• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI DAMPAK KENAIKAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP SEMBILAN BAHAN POKOK (SEMBAKO) DI KOTA MAKASSAR KAMAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI DAMPAK KENAIKAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP SEMBILAN BAHAN POKOK (SEMBAKO) DI KOTA MAKASSAR KAMAL"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

i KAMAL 1057 101813 11

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2015

(2)

ii KAMAL 1057 101813 11

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Pada Jurusan Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR 2015

(3)
(4)
(5)

v

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “DAMPAK KENAIKAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP SEMBILAN BAHAN POKOK (SEMBAKO) DI KOTA MAKASSAR”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syrat dalam memperoleh gelar sarjana ilmu ekonomi dan stadi pembangunan :fakultas ekonomi dan bisnis universitas muhammadiya Makassar.

Secara khusus penulis sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta dan terkasih ayahanda kamaruddin dan ibunda malia yang sangat berjasa dan senantiasa membesarkan,merawat memberikan pendidikan sampai pada jenjang saat ini, yang tidak pernah,bosan mendoakan,menyemangati dan memotivasi serta bantuan moril maupun material,dan tak lupa kasih sayang yang tak hentinya beliau berikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini sangatlah jauh dari kesempurnaan tampa adanya bantuan dan dorongan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat ibu Hj. Lilly Ibrahim SE M.Si selaku pembimbimg I dan ibu asriati SE M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingn dan arahan yang

(6)

vi

1. Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah memimpin Perguruan tinggi ini dengan sangat baik.

2. Dr. H. Mahmud Nuhung, SE. MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unismuh Makassar, yang telah bekerja keras untuk memajukan FEB.

3. Ibu Hj. Naidah, SE, M.Si selaku ketua jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

4. Seluruh Dosen FEB yang telah memberikan Ilmu yang bermanfaat.

5. Spesial buat adinda Kartika Maulydina Junaedi, SE yang selalu ikhlas membantu dan memberikan dorongan sampai akhir penulisan skirpsi ini.

6. Seluruh Teman-teman seperjuangan IESP angkatan 2011, khususnya buat seluruh pengurus HMJ IESP angkatan 2011 dan tak lupa kepada kakanda dan adinda yang tidak bisa saya sebut satu persatu yang selalu memberikan dukungan baik material maupun moral.

7. Buat Teman seideologis yaitu Ahmar vriwil yang selalu mengeluh terhadap perempuan, Kaizar DM yang selalu mengeluh lapar di saat pertama bertemu dan adinda Haryanto Dinata yang selalu diskusi tentang mutlaknya, dan adinda Fajrul, dan terkhusus buat kakanda Muhammad Ridwan yang selalu memberikan motivasi arahan serta dorongan yang tak bisa saya hitung banyaknya, kakanda Idhil Adhari yang paling gagah sepanjang masa di era

(7)

vii

8. Seluruh penghuni kost di Perumahan Gerhana Alauddin No 32, Muh Ilyas,Asri kansap, Kasman jr, Rusli zaza, Alwi sihap, Risal rd, dan Adikku tersayang Suriani cekong, Ikha rikaya Terima kasih atas semua canda tawa yang telah ada.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tentunya memiliki keterbatasan dalam penyusunan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang membangun. Dan dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat.

Makassar, Oktober 2015

Penulis

(8)

viii

Lilly Ibrahim SE, M.Si dan Ibu Asriati SE, M.Si, Selaku Pembimbing I dan Pembimbing II.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) terhadap sembilan bahan pokok di kota Makassar.

Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah menyebarkan koesioner pada setiap pedagang sembako di pasar tradisional yaitu pasar terong, pasar toddopuli, pasar kerung-kerung, pasar pannampu, pasar pa'baeng-baeng dan pasar Tamalate. Metode penelitian yang digunakan analisis deskriptif melalui perhitungan persentase dan sistem skor untuk mengetahui komposisi jawaban tiap responden.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak kenaikan BBM terhadap sembilan bahan pokok dikota Makassar dapat dilihat dari beberapa indikator dampak dan tanggapan masyarakat,diantaranya dampak positif dengan persentase 28%, dampak negatif dengan persentase 72%, dan dapat disimpulkan bahwa Kenaikan harga BBM berdampak negatif terhadap sembilan bahan pokok ( SEMBAKO) di Kota Makassar.

Kata Kunci : Dampak Kenaikan Harga BBM terhadap SEMBAKO di Kota Makassar

(9)

ix

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Dampak Kenaikan Bahan Bakar Minyak ... 7

1. Pengertian Dampak ... 7

2. Kenaikan Bahan Bakar Minyak ... 8

B. Sembilan Bahan Pokok ( SEMBAKO )... 14

C. Dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak Terhadap Sembilan Bahan Pokok ... 16

D. Kerangka Pemikiran ... 19

(10)

x

B. Jenis Dan Sumber Data ... 22

C. Populasi dan Sampel Data ... 23

D. Teknik Pengumpulan Data... 23

E. Metode Analis Data ... 24

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 27

A. Gambaran Umum Kota Makassar ... 27

1. Letak Geografis Kota Makassar... 27

2. Keadaan Penduduk Kota Makssar ... 28

3. Struktur Ekonomi Kota Makassar... 31

4. Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar ... 34

B. Gambaran Umum Pasar Tradisional ... 36

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Karakteristik Responden ... 39

1) Usia Responden... 39

2) Jenis Kelamin ... 40

3) Pendidikan Responden ... 41

4) Pendapatan Pedagang di Tiap-tiap Pasar ... 42

(11)

xi

45 D. Tanggapan responden terhadap kenaikan Harga BBM 46 E. Tanggapan Responden terhadap Dampak penjualan Sembako semenjak

terjadi kenaikan BBM ... 46

BAB VI PENUTUP ... 49

1. Kesimpulan ... 49

2. Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA. ... 50 LAMPIRAN

(12)

xii

Menurut Kecamatan di Kota Makassar 28

4.2 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar

Tahun 2011-2013 30

4.3 Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2004-2013 (Dalam

Persen) 31

4.4 PDRB Atas Harga Konstan Dan Pertumbuhan Ekonomi

Kota Makassar Tahun 2009-2013 35

4.5 Nama-Nama Pasar Tradisional di Kota Makassar 37

5.1 Distribusi Responden Menurut Usia 39

5.2 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin 41

5.3 Distribusi Responden menurut pendidikan 42

5.4 Rata-Rata Pendapatan Pedagang di Tiap-tiap Pasar 42 6.1 Perkembangan harga BBM Di Kota Makassar Tahun

2003-2015 44

6.2 Perkembangan Harga sembako tahun 2014-2015 45

6.3 Tanggapan responden terhadap kenaikan Harga BBM 46 6.4 Tanggapan Responden terhadap Dampak penjualan Sembako

semenjak terjadi kenaikan BBM 46

(13)

xiii

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi merupakan dua sisi kehidupan ekonomi yang erat hubunganya dan saling mempengaruhi. Pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Oleh karena itu banyak orang sering menganggap bahwa pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah sama. Namun demikian pada dasarnya dalam ilmu ekonomi hal itu dapat dibedakan

Setiap daerah dalam wilayah Negara tertentu sangat berkepentingan terhadap tumbuhnya perekonomian di daerahnya. Berbagai upaya akan dilakukan dan diusahakan agar pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung secara terus menerus atau berkesinambungan sehingga dapat memperlancar pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa konsep pertumbuhan ekonomi sampai saat ini masih merupakan focus utama dan pembangunan ekonomi suatu Negara, meskipun akhir-akhir ini kerap terjadi perdebatan antara pertumbuhan dan pemerataan atau distribusi pendapatan

Banyak kalangan beranggapan bahwa penggukuran pembangunan ekonomi dengan melihat angka-angka pertumbuhan ekonomi dan tingkat income perkapita masyarakat dari tahun ke tahun tidak menggambarkan pembangunan ekonomi secara rill, karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi di sertai dengan tingginya

1

(15)

income per kapita masyarakat tanpa diikuti distribusi pendapatan yang lebih merata hanya akan mengakibatkan terjadinya kesenjangan ekonomi yang luar biasa antara golongan pendapatan tinggi dengan golongan berpendapatan rendah.

Terlepas dari kontroversi yang terjadi antara pertumbuhan dan pemerataan terseebut, agaknya semua sepakat bahwa laju pembangunan ekonomi suatu Negara atau suatu daerah tertenu harus terus di upayakan tanpa mempertentangkan yang mana harus dilakukan antara pengejaran pertumbuhan ekonomi dengan distribusi pendapatan yang lebih merata meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil minyak bumi, akan tetapi lumbung minyak di tanah air ini banyak dikelola oleh perusahaan asing.

Pertamina sebagai jargon BUMN dalam pengelolaan minyak bumi hanya sebagai pajangan dan Pemerintah lebih bernafsu memberikan izin pengelolaan kepada perusahaan asing. Kondisi ini jelas berseberangan dengan konsep welfarestate (negara kesejahteraan). Proses pembangunan ekonomi di segala bidang pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Proses perubahan struktural perekonomian seperti perluasan kesempatan kerja, dan pengurangan tingkat kemiskinan merupakan sasaran pokok pembangunan yang hendak dicapai guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Sejarah ekonomi Indonesia adalah kisah pertarungan gagasan atas dua pokok soal penting: kepantasan subsidi dan nasib kemakmuran ekonomi seperti Bahan Bakar Minyak (BBM), diamana bahan bakar minyak ini sangat penting dan berpengaruh kestabilan perekonomian di masyarakat.

(16)

Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam semua aktifitas ekonomi., masalah BBM menjadi masalah besar yang hingga kini menjadi topik utama. Kenaikan harga BBM yang baru-baru ini terjadi membawa banyak dampak, mulai dari kemarahan rakyat sampai kenaikan harga bahan pokok (sembako).

Fluktuasi harga minyak dunia berdampak pada pertumbuhan ekonomi negara, baik padan negara pengimpor maupun negara pengekspor minyak.

Penelitian yang dilakukan Ghalayini (2011) dalam penelitian Styo et al (2014) menyebutkan, ketika harga minyak mengalami kenaikan maka konsumen akan mengurangi konsumsinya terhadap pemakaian minyak. Hal ini berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa sehingga membuat konsumen mengurangi konsumsinya dan dapat terjadinya inflasi baik dari sisi cost push inflation dan demand full inflation. Kenaikan harga minyak akan mendongkrak kenaikan biaya produksi barang-barang yang dihasilkan dengan bahan bakar minyak, kemudian kenaikan biaya produksi akan menaikkan harga barang-barang tersebut, bahkan berakibat menaikkan harga-harga barang pada umumnya (inflasi). Kenaikan harga BBM dapat menaikkan biaya (cost), maka setiap negara akan melakukan penyesuaian agar bias kompetitif dalam menjual barang barang yang dihasilkan di pasar dunia. Sehingga Inflasi yang diakibatkan cost push inflation biasanya kenaikan harga –harga dibarengi dengan penurunan omzet penjualan barang (Sihono, 2008).

Sedangkan ketika terjadinya demand pull inflation atau tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya Seperti halnya

(17)

kebijakan pengurangan subsidi BBM dapat memberi dampak positif terhadap GDP riil, Dari segi output biasanya ada kecenderungan outputnya (GDP Riil) menaikan bersama-sama dangan naiknya harga umum. besar kecilnya kenaikan output ini tergantung pada elastisitas kurva agregat supply, semakin mendekati output maksimum semakin tidak elastis kurva tersebut. Dalam konteks makro ekonomi, kondisi ini di gambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregat demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian (Sutedi, 2012:280-282). Keadaan seperti ini berpotensi untuk melemahkan pertumbuhan GDP. Rasio nilai dari impor minyak terhadap GDP dapat dijadikan indikator untuk meneliti sejauh mana dampak fluktuasi harga minyak.Selain itu minyak merupakan sumber energi yang tidak dapat dipisahkan dari aktifitas produksi ekonomi nasional.Penggunaan minyak sebagai energi utama dalam kegiatan produksi nasional membuat Indonesia menjadi negara pengimpor minyak dunia.

Kenaikan harga BBM telah memicu kenaikan harga-harga bahan pokok, padahal sebelumnya bahan pokok telah melonjak harganya karena krisis pangan dunia. Demikian pula dengan situasi Industri nasional yang sangat tergantung pada pasokan bahan bakar BBM, akan terpukul dan tergilas dengan badai krisis.

Akibatnya adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal dan efisiensi. Harga BBM adalah dasar penentuan harga komoditi lain.

Jadi kalau BBM naik, maka harga komoditi lainnya pun akan ikut naik.

Kenaikan harga BBM akan selalu di ikuti dengan kenaikan harga-harga bahan pokok yang kemudian dapat meningkatkan laju inflasi. Selain itu, kenaikan BBM

(18)

juga akan memicu para spekulan untuk melakukan penimbunan bahan pokok, hal ini dapat memunculkan keresahan karena kelangkaan barang dan melambungnya harga-harga bahan pokok, berdaarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji secarah ilmiah tentang “DAMPAK KENAIKAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) TERHADAP SEMBILAN BAHAN POKOK( SEMBAKO) DI KOTA MAKASSAR”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka maalan pokokyang diangkat oleh penulis adalah

1. Bagaimana dampak kenaikan bahan bakar minyak terhadap Sembilan bahan pokok di kota makasar.

2. Bagaimana tanggapan masyarakat atas kenaikan bahan bakar minyak terhadap Sembilan bahan pokok.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) terhadap Sembilan bahan pokok (Sembako) di kota Makassar

2. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat atas kenaikan bahan bakar minyak (BBM) terhadap Sembilan bahan pokok (Sembako) di kota Makassar

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilaksanakan ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait seperti:

1. Pemerintah Daerah/kota Makassar, sebagai kerangka acuan dalam menetapkan program pembangunan sekaligus sebagai bahan evaluasi kinerja pemerintah

(19)

dalam hal dampak kenaikan bahan bakar minyak terhadap sembilan bahan pokok di kota Makassar

2. Sebagai bahan referesi untuk kajian yang lebih mendalam sekaligus sebagai acuan dasar dalam menetapkan masalah yang urgen.

3. Bagi penulis sendiri, sebagai syarat penyelesaian studi pada Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dampak Kenaikan Bahan Bakar Minyak 1. Pengertian dampak

Dampak secara sederhana dapat diartikan pengaruh atau akibat dalam setiap keputusan yang diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak tersendiri baik itu dampak positif maupun dampak negatif dampak juga bisa merupakan, proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan pengawasan internal.

Seorang pemimpin yang handal sudah selayaknya bisa memprediksi jenis dampak yang akan terjadi atas sebuah keputusan yang akan diambil. Berikut ini adalah pengertian dan definisi dampak: Menurut kamus besara bahasa Indonesia (KBBI) Dampak adalah Pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif). Sedangkan menurut para ahli adalah sebagai berikut: Hiro Tugiman(1976) Dampak adalah sesuatu yang bersifat objektif.

Dampak merupakan sebuah konsep pengawasan internal sangat penting, yang dengan mudah dapat diubah menjadi sesuatu yang dipahami dan ditanggapi secara serius oleh manajemen . Menurut C. Jotin khisty & b. Kent lall. Dampak merupakan pengaruh- pengaruh yang dimiliki pelayanan angkutan umum terhadap lingkungan sekitar dan keseluruhan kawasan yang dilayaninya. Sedangkan Schemel. Dampak adalah tingkat perusakan terhadap tata-guna tanak lainnya yang ditimbulkan oleh suatu pemanfaatan lingkungan tertentu. Dari definisi diatas

7

(21)

dapat disimpulkan bahwa Dampak adalah sebuah efek atau pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu sebab. (dalam Harianto,2013)

2. Kenaikan Bahan Bakar Minyak

Pengertian bahan bakar minyak (BBM) Bahan bakar adalah suatu materi apapun yang bisa diubah menjadi energi. Biasanya bahan bakar mengandung energi panas yang dapat dilepaskan dan dimanipulasi. Kebanyakan bahan bakar digunakan manusia melalui proses pembakaran (reaksi redoks) dimana bahan bakar tersebut akan melepaskan panas setelah direaksikan dengan oksigen di udara. Proses lain untuk melepaskan energi dari bahan bakar adalah melalui reaksi eksotermal dan reaksi nuklir (seperti Fisi nuklir atau Fusi nuklir). Hidro karbon (termasuk di dalamnya bensin dan solar) sejauh ini merupakan jenis bahan bakar yang paling sering digunakan manusia. Bahan bakar lainnya yang bisa dipakai adalah logam radioaktif, makanya dari itu bahan bakar minyak terutama solar, premium dan pertamax menjadi bahan bakar minyak yg sangat diincar masyarakat luas dan menjadi bhan bakar unggulan yang di beli setiap hari sebagai bahan bakar kendaraan , maka oleh karena itu kenaikan harga bbm sangat berpengaruh terhadap masyarakat terutama kolongan menengah kebawah terutama untuk bahan bakar premium.

Bahan Bakar Minyak menurut Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan gas Bumi (Migas), Pasal 1 ayat (4) yaitu : Bahan bakar yang berasal dan/atau diolah dari minyak bumi.

Sedangkan minyak bumi menurut Pasal 1 ayat 1Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi adalah:

(22)

Hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmofer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral, atau Ozokerit dan Bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batu bara atau endapan Hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan dengan usaha kegiatan migas”

Istilah minyak bumi berasal dari terjemahan bahasa inggris yaitu Crude Oil, sedangkan istilah gas bumi berasal dari terjemahan bahasa inggris, yaitu Natural Gas. Pengertian minyak bumi kita ditemukan dalam pasal 3 huruf i The Petroleum (Tax Code, 1997) negara India. Pasal 3 Huruf i berbunyi sebagi berikut :

“Petroleum” means crude oil existing in its natural condition i.e. all kinds of hydrocarbons and bitumens, both in solid and in liquid form, in their natural state or obtained fromnatural Gas by condensation or extraction, including distillate and condensate (when commingled with the heavier hydrocarbons and delivered as a blend at the delivery point) but excluding Natural Gas’.

“Petroleum berarti minyak mentah yang keberadaannya dalam bentuk kondisi alami, seperti semua jenis hidrokarbon bitumen, keduanya baik dalam bentuk padat dan cair, yang diperoleh dengan cara kondensasi (pengembunan) atau digali di dalamnya dengan cara distalasi (sulingan/saringan) (bilamana berkaitan dengan hidrokarbon yang sangat berat yang direktori sebagai bentuk campuran), tetapi tidak termasuk gas alam.”

Dalam definisi ini, tidak hanya penjelasan tentang pengertian petroleum, tetapi juga tentang bentuknya, jenisnya dan cara untuk memperolehnya. Petroleum

(23)

dalam definisi ini dikonstruksikan sebagai minyak mentah. Bentuknya berupa benda padat dan cair. Jenisnya berupa hidrokarbon dan bitumen. Cara memperolehnya dapat dengan kondensasi (pengembunan), digali, dan disuling

Definisi gas alam dalam Pasal 3 huruf G The Petroleum Tax Code, 1997 negara India sangat luas karena dalam definisi ini dijelaskan unsur-unsur gas alam dan proses produksinya. Proses produksi itu meliputi kondensasi dan ekstrak

Definisi yang lain dapat kita baca dalam Pasal 1 ayat (2) UU No 22 Tahun 2001 tentang Miyak dan Gas Bumi.

Gas Bumi adalah Hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa Gas yang diperoleh dari proses penambangan migas.

Unsur utama minyak dan gas bumi adalah hidrokarbon. Hidrokarbon adanya senyawa- senyawa organik di mana setiap molekulnya hanya mempunyai unsur karbon dan hidrogen saja. Karbon adalah unsur bukan logam yang banyak terdapat di alam, sedangkan hidrogen adalah gas tak berwarna, tak berbau, tak ada rasanya, menyesakkan, tetapi tidak bersifat racun, dijumpai di alam dalam senyawa dengan oksigen (kamus besar Bahasa indonesia, 100:205-301).

Bahan-bahan bukan Hidrokarbon ini biasanya dianggap sebagai kotoran karena pada umumnya akan memberikan gangguan pada proses pengolaan minyak bumi dalam kilang minyak dan berpengaruh jelek terhadap mutu produk, adapun produk bahan bakar minyak terdiri atas :

1. Bensin penerbangan 2. Bensin motor

(24)

3. Bahan bakar jet 4. Kerosin

5. Solar

6. Minyak diesel dan 7. Minyak bakar

Adapun jenis-jenis bahan bakar dapat dibedakan menjadi tiga menurut wujudnya, yakni cair, padat di antaranya:

1. Bahan bakar cair (BBM) ; Minyak (petroleum) berasal dari kata-kata: Petro

= rock (batu) dan leaum = oil (minyak) Minyak dan gas sebagian besar terdiri dari campuran molekul carbon dan hydrogen yang disebutdengan hydrocarbons

2. Bahan bakar padat adalah suatu materi padat yang dapat diubah menjadi energy.Contohnya adalah batubara

3. Bahan Bakar Gas

Sedangkan Bahan bakar gas terdapat beberapa daftar jenis-jenis bahan bakar gas yang secara alami didapatkan dari alam:

1. Gas alam

2. Metan dari penambangan batu bara

3. Bahan bakar gas yang terbuat dari bahan bakar padat 4. Gas yang terbentuk dari batu bara

5. Gas yang terbentuk dari limbah dan biom 6. Dari proses indusrti lainnya (gas blast furnace) 7. Gas yang terbuat dari minyak bumi

8. Gas petroleum cair (LPG) 9. Gas hasil penyulingan 10. Gas dari gasifikasi minyak 11. Gas dari proses fermentasi

(25)

Bahan bakar bentuk gas yang biasa digunakan adalah gas petroleum cair (LPG), gas alam, gas hasil produksi, gasblast furnace, gas dari pembuatan kokas, dan lain-lain.

Kenaikan bahan bakar minyak merupakan sebuah kebijakan yang diambil oleh pemerintah dengan alasan tidak lepas dari naiknya harga minyak dunia dan defisit APBN, naiknya minyak dunia dan terjadinya defisist APBN oleh suatu Negara sehigga hal demikianlah yang dijadikan sebagai alasan mengapa harga bahan bakar minyak dinaikkan, jika dilihat dari satu sisi, mungkin keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak memang tepat. Tetapi seharusnya pemerintah juga memperhatikan kondidi masyarakat kecil padahal pemerintah menyadari bahwa Indonesia ini adalah diantara Negara termiskin dengan puluhan rakyatnya yang tidak memiliki pekerjaan, olehnya itu semestinya pemerintah lebih bersikap realistis terhadap kondisi warganya. Pemerintah harusnya bisa mengambil sikap yang lebih tepat dan mempertimbangkan banyak hal sebelum menaikkan bahan bakar minyak.

Dampak kenaikan bahan bakar minyak Dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit, maka kenaikan BBM bisa kontraproduktif. Kenaikan harga BBM akan menimbulkan kemarahan masal, sehingga ketidakstabilan dimasyarakat akan meluas (Hamid, 2000:144). Sebagian masyarakat merasa tidak siap untuk menerima kenaikan harga BBM. Kenaikan BBM ini merupakan tindakan pemerintah yang beresiko tinggi.

Meskipun demikian, kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan dampak yang positif dan negatif.

(26)

a. Dampak Positif

1. Munculnya bahan bakar dan kendaraan alternatif Seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar alternatif baru. Yang sudah di kenal oleh masyarakat luas adalah BBG (Bahan Bakar Gas). Harga juga lebih murah dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi.

Ada juga bahan bakar yang terbuat dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk menciptakan bahan bakar alternatif mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan muncul juga berbagai kendaraan pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya saja mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas, dan kendaraan lainnya.

2. Pembangunan Nasional akan lebih pesatPembangunan nasional akan lebih pesat karena dana APBN yang awalnya digunakan untuk memberikan subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka subsidi dicabut dan dialihkan untuk digunakan dalam pembangunan di berbagai wilayah hingga ke seluruh daerah.

3. Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka jumlah subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan berkurang. Sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat diminimalisasi.

4. Mengurangi Pencemaran Udara Jika harga BBM mengalami kenaikan, masyarakat akan mengurangi pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil pembuangan dari bahan bakar tersebut dapat berkurang, dan akan berpengaruh pada tingkat kebersihan udara.

(27)

b. Dampak negatif

1. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi lebih mahal.

2. Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya biaya produksi sebagai imbas dari naiknya harga bahan bakar.

3. Apabila harga BBM memang dinaikkan, maka akan berdampak bagi perekonomian khususnya UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) 4. Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan oleh: misalnya harga bahan,

beban transportasi dan lain-lain.

5. Kondisi keuangan UMKM menjadi rapuh, maka rantai perekonomian akan terputus.

6. Terjadi Peningkatan jumlah pengangguran.

7. Dengan meningkatnya biaya operasi perusahaan, maka kemungkinan akan terjadi PHK.

8. Inflasi akan terjadi jika harga BBM menglami kenaikan. Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi suatu barang atau jasa.

B. Sembilan Bahan Pokok (Sembako)

Sembako adalah singkatan dari sembilan bahan pokok yang terdiri atas berbagai bahan-bahan makanan dan minuman yang secara umum sangat dibutuhkan masyarakat indonesia secara umum. Tanpa sembako kehidupan rakyat indonesia bisa terganggu karena sembako merupakan kebutuhan pokok utama sehari-hari yang wajib ada dijual bebas di pasar.

(28)

Sembako adalah sembilan jenis kebutuhan pokok masyarakat menurut Keputusan Menteri Industri dan Perdagangan No. 115/MPP/KEP/2/1998 tanggal 27 Februari 1998. Apa saja kesembilan bahan pokok tersebut?

1. Beras dan Sagu 2. Jagung

3. Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan 4. Daging (Sapi dan Ayam)

5. Susu 6. Gula Pasir

7. Garam yang Mengandung Yodium / Iodium 8. Minyak Goreng dan Margarin

9. Minyak Tanah atau Gas Elpiji

Dari sisi ekonomi permintaan barang-barang sembako bersifat inelastis, yaitu perubahan harga sembako tidak akan banyak mempengaruhi tingkat permintaan produk oleh konsumen selama tidak terlalu signifikan. Jika harga sembilan bahan pokok tersebut naik secara signifikan, maka sebagian konsumen akan beralih ke produk serupa pengganti (substitusi).

Suatu bahan pokok kehidupan dikategorikan sebagai Sembako oleh pemerintah, artinya pemerintah mengambil tanggungjawab langsung untuk tidak membiarkan stok barang dan harganya menjadi liar mengikuti mekanisme pasar.

Apabila harga sembako tidak normal, maka kehidupan rakyat ikut menjadi tidak normal. Dalam hal ini sudah menjadi tugas dan tanggungjawab dari pemerintah untuk menjaga kestabilan dan keninambungan sembako karena berhubungan erat

(29)

dengan hajat hidup orang banyak. Pemerintah bisa melakukan operasi pasar, impor, pematokan harga tertinggi atau terendah, serta penindakan hukum kepada pelaku kriminal yang terkait dengan kejahatan sembako

C. Dampak Kenaikan Bahan Bakar Minyak Terhadap Sembilan Bahan Pokok

Berbagai ahli ekonom memastikan bahwasanya kenaikan bahan bakar minyak akan berdampak secara otomatis terhadap sembako karena hal demikian sudah menjadi hukum alam atau dalam mekanisme perekonomian sebuah Negara apatah lagi dengan kondisi perekonomian Negara tersebut cenderung kurang stabil tentunya disebabkan oleh berbagai factor antara lain, kemiskinan, pengangguran, dan kurangnya lapangan kerja yang disediakan, olehnyaa itu dampak kenaikan bahan bakar minyak bukan hanya berdampak pada sembako saja tetapi hampir semua sector-sektor perekonomian terkena dampak dan akan berimbas kepada masyarakat.

Kebijakan pemerintah dalam menaikan harga BBM didasarkan atas penerbitan Peraturan Menteri (Permen) ESDM Nomor 34 Tahun 2014 tanggal 17 November 2014 tentang Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Bahan Bakar Jenis Tertentu. Kenaikan BBM bersubsidi juga diimbangi dengan penambahan dana kompensansi yang dikucurkan oleh pemerintah sebesar Rp. 3 triliun untuk anggaran 2015. Dengan demikian total anggaran dapat mencapai Rp.

8,14 triliun untuk diberikan kepada masyarakat tidak mampu sebagai dampak atas kenaikan BBM bersubsidi (Arif, katadata.co.id, 20 Nov 2014). Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas, Andrinof Caniago

(30)

mengatakan bahwa “Anggaran kompensasi kenaikan BBM diajukan melalui Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015, seperti dikutip Kontan (20/11).

Beberapa pengaruh kenaikan harga BBM yang dirasakan langsung oleh masyarakat dapat diuraikan berikut ini

a. Pertumbuhan Ekonomi. Kebijakan apapun yang di ambil pemerintah dalam menaikan harga BBM sangat berdampak kepada perubahan ekonomi masyarakat, yaitu kenaikan harga kebutuhan pokok, kenaikan tarif dasar listrik, produksi pabrik yang menurun, kenaikan ongkos transportasi (darat, laut, dan udara), dll. Sementara gaji yang diterima oleh pekerja atau karyawan tidak langsung mengikuti perubahan kenaikan yang terjadi.

b. Inflasi lebih tinggi. Aviliani Pengamat Ekonomi sekaligus Sektetaris Kominte Nasional menyebutkan bahwa kenaikan BBM pada kisaran Rp.

1.500 hingga Rp. 2.000 akan menicu tingkat inflasi nasional sebesar 1 hingga 2 persen menjadi 6,5 persen / tahun. Bank Indonesia memperkirakan kenaikan BBM di kisaran Rp. 500 hingga Rp. 1.500, maka akan menimbulkan kenaikan inflasi lebih dari 5.5 persen

Kenaikan ini akan berimbas kepada masyarakat dengan penghasilan rendah, seperti buruh, tani, karyawan, masyarakat yang tidak mampu. BBM bersubsidi jenis premium naik dari Rp. 6.500 menjadi Rp. 8,500 per liter dan solar dari Rp. 5,500 menjadi Rp. 7,500. Menteri Keungan Bambang Brojonegoro mengatakan bahwa “Kenaikan harga ini telah memberikan pengurangan Rp 100 trilliun per tahun” (ciputranews.com, 18 Nov 2014)

(31)

c. Pengaruh terhadap pekerja buruh. Tuntutan untuk menaikan upah minimum regional beberapa bulan yang lalu rasanya tidak berarti dengan kenaikan harga BBM disaat harga minyak dunia turun pada kisaran dibawah US$ 80 per barel dengan anggaran APBN hingga 2015 pada level US $105 per barel. Hal ini menyebabkan kenaikan harga sandang, pangan, dan papan, sehingga daya beli dari para buruh semakin rendah akibat kenaikan BBM ini. Penolakan terhadap kenaikan BBM oleh kaum buruh diasumsikan sebagai kemiskinan terhadap kaun buruh karena secara tidak langsung berdampak terhadap kenaikan harga Sembako dan tarif transportasi. Oleh karena itu, mayoritas kaum buruh meminta kompentasi berupa kenaikan upah buruh sesuai dengan kenaikan harga barang pokok dan tarif transportasi yang sudah lebih dahulu naik.

d. Meningkatnya Pengangguran. Kenaikan harga BBM akan menjadi penentu dalam menaikan harga barang dan jasa karena BBM merupakan komponen penting dalam produksi barang dan jasa. Ketika pemerintah menaikan harga BBM dengan pendapatan masyarakat tetap akan menurunkan minat dan daya beli terhadap barang dan jasa yang terus melambung naik. Akibatnya, produk domestik kalah bersaing dengan produk asing yang semakin membanjiri pasar domestik. Keadaan ini mengakibatkan penjualan produk industri turun, omzet turun, pendapatan turun, dan menambah jumlah PHK, artinya jumlah pengangguran semakin bertambah

(32)

Program bantuan tunai yang ditawarkan pemerintah sebagai kompensasi atas kenaikan BBM bersifat sesaat, komsumsif, salah sasaran, dan menghambat pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia itu sendiri.

Kenaikan harga BBM sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat golongan paling rendah (tidak memiliki pekerjaan tetap) terutama yang menggunakan BBM. Contoh, masyarakat golongan miskin yang menggunakan kompor sebagai alat masak, maka dengan kenaikan BBM mereka kembali beralih ke kayu bakar dan penggunaan minyak terbatas pada malam hari untuk penerangan. Hal ini tentu sangat mempengaruhi sektor lain dalam kehidupan golongan ini. Di sisi lain, untuk golongan menengah ke atas, dampak akibat kenaikan BBM juga dapat dirasakan dengan bertambahnya biaya transportasi, biaya pendidikan, biaya kesehatan, dan lain-lain. Kemudian, kebutuhan anggaran belanja tinggi dengan naiknya biaya produksi sandang, pangan, dan papan.

Akibatnya, mereka mencari tambahan penghasilan atau mencari pekerjaan baru untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dampak kenaikan harga BBM tidak hanya dirasakan oleh masyarakat golongan miskin, namun seluruh elemen masyarakat terkena imbas akibat kenaikan BBM.

D. Kerangka Pikir

Sejarah ekonomi Indonesia adalah kisah pertarungan gagasan atas dua pokok soal penting: kepantasan subsidi dan nasib kemakmuran ekonomi. Kerap kali kedua ide tersebut bertemu dalan satu komoditas utama yakni minyak. Proses pembangunan ekonomi di segala bidang pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Proses perubahan

(33)

struktural perekonomian seperti perluasan kesempatan kerja, dan pengurangan tingkat kemiskinan merupakan sasaran pokok pembangunan yang hendak dicapai guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kenaikan harga BBM telah memicu kenaikan harga-harga bahan pokok, padahal sebelumnya bahan pokok telah melonjak harganya karena krisis pangan dunia. Demikian pula dengan situasi Industri nasional yang sangat tergantung pada pasokan bahan bakar BBM, akan terpukul dan tergilas dengan badai krisis. Akibatnya adalah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal dan efisiensi. Harga BBM adalah dasar penentuan harga komoditi lain.

Olehnya itu bahwa peranan bahan bakar minyak begitu sangat berpengaruh dalam aktivitas perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, tentunya dengan menaikkan harga bahan bakar minyak akan berdampak langsung pada aktivitas perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, dalam hal ini sebagai objek penelitian dampak kenaikan bahan bakar minyak terhadap Sembilan bahan pokok. Untuk lebih jelasnya lihat kerangka piker dibawah ini:

HARGA KEBUTUHAN

POKOK

(34)

E. Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran diatas, penulis merumuskan hipotesis atau dugaan sementara dalam penelitian ini yaitu :

1. Diduga kenaikan BBM berpengaruh negatif terhadap sembilan bahan pokok dikota Makassar.

2. Diduga tanggapan Apatis masyarakat terhadap kenaikan bahan bakar minyak terhadap Sembilan bahan pokok.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini penulis terfokus pada dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) terhadap Sembilan bahan pokok (SEMBAKO) yang berlangsung selama kurang lebih dua bulan pada bulan Maret dan April 2015 yang berlokasi di Pasar Tradisional di kota Makassar yaitu pasar Terong, pasar Pa’baeng-baeng, pasar Toddopuli, pasar Kerung-kerung, pasar Tamalate dan pasar Pannampu.

B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Ada dua sumber data dalam penelitian ini yaitu:

a. Data Kualitatif adalah data yang terbentuk kata, kalimat, skema dan gambar yang dijadikan dasar dalam memecahkan permasalahkan yang ada.

b. Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka yang kemudian diolah dan dibuatkan suatu interpertasi dalam upaya menjawab permasalahan yang ada.

2. Sumber Data

a. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti. Pengambilan data primer ini melalui observasi dengan objek yang diteliti

b. Data sekunder adalah data yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, tulisan serta hasil penelitian yang dilakukan.

22

(36)

C. Popolasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Sugiyono (2012) mendefinisikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang memiliki nilai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian akan ditarik kesimpulan dari penelitian tersebut. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan jumlah pedagang sembako di kota makassar yaitu sebanyak 428.512 orang.

2. Sampel

Sugiyono (2012) mengemukakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh papulasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Adapun teknik sampel menggunakan rumus Slovin yaitu:

n = N

1+N(e)2 n = ukuran sampel N = Ukuran Populasi

E = Ukuran persentase ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel Yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, misalnya 10%

n = N

1+N(e)2 n = 428.512

1+428.512 (10)2 n = 99

(37)

Berdasarkan dari populasi diatas maka penulis mengambil sampel yaitu 99 orang pedagang sembako.

D. `Teknik Pengumpulan Data

1. Penelitian Lapangan(Field Research)

Penelitian Lapangan (Field Research) yakni suatu bentuk penelitian yang dilakukan dengan cara mengunjungi objek penelitian secara langsung guna mendapatkan data dan informasi yang lengkap sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan dengan cara:

a. Kuesioner dalam penelitian ini dimaksud sebagai alat untuk memperoleh data dengan memberikan penyebaran daftar pertanyaan/ pernyataan yg mengacu pada variabel-variabel penelitian. Diajukan secara tertulis dan dibagikan kepada seluruh respon orang yang hasilnya akan dikemukakan dalam bilangan persentase dan table frekuensi distribusi.

b. Observasi, yaitu dilakukan secara langsung dengan mengamati objek penelitian.

c. Penelitian Pustaka (Library Research)

Penelitian Pustaka (Library Research) yakni suatu bentuk penelitian untuk memperoleh data dari berbagai sumber seperti literatur-literatur baik berupa buku-buku ataupun media lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

E. Metode Analisis

Data yang diperoleh dari lokasi penelitian pada dasarnya masih merupakan data mentah. Data tersebut merupakan hasil yang perlu diolah kembali dengan

(38)

hasilnya diuraikan secara deskriptif dengan memberikan gambaran mengenai tanggapan masyarakat mengenai apa saja dampak kenaikan BBM pada Sembako di lokasi tersebut. Dari data tersebut, dilakukan analisis deskriptif melalui perhitungan presentase dan sistem skor untuk mengetahui komposisi jawaban responden. Adapun menurut Singararibun & Effendy dalam Hindar Jaya ( 2013 ) analisis presentase dan rumus perhitungan skor untuk setiap item pernyataan, yaitu:

𝑃 =𝑓

𝑛𝑥 100 %.

Keterangan :

P = Presentase

F = Frekuensi

N = jumlah Responden

∑(F.x ) = Jumlah skor kategori jawaban

Selain tabel frekuensi, analisa data juga dilakukan dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert dikembangkan oleh Rasis Likert (1932) yang paling sering digunkan untuk mengukur sikap, pendapat, presepsi responden terhadap suatu objek, Husain Usman & Purnomo Setiady dalam Hindar Jaya (2013).

𝑋 =∑(𝐹. 𝑥) 𝑁 Keterangan : X = Rata-rata skor

∑ = Jumlah X = Skor F = frekuensi

(39)

N = Jumlah Responden

𝑅𝐴𝑇𝐴 𝑃𝐸𝑅𝑆𝐸𝑁 = 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎

𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑘𝑙𝑎𝑠𝑖𝑓𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖𝑥 100 %

Adapun skala pengukuran yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah indeks dan skala, yang kedua-duanya merupakan adalah ukuran ordinal. Untuk menganalisis data yang masuk guna pembuktian hipotesis, peneliti menggunakan teknik statistik. Dalam penelitian ini dimaksudkan mencari atau mengetahui dampak kenaikan BBM terhadap Sembako di kota Makassar. Oleh karena data yang diperoleh masih merupakan data kualitatif, maka untuk mengolah data tersebut melalui perhitungan statistik harus dilakukan pentransformasian data tersebut menjadi data kuantitatif dengan menggunakan simbol berupa angka.

Untuk mendapatkan skor dari setiap jawaban responden.

Pengklasifikasikan skor masing – masing responden apakah termasuk kategori sangat baik, baik, kurang baik, atau tidak baik harus ditentukan terlebih dahulu intervalnya sebagaimana rumus yang dikemukakan (Hadi dalam Sumarlin 2013) berikut :

Interval kategori = Jarak Pengukuran Jumlah Inteval

= Skor Tertinggi – Skor Terendah Kriteria

= 4 – 1 4

= 0,75

(40)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Makassar

a. Letak Geografis Kota Makassar

Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan juga merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia.

Secara geografis Kota Makassar terletak di Pesisir Pantai Barat bagian Selatan Sulawesi Selatan, pada titik koordinat 119°24’17’38” Bujur Timur dan 5°8’6’19” Lintang Selatan. Secara administratif Kota Makassar mempunyai batas-batas wilayah yaitu Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros dan Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Topografi pada umumnya berupa daerah pantai. Letak ketinggian Kota Makassar berkisar 0,5 – 10 meter dari permukaan laut.

Kota Makassar memiliki luas wilayah 175,77 km2 yang terbagi kedalam 14 Kecamatan dan 143 Kelurahan. Selain memiliki wilayah daratan, Kota Makassar juga memiliki wilayah kepulauan yang dapat dilihat sepanjang garis pantai Kota Makassar. Adapun pulau-pulau di wilayahnya merupakan bagian dari dua Kecamatan yaitu Kecamatan Ujung Pandang dan Ujung Tanah. Pulau-pulau ini merupakan gugusan pulau-pulau karang sebanyak 12 pulau, bagian dari gugusan pulau-pulau Sangkarang atau disebut juga Pulau-pulau Pabbiring atau lebih dikenal dengan nama Kepulauan Spermonde. Pulau-pulau tersebut adalah Pulau Lanjukang (terjauh), Pulau

27

(41)

Langkai, Pulau Lumu-lumu, Pulau Bone Tambung, Pulau Kodingareng, Pulau Barrang Lompo, Pulau Barrang Caddi, Pulau Kodingareng Keke, Pulau Samalona, Pulau Lae-Lae, Pulau Gusung dan Pulau Kayangan (terdekat).

Tabel 4.1

Luas Wilayah dan Presentase Terhadap Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Makassar

KODE WIL

KECAMATAN LUAS

(Km2)

PRESENTASE TERHADAP LUAS KOTA MAKASSAR

(1) (2) (3) (4)

010 020 030 040 050 060 070 080 090 100 110 101 110 111

MARISO MAMAJANG TAMALATE RAPPOCINI MAKASSAR

UJUNG PANDANG WAJO

BONTOALA UJUNG TANAH TALLO

PANAKKUKANG MANGGALA BIRINGKANAYA TAMALANREA

1,82 2,25 20,21

9,23 2,52 2,63 1,99 2,10 5,94 5,83 17,05 24,14 48,22 31,84

1,04 1,28 11,50

5,25 1,43 1,50 1,13 1,19 3,38 3,32 9,70 13,73 27,43 18,11

7371 MAKASSAR 175,77 100,00

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Makassar.

b. Keadaan Penduduk Kota Makassar

Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik jumlah penduduk Kota Makassar pada tahun 2004 tercatat sebanyak 1 179 023 jiwa dan meningkat menjadi 1 193 434 jiwa pada tahun 2005. Sementara itu pada tahun 2006 jumlah penduduk Kota Makassar tercatat sebanyak 1 223 540 jiwa dan angka tersebut meningkat menjadi 1 339 374 jiwa pada tahun 2010. Namun di

(42)

tahun 2011 mengalami penurunan menjadi sebesar 1 148 312. Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kota Makassar tercatat sebanyak 1 408 072 jiwa dengan komposisi 696 086 laki-laki dan 711 986 perempuan. Sex ratio Kota Makassar pada tahun 2009 sekitar 94,45 yang berarti terdapat 94 lebih orang laki-laki di antara 100 orang perempuan, pada tahun 2013 angka tersebut naik menjadi 97,77, hal ini berarti terdapat 98 lebih orang laki-laki diantara 100 orang perempuan.

Adanya peningkatan sex ratio ini, adalah karena Kota Makassar sebagai salah satu kota yang menyediakan fasilitas pendidikan yang lebih banyak dikawasan timur Indonesia dan juga lapangan pekerjaan sehingga menjadi salah satu kota tujuan kaum laki-laki untuk menuntut ilmu pengetahuan dan mencari pekerjaan.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi disebabkan karena kota ini merupakan satu kota pusat pendidikan dan tempat mencari lapangan pekerjaan di kawasan timur Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang tinggi, merupakan suatu hal yang mengkhawatirkan banyak pihak, apalagi bila tidak dibarengi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan kata lain apabila pertumbuhan penduduk lebih besar dibanding dengan pertumbuhan ekonomi maka dipandang bahwa pertumbuhan penduduk akan menjadi masalah.

Pertumbuhan penduduk yang positif akan memperluas lahan hunian sehingga menambah kepadatan penduduk Kota Makassar. Pada tahun 2009 kepadatan penduduk Kota Makassar adalah 7.239 orang/km2 kemudian pada tahun 2013 menjadi 8.011 orang/km2, suatu peningkatan yang cukup besar.

Penigkatan kepadatan penduduk yang cepat tentunya akan membebani pemerintah dalam penyediaan berbagai macam fasilitas. Jika hal tersebut diikuti dengan

(43)

peningkatan potensi penduduk terutama dari segi ekonomi, maka peningkatan kepadatan penduduk sedikit akan mengurangi beban pemerintah.

Adapun jumlah penduduk Kota Makassar dari tahun 2004 – 2014 dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2

Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar Tahun 2011-2013

Tahun

Jumlah Penduduk

Persentase Pertumbuhan (%)

2004 1.179.023 -

2005 1.193.434 1,22

2006 1.223.540 2,52

2007 1.235.239 0,96

2008 1.253.656 1,49

2009 1.272.349 1,50

2010 1.339.374 1,65

2011 1.352.136 1,65

2012 1.352.136 1,65

2013 1.369.606 1,78

2014 1.408.072 1,82

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Makassar

Laju pertumbuhan penduduk di Kota Makassar antara lain dipengaruhi oleh posisinya sebagai Ibukota propinsi Sulawesi selatan, disamping itu secara geografis Kota Makassar berada pada posisi yang strategis sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia yang berimplikasi pada derasnya arus urbanisasi

(44)

maupun migrasi masuk dari kabupaten/kota lainnya dan propinsi lain di luar Sulawesi selatan dan Kota Makassar.

c. Struktur Ekonomi Kota Makassar

Keadaan struktur perekonomian suatu wilayah dapat memberikan informasi tentang besarnya peranan masing-masing sektor kegiatan ekonomi dalam pembentukan PDRB wilayah tersebut. Perekonomian suatu wilayah dikatakan cukup mapan apabila struktur ekonominya didominasi oleh sektor tersier yang terdiri dari sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sewa dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa (Badan Pusat Statistik, 2013). Semakin besar peranan sektor tersier dalam pembentukan PDRB suatu wilayah, menunjukkan bahwa perekonomian wilayah tersebut semakin mapan. Gambaran mengenai struktur Kota Makassar ekonomi dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.3

Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2004-2013 (Dalam Persen)

Lapangan usaha 2004 2005 2006 2007 2008

1. Pertanian 1,15 1,13 1,11 0,98 0,90

2. Pertambangan & Penggalian 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 3. Industri Pengolahan 23,85 23,86 23,50 23,13 22,24

4. Listrik, Gas, & Air Bersih 1,94 2,14 2,05 2,00 1,93

5. Bangunan 7,65 7,59 7,54 7,70 8,09

6. Perdag, Hotel & Restoran 28,95 28,78 28,21 28,44 29,05 7. Angkutan & Komunikasi 15,25 16,01 15,80 15,78 14,80

(45)

8. Keuangan, Sewa & Jasa Prsh 9,97 9,63 10,09 10,37 10,09

9. Jasa-Jasa 11,23 10,85 11,69 16.59 12,89

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber Lanjutan Tabel 4.3

Struktur Ekonomi Kota Makassar Tahun 2004-2013 (Dalam Persen)

Lapangan usaha 2009 2010 2011 2012 2013

1. Pertanian 0,82 0,74 0,67 0,59 0,55

2. Pertambangan & Penggalian 0,01 0,01 0,00 0,00 0,00 3. Industri Pengolahan 20,74 19,69 18,90 17,83 17,11

4. Listrik, Gas, & Air Bersih 1,79 1,81 1,76 1,71 1,66

5. Bangunan 7,49 7,83 7,73 7,59 7,86

6. Perdag, Hotel & Restoran 28,70 29,08 29,43 29,36 29,38 7. Angkutan & Komunikasi 13,93 14,33 14,36 15,24 15,28 8. Keuangan, Sewa & Jasa Prsh 10,17 10,25 10,85 11,23 12,07

9. Jasa-Jasa 15,88 16,26 16,31 16,37 16,09

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari beberapa sumber

Dari data tabel 4.1 menunjukkan bahwa perekonomian Kota Makassar dapat dikatakan relatif mapan karena keadaan struktur ekonominya lebih bertumpu kepada sektor tersier. Menurut Badan Pusat Statistik (2013) Pergeseran struktur ekonomi suatu wilayah dapat dilihat dari perubahan peranan masing- masing sektor kegiatan ekonomi pada kurun waktu tersebut. Apabila kondisi struktur ekonomi suatu wilayah sudah mapan, perubahan peranan sektor-sektor kegiatan ekonominya biasanya tidak terlalu besar. Sementara pada kondisi

(46)

struktur ekonomi yang belum mapan, perubahannya lebih berfluktuasi dibanding wilayah yang sudah mapan. Struktur ekonomi Kota Makassar dalam kurun waktu tahun 2004-2013 nampak membaik, hal ini disebabkan menurunnya peranan sektor pertanian, penggalian, industri, listrik serta meningkatnya sektor perdagangan, angkutan dan komunikasi, dan keuangan pada pembentukan PDRB Kota Makassar.

Pada tahun 2004 sektor kegiatan ekonomi yang paling besar kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kota Makassar adalah sektor perdangangan, hotel dan restoran yaitu sebesar 28,95% angka ini mengalami peningkatan sehingga tahun 2013 dengan kontribusi sebesar 29,38%. Sementara urutan kedua adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 23,85% pada tahun 2004 angka ini mengalami penurunan selama periode 2004-2013, dengan kontribusi sebesar 17,11% pada tahun 2013. Berikutnya adalah sektor angkutan dan komunikasi sebesar 15,25% pada tahun 2004 dimana angka ini mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 15,28% pada tahun 2013. Sektor jasa-jasa pada tahun 2004 sebesar 11,23% angka ini mengalami penigkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 16,09% pada tahun 2013. Demikian juga sektor keuangan, persewaan & jasa perusahaan mengalami penigkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 9, 97% pada tahun 2004 dan pada tahun 2013 sebesar 12,07%. Sektor bangunan dengan kontribusi sebesar 7,65%

pada athun 2004 angka ini juga mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi pada tahun 2013 sebesar 7,86%.

(47)

Berikutnya adaalah sektor listrik, gas & air bersih sebesar dengan kontribusi sebesar 1,94% pada tahun 2004 angka ini mengalami peningkatan dan penurunan selama periode 2004-2013 yakni sebesar 1,66% pada tahun 2013. Selanjutnya sektor pertanian sebesar 1,15% pada tahun 20004 angka ini mengalami penurunan selama periode 2004-2013 dengan kontribusi sebesar 0,55% pada tahun 2013 dan yang terakhir adalah sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,01% pada tahun 2004 angka ini juga mengalami penurunan selama periode 2004-2013 yaitu 0,00% pada tahun 2013.

d. Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil diharapkan berperan dalam meningkatkan kemampuan faktor-faktor produksi sehingga merangsang bagi berkembangnya ekonomi dalam skala yang lebih besar serta berdampak pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat dilihat melalui besarnya perubahan PDRB pada tahun tertentu. Jika kenaikan produksi barang dan jasa pada tahun tertentu lebih tinggi dari tahun sebelumnya maka terjadi kenaikan pertumbuhan dan sebaliknya jika terjadi penurunan produksi barang dan jasa dari tahun sebelumnya dikatakan terjadi perlambatan pertumbuhan.

Pertumbuhan ekonomi diukur dengan menggunakan PDRB atas harga konstan karena pengaruh perubahan harga inflasi telah dihilangkan. Tabel 5.1 menggambarkan pertumbuhan ekonomi yang dicapai kota Makassar tahun 2004- 2013.

(48)

Tabel 4.4

PDRB Atas Harga Konstan Dan Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar Tahun 2009-2013

Tahun PDRB Harga Konstan (Juta Rupiah)

Pertumbuhan Ekonomi (%)

2004 9 785 333 89 10,17

2005 10 492 540 67 7,22

2006 11 341 848 21 8,09

2007 12 261 538 92 8,11

2008 13 561 827 18 10,60

2009 14 798 187 68 9,12

2010 16 252 451 43 9,83

2011 17 820 697 97 9,65

2012 19 582 060 39 9,88

2013 21 327 227 88 8,91

Sumber : BPS Kota Makassar, diolah dari berbagai sumber

Berdasarkan pada tabel 4.4 menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang dicapai kota Makassar pada tahun 2004-2013. Pada tahun 2004 pertumbuhan ekonomi Kota Makassar sebesar 10,17% dan menurun pada tahun 2005 sebesar 7,22%. Pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar 8,09% dan menurun pada tahun 2009 sebesar 9,12%. Pada tahun 2011 pertumbuhan ekonomi sebesar 9,65% sedikit melambat dari tahun sebelumnya dan mengalami kenaikan pada tahun 2012 sebesar 9,88%. Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kota Makassar sebesar 8,91% sedikit melambat dibandingkan tahun sebelumnya,

(49)

namun PDRB dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang semakin membaik.

Data tersebut menunjukkan bahwa PDRB atas harga konstan dari tahun ke tahun terus menerus mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 nilai PDRB Kota Makassar sebesar Rp. 9.785.333,89 dan meningkat pada tahun 2005 sebesar Rp.

10.492.540,67. Kemudian pada tahun 2006 mengalami peningkatan sebesar Rp.

11.341.848,21 dan meningkat lagi pada tahun 2007 sebesar Rp. 12.261.538,92.

Demikian juga pada tahun 2008 meningkat sebesar Rp. 13.561.827,18 sampai dengan tahun 2013 terus mengalami peningkatan sebesar Rp. 21. 327.227,88.

B. Gambaran umum pasar tradisional

Kota makassar yang merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia memiliki laju perekonomian yang tumbuh begitu pesat yang terutama di gerakkan oleh sektor perdagangan. Letaknya yang strategis dan menjadi pintu gerbang kawasan timur indonesia memberikan keuntungan yang sangat besar bagi kota ini.

Barang-barang yang akan di kirimke kawasan timur indonesia harus singgah dulu di kota ini sehingga memberikan pendapatan bagi daerah ini. Begitu ketatnya sektor perdagangan di daerah ini memberikan efek bagi pelaku ekonomi menengah ke bawah termasuk pelaku sektor informal seperti pedagang pasar tradisional.

Kota makassar bagaikan magnet bagi orang-orang yang butuh pekerjaan, maka berdatanganlah irang-orang yang berasal dari luar kota makassar untuk mencari nafkah di kota ini. Akibatnya, banyak orang yang berdatangan di kota makassar dengan kemampuan seadanya dan kemudian tidak tertampung di sektor

(50)

formal sehingga membuat mereka beralih ke sektor informal. Makanya banyak masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi yang bekerja sebagai pedagang di pasar tradisional. Jadi tidak mengherankan bila pasar tradisional tumbuh subur di kota ini.

Pasar tradisional di kota ini tersebar di semua kecamatan meskipun banyak di antaranya yang tergolong dalam pasar tidak resmi. Untuk kota makassar, ada 50 pasar tradisional diantaranya 16 pasar yang oleh pemerintah kota Makassar dikategorikan sebagai pasar resmi dan 34 pasar yang di kategorikan sebagai pasar tidak resmi. Banyaknya jumlah pasar tradisional yang tidak resmi dibandingkan dengan pasar tradisional yang resmi menunjukkan bahwa pemerintah tidak lagi serius untuk membangun pasar-pasar tradisional baru, sehingga membuat masyarakat sendiri yang berinisiasi membuat pasar-pasar darurat.

Tabel 4.5

Nama-Nama Pasar Tradisional di Kota Makassar

No Kecamatan Pasar Resmi Pasar Tidak Resmi 1 Biringkanaya  Pusat niaga Daya

 Bulu-Bulu

 Daya

 Seputaran Masjid

2 Tamalanrea  Pasar wesabbe

 Pasar BTP

 Pasar blok A

3 Pannakkukang  Toddopuli  Karuwisi

 Tamamaung

 Panaikang

 Tello Baru

 belakang profesional

(51)

 Paropo

4 Makassar  Kerung-kerung  Rimo

5 Mamajang  Maricaya  Harimau

6 Ujung Pandang  Baru  Sawah

7 Bontoala  Terong

 Kalimbu

 Tinumbu

 Tette kulantu

8 Tallo  Pannampu  Galangan

 Rappokalling

9 Ujung tanah  Pelelangan

10 Wajo  Sentral

 Butung

 Sentral jaya

 Cidu

 Bonerate

 Irian

11 Mariso  Sambung jawa  Kokolojia

 Senggol

 Tanjung 12 Tamalate  Pa’baengbaeng

 Hartaco

 Barombong

 Kanal

 Bontomanai

 Manuruki

13 Rappocini  Jipang Raya

 Skarda

 Rappocini Raya

14 Manggala  Antang

 Borong Raya

 Kassi

Jumlah 16 34

Sumber : BPS Provinsi SUL

(52)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden

1) Usia Responden

Pada umumya pedangang yang berusia mempunyai tenaga fisik yang relatif lebih lemah dan terbatas, sebaiknya pedangang yang berusia muda mempunyai kemampuan fisik yang kuat,namun. Pedagang yang berusia muda pada umumnya tidak atau memiliki banyak pengalaman dalam hal berdagang dan mempunyai tanggun jawab yang relatif rendah . hal ini dapat di lihat dari pedangang yang berusia relatif lebih muda mempunyai masa berdagang lebeh cepat sedangkan yg lebih tua lebih fokus dalam berdagang dan lebih banyak menkhususkanya waktunya dalam kegiatan berdagang.mengenai keadaan usia responden tersebut dapat di lihat pada tabel berikut:

Tabel 5.1

Distribusi Responden Menurut Usia

USIA JUMLAH PERSENTASE

< 30 ( Usia Produktif ) 30-50

( Usia sangat produktif )

>50 ( Usia tidak produktif )

27 56

16

27,27 56,57

16,16

Jumlah 99 100

Sumber: Data primer setelah di olah

Dari tabel 5.1 untuk profil responden berdasarkan usia dapat di lihat bahwa mayoritas responden berada pada kelompok usia yang sangat produktif

39

(53)

yaitu usia antara 30-50 tahun dengan persentase 56,57% rata-rata pedagang dengan usia 30-50 tahun adalah pedangang yang sudah berkeluarga sehingga mereka cenderung lebih serius dalam berdagang karena mereka menpunyai tangung jawab untuk menghidupi keluarganya. Dengan usia yang seperti itu pula, pedangang punya kematangan dalam hal berdangang sehingga dia dapat mengelolah jualannya dengan baik. Untuk pedangan yang berusia 30 tahun biasanya masih diwakili dengan pedagang-pedagang muda atau pedagang yg belum berkeluarga sehingga mereka masih belum terlalu serius dalam berdagang karena mereka juga belum tanggungan tetapi pedangan ini memiliki banyak tenaga atau kekuatan dalam berjualan, misalnya pedangang seperti ini kuat dalam hal mengangkat barang sedangkan untuk pedangang yang berusia di atas 50 tahun, biasanya pedangan tersebut sudah tidak punya tenaga dalam melakukan kerja- kerja berat dalam menjual,mereka cukup duduk di tempat penjulanya melayani pembeli.

2) Jenis kelamin

Dari tabel di bawah ini menunjukkan bahwa dari hasil penelitian diperoleh 37 pedagang adalah laki-laki dan 62 orang perempuan. kondisi ini menunjukkan bahwa kebanyakan yang berprofesi sebagai pedagang pasar tradisional adalah perempuan. umumnya memang perempuan memiliki daya tarik tersendiri bagi pembeli dibandingkan dengan laki-laki sehingga untuk menarik para pembeli maka perempuan lah yang di pasang sebagai penjual. Hal ini dilihat pada tabel di bawah ini.

(54)

Tabel 5.2

Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin

Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki Perempuan

37 62

37,38 62,62

Jumlah 99 100

Sumber: Data Primer yang telah di olah 3) Pendidikan Responden

Untuk tingkat pendidikan responden, pedagang yang berpendidikan sampai tingkat SD merupakan jumlah terbanyak sebesar 31 responden (31,32%) dan urutan berikutnya SLTP dan SLTA yaitu sebanyak 29 responden (29,29%) kemudian tidak sekolah/tidak tamat SD sebesar 8 responden (8,08) dan jumlah pedagang yang berpendidikan sampai perguruan tinggi hanya sebanyak 2 responden (2,02%) hal ini menunjukkan bahwa profesi sebagai pedagang pasar tradisional tidak begitu membutuhkan spesifikasi pendidikan artinya siapapun bisa jadi pedagang asalkan punya keinginan dan modal yang mencukupi.

(55)

Tabel 5.3

Distribusi Responden menurut pendidikan

Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%) Tidak sekolah/tidak

tamat sekolah

8 8,08

SD 31 31,32

SLTP 29 29,29

SLTA 29 29,29

Perguruan Tinggi 2 2,02

Jumlah 99 100

Sumber : Data primer yang di olah

4) Pendapatan pedagang di tiap-tiap Pasar.

Tabel 5.4

Rata-Rata Pendapatan Pedagang di Tiap-tiap Pasar.

No Nama Pasar Kecamatan Rata-Rata Pendapatan (Rp)

1 Pasar Daya Biringkanaya 720.454,54

2 Pasar Terong Bontoala 955.833,33

3 Pasar Antang Manggala 380.000

4 Pasar Tamalate Rappocini 304.666,67

5 Pasar Pa’baeng-baeng Tamalate 370.000

6 Pasar Toddopuli Pannakkukang 1.220.000

7 Pasar Pannampu Tello 699.000

8 Pasar Kerung-Kerung Makassar 716.000

Rata-Rata 8 423.125

Sumber : Data primer yang di olah

(56)

Pendapatan pedagang di tiap-tiap pasar berbeda-beda, ini tergantung dari lokasi pasar tempat pedagang tersebut menjual. Tapi pasar memiliki lokasi dan daya tarik tersendiri dalam menarik pembeli. Untuk pasar yang terletak berdekatan dengan perumahan pasti ramai dikunjungi pembeli. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan pedagang pasar tradisional di kota makassar adalah Rp. 423.125 perharinya. Rata-rata pendapan ini sebenarnya tidak bisa menjadi gambaran secara umum bagi pendapatan pedagang oasar tradisional dikota Makassar sebab masih banyak pedagang yang memiliki pendapatan di bawah pendapatan rata-rata, tergantung lokasi pasarnya. Untuk psara yang memiliki rata-rata pendapatan tertinggi ada pada pasar toddopuli, hal ini mugkin disebabkan karena letak pasar ini yang berada di daerah perumahan sehingga pasar ini sering lama di kunjungi oleh para pembeli terutama pada hari libur.

2. Perkembangan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Kota Makassar Baik secara langsung maupun tidak langsung, perubahaan harga BBM memiliki dampak terhadap harga akhir sebuah produk baik itu berupa barang ataupun jasa, diperlukan bahan bakar untuk memperoleh bahan baku, memproduksi dan mendistribusinya.

(57)

Tabel 6.1

Perkembangan harga BBM Di Kota Makassar Tahun 2003-2015

Tahun Tanggal Bensin Premium

(Rp)

Minyak Solar

(Rp)

Minyak Tanah (Rp)

2014 1 Januari 18 November

Rp. 7.600 Rp. 8.500

Rp. 7.250 Rp. 7.500

Rp. 2500 Rp. 2.500 2015 1 Maret

28 Maret

Rp. 6.800 Rp. 7.500

Rp. 6.400 Rp. 6.900

Rp. 2.500 Rp. 2.500 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi SUL-SEL

Berdasarkan Tabel di atas dapat kita lihat bahwa untuk harga BBM jenis premium, kenaikan harga terjadi tanggal 1 januari 2014 pemerintah menaikkan harga BBM menjadi Rp. 7.600,00, berselang beberapa bulan mengalami kenaikan harga lagi sebesar Rp.8.500,00 pada tanggal 18 November 2014. Kemudian pada Tahun 2015 pemerintah mengeluarkan kebijakan lagi untuk menaikkan harga BBM menjadi Rp.6.800,00 tepatnya pada tanggal 1 Maret menjadi Rp.7.500,00.

Untuk BBM jenis solar, pada tahun 2014 tepatnya pada tanggal 1 januari mengalami kenaikan harga sebesar Rp.7.250,00 dan pada tanggal 18 november pada tahun yang sama terjadi lagi kenaikan sebesar Rp.7.500,00. Dan terakhir pada tahun 2015 pemerintah menaikkan harga BBM dari harga Rp.6.400,00 menjadi Rp.6.900,00.

Untuk BBM jenis Minyak Tanah, sampai sekarang pada tahun 2015 sering terjadi perubahan harga BBM akan tetapi BBM jenis minyak tanah tidak terjadi perubahan harga, tetap stabil dengan harga Rp.2.500,00.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa serta dengan berkat dan rahmat-Nya sehingga tugas akhir penulis dengan judul

(1) Teknologi Informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi..

Cara Menghilangkan Kutil Di Kelamin Tipe-tipe virus HPV yang dapat menyebabkan kanker sering disebut sebagai “Infeksi diam”, karena tidak ada gejala-gejala yang jelas,

Penggolongan ini bukan berarti bahasa C kurang ampuh atau lebih sulit dibandingkan dengan bahasa tingkat tinggi (high level language - seperti Pascal, Basic, Fortran, Java,

Given the large burden of vaccine preventable disease and the potential capacity for R&amp;D in the Region, SEAR Member Country governments, research institutions, and

Hasil dari survei faktor risiko penyakit tidak menular di Kabupaten Rembang tahun 2010 adalah proporsi penduduk laki-laki yang merokok adalah sebesar 59,6%, proporsi

Terkait dengan hal tersebut di atas, Panitia Pengadaan Alat Pengolah Data pada Perwakilan BPKP Provinsi Maluku akan mengadakan PELELANGAN ULANG. Demikian untuk

Dengan perhitungan Fuzzy RPN, mode kegagalan paling kritis pada koridor III adalah jalur yang belum steril dari pengguna kendaraan pribadi (0,742), sedangkan pada