• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Subkronik Pemberian Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Hati Tikus Galur Wistar dengan Pemeriksaan SGOT dan SGPT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Efek Subkronik Pemberian Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Hati Tikus Galur Wistar dengan Pemeriksaan SGOT dan SGPT"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Efek Subkronik Pemberian……(Dian dkk.)

77

Efek Subkronik Pemberian Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma domestica Val) Terhadap Hati Tikus Galur Wistar dengan Pemeriksaan SGOT dan SGPT

Dian Kresnadipayana1*, Soebiyanto2, Ratna Herawati Subianto1, Ragil Faradilla1

1Program Studi D-IV Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia Budi

2Program Studi D-III Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Setia Budi

*E-mail: dian.kresnadipayana@gmail.com

Abstract

Turmeric (Curcuma domestica Val) is one of the biological wealth used by the community, the part that is often used is the rhizome as traditional herbal medicine. In society, the consumption of turmeric is often not controlled primarily in the form of herbal medicine, so testing is needed to determine the safety of its use. This study aims to determine the effects caused by consuming turmeric for a long time.Turmeric extract was produced through maceration processes using 70% ethanol. Treatment groups were given turmeric ethanol extract at a dose of 600 mg/kg body weight, 700 mg/kg body weight, 800 mg/kg body weight, 900 mg/kg body weight, 1000 mg/kg body weight. This study lasted 28 days. Examination of SGOT and SGPT levels was carried out on day 0 and day 28. The results showed that SGOT levels at a dose of 600 mg/kg BW increased by 8%, doses of 700, 800, and 900 mg/kg BW increased by 9% and doses of 1000 mg/kg BB increased by 10%. Whereas SGPT levels at a dose of 600 mg/kg BB increased by 4%, doses of 700, 800 and 900 mg/kg BW increased by 5% and doses of 1000 mg/kg BB increased by 6%. From these results, the administration of turmeric ethanol extract for 28 days can increase SGOT and SGPT levels but is still in the normal range.

Keywords: turmeric (Curcuma domestica Val.), liver, SGOT, SGPT

Abstrak

Kunyit (Curcuma domestica Val) merupakan salah satu kekayaan hayati yang digunakan oleh masyarakat, bagian yang sering digunakan adalah rimpangnya sebagai jamu tradisional. Dalam masyarakat, konsumsi kunyit sering tidak terkontrol utamanya dalam bentuk jamu, sehingga diperlukan pengujian untuk mengetahui keamanan penggunaannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek yang ditimbulkan jika mengkonsumsi kunyit dalam jangka waktu lama.

Ekstrak kunyit yang dihasilkan melalui proses maserasi menggunakan etanol 70%. Pada penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar. Kelompok perlakuan diberi ekstrak etanol kunyit dengan dosis 600 mg/kgBB, 700 mg/kgBB, 800 mg/kgBB, 900 mg/kgBB, 1000 mg/kgBB. Penelitian ini berlangsung selama 28 hari. Pemeriksaaan kadar SGOT dan SGPT dilakukan pada hari ke-0 dan hari ke-28. Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar SGOT pada dosis 600 mg/kg BB terjadi peningkatan sebesar 8%, dosis 700, 800, dan 900 mg/kg BB terjadi peningkatan sebesar 9% dan dosis 1000 mg/kg BB terjadi peningkatan sebesar 10%. Sedangkan kadar SGPT pada dosis 600 mg/kg BB terjadi peningkatan sebesar 4%, dosis 700, 800, dan 900 mg/kg BB terjadi peningkatan sebesar 5% dan dosis 1000 mg/kg BB terjadi peningkatan sebesar 6%. Dari hasil studi ini, pemberian ekstrak etanol kunyit selama 28 hari dapat meningkatkan kadar SGOT dan SGPT tetapi masih dalam rentang normal.

Kata Kunci: kunyit (Curcuma domestica Val), hati, SGOT, SGPT

(2)

Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman hayati. Seiring dengan gerakan back to nature, pemanfaatan kekayaan hayati dalam dunia kesehatan makin diminati oleh masyarakat untuk mengatasi berbagai penyakit. Kunyit merupakan salah satu kekayaan hayati yang telah dikenal dan digunakan oleh masyarakat secara luas dengan bagian yang sering digunakan berupa rimpangnya untuk keperluan jamu tradisional, bumbu dapur dan kosmetik.1 Konsumsi kunyit dalam masyarakat sering tidak terkontrol terutama dalam bentuk jamu yang dikonsumsi rutin dan dalam jangka waktu lama. Sementara itu, belum dapat dipastikan bahwa konsumsi kunyit aman atau tidak terutama pada hati karena diprediksi terdapat 64 kandungan senyawa di dalam kunyit yang bersifat hepatotoksik dan 184 senyawa bersifat toksigenik sehingga diperlukan pengujian toksisitas pada kunyit.2

Salah satu organ vital yang diamati dalam uji toksisitas adalah hati. Hati merupakan organ yang berperan dan berfungsi dalam metabolisme dan ekskresi toksik dari senyawa eksogen dan endogen dalam tubuh (detoksifikasi).3 Hati dapat mengalami kerusakan atau masalah yang dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya penggunaan obat-obatan yang sering dikonsumsi dan melebihi kadar atau dosis, alkohol, virus dan bakteri.4

Pengujian toksisitas subkronik terhadap rimpang kunyit untuk menilai fungsi hati menggunakan parameter pemeriksaan Serum Glutamic Oxalacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT). SGOT dan SGPT adalah enzim yang dapat ditemukan pada sel-sel di hati. Jika hati mengalami kerusakan baik kerusakan fungsi hati secara akut maupun kronis maka kadar enzim SGOT dan SGPT akan naik. Kenaikan kadar enzim transaminase serum disebabkan oleh sel-sel hati yang mengalami nekrosis atau mengalami kerusakan. Enzim-enzim tersebut kemudian keluar dari sel hati dan masuk ke dalam peredaran darah. Kadar

berat, dan penyakit pada saluran pencernaan.1 Penelitian sebelumnya dengan pemberian ekstrak etanol kunyit (Curcuma domestica Linn) pada dosis 50, 100 dan 200 mg/kgBB tidak menyebabkan toksisitas.5

Tujuan studi ini untuk mengetahui efek pemberian ekstrak etanol kunyit (Curcuma domestica Val) terhadap kadar SGOT dan SGPT pada tikus galur Wistar dengan menggunakan dosis yang lebih tinggi dari penelitian sebelumnya selain menentukan ada tidaknya efek toksik terhadap hati dan pengaruh pemberian ekstrak kunyit subkronik terhadap berat badan pada hewan coba.

Metode

Pembuatan ekstrak etanol kunyit

Bahan sampel yang digunakan adalah rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.).

Bahan kimia yang digunakan dalam ekstraksi ini adalah etanol 70% dan CMC Na. Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) diperoleh dalam keadaan basah, lalu dicuci dengan menggunakan air yang mengalir, diiris tipis kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 40-50ºC selama 1 jam 30 menit. Kunyit yang telah kering kemudian digiling dan diayak.

Pembuatan ekstrak etanol kunyit menggunakan metode maserasi. Cara pembuatannya, yaitu dengan mengambil serbuk kunyit sebanyak 1000 gram lalu dimasukkan ke dalam botol berwarna gelap dan ditambahkan etanol 70% sebanyak 7,5 L dan didiamkan selama 6 hari sambil sesekali dikocok. Kemudian larutan disaring dan sisa ampas dibilas dengan 2,5 L etanol lalu disaring kembali. Filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan evaporator hingga didapatkan ekstrak yang kental.6

Preparasi hewan uji dan penetapan dosis Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur wistar yang berumur 2-3 bulan dengan berat badan berkisar 150-200 gram. Berat badan hewan ditimbang di awal sebelum pengujian

(3)

Efek Subkronik Pemberian……(Dian dkk.)

79 efek subkronik dilakukan. Pemantauan

kenaikan berat badan dilakukan seminggu dua kali untuk mengetahui efek subkronik ekstrak kunyit dapat mempengaruhi berat badan hewan uji. Hewan ditimbang setiap hari untuk menentukan volume sediaan uji yang akan diberikan.7

Untuk pengujian dilakukan pengelompokan secara acak, terdiri dari 30 ekor tikus yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu 5 kelompok untuk perlakuan dan 1 kelompok untuk kontrol (diberikan akuades).

Dosis sediaan uji ekstrak etanol kunyit yang digunakan pada penelitian ini dibuat dengan tiga variasi, yaitu dosis rendah (600 mg/kgBB[Dosis 1]) dan (700 mg/kgBB [Dosis 2]), dosis sedang (800 mg/kgBB[Dosis 3]) dan (900 mg/kgBB[Dosis 4]), serta dosis tinggi (1000 mg/kgBB[Dosis 5]). Sediaan uji akan diberikan setiap hari selama 28 hari.

Penelitian telah mendapatkan ijin dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan RSUD Dr.

Moewardi dan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang mengeluarkan, dengan nomor 287/III/HREC /2019.

Pengambilan dan pemeriksaan darah Pengambilan darah di lakukan pada awal dan akhir pengujian. Darah diambil dari vena mata menggunakan mikropipet sebanyak 3 ml. Darah kemudian dimasukan ke dalam tabung sentrifuse, kemudian disentrifugasi selama 15 menit dengan kecepatan 3000 rpm.

Selanjutnya serum dipisahkan dan disimpan dalam lemari beku (-20ºC) untuk pemeriksaan SGOT dan SGPT. Pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT dalam serum dilakukan pada awal pengujian (t0) dan 28 hari (t28) dengan metode optimized UV test. Pengujian dilakukan dengan cara memipet 100µL serum uji dan direaksikan dengan 1000 µL pereaksi uji dalam tabung reaksi, dihomogenkan dengan bantuan vortex. Absorbansi diukur dengan spektrofotometer suhu 37°C panjang gelombang 340 nm.7

Analisis Data

Data penelitian diperoleh dari hasil pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT pada (t0) dan (t28) sebagai parameter kerusakan fungsi hati. Uji normalitas dilakukan dengan uji Shapiro-Wilk, yang kemudian dilanjutkan dengan Levene’s test untuk menilai homogenitas. Analisis inferensial dengan uji Two-Way Anova dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kunyit secara oral terhadap kadar SGOT pada darah tikus sebelum dan sesudah perlakuan pada setiap kelompok percobaan. Semua analisis dilakukan menggunakan program SPSS for Windows® versi 25 dengan tingkat kebermaknaan p value <0,05.

Hasil

Hasil pemantauan berat badan (Tabel 1) menunjukkan rata-rata peningkatan berat badan setiap minggunya pada setiap kelompok kontrol (akuades), dosis 1 (600 mg/kgBB), dosis 2 (700 mg/kgBB), dosis 3 (800 mg/kgBB), dosis 4 (900 mg/kgBB) dan dosis 5 (1000 mg/kgBB). Hasil kenaikan berat badan berarti pada beberapa kelompok dosis 2, 3, 4 dan 5. Tikus yang mati pada terdapat pada pemberian dosis 2, 3, 4 dan 5. Tikus yang mati dikarenakan adanya perkelahian antar tikus dalam satu kelompok.

(4)

Tabel 1. Hasil pemantauan berat badan tikus

Kelompok No t0 (gr)

t7 (gr)

t14 (gr)

t21 (gr)

t28 (gr)

Kenaikan berat badan selama 28 hari (%)

Kontrol 1 205 207 234 247 251 22,44

2 238 240 176 220 225 -5,46

3 185 186 177 190 195 5,41

4 175 178 208 178 179

2,29

5 220 225 223 230 238

8,18

Dosis 1 1 215 218 203 213 229

6,51

2 201 203 182 188 207 2,99

3 190 192 183 199 206 8,42

4 191 195 182 192 202

5,76

5 159 161 122 135 161

1,26

Dosis 2 1 188 190 191 191 213 13,30

2 183 185 186 192 207 13,11

3 205 206 207 205 227

10,73

4 187 189 195 201 218

16,58

5 186 189 Mati Mati Mati Mati

Dosis 3 1 188 191 194 195 201 6,91

2 202 204 201 207 225

11,39

3 211 213 207 226 249

18,01

4 224 226 220 234 245

9,38

5 228 230 210 231 Mati

Mati

Dosis 4 1 177 178 162 195 213 20,34

2 170 172 144 163 173 1,76

3 182 186 Mati Mati Mati

Mati

4 117 118 185 194 221

88,89

5 151 152 149 177 186 23,18

Dosis 5 1 169 171 167 178 197 16,57

2 178 181 172 172 198

11,24

3 195 196 181 202 234

20,00

4 186 189 198 188 Mati

Mati

5 153 159 146 153 180

17,65

Hasil pemeriksaan menunjukkan rata-rata kadar SGOT pada tiap dosis mengalami peningkatan dibandingkan dengan kelompok kontrol (Gambar 1 dan 2). Pada dosis 600 mg/kg BB terjadi peningkatan

sebesar 8%, dosis 700, 800, dan 900 mg/kg BB terjadi peningkatan sebesar 9% dan dosis 1000 mg/kg BB terjadi peningkatan sebesar 10%.

(5)

Efek Subkronik Pemberian……(Dian dkk.)

81

Gambar 1. Grafik kenaikan kadar SGOT pada berbagai variasi dosis Keterangan:

t0 : Rata-rata kadar SGOT Hari ke-0 t28 : Rata-rata kadar SGOT Hari ke-28 Kelompok Kontrol : Akuades

Kelompok Dosis 1 : 600 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 4 : 900 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 2 : 700 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 5 : 1000 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 3 : 800 mg/kg BB Tikus

Gambar 2. Grafik kenaikan kadar SGOT Keterangan:

t0 : Rata-rata kadar SGOT Hari ke-0 t28 : Rata-rata kadar SGOT Hari ke-28 Kelompok Kontrol : Akuades

Kelompok Dosis 1 : 600 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 3 : 800 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 2 : 700 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 4 : 900 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 5 : 1000 mg/kg BB Tikus

(6)

Sementara hasil pemeriksaan SGPT menunjukkan rata-rata kadar SGPT pada tiap

dosis mengalami peningkatan dibandingkan dengan kelompok kontrol. (Gambar 3 & 4).

Gambar 3. Grafik kenaikan kadar SGPT pada berbagai variasi dosis Keterangan:

t0 : Rata-rata kadar SGPT Hari ke-0 t28 : Rata-rata kadar SGPT Hari ke-28 Kelompok Kontrol : Akuades

Kelompok Dosis 1 : 600 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 4 : 900 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 2 : 700 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 5 : 1000 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 3 : 800 mg/kg BB Tikus

Gambar 4. Grafik kenaikan kadar SGPT

Keterangan:

t0 : Rata-rata kadar SGPT Hari ke-0 t28 : Rata-rata kadar SGPT Hari ke-28 Kelompok Kontrol : Akuades

Kelompok Dosis 1 : 600 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 4 : 900 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 2 : 700 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 5 : 1000 mg/kg BB Tikus Kelompok Dosis 3 : 800 mg/kg BB Tikus

(7)

Efek Subkronik Pemberian……(Dian dkk.)

83 Berdasarkan hasil uji post hoc dapat

diketahui bahwa kenaikan kadar SGOT yang paling tinggi terdapat pada dosis 1000 mg/kg BB. Data dari hasil pemeriksaan kadar SGPT tikus pada hari ke-0 dan hari ke- 28 kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik.

Analisis kadar diawali dengan analisis Shapiro-Wilk diperoleh data yang terdistribusi normal dengan nilai p≥0,05, kemudian dilanjutkan dengan dengan uji Levene’s test, pada uji ini diperoleh data dengan nilai p≥0,05 yang berarti data tersebut homogen, kemudian dilanjutkan dengan analisis uji Two-Way Anova yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh pemberian ekstrak kunyit secara oral terhadap kadar SGPT pada darah tikus sebelum dan sesudah perlakuan pada setiap kelompok perlakuan. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa nilai signifikansi (≥0,05), yang berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara waktu (sebelum dan sesudah) dengan perlakuan terhadap kadar SGPT. Berdasarkan hasil uji post hoc dapat diketahui bahwa pada dosis 800 mg/kg BB, 900 mg/kg BB, dan 1000 mg/kg BB tidak ada perbedaan yang bermakna.

Pembahasan

Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada manusia, sehingga dapat ditentukan dosis penggunaan demi keamanan manusia.7 Uji toksisitas terdiri dari pengujian toksisitas akut, subkronis dan kronis. Uji toksisitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji toksisitas subkronis selama 28 hari karena waktuya dinilai lebih efisien.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan tikus putih sebagai hewan coba karena berkembang biak dengan cepat dan mudah dipelihara dalam jumlah yang banyak.8

Berat badan tikus pada perlakuan dosis 2, 3, 4 dan 5 mengalami kenaikan yang berarti.

Hal ini dikarenakan bertambahnya nafsu makan dari tikus yang diberikan ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val) per oral.

Indikasi bertambahnya nafsu makan juga ditandai dengan perkelahian antar satu kelompok karena saling berkompetisi mendapatkan makanan dan tikus mengalami luka-luka serta satu diantaranya mati karena perkelahian tersebut. Kelompok tikus yang mati akibat perkelahian juga dijumpai pada kelompok dosis 2, 3, 4 dan 5. Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilaporkan bahwa tikus dengan asupan oral kunyit (Curcuma longa) dengan dosis 100 mg/kg BB per hari selama 3 hari dapat meningkatkan berat badan tikus.9 Penelitian yang lain bahwa beberapa pasien dengan mengonsumsi kapsul kurkumin (kunyit) 360 mg selama 10-30 hari meningkatkan berat badan pasien.10 Selain itu, konsumsi kunyit pada anak-anak juga menyebabkan nafsu makan menjadi bertambah.11

Enzim SGOT merupakan enzim yang diproduksi di hati, yang lalu dikeluarkan ke dalam darah bersama-sama dengan enzim SGPT.12 Nilai rata-rata hasil kadar SGOT pada hari ke-28 di atas menunjukan bahwa kadar SGOT masih dalam rentang nilai normal, namun mengalami peningkatan pada setiap kelompok dosis dengan kenaikan kadar tertinggi terjadi pada dosis 1000 mg/kg BB tikus. Rentang normal kadar SGOT tikus berkisar antara 54-298 U/L.12 Kenaikan kadar enzim SGOT dalam darah tidak dapat menunjukann kerusakan hanya pada sel hati, melainkan dapat pula menunjukkan adanya kerusakan pada otot atau jantung karena enzim ini tidak hanya terdapat di hati namun juga terdapat pada otot dan jantung sehingga aktifitas fisik dapat berpengaruh pada aktivitas SGOT.5

Kadar SGPT digunakan sebagai parameter karena kadar enzim ini berbanding lurus dengan keadaan hati, yaitu semakin tinggi kadarnya di dalam darah maka semakin parah kerusakan hati.5 Rentang normal kadar SGPT tikus berkisar antara 17-77 U/L.13 Kadar SGPT pada setiap kelompok rata-rata mengalami kenaikan. Adanya peningkatan kadar SGPT menggambarkan adanya

(8)

Kenaikan kadar SGOT dan SGPT dapat dipengaruhi faktor lain seperti stres, lingkungan dan pakan yang dapat meningkatkan radikal bebas.14 Stres oksidatif menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim SGOT dan SGPT. Stres oksidatif terjadi akibat adanya radikal bebas yang dapat menimbulkan penyakit kronis seperti kerusakan hati, kanker, serangan jantung dan penurunan fungsi ginjal.15 Pemberian senyawa kimia secara terus menerus dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas di dalam hati, kemudian menyebabkan peroksidasi lipid pada membran sel dan mengganggu aktivitas sitokrom P-450 yang berfungsi pada proses biotransformasi (sebagai katalis proses oksidasi). Hal ini akan menghambat reaksi fase I pada proses biotransformasi yang akan menyebabkan kegagalan mekanisme detoksifikasi di hati. Hasil uji fitokimia yang diteliti menunjukan bahwa kunyit mengandung flavonoid, alkaloid, steroid/terpenoid dan saponin.16 Saponin dengan konsentrasi yang tinggi dapat mengeluarkan protein di dalam organel sel, seperti kompleks Golgi dan retikulum endoplasma. Pemberian saponin mengakibatkan membran plasma menjadi permeabel yang dinilai dengan keluarnya 50% dari total lactate dehydrogenase (LDH) yaitu suatu protein yang terlarut dalam sitosol.17

Kenaikan kadar SGOT dan SGPT yang masih dalam batas normal diduga karena adanya senyawa antioksidan flavonoid yang dapat menghambat kerusakan hati dengan cara mengikat radikal bebas sehingga dampak terhadap hati menjadi berkurang.17 Selain itu, adanya senyawa kurkumin diduga dapat meningkatkan apoptosis pada kerusakan hati sehingga hal ini yang mungkin menjadi mekanisme proteksi.18 Hasil pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan bahwa ekstrak etanol rimpang kunyit tidak bersifat toksik.5 Dari hasil penelitian ini dan penelitian sebelumnya maka pemberian ekstrak etanol rimpang

900 mg/kg BB dan 1000 mg/kg BB selama 28 hari tidak meningkatkan kadar SGOT dan SGPT di atas nilai normal sehingga penggunaan kunyit pada dosis 1000 mg/kg BB diperkirakan tidak menimbulkan toksisitas hati jika digunakan dalam jangka waktu lama.

Kesimpulan

Pemberian ekstrak etanol kunyit (Curcuma domestica Val) dapat meningkatkan kadar SGOT secara signifikan, namun tidak meningkatkan kadar SGPT secara bermakna.

Kenaikan kadar SGOT dan SGPT masih berada dalam rentang yang normal.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih ditujukan kepada Yayasan Setia Budi melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Setia Budi Surakarta yang telah mendanai penelitian internal pada skim Penelitian Terapan Batch II tahun anggaran 2019/2020 dengan nomor kontrak yaitu 1/LPPM /USB/PT/XI/2019.

Daftar Rujukan

1. Hartono H, Nurwati I, Ikasari F, Wiryanto W.

Pengaruh Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap Peningkatan Kadar SGOT dan SGPT Tikus Putih (Rattus norvegicus) akibat Pemberian Asetaminofen. Biofarmasi.

2005;3(2):57–60.

2. Balaji S, Chempakam B. Toxicity prediction of compounds from turmeric (Curcuma longa L).

Food Chem Toxicol [Internet]. 2010;48(10):2951–9.

Available from:

http://dx.doi.org/10.1016/j.fct.2010.07.032 3. Wahyuni FS, Putri IN, Arisanti D. Uji Toksisitas

Subkronis Fraksi Etil Asetat Kulit Buah Asam Kandis (Garcinia cowa Roxb.) terhadap Fungsi Hati dan Ginjal Mencit Putih Betina. J Sains Farm dan Klin. 2017;3(May):202–12.

4. Syafitri M, Tejasari M, Tresnasari C. Pemberian Ekstrak Daun Sirsak Jangka Panjang Menyebabkan Cedera Jaringan Hati yang Bersifat Reversibel Morphological Changes of Rat ’ s Liver System by Giving Soursop Leaves Extract in the Long-Term.

(9)

Efek Subkronik Pemberian……(Dian dkk.)

85

Bandung Meet Glob Med Heal. 2017;1(22):120–4.

5. Maharani HW, Syaiful M, Bachri. Efek Pemberian Subkronis Ekstrak Etanol Turmeric Rhizome (Curcuma longa Linn.) Pada Hati Tikus. Media Farm. 2015;12(2):213–24.

6. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.

2000. 1-68 p.

7. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Peraturan Kepala Badan Pengawan Obat dan Makanan no. 7 tahun 2014 tentang Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara in Vivo. 2014.

8. Tolistiawaty I, Widjaja J, Sumolang PPF. Gambaran Kesehatan pada Mencit (Mus musculus) di Instalasi Hewan Coba. J Vektor Penyakit [Internet].

2014;8(1):27–32. Available from:

http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/vekt orp/article/view/7527

9. Bastaki SMA, Majed M, Ahmed A, Zaabi A Al, Amir N, Adeghate E. Effect of turmeric on colon histology , body weight , ulcer , IL-23 , MPO and glutathione in acetic-acid-induced inflammatory bowel disease in rats. BMC Complement Altern Med [Internet]. 2016;72(16):1–14. Available from:

http://dx.doi.org/10.1186/s12906-016-1057- 10. SC, Patchva S, Aggarwal BB. Review Article

Therapeutic Roles of Curcumin : Lessons Learned from Clinical Trials. 2013;15(1) Available from:

https://doi.org/10.1208/s12248-012-9432-8.

11. Marni M, Ambarwati R. Khasiat Jamu Cekok Terhadap Berat Peningkatan Pada Badan Anak. J Kesehat Masy [Internet]. 2015;11(1):102–11.

Available from:

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas%0 AKHASIAT

12. Rahayu L, Yantih N, Supomo Y. Analisis SGPT dan SGOT pada Tikus yang Diinduksi Isoniazid untuk Penentuan Dosis dan Karakteristik Hepatoprotektif Air Buah Nanas (Ananas comosus L . Merr) Mentah (Analysis of SGPT and SGOT in Isoniazid-induced Rats for Dose Determination and

Hepatopro. J Ilmu Kefarmasian Indones.

2018;16(1):100–6.

13. Upadhyay P, Shukla R, Kumar S. Biomedicine &

Pharmacotherapy Acute and sub-acute toxicity study of hydro-alcoholic leaves extract of Reinwardtia indica in rats. Biomed Pharmacother [Internet]. 2019;111(October 2018):36–41.

Available from:

https://doi.org/10.1016/j.biopha.2018.12.056 14. Wahdaningsih S, Setyowati EP, Wahyuono S.

Aktivitas Penangkap Radikal Bebas dari Batang Pakis (Alsophila glauca J . Sm ). Maj Obat Tradis [Internet]. 2011;16(3):156–60. Available from:

https://jurnal.ugm.ac.id/TradMedJ/article/view/805 3/6244

15. Suaniti NM, Manurung M. Isoprostan Urin Sebagai Biomarka Keracunan Etanol dan Upaya Detoksikasinya dengan Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis. J Vet. 2016;17(36):647–50.

16. Agustina S, Wiraningtyas A. Skrining Fitokimia Tanaman Obat di Kabupaten Bima. Cakra Kim [Internet]. 2016;4(1):71–6. Available from:

https://ojs.unud.ac.id/index.php/cakra/article/view/

21426

17. Treinen-Moslen M. Casarett & Doull ’ s Toxicology. In: Casarett & Doull’s Toxicology: The Basic Science of Poisons 6th edition [Internet].

2001. p. 312–24. Available from:

http://index-of.co.uk/Tutorials-2/Toxicology The Basic Science of Poisons 6th edition-Casarett &

Doul.pdf

18. Shankar A, Shankar A, Shankar A. Homeopathy

& Ayurvedic Medicine Ayurveda a Boon for Epileptics. J Homeop Ayurv Med. 2013;2(4):2–5 Available from: https://doi.org/10.4172/2167-1206 .1000134.

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat- Nya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Validasi Metode Analisis Metoprolol Dalam Plasma

Sementara kata bala 2 dalam bahasa Ende bermakna „bencana atau malapetaka, musibah, sesuatu yang menimbulkan kesulitan.‟ berdasarkan kedua bentuk kata bala

selanjutnya dicari besar pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dengan lembar kegiatan siswa (LKS) terhadap hasil belajar matematika materi

Hubungan kecerdasan sosial dengan perilaku agresif pada siswa SMK muhammadiyah Piyungan Yogyakarta. Skripsi

tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mokhtari, dkk di Isfahan, Iran pada tahun 2014 dimana perempuan merupakan jenis kelamin

DEA AZHAR FADHILAH, D1514028, PROSEDUR PERPANJANGAN IZIN TINGGAL KUNJUNGAN KEPADA MAHASISWA ASING DI KANTOR IMIGRASI KELAS I YOGYAKARTA, Program Studi Diploma III

[r]

In summary, this study not only broadens the scope of binary choice models to embrace nonlinear, nonparametric, multifac- tor models in the presence of many predictors, but