• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI EKONOMI KOTA METRO. Apriyana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS POTENSI EKONOMI KOTA METRO. Apriyana"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI EKONOMI KOTA METRO

( Skripsi ) Oleh

Apriyana

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2009

(2)

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF ECONOMICAL POTENTIAL IN METRO

By

APRIYANA

One of the point factors in building a region is economical potential. It shows the ability of economical resources which is produced by the region. And needs to be developed and increased in order to get more point for the next economical development. It means that economical development in every region in Indonesia should be appropriate with the potential and priority owned by each region. So that, the entire development becomes a whole unity to create social development. The ability of local government to observe the sector which has strength and weakness in its region becomes more important basic sector has better prospect to be developed.

From the explanation above the writer has questions, what sector that becomes the basic sector in Metro and how much the point of base multiplier. Then, the

development of economical basic sector can help the development of non-basic economical sector, In its role toward economic development in a certain region. The aims of the research are to know what sector that becomes the basic sector in the economy of Metro. And to know base multiplier value in economy basis sector.

The research uses second data, that is PDRB of Lampung province, PDRB of Metro in 2002-2007. The source of the data is taken from Kantor Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, Badan Pusat Statistik Kota Metro.

From the result of the analysis calculation LQ (location Quotient), shift-share analysis and base multiplier analysis, that the basic and potential sector is services sector with the highest point than other sector (LQ>1), it’s also supported by shift-share point, that is proportional shift-share of 24147,59999. Metro has a positive value than another larger region, it is Lampung province.

(3)

The result of the calculation shows that in 2003, it has the highest base multiplier point than other years. Base multiplier point in 2003 is

2352961:4218=557,8380749 it means that every basic income of 4218 is from its own basic sector and 557,8380749 is from non-basic sector.

Therefore, it’s known that services sector is the basic sector in Metro. The role of the basic sector is very important, but its development has different development. Based on the main requirement of the economical development, one of the requirements is structural change, from agricultural to economical industry. Structural change begins when the society changes from prime sector (agriculture) to the second sector (service). But, Metro doesn’t follow the steps of those

developments. Metro develops directly as a service sector (tarsier step) after it was agricultural basic sector (primer step).

(4)

ABSTRAK

ANALISIS POTENSI EKONOMI KOTA METRO Oleh

APRIYANA

Salah satu faktor penentu dalam pembentukan suatu daerah yakni potensi

ekonomi. Potensi ekonomi menunjukkan suatu kemampuan sumberdaya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah / wilayah yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan guna memberikan nilai tambah bagi pembangunan ekonomi selanjutnya. Hal ini mengandung pengertian bahwa pembangunan sektor-sektor ekonomi yang berlangsung pada setiap daerah di wilayah Indonesia harus disesuaikan dengan potensi yang dimiliki dan prioritas masing-masing daerah sehingga keseluruhan pembangunan merupakan satu kesatuan yang utuh dalam rangka mewujudkan pembangunan sosial. Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan / kelemahan di wilayahnya semakin penting. Sektor basis, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan. Dari uraian diatas penulis mengambil suatu permasalahan, sektor apa yang menjadi sektor basis di Kota Metro dan berapa nilai pengganda basis sehingga perkembangan pada sektor basis ekonomi dapat membantu perkembangan sektor non basis ekonomi dalam peran sertanya terhadap perkembangan ekonomi suatu daerah.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sektor apa yang menjadi sektor basis dalam perekonomian Kota Metro serta untuk mengetahui seberapa besar nilai pengganda basis pada sektor basis ekonomi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yakni data PDRB Provinsi Lampung, PDRB Kota Metro tahun 2002 – 2007.Sumber data diperoleh dari Kantor Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung, Badan Pusat Statistik Kota Metro.

Dari hasil perhitungan analisis LQ ( Location Quotient ), analisis Shift – Share dan analisis Pengganda Basis ( Base Multiplier ) bahwa sektor basis dan potensial adalah sektor jasa – jasa dengan nilai LQ tertinggi terhadap sektor lainnya ( LQ > 1 ). Serta didukung dengan nilai Shift – Share yaitu Proportional Share

( pertumbuhan ) sebesar 24147,59999 di Kota Metro memiliki nilai yang positif jika dibandingkan dengan wilayah yang lebih luas yaitu propinsi Lampung.

(5)

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada tahun 2003 memiliki nilai pengganda basis terbesar dibandingkan dengan tahun – tahun lainya. Nilai pengganda basis pada tahun 2003 yaitu 2352961 : 4218 = 557,8380749 berarti untuk setiap pendapatan basis 4218 berasal dari sektor basis itu sendiri dan 557,8380749 berasal dari sektor non basis.

Sehingga dapat diketahui bahwa sektor jasa – jasa sebagai sektor basis di Kota Metro. Peran sektor jasa – jasa sebagai sektor basis sangat penting. Sedangkan pada perkembangannya Kota Metro memiliki perkembangan yang berbeda. Berdasarkan persyaratan dasar pembangunan ekonomi salah satunya adalah perubahan struktural yang mengandung arti peralihan dari masyarakat pertanian menjadi ekonomi industri. Perubahan struktural dapat bermula dengan peralihan penduduk dari sektor primer ( pertanian ) ke sektor sekunder ( industri

manufaktur) dan kemudian sektor tersier ( jasa – jasa ). Akan tetapi Kota Metro tidak mengikuti tahapan perkembangan tersebut. Kota Metro berkembang secara langsung menjadi sektor jasa ( tahap tersier ) setelah Kota Metro berbasis sektor pertanian ( tahap Primer ).

(6)

ANALISIS POTENSI EKONOMI KOTA METRO

Oleh

Apriyana

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi

pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

(7)

Judul Skripsi : ANALISIS POTENSI EKONOMI KOTA METRO Nama Mahasiswa : APRIYANA

No. Pokok Mahasiswa : 0441021009

Jurusan : Ekonomi Pembangunan Fakultas : Ekonomi

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Rahmat, S.E NIP 130934492

2. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

Ambya, S.E, M.Si NIP 131689912

(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Rahmat, S.E ………..

Penguji Utama : Lies Maria Hamzah, S.E, M.E ……….

2. Dekan Fakultas Ekonomi

Toto Gunarto, S.E, M.Si NIP 131286446

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Baturaja pada tanggal 18 april 1986, merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan bapak Syaryanto dan ibu Maryani.

Penulis menyelesaikan Pendidikan formal di Taman Kanak-kanak Xaverius I Baturaja diselesaikan tahun 1992, Sekolah Dasar Xaverius I Baturaja diselesaikan tahun 1998, selanjutnya masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Xaverius I Baturaja diselesaikan tahun 2001, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri I Baturaja diselesaikan tahun 2004. Pada tahun yang sama Penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

Selain menjadi mahasiswa, penulis juga aktif dalam kegiatan intra kampus yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Progran Strata Satu Non Reguler ( BEMA

GRAMSTUNOR ) periode 2007-2008 sebagai sekretaris bidang IV ( Pengembangan Kerohanian ). Pada tahun 2007 penulis pernah mengikuti Kuliah Kunjung Lapang ( KKL ) di Bank Indonesia Pusat Jakarta, Bank Mandiri Pusat Jakarta dan studi banding ke Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, Keuangan dan

Perbankan Indonesia ( STEKPI ) Jakarta sebagai mata kuliah pengganti KKN ( Kuliah Kerja Nyata ).

(10)

Motto

“Anda tidak akan memiliki hari esok yang lebih baik jika anda hanya memikirkan masa lalu

sepanjang hari pada masa sekarang ini.” “Janganlah menyia-nyiakan waktu dengan menyesali masa lampau

ataupun mengeluh tentang perubahan-perubahan yang menganggu kenyataan ini

(11)

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Kupersembahkan karya yang sangat berarti ini kepada :

Papa dan Mama tercinta yang telah

mendoakan dalam setiap sujudnya, dan telah

memberikan kasih sayang, moral, spiritual yang takkan ternilai serta dengan penuh kesabaran menanti keberhasilanku,

Adikku tersayang Kirnop Syapriyanto

yang telah memotivasi dan mendorong aku untuk berjuang,

Seseorang yang kelak mendampingiku dan mengisi hari-hariku dengan penuh kasih sayang, perhatian dan pengertiannya padaku.

(12)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Analisis Potensi Ekonomi Kota Metro ”sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Toto Gunarto, S.E, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

2. Bapak Ambya, S.E, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung dan Pembimbing Akademik penulis. 3. Bapak Moneyzar Usman, S.E, M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.

4. Bapak Rahmat, S.E, selaku pembimbing utama yang dengan segala kesabaran memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti bagi penulis.

5. Ibu Lies Maria Hamzah S.E, M.E, selaku penguji utama atas semua saran dan kebaikannya.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung, terima kasih atas segala didikan dan ilmu yang bermanfaat.

(13)

7. Keluarga besar Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Lampung.

8. Badan Pusat Statistik Kota Metro yang telah memberikan bantuan data, referensi, bimbingan serta saran-saran dalam penulisan ini.

9. Papa tercinta, terima kasih untuk kasih sayang, pengorbanan dan doa yang tiada henti akhirnya penantian papa untuk lihat yana wisuda tiba saatnya semoga ini bisa buat papa bangga.

10. Mama terkasih, yana sayang sama mama. Makasih sudah jadi sahabat buat yana, yang selalu setia mendengarkan curhatan yana dan maaf kalo sikap yana masih manja. Makasih atas kasih sayang, pengorbanan, doa yang tulus dan semua yang sudah mama berikan padaku.

11. Adikku tersayang, Kirnop Syapriyanto terima kasih atas segala doa dan dukunganya ( jangan nakal ya sayang tetap harus rajin belajar karena untuk mencapai puncak itu memang perlu pengorbanan jadi tetap perjuangkan cita-citamu, ayuk akan selalu menjadi teman curhatmu ). Dan segenap keluarga besarku, terima kasih untuk semuanya.

12. Aa Acep Supriyadi, terima kasih untuk doa dan dukungannya selama ini dan jadi sahabat yang selalu mendengarkan keluh kesah yana. Makasih banyak buat semua pengorbanannya dan semoga jalan kita buat kesana dipermudah. 13. Sahabat-sahabatku : Citra Novalia, S.E, Gusniawati, Ana Anilawati,S.E,

Beniyus Legenta, S.E, Dian Fardiansyah, dan Wandi Fernando, S.E, makasih untuk kebersamaannya selama kita kuliah.

14. Sahabat-sahabat diAsrama Edelweis 1 dan 2 terima kasih untuk kebersamaan dan kekeluargaannya.

(14)

15. Teman-teman di Ekonomi Pembangunan 2004 :Citra, Nia, Ana, Alpi, Wendy, Tika, Nova, Linda, Mbak Aan, Dian, Beniyus, Beni, Arif, Prima, Yudi, Kharisma, Rudi KJ, Memed, Edi, Ade, Rahmat, Topan, Jonathan, Oza, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu makasih atas bantuan dan kerjasamanya serta kebersamaannya selama kuliah.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikkan mereka serta memberikan ridho-Nya kepada kita semua dan semoga karya ini bermanfaat bagi semuanya. Amin.

Bandar Lampung, Penulis

(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ……… iii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……… 1

B. Permasalahan ……….. 5

C. Tujuan Penulisan ………. 5

D. Kerangka Pemikiran ………... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Daerah ………... 9

B. Landasan Wilayah ……….. 11

C. Teori Basis Ekonomi ……….. 13

1. Teori Basis Richadson ………... 15

2. Teori Basis Robinson ………... 17

a. Metode LQ ( Location Quotient ) ……….. 19

b. Metode Shift-Share ………... 21

c. Metode Pengganda Basis ( Base Multiplier ) ……… 22

III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Metro ……… 23

1. Kondisi Wilayah Kota Metro ………. 23

2. Tenaga Kerja ……….. 26 3. Sosial ……….. 27 a. Pendidikan ……… 27 b. Kesehatan ………. 27 c. Agama ………... 28 4. Ekonomi ………. 28 a. Sektor Pertanian ……… 29 b. Sektor Industri ……….. 31

c. Sektor Transpotasi dan Komunikasi ………. 31

d. Sektor Perhotelan ……….. 32

e. Sektor Listrik Gas dan Air Bersih ………... 33

f. Sektor Bangunan dan Konstruksi ……….. 34

g. Sektor Jasa-jasa ………. 34

B. Data dan Sumber Data ……….. 35

C. Alat Analisis ……… 35

1. Metode LQ ( Location Quotient ) ……… 35

(16)

3. Metode Pengganda basis ( Base Multiplier ) ……... 40

IV. PEMBAHASAN A. Sektor – sektor yang menjadi sektor basis dan non basis dalam perkembangan ekonomi kota Metro ……… 42

1. Analisis LQ ( Location Quotient ) ………. 42

1.1. Tahun 2002 ……… 42 1.2. Tahun 2003 ……… 42 1.3. Tahun 2004 ……… 43 1.4. Tahun 2005 ……… 43 1.5. Tahun 2006 ……… 43 1.6. Tahun 2007 ……… 44

2. Analisis Shift Share ……….. 46

B. Nilai Pengganda Basis Ekonomi dalam Peran Sertanya Terhadap Perkembangan Ekonomi Kota Metro ……… 48

C. Implikasi Pembahasan ………... 48

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ……….. 51

B. Saran ………. 52 DAFTAR PUSTAKA

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. PDRB Propinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2002 – 2007 ……... 3 2. PDRB Kota Metro Menurut Lapangan Usaha

Atas Harga Konstan tahun 2000 tahun 2003 – 2007 ……… 4 3. Jumlah Sarana Kesehatan dan Tenaga Kesehatan

tahun 2003 – 2007 ……… 28 4. Pertumbuhan Ekonomi Kota Metro tahun 2003 – 2007 ….. 29 5. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Komoditas

Pertanian Subsektor Tanaman Pangan Di Kota Metro

tahun 2003 – 2007 ……… 30 6. Realisasi Pertumbuhan Industri kecil Kota Metro

Tahun 2003 - 2007 ………. 31 7. Perkembangan Penerimaan dan Pengiriman Paket,

Benda Pos dan surat tahun 2003 - 2007 ………. 32

8. Jumlah Hotel di Kota Metro tahun 2003 - 2007 …………. 33

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Kota Metro

Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-2005

2. Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) Propinsi Lampung Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2000-2005

3. Perhitungan Proportional Share 4. Perhitungan Differential Share 5. Perhitungan National Share

6. Perhitungan LQ ( Location Quotient ) tahun 2000 - 2005 7. Perhitungan Pengganda Basis ( Base Multilpier )

8. Peta Kota Metro

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional meliputi pembangunan pusat dan daerah. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan

permasalahan pembangunan daerah yang bersangkutan.

Adapun tujuan pembangunan daerah adalah :

1. Memanfaatkan potensi yang ada disetiap daerah yang bersangkutan untuk dikembangkan secara optimal.

2. Mengusahakan agar daerah-daerah terbelakang dapat berkembang dengan laju yang lebih cepat dari daerah-daerah lain sehingga akan mengurangi kesenjangan dalam kemajuan antar daerah dan pendapatan dalam golongan masyarakat dimasing-masing daerah, sehingga akan tercapai pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya secara regional.

3. Mengusahakan agar daerah-daerah yang masih terbelakang menjadi semakin maju yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam kehidupan nasional.

(20)

Salah satu faktor dalam pembentukan suatu daerah yakni potensi ekonomi, potensi ekonomi menunjukan suatu kemampuan sumber daya yang dihasilkan oleh suatu daerah yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan guna memberikan nilai tambah bagi pembangunan ekonomi selanjutnya.( Yudhitia, 2000 )

Sebelum ditingkatkan menjadi daerah otonom, Kota Metro bersatatus sebagai Kota Administratif yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1986 tanggal 14 agustus 1986. Perkembangan berikutnya dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999, Kota Admistratif Metro ditingkatkan menjadi Kotamadya Dati II Metro ( Kota Metro ) yang meliputi dua kecamatan dengan membawahi 12 Desa / Kelurahan. Kemudian berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 25 Tahun 2000 tanggal 16 Desember 2000 tentang pemekaran Kelurahan dan Kecamatan,di Kota Metro dimekarkan menjadi lima kecamatan yang membawahi 22 Kelurahan.

Untuk melihat gambaran pembangunan di Kota Metro, diperlukan data statistik yang merupakan ukuran kuantitas. Salah satunya adalah PDRB yang

menggambarkan keadaan perekonomian melalui angka pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita dan struktur ekonomi di Kota Metro. Data PDRB

menggambarkan potensi sekaligus kemampuan suatu daerah untuk mengelola sumberdaya yang dimiliki dalam suatu proses produksi, sehingga besarnya PDRB yang dihasilkan oleh suatu daerah sangat tergantung pada potensi sumberdaya dan faktor produksi yang tersedia.

(21)

Selama tiga tahun ( 1999-2001 ) sektor pertanian yang dominan memberikan kontribusi paling tinggi sedangkan pada tahun 2002 terjadi perubahan yaitu sektor jasa-jasa yang memberikan kontribusi paling tinggi terhadap pertumbuhan

ekonomi Kota Metro. Hal ini terjadi karena adanya perbaikan irigasi yang mengakibatkan menggangu pola tanam petani sehingga turunnya produksi subsektor tanam bahan makanan. ( Lampost, Jum’at 11-06-2004 )

Tabel 1. PDRB Propinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2002 - 2007 ( Juta rupiah ).

Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Pertanian 10871433 11318865 11948650 12420764 13184537 13912097

Pertambangan 1047208 1137101 1016787 899728 850700 825045

Industri Pengolahan 3392272 3523793 3695971 3907470 4070170 4327899

Listrik, Gas dan Air bersih

154813 151563 163075 104221 107764 118734

Bangunan 1337718 1393597 1406483 1486383 1528781 1610121

Perdagangan, Hotel dan Restoran 4072966 4239508 4374213 4629089 4851753 5068004 Transportasi dan Komunikasi 1426246 1558658 1663613 1743794 1855068 2002446 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

970180 1365410 1720200 18248117 2054882 2364338

Jasa-jasa 2178755 2219502 2258801 2309352 2357705 2466205

Jumlah PDRB tanpa migas

246994329 26075146 26075146 28765508 30367226 32231943

Sumber : BPS Propinsi Lampung 2007

Tabel 1 memperlihatkan peningkatan PDRB Propinsi Lampung selama lima tahun dari tahun 2002-2007. Masing-masing sektor berusaha meningkatkan peranannya sehingga akan memberikan sumbangan yang semakin besar pula terhadap angka

(22)

pertumbuhan ekonomi di Propinsi Lampung seperti Sektor Petanian, Industri, Perdagangan dan Jasa-jasa yang memberikan kontribusi paling tinggi diikuti oleh sektor lainnya.

Tabel 2. PDRB Kota Metro Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan tahun 2000, tahun 2002-2007 ( Juta rupiah ).

Lapangan Usaha 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Pertanian 74467 68486 66633 64699 68486 66633

Pertambangan 0 0 0 0 0 0

Industri Pengolahan 19548 20146 20874 21418 20657 21021

Listrik, Gas dan Air bersih 3695 4218 4151 4248 5452 5430

Bangunan 18919 19316 19716 20121 19316 19716

Perdagangan, Hotel dan Restoran

74901 79061 81466 84941 79061 81466

Transportasi dan Komunikasi

37879 38543 40330 42420 38543 40329

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

32339 51944 70521 81364 51447 69895

Jasa-jasa 99320 102205 105109 107802 86400 88276

Jumlah PDRB tanpa migas 361051 383968 408800 427014 369362 392766

Sumber : BPS Kota Metro 2007

Tabel 2 memperlihatkan peningkatan PDRB Kota Metro selama lima tahun dari tahun 2002-2007. Masing-masing sektor berusaha meningkatkan peranannya sehingga akan memberikan sumbangan yang semakin besar pula terhadap angka pertumbuhan ekonomi Kota Metro.

Sektor Jasa-jasa; Pertanian; dan Perdagangan, Hotel, serta Transportasi dan Komunikasi yang memberikan kontribusi paling tinggi sebesar 70 % diikuti oleh sektor-sektor lainnya. Karena kondisi yang demikian diharapkan adanya suatu

(23)

kebijaksanaan pemerintah agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya didominasi oleh satu atau dua sektor saja tetapi semua sektor diharapkan mampu untuk berperan serta dalam perekonomian.

B. Permasalahan

Dari uraian diatas penulis mengambil suatu permasalahan, sektor apa yang menjadi sektor basis di Kota Metro dan berapa nilai pengganda basis sehingga pengembangan sektor basis ekonomi dapat membantu perkembangan sektor non basis ekonomi dalam peran sertanya terhadap perkembangan ekonomi Kota Metro .

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sektor apa yang menjadi sektor basis dalam perekonomian Kota Metro.

2. Untuk mengetahui berapa nilai pengganda basis ekonomi dalam peran sertanya terhadap perkembangan ekonomi Kota Metro.

D. Kerangka Pemikiran

Kesiapan suatu daerah dalam melaksanakan otonomi daerah tidak lepas dari potensi dan daya dukung yang dimiliki oleh daerah tersebut. Kesiapan daerah tersebut meliputi sumber daya alam, sarana dan prasarana, modal yang tersedia, serta kemampuan sumber daya manusia.Dari sumber tersebut harus dapat dimanfaatkan secara optimal dalam rangka membangun daerah, khususnya

(24)

pembangunan dalam bidang ekonomi.Pengembangan sektor basis dikarenakan setiap wilayah pasti memiliki sektor yang paling dominan dimana sektor tersebut mampu memberikan kontribusi terbesar untuk pendapatan daerah.

Sedangkan untuk mengetahui wilayah mana saja yang memiliki sektor-sektor basis ( unggulan ) untuk dapat dikembangkan, digunakan teori basis ekonomi. Misalnya dengan mengaitkan sektor-sektor yang ada pada Kota Metro dengan bantuan analisis Location Quotient ( LQ ) dimana teori ini membagi sektor-sektor kedalam dua bagian yaitu sektor basis dan sektor non basis.

Sektor non basis merupakan sektor ekonomi yang melayani pemasaran barang dan jasa produksi keluar batas perekonomian wilayah, sektor non basis juga

merupakan sektor ekonomi yang melayani produksi wilayah untuk kebutuhan di wilayah. Selain menggunakan analisis LQ, akan didukung pula oleh analisis Shift Share untuk memperkuat hasil dari LQ. Sehingga, setelah diketahui sektor unggulan Kota Metro yang diperoleh dari hasil perhitungan, maka akan disesuaikan dengan kebijakan yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Metro.

Peningkatan sektor basis ekonomi dapat mempengaruhi output sektor nonbasis yang pada akhirnya akan mempengaruhi perekonomian daerah yang bersangkutan ( Iwan Jaya Aziz, 1994 : 229 ). Dari berbagai sektor ekonomi ( pertanian;

pertambangan; dan penggalian; indrustri pengolahan; listrik; gas dan air bersih; bangunan; perdagangan; hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi; keuangan; persewaan dan jasa perusahaan serta jasa-jasa ). Ini akan

(25)

Sebaliknya apabila sebuah sektor memiliki kontribusi yang besar terhadap keseluruhan perekonomian maka sektor tersebut mempunyai tingkat yang tinggi dan sekaligus akan dapat menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Kemampuan suatu daerah untuk mengelola sumber daya yang dimiliki dalam suatu proses produksi sehingga PDRB yang disajikan secara deret dalam waktu ke waktu dapat menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi baik secara keseluruhan maupun sektoral di samping menunjukkan adanya tendensi pergeseran struktur ekonomi.

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan adalah suatu rangkaian gerak perubahan menuju arah kemajuan, perubahan tersebut direncanakan berdasarkan norma-norma tertentu.

Pembangunan juga diartikan sebagai rangkaian usaha dan kegiatan yang

dimaksudkan untuk mencapai keadaan lepas landas, atau mungkin keadaan penuh dengan dorongan kearah kematangan ( B.S. Muljana, 1995 : 11 ).

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah ( added value ) yang terjadi di wilayah tersebut. Pertambahan pendapatan itu diukur dalam nilai riil, artinya dinyatakan dalam harga konstan. Hal ini juga sekaligus

menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di daerah tersebut ( tanah, modal, tenaga kerja dan teknologi ) yang berarti secara kasar dapat menggambarkan kemakmuran daerah tersebut. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer-payment, dana dari luar wilayah ( Tarigan, Robinson 2003 : 44 ).

(27)

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut. Menurut Boediono adalah ahli ekonomi yang membuat definisi yang lebih ketat, yaitu bahwa pertumbuhan itu haruslah bersumber dari proses intern perekonomian tersebut ( Boediono 1985 : 1 dalam Robinson Tarigan 2003 Ekonomi Regional : 44 ).

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja yang baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi ( pertumbuhan ekonomi ) dalam wilayah tersebut. (Arsyad, Lincolin 1999 : 298 ).

Pembangunan daerah merupakan suatu upaya untuk lebih meningkatkan atau memberi arti yang lebih penting agar suatu wilayah dalam menopang kegiatan ekonomi sangat berperan penting. Pembangunan wilayah dengan tiga tahap strategi sebagai suatu proses yang diperuntukkan untuk bagian-bagian khusus dari suatu negara. Konsekuensi dipergunakannya pendekatan wilayah dalam

perencanaan daerah serta mewujudkan asas dekonsentrasi dalam pelaksanaan pembangunan nasional ( Suroso, 1997 : 43 ).

Persyaratan dasar pembangunan ekonomi salah satunya adalah perubahan struktural yang mengandung arti peralihan dari masyarakat pertanian tradisional menjadi ekonomi industri modern. Perekonomian negara terbelakang seperti

(28)

biasanya ditandai oleh luasnya sektor primer, dan sempitnya sektor sekunder serta tersier. Perubahan struktural dapat bermula dengan peralihan penduduk dari sektor primer ke sektor sekunder dan kemudian sektor tersier

( M.L. Jhinghan, 2000 : 43 ).

Sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi adalah : 1. mencapai kenaikan yang cepat dari pendapata perkapita,

2. menyediakan kesempatan kerja yang cukup,

3. mengusahakan pembagian pendapatan yang merata,

4. mengurangi perbedaan dalam tingkat perkembangan atau pembangunan dan kemakmuran antar daerah yang satu dengan lainnya,

5. merubah struktur perekonomian supaya tidak berat sebelah ( Kadariah, 1995 : 17 ).

B. Landasan Wilayah

Mengenai wilayah secara garis besar dapat diartikan sebagai suatu batas atau tempat dimana kita berada. Sedangkan definisi dari ilmu wilayah itu sendiri sangat banyak dan yang dapat disimpulkan oleh Fisher dan Isard (1969) adalah ilmu wilayah yang merupakan perpaduan antara ruang lingkup ilmu geografi dengan pendekatan dan peralatan dari ilmu ekonomi dengan memasukkan unsur waktu sebagai salah satu pokok pembahasan variabel atau dengan kata lain ekonomi wilayah adalah salah satu cabang ilmu yang mempelajari semua permasalahan wilayah dipandang dari segi ekonomi.

(29)

Dari berbagai macam pengertian wilayah, ada beberapa pendekatan tentang pengertian wilayah dari Suroso (1986) :

1. The homogeneity theme ( pendekatan kesamaan ); yakni gabungan dari beberapa wilayah yang mempunyai beberapa kesamaan ciri-ciri / sifat-sifat tertentu walaupun letaknya secara fisik tidak bersebelahan.

2. The centrality and location theme ( pendekatan pusat dan daerah

belakang); pendekatan ini menitik beratkan pada tata ruang fisik sebagai susunan berurutan yaitu unsur dari yang paling kecil kemudian paling besar dalam daerah tersebut. Dalam hal ini suatu wilayah terdiri dari beberapa pusat kota masing-masing dengan daerah belakang yang merupakan daerah pedesaan dan secara keseluruhan dipandang sebagai satu kesatuan. Pendapat ini dapat dikembangkan sampai menyangkut unsur susunan yang lebih banyak dan lebih besar seperti halnya pendekatan wilayah pembangunan utama yang diterapkan di Indonesia dimana daerah belakang berbentuk propinsi.

3. The policy theme ( pendekatan kebijaksanaan ); pendekatan ini lebih mendasarkan pada administrasi pemerintahan dimana satu daerah

merupakan satu kesatuan administratif ataupun politik pemerintah seperti propinsi,kotamadya / kabupaten, kecamatan, desa / kelurahan.

4. The ecological theme ( pendekatan lingkungan hidup ); pendekatan ini lebih mendasarkan pada sistem lingkungan alam termasuk peranan manusia didalamnya.

(30)

5. The planning theme ( pendekatan perencanaan ); pendekatan ini

mengartikan wilayah sebagai kesatuan daerah dalam rangka perencanaan dan penerapan kebijaksanaan ekonomi.

Dalam perencanaan pembangunan di Indonesia pendekatan “wilayah” yang dipakai pada umumnya adalah the policy theme, begitu pula di kota Metro.

C. Teori Basis Ekonomi ( Base Economic Theory )

“ Base Economic theory “ untuk pertama kalinya dikembangkan oleh Tiebout pada tahun 1962 teori ini membagi sektor-sektor kedalam dua bagian yaitu sektor basis dan non basis . Sektor basis merupakan sektor ekonomi yang melayani pemasaran barang dan jasa produksi keluar batas perekonomian wilayah, sedangkan sektor non basis yang melayani produksi wilayah untuk kebutuhan wilayah.

Teori basis ekonomi ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang

menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. ( Arsyad, Lincolin 1999 : 300 )

Dalam rangka penetapan skala prioritas pembangunan sektor ekonomi yang merupakan keunggulan komparatif masing-masing wilayah menggunakan model pendekatan wilayah yaitu model ekonomi dasar ( Economic Base Model ).

(31)

Model ini cocok untuk merencanakan pembangunan ekonomi wilayah-wilayah belum berkembang terutama untuk tingkat kabupaten.

Salah satu model ekonomi dasar adalah LQ ( Location Quotient ) yang pada dasarnya membagi dua golongan kegiatan perekonomian yaitu :

1. Kegiatan ekonomi yang melayani pasar didaerah itu sendiri maupun pasar didaerah tersebut ( sektor basis ).

2. Kegiatan ekonomi yang hanya melayani pasar didaerah itu sendiri ( sektor non basis ).

Peranan dampak pertumbuhan sektor basis dapat menimbulkan dan menentukan pertumbuhan wilayah secara keseluruhan. Sedangkan pertumbuhan sektor non basis hanyalah merupakan akibat pertumbuhan wilayah. Setiap pertumbuhan sektor basis dan non basis mempunyai efek ganda terhadap perekonomian wilayah.

Bertambahnya aktivitas basis dalam wilayah akan menimbulkan pertambahan arus pendapatan ke dalam sehingga menambah permintaan barang dan jasa hasil sektor basis dan non basis mampu menghasilkan barang-barang dan jasa untuk pasar di daerah maupun luar daerah yang bersangkutan, maka penjualan keluar daerah akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Oleh karena itu, sektor basis yang patut dikembangkan disuatu daerah.

(32)

1. Teori Basis Richardson

Teori ini menyatakan bahwa wilayah merupakan suatu sistem sosial ekonomi yang terpadu dimana wilayah ini melakukan interaksi ekonomi dengan wilayah lain. Dalam rangka penetapan skala prioritas pembangunan sektor ekonomi yang merupakan keunggulan komparatif masing-masing wilayah.

Laju pertumbuhan wilayah sangat dipengaruhi oleh kemampuan wilayah tersebut dalam memenuhi permintaan dari wilayah lain selanjutnya perkembangan produksi di wilayah untuk memenuhi permintaan dari luar akan meningkat penggunaan sumber daya alam dan sumber daya manusia di wilayah tersebut sehingga akan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Untuk melihat seberapa besar pengaruh atau peranan sektor-sektor ekonomi didalam menunjang pembangunan daerah, khususnya di Kota Metro ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan didalam menunjang pembangunan wilayah, perangkat analisis yang dapat dipakai tersebut yang paling sesuai untuk digunakan sebagai analisis keuntungan komparatif ( comparative advantage ) yang

diterapkan di daerah ( lokasi ), yaitu Location Quotient dengan pertimbangan antara lain :

a). Analisis lokasi yang berdasarkan pada pendekatan keuntungan komparatif yang sering dipraktekan dalam ekonomi Internasional dengan uji coba data empirirs antar negara, seharusnya dapat juga di turunkan sebagai alat atau perangkat analisis lokasi bagi perekonomian regional di dalam wilayah suatu negara.

(33)

b). Manfaat analisis lokasi bagi perencanaan pembangunan ekonomi daerah ialah dapat dipakai sebagai alat saringan atau pemilihan ataupun indrustri apa saja yang paling menguntungkan, sehubungan dengan tersedianya faktor-faktor produksi di daerah tersebut.

c). Manfaat analisis lokasi bagi ekonomi regional akan lebih meningkatkan spesialisasi daerah dalam suatu proses produksi sebab suatu produk dapat diproduksi lebih efisien dari suatu negara bagian / daerah dari suatu negara, dari pada di produksi di tempat lain.

Pertimbangan lain adalah karena LQ dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu sektor ekonomi termasuk dalam sektor basis ataukah sektor nonbasis di suatu daerah dalam periode tertentu. Dengan pertimbangan tersebut diharapkan arah pembangunan khususnya pembangunan Kota Metro dapat lebih terarah lagi. Untuk melihat potensi daerah dengan pendekatan Location Quotient atau analisis lokasi ada tiga (BPE Juni 1989) :

a). Location Quotient, salah satu alat analisis penelitian daerah, alat analisis LQ pada dasarnya membandingkan kemampuan suatu daerah dengan daerah yang lebih besar, atau misalnya daerah dengan nasional dalam masalah

ketenagakerjaan, pendapatan dan kemampuan menghasilkan output. Dengan mengetahui besarnya berbagai nilai LQ pada berbagai komoditas, dapat diketahui potensi komoditas untuk dikembangkan lebih lanjut.

b). Analisis LQ dapat diterapkan per komoditas, per sektor maupun daya serap tenaga kerja per sektor.

c). Metode LQ berasumsi bahwa pola permintaan pada setiap daerah identik dengan pola permintaan bangsa, produktivitas tiap pekerja daerah sama di

(34)

setiap sektor dalam indrustri nasional dan bangsa yang bersangkutan mempunyai sistem perekonomian tertutup.

Metode ini mempunyai dua keunggulan. Pertama, metode ini memperhitungkan ekspor tidak langsung. Misalnya, suatu pabrik benang mungkin menjual sebagian besar outputnya kepada suatu pabrik tekstil lokal yang kemudian mengekspornya. Kedua, metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan kepada data historis untuk mengetahui trend. Meskipun mengandung kelemahan metode LQ dapat menghasilkan taksiran yang mendekati kenyataan.

LQ juga dapat digunakan untuk memanfaatkan keunggulan-keunggulan berkenaan dengan kondisi alam dan sosial budaya. Analisis keuntungan

komparatif yang diterapkan di suatu daerah atau lokasi mempunyai pertimbangan dan manfaat

( Suroso, 1987 ).

2. Teori Basis Robinson

Dalam pengertian ekonomi regional, ekspor adalah menjual produk / jasa keluar wilayah baik ke wilayah lain dalam negara itu maupun keluar negeri. Tenaga kerja yang berdomisili di wilayah kita, tetapi bekerja dan memperoleh uang dari

wilayah lain termasuk ke dalam pengertian ekspor. Pada dasarnya kegiatan ekspor adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang

mendatangkan uang dari luar wilayah karena kegiatan basis. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi dari permintaan yang bersifat exogeneous (tidak bergantung pada kekuatan intern / permintaan lokal ).

(35)

Semua Kegiatan lain yang bukan kegiatan basis termasuk ke dalam kegiatan / sektor service atau pelayanan, tetapi untuk tidak menciptakan pengertian yang keliru disebut saja sektor nonbasis. Sektor non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal. Karena sifatnya yang memenuhi kebutuhan lokal, permintaan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat. Oleh karena itu kenaikannya sejalan dengan kenaikan pendapatan masyarakat setempat.

Sebagaimana kita ketahui perencanaan pembangunan di Indonesia telah mengarah kepada kebijaksanaan pembangunan daerah tersebut, namun masih dalam

pengertian the policy theme yang berdasarkan daerah administratif, yaitu analisis ekonomi regional terhadap ekonomi suatu daerah menyangkut analisis mengenai faktor pendukung pertumbuhan ekonomi, kendala yang terdapat dalam

perekonomian daerah serta strategi dasar maupun kebijaksanaan yang perlu diambil dalam pembangunan daerah. ( Choirullah 2007 :19 )

Sedangkan aspek pokok dalam strategi pembangunan wilayah adalah comparative advantage yaitu dengan memanfaatkan keunggulan-keunggulan berkenaan

dengan alam dan sosial budaya. Pembangunan wilayah secara normatif harus didasarkan atas prinsip keuntungan komparatif ( comparative advantage ) dari sumber daya wilayah tersebut. Karena ketersediaan sumber daya bersifat lokal ( local specific ) dan menyebar tidak merata, maka analisis lokasi sektor-sektor ekonomi yang berhubungan dengan sumber daya tersebut sangat penting.

Kata daerah dapat dibedakan dalam 3 pengertian, pengertian yang pertama menganggap suatu daerah sebagai suatu space atau ruang dimana kegiatan

(36)

ekonomi berlaku diberbagai pelosok ruang tersebut adalah sifatnya sama.

Sedangkan batas antara satu daerah dengan daerah-daerah lainnya ditentukan oleh titik dimana kesamaan sifat-sifat tersebut dapat ditinjau dari segi pendapatan perkapita penduduknya dari segi agama atau suku bangsa masyarakatnya ataupun dari segi struktur ekonominya.

Pengertian yang kedua dan yang paling ideal untuk digunakan dalam analisa mengenai ekonomi ruang adalah arti daerah itu sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi. Pengertian yang ketiga memberikan bantuan suatu daerah berdasarkan pembagian administratif dari suatu negara. Jadi menurut pengertian yang terakhir suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah suatu administrasi tertentu seperti satu propinsi, kabupaten, desa dan sebagainya. Daerah yang diartikan menurut pengertian yang ketiga ini dinamakan daerah administrasi atau daerah perencanaan.

a. Metode LQ ( Location Quotient )

Location quotient ini merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperluas analisis shif share. Perekonomian regional dapat di bagi menjadi dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Sektor basis adalah sektor yang mempunyai kegiatan mengekspor barang-barang dan jasa-jasa ke tempat diluar batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan sektor non basis adalah sektor yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. ( Arsyad, Lincolin 2005 : 140 )

(37)

Untuk mengetahui apakah sektor tersebut basis atau non basis maka digunakan model Koefisien Lokasi( Location Quotient / LQ ). Koefisien Lokasi

dimaksudkan untuk mengukur derajat relatif spesialisasi suatu industri atau yang dimiliki oleh suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya.Adapun yang digunakan sebagai pembanding adalah wilayah yang lebih luas dari pada wilayah dianalisis.

Bertambah banyaknya kegiatan basis di suatu daerah akan menambah arus ke dalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa di dalamnya dan menimbulkan kenaikan volume kagiatan non basis. Sebaliknya, berkurangnya kegiatan basis mengakibatkan berkurangnya

pendapatan yang mengalir masuk ke dalam daerah yang bersangkutan, dan turunya permintaan terhadap produk dari kegiatan non basis.

Nilai LQ berkisar pada angka 1. LQ > 1 Kegiatan basis, LQ < 1 Kegiatan non basis

LQ = 1 Wilayah tidak berbeda dengan nasional sekaligus tidak menunjukkan adanya konsentrasi industri.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam metode LQ adalah :

1. Selera dan pengeluaran pola atau asumsi di setiap daerah adalah sama 2. Tingkat konsumsi rata-rata untuk masing-masing barang adalah sama 3. Kemampuan untuk produksi da juga produktifitas buruh atau tenaga kerja adalah sama di setiap daerah.

(38)

Kelemahan teori LQ yaitu :

a. Selera atau pola komsumsi konsumen anggota masyarakat adalah berlainan baik antar daerah maupun dalam suatu daerah.

b. Tingkat Konsumsi rata-rata untuk semua jenis barang, untuk setiap daerah berbeda.

c. Bahan keperluan industri berbeda antar daerah.

b. Metode Shif-Share

Analisis shift share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah yang lebih besar ( regional atau nasional ). Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang

berhubungan satu sama lain yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan. 2. Pergeseran proporsional ( proportional shift ) mengukur perubahan

relatif, pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan untuk mengetahui apakah perekonomian daerah

terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan acuan.

3. Pergeseran diferensial ( Differential shift ) membantu dalam menentukan seberapa jauh daya saing daerah ( lokal ) dengan perekonomian yang

(39)

dijadikan acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferential dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut lebih tinggi daya saingnya ketimbang industri yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan. (Arsyad, Lincolin 2005 : 139 )

Analisis Shift-Share dipergunakan untuk membandingkan perbedaan laju

pertumbuhan berbagai sektor industri di wilayah lokal dengan wilayah nasional. Analisis Shift Share juga mampu melihat Seberapa besar kontribusi tambahan lapangan kerja dan laju pertumbuhan spesialisasi sektor industri pada suatu wilayah lokal terhadap pada wilayah nasional.

Analisis ini dapat digunakan untuk menganalisa perubahan struktur perekonomian daerah dalam hubungannya dengan peningkatan perekonomian daerah dalam hubungannya dengan peningkatan perekonomian daerah yang lebih tinggi. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya maka perekonomian daerah tersebut akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah diatasnya.

Data yang biasa dipergunakan untuk analisis Shift Share adalah pendapatan perkapita ( Y/P ), PDRB ( Y ) atau tenaga kerja ( e )dengan tahun pengamatan pada tahun tertentu.

3. Metode Pengganda Basis ( Base Multiplier )

Model basis ekonomi menurut Tiebout menggunakan perbandingan dalam bentuk pendapatan ( income ) dan membuat rincian yang lebih mendalam tentang fakto-faktor yang terkait dalam pengganda basis. Dalam bentuk pendapatan, hubungan

(40)

antara perubahan pendapatan basis dengan perubahan total pendapatan. ( Tarigan, Robinson 2002 : 35 )

Pengganda basis dalam satuan pendapatan adalah sebagai berikut :

Pengganda basis = Pendapatan total Pendapatan basis

Atau dalam bentuk simbol adalah : K = Yt Yb

Diketahui :

Yt : Pendapatan total ( total income ) Yb : Pendapatan basis ( basic income ) K : Pengganda basis ( base multiplier )

(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kota Metro

1. Kondisi Wilayah Kota Metro

Kota Metro mulai terbentuk dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 12 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten Dati II Way Kanan, Kabupaten Dati II Lampung Timur dan Kotamadya Dati II Metro. Di dalam desentralisasi otonomi daerah saat ini, Kota Metro memiliki hak, wewenang dan kewajiban untuk

mengatur mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat sesuai dengan yang disebutkan didalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004. Luas Kota Metro secara administratif sebesar 68,74 Km2 atau 6.874 Ha, dengan batas wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Punggur Kabupaten Lampung Tengah dan Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Metro Kibang Kabupaten Lampung Timur.

c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pekalongan dan Kecamatan Batanghari Kabupaten Lampung Timur.

(42)

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah.

Kota Metro merupakan pusat kegiatan pemerintahan, Sosial Politik, Pendidikan dan Kebudayaan juga merupakan pusat kegiatan perekonomian yang secara ekonomis menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan Kota Metro. Dengan letak yang strategis menjadikan daerah ini sebagai daerah transit kegiatan perekonomian antar kabupaten dalam propinsi. Penduduk Kota Metro terdiri dari berbagai suku bangsa ( heterogen ). Wilayah Kota Metro merupakan daerah perkotaan yang terus berkembang dari daerah tengah ke pinggiran kota yang ditunjang fasilitas perhubungan dan penerangan.

Pemanfaatan lahan digunakan secara optimal untuk kepentingan sebagaimana lazimnya daerah perkotaan. Dilihat dari segi tata guna dan tata ruang tanah maka lahan Kota Metro dapat digunakan untuk pemukiman, perkantoran, pasar

indrustri, jasa dan sosial, pendidikan dan olahraga serta masih banyak dimanfaatkan untuk lahan pertanian. Kota Metro dibagi menjadi 5 Kawasan Wilayah Pengembangan (KWP ) yakni :

1. Kawasan Wilayah Pengembangan ( KWP ) Kecamatan Metro Pusat

Meliputi Kelurahan Metro, Imopuro, Hadimulyo Timur, Hadimulyo Barat, Yosomulyo. Kawasan ini dikembangkan dengan fungsi utama serta diarahkan untuk kegiatan pusat pemerintahan, perdagangan umum, dan fungsi ganda ( ruko).

(43)

2. Kawasan Wilayah Pengembangan ( KWP ) Kecamatan Metro Utara

Meliputi Kelurahan Banjarsari, Purwosari, Purwoasri, Karangrejo. Kawasan ini dikembangkan dengan fungsi utama serta diarahkan untuk kegiatan pertanian, pendidikan, dan perdagangan.

3. Kawasan Wilayah Pengembangan ( KWP ) Kecamatan Metro Barat Meliputi Kelurahan Mulyojati, Mulyosari, Ganjar Agung, Ganjar Sari. Kawasan ini dikembangkan dengan fungsi utama serta diarahkan untuk kegiatan pertanian, terminal, perndidikan, perumahan dan perdagangan.

4. Kawasan Wilayah Pengembangan ( KWP ) Kecamatan Metro Timur

Meliputi Kelurahan Iring Mulyo, Yosodadi, Yosorejo, Tejosari, Tejo Agung. Kawasan ini dikembangkan dengan fungsi utama serta diarahkan untuk kegiatan pendidikan dan perumahan.

5. Kawasan Wilayah Pengembangan ( KWP ) Kecamatan Metro Selatan Meliputi Kelurahan Rejomulyo, Margorejo, Margodadi, Sumbersari

Bantul.Kawasan ini dikembangkan dengan fungsi utama serta diarahkan untuk kegiatan pertanian, pendidikan, perdagangan dan perumahan.

Dalam kaitannya dengan aspek perencanaan, data kependudukan akan digunakan untuk menentukan adanya kekuatan, kelemahan maupun strategi untuk

memecahkan masalah yang mungkin akan dihadapi dalam pelaksanaan pembangunan.Variabel-variabel kependudukan yang penting dapat diuraikan sebagai berikut :

(44)

Jumlah, Jenis Kelamin, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk

a). Jumlah penduduk Kota Metro sesuai dengan data BPS pada kantor Kota Metro Dalam Angka tahun 2001 sebesar 119.771 jiwa yang tersebar di 5 kecamatan, terdiri dari 60.961 laki-laki atau 50.34 % dan 50.810

perempuan atau 49.66 % dengan laju pertumbuhan selama tahun 2001-2005 rata-rata 1.61%. Kepadatan penduduk 19.461 jiwa/Km2, dengan persebaran tidak merata.

b). Jika ditinjau dari segi umur penduduk maka pada umumnya penduduk berusia muda yaitu umur dibawah 18 tahun berjumlah 23.92 % sedangkan yang berusia 60 tahun keatas hanya 4.66 % sehingga yang berusia

produktif berkisar 71.42 %.

2. Tenaga Kerja

Pasar kerja di Indonesia pada umumnya menunjukkan bahwa jumlah penawaran selalu lebih dari permintaan sehingga tingkat pengangguran pasti terjadi. Selain lebih besarnya penawaran juga ada ketidaksesuaian pendidikan dan keterampilan yang dimiliki tenaga kerja dengan kebutuhan lapangan kerja yang tersedia. Kondisi ini memerlukan upaya-upaya dari pemerintah dan dunia usaha untuk meminimalkan permasalahan sosial pada umumnya sekaligus dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi regional khususnya dan nasional umumnya.

(45)

3. Sosial

Bidang sosial kemasyarakatan mencakup beberapa aspek yang meliputi

pendidikan, kesehatan, keluarga berencana, keamanan dan kehidupan beragama. Kondisi sosial kemasyarakatan di Kota Metro dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Pendidikan

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan telah dilaksanakan oleh pemerintah Kota Metro, namun upaya ini belum sepenuhnya memenuhi harapan seluruh komponen masyarakat, mengingat adanya prioritas-prioritas pembangunan dan keterbatasan sumber pembiayaan.

b. Kesehatan

Untuk meningkatkan kualitas kesehatan, Pemerintah Kota Metro telah

membangun, meningkatkan dan memperbaiki sarana dan prasarana kesehatannya. Jumlah sarana kesehatan dan tenaga kesehatan yang ada di Kota Metro tahun 2003 adalah sebagai berikut :

(46)

Tabel 3. Jumlah Sarana Kesehatan dan Tenaga Kesehatan tahun 2003-2007

Sarana dan Prasarana Kesehatan 2003 2004 2005 2006 2007

1. Rumah Sakit 3 3 3 3 3 2. Puskesmas 5 5 6 6 6 3.Puskesmas Pembantu 5 5 7 7 7 4. Pondok Bersalin 0 0 0 0 0 5. Rumah Bersalin 8 8 7 7 7 6. Poliklinik/Balai Pengobatan 3 3 3 3 3 7. Dokter Ahli/Spesialis 0 13 12 17 12 8. Dokter Umum 18 30 36 46 36 9. Dokter Gigi 8 11 17 22 17

Sumber : BPS Kota Metro

c. Agama

Kemajemukan bangsa Indonesia tergambar juga di Kota Metro. Keadaan ini tampak pada penduduk yang memeluk agama yang sangat beragam yaitu agama islam mayoritas maupun pemeluk agama lainnya tetap dapat hidup berdampingan secara harmonis dan dengan rasa toleransi serta kekeluargaan yang tinggi.

4. Ekonomi

Pembangunan ekonomi secara umum bertujuan untuk meningkatkan produksi nasional, regional sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut peran pemerintah, swasta dan masyarakat sangat penting untuk bersatu padu dalam pembangunan ekonomi.

Cara mengukur pertumbuhan di suatu wilayah dapat diketahui dengan melihat pertumbuhan angka PDRB baerdasarkan harga konstan. Total PDRB

(47)

tertentu. Semakin tinggi kenaikan PDRB semakin tinggi pula pertumbuhan perekonomiannya, demikian pula sebaliknya. Pertumbuhan ekonomi Kota Metro pada tahun 2003 sudah mencapai 3.34 % terlihat sebagai berikut :

Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Kota Metro pada tahun 2003 -2007

Tahun PDRB Berdasar Harga Berlaku ( Rp. Juta) PDRB Berdasar Harga Konstan ( Rp. Juta) Jumlah Penduduk ( Jiwa ) Pendapatan Perkapita ( Rp. Juta ) 2003 372.259 349.393 119.771 2.92 2004 415.799 361.051 121.094 2.98 2005 475.121 383.968 122.417 3.14 2006 520.652 408.800 123.740 3.30 2007 518.078 426.900 125.086 3.41

Sumber : BPS Kota Metro

a. Sektor Pertanian

Pembangunan sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman pangan diarahkan untuk dapat mencapai suatu keadaan dimana potensi lahan dapat dimanfaatkan secara optimal, terarah dan terpadu sehingga dapat dimanfaatkan untuk

mencukupi kebutuhan pangan masyarakat.

Sub sektor pertanian tanaman pangan diarahkan ke pertanian perkotaan yakni berupa pemanfaatkan lahan kosong, peningkatan produktivitas tanaman serta peningkatan kualitas petani melalui penyuluhan dan penelitian.

(48)

Adapun perkembangan subsektor tanaman pangan tahun 2003 - 2007 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Komoditas Pertanian Subsektor Tanaman Pangan Di Kota Metro tahun 2003 - 2007

Tahun Komoditi 2003 2004 2005 2006 2007 Padi Sawah Luas Panen ( Ha ) Produksi ( Ton ) Jagung Luas Panen ( Ha ) Produksi ( Ton) Ubi Kayu Luas Panen ( Ha ) Produksi ( Ton) Ubi Jalar Luas Panen ( Ha ) Produksi ( Ton) Kacang Tanah Luas Panen ( Ha ) Produksi ( Ton) Kedelai Luas Panen ( Ha ) Produksi ( Ton) Kacang Hijau Luas Panen ( Ha ) Produksi ( Ton) Sayur – sayuran Luas Panen ( Ha ) Produksi ( Ton) Buah – buahan Luas Panen ( Ha ) Produksi ( Ton) 6.3036 30.996 329 1.445.16 336 5.927.60 40 574.00 58 123 13 18.30 63 70.88 449 43.548.66 47.308 204.660 3.767 18.400 296 1.183 187 2.886 45 555 55 177 5 4 40 54 300 11.284.60 47.568 50.202 5.301 25.784.74 242 1.025 152 2.744 27 396 32 84 - - 35 29 470 29.731 322.473 936.475 3.999 21.115 373 1.407 107 1.856 31 428 129 439 32 292 59 96 365 4.418 46.740 894.2 3.862 21.710.94 1.407 6.220.30 250 4.494.8 70 753.1 61 113.2 29 34.7 65 77.50 444 4.325 942.9 1.501.22

Sumber : BPS Kota Metro

Perkembangan produksi pertanian subsektor tanaman pangan selama lima tahun ( 2003 - 2007 ) mengalami peningkatan dan penurunan. Hal tersebut terlihat dari

(49)

penurunan pada tahun 2004 komoditas padi sawah yakni sebesar 30.996 ton pada tahun 2003 menjadi sebesar 18.400 ton pada tahun 2004. Komoditas jagung sebesar 1.445.16 ton pada tahun 2003 menjadi bertambah 1.183 ton pada tahun 2004. Komoditas ubi kayu sebesar 5.927.60 ton pada tahun 2003 menurun menjadi 2.886 ton pada tahun 2004. Sedangkan kacang tanah terjadi penurunan dari 123 ton pada tahun 2003 menjadi sebesar 117 ton pada tahun 2004.

b. Sektor Industri

Sektor industri cukup berperan dalam hal ini dan perlu ditingkatkan mengingat perkembangan sektor industri dapat merubah struktur ekonomi menuju kearah keseimbangan antara sektor pertanian dan industri maupun sektor lainnya.

Tabel 6. Realisasi Pertumbuhan Industri Kecil Kota Metro 2003 - 2007

No Uraian Satuan 2003 2004 2005 2006 2007 1 Unit Usaha Buah 638 687 758 894 1.093 2 Tenaga Kerja Orang 1.914 2.189 2.279 2470 2.489 3 Investasi Rp. Juta 5.473 5.813 17.017 7.107 9.237 4 Nilai Produksi Rp. Juta 9.570 10.020 19.100 22.000 24.2

Sumber : BPS Kota Metro

c. Sektor Transportasi dan Komunikasi

(50)

Sarana transportasi di Kota Metro turut berperan bagi pengembangan kemajuan kota. Saat ini, Metro dapat dicapai dengan sarana transportasi darat. Pada transpotasi darat menggunakan bus, angkot dan mikrolet.

2. Komunikasi dan Pos

Komunikasi dan pos turut berperan dalam mendukung kelancaran arus informasi barang dan surat ke berbagai penjuru dimana terdapat kepentingan masyarakat, dunia usaha dan pemerintah, baik yang didalam negeri maupun yang diluar negeri. Perkembangan penerimaan dan pengiriman paket, benda pos dan surat sebagai berikut :

Tabel 7. Perkembangan Penerimaan dan Pengiriman Paket, Benda Pos dan Surat Kota Metro tahun 2003 - 2007

Penerimaan Pengiriman

Tahun

Surat Paket Wesel Surat Paket Wesel

2003 277.742 4.273 32.152 291.661 1.170 11.653

2004 734.939 3.046 33.945 843.047 8.925 38.701

2005 808.428 3.349 35.913 927.336 9.349 42.566

2006 824.594 3.570 38.444 1.001.614 9.821 45.637

2007 775.665 21.058 39.253 218.063 3.570 23.249

Sumber : BPS Kota Metro

d. Sektor Hotel

Hotel / penginapan dan rumah makan / restoran berperan penting dalam

melancarkan aktivitas perekonomian di suatu wilayah. Jumlah hotel pada tahun 2003 - 2007 di Kota Metro adalah :

(51)

Tabel 8. Jumlah Hotel di Kota Metro tahun 2003 - 2007

No Uraian 2003 2004 2005 2006 2007

1. Hotel 7 7 9 10 10

Sumber : BPS Kota Metro

e. Listrik, Gas dan Air Bersih

1.Listrik

Masyarakat Kota Metro saat ini telah menerima suplai tegangan dari sektor cabang Tanjung Karang ranting Metro melalui gardu induk Metro yang dikelola oleh perusahaan listrik tenaga diesel Metro.

Jaringan distribusi telah tersebar diseluruh wilayah Kota Metro, sehingga pada dasarnya seluruh masyarakat Kota Metro telah dapat menikmati aliran listrik.

2. Prasarana Air Bersih

Pada umumnya masyarakat Metro dalam pemenuhan kebutuhan air bersih masih bersumber pada sumur dangkal, sumur pompa biasa, dan pompa listrik. Sumur tersebut biasanya berada di sekitar tempat tinggal. Tetapi bagi penduduk yang tinggal di pusat

kota yaitu Kota Metro, kebutuhan air bersih untuk penduduk telah dipenuhi oleh PDAM Way Irang dimana proporsi pemenuhan kebutuhan air bersih adalah 75% oleh PDAM dan 25% oleh masyarakat dengan memanfaatkan mata air,

(52)

Sumber air PDAM Way Irang adalah Sungai Way Sekampung (IPA Yosodadi) dengan kapasitas produksi sebesar 50 l/dt dan reservoar dengan kapasitas tampung1500 m³. Di samping itu, sumber air PDAM juga berasal dari 2 sumur bor, namun ketika musim kemarau sumur bor tersebut mengalami penurunan debit sehingga secara otomatis pemenuhan kebutuhan air bersih umumnya berasal dari Sungai Way Sekampung.

Distribusi air minum di Kota Metro sebagian besar dipakai untuk keperluan rumah tangga yang mencapai 3.130 pelanggan akan tetapi dari tahun 2003 sampai dengan 2004 jumlah pelanggan PDAM mengalami penurunan sebesar 416

pelanggan.

f. Sektor Bangunan / Konstruksi

Sumbangan sektor ini terhadap perekonomian Kota Metro relatif stabil. Peranan sektor bangunan terhadap PDRB Kota Metro menunjukkan relatif stabil meskipun tidak terlalu besar bila dibandingkan lainnya. Pola konsumsi masyarakat Kota Metro yang bergeser dari tradisional ke modern yang diikuti dengan kestabilan sarana penunjang yakni tempat usaha / gedung sehingga dengan banyaknya sarana belanja yang mutakhir berakibat sektor bangunan / konstruksi juga meningkat.

g. Jasa-jasa

Sektor jasa yang banyak dipengaruhi oleh sub sektor pemerintah umum yang mengalami perubahan. Hal ini sangat dimaklumi mengingat posisi Kota Metro yang dekat dengan pemerintah Kota sehingga indikator kebijakan publik banyak yang berpijak pada kebijakan pemerintah Kota Metro.

(53)

Sumbangan sub sektor ini terhadap perekonomian Kota Metro masih tinggi. Peran serta sektor pemerintah terhadap perekonomian Kota Metro memang masih tinggi yang mengindikasikan bahwa intervensi pemerintah terhadap roda perekonomian masih dominan.

B. Data dan Sumber data

Untuk mendapatkan gambaran tahap perekonomian wilayah, metode yang dilakukan adalah dengan pengumpulan data sekunder yaitu data PDRB Propinsi Lampung tahun 2002-2007 yang diperoleh dari BPS ( Badan Pusat Statistik ) Propinsi Lampung, PDRB tahun 2002 – 2007 Kota Metro dan jumlah penduduk dan serta tenaga kerja.

C. Alat Analisis

1. Analisis LQ ( Location Quotient )

Untuk mengetahui sektor basis digunakan alat analisis Location Quotient ( LQ ). Location Quotient ( LQ ) adalah suatu perbansingan tentang besarnya peranan suatu sektor disatu wilayah ( sub wilayah / kabupaten ) terhadap besarnya peranan sektor tersebut di wilayah yang lebih luas ( wilayah / propinsi ) dengan formulasi sebagai berikut : LQ = VAi / VAI VAs / VAS Dimana : LQ = Location Quotient

(54)

VA I = Total output ( PDRB ) seluruh sektor di satu wilayah ( sub wilayah /

kabupaten )

VAs = Output ( Pendapatan ) sektor i di wilayah yang lebih luas ( wilayah /

propinsi)

VAS = Total output ( PDRB ) seluruh sektor i di wilayah yang lebih luas

( wilayah / propinsi )

Nilai LQ berkisar pada angka 1. LQ > 1 Kegiatan basis LQ < 1 Kegiatan non basis

LQ = 1 Wilayah tidak berbeda dengan nasional sekaligus tidak menunjukkan adanya konsentrasi industri.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam metode LQ adalah :

1. Selera dan pengeluaran pola atau asumsi di setiap daerah adalah sama 2. Tingkat konsumsi rata-rata untuk masing-masing barang adalah sama 3. Kemampuan untuk produksi da juga produktifitas buruh atau tenaga kerja

adalah sama di setiap daerah.

Apabila LQ > 1 artinya peranan sektor i tersebut di sub wilayah itu lebih menonjol dari pada peranan sektor itu di wilayah, sehingga dapat menunjukkan bahwa peranan sektor i cukup menonjol di suatu daerah dan dapat menjadi petunjuk bahwa saerah tersebut surplus akan produk sektor i dan mengekspornya ke daerah lain, secara tidak langsung menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki

(55)

keunggulan komparatif untuk sektor i, maka sektor i tersebut merupakan sektor basis yang dapat dikembangkan.

2. Analisis Shift Share

Analisis Shift-Share dipergunakan untuk menganalisis dan mengetahui perubahan peranan perekonomian didaerah. Metode ini dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan perubahan dengan cara menekankan pada pertumbuhan sektor di daerah dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat darah yang lebih tinggi atau nasional. Analisis ini dapat digunakan untuk menganalisa perubahan struktur perekonomian daerah dalam hubungannya dengan peningkatan

perekonomian daerah dalam hubungannya dengan peningkatan perekonomian daerah yang lebih tinggi.

Data yang biasa dipergunakan untuk analisis Shift-Share adalah pendapatan perkapita ( Y/P ),PDRB ( Y ) atau tenaga kerja ( e ) dengan tahun pengamatan pada rentang tertentu.

Dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural atau perekonomian daerah ditentukan oleh tiga komponen :

a. National Share ( Ns ) dipakai untuk mengetahui pertumbuhan atau perubahan struktur perekonomian suatu daerah ( Kabupaten atau Kota ) dengan melihat nilai PDRB daerah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh perubahan pertumbuhan perekonomian daerah yang lebih tinggi ( Propinsi ).

(56)

Hasil perhitungan ini akan menggambarkan besarnya peranan wilayah

Propinsi yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian daerah Kabupaten.

b. Proportional Share (Sp ), adalah pertumbuhan Nilai Tambah Bruto suatu sektor i dibandingkan dengan total sektor di tingkat propinsi.

c. Differential Shift ( Sd ), adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi daerah (kabupaten ) dengan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat propinsi. Suatu daerah dapat saja memiliki keunggulan dibandingkan daerah lainnya karena lingkungan dapat mendorong sektor tertentu untuk tumbuh lebih cepat.

Apabila nilai Sd maupun Sp benilai positif, menunjukkan bahwa sektor yang bersangkutan dalam perekonomian di daerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang bersangkutan. Sebalinya bila nilainya negatif menunjukkan bahwa sektor tersebut dalam perekonomian masih memungkinkan untuk diperbaiki dengan membandingkannya terhadap struktur perekonomian Propinsi.

Untuk sektor-sektor yang memiliki Differential shift yang positif maka sektor tersebut memiliki keunggulan dalam arti komparatif terhadap sektor yang sama disaerah lain. Untuk sektor-sektor yang memiliki proportional share positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila negatif maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lambat.

Hubungan antara komponen tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut :

(57)

Artinya, pertambahan Produk Domestik Bruto ( PDRB ) adalah banyaknya PDRB pada tahun akhir ( t ) dikurangi dengan jumlah PDRB pada awal tahun ( t-n ).

Persamaan diatas berlaku untuk total PDRB di wilayah tersebut. Hal ini dapat juga dilihat persektor sebagai berikut :

∆ E r,i = E r,i,t – E r,i,t-n

Artinya, pertambahan PDRB sektor i adalah jumlah PDRB sektor i pada tahun akhir (t ) dikurangi dengan PDRB sektor i tahun awal ( t-n ).

Pertambahan PDRB sektor i dapat diperinci atas pengaruh dari National Share, Proportional Share dan Differential Shift. Dalam notasi aljabar hal itu adalah :

∆ E r,i = ( Ns i + P r,i + D r,i )

Peranan Nastional share adalah seandainya pertambahan PDRB sektor i tersebut dengan proporsi pertambahan PDRB secara rata-rata. Hal ini dapat dituliskan sebagi berikut :

Ns i,t = E r,i,t-n ( E N,t / E N,t-n ) – E r,i,t-n

Proportional Share adalah melihat pengaruh sektor i secara nasional terhadap pertumbuhan PDRB sektor i pada region yang dianalisis. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :

(58)

Differential Shift menggambarkan penyimpangan antara pertumbuhan sektor i di wilayah analisis terhadap pertumbuhan sektor i secara nasional. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut :

D r,i,t = { E r,i,t – ( E N,i,t / E N,i,t-n ) E r,i,t-n }

Keterangan :

∆ : Pertambahan, angka akhir ( tahun t ) dikurangi dengan angka awal ( tahun t-n ).

N : National atau wilayah nasional atau wilayah yang lebih tinggi jenjangnya.

r : Region atau wilayah analisis

E : Produk Domestik Regional Bruto ( PDRB ) i : Sektor Industri t : Tahun t-n : Tahun awal t + n : Tahun proyeksi Ns : National Share P : Proportional Share D : Differential Shift

3. Metode Pengganda Basis ( Base Multiplier )

Model basis ekonomi menurut Tiebout menggunakan perbandingan dalam bentuk pendapatan ( income ) dan membuat rincian yang lebih mendalam tentang faktor-faktor yang terkait dalam pengganda basis. Dalam bentuk pendapatan, hubungan

(59)

antara perubahan pendapatan basis dengan perubahan total pendapatan. Pengganda basis dalam satuan pendapatan adalah sebagai berikut :

Pengganda basis = Pendapatan total Pendapatan basis

Atau dalam bentuk simbol adalah : K = Yt Yb

Diketahui :

Yt : Pendapatan total ( total income ) Yb : Pendapatan basis ( basic income ) K : Pengganda basis ( base multiplier )

(60)

IV. HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

A. Sektor – sektor yang menjadi sektor basis dan non basis dalam perkembangan ekonomi kota Metro

1. Analisis LQ ( Location Quotient )

Berdasarkan hasil perhitungan Location Quotient ( LQ ) pada sembilan sektor yang ada di Kota Metro diperoleh hasil untuk sektor basis ekonomi dan non basis disetiap sektornya yaitu :

1.1. Pada tahun 2002

a. Sektor basis yaitu : sektor jasa – jasa; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor transportasi dan komunikasi; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor bangunan dan sektor industri

pengolahan.

b. Sektor non basis yaitu : sektor pertanian dan sektor pertambangan. 1.2. Pada tahun 2003

a. Sektor basis yaitu : sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor jasa – jasa; sektor transportasi dan komunikasi; sektor

(61)

perdagangan, hotel dan restoran; dan sektor listrik, gas dan air bersih.

b.Sektor non basis yaitu : sektor pertanian; sektor pertambangan; sektor industri pengolahan dan sektor bangunan.

1.3. Pada tahun 2004

a. Sektor basis yaitu : sektor jasa – jasa; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; sektor transportasi dan komunikasi; sektor listrik, gas dan air besih dan sektor perdagangan, hotel dan restoran;.

b. Sektor non basis yaitu : sektor pertanian; sektor pertambangan; sektor industri pengolahan dan sektor bangunan.

1.4. Tahun 2005

a. Sektor basis yaitu : sektor jasa – jasa; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor transportasi dan komunikasi; dan sektor perdagangan, hotel dan restoran.

b. Sektor non basis yaitu: sektor pertanian; sektor pertambangan; sektor industri pengolahan; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; dan sektor bangunan.

1.5. Tahun 2006

a. Sektor basis yaitu : sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor listrik, gas dan air besih; sektor jasa –jasa; sektor keuangan,

Gambar

Tabel 1. PDRB Propinsi Lampung Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga    Konstan 2000 tahun 2002 - 2007 ( Juta rupiah )
Tabel 2. PDRB Kota Metro Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan    tahun 2000, tahun 2002-2007 ( Juta rupiah )
Tabel 3. Jumlah Sarana Kesehatan dan Tenaga Kesehatan tahun 2003-2007
Tabel 4. Pertumbuhan Ekonomi Kota Metro pada tahun 2003 -2007   Tahun  PDRB Berdasar Harga
+5

Referensi

Dokumen terkait

Adalah kondisi bisnis perusahaan yang bergerak dalam pasar dengan pertumbuhan rendah tapi pangsa pasarnya tinggi.. Perusahaan dapat mengeruk keuntungan tanpa memerlukan investasi

Data udara atas pada saat kejadian yang diperoleh dari stasiun meteorologi Pangkal Pinang menunjukkan bahwa pesawat terbang dengan ketinggian jelajah 32.000 kaki atau dapat

Data yang akurat dan mutakhir yang mendukung klasifikasi lahan hutan untuk berbagai penggunaan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan, dan fokus yang lebih kuat pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbedaan suhu lingkungan dan lama thawing yang berbeda terhadap kualitas semen beku (motilitas, persen hidup

Program Tabungan dan Kredit Usaha Kesejahteraan Rakyat (Takesra-Kukesra), Program Pengembangan Kecamatan, Program Penanggulangan Kemiskinan Perkataan (P2KP), Program

9 Ridho Alamanda Bahasa Prancis Juara 2 lomba pidato dalam rangka Pekan Frankofoni yang diadakan oleh Jurusan Bahasa Prancis Universitas Negeri Jakarta bekerja sama dengan

Pada awal berdirinya masjid ini diberi nama Jami’ul Kahhirah (Kairo) karena mengambil nama tempat universitas tersebut didirikan, Belakangan, namanya diubah menjadi

Kemerataan spesies anura di lereng selatan Gunung Merapi ada yang sudah stabil (Telogo Nirmolo dan Bukit Turgo), masih labil (Bukit Plawangan, Kali Kuning, dan Telogo Muncar), dan