• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR PUSTAKA. 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAFTAR PUSTAKA. 1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

38

DAFTAR PUSTAKA

1. Abidin, Hasanuddin Z.(2001). Geodesi satelit. Jakarta : Pradnya Paramita.

2. Abidin, Hasanuddin Z.(2002). Survey Dengan GPS. Cetakan Kedua. Jakarta : Pradnya Paramita.

3. Krakiwsky, E.J. (1973) : “Conformal Map Projections in Geodesy.” Lecture Notes No.37. Dept. of Surveying Eng., Univ. of New Burnswick, Canada.

4. Krakiwsky, E.J., & D.E. Wells (1974) : “Coordinat System in Geodesy.” Lecture Notes No.39. Dept. of Surveying Eng., Univ. of New Burnswick, Canada.

5. Leick, Alfred.(1990). GPS Satellite Sureying. University of Maine,Orono,Maine.

6. Prijatna, Kosasih.(2005). “Ilmu Hitung Geodesi II.” Presentasi Catatan Kuliah.

Institut Teknologi Bandung, Bandung.

7. Purworahardjo, Umaryono.(2000). Hitung dan Proyeksi Geodesi. ITB, Bandung.

8. Soedomo, Agoes S.(2003). Surveying dan Mapping. ITB, Bandung.

9. Seeber, G. (1993). Satellite Geodesy, foundations, methods, and applications.

Walter de Gruyter, Berlin 1993.

10. Wolf, Paul R. & Charles D. Ghilani (1996) Adjustment Computations. Madison, Canada.

11. Web site: http://www.ngs.noaa.gov/CORS

(2)

LAMPIRAN A

Sistem Proyeksi TM, UTM dan TM3

(3)

40 Sistem Koordinat Proyeksi

Suatu sistem proyeksi peta akan menyajikan bumi atau sebagian permukaan bumi pada suatu bidang datar dengan beberapa aturan perspektif yang berlaku. Pemilihan suatu sistem proyeksi peta adalah berdasarkan:

• Pada posisi daerah, bentuk dan ukuran daerah yang akan dipetakan.

• Kegunaan peta bersangkutan.

Idealnya, bentuk dan ukuran daerah yang dipetakan sesuai dengan pola distorsi dari jenis proyeksi yang dipilih, sebagai contoh:

• Proyeksi azimunthal baik digunakan untuk suatu negara dengan area kecil, garis potong bidang proyeksi terletak pada pusat dari area yang dipetakan.

• Proyeksi silinder baik untuk suatu negara yang bentuknya seperti empat persegi panjang.

• Proyeksi kerucut cocok untuk negara yang berbentuk seperti segitiga.

Pekerjaan pemetaan untuk keperluan pembuatan peta dasar Indonesia saat ini menggunakan Transverse Mercator.

Transverse Mercator

Proyeksi Transverse Mercator adalah proyeksi silinder transversal yang bersifat konform.

Pada proyeksi ini secara geometris silindernya menyinggung bola bumi pada sebuah meridian yang disebut meridian sentral (meridian tengah).

Gambar. Transverse Mercator

Pada meridian sentral, faktor skala = 1 (tidak ada distorsi), perbesaran sepanjang meridian akan menjadi lebih besar bila meridian-meridian tersebut makin jauh ke Barat atau ke Timur dari meridian tengah. Perbesaran sepanjang paralel akan menjadi lebih besar jika lingkaran-lingkaran paralel tersebut mendekati ekuator.

(4)

Proyeksi Transverse Mercator mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :

• Konform;

• Proyeksi garis meridian dan parallel saling berpotongan tegak lurus.

• Proyeksi dari meridian sentral adalah sebuah garis lurus dan equidistant, maka jarak antara kedua kutub dibidang proyeksi sama dengan panjang busur antara keduanya dipermukaan ellipsoid dan dapat dikatakan di meridian sentral k = 1.

• Proyeksi dari lingkaran-lingkaran meridian dan paralel merupakan garis-garis lengkung, kecuali meridian sentral dan ekuator yang merupakan garis-garis lurus yang saling tegak lurus;

• Proyeksi dari meridian sentral dan ekuator diambil sebagai sumbu X (U) dan Y (T). Pada proyeksinya lingkaran-lingkaran meridian, kecuali meridian sentral tergambar lebih panjang. Dengan perkataan lain, kecuali meridian sentral, lingkaran lingkaran meridian dan paralel mengalami distorsi.

• Nilai konvergensi grid γ bertambah apabila titiknya menjauhi meridian sentral.

Adanya distorsi yang makin membesar menjauhi meridian sentral, maka pada proyeksi TM diusahakan suatu cara memperkecil distorsi tersebut dengan membagi daerah-daerah dalam zone-zone (daerah pada permukaan bumi yang dibatasi oleh dua buah meridian) yang sempit dan lebar zone ditentukan sebesar 3 derajat. Setiap zone pada proyeksi TM mempunyai meridian sentral sendiri, ini berarti seluruh permukaan bumi tidak dipetakan pada satu silinder.

UTM (Universal Transverse Mercator)

Untuk memperkecil distorsi pada bidang proyeksi seperti yang telah disebutkan di atas, maka dilakukanlah pembagian zone zone menjadi sebesar 6 derajat. UTM sebenarnya merupakan bidang proyeksi TM yang dibagi tiap zonanya sebesar 6 derajat, dengan ketentuan yang sifatnya universal. Sistem grid dan proyeksi ini dapat digunakan baik untuk pekerjaan pemetaan topografi, referensi untuk citra satelit dan aplikasi lainnya yang memerlukan ketelitian untuk penentuan posisi. Di Indonesia sistem proyeksi UTM digunakan oleh instansi Bakosurtanal, biasanya untuk keperluan pemetaan skala sedang.

(5)

42 Adapun ciri-ciri dari sistem grid UTM adalah :

• Memiliki lebar zona 6 derajat yang dibagi secara simetris dalam arah barat- timur oleh meridian sentral, dan dalam arah utara-selatan oleh garis ekuator.

C-M = Meridian central

A-B, D-E = Standar Meridian

• Titik nol (titik asal) koordinat untuk setiap zona adalah perpotongan meridian sentral dengan garis ekuator.

• Menggunakan sistem koordinat dua dimensi (x,y) atau dinyatakan dengan (timur, utara), dengan sumbu x (timur atau easting) berhimpit dengan garis ekuator dan mengarah ke timur peta dan sumbu y (utara atau northing) berhimpit dengan meridian sentral dan mengarah ke utara peta.

• Faktor skala pada meridian sentral adalah 0,9996.

Gambar. Proyeksi Universal Transverse Merercator

• Untuk belahan bumi bagian selatan dapat digunakan nilai utara semu (false northing) sebesar 10.000.000 meter, dan untuk belahan bumi bagian timur digunakan nilai timur semu (false easting) sebesar 500.000 meter.

(6)

• Aturan penomeran zona dimulai dari zona 1, yaitu pada meridian 180 derajat BB dan 174 derajat BB, lalu meningkat sampai zona 60, yaitu pada meridian 174 derajat BB dan 180 derajat BB.

Gambar. Pembagian Zona UTM untuk Indonesia

• Cakupan lintang untuk setiap zona adalah 80 derajat utara dan 180 derajat selatan.

TM3 (Trensverse Mercator 3 derajat)

Serupa halnya dengan UTM yang merupakan Sistem Proyeksi hasil pembagian zona zona dari Proyeksi TM, TM3 pun merupakan proyeksi UTM yang dibagi tiap zonanya menjadi lebih kecil dari 6 derajat menjadi 3 derajat setiap zonanya. Adapun ciri-ciri dari sistem grid TM3 adalah :

• Memiliki lebar zona 3 derajat yang dibagi secara simetris dalam arah barat- timur oleh meridian sentral, dan dalam arah utara-selatan oleh garis ekuator.

Gambar. Proyeksi Transverse Merercator 3 Derajat

• Titik nol (titik asal) koordinat untuk setiap zona adalah perpotongan meridian sentral dengan garis ekuator.

• Menggunakan sistem koordinat dua dimensi (x,y) atau dinyatakan dengan

(7)

44

ekuator dan mengarah ke timur peta dan sumbu y (utara atau northing) berhimpit dengan meridian sentral dan mengarah ke utara peta.

• Faktor skala pada meridian sentral adalah 0,9999.

• Untuk belahan bumi bagian selatan dapat digunakan nilai utara semu (false northing) sebesar 1.500.000 meter, dan untuk belahan bumi bagian timur digunakan nilai timur semu (false easting) sebesar 200.000 meter.

• Indonesia dibagi atas 16 zona, dan aturan penomeran zona dimulai dari zona 46.2, yaitu pada meridian 93 derajat T dan 96 derajat T, lalu meningkat sampai zona 54.1, yaitu pada meridian 138 derajat T dan 141 derajat T.

Gambar. Pembagian Zona TM3 di Indonesia

• Cakupan lintang untuk setiap zona adalah 6 derajat utara dan 11 derajat selatan.

(8)

LAMPIRAN B

Koreksi Bowdich pada poligon tertutup

(9)

46

Berikut ini merupakan tebel penerapan koreksi bowdich pada poligon tertutup :

Kesalahan Penutup Sudut

fβ = ∑β -(n + 2) * 180 = -0.01633 deg Koreksi Sudut

Kβ= - fβ = 0.016333333 deg Koreksi sudut pukul rata tiap titik

Kβi = (Kβ)/n = 0.002041667 deg

Salah penutup Absis = 0.0322 m; ordinat = 0.0778 m Koreksi Absis = -0.0322 m; ordinat = -0.0778 m Kesalahan Linier = 0.084259145 m

Nama

titik β

KOREKSI

SUDUT β

Jarak

Horisontal ∆X KOREKSI ∆Y KOREKSI KOORDINAT D M S Sudut D D Meter (∆X=DSINα) Absis (∆Y=DCOSα) Ordinat X (m) Y (m)

C 66.855 0.000 0.000

D 271 16 56.2 271.2822778 0.002041667 271.2843194 78.480 39.454 -0.003 -53.971 -0.012 39.450 -53.981 E 160 35 23.75 160.5899306 0.002041667 160.5919722 51.221 62.304 -0.004 47.721 -0.014 101.748 -6.268 F 221 4 39.75 221.0777083 0.002041667 221.07975 54.550 48.703 -0.002 15.862 -0.009 150.447 9.590 A 295 48 35.5 295.8098611 0.002041667 295.8119028 51.084 27.999 -0.003 46.816 -0.010 178.438 56.401 G 180 47 54.5 180.7984722 0.002041667 180.8005139 65.521 -50.884 -0.002 4.517 -0.009 127.551 60.903 H 194 7 24.75 194.1235417 0.002041667 194.1255833 63.051 -65.339 -0.003 4.883 -0.012 62.207 65.766 B 260 3 20.25 260.055625 0.002041667 260.0576667 54.941 -62.121 -0.003 -10.785 -0.012 0.084 54.958 C 216 14 46.5 216.24625 0.002041667 216.2482917 66.855 -0.091 -0.003 -54.941 -0.010 0.004 0.009

Referensi

Dokumen terkait

Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu dan pihak yang bertanggung jawab dalam mengaudit laporan

Seperti yang akan dijelaskan secara rinci pada pada bab 3, hukum Indonesia mewajibkan para pengembang perkebunan kelapa sawit yang mencari tanah untuk pembangunan perkebunan

Undang undang ini mengatur mengenai pembajakan, sedangkan mengenai perbuatan yang dilakukan dalam pembajakan ini diatur dalam Undang Undang No 19 tahun 2016 Tentang

Strategi pertahanan ancaman di bidang pol itik ditentukan oleh kemampuan sistem politik dalam menanggulangi segala bentuk ancaman yang ditujukan kepada kehidupan politik

itu jelas-jelas bertentangan dengan isi dan makna Pancasila yang selalu dibangga-banggakan sebagai Ideologi bangsa Indonesia; bertentangan dengan Deklarasi Hak-Hak Azasi

Yayasan Leuser Internasional (YLI) sebagai lembaga pelaksana program AFEP untuk membantu pengelolaan KEL telah melaksanakan berbagai program untuk mendukung

Lokasi program adalah Kawasan Hutan Produksi (HP) dan Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang ada di wilayah Desa Rempek dengan pelaku program adalah masyarakat setempat yang

Wawancara khusus terhadap anak yang berhadapan dengan hukum dilakukan di ruangan khusus unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polda Jawa Barat dan dilakukan oleh anggota