
Pasarwajo - Ambuau Kec. Lasalimu Selatan 43 km Pasarwajo - Matanauwe Kec. Sintapina 27 km Pasarwajo - Wabula Kec. Wabula 26 km Pasarwajo - Wolowa Kec. Wolowa 15 km Pasarwajo - Lapandewa Kec. Lapandewa 69 km Pasarwajo - Mambulu Kec. Sampolawa 48 km Pasarwajo - Laompo Kec. Batauga 72 km Pasarwajo - Mataumpana Kec. Kapontori 98 km
b. Ibukota kecamatan yang dapat dicapai melalui kendaraan laut yaitu : Pasarwajo - Lombe Kec. Gu 78 km
Pasarwajo - Tolandona Kec. Sangia Wambulu 53 km Pasarwajo - Lakudo Kec. Lakudo 70 km
Pasarwajo - Mawasangka Kec. Mawasangka 108 km Pasarwajo - La Mena Kec. Mawasangka Timur 145 km Pasarwajo - Lanto Kec. Mawasangka Tengah 107 km Pasarwajo - Talaga Satu Kec. Talaga Raya 117 km Pasarwajo - Ujung Kec. Batu Atas 228 km
Pasarwajo - Biwinapada Kec. Siompu 91 km Pasarwajo - Molona Kec. Siompu Barat 99 km Pasarwajo - Kaofe Kec. Kadatua 90 km.
Jumlah desa/kelurahan pada masing-masing kecamatan tahun 2011 disajikan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1.1 Luas Wilayah Kabupaten Buton Menurut Kecamatan Tahun 2011
Kecamatan
Luas (km2)
Persentase Terhadap
Luas
1. Lasalimu 327,29 13,15
2. Lasalimu Selatan 88,09 3,54
3. Siontapina 181,02 7,27
4. Pasarwajo 356,40 14,32
5. Wabula 51,58 2,07
6. Wolowa 65,02 2,61
7. Sampolawa 153,57 6,17
8. Batu Atas 7,18 0,29
9. Lapandewa 45,25 1,81
10. Batauga 75,83 3,05
11. Siompu 32,50 1,31
12. Siompu Barat 10,00 0,40
13. Kadatua 23,67 0,95
14. Kapontori 113,00 4,54
15. Gu 104,00 4,18
16. Sangia Mambulu 10,00 0,40
17. Lakudo 225,00 9,04
18. Mawasangka 269,55 10,83
19. Mawasangka Timur 126,23 5,07
20. Mawasangka Tengah 152,22 6,12
21. Talaga Raya 71,31 2,87
Jumlah 2.488,71 100,00
Sumber: Kabupaten Buton dalam Angka, 2012.
Pada Tabel 2.1 tampak bahwa jumlah desa dan kelurahan terbanyak adalah Kecamatan Pasarwajo (11 desa dan 9 kelurahan), menyusul Kecamatan Mawasangka (15 desa dan 2 kelurahan), Kecamatan Kapontori (14 desa dan 2 kelurahan), Lakudo (11 desa dan 3 kelurahan), Lasalimu Selatan (13 desa), sedangkan yang paling sedikit desa/kelurahan adalah kecamatan Talaga Raya (4 desa dan 1 kelurahan). Kecamatan Wabula dan Wolowa masing-masing hanya 5 desa tanpa kelurahan. Kecamatan Pasarwajo memiliki kelurahan paling banyak (9), menyusul kecamatan Batauga (5), Sampolawa (3) dan lakudo (3). Dari 21 kecamatan yang ada terdapat 11 kecamatan yang tidak mempunyai kelurahan, hanya status desa.
Tabel 2.1.2 Jumlah Desa/Kelurahan Pada Masing-masing Kecamatan Tahun 2011
No. Kecamatan
Ibu Kota Kecamatan
Banyaknya
Desa Kelurahan Jumlah
1 Lasalimu Kamaru 10 1 11
2 Lasalimu Selatan Ambusu 13 - 13
3 Siontapina Matanauwe 9 - 9
4 Pasarwajo Pasarwajo 11 9 20
5 Wabula Wabula 5 - 5
6 Wolowa Wolowa 5 - 5
7 Sampolawa Mambulu 9 3 12
8 Batu Atas Ujung 7 - 7
9 Lapandewa Lapandewa 6 - 6
10 Batauga Laompo 5 5 10
11 Siompu Biwinapada 8 - 8
12 Siompu Barat Malona 6 - 6
13 Kadatua Kaofe 10 - 10
14 Kapontori Mataumpana 14 2 16
15 Gu Lombe 8 2 10
16 Sangia Mambulu Tolondona 5 1 6
17 Lakudo Lakudo 11 3 14
18 Mawasangka Mawasangka 15 2 17
19 Mawasangka Timur Lamena 8 - 8
20 Mawasangka Tengah Lanto 9 - 9
21 Talaga Raya Talaga Satu 4 1 5
Jumlah Desa / Kelurahan 178 29 207
Sumber : Buton Dalam Angka 2012
2.1.3 Topografi
Peta lereng merupakan informasi tingkat kemiringan lereng yang terdapat pada suatu wilayah. Tingkat kemiringan lereng dinyatakan dalam persen atau derajat. Sebagian besar wilayah Kabupaten Buton (44,94%) berada pada kelas lereng 41% – 60%. Wilayah yang berada pada lahan yang datar (lereng <2%) hanya mencapai 2,41% luas wilayah. Kelas lereng agak landai hingga landai mencapai 25,52%, untuk lebih jelas mengenai kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.
Tabel 2.1.3Kemiringan Lereng di Kabupaten Buton
Kelas Kemiringan Lereng Luas (ha)
1. Datar (<2%) 7,426.40
2. Agak Landai (2-8%) 15,639.18
3. Landai (9-15%) 62,835.44
4. Agak Berlereng (16-25%) 12,107.87
5. Berlereng (26-40%) 7,947.88
6. Agak Curam (41-60%) 138,281.7
7. Sangat curam (>60%) 63,186.48
Total 307,424.9
8 Sumber: Analisa Konsultan, 2011.
Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat dan kontur merupakan informasi yang menyajikan data interval pembagian ketinggian tempat di Kabupaten Buton. Data ini berisi informasi tentang kisaran ketinggian tempat di Kabupaten Buton, beserta titik-titik ketinggian yang terdapat pada setiap lokasi.
Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut, sebagian besar wilayah Kabupaten Buton (46,79%) berada pada ketinggian 0 - 115 m dpl. Kondisi ini menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah berada daerah dataran yang umumnya merupakan wilayah bagian pesisir. Titik ketinggian tertinggi berada pada 808 m dpl laut. Uraian interval ketinggian tempat di Kabupaten Buton disajikan pada Tabel 2.4 berikut.
Geomorfologi
Wilayah Sulawesi Tenggara daratan dan kepulauan tersusun oleh formasi-formasi batuan skis, ultrabasik, dan basik, batu gamping dan napal, batuan sedimen tak terinci,
Molase Sulawesi Sarasin dan Sarasin, batu gamping koral (tersier), alluvium dan endapan pantai.
Tabel 2.1.4 Ketinggian Tempat di Kabupaten Buton
Interval Ketinggian Luas (ha)
0 – 115 143,
876.44
115 – 231 73,7
73.07
231 – 346 37,0
63.51
346 – 462 31,0
74.89
462 – 577 16,8
44.38
577 – 692 4,21
4.38
692 – 707 0.39
707 – 808 520.
Total 307,99
481.11 Sumber: Analisis Konsultan, 2011
Menurut teori Tektonik Lempeng dari Hamilton (1972 dan 1973), daratan tersebut diduga sebagai akibat terjadinya lempeng kerak dari suatu gerakan lempeng tektonik yang tersusun dari kerak samudera di bagaian bawah dan batuan gunung api di bagian atas yang sebagian besar batuannya terdiri dari skis, batuan beku basik dan ultrabasik serta karbonat. Sebagai akibat hunjaman, sebagian lempengan di sepanjang batas pertemuan Mandala Sulawesi Barat dengan Mandala Sulawesi Timur, maka muncul batuan ultrabasik dan basik serta terjadi sesar-sesar di daerah timur jalur hunjaman.
Pulau Buton mempunyai susunan geologi lebih kompleks dari pada Pulau Muna, yang terdiri atas batuan malihan redimen Mesozoikum, sediment tersier, endapan sungai dan batuan ultrabasik (Sikumbang dan Sanyoto, 1981). Batuan malihan meliputi formasi Mukino dan Lakanasai. Batuan sedimen Mesozoikum dibagi menjadi 4 formasi yaitu : formasi Winto, Ogena, Rumu dan Tobelo. Batuan sedimen tersier menutupi sebagian besar Pulau Buton yang terdiri dari tiga formasi yaitu : formasi Tondo, Sampolakosa dan Wapulaka. Endapan sungai, pantai dan rawa terdiri dari pasir, lanau dan lempung menempati daerah Kuala dan Teluk. Batuan ultrabasik terdiri dari peridotit, serpentinit dan peridotit terserpentinitkan. Selain batuan ultrabasik terdapat pula batuan diorit yang menerobos batuan sedimen Mesozoikum.
Batuan muda yang diterobos oleh diorit ádalah formasi Tobelo, terdapat di hulu S.
Rumu.
Landform
Kabupaten Buton dibedakan ke dalam 7 satuan landform utama, yaitu : dataran aluvium, dataran pantai (marin), dataran piedmont, teras marin, batugamping terembu angkatan, sistem perbukitan dan sistem pegunungan.
- Dataran Aluvium (A)
Landform ini terdiri dari : dataran banjir (floodplain), pelembahan/cekungan (basin), pelembahan sungai (valley), dan teras sungai. Penyebarannya terdapat di sepanjang jalar aliran sungai termasuk daerah meander, pelembahan dan cekungan yang terdapat di antara perbukitan serta di daerah-daerah bagian bawah pada wilayah bergelombang dan dataran piedmont. Bentuk wilayahnya datar sampai berombak, terletak pada ketinggian 2 – 360 m di atas permukaan laut (dpl). Bahan yang menyusun landform ini umumnya berupa bahan endapan aluvium.
- Dataran Pantai (B)
Landform ini terletak di sepanjang pantai dengan ketinggian 0 – 15 m dpl.
Bentuk wilayahnya datar sampai agak berombak, meliputi dataran pantai datar, pesisir pantai (beaches) laguna dan daerah pasang surut (tidal flat, swamps/maersh).
Bahan yang menyusun landform ini berasal dari bahan endapan marin.
- Dataran piedmont (P)
Landform ini terdiri dari dataran, piedmont dan peneplain yang merupakan daerah kaki perbukitan yang tersusun dari berbagi jenis batuan seperti batu pasir, batu sabak, batu ultrabasik, batu gamping dan sedimen marin tak terinci. Bentuk wilayah hampir datar sampai bergelombang pada ketinggian 2 – 300 m dpl.
- Teras pantai (T)
Landform ini merupakan teras laut yang terbentuk pada jaman kuarter sampai tersier dan tersusun dari bahan sedimen laut yang umumnya tidak kukuh (unconsolidated). Bentuk wilayah datar agak tertoteh sampai hillock pada ketinggian antara 10 – 280 m dpl.
- Batugamping Terumbu Angkatan/Coral Reefs (C)
Landform ini merupakan daerah angkatan dari karang laut; dan terdapat secara dominan di Pulau Muna dan Pulau Buton. Daerahnya berombak, berbukit-bukit kecil sampai belerang terjal.
- Perbukitan (H)
Landform ini terdiri dari perbukitan : angkatan, lipatan, sebagian patahan dan intrusi, berupa perbukitan-perbukitan rendah (hillocks dan hills). Batuan yang menyusun landform ini terdiri dari batu gamping, napal, batu pasir, skis, filit, ultrabasik, dan sedimen marin tak terinci. Bentuk wilayahnya berbukit dengan lereng agak curam sampai sangat curam, pada ketinggian tempat 10 – 700 m dpl.
- Pegunungan (M)
Landform ini terdiri dari pegunungan : angkatan, lipatan dan intrusi. Batuan yang menyusun landform ini terdiri dari batu kapur, batuan skis dan ultrabasik. Bentuk wilayahnya bergunung dengan lereng curam sampai sangat curam, pada ketinggian tempat 600 – 2.000 m dpl.
Struktur Geologi
Daerah Buton disusun oleh kelompok batuan Mesozoikum berumur Trias hingga Kapur Atas bahkan hingga Paleosen dan kelompok batuan Kenozoikum berumur Tersier dan Kuarter. Kelompok batuan Mesozoikum terdiri atas Formasi Winto, Formasi Ogena, Formasi Rumu dan Formasi Tobelo. Kelompok batuan sedimen yang termasuk batuan Kenozoikum kemudian menutupi sebagian besar P. Buton yang terdiri atas Fomasi Tondo, Formasi Sampolakosa dan Formasi Wafulaka yang diendapkan pada Miosen Awal hingga Pliosen Akhir – Plistosen (Gambar 2.2).
Formasi tondo dan formasi Sampolakosa merupakan tempat endapan aspal di P.Buton. Sumber aspal yang terdapat di dalam kedua formasi tersebut diduga berasal dari Formasi Winto (Trias) dan dianggap sebagai formasi pembawa bitumen padat.
Peristiwa tektonik yang terjadi pada Anjungan Tukangbesi – Buton menyebabkan terjadinya struktur lipatan yang terdiri dari antiklin dan sinklin, serta struktur sesar yang terdiri dari sesar naik, sesar normal dan sesar geser mendatar.
Umumnya struktur berarah Timurlaut – Baratdaya di Buton Selatan, kemudian berarah Utara – Selatan di Buton Tengah, dan Utara - Baratlaut hingga Selatan - Tenggara di Buton Utara. Peristiwa tektonik yang terjadi berulang-ulang menyebabkan batuan- batuan yang berumur lebih tua mengalami beberapa kali aktifitas struktur, sehingga batuan tua umumnya ditemukan dengan kemiringan lapisan yang relatif tajam.
Gambar 2.7. Stratigrafi regional daerah Buton (S. M. Tobing, 2005)
Tektonik yang terjadi di daerah Buton dimulai sejak pra-Eosen, dimana pola tektoniknya sukar ditentukan disebabkan oleh seluruh batuannya telah mengalami beberapa kali perlipatan dan pensesaran. Gerak tektonik utama yang membentuk pola struktur hingga sekarang diperkirakan terjadi pada Eosen - Oligosen yang membentuk struktur imbrikasi berarah Timurlaut – Barat daya. Tektonik ini menyebabkan
terjadinya sesar mendatar antara Buton Utara dan Buton Tengah sepanjang Bubu - Matewe yang diperkirakan berhubungan dengan sesar mendatar Palu - Koro. Kegiatan tektonik berikutnya terjadi antara Pliosen – Plistosen yang mengakibatkan terlipatnya batuan pra-Pliosen. Kegiatan tektonik terakhir terjadi sejak Plistosen dan masih berlangsung hingga saat ini. Tektonik ini mengakibatkan terangkatnya P. Buton dan P.
Muna secara perlahan.
1.2. Demografi
Informasi tentang kependudukan sangat strategis dan sangat diperlukan dalam perencanaan pembangunan karena sasaran utama dari pembangunan adalah kesejahteraan penduduk. Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan masalah kependudukan seperti besarnya jumlah penduduk dan tidak meratanya penyebaran penduduk.
Penduduk kabupaten Buton menurut hasil Sensus penduduk tahun 2000 berjumlah 240.958 jiwa, terdiri dari laki-laki sebanyak 118.894 jiwa dan perempuan sebanyak 122.064 jiwa. Pada tahun 2005 penduduk Kabupaten Buton mencapai 270.100 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 132.664 jiwa dan perempuan sebanyak 137.436 jiwa atau tumbuh sebesar 2,30 % sejak tahun 2000. Berdasarkan pencatatan terakhir,jumlah penduduk Kabupaten Buton tahun 2011 sebanyak 260.801 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebanyak 126.891 jiwa dan perempuan 133.910 jiwa.
Dengan demikian, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Buton pada kurun waktu 2005-2011 sebesar 0,57 % pertahun, lebih besar jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara.
Dari jumlah penduduk tersebut diatas, untuk mengetahui jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dapat disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.2.1Penduduk Kab. Buton Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2011 Kelompok
Umur
Jenis Kelamin
Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1 2 3 4
0 - 4 18.500 17.203 35.703
5 - 9 18.728 17.527 36.255
10 – 14 17.569 16.930 34.499
15 – 19 12.383 12.192 24.575
20 – 24 8.500 10.220 18.720
25 – 29 8.470 10.067 18.537
30 – 34 7.379 8.395 15.774
35 - 39 7.546 8.377 15.923
40 – 44 6.486 6.663 13.149
45 – 49 5.005 5.973 10.978
50 – 54 4.501 5.241 9.742
55 – 59 3.505 3.629 7.134
60 – 64 2.704 3.557 6.261
65 + 5.617 7.934 13.551
Jumlah 126.893 133.908 260.801
Sumber : Kab. Buton Dlm Angka 2012 BPS
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa kelompok umur yang paling besar adalah kelompok umur 5-9 tahun yaitu sebesar 36.255 jiwa, kelompok ini merupakan kelompok penduduk bukan usia kerja, disusul kelompok umur 0-4 tahun yaitu sebesar 35.703 jiwa, kelompok umur ini masih kategori usia balita yang masih perlu mendapatkan perhatian dan perawatan oleh orang tuanya, selanjutnya kelompok
penduduk usia 10-14 tahun yaitu sebesar 34.499 jiwa, kelompok umur tersebut merupakan kelompok usia sekolah tingkat SD dan SLTP.
Tabel 2.2.2 Pengelompokan Penduduk Berdasar Jenis Kelamin dan umur Proyeksi Penduduk Berdasarkan Umur
Tahun 2007 s.d 2011 Kabupaten Buton
Kelompok Umur
Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011
KTP KK TAHUN KTP KK TAHUN KTP KK TAHUN KTP KK TAHUN
0 – 4 6.375 6.987 13.362 9.724 9.913 19.637 14.644 15.444 30.088 13.698 14.705 28.403 5 - 9 6.968 6.850 13.818 10.335 10.865 21.200 16.648 15.675 32.323 18.292 17.946 36.238 10 - 14 5.765 5.681 11.446 10.670 10.243 20.913 15.576 14.865 30.441 16.551 16.798 33.349 15 - 19 5.558 4.764 10.322 11.010 11.593 22.603 12.531 13.711 26.242 14.167 14.156 28.323 2- - 24 6.579 4.819 11.398 11.680 11.562 23.242 12.850 13.090 25.940 14.524 14.931 29.455 25 - 29 4.501 4.603 9.104 10.141 10.176 20.317 11.036 12.508 23.544 13.986 13.396 27.382 30 - 34 4.894 3.892 8.786 10.314 10.238 20.552 10.926 11.632 22.558 13.773 11.242 25.015 35 -39 3.939 3.779 7.718 13.443 11.946 25.389 10.914 9.918 20.832 13.662 12.498 26.160 40 - 44 3.596 3.305 6.901 7.251 6.443 13.694 6.758 6.788 13.546 8.594 8.155 16.749 45 - 49 2.858 3.049 5.907 7.663 6.955 14.618 5.918 5.945 11.863 7.390 7.791 15.181
50 - 54 4.528 3.710 8.238 6.267 6.442 12.709 4.422 4.948 9.370 7.646 6.123 13.769
55 - 59 1.271 2.386 3.657 5.923 5.653 11.576 3.309 3.320 6.629 3.916 3.604 7.520
60 - 64 2.695 3.390 6.085 5.393 5.563 10.956 3.294 3.397 6.691 3.966 3.345 7.311
65 - 69 1.033 1.082 2.115 5.503 4.593 10.096 2.102 2.430 4.532 3.338 2.700 6.038
70 - 74 852 765 1.617 933 789 1.722 1.386 1.893 3.279 1.558 1.934 3.492
Jumlah 61.412 59.062 120.474 126.250 122.974 249.224 132.314 135.564 267.878 155.061 149.324 304.385 Sumber : Dinas Capil dan Kependudukan Kab. Buton Tahun 2012
Jumlah penduduk berdasarkan kelompok klasifikasi umur pada kabupaten buton tiap tahunnya semakin meningkat dari tahun 2007 s/d 2011. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk pada tahun 2011 sebanyak 304.385 jiwa bila dibandingkan jumlah penduduk pada tahun 2008 hanya mencapai 120.062 jiwa saja, berarti selama 4 tahun mengalami pertambahan jumlah penduduk berdasaarkan klasifikasi umur sejumlah
183.911 jiwa.
Pengelompokan Penduduk Berdasar tingkat pendidikan
Selain berdasarkan jenis kelamin, penduduk juga dapat dikelompokan berdasarkan tingkat pendidikan. Pengelompokan jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan dapat menggunakan tabel berikut.
Tabel 2.2.3 Jumlah Penduduk menurut tingkat pendidikan di etiap Kecamatan
No. Kecamatan
Tingkat Pendidikan
Jumlah
SD/MI SMP SMA Perguruan
Tinggi
Tidak Sekolah
1 Kecamatan Batu Atas
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
394
109
130
42
809
1.484
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
266
684
204
62
6.689
7.905
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
1.350
3.325
628
143
3.585
9.031
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
1.161
4.972
1.079
253
2.712
10.177
2 Kecamatan Kapontori
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
2.268
726
631
221
2.264
6.110
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
689
2.826
811
285
6.460
11.071
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
1.343
4.880
1.455
455
3.645
11.778
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
1.415
5.120
1.579
496
4.510
13.120
3 Kecamatan Lasalimu
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
1.782
526
393
156
1.649
4.506
4
Kecamatan Lasalimu
Selatan
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
1.814
625
532
120
2.882
5.973
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
729
2.729
783
192
7.825
12.258
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
1.571
5.649
1.643
336
4.302
13.501
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
1.700
6.115
1.814
370
5.003
15.002
5
Kecamatan Mawasangka
Tengah
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
1.771
359
253
105
3.101
5.589
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
652
2.479
411
171
5.924
9.637
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
1.065
4.121
671
252
4.300
10.409
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
1.158
4.383
746
261
5.009
11.557
6
Kecamatan Siompu
Barat
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
1.732
467
255
73
3.169
5.696
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
594
2.872
432
130
4.223
8.251
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
834
4.112
633
176
2.966
8.721
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
881
4.316
700
195
3.701
9.793
7
Kecamatan Sangia
Wambulu
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
978
383
495
132
1.481
3.469
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
163
1.460
717
196
2.100
4.636
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
567
1.885
961
248
2.087
5.748
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
695
2.338
1.216
290
2.050
6.589
8 Kecamatan Lapandewa
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
1.374
319
233
79
2.104
4.109
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
505
2.045
381
118
4.690
7.739
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
1.001
3.714
734
209
2.310
7.968
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
1.700
3.786
759
221
2.711
9.177
9 Kecamatan Wabula
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
284
122
200
97
930
1.633
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
163
589
402
172
2.455
3.781
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
423
1.474
791
270
1.588
4.546 Tahun 2011
(jumlah jiwa) 543 1.696 953 300 1.849 5.341
10 Kecamatan Wolowa
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
334
113
140
49
1.023
1.659
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
220
680
296
89
3.447
4.732
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
612
2.103
647
138
1.474
4.974
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
631
2.179
687
145
1.940
5.582
11 Kecamatan Mawasangka
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
1.299
4.739
843
349
5.944
13.174
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
1.584
5.548
1.140
520
12.032
20.824
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
2.468
8.547
1.795
730
8.925
22.465
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
2.669
9.121
1.998
806
11.407
26.001
12
Kecamatan Mawasangka
Timur
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
150
371
86
32
1.112
1.751
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
250
772
169
56
4.636
5.883
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
981
2.411
417
114
2.433
6.356
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
1.051
2.570
471
129
2.865
7.086
13 Kecamatan Lakudo
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
636
2.135
568
232
3.873
7.444
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
1.002
3.060
847
344
16.740
21.993
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
3.089
8.643
2.422
685
8.667
23.506
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
3.248
9.101
2.620
737
10.675
26.381
14 Kecamatan GU
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
255
858
230
146
2.335
3.824
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
554
1.369
507
270
14.962
17.662 Tahun 2010
(jumlah jiwa) 2.944 6.256 1.970 623 6.830 18.623
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
3.086
6.533
2.126
659
8.816
21.220
15 Kecamatan Batauga
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
551
2.048
879
259
2.515
6.252
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
693
2.680
1.222
366
8.750
13.711
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
1.649
5.893
2.375
633
4.135
14.685
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
1.739
6.184
2.555
663
5.636
16.777
16 Kecamatan Sampolawa
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
785
2.080
816
224
3.757
7.662
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
1.125
2.273
1.232
345
11.916
16.891
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
2.277
6.544
2.330
591
7.030
18.772
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
2.554
7.260
2.553
640
8.414
21.421
17 Kecamatan Pasarwajo
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
1.471
3.372
204
892
11.787
17.726
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
2.463
5.848
3.798
1.448
19.264
32.821
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
4.130
11.454
6.243
2.135
11.453
35.415
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
4.403
12.113
6.842
2.339
15.367
41.064
18 Kecamatan Talaga Raya
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
980
2.300
327
96
2.211
5.914
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
1.111
2.633
398
123
5.628
9.893
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
1.893
4.255
739
183
3.944
11.014
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
2.103
4.674
829
204
4.459
12.269
19 Kecamatan Kadatua
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
477
2.203
350
79
2.147
5.256
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
578
2.778
522
119
5.260
9.257
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
1.057
4.617
968
213
3.340
10.195
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
1.161
4.972
1.079
253
3.759
11.224
20 Kecamatan Siompu
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
1.770
574
306
144
2.839
5.633
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
675
3.093
499
228
4.739
9.234
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
1.191
4.845
809
356
2.544
9.745
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
1.228
5.002
856
385
3.001
10.472
21 Kecamatan Siontapina
Tahun 2008
(jumlah jiwa)
2.371
671
524
143
3.291
7.000
Tahun 2009
(jumlah jiwa)
1.310
2.606
730
199
8.254
13.099
Tahun 2010
(jumlah jiwa)
2.204
5.099
1.355
293
4.771
13.722
Tahun 2011
(jumlah jiwa)
2.291
5.294
1.430
307
8.539
17.861 Sumber : Dinas Capil dan Kependudukan Kab. Buton Tahun 2012
Jumlah penduduk berdasarkan klasifikasi tingkat pendidikan yang mempunyai jumlah tertinggi adalah klasifikasi pendidikan SMP pada tiap kecamatan di kabupaten buton pada tahun 2011, hal ini mempunyai jumlah yang lebih baik bila dibandingkan jumlah penduduk pada tahun 2007 yang lebih banyak tidak memiliki pendidikan.
1.3. Keuangan Dan Perekonomian Daerah
1.3.1. Sumber Pendanaan Daerah
Perkembangan kinerja keuangan pemerintah derah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam: (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah; (2) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; (3) Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 juncto Permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; dan (4) Peraturan Daerah Kabupaten Buton Nomor 1 Tahun 2009 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Buton.
Sumber pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dalam perencanaan APBD
terdapat target pendapatan daerah yang merupakan capaian yang harus diperoleh, sedangkan pada akhir tahun anggaran, diketahui realisasi penerimaan atas pendapatan daerah. Berdasarkan data tahun 2011, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Buton dalam realisasinya hanya mampu menyumbangkan sebesar 2,5% dari total realisasi pendapatan daerah, sementara porsi terbesar berasal dari Dana Perimbangan sebesar 72,3% dari total pendapatan daerah, sedangkan sisanya merupakan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar 25,2%.
Proporsi Dana Perimbangan cenderung mengalami penurunan dari tahun 2007- 2011. Pada tahun 2007, proporsi Dana Perimbangan mencapai 94,3% dan pada tahun 2011 turun menjadi 72,3%. Penurunan proporsi dana perimbangan ini belum menunjukkan kemandirian daerah. Bila mendasarkan pemikiran pada konsepsi yang ada maka kinerja PAD sangatlah menentukan kemandirian suatu daerah. Semangat kearah kemandirian sejujurnya juga sudah bisa dilakukan dengan pola optimis di Kabupaten Buton, hal tersebut dapat diamati dan dapat dilihat pada pola perolehan PAD Kabupaten Buton dalam rekam jejak kinerjanya selama 5 (lima) tahun sejak 2007 s/d 2011 yang berfluktuasi pada kisaran 2,4% s/d 3,5% dalam Pendapatan daerah.
Pada pos Dana perimbangan cukup jelas penurunannya yang bergerak sejak tahun 2007 dimana dominasi tersebut ditunjukkan dalam Pendapatan Daerah sebesar 94,3%
secara bertahap menurun, dan tercatat pada penutupan APBD tahun 2011 Dana Perimbangan hanya mampu memainkan perannya pada angka 72,3%.
Untuk Pendapatan Daerah Kabupaten Buton mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selama tahun 2007-2011, yang rata-rata pertumbuhannya mencapai 4,98%
per tahun. Sebagai amatan bersama pada tabel dibawah, dapat disimpulkan bahwa perubahan perilaku struktur APBD Kabupaten Buton ditunjukkan oleh peningkatan pertumbuhan yang tertinggi adalah Lain-lain Pendapatan Yang Sah, yang rata-rata pertumbuhannya tertinggi tetap didominasi oleh pos Dana Perimbangan akan tetapi mengalami penurunan porsi dalam struktur APBD, sementara Lain-lain Pendapatan Yang Sah mengalami pertumbuhan rata-rata yang kecil di bandingkan dengan Pos PAD sebesar 0,47%, namun kinerja Lain-lain Pendapatan Yang Sah dalam struktur APBD mengalami pertumbuhan yang signifikan, dimana pada awal RPJMD (tahun 2007) hanya mampu mencatatkan kinerja dalam struktur APBD sebesar 3,4% dari Pendapatan Daerah, pada pelaporan 2011 sudah mampu meningkatkan kinerja dalam struktur Pendapatan Daerah pada APBD sebesar 25,2%.
Berikut gambaran kondisi keuangan daerah untuk lima (5) tahun terakhir pada Kabupaten Buton
Tabel 2.3.1 Ringkasan Realisasi APBD 5 Tahun Terakhir
No Anggaran Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
A. Pendapatan
1
Pendapatan Asli daerah (PAD)
13,982,856,077
17,631,380,426
16,048,695,016
20,533,411,812
23,147,859,226 2
Dana Perimbangan (Transfer)
439,472,519,487
500,844,450,376
616,527,972,771
667,489,762,796
659,012,323,817 3
Lain-lain Pendapatan yang Sah
-
469,596,000
6,659,247,768
13,609,711,767
125,647,228,454 Jumlah Pendapatan
453,455,375,564
518,945,426,802
639,235,915,555
701,632,886,375
807,807,411,497
B. Belanja