• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI Kedisiplinan Pengertian Kedisiplinan. Menurut Hurlock (dalam Tu u, 2004) mengatakan Istilah disiplin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI Kedisiplinan Pengertian Kedisiplinan. Menurut Hurlock (dalam Tu u, 2004) mengatakan Istilah disiplin"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Kedisiplinan

2.1.1 Pengertian Kedisiplinan

Menurut Hurlock (dalam Tu’u, 2004) mengatakan Istilah disiplin berasal dari bahasa latin “disciplina” yang menunjuk kepada kegiatan belajar mengajar. Istilah tersebut sangat dekat dengan istilah bahasa inggris disciple yang berarti seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seseorang pemimpin. Guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. budaya merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kedisiplinan dimana individu itu dilahirkan. Budaya mengantri merupakan salah satu bentuk tingkat pencapaian dalam hal mengajarkan kedisiplinan yang terdapat di kurikulum pendidikan anak usia dini saat ini. Dalam istilah bahasa inggris lain discipline berarti (1) taat, tertib, atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri, kendali diri; (2) latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu sebagai kemampuan mental atau karakter moral; (3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki; (4) kumpulan atau system peraturan-peraturan bagi tingkah laku.

Dari uraian diatas penulis dapat menyimpulakan bahwa, disiplin sebagai latihan yang bertujuan untuk membentuk perilaku seseorang.

(2)

7

Kedisiplinan sangat penting untuk anak usia dini, apabila kedisiplinan terus menerus diterapkan pada anak maka anak akan terbiasa dalam mengendalikan perilakunya dengan baik dan teratur.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan Anak Usia Dini Menurut Purwanto (dalam Jurnal Desti, 2014) kedisiplinan anak dapat dilihat dalam 3 aspek yaitu:

1) Lingkungan Keluarga

Yang dimaksud dengan disiplin lingkungan keluarga adalah peraturan dirumah mengajarkan anak apa yang harus dan apa yang boleh dilakukan dirumah atau dalam hubungan dengan anggota keluarga. Disiplin keluarga mempunyai peran penting agar anak segera belajar dalam hal prilaku. Lingkungan keluarga sering disebut lingkungan pertama didalam pendidikan dan sangat penting dalam membetuk pola kepribadian anak, karena dalam keluarga anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma. Aspek disiplin dilingkungan keluarga, meliputi: (a) Mengerjakan tugas sekolah di rumah, (b) Mempersiapkan keperluan sekolah dirumah.

2) Lingkungan Sekolah

Yang dimaksud dengan disiplin lingkungan sekolah adalah peraturan, peraturan ini mengatakan pada anak apa yang harus dan apa yang tidak boleh dilakukan sewaktu dilingkungan sekolah.

(3)

8

Disiplin sekolah merupakan hal yang sangat penting dalam peraturan dan tata tertib yang ditunjukan pada anak. Apabila disiplin sekolah telah menjadi kebiasaan belajar, maka nantinya anak benar-benar menganggap kalau belajar disekolah adalah merupakan suatu kebutuhan bukan sebagai kewajiban atau tekanan. Aspek disiplin anak di lingkungan sekolah, meliputi : (a) Sikap anak dikelas, (b) Kehadiran siswa, (c) Melaksanakan tata tertib di sekolah.

3) Lingkungan Pergaulan

Yang dimaksud dengan disiplin lingkungan pergaulan adalah peraturan lapangan bermain terutama dipusatkan pada permainan dan olah raga. Peraturan itu juga mengatur tingkah laku kelompok.

Peraturan disini mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak prilaku yang disetujui anggota kelompoknya. Aspek disiplin anak di lingkungan pergaulan, meliputi: (a) Yang berhubungan dengan pinjam meminjam, (b) Yang berhubungan dengan disiplin waktu.

2.1.3 Indikator Kedisiplinan Anak

Berdasarkan Permendiknas No 58 tahun 2009 indikator perkembangan kemampuan anak usia 4-5 tahun sosial emosional yang bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan anak adalah: “ anak mampu menunggu giliran” dan diamati melalui aspek sebagai berikut:

(4)

9

(1) Anak dapat mengantri saat mencuci tangan,

(2) Anak dapat mengantri saat mengambil worksheet dari guru,

(3) Anak dapat mengantri saat mengumpulkan worksheet di depat kelas.

2.2 Pembiasaan Kegiatan Mengantri

2.2.1 Pengertian Pembiasaan Kegiatan Mengantri

Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan setiap hari dengan tidak terbebani hal atau kegiatan yang dilakukan diri sendiri.

Kementrian pendidikan nasional direktorat jenderal manajemen pendidikan dalam pedoman pembelajaran bidang pengembangan pembentukan perilaku di sekolah (2010) menyatakan bahwa pembiasaan di ambil dari kata “biasa”, yaitu sesuatu yang dikenal, tidak asing, sering dilihat, sering dikerjakan atau dilakukan. agar perbuatan menjadi biasa perlu dilakukan upaya membiasakan yaitu upaya agar sesuatu yang asalnya tidak dikenal menjadi dikenal, serta sesuatu yang hanya dikenal menjadi perilaku yang menetap dan terus-menerus dilakukan.

Menurut Mudjito (2007) tujuan pengembangan pembiasaan adalah menfasilitasi anak untuk menampilkan totalitas pemahaman ke dalam kehidupan sehari-hari, baik di sekolah maupun dilingkungan yang lebih luas (keluarga, kawan, masyarakat). Sedangkan menurut Muhamad, (2009) menyatakan dengan pembiasaan ini dapat menanamkan perilaku baik dalam menanamkan disiplin diri pada peserta didik untuk melakukan

(5)

10

kegiatan yang dilakukan dengan sendiri tanpa ada paksaan. Menanamkan kebiasaan antri sangat penting dilakukan sedini mungkin. Pembiasaan antri ini dilakukan agar anak terbiasa untuk bersikap antri bukan hanya di sekolah tetapi dimanapun mereka berada baik di rumah maupun di lingkungan masyarakat. Banyak hal yang dapat dipelajari oleh anak, contohnya melalui kegiatan antri mencuci tangan anak dapat belajar menghargai teman, belajar sabar menunggu giliran, dan juga belajar untuk melakukan pola hidup teratur. pembiasaan sangat penting untuk anak. ketika pembiasaan terus dilakukan dengan membiasakan anak dalam hal apa saja yang berkaitan dengan disiplin diri, seperti membiasakan anak dalam hal mengantri, maka anak akan terbiasa melakukan suatu tindakan tanpa di beri arahan lagi.

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembiasaan

Sebagai metode-metode pendidikan lainnya di dalam proses pendidikan, metode pembiasaan tidak terlepas dari dua aspek yang saling bertentangan, yaitu kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan metode pembiasaan menurut Syaiful, (2003) adalah sebagai berikut:

(6)

11 a. Kelebihan metode pembiasaan

1) Pembentukan kebiasaan yang dilakukan dengan mempergunakan metode pembiasaan akan menambah ketepatan dan kecepatan pelaksanaan.

2) Pemanfaatan kebiasaan-kebiasaan tidak memerlukan banyak konsentrasi dalam pelaksanaannya.

3) Pembentukan kebiasaan membuat gerakan-gerakan yang kompleks dan rumit menjadi otomatis.

b. Kekurangan metode pembiasaan

1) Metode ini dapat menghambat bakat dan inisiatif murid. Hal ini oleh murid lebih banyak di bawa kepada konformitas (kesesuaian) dan diarahkan kepada uniformitas (keseragaman).

2) Kadang-kadang pelatihan yang dilakukan secara berulang-ulang merupakan hal yang monoton dan mudah membosankan.

3) Membentuk kebiasaan yang kaku karena murid lebih banyak ditujukan untuk mendapat kecakapan memberikan respon otomatis, tanpa menggunakan intelegensinya.

4) Dapat menimbulkan verbalisme (bersifat kabur atau tidak jelas) karena murid lebih banyak dilatih menghafal soal-soal dan menjawab secara otomatis.

(7)

12 2.2.3 Aspek-Aspek Pembiasaan

Menurut Nur (2009) Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik. Pembiasaan ini meliputi aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama, pengembangan sosio emosional dan kedisiplinan. Dari program pengembangan moral dan nilai-nilai agama diharapkan dapat meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan yang maha Esa dan membantu terbinanya sikap anak yang baik.

Dan dengan pengembangan sosio emosional anak diharapkan dapat memiliki sikap membantu orang lain, dapat mengendalikan diri dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Adapun bentuk-bentuk Pembiasaan pada anak dapat dilaksanakan dengan cara berikut:

1) Kegiatan rutin, adalah kegiatan yang dilakukan di sekolah setiap hari, misalnya berbaris, berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.

2) Pemberian teladan adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi teladan/contoh yang baik kepada anak, misalnya memungut sampah di lingkungan sekolah dan sopan dalam bertutur kata.

(8)

13

2.2.4 Tahap-Tahap pembiasaan mengantri

Fathia (2013) mengungkapkan bahwa anak dikatakan disiplin apabila melakukan tahap-tahap sebagai berikut :

1) Anak belajar bersabar menunggu gilirannya tiba terutama jika ia di antri paling belakang.

2) Belajar tabah dan sabar menjalani proses dalam mencapai tujuan.

3) Anak belajar berdisiplin dan tidak menyerobot hak orang lain.

4) Anak belajar disiplin teratur dan kerapian 5) Belajar juror pada diri sendiri dan orang lain

2.2.5 Fungsi Pembiasaan

Mudjito (2007) mengemukakan lima fungsi pengebangan pembiasaan adalah memfasilitasi anak untuk:

1) Menyadari atau mengenal perilaku yang dikehendaki dalam kehidupan sehari-hari.

2) Mentolerir adanya ragam perilaku yang mencerminkan adanya keragaman nilai.

3) Menerima perilaku yang dikehendaki dan menolak perilaku yang tidak dikehendaki, baik oleh diri sendiri maupun orang lain.

(9)

14

4) Memilih perilaku yang mencerminkan nilai-nilai yang dikehendaki, misalnya, disiplin, mandiri, sopan, ramah, hormat, dan menghargai orang lain.

5) Menginternalisasi nilai-nilai yang baik sebagai bagian dari kepribadian yang menuntun perilaku sehari-hari.

2.2.6 Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian Eltin John (2009) dengan judul Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Anak di Kelas melalui Cerita, menemukan hasil menunjukkan terdapat peningkatan disiplin anak ketika belajar di dalam kelas.

Hasil penelitian Aisan Sanipon (2013) dengan judul Meningkatkan Kedisiplinan Anak Melalui Pembiasaan Di Kelompok B Paud Negeri Pembina Palu, menemukan hasil bahwa melalui metode pembiasaan dapat meningkatkan kedisiplinan anak.

Hasil penelitian Sapta Wibawati, Marwawi, Halida (2014) dengan judul Peningkatan Disiplin Melalui Pembiasaan Toilet Training Pada Anak Usia 4-5 Tahun, menemukan hasil bahwa Melalui pembiasaan toilet training dapat meningkatkan disiplin pada anak usia 4-5 tahun di TK Mujahidin I Pontianak.

(10)

15 2.2. Kerangka Berpikir

Untuk meningkatkan kedisiplinan anak maka berbagai macam metode yang digunakan supaya efektif namun peneliti menggunakan pembiasaan kegiatan mengantri dalam penelitian ini. Melalui pembiasaan kegiatan mengantri diharapkan kedisiplinan anak meningkat sesuai yang diharapkan, karena dengan pembiasaan kegiatan mengantri seorang guru bisa memanfaatkannya dengan baik alhasil pembelajaran akan berhasil terutama kedisiplinan anak dalam pembiasaan kegiatan mengantri. Melalui pembiasaan kegiatan mengantri dapat menambah gairah dan motivasi belajar anak. Dengan pembiasaan dapat menambah motivasi belajar anak sehingga perhatian anak terhadap kebiasaannya dalam kedisiplinan dapat lebih meningkat.

Menurut Arikunto (2009) Skema alur kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

(11)

16

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir pada Penelitian Tindakan Kelas.

2.3. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hipotesis tindakan dirumuskan menjadi : Pembiasaan kegiatan mengantri dapat menigkatkan kedisiplinan anak usia dini khususnya di Kelompok Bermain Satya Parahita Tegalrejo Salatiga.

KONDISI AWAL ANAK

TINDAKAN OLEH GURU

HASIL AKHIR ANAK

Diharapkan dengan pembiasaan kegiatan mengantri dapat

meningkatkan kedisiplinan anak.

Kedisiplinan anak masih kurang berkembang.

 Kedisiplinan Anak Akan Meningkat Setelah

Menggunakan pembiasaan

kegiatan mengantri

 Penerapan dalam pembiasaan

kegiatan mengantri

 Guru belum menggunakan pembiasaan

kegiatan mengantri

Meningkatnya kedisiplinan anak melalui pembiasaan kegiatan mengantri di Kelompok Bermain Satya Parahita.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir pada Penelitian Tindakan Kelas.

Referensi

Dokumen terkait

Berkaitan dengan komodifikasi rerajahan di Kecamatan Tabanan, maka dimensi westernisasi dari globalisasi tersebut lebih merupakan prinsip-prinsip kewirausahaan yang diterapkan tukang

Pada hubungan antara dokter dengan pasien, kebanyakan berbentuk perikatan ikhtiar, di mana untuk mencapai prestasi dokter harus berusaha semaksimal mungkin, sehingga prestasi

muncul tiba-tiba dan tidak diduga oleh pembaca sebelumnya, hal ini membuat mereka jadi lebih tertarik pada apa yang ingin kita ceritakan. • Tempatkan unsur kejutan

Pada unit perlakuan, pada umumnya terjadi penyembuhan total yang terjadi pada hari ke 8, sedangkan pada kontrol positif tidak mengalami penyumbuhan, bahkan terjadi

Setelah membuat file xml dan android manifest-nya, kita buat file java-nya misal dengan nama GTalkAPI.java seperti berikut : package com.eepis.android; import

Dari hasil penelitian yang saya lakukan di Hotel Four Point By Sheraton Makassar itu memiliki keterkaitan dengan peneliti terdahulu Randy Mars Tornado (2013)yang

menggunakan metode deskriptif dengan wawancara dan identifikasi dilapangan (Kristianti 2013) dan untuk menentukan potensi pada kawasan hutan adat Gunung Semarong

Alasan lainnya adalah karena deret konsonan dalam BT tidak dijumpai pada posisi awal maupun posisi akhir sebagai kata dasar... Namun, di dalam pelafalan tersebut ada 2