• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGATURAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP) DALAM MENUNJANG KESELAMATAN PENERBANGAN DI BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGATURAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP) DALAM MENUNJANG KESELAMATAN PENERBANGAN DI BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU SKRIPSI"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGATURAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP) DALAM MENUNJANG KESELAMATAN PENERBANGAN DI BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh : LILI SURYANI NIM : 130200257

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

ii

PENGATURAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP) DALAM MENUNJANG KESELAMATAN PENERBANGAN DI BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh : LILI SURYANI NIM : 130200257

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

Disetujui/Diketahui Oleh :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

Dr. Chairul Bariah, SH.M.Hum NIP.195612101986012001

DOSEN PEMBIMBING I DOSEN PEMBIMBING II

Dr. Chairul Bariah, SH.M.Hum Arif, SH. M.H NIP.195612101986012001 NIP. 196403301993031002

(3)

i

ABSTRAKSI

PENGATURAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP) DALAM MENUNJANG KESELAMATAN PENERBANGAN DI BANDARA INTERNASIONAL KUALA NAMU

Lili Suryani.*

Dr. ChairulBariah, SH.M.Hum.*

Arif, SH. M.H.***

Negara KesatuanRepublik Indonesia merupakan Negara kepulauandenganintensitaspenerbanganantarpulau yang sangattinggi, sehinggadiperlukanfasilitaspenunjangpenerbangandalamhalini Bandar udarasertadalammenunjangkeselamatanpenerbangandisekitarkawasan Bandar udaraperludiaturmengenaiketentuan-

ketentuanterhadapketinggianbangunanataupunbendatumbuh lain yang

beradadisekitarlandaspacu yang

menjadiaktivitaspesawatuntukmendaratdantinggallandasmelaluipengaturankawasa nkeselamatanoperasipenerbangan.

Jenispenelitian yang

digunakandalampenulisanskripsiiniadalahpenelitianhukumnormatifdanbersifatdes

kriptif.Adapunmetodependekatan yang

digunakanadalahmetodependekatanperundang-

undangandenganmenggunakanbahanhukum primer dansekunder. Data-data yang diperlukandikumpulkandengancarapenelitiankepustakaandankemudian di analisisdenganmetodeanalisiskualitatifsehinggamenghasilkan data yang bersifatdeskriptif.

Berdasarkanhasilpenelitian yang

dapatdisimpulkanbahwapengaturanmengenaikawasankeselamatanoperasipenerban gan (KKOP) telahdiaturtegasoleh ICAO dalamAnnex 14sertatelahterteradalamundang-undang No.1 Tahun 2009 tentangPenerbangan, dalamhalpengaturanmengenaibendatumbuhbaik yang hidupataupun yang

tidakhidupsertakegiatan lain yang

mengganggudan/ataumengancamkeselamatanpenerbangandisekitarkawasankesela matanoperasipenerbangan, sehinggapemerintahkabupaten Deli Serdangperlumembuatketentuandanaturan yang tegasmelaluiPeraturan Daerah Kabupaten Deli SerdangmengenaiKawasanKeselamatanOperasiPenerbangan (KKOP) BandaraInternasional Kuala NamusebagaitugasdekosentrasiPemerintah Daerah.

Kata Kunci :KawasanKeselamatanOperasiPenerbangan (KKOP)

*MahasiswaFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara

**DosenFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara

***DosenFakultasHukumUniversitas Sumatera Utara

(4)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka melengkapi tugas akhir dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan dengan Program Kekhususan Internasional.

Skripsi ini dengan judul “Pengaturan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Dalam Menunjang Keselamatan Penerbangan di Bandara Internasional Kuala Namu” penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai kelemahan dan kekurangan baik dari segi penulisan maupun dari segi materi. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Penullis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan dan kebaikan skripsi ini di masa yang akan datang.

Secara khusus saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada orang tua saya yang paling saya sayangi, Ayahanda Suratman dan Ibunda Suyanti atas doa dan segala dukungan yang tidak habisnya diberikan kepada saya sampai saya bias menyelesaikan pendidikan saya hingga Strata satu (S1). Terimakasih juga kepada Kakak saya tercinta yang telah membantu dan setia menemani saya sampai saat ini hingga terselesaikannya skripsi ini.

Dalam proses penyusunan skripsi ini saya juga mendapat banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai penghargaan dan ucapan terimakasih terhadap semua dukungan dan bantuan yang telah diberikan, saya menyampaikan terimakasih kepada :

(5)

iii

1. Bapak Prof.Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum. Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH. M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

3. Bapak Dr. Ok. Saidin, SH., M.Hum. Selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Ibu Puspa Melati, SH.,M.Hum Selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH.,M.Hum Selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

6. Ibu Dr. Chairul Bariah SH. M.Hum. Selaku Ketua Departemen Hukum Internasional, sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya dalam membimbing dan memberikan arahan dalam proses penulisan skripsi ini;

7. Bapak Arif SH, M.H. Selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu nya dan memberikan arahan serta memberikan banyak ilmunya kepada penulis hingga skripsi ini dapat diselesaikan;

8. Kepada seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Hukum USU yang selama ini telah banyak membantu Penulis;

9. Ucapan Terimakasih dengan penuh hormat kepada Senior GM PT.Angkasa Pura II Polonia Medan Bapak Bram Bharoto Tjiptadi,SE yang telah memberikan bantuan berupa buku-buku yang dapat menjadi referensi dalam skripsi ini serta dukungan, nasihat dan motivasi nya selama proses penulisan.

(6)

iv

10. Ucapan Terimakasih kepada Bidang Humas PT.Angkasa Pura II Kuala Namu International Airport Bapak Wisnu Budi Setianto yang telah membantu dalam memberikan ide-ide kreatif dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini;

11. Terimakasih kepada sahabat seperjuangan penulis selama menuntut ilmu di perkuliahan Rey Kesuma, Muhammad Kadafi Cara, Deni Wahyudi, Novi Sulistina, Rahma Sulaiman yang setia memberikan dukungan.

12. Terimakasih kepada sahabat-sahabat penulis Marshela Cahya Ningrum, Mutiara Tria Ningsih, Ahmad Arief, Hamsa Aulia P, Pujo Sakti, Dede Nurcholis, Mas Erik, Putu Dwi, Joko Anggoro, Andre Gusli, dan Seluruh teman di organisai CPN dan SMN yang selalu memberikan semangat dan dukungan selama proses penulisan skripsi;

13. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dan kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi salah satu karya ilmiah yang dapat digunakan bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang akan datang.

Medan, Januari 2017 Penulis

LILI SURYANI NIM : 130200257

(7)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 8

D. Tinjauan Pustaka... 10

E. Metode Penulisan ... 16

F. Keaslian Penulisan ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II TIN JAUAN UMUM TENTANG KESELAMATAN PENERBANGAN ... 21

A. Sejarah Penerbangan di Indonesia ... 21

B. Pengertian Keselamatan Penerbangan ... 27

C. Pengaturan Keselamatan Penerbangan ditinjau dari Hukum Udara Nasional dan Internasional... 29

BAB III PENGATURAN MENGENAI KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP) ... 38

A. Definisi Bandar Udara ... 38

B. Pengertian Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) ... 44

C. Pengaturan mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) ... 49

(8)

vi

BAB IV PENGATURAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP) DALAM MENUNJANG KESELAMATAN PENERBANGAN

DI BANDARA INTERNASIONAL KUALANAMU ... 57

A. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di sekitar Bandar Udara Internasional Kuala Namu ... 57

B. Akibat tidak adanya Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dalam suatu Bandar Udara ... 62

C. Pentingnya Peraturan Daerah mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) di Bandara Internasional Kualanamu dalam menunjang Keselamatan Penerbangan ... 64

BAB V PENUTUP ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

A. Sumber Buku ... 78

B. Makalah, Karya Ilmiah, Artikel dan Jurnal ... 79

C. Konvensi dan Perundang-undangan ... 80

D. Website ... 81

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang dipersatukan oleh perairan dan udara dengan batas-batas, hak-hak serta kedaulatan yang telah diatur oleh Undang-Undang. Demi mendukung kemajuan Indonesia di bidang ekonomi , pengembangan wilayah, serta mempererat hubungan antar bangsa dan memperkukuh Kedaulatan Negara diperlukan sistem transportasi nasional yang mendukung.

Pembangunan yang dilaksanakan bangsa Indonesia merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kemajuan. Salah satu sarana yang menjadi sasaran pembangunan nasional adalah bidang ekonomi. Perekonomian suatu Negara memegang peranan penting dalam pembangunan di Negara tersebut. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian di Indonesia terutama dalam peningkatan barang dan jasa maka perlu sekali adanya sarana guna menunjang mobilitas orang , barang dan jasa dari suatu tempat ke tempat yang lain guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu sarana yang dibutuhkan untuk itu adalah pengangkutan.

Sebagai Negara kepulauan yang sedang berkembang dan menjalin hubungan dengan luar negeri maka Indonesia sangat membutuhkan jasa pengangkutan untuk menghubungkan dari pulau yang satu ke pulau yang lain dan dari Negara yang

1

(10)

satu ke Negara lain. Kondisi yang seperti ini mengakibatkan jasa pengangkutan menjadi sangat penting. 1

Dari hal tersebut dapat kita ketahui bahwa pengangkutan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan, maka dari itu peranan pengangkutan diharapkan dapat memberikan jasa sebaik mungkin sesuai dengan fungsinya, yaitu memindahkan barang atau orang dari tempat yang satu ketempat yang lainnya dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai.

Pada dewasa ini masyarakat menganggap bahwa angkutan yang sangat efisien serta tidak memakan waktu yang lama yang dianggap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dengan baik adalah penerbangan. Dimana pesawat udara menjadi salah satu transportasi yang sangat pesat dan banyak digunakan masyakat. Pesawat udara tidak lagi menjadi transportasi yang hanya digunakan oleh orang-orang tertentu dikarenakan tarif untuk terbang juga tidak terlalu mahal pada saat sekarang ini sehingga untuk memilih transportasi yang akan digunakan, masyakat mempetimbangkan yang paling baik dan efisien menurutnya.

Dengan perkembangan transportasi udara yang sangat pesat pada saat ini untuk itu perlu diadakannya peraturan-peraturan yang mengatur tentang penerbangan itu sendiri. Baik peraturan untuk keamanan di Bandar udara maupun terkait keselamatan penerbangan di ruang udara dalam lalu lintas penerbangan karena keselamatan merupakan prioritas utama di dalam dunia penerbangan sehingga, diperlukannya suatu standar keselamatan yang optimal dengan mengacu pada standar penerbangan yang ada baik yang diatur dalam peraturan nasional maupun Internasional.

1 Soekardono R, Hukum Dagang Indonesia Jilid 11, (Jakarta: Rajawali Press,1981) hal: 4.

(11)

Terdapat banyak faktor yang mendukung dalam rangka terwujudnya keselamatan penerbangan diantaranya adalah faktor kondisi fisik pesawat, kondisi awak pesawat, infrastruktur serta faktor alam. Dalam hal ini pemerintah memiliki peran penting dalam memperbaiki infrastruktur penerbangan yang sangat berpengaruh dalam menjamin keselamatan penerbangan yaitu seperti bangunan, lampu, aerodrome, landas pacu kendaraan, serta fasilitas lain yang keseluruhannya erat kaitannya dengan Bandar udara.

Apabila seluruh faktor tersebut dapat berjalan dengan baik maka akan tercipta keselamatan dan rasa aman terhadap penumpang serta dapat mengurangi tingkat kecelakaan penerbangan yang terjadi di Indonesia khususnya. Dalam hal ini pemerintah memiliki tanggung jawab yang besar, seperti yang di katakan Peter salim bahwa tanggung jawab dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu, accountability, responsibility, and liability. Demikian halnya dengan Ida Bagus Rahmadi yang memberikan definisi tanggung jawab itu sama dengan Peter salim.2

Bandar Udara yang sering disebut dengan kata Bandara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan atau lepas landas pesawat, menaikkan dan atau menurunkan penumpang, memuat dan atau membongkar kargo, pos serta dilengkapi dengan fasilitas keselamatan penerbangan dan sebagai tempat perpindahan antarmoda transportasi. Area bandara secara umum dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu airside (sisi udara) dan landside (sisi darat). Khusus gedung terminal bandara secara umum dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu (i) public area, yaitu wilayah bandara yang dapat dipergunakan masyarakat umum. Area ini merupakan wilayah bandara

2 Ida Bagus Rahmadi Supancana, peranan hukum dalam pembangunan kedirgantaraan kumpulan makalah dan paparan ilmiah, (Jakarta:CV.Mitra Karya,2003), hal.102

(12)

yang berada di beranda/bagian depan bangunan bandara, termasuk bagian luar gedung terminal atau pergudangan (warehouse). Fasilitas yang tersedia di area ini antara lain, lapangan parker kendaraan, konter penjualan tiket, restoran/kantin, tempat ibadah, toilet umum dan lain-lain. (ii) Restricted area yaitu wilayah bandara yang dapat dipergunakan masyarakat umum secara terbatas. Area ini merupakan wilayah bandara dibagian gedung terminal yang dimanfaatkan untuk melayani penumpang yang berangkat atau tiba. Selain penumpang atau calon penumpang, masyarakat umum tidak diizinkan untuk memasuki ruangan ini, kecuali petugas bandara atau airlines yang memliki ID khusus atau mereka yang memiliki izin khusus dari administrator bandara. Pelayanan yang tersedia di kawasan ini adalah konter check-in, konter imigrasi, bank, tempat penukaran uang, took, cendera-mata, toko bebas pajak (duty free shop), restoran, ruang tunggu penumpang dan lain-lain. (iii) Non-public area yaitu wilayah bandara yang tidak dapat dimasuki masyarakat umum, kecuali penumpang. Pelayanan yang tersedia di area ini adalah boarding lounge, transfer desk, konter imigrasi, klinik kesehatan, konter Bea & Cukai, tempat pengambilan bagasi/konter loss & found dan lain-lain.3

Bandara sendiri terbagi atas dua, yaitu Bandara Umum dan Bandara Khusus. Bandara umum (public airport) yang digunakan melayani kepentingan umum di Indonesia dikelola oleh BUMN (Badan Usaha Milik Negara), yaitu (i) PT. Angkasa Pura I mengelola 13 bandara umum di kawasan timur Indonesia : Ngurah Rai Denpasar, Hasanuddin Makassar, Juanda Surabaya, Sepinggan Balikpapan, Frans Kaisiepo Biak, Sam Ratulangi Manado, El Tari Kupang, Adi

3 Singgih Handoyo dan Dudi Sudibyo, AVIAPEDIA Ensiklopedia Umum Penerbangan, (Jakarta:PT. Kompas Media Nusantara, 2011), hal.20.

(13)

Sumarmo Solo, Adi Sucipto Yogyakarta, Ahmad Yani Semarang, Selaparang Mataram, Pattimura Ambon, Syamsuddin Noor Banjarmasin. (ii) PT. Angkasa Pura II mengelola 12 bandara umum di kawasan barat Indonesia: Soekarno-Hatta Tangerang, Halim Perdanakusuma Jakarta, S.M. Baharuddin II Palembang, Kualanamu Deli Serdang, Minangkabau Padang, Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Sultan Iskandar Muda Banda Aceh, Raja Haji Fisabilillah Tanjung Pinang, Depati Amir Pangkal Pinang, Sultan Thaha Jambi. Selain bandara umum, terdapat pula bandara khusus yaitu bandara yang penggunannya hanya untuk menunjang kegiatan tertentu dan tidak dipergunakan umum. Pembangunan dan pengoperasian bandara khusus harus mendapat izin Pemerintah. Contoh bandara Timika dikelola PT Freeport Indonesia, lapangan terbang Lhok Sumawe (PT.

Arun MGL,CO), atau lapangan terbang Way Kambas (PT Nusantara Tropikal Fruit).4

Seperti yang kita ketahui bahwa bandara yang sering digunakan masyarakat pada umumnya merupakan bandara umum, yakni bandara yang digunakan dalam melakukan aktivitas masyarakat akan kepentingan transportasi untuk menuju suatu tempat. Untuk itu penting akan jaminan keselamatan, baik selama terbang maupun sebelum terbang atau ketika berada di Bandar udara (airport). Dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan, untuk itu pemerintah menetapkan peraturan yang berkaitan dengan kawasan keselamatan operasi penerbangan, yaitu kawasan yang berada di sekitar Bandar udara.

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dalam pasal 1 angka 42 bahwa : “Kawasan Keselamatan

4 Ibid, hal.23.

(14)

Operasi Penerbangan adalah wilayah daratan dan/atau perairan serta ruang udara di sekitar Bandar udara yang digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan penerbangan”. 5 telah dijelas disebutkan dalam peraturan tersebut yang berkaitan dengan kawasan disekitar bandara yang ditentukan dalam menjamin keselamatan penerbangan itu sendiri.

Pengaturan mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) sebagaimana yang diatur di dalam Undang-undang Penerbangan tersebut diatur lebih khusus dalam Peraturan Menteri yang menetapkan tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan yang pada tiap-tiap Bandara di atur khusus dalam Peraturan menteri tersebut. Dalam KKOP itu sendiri memuat aturan yang berkaitan dengan mengenai kondisi ketinggian bangunan atau halangan lainnya seperti gunung, bukit, pepohonan disekitar wilayah operasi penerbangan atau Bandar udara. Kawasan ini menjadi faktor pendukung utama dalam membuat suatu wilayah pendaratan. Disamping itu kawasan keselamatan operasi penerbangan (KKOP) ini mengatur tentang batas maksimal ketinggian benda disekitar bandara seperti batas ketinggian suatu bangunan terhadap jarak tertentu yang ukurannya telah diatur dalam KKOP. Di samping itu juga larangan terhadap beberapa aktivitas disekitar bandara yang di anggap mengganggu keselamatan penerbangan, misalnya penggunaan permainanan sinar leser dan larangan menaikkan layang-layang di sekitar kawasan bandara sebagaimana diatur dalam KKOP Perda provinsi Bali.6

Dari pengaturan tersebut jelas terlihat bahwa disamping pemerintah yang perlu membuat aturan tersebut bahwa masyarakat juga memiliki peranan yang

5 Pasal 1 angka 42 UU No.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.

6 Perda Provinsi Bali No.9 Tahun 2000 Tentang Larangan Menaikkan Layang-Layang dan Permainan Sejenis di Bandara Ngurah Rai dan Sekitarnya

(15)

penting dalam menunjang keselamatan penerbangan. Baik masyarakat secara individu yang berdomisili disekitar kawasan bandara maupun pihak-pihak swasta yang akan mendirikan bangunan di wilayah bandara tentu nya penting untuk mengetahui mengenai aturan ini agar tidak menganggu dan tidak menimbulkan resiko kecelakaan penerbangan.

Dalam hal ini pemerintah memegang peranan yang sangat penting yang nantinya bekerja sama dengan badan usaha penyelenggara Bandar udara dalam rangka membuat peraturan yang berkaitan dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dalam rangka menunjang keselamatan penerbangan.

Disamping itu pihak-pihak swasta maupun individu juga tidak sembarangan dalam mendirikan bangunan yang berada di kawasan Bandar udara bahwa ada ketentuan pada radius tertentu dapat mendirikan bangunan pada ketinggian tertentu pula, hal ini dalam rangka mengurangi resiko kecelakaan pada pesawat udara dalam melakukan penerbangan.

Namun tidak semua Bandar udara memiliki peraturan khususnya peraturan daerah mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP), jika merujuk pada undang-undang penerbangan, peraturan pemerintah, juga Perda di beberapa daerah tertentu bahwa penting Pemerintah Daerah untuk membuat Perda terkait dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) tersebut hal ini dalam rangka member pemahaman kepada masyarakat awam agar turut serta dan memiliki peranan penting dalam menunjang keselamatan penerbangan.

Berkaitan dengan hal tersebut bahwa pemerintah daerah kabupaten Deli serdang juga tidak memiliki peraturan daerah mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) pada Bandara Internasional Kualanamu yang sudah

(16)

dikategorigakan sebagai Bandara Internasional. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi yang berjudul “Pengaturan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dalam Menunjang Keselamatan Penerbangan di Bandara Internasional Kualanamu”.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dalam penulisan skripsi ini yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah penerbangan dan bagaimana ketentuan keselamatan penerbangan menurut Hukum Udara Nasional dan Internasional ?

2. Bagaimana Pengaturan mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) ?

3. Bagaimana Pengaturan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dalam Menunjang Keselamatan Penerbangan di Bandara Internasional Kualanamu ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas yang dikemukakan sebelumnya, maka adapaun tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam

Hukum udara Nasional dan Internasional dalam mengatur dan menjamin Keselamatan Penerbangan.

(17)

b. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan dan ketentuan-ketentuan mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP).

c. Untuk mengetahui seberapa penting Peraturan mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan peran serta masyarakat pada peraturan tersebut dalam menunjang keselamatan penerbangan di Bandara Internasional Kualanamu.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan akademis bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya, dan Hukum Internasional pada khususnya.

Serta memberikan sumbangan akademis dalam merumuskan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dalam menunjang keselamatan penerbangan.

b. Manfaat Praktis

Membantu para aparat penegak hukum dan pemerintah serta Pengelola Bandar udara dalam penerapan pengaturan hukum udara Nasional maupun Internasional dalam hal ini mengenai pengaturan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) dan juga memberikan pengetahuan serta kesadaran akan peran serta masyarakat dalam menunjang keselamatan penerbangan khususnya di Bandara Internasional Kualanamu.

(18)

D. Tinjauan Pustaka 1. Hukum Internasional

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum internasional (publik) adalah keseluruhann kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas Negara-negara (hubungan Internasional) yang bukan bersifat perdata. Dari pengertian yang diberikan Mochtar Kusumaatmadja tersebut tampak bahwahubungan internasional tidaklah terbatas terbatas hubungan yang dilakukan oleh antar Negara saja, tetapi dapat dilakukan oleh Negara dengan subjek non Negara atau subjek non Negara satu sama lain.7 Hukum Internasional juga telah muncul dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan esensial manusiayang diselenggarakan di komunitas-komunitas terpisah dan juga entitas national bersama oleh iktan umum geografi dan peradaban. Hal ini sebagaimana yang disebutkan didalam buku milik R.P. ANAND sebagai berikut: “international law has also emerged and grown to fulfill the essential needs of men organized in separate communities and national entities bound together by common bonds of geography and civilization”. 8

2. Hukum Udara

Belum ada kesepakatan yang baku secara internasional mengenai pengertian hukum udara (air law). Mereka kadang-kadang menggunakan istilah hukum udara (air law) atau hukum penerbangan (aviation law) atau hukum navigasi udara (air navigation law) atau hukum transportasi udara (air

7 Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers,2014), hal.2.

8 R.P. Anand, International Law and the Developing Countries, (Dordrecht: Martinus Nijhoff Publishers,1987), hal.2.

(19)

transportation law) atau hukum penerbangan (aerial law) atau hukum aeronautika penerbangan (aeronautical law) atau udara-aeronautikda penerbangan (air- aeronautical law) saling bergantian tanpa membedakan satu terhadap yang lain.

Verschoor member definisi hukum udara (air law) adalah hukum dan regulasi yang mengatur penggunaan ruang udara yang bermanfaat bagi penerbangan, kepentingan umum, dan bangsa-bangsa di dunia.9

Hukum udara (Air law) adalah keseluruhan ketentuan hukum yang mengatur ruang udara dan penggunaannya bagi keperluan penerbangan. Hukum udara merupakan suatu bidang hukum tersendiri (otonom). Dari sisi sistematika, norma hukum udara dibagi menjadi dua bagian (a)hukum udara publik yaitu hukum udara publik nasional dan hukum udara publik internasional. (b) hukum udara perdata yaitu hukum udara perdata nasional dan hukum udara perdata internasional.10

Sejarah hukum udara (dalam arti mengatur obyek udara) dimulai pada zaman romawi, sebagaimana dikenal prinsip cuiust est solum, eius est usque ad coelum yaitu siapa yang memiliki tanah, ia juga memiliki udara diatasnya sampai ke langit. Pada masa kini, hukum yang mengatur penerbangan dan angkutan udara usianya masih muda, karena mulai tumbuh pada awal abad ke-20 setelah Wright bersaudara berhasil terbang dengan sebuah pesawat yang lebih berat dari udara.

Peraturan pertama hukum udara adalah larangan penerbangan balon udara tanpa izin, yang dikeluarkan kepolisian Paris pada tahun 1784. Pengaturan aspek keselamatan dilakukan pertama kali pada tahun 1819 oleh Kepolisian Seine,

9 H.K.Martono, Hukum Udara Nasional dan Internasional Publik, (Jakarta: Rajawali Pers,2012), hal.3-4.

10 Singgih Handoyo dan Dudi Sudibyo, Op.cit, hal.11.

(20)

Perancis yang melarang percobaan balon udara selama musim panen dan melarang balon udara yang dilengkapi parasut. Sebelum Perang Dunia Pertama, soal kedaulatan di ruang udara, menimbulkan silang pendapat antara dua pendapat, yaitu (i) Ruang Udara adalah zona bebas. (ii) Setiap Negara berdaulat terhadap ruang udara diatasnya. Dalam perkembangannya prinsip kedaulatan lebih dapat diterima, sebagaimana tercantum dalam perjanjian Paris tahun 1919 dan pasal 1 Perjanjian Chicago 1944 (Hukum udara publik).11 Perjanjian mengenai dokumen angkutan udara tanggung jawab pengangkut udara internasional ada pada Perjanjian Warsawa tahun 1929 (Hukum Udara Perdata). Perjanjian Chicago tahun 1944 acapkali disebut sebagai konstitusi bagi dunia penerbangan dan angkutan udara serta merupakan cikal-bakal berdirinya organisasi penerbangan sipil internasional (International Civil Aviation Organisation-ICAO).

3. Penerbangan

Di dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Pasal 1 Angka 1 disebutkan bahwa :

“penerbangan adalah satu kesatuan system yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya”.12

11 Pasal 1 Konvensi Chicago 1944: “The contracting States recognize that every State has complete and exclusive sovereignty over the air- space above its territory”.

12 Pasal 1 angka 1 UU No.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.

(21)

4. Keselamatan Penerbangan

Keselamatan dan keamanan dalam penerbangan merupakan tujuan serta prioritas utama dalam dunia penerbangan. Seperti yang disebutkan di dalam undang-undang penerbangan bahwa keselamatan penerbangan merupakan suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. 13

Keselamatan Penerbangan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor kondisi fisik pesawat, kondisiawak pesawat, infrastruktur, serta faktor alam. Tetapi yang menjadi faktorutama adalah kondisi fisik pesawat.

Kondisi fisik suatu pesawat tergantung dari perawatan yang dilakukan, semakin baik sebuah pesawat maka semakin besar pula biaya yang harus dilakukan begitu Sebaliknya.

5. Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) merupakan tanah dan/perairan dan ruang udara disekitar Bandar udara yang digunakan untuk kegiatan operasi penerbangan dalam rangka menjamin keselamatan.14

Kawasan ini perlu diperhatikan untuk menjaga kawasan keselamatan operasional pesawat udara disekitar bandar udara, hal yang paling umum dan sangat berkaitan dengan kawasan ini adalah mengenai kondisi ketinggian bangunan atau halangan lainnya seperti gunung, bukit, pepohonan disekitar

13 Pasal 1 angka 48 UU No.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.

14 Pasal 1 angka 6 PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : KM 57 Tahun 2007 Tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Sekitar Bandar Udara Baru Medan Provinsi Sumatera Utara

(22)

wilayah operasional penerbangan atau Bandar udara. Kawasan ini juga menjadi faktor pendukung utama dalam pembuatan suatu wilayah pendaratan dan lepas landas pesawat udara. Kawasan ini menjadi faktor pendukung utama dalam pembuatan suatu wilayah pendaratan dan lepas landas pesawat udara.

KKOP ini sendiri dibagi menjadi beberapa kawasan, seperti : 1. Kawasan ancangan pendaratan dan lepas landas

2. Kawasan kemungkinan bahaya kecelakaan 3. Kawasan dibawah permukaan transisi

4. Kawasan dibawah permukaan horizontal dalam;

5. Kawasan dibawah permukaan kerucut; dan 6. Kawasan dibawah permukaan horizontal luar.

Dalam pembahasan KKOP dijelaskan mengenai ketentuan batas-batas yang menjadi acuan keselamatan, seperti :

1. Batas-batas kawasan pada KKOP 2. Batas-batas ketinggian pada KKOP

3. Batas-batas disekitar penempatan peralatan navigasi penerbangan.15

6. Bandar Udara

Bandar udara merupakan lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan atau menurunkan penumpang, memuat dan/atau membongkar kargo pos serta dlengkapi dengan fasilitas keselamatan penebangan dan sebagai tempat perpindahan antarmoda transportasi. Area bandara secara umum dikelompokkan dalam dua bagian, yaitu airside (sisi udara) dan landside (sisi darat).

15 http://id.wikipedia.org diunduh Pada Tanggal 29 Desember 2016 Pukul 13:46 Wib

(23)

Salah satu prasarana penunjang operasi bandara adalah fasilitas navigasi dan pengamatan dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

a. peralatan pengamatan penerbangan, terdiri dari : 1. Primary Surveillance Radar (PSR)

2. Secondary Surveillance Radar (PSR)

3. Aiystemr Traffic Control Automation (ATC Automation)

4. Airport Survace Movement Ground Control System (ASMGCS) 5. Multiratiration

6. Global Navigation Satellite System

b. Peralatan rambu udara radio yaitu peralatan navigasi udara yang berfungsi memberikan sinyal informasi berupa bearing (arah) dan jarak pesawat terhadap ground station, yang terdiri dari peralatan :

1. Non Directional Beacon (NDB) 2. VHR Omni directional Range (VOR) 3. Distance Measuring Equipment (DME)

Disamping Bandar udara pada umumnya, adapula yang disebut dengan bandara alternatif (Alternate Airport). Dimana dalam setiap rencana penerbangan harus mempersiapkan/menetapkan bandara alternatif untuk digunakan sebagai pendaratan apabila pesawat tidak dapat mendarat di bandara tujuan (airport destination) karena sesuatu hal. Alternate Airport acapkali disebut dengan Alternate Aerodrome.Sebagai suatu karya tulis ilmiah yang dibuat untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana, maka sudah seharusnya skripsi ditulis berdasarkan buah pikiran penulis yang benar-benar asli tanpa melakukan tindakan peniruan (plagiat) baik sebagian maupun secara keseluruhan dari karya

(24)

orang lain. Judul yang penulis pilih telah diperiksa dalam arsip bagian Hukum Internasional dan judul tersebut telah dinyatakan tidak ada yang sama dan telah disetujui oleh Ketua Departemen Hukum Internasional.

E. Metode Penulisan

Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadp fakta hukum tersebut kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul didalam gejala yang bersangkutan.16

a. Jenis Penelitian

Adapaun jenis penelitian yang dilakukan dari karya ilmiah ini merupakan penelitian Normatif. Penelitian normative merupakan penelitian terhadap asas- asas hukum, penelitian terhadap sistematika hukum dan penelitian terhadap sinkronisasi hukum.17 Metode penelitian ini bertujun untuk memperoleh data yang lengkap, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya serta untuk membandingkan hukum positif di Indonesia tentang Pengaturan keselamatan penerbangan yang berkaitan dengan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan yakni Undang-Undang No.1 tahun 2009 tentang penerbangan, Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : KM 57 Tahun 2007 Tentang Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan di Sekitar Bandar Udara Baru Medan Provinsi Sumatera

16 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta: UI Press, 2005), hal.43.

17 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta:UI Press,2003), hal.15

(25)

Utara, dan ICAO (International Civil Aviation Organisation) , konvensi Chicago tahun 1944 yang merupakan acuan hukum internasional.

b. Sumber dan Teknik Pengumpulan data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data sekunder, yang terdiri dari :18

1. Bahan hukum primer berupa produk-produk hukum berupa peraturan perundang-undangan, yang dalam hal ini berupa undang-undang, konvensi hukum internasional, deklarasi, maupun protokol.

2. Bahan hukum sekunder berupa bahan acuan yang bersumber dari buku-buku, jurnal-jurnal ilmiah, surat kabar, media internet, serta media massa lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

3. Bahan hukum tersier berupa bahan-bahan yang member petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, berupa kamus dan sebagainya.

Cara mendapatkan data sekunder adalah dengan melakukan penelitian kepustakaan (library research). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen dimana selanjutnya dilakukan analisis dengan mengumpulkan fakta-fakta yang didapat dari studi kepustakaan sebagai acuan umum dan kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya di analisis untuk mencapai kejelasan masalah yang dimaksud berdasarkan bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan.

18 Bambang Sunggono, Metedologi Penelitian Hukum, (Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 113-114.

(26)

c. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisa secara kualitatif, yang menungkapkan secara mendalam mengenai pandangan dan konsep yang diperlukan dan kemudian akan diuraikan secara menyeluruh untuk menjawab persoalan yang ada dalam skripsi ini serta menganalisa data yang berupa keterangan-keterangan dan bahan- bahan tertulis. Penguraian data informasi yang berhubungan dilakukan dengan pendekatan deduktif-induktif yakni berawal dari hal-hal yang umum kepada hal- hal yang khusus.

F. Keaslian Penulisan

Sebagai suatu karya tulis ilmiah yang dibuat untuk memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana, maka sudah seharusnya skripsi ditulis berdasarkan buah pikiran penulis yang benar-benar asli tanpa melakukan tindakan peniruan (plagiat) baik sebagian maupun secara keseluruhan dari karya orang lain.

Judul yang penulis pilih telah diperiksa dalam arsip bagian Hukum Internasional dan judul tersebut telah dinyatakan tidak ada yang sama dan telah disetujui oleh Ketua Departemen Hukum Internasional.

G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi yang berjudul Pentingnya Pengaturan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) Dalam Menunjang Keselamatan Penerbangan Di Bandara Internasional Kualanamu, terdiri atas lima bab yang disusun secara sistematis dalam suatu sistematika penulisan sebagai berikut :

(27)

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KESELAMATAN

PENERBANGAN

Meliputi Sejarah penerbangan di Indonesia dan perkembangannya serta pengaturan keselamatan penerbangan yang ditinjau dari hukum udara nasional dan internasional.

BAB III PENGATURAN MENGENAI KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP)

Mengenai pengertian umum tentang Bandar udara dan pengaturan terkait dengan Kawasan Keselamatan Operasional Penerbangan (KKOP).

BAB IV PENGATURAN KAWASAN KESELAMATAN OPERASI

PENERBANGAN (KKOP) DALAM MENUNJANG

KESELAMATAN PENERBANGAN DI BANDARA

INTERNASIONAL KUALANAMU

Mengenai dampak Peraturan mengenai Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) terhadap keselamatan penerbangan dan akibat apabila suatu Bandar udara tidak memiliki KKOP serta pentingnya Peraturan Daerah tentang KKOP di bandara

(28)

internasional Kualanamu Deli serdang dalam menunjang Keselamatan Penerbangan.

BAB V Sebagai penutup, berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran sebagai rekomendasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

(29)

BAB II

TIN JAUAN UMUM TENTANG KESELAMATAN PENERBANGAN

A. Sejarah Penerbangan di Indonesia

Pesawat terbang merupakan salah satu penemuan alat transportasi yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia sepanjang sejarah kehidupan manusia di bumi ini. Pesawat terbang pertama kali ditemukan oleh Wright bersaudara pada tahun 1904. Melalui beberapa percobaan terbang dimana gagal dan dicoba kembali hingga akhirnya pada tahun 1904 tersebut Wright bersaudara berhasil menemukan bagaimana manusia bisa terbang dengan sebuah alat akomodasi bernama pesawat terbang. Dengan pesawat terbang yang pada awal penemuannya belum sesempurna pada saat sekarang, setidaknya membuat perjalanan manusia tidak hanya berkutat di darat dan laut saja, melainkan juga dapat dilakukan melalui udara.

Pemikiran manusia untuk dapat terbang telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Hal ini dapat dibuktikan dari cerita-cerita hayalan atau dongeng-dongeng yang diceritakan sejak zaman dahulu. Sejak legenda pewayangan berkembang dalam bagian hidup kebudayaan dan masyarakat Indonesia serta munculnya figur Gatotkaca dalam kisah Bratayuda yang dikarang Mpu Sedah serta figur Hanoman dalam kisah Ramayana adalah personifikasi pemikiran manusia Indonesia untuk bisa terbang. Tampaknya keinginan ini terus terpupuk dalam jiwa dan batin manusia Indonesia sesuai dengan perkembangan jamannya.

Gambaran yang lebih luas lagi tentang usaha-usaha manusia untuk menaklukan udara ini kita dapat merentang kembali ke masa yang sangat panjang

21

(30)

dalam sejarah, pada zaman adanya kecemburun atau keirian manusia terhadap burung, dan berkeinginan untuk menirunya. Usaha-usaha manusia untuk dapat terbang ini dilakukan dengan keras bahkan sering dengan mengorbankan nyawa atau anggota badan melalui waktu berabad-abad.

Berikut sejarah penerbangan di indonesia dibagi atas 2 bagian, yaitu : 1. Penerbangan Militer

Langkah awal kedirgantaraan (penerbangan) di Indonesia dimulai sejak zaman Hindia Belanda, yaitu pada tahun 1890 ketika di Batavia (sekarang Jakarta) dan di Aceh dilakukan “Penerbangan Balon” (ballonvaarten) dan telah berjalan dengan memuaskan. Peristiwa tersebut merupakan percobaan pertama yang dilakukan oleh KNIL (Koninklijk Nederlands Indische Leger) di bidang penerbangan. Setelah itu, Pemerintah Hindia Belanda secara sungguh-sungguh merencanakan untuk mengadakan pengembangan yang dimulai pada tahun 1913 mengadakan uji coba terbang diatas Surabaya dengan sebuah pesawat yang didatangkan dari negeri Belanda yang diangkut dengan kapal laut. Kemudian setelah perang dunia I meletus, Pemerintah Hindia Belanda merasa perlu membentuk satuan udara di dalam tentaranya, sehingga akhirnya dibentuk Jurusan Uji Terbang (proefvliegafdeling) yang kemudian diubah menjadi Militaire Luchtvaart (ML) yang berkedudukan di Kalijati Subang pada tanggal 30 Maret 1914, dan di Surabaya dibentuk Marine Luchvaart Dienst (MLD). Keduanya merupakan bagian dari tentara Hindia Belanda. Ternyata kegiatan kedua badan tersebut (ML dan MLD) tidak memuaskan karena yang digunakannya adalah pesawat udara sipil (burgervliegtuigen) yang sudah ketinggalan zaman (kuno), kemudian dibentuk suatu komisi khusus yang dikirim ke Amerika Serikat untuk

(31)

melihat pasaran pesawat terbaru. Setelah komisi tersebut berkeliling selama tiga bulan, akhirnya komisi tersebut membeli dua buah pesawat hydro Glenn Martin yang berkekuatan 125 pk motor Hale Scot, dan tiba di Tanjung Priok pada tanggal 15 Oktober 1915. Pada tanggal 6 November 1915 siang hari dilakukan penerbangan, yang merupakan penerbangan militer pertama di Hindia Belanda.

Dibelinya pesawat hydro karena waktu itu masih disangsikan pesawat yang non hydro dapat terbang di daerah tropis, sehingga akan mengeluarkan uang percuma untuk membangun lapangan terbang didarat. Pada bulan September 1916 datang lagi dua pesawat baru Glenn Marting TT, dilengkapi dengan motor 90 pk Hall Scot. Ternyata, pesawat tersebut tidak dapat terbang dengan membawa penumpang, alasannya karena ada pengaruh cuaca tropis terhadap mesin.

Pada bulan April 1917 direncanakan untuk mendatangkan 12 pesawat udara yang dipesan dari Amerika Serikat, tetapi karena berkecamuknya perang di Eropa pembelia tersebut tidak segera dapat direalisasikan. Setelah dapat direalisasikan, pembelian tersebut terdiri atas 4 buah pesawat untuk latihan, dan 8 buah untuk keperluan pengintaian. Seluruh pesawat diuji coba di Tanjungpriok, dan kemudian diubah menjadi pesawat yang dapat dioperasikan melalui lapangan terbang di darat. Lapangan Udara Kalijati, pada waktu itu dianggap sebagai lapangan paling baik untuk mendidik calon penerbang.

Berdasarkan pemikiran untuk kepentingan di masa depan, PemerintAH Hindia Belanda merintis penerbangan dari negeri Belanda ke Hindia Belanda.

Pada bulan Oktober 1924, sebuah pesawat Fokker F-7 yang take off dari Amsterdam menuju Batavia, membutuhkan waktu 55 jam, dan harus singgah (stopover) di 20 kota, bahkan di Bulgaria terpaksa harus tinggal 3 hari untuk di

(32)

servis. Pada tahun 1930-an lama penerbangan sudah dapat dipersingkat menjadi 6 hari, yang jauh lebih cepat disbanding dengan kapal laut yang memerlukan waktu 30 hari atau lebih.

Setelah Perang Dunia I berakhir, kesempatan untuk memperoleh persenjataan bagi Pemerintah Hindia Belanda, terbuka lagi. Pemerintah Hindia Belanda membeli pesawat udara di Inggris 24 buah, 12 Avro 130 pk Clerget rotasi motor dan 12 De Haviland 240 pk Sideley. Pada tahun 1914, Angkatan Udara (Militaire Luchtvaart) Hindia Belanda menyatakan setiap lapangan akan dijadikan lapangan udara. Setelah itu, ternyata banyak pesawat udara “bertengger” diatas padang rumput kering. Tempat-tempat itu kemudian dipilih menjadi lapangan udara. Lapangan udara Kalijati, pada tahun 1939, digunakan untuk latihan terbang bagi jenis pesawat Koolhovenn yang selalu digunakan oleh Angkatan Udara Hindia Belanda. Lapangan udara yang lainnya juga dibangun dibeberapa lokasi, seperti Bugis (Malang), Maguwo, Cililitan, Gorda, Maospati, Andir, Cibeureum, dan kalijati sendiri.

Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, bangsa Indonesia yang jadi tentara udara Hindia Belanda tersebut kemudian menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI-AU), seperti Wardiman Wirjosaputro, Surjadi Surjadarma, Sambudjo Hurip, Adisutjipto, Husen Sastranegara, Murkidjo, Sojono, Badjuri, Sunarko, Harjono, Halim Perdanakusumah, Tugjo, dan lain-lain.19

19 E. Saefullah Wiradipradja, Pengantar Hukum Udara dan Ruang Angkasa, (Bandung:Alumni,2014), hal.25-27

(33)

2. Penerbangan Sipil

Perkembangan penerbangan diatas adalah dibidang Militer, sedang di bidang penerbangan sipil, sebenarnya hampir bersamaan dengan penerbangan Militer.

Penerbangan sipil pertama terjadi pada tanggal 19 Februari 1913 dengan menggunakan pesawat udara Fokker dan dikemudikan oleh J.W.E.R Hilgers, diatas Surabaya. Peristiwa tersebut ternyata bukan saja merupakan penerbangan sipil pertama di Indonesia, Karena pesawat yang dikemudikan Hilgers tersebut jatuh di desa Bilweri, dekat Surabaya.

Sedangkan perusahaan penerbangan (transportasi udara) domestic yang pertama di Hindia Belanda adalah KNILM (Koninklijke Nederlands-Indische Maatchappij) didirikan pada tanggal 1 November 1928. Perusahaan ini merupakan perusahaan patungan antara Deli-Maatchappij, Nederland Hanlde, KLM, dan perusahaan-perusahaan lain yang mempunyai kepentingan di Hindia Belanda, dan Pemerintah Hindia Belanda, dengan modal sebesar 5.000.000 gulden. Pada hari itu, transportasi udara pertama dibuka antara Batavia dan bandung, serta antara Batavia dan Semarang, dengan frekuensi masing-masing satu kali dalam satu hari dan jarak penerbangan 500 km. Pesawat yang digunakan adalah Fokker F-7s.

Setelah indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945, sejarah perkembangan transportasi nasional dimulai di Aceh, ditengah-tengah kancah revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan. Rakyat Aceh berupaya mengumpulkan dana sumbangan guna membeli sebuah Dakota DC-3 yang diberi nama “Seulawah” dengan No. RI-001. Pada saat itu “seulawah”

(34)

digunakan untuk menjembatani P.Jawa dan Sumatera dalam rangka menembus blockade Belanda. Pada tanggal 26 Januari 1949, “seulawah” mendarat di pelabuhan udara Mingaldon, Rangoon, untuk memulai usaha-usaha komersial, yaitu dalam bentuk carter. Setelah mendapat lisensi dari Pemerintah Burma pesawat tersebut didaftarkan sebagai “Indonesia Airways” dan merupakan perusahaan pertama sejak Indonesia merdeka. Operasi Indonesia Airways di Burma berhenti pada awal tahun 1950.

Pada tahun 1950 itu juga didirikan perusahaan penerbangan baru, yang merupakan perusahaan patungan antara KLM Royal Dutch Airline dan Pemerintah Indonesia, dan diberi nama Garuda Airways NV, dengan modal awal 30.000.000 gulden, Pemerintah Indonesia dan KLM masing-masing memiliki 50%. Pada tahun 1954, KLM memindahkan seluruh sahamnya kepada pemerintah indonesia. Sejak itu, Garuda Indonesia Airways menjadi perusahaan penerbangan Nasional sepenuhnya, dan merupakan pembawa bendera Indonesia dalam penerbangan Internasional (National Flag Carrier). Perusahaan transportasi udara, milik negara yang kedua adalah Merpati Nusantara Airlines, yang didirikan pada tahun 1962. Tujuan utama didirikannya Merpati adalah untuk menghubungkan kota-kota kecil dengan kota-kota besar didalam negeri, seperti antara ibu kota Provinsi dan ibu kota Kabupaten, disamping melaksanakan

“penerbangan perintis” untuk menghubungkan daerah-daerah terpencil dengan kota-kota besar (feeder line). Dewasa ini, merpati juga secara terbatas, melayani penerbangan internasional dan regional. 20

20 Ibid, hal.28-29

(35)

Disamping kedua perusahaan milik negara tersebut, kini banyak sekali perusahaan transportasi udara milik swasta, yang melayani penerbangan baik domestik maupun internasional, seperti misalnya Air Asia, Lion Air, Sriwijaya Air, Citi Link, dan masih banyak lagi.

B. Pengertian Keselamatan Penerbangan

Di dalam dunia penerbangan baik penerbangan sipil maupun penerbangan militer, keselamatan penerbangan merupakan tujuan utama dalam transportasi udara.

Penerbangan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, keselamatan, dan keamanan, lingkungan hidup, serta fasilitas penunjang, dan fasilitas umum lainnya. Keselamatan diartikan kepada hal-hal yang mencakup keselamatan penerbangan yang selalu berhubungan dengan aspek keamanan penerbangan.

Keselamatan diartikan sebagai suatu keadaan aman, dalam suatu kondisi yang aman secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politis, emosional, pekerjaan, psikologis, ataupun pendidikan dan terhindar dari ancaman terhadap faktor-faktor tersebut. Untuk mencapai hal ini, dapat dilakukan perlindungan terhadap suatu kejadian yang memungkinkan terjadinya kerugian ekonomi atau kesehatan.

Keselamatan umumnya didefinisikan sebagai evaluasi dampak dari adanya risiko

(36)

kematian, cedera, atau kerusakan pada manusia atau benda. Risiko ini dapat timbul karena adanya situasi yang tidak aman atau tindakan yang tidak aman.

Untuk itu pemerintah selaku regulator atau pembuat kebijakan serta pihak yang bertanggung jawab dalam keselamatan penerbangan membuat kebijakan dengan membentuk dan memberlakukan undang-undang tentang penerbangan dalam rangka mengantisipasi tindakan-tindakan melawan hukum dalam hal penerbangan.

Sebagaimana undang-undang tersebut memberikan definisi tentang keselamatan penerbangan yang menyatakan bahwa keselamatan penerbangan merupakan keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, Bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang san fasilitas umum lainnya.21

Pengertian lain dari Keselamatan penerbangan adalah keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan penerbangan yang lancer sesuai dengan prosedur operasi dan persyaratan kelaiakan teknis terhadap sarana dan prasarana penerbangan beserta penunjangnya.22

Keselamatan penerbangan baik penerbangan sipil maupun militer diselenggarakan oleh pemerintah. Pemerintah yang berperan selaku regulator serta pihak yang bertanggung jawab atas keamanan dan keselamatan penerbangan memilliki program keamanan yaitu Program Nasional Keamanan Penerbangan Sipil (National Civil Aviation Security Programme).

21 Pasal 1 angka 48 UU No.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan.

22 Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2001 Tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan.

(37)

Dalam hal keselamatan penerbangan pemerintah memiliki tanggung jawab terhadap penumpang, bentuk tanggung jawab pemerintah tersebut adalah sebagai berikut :

a. Menjamim bahwa sarana transportasi yang disediakan memenuhi syarat keselamatan penerbangan secara konsisten dan terus menerus;

b. Secara konsisten dan terus menerus melakukan pengawasan dengan melakukan pengecekan terhadap pemenuhan peraturan perundang- undangan dan peraturan keselamatan penerbangan yang berlaku;

c. Penegakkan Hukum secara konsisten terhadap pelanggaran pemenuhan regulasi secara administrasi berupa pencabutan sertifikat.

C. Pengaturan Mengenai Keselamatan Penerbangan Ditinjau Dari Hukum Udara Nasional Dan Internasional

Hukum udara atau hukum penerbangan merupakan lapangan hukum yang tersendiri, oleh karena hukum udara ini mengatur suatu objek yang mempunyai sifat yang khusus. Disamping anggapan yang memandang hukum udara atau hukum penerbangan sebagai suatu lapangan hukum tersendiri, oadapula yang menganggap bahwa hukum udara atau hukum penerbangan ini tidaklah lebih daripada kumpulan norma-norma yang diambil dari lapangan hukum yang lain, seperti hukum perdata, hukum pidana, hukum dagang, dan hukum antarnegara atau hukum internasional.

(38)

Hukum udara sendiri meliputi norma-norma hukum publik internasional yang mengatur obyek udara misalnya tentang wilayah udara dan keselamatan diudara dan mungkin terlepas samasekali dari persoalan penerbangan.23

Tidak ada kesepakatan yang baku secara internasional akan pengertian hukum udara itu sendiri, mereka kadang-kadang menggunakan istilah hukum udara (air law) atau hukum penerbangan (aviation law) atau hukum navigasi udara (navigation law) atau hukum aeronautika (aeronautical law). Verschoor memberi definisi hukum udara (air law) sebagai hukum dan regulasi yang mengatur penggunaan ruang udara yang bermanfaat bagi penerbangan, kepentingan umum, dan bangsa-bangsa di Dunia.24 Sumber hukum udara (air law sources) dapat bersumber pada hukum Internasional maupun hukum Nasional.

Sesuai dengan pasal 38 (1) Piagam Mahkamah Internasional (PMI) mengatakan

“internasional custom, as avidence of a general practice, accepted as low.”

Sumber hukum udara internasional dapat berupa multilateral maupun bilateral, adapula yang berasal dari kebiasaan-kebiasaan internasional, prinsip-prinsip hukum umum (general principles of law), ajaran hukum (doctrin) serta yurisprudensi.

Dalam hukum nasional, sumber hukum nasional terdapat di berbagai peraturan perundang-undangan nasional sebagai implementasi Undang-Undang Dasar 1945, juga perjanjian angkutan udara internasional (bilateral air transport agreement) dimana indonesia sebagai pesertanya merupakan sumber hukum

23 E.Suherman, Hukum Udara Indonesia dan Internasional, (Bandung:Alumni,1983), hal.6

24 H.K.Martono, Pengantar Hukum Udara Nasional dan Internasional, (Jakarta:Rajawali Pers,2011), hal.2

(39)

sebagai pelaksanaan undang-undang tersebut juga telah dikeluarkan berbagai peraturan penerbangan, baik yang menyangkut keselamatan maupun ekonomi transportasi udara, pada tataran menteri maupun tataran Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Untuk itu perlu dilihat terlebih dahulu beberapa aspek yang berpengaruh dalam keselamatan penerbangan, antara lain :

a. Pengawasan Pemerintah

Dalam hal pengoperasian pesawat terbang komersial, setiap maskapai penerbangan harus memiliki AOC (Aircraft Operating Certificate atau Sertifikasi Pengoperasian Pesawat) dan setiap organisasi perawatan pesawat terbang (lazim disebut juga Maintenance, Repair and Overhaul Station/MRO) wajib memiliki sertifikat AMO (Approved Maintenance Organization) yang diterbitkan oleh pemerintah melalui Ditjen Hubud.

Tidak hanya pengawasan terhadap maskapai penerbangan melainkan perlu dilakukan pengawasan yang tegas pula terhadap aturan hukum yang telah berlaku serta memperhatikan faktor-faktor yang mengancam keselamatan penerbangan dalam hal itu masyarakat juga merupakan bagian dari itu, khususnya masyarakat yang tidak memahami aturan atau hukum yang berlaku di sekitar kawasan Bandar udara.

b. Memperketat Pengawasan Perawatan Pesawat

Untuk menghindari adanya bias tanggung jawab apabila terjadi sesuatu, seyogianya, maskapai penerbangan tidak melakukan perawatan pesawat sendiri kecuali daily maintenance. Untuk melakukan Schedule Maintenance (By Calendar and / or Flight Hours) dan Un- Schedule Maintenance (Major Repair, Minor Repair,On Condition) sebaiknya menggunakan jasa MRO

(40)

seperti Garuda Maintenance Facility (GMF), Merpati Maintenance Facility (MMF), dan fasilitas serupa lainnya.

c. Peremajaan Pesawat

Untuk kebanyakan maskapai penerbangan, jawaban dari pertanyaan kapan pesawat terbang sudah dianggap tua adalah cukup sederhana, bila umur (useful life) keekonomian pesawat tersebut sudah berakhir. Namun, sebuah pesawat terbang yang sudah dianggap tua oleh suatu negara, misalnya, mungkin masih dianggap cukup muda oleh negara lain.

d. Penentuan Batas Tarif Harga Tiket

Penentuan tarif harga tiket sudah diatur di dalam undang-undang no 1 thn 2009 pada pasal 126 s/d 130 tentang Tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri terdiri atas tarif angkutan penumpang dan tarif angkutan kargo.

e. Perlu adanya sanksi hukum yang tegas

Maskapai yang mengabaikan keselamatan perlu mendapat sanksi yang tegas dengan landasan hukum yang kuat. Seringkali pelanggaran yang terjadi kurang diperhatikan. Pemerintah bertindak setelah terjadi kecelakaan. Tentu saja penumpang sebagai konsumen sangat dirugikan mengingat konsumen berhak untuk mendapatkan rasa aman dalam pelayanan transportasi.

Selain itu, berbagai peraturan pada tataran regulasi terdapat berbagai peraturan seperti keputusan mengenai kebandarudaraan, keselamatan penerbangan, lalulintas udara, angkutan udara, teknik perawatan pesawat udara dan lain-lain, yang merupakan sumber hukum udara nasional.

(41)

ICAO (International Civil Aviation Organisation) adalah sebuah badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa beranggotakan negara-negara anggota PBB yang diwakili oleh otoritas penerbangan sipil nasionalnya (Civil Aviation Authority); untuk Indonesia, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara. ICAO didirikan pada tanggal 4 April 1947, sebagian kelanjutan dari konferensi penerbangan sipil internasional yang diadakan di Chicago dari tanggal 1 november 1944 sampai dengan 7 desember 1944.

Keanggotaan ICAO terbuka bagi Negara-negara yang berdaulat . Tujuan serta sasaran yang hendak dicapai oleh ICAO dalam pasal 44 dari konvensi Chicago adalah sebagai berikut :

a. menjamin pertumbuhan yang teratur dan aman bagi penerbangan sipil internasional diseluruh dunia.

b. Mencegah pemborosan ekonomis yang disebabkan oleh persaingan yang tidak sehat .

c. Mencegah adanya diskriminasi diantara Negara-negara anggota.

d. Mendorong agar perekayasaan pembuatan pesawat terbang serta pengoperasiannya dimaksudkan untuk tujuan damai.

e. Mendorong dibangunya fasilitas bantuan navigasi udara secara internasional bagi keselematan penerbangan

f. Mendorong pembangunan dan pengembangan jalur-jalur penerbangan, bandara, dan fasilitas nya navigasi udara bagi penggunaan penerbangan sipil internasional .

(42)

g. Secara umum mendorong pembangunan dan pengembangan semua aspek dari penerbangan sipil internasional .

Dalam pasal tersebut telah disebutkan salah satu tujuan dari ICAO adalah Mendorong dibangunya fasilitas bantuan navigasi udara secara internasional bagi keselematan penerbangan. Kebijakan-kebijakan penerbangan yang dibuat oleh suatu Negara yang berkaitan dengan keselamatan (safety) dan keamanan (security) harus berdasarkan paradigma- paradigma yang dipakai oleh ICAO yang telah dituangkan dalam 18 Annex dan berbagai dokumen turunannya.

Organisasi penerbangan dunia, ICAO, mengeluarkan beberapa aturan untuk menjaga keamanan serta keselamatan sebuah penerbangan juga bandar udara sipil dari tindakan melawan hukum yang diatur dalam Annex 17 dan Annex 18, dimana :

1. Annex 17 mengatur tentang tata cara pengamanan penerbangan sipil dari tindakan gangguan melawan hukum.25

2. Annex 18 sendiri mengatur tata cara pengangkutan bahan dan/atau barang berbahaya yang diangkut menggunakan pesawat udara sipil.26

Sedangkan dalam hal keselamatan dan keamanan penerbangan di Indonesia merupakan tanggung jawab semua unsur baik langsung maupun tidak langsung, baik regulator, opertaor, pabrikan, pengguna dan kegiatan lain yang berkaitan dengan transportasi penerbangan tersebut. Namun demikian keberadaan tanggung jawab yang sifatnya konseptual tersebut perlu diwujudkan, salah satu

25 http://www.icao.int/Security/SFP/Pages/Annex17 diakses pada tanggal 29 Desember 2016 pada pukul 13.40 WIB

26 http://www.icao.int/safety/DangerousGoods/Pages/annex-18.aspx 29 Desember 2016 pada pukul 13.40 WIB

(43)

caranya adalah dengan adanya kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan- peraturan oleh pemerintah dan instansi-instansinya di bidang transportasi, khususnya transportasi udara atau penerbangan.

Secara umum pengaturan-pengaturan mengenai hal-hal yang berkaitan dalam menunjang keselamatan penerbangan yang dibuat oleh pemerintah selaku regulator di wujudkan melalui beberapa peraturan nasional yaitu sebagai berikut : 1. Ordonansi Nomor 100 Tahun 1939 tentang Pengangkutan Udara (OPU)

mengatur tentang dokumen angkutan udara, tanggung jawab pengangkut kepada pihak kedua (penumpang dan pemilik barang kiriman) dan besaran nilai ganti rugi, dan tanggung jawab pihak ketiga dan besaran nilai ganti rugi. Sebagian ketentuan dalam Ordonansi Nomor 100 Tahun 1939 tentang Pengangkutan Udara dinyatakan tidak berlaku lagi, kerena telah disempurnakan oleh Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan

Undang-Undang ini merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 1958 tentang Penerbangan dan sebagian dari Ordonansi Nomor 100 Tahun 1939 tentang Pengangkutan Udara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan mengatur tentang asas dan tujuan dari penyelengaran penerbangan, kedaulatan atas wilayah udara, pembinaan penerbangan sipil, pendaftaran dan kebangsaan pesawat udara serta penggunaan sebagai jaminan hutang, penggunaan pesawat udara, keamanan dan keselamatan

(44)

penerbangan, bandar udara, pencarian dan pertolongan kecelakaan serta penelitian sebab-sebab kecelakaan pesawat udara, angkutan udara, dampak lingkungan, penyidikan dan ketentuan pidana.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan

Seiring dengan tingkat keselamatan transportasi di Indonesia yang telah mencapai tingkat yang memprihatinkan dengan banyaknya kecelakaan transportasi, tidak terkecuali transportasi udara , UU no.1 tahun 2009 ini dibahas dengan muatan rangkuman dari berbagai sumber, antara lain:

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1992, Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 yang merupakan pengganti dari Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 1992, dokumen ICAO.27

Mengingat keselamatan dan keamanan merupakan bagian dari asas dalam penyelenggaraan transportasi, maka pengaturannya merupakan bagaian yang mengalami revisi. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2009, keselamatan dan keamanan selama penerbangan khusus dalam pesawat udara diatur dalam BAB VIII mengenai Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara, Bagian keempat dari Pasal 52 sampai dengan Pasal 57.

Kemudian secara umum mengenai keselamatan penerbangan yang memuat program, pengawasan, penegakan hukum, manajemen dan budaya keselamatan diatur dalam BAB XIII Pasal 308 sampai dengan Pasal 322. Selanjutnya aturan

27 H.K. Martono, Hukum Penerbangan Berdasarkan UURI No.1 Tahun 2009 (Bandung : Mandar Maju, 2009) hal. 343

Referensi

Dokumen terkait

Banyak ahli fisika, yang mencari jawaban untuk semua pertanyaan itu, akhirnya sepakat bahwa terdapat suatu keteraturan sempurna, keseimbangan tepat dan desain

dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Keputusan Menteri Perhubungan tentang Principal Operation Inspector (POI), Principal Maintenance Inspector (PMI)

Variabel bebas lainnya seperti biaya produksi, luas lahan sawah yang dikelola, jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani padi dan dummy agroekosistem 2 tidak

Puji syukur atas karunia Allah swt berikan, atas limpahan rahmat dan kasih sayang- Nya, atas petunjuk dan bimbingan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat

APLIKASI PEMBERIAN PUPUK DAUN DAN HORMON TUMBUHAN TERHADAP PERCEPATAN TUMBUH STEK PUCUK KENTANG.. (Solanum tuberosum L.) VARIETAS GRANOLA LEMBANG

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini, semakin meningkat pula kemudahan-kemudahan dan fasilitas-fasilitas yang mendukung manusia dalam

Rencana Strategis ( Renstra ) Satuan Kerja Perangkat Daerah ( SKPD ) Kecamatan Karang Bintang tahun 2016-2021 adalah Dokumen Perencanaan SKPD yang

1) Pengembangan studi komprehensif mengenai harapan dan kepuasan masyarakat pada kinerja Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, meningkatkan interaksi