ANALISA KADAR AMONIA (NH3) PADA LIMBAH CAIR OUTLET PABRIK KARET SECARA SALISILAT MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER VISIBLE PORTABEL DR/2010
KARYA ILMIAH
AJIE KURNIAWAN 142401113
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ANALISA KADAR AMONIA (NH3) PADA LIMBAH CAIR OUTLET PABRIK KARET SECARA SALISILAT MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER VISIBLE PORTABEL DR/2010
KARYA ILMIAH
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
AJIE KURNIAWAN 142401113
PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
PERSETUJUAN
Judul : ANALISA KADAR AMONIA (NH3) PADA LIMBAH CAIR OUTLET PABRIK KARET SECARA SALISILAT
MENGGUNAKAN ALAT SPEKTROFOTOMETER VISIBLE PORTABEL DR/2010
Kategori : TUGAS AKHIR
Nama : AJIE KURNIAWAN
NIM : 142401113
Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Juli 2017
Disetujui Oleh :
Program Studi D3 Kimia
Ketua, Pembimbing,
Dr. Minto Supeno, M.S Prof. Basuki Wirjosentono, M.S., Ph.D NIP. 196105091987031002 NIP.195204181980021001
Disetujui Oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si
PERNYATAAN
ANALISA KADAR AMONIA (NH3) PADA LIMBAH CAIR OUTLET PABRIK KARET SECARA SALISILAT MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER VISIBLE PORTABEL DR/2010
TUGAS AKHIR
Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2017
AJIE KURNIAWAN 142401113
PENGHARGAAN
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan Karunia-Nya berupa kesehatan dan keterbukaan pikiran bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul ‘’Analisa Kadar Amonia (NH3) Pada Limbah Cair Outlet Pabrik Karet Secara Salisilat Dengan Menggunakan Alat Spektrofotometer Visible Portabel DR/2010” dengan tepat waktu. Tidak lupa pula penulis panjatkan shalawat dan salam atas junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma 3 Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Dengan penuh kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku ketua Program Studi D3 Kimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Basuki Wirjosentono, MS., Ph.D selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis ditengah kesibukannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Seluruh staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam khususnya jurusan kimia yang telah mendidik penulis dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan.
5. Bapak Abner Tarigan, S,Si., M.Si Selaku Kepala Lab UPT Dinas Lingkungan Hidup, dan juga Bapak Fahm,i ST sebagai pembimbing PKL
di Laboratorium , dan seluruh Staff UPT Laboratorium Dinas Lingkungan Hidup yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi saya.
6. Ayahanda Syahbandi, Ibunda Aida Murni, dan seluruh keluarga besar penulis dimanapun berada yang telah banyak memberikan dukungan moral, materil serta do’a kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Teman-teman Mahasiswa/i Kimia Diploma 3 stambuk 2014 yang telah memberikan bantuan ilmu, dorongan, motivasi serta sama-sama berjuang dari awal hingga akhir perkuliahan.
Demikianlah Karya Ilmiah ini penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dan kesalahan Karya Ilmiah ini karena keterbatasan kemampuan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Juli 2017
Ajie Kurniawan
NIM. 142401113
ANALISA KADAR AMONIA (NH3) PADA LIMBAH CAIR OUTLET PABRIK KARET SECARA SALISILAT MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER VISIBLE PORTABEL DR/2010
ABSTRAK
Limbah cair yang mengandung amonia dari sisa pengolahan karet berbahaya bagi biota air, makhluk hidup lainnya dan juga lingkungan sekitar apabila melewati batas standar yang telah di tetapkan oleh pemerintah. Untuk menentukan kadar mutu amonia dalam limbah buangan pabrik karet di Dinas Lingkungan Hidup Medan, metode salisilat digunakan alat spektrofotometer portabel DR/2010. diperoleh kadar amonia dari sampel limbah cair outlet pada sampel 1 yaitu 5 mg/L dan 4 mg/L, pada sampel 2 yaitu 1,5 mg/L dan 1 mg/L, pada sampel 3 yaitu 3,4 mg/L dan 3,5 mg/L, pada sampel 4 yaitu 3 mg/L dan 4 mg/L, pada sampel 5 yaitu 1 mg/L dan 2 mg/L, pada sampel 6 yaitu 1,5 mg/L dan 2 mg/L, pada sampel 7 yaitu 1 mg/L dan 1,2 mg/L, pada sampel 8 yaitu 1 mg/L dan 3 mg/L, pada sampel 9 yaitu 2 mg/L dan 2,2 mg/L, pada sampel 10 yaitu 1 mg/L dan 1,4 mg/L. Hasil analisa tersebut membuktikan bahwa kandungan amonia yang terdapat dalam limbah buangan pabrik karet telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kadar mutu amonia yang diperbolehkan untuk dilepaskan ke lingkungan adalah 1-10 mg/L.
Kata Kunci: Limbah Cair, Kadar Amonia, Metode Salisilat
ANALYSIS OF AMMONIA (NH3) LEVELS IN THE WASTEWATER OF RUBBER PLANT OUTLET IN SALICYLATE USING VISIBLE
SPECTROPHOTHOMETER PORTABLE DR/2010
ABSTRACT
Liquid waste containing ammonia from residual rubber processing harmful to aquatic biota, other living creatures as well as the surrounding environment if it exceeds the standard limits set by the government. To determine the level of ammonia quality in the rubber plant waste disposal of the Environment Office of Medan, salicylate method is used by the portable DR / 2010 spectrophotometer. Obtained the ammonia level from the sample of liquid waste outlet in sample 1 that is 5 mg/L and 4 mg/L, in sample 2 that is 1.5 mg/L and 1 mg/L in sample 3 that is 3,4 mg/L and 3,5 mg/L in sample 4 that is 3 mg/L and 4 mg/L, in sample 5 that is 1 mg/L and 2 mg/L, there are sample 6 that is 1.5 mg/L and 2 mg/L, in sample 7 that is 1 mg/L and 1.2 mg/L in sample 8 that is 1 mg/L and 3 mg/L, in sample 9 that is 2 mg/L and 2.2 mg/L, in sample 10 that is 1 mg/L and 1.4 mg/L. The results of the analysis prove that the ammonia content contained in the rubber factory waste disposal has met the standards set by the government.The level of ammonia quality that is allowed to be released into the environment is 1-10 mg/L.
Keywords : Liquid Waste, Ammonia Levels, Salicylate Method
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan i
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Lampiran x
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Permasalahan 3
1.3. Pembatasan Masalah 4
1.4. Tujuan Penelitian 1.5. Manfaat Penelitian
4 4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air 5
2.2. Sifat Air Terpolusi 5
2.2.1. Nilai pH, Keasaman, dan Alkalinitas 6
2.2.2. Padatan 6
2.3. Pencemaran Air 7
2.4. Pengendalian Pencemaran Air 8
2.5. Amonia
2.6. Sifat-sifat Amonia
2.7. Dampak Pencemaran Amonia 2.8. Spektrofotometer
2.9. Prinsip Spektrofotometri
9 11 11 12 13 BAB 3. BAHAN DAN METODE
3.1. Alat 16
3.2. Bahan-bahan 17
3.5. Prosedur Percobaan 18 3.5.1. Persiapan dan Pengawetan Contoh Uji 18
3.5.2. Prosedur Percobaan 18
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Percobaan 20
4.2. Perhitungan 21
4.2.1. Penentuan kadar amoniak (NH3) pada sampel limbah air 21 4.2.2. Perhitungan nilai rata-rata hasil akhir
4.2.3. Perhitungan % RPD untuk amoniak (NH3) pada sampel limbah cair
23 24 4.3. Reaksi Percobaan
4.4. Pembahasan
26 26 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Keimpulan 28
5.2. Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 32
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Tabel Hasil Analisa Amoniak (NH3) yang diperoleh pada Sampel Limbah Cair
18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup NO. 5 Tahun 2014 30 Lampiran 2
Lampiran 3
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.68 Tahun 2016
Daftar Lampiran
31
32
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi mendatang (Effendi, 2003).
Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan kualitas air untuk keperluan domestik yang semakin menurun. Kegiatan industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua mahkluk hidup yang bergantung pada sumber daya air tersebut (Effendi,2003).
Air sungai merupakan sumber daya alam yang potensial menerima beban pencemaran limbah kegiatan manusia. Akibatnya kualitas dan kuantitas air menjadi berkurang (Effendi, 2003).
Pencemaran lingkungan adalah perubahan lingkungan yang tidak menguntungkan, sebagian karena tindakan-tindakan manusia yang disebabkan oleh perubahan pola pembentukan energy dan materi, tingkatan radiasi, bahanbahan fisika, kimia dan jumlah organisme. Perubahan ini dapat mempengaruhi manusia secara langsung atau tidak langsung melalui hasil pertanian, peternakan, benda-benda, perilaku dalam apresiasi dan rekreasi di alam bebas (Fardiaz. 1992).
Menurut Hidayat (1981), pada dasarnya pencemaran lingkungan dapat dibagi dalam tiga tingkatan yaitu : (1) gangguan, merupakan bentuk pencemaran yang paling ringan, (2) pencemaran temporer, berjangka pendek karena alam mampu mencernakannya sehingga lingkungan dapat kembali seperti semula, dan (3) pencemaran permanen, bersifat tetap karena alam tidak mampu kembali mencernakannya (dikenal sebagai perubahan sumberdaya alam).
Polusi air merupakan penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat dalam bntuk murni, tetapi bukan berarti semua air sudah terpolusi. Ciri-ciri air yang mengalami polusi sangat bervariasi tergantung dari jenis air dan polutannya atau komponen yang mengakibatkan polusi. Sebagai contoh bau yang menyengat mungkin akan timbul pada pantai laut, sungai dan danau yang terpolusi, kehidupan hewan air akan berkurang pada air sungai yang terpolusi berat (Fardiaz, 1992).
Pencemar utama yang terdapat didalam air diklasifikasikan atas (1) ionik dan terlarut, (2) non ionik dan tak terlarut, dan (3) gas-gas. Dalam penilaian mutu air,
pencemar di dalam air biasa diklasifikasikan atas fisik, kimiawi, dan biologis (Linsley, 1991).
Kadar amoniak yang tinggi pada air sungai selalu menunjukkan adanya pencemaran. Rasa NH3 kurang enak, sehingga kadar NH3 harus rendah; pada air minum kadarnya harus nol dan pada air sungai harus di bawah 0,5 mg/L N (syarat mutu air sugai di Indonesia) (Alerts, 1986).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisa kadar amoniak yang terdapat pada limbah cair outlet pabrik karet dengan metode salicylate menggunakan spektrofotometer Portabel DR/2010.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan Kebijakan Pengendalian Pencemaran Air dalam Permen LH Nomor 05 Tahun 2014 Baku Mutu Air Limbah, kadar amonia yang diperbolehkan adalah 1-10 mg/L.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkngan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia NOMOR: P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 Baku Mutu Air Limbah Domestik, kadar amonia yang diperbolehkan adalah 1-10 mg/L.
Sehingga yang menjadi permasalahan adalah berapa kadar amonia yang terdapat pada limbah cair outlet pabrik karet dan apakah memenuhi standar yang
ditetapkan oleh pemerintah untuk dibuang kelingkungan, dalam hal ini analisa amonia dilakukan secara salisilat.
1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dibatasi pada analisa kadar amonia secara salicylate menggunakan Spektrofotometer Portabel DR/2010.
1.4. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kadar amonia yang terdapat dalam limbah cair outlet pada pabrik karet.
2. Untuk mengetahui apakah kadar amonia yang diperoleh telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah.
1.5. Manfaat Penelitian
Sebagai informasi mengenai kandungan amonia yang terdapat pada lingkungan buangan limbah pabrik karet yang sesuai standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah agar tidak mencemari lingkungan dan berbahaya bagi makhluk hidup.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Air
Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna, dan bau, yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rmus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering disebut pencemar yang terdapat dalam air (Linsley, 1991).
2.2. Sifat Air Terpolusi
Untuk mengetahui apakah suatu air terpolusi atau tidak, diperlukan pengujian untuk menentukan sifat-sifat air sehingga dapat diketahui apakah terjadi penyimpangan dari batasan polusi air. Sifat-sifat air yang umum diuji dan dapat digunakan untuk menentukan tingkat polusi air misalnya :
1. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas 2. Suhu
3. Warna, bau, dan rasa 4. Jumlah padatan
5. Nilai BOD/COD
6. Pencemaran mikroorganisme patogen 7. Kandungan minyak
8. Kandungan logam berat 9. Kandungan bahan radioaktif
2.2.1. Nilai pH, Keasaman, dan Alkalinitas
Nilai pH air yang normal adalah skitar netral, yaitu antara pH 6 sampai 8, sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda tergantung jenis buangannya.
2.2.2. Padatan
Air yang terpolusi selalu mengandung padatan yang dapat dibedakan atas empat kelompok berdasarkan besar partikelnya dan sifat-sifat lainnya, terutama kelarutannya yaitu :
1. Padatan terendap (sedimen) 2. Padatan tersuspensi dan koloid 3. Padatan terlarut
4. Minyak dan lemak
Dalam analisis air, selain padatan-padatan tersebut di atas sering juga dilakukan analisis terhadap total padatan, yaitu semua padatan setelah airnya dihilangkan atau diuapkan. Padatan organik dan anorganik (Fardiaz, 1992).
2.3. Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Dalam definisi pencemaran air, makhluk hidup, zat, energy, dan atau komponen lain merupakan sesuatu yang potensial apabila masuk, sengaja atau tidak sengaja, ke dalam air, dapat menyebabkan peruntukan kualitas air turun sampai pada tingkat cemar.
Masukan tersebut sering disebut sebagai unsur pencemar (pollutans). Unsur pencemar ini dapat berupa makhluk hidup, zat energi, maupun komponen lain (Pongtuluran, Y. 2015).
Pencemaran air didefenisikan sebagai perubahan langsung atau tidak langsung terhadap keadaan udara yang berbahaya atau sedang menyebabkan penyakit atau gangguan bagi kehidupan makhluk hidup. Pcrubahan langsung dan tidak langsung ini bisa. Termal, biologi, atau radioaktif Kualitas air merupakan salah satu faktor dalam menentukan kesejahteraan manusia. Kehadiran bahan pencemar di udara dalam
dengan melihat perubahan keadaan udara dari keadaan yang normal. : (1) adanya perubahan suhu udara, (2) adanya perubahan tingkat keasaman, basa dan garam (salinitas) air, (3) adanya perubahan warna, bau dan rasa pada udara, (4) terbentuknya endapan, koloid dari bahan terlarut, dan (5) ada mikroorganisme di dalam udara (Situmorang, 2007).
Jenis Limbah Air limbah yang harus dibuang dari suatu dacrah pemukiman terdiri dari: (1) Air limbah rumah tangga (yang juga disebb saniter), yaitu air limbah dari daerah perumahan serta sarana-sarana komersial insti usional, dan yang serupa dengan itu; (2) Air limbah industri yaitu jika bahan-bahan buangan industri merupakan bagian terbesar: (3) Air resa aliran masuk, yaitu udara dari luar yang masuk ke dalam sistema dengan berbagai cara, dan air hujan yang tercurah dari sumber- sumber seperti talang Dan drainasi pondasi: (4) air hujan hasil dari aliran curah hujan (Linsley, 1991).
2.4. Pengendalian Pencemaran Air
Pengendalian, yaitu upaya pencegahan dan atau penanggulangan dan atau pemulihan. Pengendalian pencemaran air lingkup kegiatan-kegiat- an sebagai berikut:
1. Iventarisasi kualitas dan kuantitas sumber air, menurut sistem wilayah tata pengairan
2. Penetapan golongan air menurut peruntukannya, baku mutu dan baku untuk pencemar air, dan bahan baku cair untuk setiap kegiatan
3. Penetapan mutu limbah cair yang bisa dibuang ke air pada sumber air oleh setiap kegiatan dan pemberian izin pembuangannya
4. Pemantauan perubahan kualitas air pada sumber air dan evaluasi hasilnya 5. Pengawasan terhadap penataan peraturan pengendalian pencemaran air,
termasuk penataan mutu limbah cair dan penegakan hukumnya (Effendi.2003)
.
2.5. Amonia
Amonia (NH3) merupakan senyawa nitrogen pada bentuk cairan, amonia terdapat dalam 2 bentuk yaitu amonia bebas atau tidak terionisasi (NH3) dan dalam bentuk ion amonia (NH4+). Perbandingan amonia dalam kedua bentuk tersebut sangat dipengaruhi oleh pH dan suhu. Sebagai contoh pada pH sekitar 9 setengah dari total amonia terdapat dalam bentuk amonia tidak terionisasi. Standar kualitas air menggunakan bentuk total amina ini, untuk menyatakan batas amonia dalam air bersih maksimum adalah 2 mg/L pada pH sama atau lebih besar dari 8. Pada pH tersebut konsentrasi amonia tidak terionisasi pada air sungai bersuhu 20O C adalah 0,074 mg/L (Alaerts, 1986).
Di perairan alami, pada suhu dan tekanan normal amonia berada dalam bentuk gas dan membentuk dengan gas kesetimbangan amonium. Kesetimbangan
antara gas amonia dan gas amonium ditunjukkan dalam persamaan reaksi, sebagai berikut :
NH3 + H2O NH4+ + OH -
Selain terdapat dalam bentuk gas, amonia membentuk kompleks dengan beberapa ion logam. Amonia juga dapat terserap ke dalam bahan-bahan tersuspensi dan koloid sehingga mengendap di dasar perairan. Amonia dalam perairan dapat menghilang melalui proses volatilisasi karena tekanan parsial amonia dalam larutan meningkat dengan semakin meningkatnya pH. Hilangnya amonia ke atmosfer juga dapat meningkat dengan meningkatnya kecepatan angin dan suhu.
Amonia yang terukur di perairan berupa amonia total (NH3 dan NH4+).
Amonia bebas tidak dapat terionisasi, sedangkan amonium (NH4+) dapat terionisasi.
Amonia bebas (NH3) yang tidak terionisasi (unionized) bersifat toksik terhadap organisme akuatik. Toksisitas amonia terhadap organisme akuatik akan meningkat jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut, pH, dan suhu. Aveterbrata air lebih toleran terhadap kadar amonia bebas yang terlalu tinggi karena dapat mengganggu proses pengikatan oksigen oleh darah dan pada akhirnya dapat mengakibatkan sufokasi. Akan tetapi, amonia bebas ini tidak dapat diukur secara langsung. Sumber nitrogen yan dapat dimanfaatkan scara langsung oleh tumbuhan akatik adalah nitrat (NO3), dan gas nitrogen (N2) (Effendi, 2003).
2.6. Sifat-sifat Amonia
Adapun sifat-sifat amonia (NH3) adalah sebagai berikut :
1. Memiliki titik didih 33,30 C 2. Memiliki bau yang tajam
3. Mempunyai daya kelarutan yang tinggi di dalam air
4. Tidak bereaksi dengan sebagian besar logam, akan tetapi jika di campur dengan air akan bereaksi dengan tembaga atau kuningan
5. Dapat menimbulkan ledakan apabila di udara mencapai 16 % (Afrianto.
1989).
2.7. Dampak Pencemaran Amonia
Amonia bebas (free and saline ammonia) merupakan asil dekomposisi benda- benda organic . keberadaan amonia bebas dalam sumber air menunjukkan adanya pencemaran oleh kotoran binatang atau manusia. Batas amonia bebas yang diperbolehkan <0,05 mg/L di dalam air minum (Chandra, B. 2005).
Amonia merupakan penyebab utama kematian ikan, apa pun jenisnya.
Amonia (NH3) adalah gas nitrogen kotoran ikan, sisa-sisa pakan, dan ikan-ikan mati yang tidak diambil. Seperti halnya CO2, amonia merupakan gas beracun dan competitor kuat bagi oksigen dalam darah ikan, apalagi jika pH air tinggi. Semakin
Amonia adalah bagian dari siklus nitrogen yang terjadi dalam air akibat aktivitas mikroba pengurai. Jadi, di alam pun sebenarnya juga terdapat amonia, hasil aktivitas ikan dan hewan air lainnya. Amonia tersebut selanjutnya dirombak menjadi nitrit (NO2) oleh aktivitas bakteri nitrosomonas. Nitrit ini masih merupakan bahan beracun sehingga harus dirombak lagi menjadi nitrat (NO3) oleh bakteri nitrobacter.
Keberadaan nitrat masih dapat ditolerir oleh ikan karena sebagian juga diserap oleh lumut/algae maupun tumbuhan air sebagai pupuk. Proses ini berlanjut karena adanya keseimbangan antara bakteri pengurai dan kepadatan ika yang masih dapat ditolerir (Budi, 2008).
2.8. Spektrofotometer
Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm.
Sebuah spektrofotometer optimis adalah sebuah instrument yang mempunyai sistem optis yang dapat menghabiskan sebaran (dispersi) radiasi electromagnet yang masuk.ebuah fotometer adalah piranti untuk mengukur intensitas radiasi yang dieteruskan atau suatu fungsi intensitas ini. Bila digabungkan dalam spektrofotometer, spektrofotometer dan fotometer itu digunakan secara gabungan untuk menghasilkan suatu isyarat yang berpadan dengan selisih antara radiasi yang
diteruskan oleh bahan pembanding dan radiasi yang diteruskan oleh contoh pada panjang gelombang yang terpilih (Vogel. 1994).
2.9. Prinsip Spektrofotometri
Metode pengukuran menggunakan prinsip spektrofotometri adalah berdasarkan absorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu melalui suatu larutan melalui kontaminan yang akan ditentukan konsentrasinya.proses ini disebut “absorpi spektrofotometri”, dan jika panjang gelombang yang digunakan adalah gelombang cahaya tampak maka disebut “kolorimetri”, karena memberikan warna. Selain gelombang cahaya tampak, spektrofotometri juga menggunakan panjang gelombang ultraviolet dan infra merah. Prinsip kerja metode ini adalah jumlah cahaya yang diabsorpsi oleh larutan sebanding dengan konsentrasi kontaminan dalam larutan.
Prinsip ini dijabarkan dalam hokum Lambert-Beer yang menghubungkan antara absorbansi cahaya dengan konsentrasi pada suatu bahan yang mengabsorbsi.
Metode spektrofotometri ini masih digunakan di laboratorium, namun penggunaannya kini telah digantikan dengan teknik yang lebih sensitif seperti kromatografi gas. Contohnya metode analisis senyawa organik yang dahulu menggunakan metode spektrofotometri saat kini tellah digantikan oleh metode kromatografi gas (Lestari,F. 2007).
1.10. Hukum Dasar Spektroskopi Absorpsi
Jika suatu berkas sinar melewati suatu medium homogeny, sebagian dari cahaya datang (P0) diabsorpsi sebanyak (Pa), sebagian dapat ditransmisikan (Pt) dengan efek intensitas murni sebesar :
P0 = Pa + Pt + Pr
Dimana P0 intensitas radiasi yang masuk, Pa intensitas cahaya yang diabsorpsi, Pr
bagian intensitas cahaya yang dipantulkan, Pt intensitas cahaya yang ditransmisikan.
Tetapi pada prakteknya, nilai Pr adalah kecil sekali (-4%);
P0 = Pa + Pt
sehingga untuk tujuan praktis (Khopkar. 1984).
1.11. Hukum Lambert-Beer
1. Jika suatu berkas radiasi monokromatik yang sejajar jatuh pada medium pengabsorpsi pada sudut tegak lurus setiap lapisan yang sangat kecilnya akan akan menurunkan intensitas berkas.
2. Jika suatu cahaya monokromatis mengenai suatu medium yang transparan, laju pengurangan intensitas dengan ketebalan medium sebanding dengan intensitas cahaya.
3. Intensitas berkas sinar monokromatis berkurang secara eksponensial bila konsentrasi zat pengabsorbsi bertambah.
Hal diatas adalah persamaan mendasar untuk spektroskopi absorpsi, dikenal sebagai Beer’s Lambert atau Beer Bougar. Kondisi berikut adalah sahnya hokum Beer.
Cahaya yang digunakan harus monokromatis, bila tidak demikian maka akan diperoleh dua nilai absorbansi pada dua panjang gelombang (Khopkar. 1984).
BAB 3
BAHAN DAN METODE
Pada analisis yang saya lakukan terhadap kadar amonia yang terdapat pada limbah cair outlet pabrik karet secara salicylate mnggunakan spektrofotometer DR/2010 di Laboratorium Air Dinas Lingkungan Hidup (DISLH) Medan, digunakan beberapa alat dan bahan serta metode sebagai berikut.
3.1. Alat
No Alat Ukuran Merek
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Spektrofotometer DR/2010
Alat Pengukur PH Kuvet
Gelas Ukur Pipet Volume
Labu Ukur
10 ml; 15 ml 250 ml 1 ml; 2 ml;
5 ml
10 ml; 50 ml;
100 ml; 250 ml
Spektrofotometer DR/2010 Pyrex
Pyrex
Pyrex
3.2. Bahan-bahan
No Bahan 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Air Limbah Oulet Pabrik Karet Aquadest
Amonia Salicylate Reagent Powder Pillow Amonia Cianurate Reagent Powder Pillow H2SO4(P)
NaOH 5 N
Sodium Thiosulfate Standard Solution 0,01 N
3.3. Prinsip Percobaan
Senyawa amoniak dikombinasi dengan klorin untuk membentuk monokloramin. Monokloramin bereaksi dengan salisilat untuk membentuk 5- aminosalisilat. 5-aminosalisilat di oksidasi dengan adanya katalis natrium nitroprusside untuk membentuk senyawa berwarna biru. Warna biru ditutupi oleh warna kuning dari pereaksi yang berlebih yang hadir untuk memberi solusi warna hijau akhir.
3.4. Preparasi Sampel
Siapkan standar Nitrogen Amonia 0,20 mg/L dengan mengencerkan 2,00 ml larutan standar Nitrogen Amonia 10 mg/L, Sampai 100 ml dengan air suling. Atau dengan menggunakan pipet tetes, siapkan standar Nitrogen Amonia 0,20 mg/L dengan mengencerkan 0,4 ml Larutan Standar Nitrogen Amonia, 50 mg/L sebagai NHTN, samapai 100 ml dengan air suling.
3.5. Prosedur Percobaan
3.5.1. Persiapan dan Pengawetan Contoh Uji
1. Masukkan contoh uji kedalam botol bebas amoniak.
2. Apabila tidak dapat dianalisa maka contoh uji di awetkan dengan H2SO4(P)
Sampai pH<2.
3. Jika terdapat pengujian seperti chlorine,maka sampel harus segera diolah dengan sodium Thiosulfate Solution 0,01 N Dari chlorine yang ada per 1 liter.
4. Netralkan sampel yang akan diuji.
3.5.2. Prosedur Percobaan
1. Masukkan program untuk amoniak (NH3-N), Salicylate method 2. Tekan 385 enter, Layar menunjukan : Dial nm To 655
3. Putar panjang gelombang hingga tertampil 655 nm, jika panjang gelombang sudah tepat, maka di layar akan menunjukan: Zero sample, kemudian : mg/L NH3-N Salicylate.
4. Masukkan 10 ml cell riger kedalam tempat cell.
5. Masukkan 10 ml sampel ke 10 ml sampel cell (sampel yang sudah disiapkan).
6. Masukkan 10 ml air aquadest kedalam 10 ml sampel cell yang kedua (blanko).
7. Tambahkan masing-masing 10 ml cell yang di atas dengan satu Amoniak Salicylate Reagent Powder Pillow, tutup dan guncang sampai larut.
8. Tekan: Sihift Timer, 3 menit waktu bereaksi.
9. Jika berbunyi “beep” tambahkan masing-masing sampel cell dengan Amoniak Syanurate Reagent Powder Pillow, tutup dan guncang sampai larut.
10. Tekan: Sift Time : 15 menit waktu untuk bereaksi.
11. Jika berbunyi “beep”,masukkan cell blanko ke dalam ceel holder dan tutup segera.
12. Tekan : ZERO, Dilayar akan tertampil : “Zeroing”, Dan kemudian : 0,00 mg/L NH3-N Salicylat.
13. Masukkan sampel cell segera dan tutup.
14. Tekan: READ, Dilayar akan tertampil : “Reading” Dan hasil analisa mg/ L analisa sebagai Nitrogen.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Percobaan
Tabel Hasil Analisa Amoniak (NH3) yang diperoleh pada Sampel Limbah Cair
No Sampel Total pengenceran
Pengamatan NH3
(mg/L)
Konsentrasi Rata-rata
(mg/L) I
Hasil Akhir (mg/L)
II
I II III
1 100x 0,05 0,05 0,05 0,05 5
0,04 0,04 0,04 0,04 4
2 50x 0,03 0,03 0,03 0,03 1,5
0,02 0,02 0,02 0,02 1
3 10x 0,34 0,34 0,34 0,34 3,4
0,35 0,35 0,35 0,35 3,5
4 100x 0,03 0,03 0,03 0,03 3
0,04 0,04 0,04 0,04 4
5 100x 0,01 0,01 0,01 0,01 1
0,02 0,02 0,02 0,02 2
6 50x 0,03 0,03 0,03 0,03 1,5
0,04 0,04 0,04 0,04 2
7 100x 0,01 0,01 0,01 0,01 1
0,012 0,012 0,012 0,012 1,2
8 100x 0,01 0,01 0,01 0,01 1
0,03 0,03 0,03 0,03 3
9 100x 0,02 0,02 0,02 0,02 2
0,022 0,022 0,022 0,022 2,2
10 100x 0,01 0,01 0,01 0,01 1
0,014 0,014 0,014 0,014 1,4
4.2. Perhitungan
4.2.1. Penentuan kadar amoniak (NH3) pada sampel limbah cair Rumus perhitungan kadar amoniak (NH3)
Hasil akhir = Fp x Konsentrasi Rata-rata
Sampel 1.1 = 100 x 0,05
= 5 mg/L Sampel 1.2 = 100 x 0,04
= 4 mg/L Sampel 2.1 = 50 x 0,03
= 1,5 mg/L Sampel 2.2 = 50 x 0,02
= 1 mg/L Sampel 3.1 = 10 x 0,34
= 3,4 mg/L Sampel 3.2 = 10 x 0,35
= 3,5 mg/L Sampel 4.1 = 100 x 0,03
= 3 mg/L Sampel 4.2 = 100 x 0,04
= 4 mg/L Sampel 5.1 = 100 x 0,01
= 1 mg/L
= 2 mg/L Sampel 6.1 = 50 x 0,03
= 1,5 mg/L Sampel 6.2 = 50 x 0,04
= 2 mg/L Sampel 7.1 = 100 x 0,01
= 1 mg/L Sampel 7.2 = 100 x 0,012
= 1,2 mg/L Sampel 8.1 = 100 x 0,01
= 1 mg/L Sampel 8.2 = 100 x 0,03
= 3 mg/L Sampel 9.1 = 100 x 0,02
= 2 mg/L Sampel 9.2 = 100 x 0,022
= 2,2 mg/L Sampel 10.1 = 100 x 0,01
= 1 mg/L Sampel 10.2 = 100 x 0,014
= 1,4 mg/L
4.2.2. Perhitungan nilai rata-rata hasil akhir
Rumus perhitungan nilai rata-rata hasil akhir
Nilai rata-rata hasil akhir = n1+ n2
n
Sampel 1 = 5 + 4
2 = 4,5 mg/L
Sampel 2 = 1,5 + 1
2 = 1,25 mg/L
Sampel 3 = 3,4 + 3,5
2 = 3,45 mg/L
Sampel 4 = 3 + 4
2 = 3,5 mg/L
Sampel 5 = 1 + 2
2 = 1,5 mg/L
Sampel 6 = 1,5 + 2
2 = 1,75 mg/L Sampel 7 = 1 + 1,2
2 = 1,1 mg/L
Sampel 8 = 1 + 3
2 = 2 mg/L
Sampel 9 = 2 + 2,2
2 = 2,1 mg/L
Sampel 10 = 1 + 1,4
2 = 1,2 mg/L
4.2.3. Perhitungan % RPD untuk amoniak (NH3) pada sampel limbah cair
Rumus perhitungan % RPD
% RPD = NA − NK
NB
Sampel 1, % RPD = 4,5 − 4
5 x 100 %
= 10 %
Sampel 2, % RPD = 1,25 − 1
1,5 x 100%
= 16,67 %
Sampel 3, % RPD = 3,45 − 3,4
3,5 x 100 %
= 1,43 %
Sampel 4, % RPD = 3,5 − 3
4 x 100%
= 12,5 %
Sampel 5, % RPD = 1,5 − 1
2 x 100%
= 25 %
Sampel 6, % RPD = 1,75 −1,5
2 x 100%
= 12,5 %
Sampel 7 % RPD = 1,1 −1
1,2 x 100%
= 8,33 %
Sampel 8 % RPD = 2 − 1
3 x 100%
= 33,33 %
Sampel 9 % RPD = 2,1 − 2
2,2 x 100%
= 4,55 %
Sampel 10 % RPD = 1,2 − 1
1,4 x 100%
= 14,29 %
4.3 Reaksi Percobaan
1. amoniak + hipoklorit monochloramine
- NH3 + OCl-- NH2Cl + OH--
2. monochloramine + salisilat 5 – aminosalicylate
- NH2Cl + OH H2N OH + Cl—
COO-- COO—
4.4. Pembahasan
Semakin tinggi kandungan amonia dalam limbah, akan menyebabkan keracunan pada biota perairan, dan pada akhirnya akan berdampak terhadap manusia apabila manusia mengkonsumsi ikan, dan hewan lain yang telah tercemar oleh limbah industri. Oleh sebab itu parameter ini tercantum pada spesifikasi mutu limbah yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Dari hasil analisa, diperoleh kadar amonia pada sampel limbah cair outlet yaitu yang berasal dari limbah pabrik karet, yaitu pada sampel 1 dengan pengujian pertama diperoleh kadar amonia sebesar 5 mg/L, sedangkan pengujian kedua diperoleh kadar amonia sebesar 4 mg/L, dan diperoleh % RPD sebesar 10 %. Pada sampel 2 dengan pengujian pertama diperoleh kadar amonia sebesar 3,4 mg/L,
sedangkan pengujian kedua diperoleh kadar amonia sebesar 3,5 mg/L, dan diperoleh
% RPD sebesar 16,67 % . Pada sampel 3 dengan pengujian yang pertama diperoleh kadar amonia sebesar 3 mg/L, sedangkan pengujian kedua diperoleh kadar amonia sebesar 4 mg/L, dan diperoleh % RPD sebesar 1,43 %. Pada sampel 4 dengan pengujian pertama diperoleh kadar amonia sebesar 1 mg/L, sedangkan pengujian kedua diperoleh kadar amonia sebesar 2 mg/L, dan diperoleh % RPD sebesar 12,5 %.
Pada sampel 5 dengan pengujian pertama diperoleh kadar amonia sebesar 1 mg/L, sedangkan pengujian kedua diperoleh kadar amonia sebesar 2 mg/L, dan diperoleh % RPD sebesar 25 %. Pada sampel 6 dengan pengujian pertama diperoleh kadar amonia sebesar 1,5 1 mg/L, sedangkan pengujian kedua diperoleh kadar amonia sebesar 2 mg/L, dan diperoleh % RPD sebesar 12,5 %. Pada sampel 7 dengan pengujian pertama diperoleh kadar amonia sebesar 1 mg/L, sedangkan pengujian kedua diperoleh kadar amonia sebesar 1,2 mg/L, dan diperoleh % RPD sebesar 8,33 %.
Pada sampel 8 dengan pengujian pertama diperoleh kadar amonia sebesar 1 mg/L, sedangkan pengujian kedua diperoleh kadar amonia sebesar 3 mg/L, dan diperoleh % RPD sebesar 33,33 %. Pada sampel 9 dengan pengujian pertama diperoleh kadar amonia sebesar 2 mg/L, sedangkan pengujian kedua diperoleh kadar amonia sebesar 2,2 mg/L, dan diperoleh % RPD sebesar 4,55 %. Pada sampel 10 dengan pengujian pertama diperoleh kadar amonia sebesar 1 mg/L, sedangkan pengujian yang kedua diperoleh kadar amonia sebesar 1,4 mg/L, dan diperoleh % RPD sebesar 14,29 %.
Maka kandungan amonia terbesar terdapat pada sampel 1.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari analisis yang dilakukan menggunakan alat spektrofotometer portabel DR/2010, diperoleh kadar amonia dari sampel limbah cair outlet pada sampel 1 yaitu 5 mg/L dan 4 mg/L, pada sampel 2 yaitu 1,5 mg/L dan 1 mg/L, pada sampel 3 yaitu 3,4 mg/L dan 3,5 mg/L, pada sampel 4 yaitu 3 mg/L dan 4 mg/L, pada sampel 5 yaitu 1 mg/L dan 2 mg/L, pada sampel 6 yaitu 1,5 mg/L dan 2 mg/L, pada sampel 7 yaitu 1 mg/L dan 1,2 mg/L, pada sampel 8 yaitu 1 mg/L dan 3 mg/L, pada sampel 9 yaitu 2 mg/L dan 2,2 mg/L, pada sampel 10 yaitu 1 mg/L dan 1,4 mg/L.
Hal ini membuktikan bahwa kandungan amonia yang terdapat dalam limbah buangan pabrik karet telah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu kadar mutu amonia yang diperbolehkan untuk dilepaskan ke lingkungan adalah 1-10 mg/L.
5.2. Saran
Sampel yang terlalu pekat sebaiknya dilakukan pengenceran terlebih dahulu agar alat spektrofotometer dapat membaca kadar amonia yang terkandung dalam sampel.
Analisa pada spektrofotometer portabel sebaiknya dilakakukan secara duplo (dua kali percobaan) untuk memperoleh data yang lebih akurat dan Angka ketelitian perbedaan hasil.
Sebaiknya analisa amonia dilakukan dengan metode salisilat karena sebuah penentuan amonia berdasarkan pembentukan dari penggantian indophenol dengan natrium salisilat sebagai reagen fenolik telah dikembangkan dan dibandingkan dengan dengan metode lain. Sensitivitas dan reproduktifitas sebanding dengan hasil yang diperoleh dalam metode dimana fenol digunakan, sedangkan angka kelemahan yang melekat pada penggunaan fenol dihindari. Metode salisilat adalah spesifik untuk NH3-N dan gangguan umumnya tidak ada dalam sampel dari perairan segar alami.
Metode ini dapat dengan mudah diterapkan untuk analisis air laut.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta : Kanisius Halaman 28
Alaerts, G. 1986. Metode Penelitian Air. Surabaya : Usaha Nasional. Pada Karya Ilmiah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber daya dan Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisnus. Yogyakarta. http://jurnal.usu.ac.id (diakses pada 27 Mei 2017 pukul 06:31 WIB).
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Hal : 21- 23,185. http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-415-1876903488- tesis.pdf (diakses pada 27 Mei 2017 pukul 07:09 WIB).
Hidayat, I. 1981. Water Pollution Control, Pengawasan Kualitas dan Pencemaran Air, Paket Ilmu Jurusan Farmasi, FMIPA, ITB, BPC, I.S.F.I, Jawa Barat. Hal : 12-14. http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-415-1876903488- tesis.pdf (diakses pada 27 Mei 2017 pukul 07:09 WIB).
Ibrahim. 2014. Kebijakan Pengendalian Pencemaran Air dalam PERMEN LH Nomor 5.http://175.184.234.138/sipil/application/uploads/Baku_Mutu_Air_Limbah_P ermen_LH_No.5_Tahun_2015.pdf. (diakses pada 27 Mei 2017 pukul 13:56 WIB).
Khopkar, S.M. 1984. KONSEP DASAR KIMIA ANALITIK. Abedeen U.K.: UIP.
Halaman :194 – 196
Linsley, R.K. 1991. Teknik Sumber Daya Air. Edisi 3. Jakarta : Erlangga. Karya Ilmiah Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Lestari, F. 2007. Bahaya Kimia Sampling & Pengukuran Kontaminan di Udara.
Jakarta : EGC Halaman 189-190
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia, NOMOR:
P.68/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016.
Pongtuluran, Y. 2015. Manajemen Sumber Daya Alam dan Lingkungan Edisi Revisi.
Yogyakarta : Percetakan CV Andi.
Halaman 153
Situmorang, M. 2007. Kimia Lingkungan. Medan : Unimed University Press. Karya Ilmiah Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : EGC. Karya Ilmiah Pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Lampiran 1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup NO. 5 Tahun 2014
Parameter Satuan Kadar
I II
Timbal (Pb) mg/L 0,1 1
Stanum mg/L 2 3
Arsen mg/L 0,1 0,5
Selenum mg/L 0,05 0,5
Nikel (Ni) mg/L 0,2 0,5
Kobalt (Co) mg/L 0,4 0,6
Sianida (CN) mg/L 0,05 0,5
Sulfida (H2S) mg/L 0,05 0,1
Fluorida (F) mg/L 2 3
Klorin bebas (Cl2) mg/L 1 2
Amonia Nitrogen (NH3-N) mg/L 5 10
Nitrit (NO2-N) mg/L 1 3
Lampiran 2. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.68 Tahun 2016
Parameter Satuan Kadar maksimum
Ph - 6-9
BOD mg/L 30
COD mg/L 100
TSS mg/L 30
Minyak & Lemak mg/L 5
Amoniak mg/L 10
Total Coliform Jumlah/100 Ml 3000
Debit L/orang/hari 100
Lampiran 3. Daftar Lampiran
DAFTAR SINGKATAN
Fp = Faktor pengenceran
% RPD = Angka ketelitian perbedaan hasil duplo (%) NA = Nilai rata-rata akhir konsentrasi (mg/L) NK = Nilai analisa terkecil (mg/L)
NB = Nilai analisa terbesar (mg/L)