• Tidak ada hasil yang ditemukan

EXPLORE Volume 12 No 1 Tahun 2022 p-issn : X Terakreditasi Sinta 5 SK No : 23/E/KPT/2019 e-issn : X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EXPLORE Volume 12 No 1 Tahun 2022 p-issn : X Terakreditasi Sinta 5 SK No : 23/E/KPT/2019 e-issn : X"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Perbandingan Parameter QoS Standar TIPHON Pada Jaringan Nirkabel Dalam Penerapan Metode PCQ

Subektiningsih1, Renaldi2, Pramudhita Ferdiansyah3 Universitas Amikom Yogyakarta1,2,3

subektiningsih@amikom.ac.id1 renaldi.re@students.amikom.ac.id2 ferdian@amikom.ac.id3 Abstrak – Kantor Kecamatan S menggunakan jaringan nirkabel untuk mendukung kinerja para pegawai. Namun, setiap pengguna belum mendapatkan kecepatan akses yang merata untuk unggah maupun unduh data. Sehingga, dilakukan pengalokasian bandwidth menggunakan metode Per Connection Queue (PCQ). Penggunaan metode PCQ karena ingin membagi bandwidth dengan sama rata untuk pengguna yang aktif. Kecepatan unggah dan unduh data sebelum dilakukan alokasi bandwidth mempunyai selisih kecepatan akses yang signifikan, sehingga para pengguna tidak mendapatkan alokasi bandwidth yang adil dan merata. Namun, setelah dilakukan manajemen bandwidth setiap pengguna aktif mendapatkan alokasi bandwidth yang adil, dibuktikan dengan nilai rata-rata kecepatan unggah dan unduh data yang serupa, yaitu 8.34 Mbps untuk unggah dan 8.45 untuk unduh. Tahap berikutnya dilakukan analisis Quality of Service (QoS) untuk melihat kinerja dari atribut jaringan sebelum dan sesudah dilakukan manajemen bandwidth dengan PCQ. Pada parameter throughput dan delay berada dalam kategori standar TIPHON Sangat Bagus, pada kondisi sebelum maupun sesudah dilakukan konfigurasi PCQ. Parameter Jitter juga memberikan hasil yang sama antara sebelum dan sesudah, yaitu ada di dalam kategori ”Bagus”. Parameter yang berubah antara sebelum dan setelah konfigurasi adalah packet loss. Sebelum dikonfigurasi PCQ berada dalam kategori Bagus dan setelah dikonfigurasi dengan PCQ menjadi Sangat Bagus. Hal tersebut menjadikan kecil kemungkinan atau meminimalkan hilangnya paket selama transmisi data berlangsung. Sehingga, paket dapat diterima dengan sangat baik dari pengirim kepada penerima.

Dukungan keamanan juga diterapkan dengan mac filtering. Hal ini bertujuan untuk memberikan izin akses hanya pada perangkat yang sudah terdaftar dalam sistem jaringan. Pembatasan pengguna ditujukan juga untuk menjaga kestabilan akses internet.

Kata kunci: manajemen bandwidth; QoS; PCQ

Abstract - The S District Office uses a nirkabel network to support the performance of the employees.

However, every user has not yet received an equal access speed for uploads and downloads. Thus, bandwidth allocation is carried out using the PCQ method to distribute bandwidth equally to active users. Upload and download speeds before bandwidth allocation has a significant difference in access speed, so users do not get a fair and equitable bandwidth allocation. However, after bandwidth management has been carried out, every active user gets a fair bandwidth allocation, as evidenced by the similar average data upload and download speeds, namely 8.34 Mbps for upload and 8.45 for download. Next, perform a QoS analysis to see the performance of network attributes before and after bandwidth management is performed. The throughput and delay parameters are in the TIPHON standard category Very Good, in conditions before and after PCQ configuration. The Jitter parameter also gives the same results between before and after, which is in the "Good"

category. The parameter that changes between before and after configuration is packet loss. Before configured PCQ was in the Good category and after configured with PCQ it was in the Very Good category. This makes it less likely for packets to be lost during data transmission. So, the package can be received very well from the sender to the recipient. Mac Filtering is also implemented to grant access permissions only to devices that are already registered in the network system, so that internet access remains stable.

Keyword : bandwidth management, QoS, PCQ

1. Latar Belakang

Pengguna internet di Indonesia pada tahun 2021 berjumlah 202.6 juta atau 73.7% dari jumlah populasi [1]. Menurut data dari [1]

internet digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas, antara lain: mencari informasi melalui mesin pencari, voice commands, akses media sosial, menggunakan image recognition tools, menonton video, vlogs, mendengarkan music

melalui layanan streaming, mendengarkan online radio, mendengarkan atau melihat podcasts. Dalam Instansi Pemerintah juga memanfaatkan penggunaan internet untuk mengelola informasi dan mendukung kinerja [2]. Instansi pemerintah merupakan organisasi yang terdiri dari sumber daya yang mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat [3].

(2)

Diperlukan dukungan akses internet yang dapat memberikan produktitas yang baik [4].

Hal ini juga yang dibutuhkan oleh salah satu Instansi Pemerintah di Yogyakarta, yaitu Kantor Kecamatan S. Di Kantor Kecamatan S menggunakan jaringan wireless atau nirkabel yang belum dilakukan manajemen bandwidth, sehingga terjadi ketidakseimbangan bandwidth yang diterima oleh para pegawai. Kecepatan akses untuk unggah maupun unduh data tidak terbagi secara merata untuk setiap pengguna.

Di satu sisi terdapat pengguna yang mendapatkan kecepatan akses unggah yang sangat tinggi, di sisi lain terdapat pengguna yang mendapatkan kecepatan unggah sangat rendah. Hal yang sama terjadi pada kecepatan unduh data.

Bandwidth ini merupakan kapasitas informasi yang mengalir pada waktu tertentu [5].

Kebutuhan terhadap bandwidth ini menjadi representasi dari kapasitas koneksi [6]. Oleh sebab itu, perlu dilakukan manajemen bandwidth supaya perolehan akses internet pegawai lebih adil dan merata.

Manajemen bandwidth merupakan cara yang dapat diterapkan untuk mengoptimalkan jaringan [7]. Metode yang digunakan untuk melakukan manajemen bandwidth di kantor Kecamatan S adalah Per Connection Queue (PCQ). Metode yang membagi bandwidth dengan teknik antrian terhadap multiple user [6]. Dalam penelitian ini menggunakan router mikrotik. Dalam mikrotik mempunyai fitur yang dapat digunakan untuk manajemen traffic packet maupun traffic rate [7]. Penerapan Per Connection Queue (PCQ) untuk pembagian bandwidth menggunakan fitur Simple Queue pada mikrotik. Pembatasan akses internet juga dilakukan dengan Acess User Direct Mac Filtering. Penelitian ini menggunakan model NDLC, Network Development Life Cycle adalah model yang memuat tahapan untuk pengembangan jaringan komputer [8]. Fase dalam NDLC ini antara lain; Analysis, Design, Simulation/Prototyping,Implementation,

Monitoring, Management [9].

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengukuran kualitas jaringan internet pada kondisi sebelum dilakukan manajemen bandwidth dan setelah dilakukan manajemen bandwidth. Pengukuran dilakukan menggunakan pendekatan QOS. Quality of Service (QoS) merupakan metode pengukuran jaringan komputer berdasarkan atribut kinerja yang dihubungkan terhadap suatu layanan [10]. Tujuan dari pengukuran ini untuk mengetahui atribut apa yang mengalami perubahan kualitas di jaringan internet Kantor Kecamatan S. Karena QoS memang menawarkan kemampuan untuk dapat

mendefinisikan atribut layanan jaringan yang tersedia [10]. QoS merujuk pada kehandalan penyampaian data dan tingkat kecepatan dalam sistem komunikasi [11]. Kinerja jaringan internet harus berada dalam kondisi baik untuk keperluan komunikasi maupun akses informasi, sehingga ketersediaan bandwidth yang sesuai menjadi penting untuk memberikan layanan yang nyaman bagi penggunanya [12]

2. Kajian Pustaka

Analisis Quality of Service dilakukan oleh [9]

dalam manajemen bandwidth menggunakan Metode Hierarchical Token Bucket dengan standar deviasi. Metode Hierarchical Token Bucket (HTB) diterapkan pada antrian (queue) untuk pemerataan dalam pembagian bandwidth dalam optimalisasi QoS.

Selanjutnya, dialkukan analisis untuk mendapatkan nilai optimal dari pemerataan bandwidth yang dilakukan. Dalam penelitian ini diperoleh deviasi rata-rata bandwidth dengan metode Hierarchical Token Bucket dan Simple Queue. Dilakukan pengujian dengan memberikan batas minimal dan maksimal terhadap bandwidth secara dinamis. Hasil penelitian diperoleh bahwa nilai deviasi bandwidth atau nilai simpangan bandwidth dengan metode Hierarchical Token Bucket lebih sedikit jika dibandingkan dengan rata- rata secara keseluruhan. Sehingga, mampu meningkatkan Quality of Service pada jaringan internet yang digunakan.

Metode yang juga dapat digunakan untuk manajemen bandwidth adalah Per Connection Queue (PCQ). Implementasi metode Per Connection Queue dilakukan oleh [6] pada jaringan komputer di Fakultas Farmasi yang ada di Universitas Mulawarman. Penelitian tersebut bertujuan untuk menyeimbangkan pembagian bandwidth terhadap pengguna sesuai kebutuhan. Melihat pengaruh dari alokasi bandwidth menggunakan pendekatan Quality of Service dengan standar TIPHON.

Analisis Quality of Service (QoS) juga pernah dilakukan oleh [11] dalam jaringan komputer di SMK Negeri 1 Sukadana dengan parameter Jitter, throughput, delay, packet loss.

Pengujian QoS dilakukan setelah menerapkan manajemen bandwidth dengan metode Simple Queue. Diperoleh hasil nilai throughput yang buruk yang didasarkan pada standar TIPHON, sehingga dibutuhkan koneksi internet yang lebih baik.

Penerapan QoS juga diakukan oleh [13] untuk optimalisasi bandwidth dengan metode Hierarchical Token Bucket. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengatasi kemacetan traffic

(3)

data supaya semua mengguna dapat mengakses jaringan tanpa hambatan.

Implementasi QoS terhadap WLAN di Politeknik Negeri Madiun dilakukan oleh [7].

Dalam penelitian tersebut menggunakan metode Per Connection Queue dalam melakukan manajemen bandwidth untuk membagi rata terhadap client yang aktif.

Parameter QoS yang digunakan adalah packet loss, jitter, throughput, delay, upload, dan download dengan rata-rata nilai yang diperoleh adalah bagus. Metode PCQ cocok diterapkan jika mengalami kesulitan dalam penentuan jumlah bandwidth untuk per client.

Analisis Quality of Service (QoS) juga dilakukan oleh [5] pada jaringan yang diimplementasikan manajemen bandwidth dengan metode simple queue. Parameter QoS yang dianalisis adalah jitter, packet loss, delay, dan throughput dengan yang bernilai bagus.

Dalam penelitian ini dilakukan analisis Quality of Service (QoS) i parameter throughput, jitter, delay, packet loss dengan standar TIPHON pada jaringan nirkabel di Kantor Kecamatan S.

QoS dilakukan sebelum dan setelah dilakukan manajemen bandwidth menggunakan metode Per Connection Queue dengan fitur Simple Queue. Pada penelitian ini juga dilakukan pembatasan pengguna dengan Acess User Direct Mac Filtering supaya hanya pegawai Kantor Kecamatan S yang dapat menggunakan layanan internet di kantor tersebut.

3. Perancangan Sistem / Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan Network Development Life Cycle (NDLC) yang diilustrasikan dalam [9] di Gambar 1.

Gambar 1. Siklus NDLC [9]

Tahap pertama dari siklus tersebut adalah analisis permasalahan, kebutuhan, dan manajemen bandwidth dengan metode yang telah disesuaikan. Selanjutnya, melakukan tahap desain topologi jaringan dan mengelola bandwidth berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis di proses sebelumnya.

Tahap ketiga adalah melakukan simulasi berdasarkan hasil desain untuk melihat kesiapannya.

Proses selanjutnya, mengimplementasikan konfigurasi yang telah dilakukan simulasi.

Tahap terakhir adalah monitoring dan manajemen yang dilakukan untuk memantau kondisi jaringan internet setelah dilakukan pengalokasian bandwidth. Dalam tahap ini juga dilakukan pengujian untuk melihat perbandingan dari kualitas jaringan sebelum dan sesudah dilakukan manajemen bandwidth.

4. Implementasi Sistem dan Hasil

Tahap analisis permasalahan dan mengidentifikasi kebutuhan dilakukan dengan observasi langsung ke Kantor Kecamatan S dan melakukan wawancara terhadap pengguna dan administrator jaringan dikantor tersebut. Hasil yang diperoleh adalah kecepatan akses internet antar pengguna tidak merata dan tidak terdapat pembatasan pengguna yang berhak mengkases ajringan internet di kantor tersebut. Data pendukung juga diperoleh dengan melakukan speed test koneksi internet.

Berdasarkan analisis permasalahan tersebut akan dilakukan pengalokasiaan bandwidth dengan metode Per Connection Queue (PCQ) supaya akses jaringan internet menjadi lebih optimal untuk setiap client atau pengguna.

Diberlakukan Acess User Mac Filtering untuk membatasi akses penggunaan jaringan internet terhadap pengguna yang sudah didaftarkan dalam sistem jairngan.

Dalam model Network Development Life Cycle (NDLC) tahap terakhir adalah manajemen.

Supaya memudahkan dalam melakukan manajemen dan perawatan jaringan nirkabel, maka dilakukan pengujian untuk kualitas jaringan internet sebelum dan sesudah dilakukan pemerataan atau pengalokasiaan bandwidth.

Pengujian kualitas jaringan dilakukan dengan parameter Quality of Service (QoS).

Penerapan PCQ dan Mac filtering dilakukan pada Routerboard Mikrotik dengan Access Point TP-Link untuk jaringan nirkabel.

Desain topologi nirkabel dari Kantor Kecamatan S ditunjukan dalam Gambar 2.

(4)

Gambar 2. Topologi Jaringan Komputer Tahap berikutnya melakukan konfigurasi menggunakan winbox. Konfigurasi yang dilakukan antara lain; konfigurasi pengguna, penamaan antarmuka port yang digunakan, konfigurasi IP Address, konfigurasi Nat, konfigurasi DHCP client, konfigurasi DHCP server, konfigurasi mac filtering, konfigurasi access point, dan menerapkan konfigurasi terhadap manajemen bandwidth. Sample yang digunakan untuk dilakukan pengaturan mac filtering adalah tujuh pengguna yang disesuaikan dengan per area kerja di Kantor Kecamatan S. Mac address pada perangkat pengguna yang belum didaftarkan tidak dapat terhubung ke jaringan nirkabel, hanya akan diarahkan ke halaman login untuk dapat mengakses jaringan. Hal ini menjadi pembatasan bagi pengguna yang tidak diizinkan untuk menggunakan akses jaringan nirkabel di Kantor Kecamatan S. Namun, bagi pengguna yang menggunakan perangkat dengan mac address yang sudah didaftarkan ke dalam sistem jaringan dapat secara langsung terhubung dengan jaringan nirkabel di kantor Kecamatan S.

Tahap selanjutnya melakukan pengalokasian bandwidth menggunakan metode PCQ pada port yang terhubung dengan access point dan pengaturan bandwidth maksimal adalah 10 Mbps. Proses berikutnya melakukan pengujian kecepatan unggah data dan unduh data pada jaringan nirkabel sebelum diterapkan manajemen bandwidth dan setelah diterapkan manajemen bandwidth. Dalam penggujian ini menggunakan total bandwidth 100 Mbps. Hasil perbandingan kecepatan unggah sebelum dan sesudah dilakukan manajemen bandwidth ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbandingan Kecepatan Unggah Pengguna

Kecepatan Unggah Sebelum

diterapkan PCQ

Setelah Diterapkan

PCQ Pengguna 1 94,50 Mbps 9,44 Mbps Pengguna 2 69,91 Mbps 9,38 Mbps Pengguna 3 90,29 Mbps 7,59 Mbps Pengguna 4 86,63 Mbps 7,13 Mbps Pengguna 5 41,06 Mbps 9,63 Mbps Pengguna 6 48,47 Mbps 8,2 Mbps Pengguna 7 34,31 Mbps 7,01 Mbps

Hasil perbandingan kecepatan unduh sebelum dan sesudah dilakukan pengalokasian bandwidth ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Kecepatan Unduh Pengguna

Kecepatan Unduh Sebelum

diterapkan PCQ

Setelah Diterapkan

PCQ Pengguna 1 92,92 Mbps 9,18 Mbps Pengguna 2 62,08 Mbps 7,91 Mbps Pengguna 3 74,60 Mbps 4,64 Mbps Pengguna 4 45,98 Mbps 9,61 Mbps Pengguna 5 32,59 Mbps 9,42 Mbps Pengguna 6 31,83 Mbps 9,09 Mbps Pengguna 7 19,88 Mbps 9,31 Mbps

Berdasarkan data dari perbandingan kecepatan unggah sebelum dilakukan konfigurasi PCQ diperoleh nilai tertinggi 94.50 Mbps dan nilai terendah 34.31 Mbps. Hasil tersebut menunjukkan selisih nilai atau perbedaan nilai yang sangat berjauh, artinya terdapat ketidakseimbangan dalam kecepatan unggah antar pengguna. Selanjutnya, setelah dilakukan konfigurasi dengan PCQ didapatkan nilai tertinggi adalah 9.44 Mbps dan nilai terendah 7.01 Mbps. Hasil menunjukkan selisih nilai yang tidak jauh, sebesar 2.43, artinya terdapat pemerataan kecepatan akses untuk unggah terhadap setiap pengguna.

Perbandingan kecepatan unduh sebelum dilakukan konfigurasi PCQ diperoleh nilai tertinggi 92.92 Mbps dan nilai terendah 19.88 Mbps. Hasil tersebut menunjukkan selisih nilai yang sangat berjauh, yaitu 73.04 yang berarti terdapat ketidakseimbangan dalam kecepatan unduh antar pengguna. Selanjutnya, setelah dilakukan konfigurasi dengan PCQ didapatkan nilai tertinggi unduh adalah 9.61 Mbps dan nilai terendah 4.64 Mbps. Hasil menunjukkan selisih nilai yang tidak jauh, yang berarti terdapat pemerataan kecepatan akses unduh pada setiap pengguna.

Visualisasi nilai tertinggi dan terendah dari kecepatan unggah dan unduh ditunjukkan pada Gambar 3. Warna kuning adalah nilai tertinggi untuk kecepatan unggah dan unduh sebelum atau sesudah dilakukan konfigurasi PCQ. Warna hijau menunjukkan nilai terendah dari kecepatan unggah dan unduh sebelum maupun sesudah dilakukan konfigurasi PCQ.

Dalam grafik di Gambar 3 terlihat jelas selisih yang signifikan antara kecepatan tertinggi dan kecepatan terendah untuk unggah maupun unduh. Sedangkan, setelah dilakukan konfigurasi kecepatan unggah maupun unduh lebih stabil dan terbagi secara adil untuk pengguna yang aktif menggunakan jaringan internet.

(5)

Gambar 3. Visualisasi Kecepatan Unggah dan Unduh

Nilai rata-rata dari kecepatan unggah maupun unduh setelah dilakukan konfigurasi juga tidak terlalu jauh, yaitu 8.34 Mbps untuk unggah dan 8.45 untuk unduh. Hal ini menunjukan kecepatan yang setara saat pengguna melakukan aktivitas unggah data maupun unduh data. Berbeda dengan rerata yang ditunjukkan pada kecepatan unggah dan unduh sebelum dilakukan konfigurasi PCQ, yaitu 66.41 untuk unggah dan 51.41 untuk unduh. Dalam grafik di Gambar 4 terlihat perbedaan yang signifikan. Dalam Gambar 4, warna biru menunjukkan Rerata unggah dan unduh sebelum dikonfigurasi PCQ dan warna abu-abu adalah rerata unggah dan unduh setelah dilakukan konfigurasi PCQ.

Gambar 4. Perbandingan Rerata Unggah dan Unduh Data Sebelum dan Sesudah

Konfigurasi PCQ

Tahap berikutnya adalah melakukan pengujian terhadap kualitas jaringan nirkabel sebelum dan sesudah dilakukan konfigurasi manajemen bandwidth PCQ berdasarkan pendekatan Quality of Service (QoS).

Parameter yang diacu dalam analisis QoS ini antara lain; throughtput, packet loss, delay, dan jitter. Dalam [10] menyebutkan bahwa packet loss adalah jumlah paket yang hilang karena terjadinya tabarkan data atau collision maupun congestion (kemacetan data). Jitter adalah variasi kedatangan paket yang dapat

disebabkan oleh panjang antrian, waktu pengolahan, maupun waktu penyatuan kembali paket diakhir perjalanan. Jitter juga dapat berarti gangguan komunikasi digital yang dapat mengakibatkan paket hilang [11].

Dalam [11] juga menyatakan delay adalah keterlambatan waktu transmisi paket dari pengirim ke penerima atau disebut juga dengan jumlah waktu tunda paket sampai ke tujuan. Throughput merupakan kemampuan jaringan dalam mengirimkan paket dengan satuan kbps. Throughput diperoleh dari jumlah paket yang diterima (kb) dibagi dengan waktu pengiriman (s). Throughput bersifat dinamis, tergantung kondisi lalu lintas jaringan [11].

Proses monitoring untuk melakukan analisis QoS ini dilakukan menggunakan Wireshark dalam waktu yang berbeda selama bulan Juni hingga bulan Agustus 2021. Analisis QoS dilakukan sebelum dan sesudah konfigurasi manajemen bandwidth dengan PCQ pada jaringan nirkabel di Kantor Kecamatan S berdasarkan standar Telecommunications and Internet Protocol Harmonization Over Network atau TIPHON. Dalam [14] mengilustrasikan standar TIPHON untuk packet loss, jitter, dan delay pada Gambar 5.

Gambar 5. Ilustrasi Standar TIPHON untuk Packet Loss, Jitter, dan Delay [14]

Parameter Throughput dinyatakan oleh [15]

yang ditunjukkan dalam Gambar 6.

Gambar 5. Ilustrasi Standar TIPHON untuk Throughput [15]

Hasil analisis Quality of Service (Qos) pada jaringan nirkabel Kantor Kecamatan S sebelum dilakukan konfigurasi PCQ ditunjukkan dalam Tabel 3.

(6)

Tabel 3. Hasil Qos Sebelum Konfigurasi PCQ Parameter

Waktu

Rerat a

Kategor 15 Juni i

2021

18 Juni 2021 Throughpu

t

2185 kbps

5130 kbps

3657, 5 kbps

Sangat Bagus Packet

Loss

2,3103

%

3,7891

%

3,049

7 % Bagus Delay 2,35866

7 ms

0,97027 2 ms

1,664 ms

Sangat Bagus Jitter 4,0628

ms

1,61754 2 ms

2,840

ms Bagus

Hasil pengujian QoS sebelum dilakukan pengalokasian bandwidth untuk throughput dan delay ada dalam kategori Sangat Bagus.

Hal ini berarti jaringan nirkabel di Kantor Kecamatan S mempunyai kemampuan pengiriman paket yang sangat bagus dan kecil kemungkinan paket mengalami keterlambatan.

Sedangkan, untuk parameter packet loss dan jitter ada dalam kategori Bagus, artinya ada kemungkinan terjadi tabrakan, kemacetan, antrian paket saat terjadi lonjakan lalu lintas jaringan. Dalam [11] menyebutkan bahwa kondisi lalu lintas jaringan yang meningkat secara tiba-tiba mengakibatkan penyempitan bandwidth.

Tahap berikutnya dilakukan pengujian Quality of Service (Qos) pada jaringan nirkabel Kantor Kecamatan S sesudah dilakukan konfigurasi PCQ. Hasilnya ditunjukkan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Hasil QoS Setelah Konfigurasi PCQ Parameter

Waktu

Rerata Kategori 26 Juli

2021

04 Agustus

2021 Throughput 2449

kbps

8812 kbps

5630,5 kbps

Sangat Bagus Packet

Loss

5,3 % 0,1 % 2,7 % Sangat Bagus Delay 2,982

ms

1,114 ms

2,048 ms

Sangat Bagus Jitter 11,139

ms

2,1620 ms

6,6505 ms Bagus

Hasil pengujian QoS setelah konfigurasi PCQ pada parameter throughput dan delay berada dalam kategori yang sama dengan kondisi sebelum dilakukan konfigurasi, yaitu Sangat Bagus dalam satndar TIPHON. Pada parameter Jitter juga memberikan hasil yang sama antara sebelum dan sesudah, yaitu ada di dalam kategori ”Bagus”. Perubahan yang terjadi setelah dilakukan konfigurasi PCQ ada pada parameter packet loss. Sebelum dikonfigurasi PCQ berada dalam kategori Bagus dan setelah dikonfigurasi dengan PCQ menjadi Sangat Bagus. Hal ini berarti dengan diterapkannya manajemen bandwidth menggunakan metode PCQ pada jaringan nirkabel di kantor Kecamatan S meminimalkan atau menjadikan kecil kemungkinan hilangnya

paket selama transmisi data berlangsung.

Sehingga, paket dapat terkirim dan diterima dengan sangat baik dari pengirim kepada penerima. Dalam [11] menyatakan bahwa hilangnya paket dapat disebabkan karena lalu lintas jaringan yang berlebih, tabrakan data, gangguan pada media fisik, ataupun kegagalan pada penerima. Visualisasi perbandingan rerata dari analisis Quality of Service (Qos) sebelum dan setelah konfigurasi PCQ pada jaringan nirkabel Kantor Kecamatan S ditunjukan pada Gambar 5.

Gambar 5. Perbandingan Parameter QoS

5. Kesimpulan

Kantor Kecamatan S menggunakan jaringan nirkabel untuk mendukung kinerja para pegawai. Namun, setiap pengguna belum mendapatkan alokasi bandwidth yang merata untuk unggah maupun unduh data. Sehingga, dilakukan pengalokasian bandwidth menggunakan metode Per Connection Queue.

Penggunaan metode Queue ini karena ingin membagi bandwidth dengan sama rata untuk pengguna yang aktif. Kecepatan unggah dan unduh data sebelum dilakukan alokasi bandwidth dengan PCQ mempunyai selisih kecepatan yang signifikan, sehingga para pengguna tidak mendapatkan alokasi bandwidth yang adil dan merata. Namun, setelah dilakukan manajemen bandwidth setiap pengguna aktif mendapatkan alokasi bandwidth yang adil, dibuktikan dengan nilai rata-rata kecepatan unggah dan unduh data yang serupa, yaitu 8.34 Mbps untuk unggah data dan 8.45 untuk unduh data. Menjadikan kecepatan akses yang setara untuk setiap pengguna aktif. Dukungan keamanan juga diterapkan terhadap jaringan nirkabel di kantor Kecamatan S menggunakan mac filtering. Hal

(7)

ini bertujuan untuk memberikan izin akses hanya pada perangkat yang sudah terdaftar dalam sistem jaringan. Pembatasan pengguna yang tidak diizinkan, bertujuan juga untuk menjaga kestabilan akses internet.

Dalam jaringan nirkabel di Kantor Kecamatan S juga dilakukan analisis Quality of Service (QoS) untuk melihat kinerja dari atribut jaringan sebelum dan sesudah dilakukan manajemen bandwidth dengan PCQ. Pada parameter throughput dan delay berada dalam kategori standar TIPHON Sangat Bagus, pada kondisi sebelum maupun sesudah dilakukan konfigurasi PCQ. Parameter Jitter juga memberikan hasil yang sama antara sebelum dan sesudah, yaitu berada di kategori ”Bagus”.

Parameter yang berubah antara sebelum dan setelah konfigurasi adalah packet loss.

Sebelum dikonfigurasi PCQ berada dalam kategori Bagus dan setelah dikonfigurasi dengan PCQ menjadi Sangat Bagus. Hal tersebut menjadikan kecil kemungkinan atau meminimalkan hilangnya paket selama transmisi data berlangsung. Sehingga, paket dapat diterima dengan sangat baik dari pengirim kepada penerima.

6. Pustaka

[1] We Are Social, “Digital 2021,” 2021.

[2] N. Alam, “Potensi Penggunaan Koneksi Internet Instansi Pemerintah Bersama Masyarakat di Kota Makassar,” J.

Pekommas, vol. 17, no. 3, pp. 189–196, 2014, doi: 10.30818/jpkm.2014.1170307.

[3] Y. Mulyanto and S. B. Prakoso, “Rancang Bangun Jaringan Komputer Menggunakan Sistem Manajemen Omada Controller Pada Inspektorat Kabupaten Sumbawadengan Metode Network Development Life Cycle (Ndlc),” J. Inform.

Teknol. dan Sains, vol. 2, no. 4, pp. 223–

233, 2020, doi: 10.51401/jinteks.v2i4.825.

[4] R. Kurniawan, “Penerapan Teknik Burst Bandwidth Untuk Network Management Pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Lubuklinggau,” Prosisko, vol. 5, no.

1, pp. 21–27, 2017.

[5] S. K. Sadino, R. R. Saedudin, and U. Y. K.

S. Hediyanto, “ANALISIS SIMULASI

MANAJEMEN BANDWIDTH

MENGGUNAKAN METODE SIMPLE

QUEUE UNTUK MENINGKATKAN

KUALITAS JARINGAN,” in e-Proceeding of Engineering, 2021, vol. 8, no. 5, pp.

9079–9087.

[6] A. Fachreza Arman, E. Budiman, and M.

Taruk, “Implementasi Metode PCQ pada QoS Jaringan Komputer Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman,” Jurti, vol. 4, no.

2, 2020.

[7] H. Kusbandono and E. M. Syafitri,

“Penerapan Quality Of Service (QoS) dengan Metode PCQ untuk Manajemen Bandwidth Internet pada WLAN Politeknik Negeri Madiun,” Res. Comput. Inf. Syst.

Technol. Manag., vol. 2, no. 1, p. 7, 2019, doi: 10.25273/research.v2i1.3743.

[8] M. H. Prayitno and H. Lubis, “Penerapan Logical Unit Number (LUN) Pada Drobo Virtual Storage Dengan Metode Network Development Life Cycle (NDLC),” Explor.

J. Sist. Inf. dan Telemat., vol. 11, no. 1, p.

45, 2020, doi: 10.36448/jsit.v11i1.1458.

[9] P. Ferdiansyah, R. Indrayani, and S.

Subektiningsih, “Analisis Manajemen Bandwidth Menggunakan Hierarchical Token Bucket Pada Router dengan Standar Deviasi,” J. Nas. Teknol. dan Sist.

Inf., vol. 6, no. 1, pp. 38–45, 2020, doi:

10.25077/teknosi.v6i1.2020.38-45.

[10] O. L. Daulay, “Analisis Quality of Services(Qos) Pada Manajemen Bandwidth Menggunakan Metode Hirarchical Token Bucket (Htb) Pada Sistem Jaringan,” JISTech (Journal Islam.

Sci. Technol. JISTech, vol. 5, no. 2, pp.

18–35, 2020.

[11] M. Purwahid and J. Triloka, “Analisis Quality of Service (QOS) Jaringan Internet Untuk Mendukung Rencana Strategis Infrastruktur Jaringan Komputer Di SMK N I Sukadana,” Jtksi, vol. 2, no. 3, pp. 100–

109, 2019, [Online]

[12] M. Iqbal Ichwan, L. Sugiyanta, and P.

Wibowo Yunanto, “Analisis Manajemen Bandwidth Hierarchical Token Bucket (HTB) dengan Mikrotik pada Jaringan SMK Negeri 22,” PINTER J. Pendidik.

Tek. Inform. dan Komput., vol. 3, no. 2, pp.

122–126, 2019, doi: 10.21009/pinter.3.2.6.

[13] M. Badrul and Akmaludin, “Implementasi Quality of Services ( Qos ) Untuk Optimalisasi Manajemen Bandwidth,”

Prosisko Vol. 6 No. 1 Maret 2019, vol. 6, no. 1, pp. 1–9, 2019, [Online]. Available:

http://e-

jurnal.lppmunsera.org/index.php/PROSIS KO/article/download/1120/931.

[14] Walinono, E. Budiman, and M. Taruk,

“Analisis Ketersediaan Jaringan Teknologi Hsdpa Terhadap Varian Internet Service Provider 4G,” SNITT-Politeknik Negeri Balikpapan 2018, pp. 4–9, 2018.

[15] I. Faisal and A. Fauzi, “BANDWITH

MENGGUNAKAN METODE QUEUE

TREE dan PCQ (PER CONNECTION QUEUEING ),” J. Teknol. dan Ilmu Komput. Prima, vol. 1, no. April 2018, pp.

137–142, 2019.

Gambar

Gambar 1. Siklus NDLC [9]
Gambar 2. Topologi Jaringan Komputer  Tahap  berikutnya  melakukan  konfigurasi  menggunakan  winbox
Gambar 5. Ilustrasi Standar TIPHON untuk  Packet Loss, Jitter, dan Delay [14]
Gambar 5. Perbandingan Parameter QoS

Referensi

Dokumen terkait

Dari pembahasan analisis data dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku konsumen yang cenderung memanfaatkan digital payment system berpengaruh negatif dan signifikan

Keunggulan metode simple additive weighting dibanding dengan sistem pendukung keputusan yang lain terletak pada kemampuannya dalam melakukan penilaan secara lebih tepat

Abstrak – Penilaian Kinerja Satuan Kerja tentang pengelolaan barang milik negara dilingkungan Biro Pengelolaan Barang Milik Negara Sekretariat Jenderal Kementerian Pekerjaan

Karena merupakan aplikasi yang baru tentunya banyak sekali tanggapan dari para penggunanya yakni Pegawai di lingkungan pemerintah daerah Tabalong baik Aparatur

Formulasi Perhitungan = jumlah surat permohonan MLA dari penegak hukum di Indonesia yang ditindaklanjuti : jumlah keseluruhan surat permohonan MLA dari penegak hukum Indonesia

Sesuai dengan surat keputusan Ketua Dewan Pimpinan Harian AP3I No.084/Kpts/DPH/XII/92 tanggal 24 Desember 1992 tentang penataan pengelolaan unit pelaksana penelitian

Variabel adalah suatu pengenalan yang digunakan untuk mewakili nilai tertentu dalam proses program. Berbeda dengan konstanta yang nilainya selalu tetap, nilai suatu

Meskipun peternak mempersepsikan bahwa resiko IB dan biaya yang dibutuhkan untuk IB lebih tinggi dibanding dengan kawin alam, namun peternak