• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER PADA SISWA KELAS VIII.11SMP NEGERI 13 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER PADA SISWA KELAS VIII.11SMP NEGERI 13 MAKASSAR"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

PADA SISWA KELAS VIII.11SMP NEGERI 13 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

WAWAT HIDAYATI NIM 105361120916

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER

PADA SISWA KELAS VIII.11SMP NEGERI 13 MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

WAWAT HIDAYATI NIM 105361120916

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

iv

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Mahasiswa : Wawat Hidayati

NIM :105361120916

Jurusan : Pendidikan Matematika

Judul : Analisis Kemampuan Berpikir Kritis

dalamMemecahkan Masalah Matematika ditinjau dari Perbedaan Gender pada SiswaKelas VIII.11 SMP Negeri 13 Makassar

Dengan ini menyatakan bahwa :

Skripsi yang saya ajukan didepan Tim Penguji adalah ASLI hasil karya saya sendiri, bukan hasil ciptaan orang lain dan tidak dibuatkan oleh siapapun.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Februari2021 Yang Membuat Pernyataan

Wawat Hidayati

(6)

v

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Mahasiswa : Wawat Hidayati

NIM : 105361120916

Jurusan : Pendidikan Matematika

Judul Skripsi : Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Memecahkan Masalah Matematika ditinjau dari Perbedaan Gender pada Siswa Kelas VIII.11 SMP Negeri 13 Makassar

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya akanmenyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2, dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Februari 2021 Yang Membuat Perjanjian

Wawat Hidayati

(7)

vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto

“Barang siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia

tidak akan mampu mensyukuri sesuatu yang banyak”- HR.Ahmad

Persembahan

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk kedua orang tua yang tersayang, saudariku, sahabat serta teman – teman yang senantiasa memberikan dukungannya berupa doa maupun materi

(8)

vii ABSTRAK

Wawat hidayati. 2020.analisis kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari perbedaan gender pada siswa kelas VIII.11 SMPN 13 Makassar .Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.Pembimbing I bapakAlimuddin dan Pembimbing II bapak Mulawakkan firdaus..

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana karakteristik kritis siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari perbedaan gender pada siswa kelas VIII.11 SMP Negeri 13 Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah matemtika ditinjau dari perbedaan gender pada siswa kelas VIII.11 SMP Negeri 13 Makassar.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriktif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.Pengambilan subjek penelitian dilakukan dengan memberikan tes soal berpikir kritis pada siswa kelas VIII.11dengan mengambil 2 subjek perempuan dan 2 subjek laki - laki.Instrumen yang digunakan adalah tes tertulis kemampuan berpikir kritis yang membuat 1 butir soal dengan materi teori bilangan dan pedoman wawancara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek perempuan pada semua tahap yaitu focus, reason, inference, situation, clarity, overviewmemenuhi semua idnikator sedangkan sbjek laki – laki hanya memenuhi tahap focus, situation dan clarity.

Berdasarkan paparan diatas, hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan dalam proses berpikir kritis antara subjek perempuan dan laki – laki, dan penelitian ini menunjukkan bahwa perempuan lebih kritis dibandingkan laki – laki.

Kata Kunci: Analisis, Kemampuan berpikir kritis, gender.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum Warohmatullah Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat, limpahan rahmat, karunia, serta kekuatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “ Analisis Kemampuan Berpikir kritis dalam Memecahkan Masalah Matematika ditinjau dari Perbedaan Gender pada Siswa Kelas VIII.11 SMP Negeri 13 Makassar”penulis hadirkan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar, dengan penuh harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi bidang ilmu pendidikan untuk Indonesia lebih maju.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari orang-orang sekitar yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan serta bimbingan bagi penulis. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa syukur dan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada sang Khalik pemilik kesempurnaan yakni Allah SWT. Danjuga Nabi Muhammad SAW.Selaku tauladan bagi umatnya.Serta rasa hormat kepada kedua orang tua penulis tercinta Ayahanda H. Muh. Supandri dan ibundaH. Nurhaeda yang telah ikhlas menengadahkan tangannya disetiap harinya, yang dengan air mata serta butiran keringatnya tidak pernah letih untuk mengingatkan kepada sang pencipta.

Tak lupa, juga rasa hormat kepada keluarga dan sahabat – sahabat tercinta.

(10)

ix

Selanjutnya ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya, peneliti sampaikan kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse.,M.Ag.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D.,

3. Ketua Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Mukhlis, S.Pd.,M.Pd.

4. Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika, Bapak Ma’rup, S.Pd.,M.Pd.

5. Pembimbing I Bapak Dr. Alimuddin, M.Si danpembimbing II Bapak Andi Mulawakkan Firdaus, S.Pd.,M.Pd.Yang telah meluangkan waktunya untuk senantiasa membimbing dan memberikan motivasi dengan baik sampai skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Pembimbing Validasiinstrumen Bapak Prof. Dr. Usman Mulbar,M.Pd. dan Bapak Dr. Asdar,M.Pd. Yang senantiasa memberikan bimbingan dalam rangka penyempurnaan instrumen.

7. Para dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khusunya dosen prodi pendidikan matematika yang senantiasa membimbing peneliti selama menempuh pendidikan diUniversitas Muhammadiyah Makassar.

8. Kepala sekolah SMP Negeri 13 Makassar, Bapak Drs Ramli, M.Pd. yang telah mengizinkan untuk melaksanakan penelitian ini.

9. Guru mata pelajaran matematika kelas VIII.11, Ibu Kamira, S.Pd. yang telah membatu berjalannya penelitian ini.

10. Siswa (i) Kelas VIII SMP Negeri 13 Makassar, yang telah meluangkan waktunya sebagi informan dalam penelitian ini.

(11)

x

11. Rekan-rekan pendidikan matematika ALGORITMA 16, khususnya kelas ALGORITMA 16 Fyang telah sama-sama berjuang menempuh pendidikan untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

12. Teman seperjuangan saya Reski Alawiah dan Muhammad Sapril yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

Dan juga kakanda Asriadilyang telah memberikan suport, dukungan dan nasehat yang sangat membangun hingga terselesaikannya penelitian dan skripsi ini.

13. Serta seluruh pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tak langsung dalam penyelesaian skripsi ini yang tak sempat penulis sebutkan.

Hanyakepada Allah SWT.Penelitimemohon agar mereka yang berjasadiberikanbalasan yang berlipatgandadansemoga penelitian ini memberikan manfaatbagikita semua.Aamiinyaa Rabbalalaamiin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Makassar,Februari 2021

Peneliti

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Batasan Istilah ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Analisis ... 8

B. Kemampuan Berpikir Kritis ... 9

C. Pemecahan masalah matematika ... 13

(13)

xii

D. Kemampuan berfikir kritis berdasarkan gender ... 14

E. Penelitian relevan ... 16

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Rancangan Penelitian ... 17

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

C. Subjek Penelitian ... 17

D. prosedur Penelitian ... 18

E. instrumen Penelitian ... 19

F. Teknik Pengumpulan Data ... 19

G. Teknik Analisis Data ... 20

H. Pengecekan keabsahan Data ... 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

A. Hasil Penelitian ... 21

B. Pembahasan ... 56

BAB V PENUTUP ... 58

A. Kesimpulan ... 58

B. Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1.Kriteria dan indikator berfikir kritis ... 11

4.1. Uji kredibilitas P1 dan P2 ... 30

4.2. Uji kredibilitas L1 dan L2 ... 35

4.3.Uji kredibilitas indikator reason dan inference P1 dan P2 ... 38

4.3.Uji kredibilitas indikator reason dan inference L1 dan L2 ... 43

4.4.Uji kredibilitas indikator situation P1 dan P2 ... 46

4.4. Uji kredibilitas indikator situation L1 dan L2 ... 48

4.5. Uji kredibilitas indikator clarity P1 dan P2 ... 48

4.6. Uji kredibilitas indikator clarity L1 dan L2 ... 51

4.7Uji kredibilitas indikator overview P1 dan P2 ... 53

4.8Uji kredibilitas indikator overview L1 dan L2 ... 54

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 4.1.Jawaban S1 ... 23

Gambar 4.2.Jawaban S2 ... 24

Gambar 4.3.Jawaban P1 ... 25

Gambar 4.4.Jawaban P2 ... 26

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Soal Tes Esai Lampiran 2. Pedoman Wawancara Lampiran 3 Lembar validasi soal tes

Lampiran 4 Lembar validasi pedoman wawancara Lampiran 5 Lembar keterangan validasi

Lampiran 6 Transkrip wawancara

Lampiran 7. Surat Pengantar Penelitian FKIP Lampiran 8.Surat Permohonan Izin Meneliti LP3M Lampiran 9 Surat Izin Penelitian PTSP

Lampiran 10. Surat Rekomendasi Izin Penelitiatn Wali Kota Makassar Lampiran 11. Surat Izin Penelitian Dinas Pendidikan Kota Makassar Lampiran 12. Surat Telah Meneliti

(17)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan ialah ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian serta kebiasaan setiap individu yang diturunkan dari individu ke setiap generasi akan datang lewat pembelajaran, pelatihan, ataupun riset. Pendidikan kerap terjadi di bawah didikan orang lain, akan tetapi juga bisa dilakukan dengan belajar sendiri. Pembelajaran tidak terlepas dari langkah didikan, Belajar merupakan langkah perubahan kelakuan agar mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan hal yang baru dengan tujuan tertentu.

Belajar adalah langkah berbuat dengan menggunakan panca indera melalui experience misal mengawasi, diamati, serta menguasai sebuah yang diajarkan.

Belajar bisa dilaksanakan secara sendiri-sendiri (seseorang melakukannya sendiri) ataupun dengan keterkaitan orang lainnya. (Mulyono Abdurrahman) mengemukakan Anak sangat sulit untuk belajar: Teori, penaksiran, serta perbaikannya (Jakarta: Rineka Cipta, 2012). Berasal kata belajar lalu tercipta kata pendidikan. Bagi Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaranmempunyaimakna langkah, metode, perbuatan membuat orang ataupun makhluk hidup lainnya belajar. Pembelajaran menurut Undang - undang Sisdiknas Nomor.20/2003, Bab I Pasal 1 Ayat 20 merupakan prosedur hubungan siswa beserta guru serta sumber belajar pada sebuahlingkungan belajar.

Sekolah yaitu pendidikan yang dilaksanakan secara formal berarti terkait oleh aturan tertentu yang wajib dipahami dan dipatuhi. Di sekolah, siswa tidak lagi dididik oleh orang tua, tetapi seorang guru yang wajib mendidik..

(18)

Pada dunia pendidikan banyak pelajaran yang rumit salah satunya yakni pelajaran matematika, diperlukan beberapa media pembelajaran yang kreatif agar siswa memiliki ketertarikan dalam mempelajari mata pelajaran tersebut.Matematika ialah salah satu bidang studi yang ada setiap tingkat pendidikan, misal pada tingkat sekolah dasar, sekolah menengah, ataupun universitas.Matematika bisa dipakai gunamenganalisa serta menyederhanakan sebagian masalah.

Pembelajaran matematika yaitu hal yang sadar dilaksanakan oleh seorang pendidik maupun guru guna membentuk siswa. Guru wajib mendidik siswa sebaik mungkin maka mereka bisa meningkatkan ilmunya sesuai dengan prosedur pengetahuan bidang studi yang diajarkan, khususnya yang dimaksud pembelajaran matematika.

Menurut Kusumaningrum (2012) menyatakan bidang studimatematika melatih proses berpikir dan bernalar siswa untuk membentuk kesimpulan, misal lewat aktivitas penyelidikan, mencoba, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsisten. Maka dari itu, kemampuan berpikir adalah kemampuan yang penting pada bidang studi matematika.

Padapermendiknas No 20 Tahun 2006 mengendalikan tentang Standar Isi, menyatakanpendidikan matematika mempunyai fungsi agar siswa memilikikeahlian penalaran lebihbesar lewat latihan memecahkan kasus, membentuk keputusan dan kesimpulan. Harapannya, pembelajaran semacam ini membentuk siswa berlatih dalam berpikir kritis guna penyelesaian permasalahan tersebut.Pembelajaran matematika yang baik diharapkan siswa lebih bisa mempunyai keahlian berpikir logis, kritis, analitis, kreatif, sistematis serta

(19)

3

kemampuan guna bekerjasama secara efisien sesuai dengan yang tercantum pada Kurikulum 2013 (permendikbud, 2013).

Berpikir kritis adalah sebuah keahlian berpikir yang harus dipunyai oleh setiap individu.Melalui berpikir kritis ini, tiap individu bisa mengasah kemampuan bernalar guna menghadapi permasalahan setiap hari.Kemampuan berpikir kritis harus dilaksanakan pada dunia pendidikan supaya siswa bisa mengasah kemampuan bernalar untuk menyelesaikan masalah, khususnya untuk pelajaran matematika.Kemampuanberpikir kritis berhubungan dengan kemampuan menganalisis, serta memecahkan permasalahan secara aktif dan berpikir rasional maka mendapatkan pertimbangan serta kesimpulanyang benar.Setiap individu berpikir kritis apabilamenyatakan sebuah hal serta menggali informasi secara tepat selanjutnya informasi tersebutlah yang dipakai guna memecahkan permasalahan yang dihadapi secara tepat melalui analisis serta ilmu pengetahuan yang dimilikinya.

Kemampuan berpikir siswa dapat diketahui seorang pendidik harus melaksanakan kegiatan yang bisa merangsang siswa kemampuan berpikir kritisnya. Kegiatan itu merupakan pemecahan permasalahan serta penyelesaian masalah ataupun soal, siswa bisa dapat pengalaman memakai pemahaman serta keahlian yang telah dimilikinya gunaditerapkan untuk memecahkan masalah maka siswa akan lebih analitik untuk mengambil sebuah kesimpulan. The Secretary’s Commission On Achieving Necessary Skills pada tahun 1990 mengemukakan bahwa keahlian berpikir kritis, menciptakan kesimpulan, problem solving, serta bernalar bagi suatu yang sangat penting untuk dunia kerja. Selain itu bagi Johnson

(20)

(2009) berpikir kritis ini adalah esensial yang wajib dimiliki oleh siswa baik dalam memecahkan masalah.

Dilihat dari kenyataannya permasalahan yang terdapat ialah daya keaktifansiswa untuk menyelesaikan masalah masih kurang. Hal itu juga berdampak pada gender, Dwi Narwoko (2011) mengemukakan genderyaitu sebuah istilah yang dipakai guna memaparkanperbedaan gender secara sosial yang terlihatdari nilai serta kelakuan seseorang.

Tingkah laku dan kedisiplinan siswa laki – laki berbeda, berpengaruh terhadap hasil dari belajar matematika siswa antara laki- laki serta perempuan maka peneliti tertarik meneliti kemampuan berpikir kritis siswa untuk memecahkan masalah masalah matematika ditinjau dari gender.SMP Negeri 13 makassar berdasarkan hasil observasi tingkat berpikir kritis dalam memecahkan masalah masih rendah dan siswa kesulitan untuk menyelesaikan masalah matematika yang sedikit dimodifikasi bentuk soalnya dikarenakan dalam proses pembelajaran siswa hanya mengikuti dan mencatat apa yang gurunya berikan tanpa dilatih mengembangkan aspek - aspek berpikir kritis dalam memecahkan soal matematika.

Leach dan Good (2011) menyatakan bahwajenis kelamin serta perguruan tinggi utama secara signifikan pengaruhi rata - rata keahlian berpikir kritis. Riset Rubin (1993) juga menyatakan tidak terdapat perbandingan yang signifikan antara pria dan wanita pada aspek intelegensi lebih universal, walaupun pada aspek- aspek tertentu bisa didapatkan ada perbandingan antar anak pria dan wanita.

Berdasarkan paparan tersebut, sehingga peneliti tertarik guna melakukan penelitian yang berjudul ”Analisis kemampuan berpikir kritis dalam

(21)

5

memecahkan masalah matematika ditinjau dari perbedaan gender pada siswa kelas VIII.11 SMP Negeri 13 Makassar”. Penelitian ini penting dilakukan agar guru/pendidikmemperhatikan perbedaan jenis kelamin siswa agar dapat memberikan metode pembelajaran yang mendukung dan tepat untuk menambah pemahaman berpikir kritis siswa untuk memecahkan masalah khususnya pelajaran matematika, agar dapat menambah hasil belajar serta mutu kualitas siswa SMP Negeri 13 Makassar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, sehingga rumusan masalahnya yakni “Bagaimana karakteristik berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari perbedaan gender pada siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Makassar?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan riset ialah peneliti bertujuan guna menganalisis karakteristik berpikir kritis dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari perbedaan gender pada siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Padariset ini memiliki keinginan besar terhadap hasil penelitian sehingga hasil riset berguna bagi banyak orang yaitu:

1. Manfaat teoritis

Adapun manfaat teoritis pada penelitian ini merupakan bisadimanfaatkan untuk referensi bagi peneliti selanjutnya dan bermanfaat sebagai kajian yang relevan tentang analisis kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan permasalahan matematika dilihat dari perbedaan gender

(22)

2. Manfaatpraktis :

a. Bagi Guru, manfaat bisa dirasakan adalah bisa digunakan sebagai ajaranpertimbangan guru matematika untuk mengelola langka-langkah pembelajaran sehingga dapat meningkatkan proses berpikir kritis siswa untuk pemecahan masalah matematika berdasarkan perbedaan gender.

b. Bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Makassar , manfaat yang bisa dirasakan dapat memahami solusi untuk berpikir kritis guna menyelesaikan permasalahan matematik.

c. Bagi Sekolah, manfaat yang bisa dirasakan adalah bisa memahami keterampilan berpikir kritis siswa padamemecahkan permasalahan matematika lewat penelitian ini, sehingga Dapat dijadikan acuan untuk merancang dan mengelola proses pembelajaran di kelas sehingga melahirkan siswa – siswi yang kritis dalam memecahkan masalah.

E. Batasan istilah

Berdasarkan dari judul proposal tersebut untuk memperoleh gambaran yang jelas, sehingga dapat dipahami dengan baik, maka adapun uraian definisi istilah yaitu:

1. Analisis

Analisis adalah bentuk kegiatan menguraikan sesuatu permasalahan menjadi beberapa komponen – komponen kecil yangdikaji lebih lanjut sehingga mudah dimengerti dan dapat ditafsirkan maknanya.

2. Kemampuan berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis yakni kemampuan berpikir untuk level yang kompleks terhadap informasi yang didapatkan melalui proses analisis

(23)

7

dan evaluasi artinya informasi yang didapatkan tidak boleh ditelan secara mentah – mentah harus diteliti lebihterdahulu sumbernya, apapun informasi yang validkemudianmembuat kesimpulan dari informasi itu.

3. Pemecahan masalah matematika

Masalah matematika adalah sering berwujud pertanyaan atau soal matematika yang wajibdijawab atau diselesaikan oleh siswa.sebuah soal matematika bisa menjadi permasalahan matematika apabila siswa tidak memiliki gambaran guna memecahkan masalah, tetapi siswa itu memiliki niat untuk memecahkan masalah matematika tersebut. Adapun pemecahan masalah matematika merupakan bentuk penyelesaian dari masalah matematika.

(24)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Analisis

Salah satu bentuk analisis adalah aktivitas menguraikan atau memecahkan, memilih, membedakan masalah menjadi bagian-bagian atau komponen-komponen terkecil sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Bagi Spradley (Sugiyono, 2015) mencetuskan bahwa analisis yakni sebuah aktivitas untuk mencari satu pola selain itu analisis yaitu cara berpendapat yang berkenaan dengan pengujian secara terstruktur pada sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian dan hubungannya dengan keseluruhan.

Analisis yaitu suatu cara untuk diuraikan suatu masalah atau fokus kajian menjadi bagian – bagian hingga struktur bentuk sesuatu yang diurai itu nampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap artinya atau lebih jernih dimengerti duduk masalahnya (Satori dan Komariyah, 2014).

Nasution dalam Sugiyono (2015) menyelenggarakan analisis ialah kegiatan yang sukar, memerlukan kerja keras. Tak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, hingga tiap peneliti harus mencari sendiri method yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan tidak sama.

Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa analisis yakni penguraian suatu permasalahan secara terstruktur dalam memastikan bagian, hubungan antar bagian serta hubungannya secara menyeluruh untuk mendapatkan penafsiran serta pemahaman yang tepat.

(25)

9

B. Kemampuan Berpikir kritis

Kemampuan berpikir kritis ialah keahlian amat dibutuhkan seseorang supaya bisa mengalami bermacam kasus yang dialami dalam kehidupan bermasyarakat maupun personal. Bagi Wijaya mendefinisikan berpikir kritis bagaikan aktivitas menganalisis ilham ataupun gagasan ke arah yang lebih khusus, memberdayakan secara tajam, memilah, mengenali, mengkaji serta mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna.Dalam penafsiran ini berpikir kritis digunakan seorang kala memilah data yang relevan dengan dirinya, mengenali kebenaran data, menyusun konsep dari sebagian data yang sudah diseleksi, merumuskan serta mempraktikkan konsep tersebut dengan senantiasa melaksanakan penilaian.

Facione (2015) mengajukan inti keahlian berpikir kritis melingkupi interpretation, analysis, evaluation, inference, explanation, self regulation.Dari 6 penanda di atas, periset menetapkan penanda berpikir kritis yang sangat diutamakan merupakan penilaian serta inferensi .Dalam melaksanakan penilaian sangat dibutuhkan pemikiran yang reflektif serta pada inferensi dibutuhkan pemikiran yang logis. Tidak hanya itu, ketetapan tersebut pula didukung dengan statement dari Ruggiero ( 2012), Peter ( 2012), serta Snyder &; Snyder, ( 2008) yang melaporkan kalau inti dari keahlian berpikir kritis merupakan penilaian.

Dengan demikian, pada riset ini periset cuma fokus hingga pada penanda ke- 4, ialah interpretation, analysis, evaluation, inference. Interpretation ( interpretasi), ialah menguasai serta mengekspresikan makna ataupun iktikad dari pernyataan matematika ataupun permasalahan matematika. Analysis ( analisis), ialah mengenali ikatan antara data yang diberikan, permasalahan yang hendak

(26)

dituntaskan, serta seluruh konsep yang dibutuhkan dalam menyusun rencana penyelesaian permasalahan. Evaluation ( penilaian), ialah memperhitungkan kredibilitas statement serta memperhitungkan kekuatan logis dari statement/

penyelesaian permasalahan yang sudah dicoba. Inference ( inferensi), ialah menarik kesimpulan yang masuk ide dengan membagikan seluruh alibi yang berarti serta masuk ide.

Buat membuat suatu rancangan pendidikan yang cocok dalam meningkatkan serta mengarahkan berpikir kritis, perihal yang bisa dicoba bagi guru salah satunya merupakan memandang riwayat hidup berpikir kritis yang dipunyai murid.Perihal ini dimaksudkan supaya tiap pendidikan matematika yang dicoba senantiasa mencermati keahlian berpikir kritis siswa.Buat memandang profil berpikir kritis siswa, periset bisa memandang dari kegiatan siswa dalam menuntaskan permasalahan. Perihal ini cocok dengan komentar yang dikemukakan Ennis ( 1991) yang bisa disimpulkan kalau terdapat ikatan antara berpikir kritis dengan metode menyelesaikan permasalahan.

Dalam menuntaskan permasalahan, siswa hendak memakai bermacam berbagai strategi. Strategi pemecahan permasalahan nyatanya bisa dipengaruhi oleh perbandingan tipe kelamin sehingga mempengaruhi pula terhadap proses berpikir kritis. Leach serta Good ( 2011) dalam penelitiannya menampilkan tipe kelamin serta akademi besar utama secara signifikan pengaruhi rata- rata keahlian berpikir kritis.

Bersumber pada definisi- definisi dari berpikir kritis bisa disimpulkan kalau berpikir kritis ialah berpikir yang terjalin dalam sistem kognitif dengan menyamakan sebagian pengetahuan yang telah terdapat dalam benak yang

(27)

11

bertujuan buat menuntaskan suatu kasus dengan memutuskan pengetahuan yang lebih pas digunakan buat membongkar permasalahan.Berpikir kritis mencakup aktivitas menganalisis serta menginterpretasi informasi dalam aktivitas inquiry ilmiah.

Menurut Enis (1991, 1996) kriteria ataupun elemen dasar yang wajib dipunya oleh pemikir kritis dalam membongkar permasalahan yakni disingkat dengan Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, and Overview yang bisa disingkat dengan sebutan FRISCO. Fokus yang berkaitan dengan identifikasi fokus ataupun atensi utama, Reason yang berkaitan dengan identifikasi serta memperhitungkan akseptabilitas sebabnya, inference yang berkaitan dengan memperhitungkan mutu kesimpulan, dengan anggapan alibi buat bisa diterima, Situation yang berkaitan dengan suasana dengan seksama Clarity yang berkaitan dengan kejelasan, Kontrol buat membenarkan bahasanya jelas serta Overview yang berkaitan dengan mengecek kembali ataupun Langkah mundur serta amati seluruhnya secara totalitas, penjelasan tersebut bisa dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 2.1 kriteria dan indikator berpikir kritis

Kriteria berpikir kritis

Indikator

F (focus) Identifikasi fokus ataupun atensi utama maupun siswa menguasai kasus pada soal yang diberikan.

R (Reason) Identifikasi serta memperhitungkan akseptabilitas sebabnya maupun siswa membagikan alasan

(28)

berdasarkan fakta/bukti yang relevan pada tiap langkah dalam menciptakan keputusan maupun kesimpulan.

I (Inference) Menilai mutu kesimpulan, dengan asumsi alasan buat bisa diterima siswa maupun siswa membuat kesimpulan dengan dengan pas,serta siswa reason ( R ) yang tepat untuk menunjang kesimpulan yang dibuat.

S (Situation) Perhatikan suasana dengan seksama ataupun Siswa memakai seluruh informasi yang sesuai dengan kasus

C (Clarity) Kejelasan, Periksa untuk menentukan bahasanya jelas maupun siswa menyampaikan uraian yang lebih lanjut tentang apa yang dimaksudkan dalam kesimpulan yang terbuat, siswa bisa menerangkan sebutan dalam soal bila terdapat serta siswa bisa menyampaikan contoh permasalahan yang hampir sama dengan soal tersebut.

O (Overview) Mengecek ulang maupun langkah mundur serta amati seluruhnya secara keseluruhan maupun siswa mempelajari/mengecek ulang secara merata mulai dari awal sampai akhir (yang dihasilkan pada FRISC)

Enis (1991, 1996)

Berlandaskan penjelasan diatas maka berpikir kritis yang dimaksud peneliti adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mampu menganalisis permasalahan secara mendalam, tanpa langsung percaya begitu saja pada

(29)

13

informasi yang datang dari berbagai sumber dan mampu membuat ketetapan atas apa yang pantas dipercayai berdasarkan kriteria FRISCO (focus, Reason, Inference, situation, clarity, overview) dalam memecahkan masalah yang diberikan.

C. Pemecahan Masalah Matematika

Permasalahan dalam matematika ialah suatu keahlian kognitif fundamental yang bisa dilatih serta dibesarkan pada siswa, sehingga diharapkan kala siswa sanggup membongkar permasalahan matematika dengan baik hingga hendak sanggup menuntaskan kasus nyata pasca menempuh pembelajaran resmi.Nyaris seluruh negeri maju menempatkan keahlian pemecahan permasalahan matematis bagaikan tujuan utama dari pendidikan matematika di sekolah.Sebab diprediksi siswa yang mempunyai keahlian pemecahan permasalahan matematis dengan baik, hingga hendak sanggup berkontribusi terhadap pertumbuhan perekonomian bangsanya.

Dalam pembelajaran matematika, pemecahan permasalahan pula jadi perihal yang berarti untuk ditanamkan pada diri siswa. Dengan pemecahan masalah matematika, siswa tidak akan kehabisan arti dalam mempelajari matematika sebab suatu konsep ataupun prinsip hendak bermakna bila konsep tersebut bisa diaplikasikan dalam pemecahan masalah.Dalam pembelajaran matematika, kasus matematika umumnya berupa persoalan ataupun soal matematika yang wajib dijawab ataupun dikerjakan oleh siswa. Sesuatu soal matematika bisa jadi permasalahan matematika bila siswa tidak memiliki cerminan buat menyelesai- kan kasus, namun siswa tersebut berkeinginan buat menuntaskan permasalahan matematika tersebut.

(30)

Pemecahan permasalahan merupakan proses yang dipakai buat menuntaskan permasalahan. Permasalahan bisa terjalin bila seorang tidak memiliki ketentuan tertentu yang bisa dipergunakan buat menanggulangi kesenjangan antara suasana dikala ini serta tujuan yang hendak dicapai. Buat mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pemecahan permasalahan yang mengaitkan proses berpikir secara maksimal. Bila seseorang sudah sanggup menanggulangi kesenjangan suasana dikala ini dengan tujuan yang hendak dicapai hingga orang tersebut telah bisa dikatakan menuntaskan permasalahan.

Bagi solso, 1995 Pemecahan permasalahan merupakan berpikir yang ditujukan buat menuntaskan suatu permasalahan tertentu yang mengaitkan pembuatan respons– respons yang bisa jadi, serta pemilihan diantara respons–

respons tersebut. Ada pula bagi Krulik, Rudnick,& Milou, 2003 Pemecahan permasalahan merupakan sesuatu proses yang diawali dengan siswa menghadapi permasalahan hingga suatu jawaban (answer) diperoleh, dan siswa telah menguji penyelesaiannya (solution) (Krulik, Rudnick, & Milou, 2003).

D. Kemampuan Berpikir Kritis Berdasarkan Gender

Hasil analisis varian menampilkan rerata keahlian metakognisi siswa wanita lebih besar dari siswa pria.Perihal ini menampilkan siswa wanita lebih sanggup dalam berpikir kritis serta mengendalikan metode berpikirnya sehingga hasil belajar pula hendak lebih besar.Sehabis diperhatikan dalam pemberian inventori ataupun mengerjakan uji biasanya siswa wanita lebih tekun serta berkonsentrasi, sebaliknya siswa pria lebih banyak bermain. Demikian pula hasil pengamatan sepanjang aktivitas pendidikan lain, siswa wanita lebih sungguh- sungguh dalam melaksanakan pengamatan, banyak bertanya, berani dalam

(31)

15

mempresentasikan baik hasil pengamatan maupun dalam aktivitas dialog.

Bersumber pada perbandingan gender serta merujuk pada sebagian penemuan, Guilford ( 1967) dalam Hawadi ( 2008) memberitahukan kalau otak kanan pada pria tumbuh lebih baik serta kebalikannya otak kiri anak wanita lebih tumbuh baik. Dengan demikian memanglah terdapat perbandingan tipe kelamin di dalam keahlian penalaran matematik serta sains, dimana yang lebih banyak unggul merupakan anak pria daripada anak wanita.Dari hasil wawancara dengan siswa wanita nyatanya mereka memiliki kerutinan belajar, mengerjakan tugas/ rumah setiap hari sepulang dari sekolah, sehingga tugas/ PR hendak senantiasa berakhir pada hari itu pula.Kerutinan banyak siswa pria menuntaskan tugas/ PR pada saat hendak dikumpulkan oleh guru. Lebih lanjut Harris ( 1998 dalam Sugiarto: 2007) berkata kalau pria serta wanita memiliki perbandingan dalam perilaku belajar.

Misalnya wanita umumnya memakai strategi belajar yang lebih banyak dibanding dengan pria.Perbandingan ciri ini bisa mempengaruhi terhadap keahlian skimming mereka. Goodwyn dalam Sugiarto ( 2007), kalau dalam perihal keahlian antara pria serta wanita sesungguhnya tidak terdapat perbandingan yang esensial, namun perbandingan itu terletak pada perilaku. Perbandingan perilaku ini pula terjalin dalam mengimplementasikan strategi- strategi belajar.

Perbandingan keahlian ini diakibatkan oleh sebagian aspek.Salah satu aspek yang pengaruhi merupakan perbandingan gender.Perihal ini terbukti dengan riset oleh para ilmuwan. Dikutip dari media online yang ditulis oleh Siti Ruqoyah serta Tommyadi wibowo regu riset dari University of pennsylvania, Amerika Serikat, menciptakan fakta bahwa otak laki – laki serta perempuan mempunyai guna yang berbeda. Tidak hanya itu hasil riset dari Caroline Ochuko Alordiah,

(32)

Grace Akpadaka, serta Christy Oritse Weyimi Oviogbodu ( 2015) yang melaporkan kalau prestasi matematika pada pria lebih baik dari pada wanita. Ini ditunjukkan dengan skor yang diperoleh siswa laki-laki sebesar 27. 11 ( SD= 10.

17) sebaliknya skor yang diperoleh wanita sebesar 24. 84 ( SD= 8. 20).

E. Penelitian relevan

Ada beberapa riset yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu, sebagai berikut :

1. Riset Yousefidan Mohammadi ( 2016) yang menampilkan kalau terdapat ikatan yang signifikan antara berpikir kritis serta uraian teks. tetapi tipe kelamin serta tingkatan keahlian tidak dapat membuat perbandingan yang signifikan.

2. Bagi americanpsychological association (science daily 2010) (Lestari, 2010), bersumber pada analisis terkini dari riset internasional buat keahlian wanita di segala dunia dalam matematika tidak lebih kurang baik daripada keahlian pria walaupun pria mempunyai keyakinan diri yang lebih dari wanita dalam matematika. Perempuan dari negeri dimana kesamaan gender sudah diakui menampilkan keahlian yang lebih baik dalam uji matematika.

3. Pada riset kualitatif tentang gender, Triyadi ( 2013) melaporkan kalau keahlian spasial pria lebih baik serta mempunyai dasar keahlian penalaran abstrak yang lebih baik sebaliknya wanita mempunyai pertumbuhan keahlian verbal serta komunikasi yang lebih baik, serta merespon data lebih kilat.

(33)

17 BAB III

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Jenis riset yang dipilih peneliti ialah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.Dikatakan penelitian deskriptif karena penelitian ini ditujukan untuk mengurai fakta ke dalam bentuk kata atau bahasa dari peristiwa atau fenomena yang sebenar-benarnya.Terdapat dua tujuan dalam penelitian kualitatif yaitu pertama mengilustrasikan dan mencetuskan kedua mengilustrasikan dan memaparkan.

Riset ini berfokus pada analisis berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang akan ditinjau dari perbedaan gender dengan berdasarkan indikator FRISCO dari Ennis.

B. Waktu dan tempat penelitian

Dilaksanakannya riset ini yaitu pada proses pembelajaran di sekolah semester ganjil tahun pelajaran 2020/2021. Adapun lokasi dilaksanakannya riset ini adalah di kelas VIII.11 SMP Negeri 13 Makassar.

C. Subjek Penelitian

Peneliti menentukan subjek yaitu sebanyak 4 siswa yang masing-masing terdiri dari 2 siswa laki – laki dan 2 siswa perempuan. Subjek terpilih adalah siswa yang memiliki nilai rapor yang sama – sama tinggi serta rekomendasi guru mata pelajaran. Adapun langkah yang digunakan peneliti untuk menentukan subjek yaitu:

1. Menentukan kelas subjek, adapun kelas yang dipilih adalah kelas VIII SMP Negeri 13 Makassar

(34)

2. Mengelompokkan siswa berdasarkan gender

3. Memilih siswa yang mempunyai nilai rapor yang cenderung sama

4. Pada tahapan ketiga diatas terdiri dari dua subjek laki – laki dengan inisial L1 dan L2 dan dua subjek perempuan dengan inisial P1 dan P2

5. Meminta kesediaan subjek untuk ikut serta dalam proses penelitian.

D. Prosedur Penelitian.

1. Tahap persiapan

a. Mengumpulkan referensi terkait berpikir kritis b. Melakukan observasi di lapangan

c. Merancang instrumen penelitian.

d. Memvalidasikan instrumen penelitian yang telah disusun.

2. Tahap pelaksanaan

a. Menetapkan subjek penelitian kemudian mengelompokkannya menjadi dua yaitu 2 (dua) orang siswa yang berjenis kelamain laki-laki dan 2 (dua) orang siswa berjenis kelamin perempuan yang bersedia untuk diwawancarai.

b. Memberikan tes pemecahan masalah kepada subjek.

c. Melaksanakan wawancara terkait jawaban subjek 3. Tahap analisis data

a. Mendeskripsikan pekerjaan siswa dalam penyelesaian soal pemecahan masalah.

b. Menganalisis hasil wawancara.

c. Memaparkan data hasil analisis.

4. Tahap Akhir

(35)

19

a. Menuliskan hasil-hasil penelitian b. Menarik kesimpulan

c. Meminta surat bukti telah melakukan penelitian dari kepala SMPN 15 Makassar

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian pada penelitian ini ialah perlengkapan atau perangkat dalam pelaksanaan penelitian untuk mengakumulasi data atau informasi agar lebih ringkas dan lebih mudah untuk selanjutnya bisa diolah. Dalam penelitian kualitatif instrumen utama ialah peneliti itu sendiri karena peneliti harus berinteraksi secara langsung dengan subjek, menentukan subjek, mengumpulkan informasi serta membuat kesimpulan dari apa yang ditemukannya. Selain peneliti sebagai instrumen utama, ada juga instrumen pendukung yang digunakan yaitu tes tertulis dan pedoman wawancara.

F. Teknik pengumpulan data

Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi berupa tes tertulis dan teknik non tes atau wawancara.Teknik tes tertulis bertujuan untuk menakar pemecahan masalah matematika berdasarkan langkah-langkah yang telah ditentukan serta untuk mengetahui kualitas kemampuan berpikir kritis pada subjek.Sedangkan untuk teknik non tes atau wawancara dilakukan menggunakan bantuan alat perekam suara pada Handphone serta pedoman wawancara yang telah dibuat.

(36)

G. Teknik analisis data a. Reduksi Data

Adalah suatu langkah untuk pemilihan,pengabstrakan, pemusatan, penyederhanaan, serta transformasi data yang timbul dari hasil catatan data tertulis yang didapatkan di lapangan penelitian. Setelah diperoleh data dari hasil tes pemecahan masalah serta wawancara kemudian data tersebut dirangkum, disesuaikan dengan rumusan masalah.Setelah itu, data tersebut dipisah-pisahkan berdasarkan dengan jenis tertentu berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan untuk disesuaikan dengan tema dan polanya.

b. PenyajianData

Adalah tahap dimana peneliti memaparkan data yang telah direduksi.

Data yang telah direduksi akan dipaparkan secara jelas, terstruktur serta menyeluruh agar selanjutnya bisa dilakukan penarikan kesimpulan.

c. PenarikanKesimpulan

Adalah suatu tahapan dengan untuk mencari makna, arti, serta pemaparan yang dibuat terhadap data yang telah dianalisis, kemudian mencari hal-hal yang sesuai dengan rumusan masalah.Kesimpulan ini disusun dalam bentuk hasil dari penelitian yang telah didapat oleh peneliti. H. Pengecekan Keabsahan Data

Untuk mengecek keabsahan data, digunakan triangulasi yang pada dasarnya adalah strategi yang digunakan ketika proses pengumpulan dan analisis data.

Peneliti menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan menandingkan informasi yang diperoleh dari subjek satu dengan subjek lai

(37)

22 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada BAB IV hasil analisis dan pembahasan akan dibahas data perolehan dari hasil analisis kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah matematika ditinjau dari perbedaan gender pada siswa kelas VIII.11 SMP Negeri 13 Makassar.

A. HASIL PENELITIAN

Penelitian akan dilakukan terlebih dahulu tes tertulis yang dilanjutkan dengan tahap wawancara pada setiap subjek. Siswa yang telah direkomendasikan oleh guru diberikan soal tertulis sebanyak 1 soal essay yang merupakan tipe soal berpikir kritis yang terkait dengan materi pola bilangan.

Berikut adalah hasil pekerjaan siswa siswa perempuan 1 dengan pengkodean P1, siswa perempuan 2 dengan pengkodean P2 dan laki – laki 1 dengan pengkodean L1, siswa laki – laki 2 dengan pengkodean L2,

(38)

Gambar 4.1 Jawban S1

(39)

24

Gambar 4.2 Jawaban S2

(40)

Gambar 4.3 Jawaban P1

(41)

26

Gambar 4.4 Jawaban P2

(42)

Selanjutnya dilakukan wawancara berkaitan dengan hasil pekerjaan yang terdapat pada gambar diatas. Adapun yang diamati dari hasil pekerjaan tersebut berdasarkan kriteria kemampuan berpikir kritis FRISCO yang meliputi Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, dan Overview.

a. F (focus)

Untuk mengetahui informasi dari P1, P2, L1, dan L2 tentang fokusterhadap tes yang diberikan yaitu dengan menggunakan teknik wawancara semi struktur.

1) Subjek perempuan (P) a) Subjek perempuan 1 (P1)

Berikut adalah transkip hasil wawancara penelitian FOCUS

P : coba adek baca kembali soal yang kakak berikan S : (membaca soal) sudah kak

P :kalau dalam suatu soal untuk menyelesaikan soal kan harus ditulis apa – apa yang ketahui dan apa yang ditanyakan. Nah kalau dalam soal yang kakak berikan ini menurut adek apa yang diketahui ?

S : yang diketahui itu kak dua tali busur membagi 4 daerah dan 3 tali busur membagi 6 daerah. Jadi membentuk pola bilangan dst, kemudian diketahui lagi a nya sama dengan 2 dan b nya juga sama dengan 2

P : kalau yang ditanyakan apa ?

S : yang ditanyakan itu banyaknya daerah yang terbentuk jika 13 tali busur berpotongan disuatu titik?. Terus apakah banyaknya daerah yang terbentuk dapat dihitung dengan cara yang sama ?

P : menurut adek apa pokok permasalahan pada soal ?

S : apadih kak, diubah dulu soalnya ke bentuk model matematika lalu mencari rumus yang pas untuk menyelesaikan ini soal

P : apakah informasi yang diketahui pada soal bisa digunakan untuk menyelesaikan soal ?

S : iye kak bisa

(43)

28

P : ditauji caranya selesaikan soal ? S : ku jelaskan kak ?

P : iye jelaskanki cara apa yang adek pake ?

S :itu tadi kak saya ubah dulu ke model matematika lalu saya pake rumus kak, rumus Un = 2n jadi n nya itu bisa disebut sebagai sukunya, jadi kalo misalnya kalo ditanya jika 13 tali busur maka n nya sama dengan 13 atau suku ke n sama dengan 13. Begitu kak.

P : sekarang kaka tanya apakah adek yakin dengan jawaban adek ? S : iye kak yakin.

Dari transkrip hasil wawancara diatas untuk subjek perempuan 1 pada focus, terungkap bahwa subjek :

● Menuliskan dan menyebutkan apa yang diketahui yaitu yang diketahui itu kak dua tali busur membagi 4 daerah dan 3 tali busur membagi 6 daerah.

Jadi membentuk pola bilangan dst, kemudian diketahui lagi a nya sama dengan 2 dan b nya juga sama dengan 2 dan ditanyakan pada soal yaitu yang ditanyakan itu banyaknya daerah yang terbentuk jika 13 tali busur berpotongan disuatu titik?. Terus apakah banyaknya wilayah yang tercipta bisa dihitung dengan metode yang sama?

● Mengemukakan pokok masalah yang ada pada soal yaitu pokok permasalahannya itu kak diubah dulu soalnya ke bentuk model matematika lalu mencari rumus yang pas untuk menyelesaikan ini soal

● Memutuskan strategi yang digunakan buat membongkar permasalahan yaitu mengubah dulu ke model matematika lalu saya pake rumus kak, rumus Un = 2n jadi n nya itu bisa disebut sebagai sukunya, jadi kalo misalnya kalo ditanya jika 13 tali busur maka n nya sama dengan 13 atau suku ke n sama dengan 13. Begitu kak.

(44)

b) Subjek perempuan 2 (P2)

Berikut merupakan transkrip hasil wawancara periset dengan subjek riset.

FOCUS

P : coba adek baca dalam hati kembali dalam hati soal yang kakak berikan S : (membaca soal dalam hati) sudah kak

P : kalau dalam soal untuk menyelesaikan kan harus ditulis apa – apa yang diketahui. Nah dalam soal yang kakak berikan apa yang diketahui dek ? S : itu kak jika 2 tali busur membagi 4 daerah, 3 tali busur membagi 6 daerah. Jadi membentuk pola bilangan 2 , 4 ,6,..dst

P : kalau yang ditanyakan apa dek ?

S :banyaknya daerah yang terbentuk jika 13 tali busur berpotongan disuatu titik? dan bagian b nya jika 13 tali busur – tali busur tersebut tidak berpotongan disuatu titik ?

P : oke, pertanyaan selanjutnya. Kalau menurut adek pokok permasalahannya disitu apa dek ?

S : (berpikir) menurutku kak harus ditau dulu model matematikanya karena ini soal berbentuk soal cerita kemudian kalau sudah membentuk pola bilangan lalu masukkan kedalam rumus kak

P : apakah informasi yang diketahui pada soal tersebut dapat digunakan dalam menyelesaikan soal ?

S : iye kak

P : coba adek jelaskan langkah – langkah yang adek kerjakan ?

S : pertama – tama menuliskan yang diketahui dan ditanyakan pada soal lalu saya pake rumus Un = a + bn – b, lalu dimasukkan yang diketahui kedalam rumus kak sehingga Un = 2n. n = 13 jadi Un = 26 daerah kak.

Dari transkrip hasil wawancara diatas untuk subjek perempuan 2 pada focus, terungkap bahwa :

● Menuliskan dan menyebutkan apa yang diketahui jika 2 tali busur membagi 4 daerah, 3 tali busur membagi 6 daerah. Jadi membentuk pola bilangan2 ,4

(45)

30

,6,..dst dan ditanyakan pada soal yaitu banyaknya daerah yang terbentuk jika 13 tali busur berpotongan disuatu titik? dan bagian b nya jika 13 tali busur – tali busur tersebut tidak berpotongan disuatu titik ?

● Mengemukakan pokok masalah yang ada pada soal yaitu menurutku kak harus ditau dulu model matematikanya karena ini soal berbentuk soal cerita kemudian kalau sudah membentuk pola bilangan lalu masukkan kedalam rumus kak

● Memutuskan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah yaitu pertama – tama menuliskan yang diketahui dan ditanyakan pada soal lalu saya pake rumus Un = a + bn – b, lalu dimasukkan yang diketahui kedalam rumus kak sehingga Un = 2n. n = 13 jadi Un = 26 daerah kak.

c) Uji Kredibilitas Data pada focus

Berdasarkan transkrip hasil wawancara subjek P1 dan P2 pada indikator focus disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1 Uji kredibilitas indikator fokus pada P1 dan P2

Data P1 pada focus Data P2 pada focus

Menuliskan serta mengatakan apa yang diketahui serta ditanyakan pada soal

Menuliskan serta mengatakan apa yang diketahui serta ditanyakan pada soal

Mengemukakan pokok kasus yang terdapat pada soal

Mengemukakan pokok kasus yang terdapat pada soal

Memutuskan strategi yang digunakan untuk memecahkan

Memutuskan strategi yang digunakan untuk memecahkan

(46)

masalah yaitu mengubah dulu ke model matematika lalu menggunakan rumus pake

masalah yaitu pertama – tama menuliskan yang diketahui dan ditanyakan pada soal lalu saya pake rumus Un = a + bn – b

Berdasarkan tabel uji kredibilitas pada tabel validasi data P1 dan P2 valid dan kredibilitas.

d) Simpulan Data Berpikir Kritis P pada focus

Berdasarkan hasil wawancara, paparan data dan uji kredibilitas antara data P1 dan P2 disimpulkan data tersebut valid. Selanjutnya akan dilakukan analisis dan hasilnya yaitu subjek P1 pada indikator focus subjek menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal. Subjek juga mampu mengutarakan pokok permasalahan serta mampu memutuskan strategi apa yang akan digunakan dalam memecahkan masalah. Berdasarkan indikator focus subjek P terpenuhi segala indikator berpikir kritis pada focus.

2) Subjek laki – laki (L) a) Subjek laki – laki 1 (L1)

Berikut adalah transkrip hasil wawancara peneliti dengan subjek penelitian.

FOCUS

P : coba adek bacakan kembali soal yang kakak berikan S : (membaca soal) sudah kak

P : informasi apa yang adek ketahui dari soal yang kakak berikan ? S :banyaknya daerah yang terbentuk jika 13 tali berpotongan di suatu titik,banyaknya daerah yang terbentuk jika dua tali busur membagi

(47)

32

empat daerah dan 3 tali busur membagi 6 daerah dst. Polanya seperti 2, 4 6, 8... dst.

P : nah kalau yang ditanyakan dari soal apa ?

S : banyaknya daerah yang terbentuk jika 13 tali busur berpotongan pada suatu titik dan jika 13 tali busur tidak berpotongan pada suatu titik

?

P :menurut adek apa pokok permasalahannya disitu ?

S : pokok masalahnya disitu kak rumus apakah yang akan dipakai jika 13 tali busur berpotongan pada suatu titik dan apakah menggunakan rumusnya sama apabila 13 tali busur tidak berpotongan pada suatu titik.

P : oke baik, sekarang kaka tanya kalau informasi yang ada di soal apakah dipakai semua informasinya atau ada informasi yang tidak digunakan untuk menyelesaikan soal ?

S : iye kak, terpakai semuaji

P : sekarang kita lihat pekerjaan adek, langkah apa yang dipakai untuk mengerjakan soal ?

S : pertama – tama di buatkan dulu model matematikanya terus saya menggunakan rumus Un = a + bn – n lalu saya masukkan mi yang diketahui kak.

Dari transkrip hasil wawancara diatas untuk subjek laki – laki 1 pada focus, terungkap bahwa subjek :

● Menuliskan dan menyebutkan apa yang diketahui yaitu banyaknya daerah yang terbentuk jika 13 tali berpotongan di suatu titik,banyaknya daerah yang terbentuk jika dua tali busur membagi empat daerah dan 3 tali busur membagi 6 daerah dst. Polanya seperti 2, 4 6, 8... dst. dan ditanyakan pada soal yaitu banyaknya daerah yang terbentuk jika 13 tali busur berpotongan pada suatu titik dan jika 13 tali busur tidak berpotongan pada suatu titik ?

● Mengemukakan pokok masalah yang ada pada soal yaitu rumus apakah yang akan dipakai jika 13 tali busur berpotongan pada suatu titik dan

(48)

apakah menggunakan rumusnya sama apabila 13 tali busur tidak berpotongan pada suatu titik

● Memutuskan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah yaitu pertama – tama di buatkan dulu model matematikanya terus saya menggunakan rumus Un = a + bn – n lalu saya masukkan mi yang diketahui kak.

b) Subjek laki – laki 2 (L2)

Berikut adalah transkrip hasil wawancara peneliti dengan subjek penelitian.

FOCUS

P : coba adek baca soal yang kakak berikan, dalam hati saja.

S : (membaca soal) sudah kak

P : kalau dalam soal matematika untuk menyelesaikan soal harus ditulis diketahuinya, nah apa yang diketahui dari soal yang kakak berikan dek ? S : yang diketahui itu tali busur yang membagi daerah dan membentuk pola bilangan 2, 4 6, ... dst. Terus a = 2 dan b = 2

P : kalau yang ditanyakan apa ?

S : bagian a banyaknya daerah yang terbentuk jika 13 tali busur berpotongan suatu titik? Dan bagian b itu jika 13 tali busur – tali busur itu tidak berpotongan disuatu titik apakah banyaknya daerah yang terbentuk dapat dihitung dengan cara yang sama?

P : nah menurut adek apa pokok permasalahan dari soal ?

S : (berpikir) cara apa yang digunakan untuk selesaikan ini soal sedangkan ini soal berbentuk soal cerita, sepertinya dimodel matematikakan dulu kak baru dicari rumus yang pas yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal.

P : kalau informasi yang ada di soal apakah dipakai semua untuk menyelesaikan soal ?

S : iye kak terpakai semuaji

P : ditauji cara menyelesaikan soal ?

(49)

34

S : iye kak

P : langkah – langkah apa yang adek pakai untuk menyelesaikan soal ? S : pertama di model matematikakan dulu soalnya kak sesuai yang diketahui, dilihat apa yang ditanyakan terus dimasukkan ke dalam rumus Un.

Dari transkrip hasil wawancara diatas untuk subjek laki – laki 2 pada focus, terungkap bahwa subjek :

● Menuliskan dan menyebutkan apa yang diketahui yaitu yang diketahui itu tali busur yang membagi daerah dan membentuk pola bilangan 2, 4 6, ...

dst. Terus a = 2 dan b = 2 dan ditanyakan pada soal yaitu bagian a banyaknya daerah yang terbentuk jika 13 tali busur berpotongan suatu titik? Dan bagian b itu jika 13 tali busur – tali busur itu tidak berpotongan disuatu titik apakah banyaknya daerah yang terbentuk dapat dihitung dengan carayang sama?

● Mengemukakan pokok masalah yang ada pada soal yaitu cara apa yang digunakan untuk selesaikan ini soal sedangkan ini soal berbentuk soal cerita, sepertinya dimodel matematikakan dulu kak baru dicari rumus yang pas yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal.

● Memutuskan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah yaitu pertama di model matematikakan dulu soalnya kak sesuai yang diketahui, dilihat apa yang ditanyakan terus dimasukkan ke dalam rumus Un.

c) Uji kredibilitas

Berdasarkan transkrip hasil wawancara subjek L1 dan L2 pada indikator focus disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

(50)

Tabel 4.2 Uji kredibilitas indikator fokus pada subjek L1 dan L2

Data L1 pada focus Data L2 pada focus

Menuliskan dan

menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal

Menuliskan dan menyebutkan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal

Mengemukakan pokok masalah yang ada pada soal

Mengemukakan pokok masalah yang ada pada soal

Memutuskan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah yaitu pertama – tama membuatkan dulu model matematikanya kemudian subjek menggunakan rumus Un = a + bn – n lalu subjek masukkan yang diketahui kak.

Memutuskan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah yaitu pertama memodel matematikakan dulu soalnya sesuai yang diketahui, melihat apa yang ditanyakan terus dimasukkan ke dalam rumus Un.

Berdasarkan tabel uji kredibilitas pada tabel validasi data L1 dan L2 data tersebut valid dan kredibilitas.

d) Simpulan Data Berpikir Kritis L pada focus

Berdasarkan hasil wawancara dan paparan data oleh subjek L1 pada indikator focus subjek mencatatkan apa yang diketahui dan ditanyakan pada soal. Subjek juga mampu mengutarakan pokok permasalahan serta mampu menentukan prosedur apa yang akan dipakai dalam memecahkan masalah.

(51)

36

Berlandaskan indikator focus subjek L memenuhi semua indikator berpikir kritis pada focus.

b. R (reason) dan I (inference) 1) Subjek perempuan (P)

a) Subjek perempuan 1 (P1)

Berikut transkrip wawancara terhadap hasil pekerjaan subjek P1 : REASON

P : kenapa ki pakai cara itu dek ?

S : karena itu yang saya ketahui dan saya rasa rumusnya juga sudah betul kak

P : bagaimana caranya adek ubah soal cerita yang kakak berikan kemudian diubah dalam model matematika ?

S : saya baca soalnya kak lalu saya pahami kemudian informasi yang dari soal seperti sebuah lingkaran membagi menjadi 2 daerah. Jika 2 tali busur membagi 4 daerah dan 3 tali busur membagi 6 daerah nah dari situ bisa dilihat mi polanya kak jadi saya tulismi seperti pola bilangan 2, 4, 6 , ... dst

INFERENCE

P : sekarang kata tanya, apa adek sudah yakin dengan jawaban adek

?

S : iye kak yakin

P : jadi apa kesimpulan nya ?

S : kesimpulannya itu yang bagian a kak banyak daerah yang terbentuk jika 13 tali busur berpotongan di suatu titik yaitu 26 daerah, sedangkan bagian b yaitu tidak dapat dihitung dengan cara yang sama karena 13 tali busur tersebut tidak berpotongan disuatu titik dan tidak membentuk pola bilangan kak.

Dari transkrip hasil wawancara diatas untuk subjek perempuan 1 pada reason dan inference, terungkap bahwa dalam indikator reason dan inference, subjek perempuan 1 :

(52)

● Memberikan alasan logis mengenai metode ataupun strategi yang digunakan dalam menuntaskan soal

● Memutuskan jawaban yang dibuat disertai alasan.

b) Subjek perempuan 2 (P2)

Berikut transkrip wawancara terhadap hasil pekerjaan subjek P2 :

REASON

P : kenapa ki pakai cara itu dek ?

S : sebenarnya bisaji langsung kak, tapi karena matematika itu identik dengan rumus jadi saya pake rumus yang saya ketahui kak

P : oke sekarang kaka tanya kan itu soal dalam bentuk soal cerita bagaimana caranya adek ubah kedalam model matematika ?

S : yang diketahuinya kak kan disitu sudah membentuk pola bilangan jadi sudah membentuk pola bilangan mi.

INFERENCE

P : sekarang kata tanya, apa adek yakin jawabannya sudah betul ? S : iye betulmi kak

P : jadi apa kesimpulannya ?

S : kesimpulan bagian a itu banyaknya daerah yang terbentuk jika 13 tali busur berpotongan disuatu titik yaitu 26 daerah. Dan bagian b itu tidak dapat dihitung dengan cara yang sama kak karena tidak berpotongan disuatu titik polanya tidak beraturan kak jadi tidak berbentuk pola bilangan sehingga tidak bisa digunakan rumus yang bagian a kak.

(53)

38

Dari transkrip hasil wawancara diatas untuk subjek perempuan 2 pada reason dan inference, terungkap bahwa dalam indikator reason dan inference ,subjek perempuan 2 :

● Memberikan alasan logis mengenai metode ataupun strategi yang digunakan dalam menuntaskan soal

● Memutuskan jawaban yang dibuat disertai alasan.

c) Uji kredibilitas pada data reason dan inference

Tabel 4.3 Uji kredibilitas indikator reason dan inference pada subjek P1 dan P2

Data P1 pada indikator reason dan inference

Data P2 pada indikator reason dan inference

Memberikan alasan logis mengenai cara atau strategi yang digunakan dalam menyelesaikan soal

Memberikan alasan logis mengenai metode ataupun strategi yang digunakan dalam menuntaskan soal

Memutuskan jawaban yang dibuat disertai alasan.

Memutuskan jawaban yang dibuat disertai alasan.

Berdasarkan uji kredibilitas data P1 dan P2 pada reason dan inference data diatas valid dan kredibilitas.

d) Simpulan Data Berpikir Kritis P pada reason dan inference

Berdasarkan hasil wawancara dan paparan data oleh subjek P1 dan P2pada indikator reason dan inference subjek P memberikan alasan logis mengenai metode ataupun strategi yang digunakan dalam menuntaskan soal. Subjek P dalam proses membuat penarikan

(54)

kesimpulan berdasarkan alasan yang relevan. Berdasarkan indikator reason dan inference subjek P terpenuhi segala indikator berpikir kritis pada reason dan inference

2) Subjek laki – laki a) Subjek laki – laki 1 (L1)

Berikut transkrip wawancara terhadap hasil pekerjaan subjek laki – laki 1 :

REASON

P : kenapa ki paka rumus itu ?

S : karena itu yang saya ketahui dan lebih mudah aja kak.

P : yakin mki dek dengan jawabanta ? S : iye kak saya yakin.

P : sekarang kakak tanya bagaimana cara adek ubah soal bentuk cerita kedalam bentuk model matematika ?

S : pertama kan 2 tali busur membagi 4 daerah jadi kalau 3 daerah membagi 6 karena 3 dikali 2 jadi sama dengan 6 kak. Nah dibentukmi pola bilangan seperti yang saya bilang tadi membentuk 2, 4 ,6,...dst INFERENCE

P : apakah adek yakin jawaban adek sudah benar ? S : iye kak

P : kalau langkah – langkahnya sudah betul dek ? S : iye kak

P : jadi apa kesimpulannya dek ?

S : kesimpulan bagian a hasil dari banyaknya daerah yang terbentuk jika 13 tali busur berpotongan disuatu titik yaitu 26 daerah sedangkan bagian b tidak dapat dihitung menggunakan rumus yang sama.

(55)

40

Dari transkrip hasil wawancara diatas untuk subjek laki – laki 1 pada reason dan inference, terungkap bahwa subjek :

● Siswa cenderung tidak memberikan alasan logis mengenai metode ataupun strategi yang digunakan dalam menuntaskan soal.

● Memutuskan jawaban yang dibuat tidak disertai alasan b) Subjek laki – laki 2 (L2) :

Berikut transkrip wawancara terhadap hasil pekerjaan subjek laki – laki 2 :

REASON

P :kenapa adek pake rumus itu ?

S : karena itu yang rasa cocok untuk menyelesaikan soal kak P : yakin mki dengan jawabanta ?

S : iyye yakin kak

P :sekarang kakak tanya bagaimana caranya adek ubah soal yang bentuk cerita kedalam model matematika ?

S : itu kak kan sebuah tali busur membagi 2 daerah. Kemudian 2 tali busur membagi 4 daerah, 3 tali busur membagi 6 daerah nah disitu berpola kak 2 ,4 ,6 ,.. dst kemudian a = 2 dan b = 2

INFERENCE

P : apakah adek yakin jawaban adek sudah benar ? S : iyye kak insya Allah

P : kalau langkah – langkahnya sudah betul dek ? S : iye kak

P : jadi kesimpulannya dek ?

S : kesimpulan bagian a itu membagi 26 daerah kak, kalau bagian b tidak dapat dihitung dengan cara yang sama

(56)

Dari transkrip hasil wawancara diatas untuk subjek laki – laki 2 pada reason dan inference, terungkap bahwa subjek :

● Siswa cenderung tidak memberikan alasan logis mengenai metode ataupun strategi yang digunakan dalam menuntaskan soal.

● Memutuskan jawaban yang dibuat tidak disertai alasan c) Uji kredibilitas pada indikator reason dan inference

Tabel 4.3 Uji kredibilitas indikator reason dan inference pada subjek L1 dan L2

Data L1 pada indikator reason dan inference

Data L2 pada indikator reason dan inference

Siswa cenderung tidak memberikan alasan logis mengenai cara atau strategi yang digunakan dalam menyelesaikan soal.

Siswa cenderung tidak memberikan alasan logis mengenai cara atau strategi yang digunakan dalam menyelesaikan soal.

Memutuskan jawaban yang dibuat tidak disertai alasan

Memutuskan jawaban yang dibuat tidak disertai alasan

Berdasarkan uji kredibilitas data L1 dan L2 di atas maka data tersebut valid.

(57)

42

d) Simpulan Data Berpikir Kritis L pada reason dan inference

Berdasarkan hasil wawancara dan paparan data oleh subjek L1 dan L2pada indikator reason dan inference subjek L cenderung tidak memberikan alasan logis metode ataupun strategi yang digunakan dalam menuntaskan soal cara atau strategi yang dipakai dalam menyelesaikan soal. Subjek L dalam proses membuat penarikan kesimpulan cenderung menjawab singkat tanpa memberikan fakta/bukti yang relevan.

c. S (situation)

1) Subjek perempuan (P) a) Subjek perempuan 1 (P1)

Berikut transkrip wawancara terhadap hasil pekerjaan subjek perempuan 1 :

SITUATION

P dalam pemecahan masalah informasi apa yang adek pakai?

S : itu kak kalau satu tali busur membagi dua daerah, kalau dua tali busur membagi 4 daerah sesuai yang diketahui pada soal kak.

P : digunakan semuaji informasi yang ada soal dek ? S: iye kak

Dari transkrip wawancara pada indikator situation, terungkap bahwa subjek perempuan 1 :

● Mengemukakan bahwa menggunakan semua informasi yang ada pada soal.

Referensi

Dokumen terkait

Kurs Rupiah terhadap Dolar AS dalam jangka pendek mempunyai hubungan yang po- sitif dan tidak signifikan terhadap ekspor Udang Jawa Tengah sedangkan dalam jangka panjang

Hasil ini diperkuat dengan hasil penelitian oleh Chandra Wahyudi (2020) yang menunjukkan bahwa pengaruh current ratio terhadap dividend payout ratio dimediasi return on

Terapis memberikan pujian terhadap kekuatan mereka, usaha dalam menghadapi masalah secara adaptif atau perilaku pengecualian ( exception ) dan mendorong anggota lain

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka beberapa rumusan kebijakan yang dapat dihasilkan dan perlu untuk ditindak lanjuti adalah meliputi (1) segera dilakukan

Masih terkait dengan kegiatan pemanfaatan kawasan mangrove, Kelompok Pantai Lestari memiliki peluang untuk mengadakan kerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Tabel Kandungan Gizi Kacang Merah ( Phaseolus vulgaris L.. Kandungan Gizi Kacang Merah ( Phaseolus

KARAKTERISASI SIFAT FISIK DAN MAGNETIK PADA PEMBUATAN MAGNET PERMANEN BARIUM HEXAFERRITE DENGAN VARIASIi. HOLDING TIME PADA SUHU

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan hasil karya orang lain, baik sebagian maupun