• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Kolaborasi dan Alasan Pengarang Berkolaborasi Studi Kasus Pada Jurnal Reference Service Review Tahun 2012-2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Kolaborasi dan Alasan Pengarang Berkolaborasi Studi Kasus Pada Jurnal Reference Service Review Tahun 2012-2016"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Bibliometrika

2.1.1 Pengertian Bibliometrika

Bibliometrika merupakan salah satu cabang paling tua dari ilmu perpustakaan. Bibliometrika pertama kali diperkenalkan oleh Alan Pitchard sebagai pengganti istilah ―Statistical Bibliography”. Sebagai kajian ilmiah,

cabang ini berkembang karena adanya para ilmuwan pada awal abad 20 yang tertarik tentang dinamika ilmu pengetahuan sebagaimana tercermin dalam produksi literatur ilmiahnya. Bibliometrika ada pada awal abad ke-20 dengan terbitnya karya Cole dan Eales tentang bibliografi statistik. Karena menggunakan statistik untuk mengkuantifikasi dokumen, pada awalnya kajian ini disebut ―statistical bibilography―. Lama kelamaan, istilah ini berevolusi menjadi

bibliometrika, dan kemudian juga menjadi informetrika. Istilah ―Statistical Bibliograpy‖ ini diganti Pritchard karena menganggap sebagai istilah yang kaku, kurang deskriptif serta sering dirancukan dengan istilah ―statistic‖ ataupun

―bibliography of statistics‖. Karena itu Pritchard mengusulkan istilah baru yaitu

bibliometrics (bibliometrika) sebagai pengganti istilah ―Statistical bibliograpy‖ Rahmah (2011, 121).

Menurut Hussain (2011, 1) mengatakan bahwa:

(2)

measurement pertaining to books or documents. In a sense, information science is an extension of library science or an expansion of reference services. In other words, bibliometrics is a branch of science, which studies the behavior of information. Traditionally, it is associated with the quantitative measurement of documentary materials‖.

Berdasarkan defenisi diatas dapat di terjemahan bahwa istilah bibliometrics berasal dari dua kata yang berbeda ―biblio‖ dan‖ metrik‖. Biblio berasal dari kombinasi kata bahasa Latin dan Yunani ―biblion‖ yang berarti "buku" atau

"kertas". Sementara kata metrik menunjukkan ilmu meter, yaitu pengukuran dan juga berasal dari bahasa Latin ―metrik”atau kata Yunani ―metrikons” yang berarti "pengukuran". Oleh karena itu, bibliometrika menjelaskan ilmu pengukuran yang berkaitan dengan buku atau dokumen. Dalam arti, ilmu informasi adalah perpanjangan dari ilmu perpustakaan atau perluasan layanan referensi. Dengan kata lain, bibliometrics adalah cabang ilmu yang mempelajari perilaku informasi. Secara tradisional, hal ini terkait dengan ukuran kuantitatif bahan dokumenter.

Menurut Rehnet al. (2014, 1) mengatakan bahwa

bibliometrics is often used to assess scientific research through quantitative studies on research publications. Bibliometric analyses are based on the assumption that most scientific discoveries and research results eventually are published in international scientific journals where they can be read and cited by other researchers‖.

(3)

dengan buku atau dokumen. bibliometrika adalah cabang ilmu yang mempelajari perilaku informasi yang terkait dengan ukuran kuantitatif bahan dokumen.

Selanjutnya Natakusumah (2014, 17)menyatakan bahwa metodologi dalam kajian bibliometrik digunakan untuk penelitian di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya untuk melihat kolaborasi penelitian, kontribusi pengarang, tren penelitian dan untuk membuat kebijakan perencanaan penelitian bidang teknologi, termasuk juga untuk melihat jumlah kontributor, pola kepengarangan, jumlah sitasi, dan bahasa yang digunakan dalam sebuah jurnal

2.1.2 Tujuan Dan Manfaat Bibliometrika

Sebuah kajian ilmiah pada dasarnya mempunya tujuan dan manfaat yang jelas. Tujuan bibliometrika adalah menjelaskan proses komunikasi tertulis dan sifat serta arah pengembangan sarana deskriptif penghitungan dan analisis berbagai faset komunikasi (Sulistyo-Basuki, 2002).

Brookes sebagaimana dikutip oleh Sulistyo-Basuki (2002, 7) menyatakan bahwa tujuan umum bibliometrika adalah:

1. Merancang bangun sistem dan jaringan informasi yang lebih ekonomis 2. Penyempurnaan tingkat efisiensi proses pengolahan informasi

3. Identifikasi dan pengukuran efisiensi pada jasa bibliografi yang ada dewasa ini

4. Meramalkan kecenderungan penerbitan

5. Penemuan dan elusidadi (penjelasan atau penguraian) hukum empiris yang dapat menyediakan basis bagi pengembangan sebuah teori dalam Ilmu Informasi

Sedangkan manfaat analisis bibliometrika bagi perpustakaan menurut Ishak (2005, 18) adalah:

1. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai disiplin ilmu

(4)

3. Menduga keluasan literature sekunder 4. Mengenali pemakai berbagai subjek

5. Mengenali kepengarangan dan arah gejalanya pada dokumen berbagai subjek

6. Mengukur manfaat jasa SDI ad-hoc dan retrospektif

7. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang dan mendatang

8. Mengukur arus masuk informasi dan komunikasi 9. Mengkaji keusangan dan penyebaran literature ilmiah

10.Meramalkan produktifitas penerbit, pengarang, organisasi, negara atau seluruh disiplin ilmu.

Selanjutnya Pattah (2013, 48) menyebutkan bahwa kajian bibliometrika juga dianggap sangat bermanfaat untuk analisis kurikulum dan untuk menilai kualitas hasil penelitian. Saat ini analisis bibliometrika populer di antara profesi dan peneliti bidang kepustakawan. Kajian bibliometrika dapat membantu mengevaluasi layanan-layanan perpustakaan, kebijakan pengembangan koleksi, kebijakan perbaikan, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya dan juga penyiangan. Data yang diperoleh melalui metode Bibliometrika menjadi dasar ilmiah bagi staf perpustakaan dalam membuat keputusan.

(5)

2.2 Kolaborasi

2.2.1 Pengertian Kolaborasi

Kajian tentang kolaborasi (collaboration) merupakan salah satu kajian yang termasuk dalam objek kajian bibliometrika. Kajian ini membahas tentang Kajian kolaborasi yang digunakan untuk mengetahui produktivitas penulis dan untuk menghitung tingkat kolaborasi. Pendekatan lainnya digunakan untuk membandingkan tingkat kolaborasi antar lembaga dan antar disiplin ilmu dalam suatu negara serta kondisi yang melatarbelakangi penulis dalam melakukan kolaborasi.

Menurut Herdiani (2009, 13) menyebutkan bahwa kolaborasi merupakan terjemahan dari bahasa Latin ‗collaborare‘ yang berarti ‗bekerja bersama‘ dan dapat dilihat sebagai sebuah proses penciptaan bersama. Dengan demikian sebuah proses dapat dilalui apabila sekelompok entitas meningkatkan kapabilitas satu sama lain. Kolaborasi merupakan sebuah proses dimana sejumlah entitas berbagi informasi, sumberdaya, dan tanggung jawab untuk bersama-sama merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program, untuk mencapai tujuan bersama. Hal tersebut termasuk berbagi resiko, sumberdaya, tanggung jawab, dan penghargaan. Kolaborasi juga melibatkan perjanjian antar partisipan yang saling menguntungkan untuk menyelesaikan suatu persoalan bersama-sama, termasuk saling mempercayai kemudian meluangkan waktu, upaya, dan dedikasi.

(6)

learn from others and share its own knowledge in meaningful ways‖. Dari pengertian tersebut dapat diterjemahkan bahwa kolaborasi adalah situasi dalam mendesain pengetahuan yang melampaui keterbatasan, dan kolaborasi merupakan kesempatan penting untuk mendesain cara belajar dari orang lain dan berbagi pengetahuan dalam cara yang bermakna.

Ynalvez, Marcus Antonius dan Wesley M. Shrum(2011, 205) menjelaskan bahwa:

“scientific collaboration is a form of interaction among producers of knowledge, allowing effective communication and exchange; sharing of skills, competencies and resources; working, generating and reporting findings together. This complex characterization incorporates variable functions that are not inevitable in any given instance of collaboration”.

Berdasaran defenisi di atas dapat diartikan bahwa kolaborasi ilmiah adalah bentuk interaksi antara produsen pengetahuan atau para peneliti, dengan cara komunikasi yang efektif, seperti pertukarandanberbagi keterampilan, kompetensi dan sumber daya, bekerja yang menghasilkan penelitian bersama. Karakterisasi yang kompleks ini menggabungkan fungsi variabel yang tidak dapat dihindari dalam berkolaborasi. Kolaborasi sebagai interaksi antarpara ilmuwan dalam suatu proyek riset dengan sebuah tujuan yang telah disepakati antara peneliti satu dengan yang lainnya. Sehingga dapat diartikan bahwa kolaborasi melibatkan kemitraan, aliansi atau jaringan yang bertujuan untuk memberikan hasil yang jelas serta saling menguntungkan. Komponen penting untuk keberhasilan kolaborasi adalah kepercayaan, kerjasama dan saling menguntungkan.

(7)

service that meet scientific researchers needs‖ yang diterjemahkan sebagai berikut yaitu kolaborasi merupakan kunci dalam penelitian dan pengembangan produk dan layanan informasi yang mempersatukan kebutuhan para peneliti ilmiah.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa kolaborasi melibatkan kemitraan, aliansi atau jaringan, bertujuan untuk memberikan hasil yang jelas serta saling menguntungkan. Komponen penting untuk keberhasilan kolaborasi adalah kepercayaan, kerjasama dan saling menguntungkan,kolaborasi dalam penelitian berlangsung bila dua orang atau lebih bekerja sama, masing-masing memberikan sumbangan sumber daya dan usaha baik secara intelektual maupun secara fisik, dalam bentuk ilmu pengetahuan dan tindakan yang sifatnya intelektual maupun material.

Poggenpohl (2009, 141)menjelaskan bahwa dalam menganalisis kolaborasi penelitian terdapat beberapa konsep yang harus di pahami, beliau menyebutkan dengan istilah konsep 4W + 1H yaitu sebagai berikut:

 "Siapa" yang berpartisipasi dalam kolaborasi termasuk desain profesional,

individu dengan kemampuan yang berbeda dan stakeholder (pemangku kepentingan) lainnya.

 "Apa" yang mereka lakukan yaitu bernegosiasi dalam beragam ruang

(8)

mengembangkan pengetahuan mereka sendiri, dan bekerja dalam memberikan yang terbaik kepada tim.

 "Mengapa" mereka melakukan kolaborasi, hal ini juga beragam yaitu untuk

memaksimalkan hasil yang positif dari aktivitas yang mereka lakukan, mencapai estetika bersama, bisnis, dan tujuan-tujuan sosial, memecahkan masalah, mencapai kesuksesan, memproduksi sesuatu yang pasti, dan menghasilkan sebuah karya yang lebih baik;

 "Bagaimana" para peneliti melakukan kolaborasi,hal ini juga beragam yaitu

mereka menengahi, berpendapat, berpartisipasi, bertindak, bereaksi, dan menilai dengan cara mendukung, tanpa pamrih, berbeda tetapi saling melengkapi, menghormati, koperativ, puas diri, simbiosis, dan yang paling penting yaitu semangat dalam kepercayaan.

Prinsip dari kolaborasi yaitu untuk saling melengkapi. Sebagai kolaborator, mereka tidak hanya merencanakan, memutuskan, dan bertindak bersama-sama, tetapi mereka juga berpikir bersama-sama, menggabungkan skema konseptual untuk menciptakan sebuah karya. Dalam sebuah kolaborasi, ada komitmen atau kesepakatan untuk berbagi dalam tugas dan bakat, tidak ada yang bersifat egois atau mendominasi secara individu, serta dalam mengambil keputusan harus bermusyawah dalam kelompok, dan hasil penelitian harus mencerminkan bahwa semua peserta yang ikut kolaborasi harus berkontribusi.

(9)

dan teknologi dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan sebagian besar negara, universitas, dan lembaga-lembaga penelitian menghadapi kesulitan untuk menemukan sumber daya manusia yang tepat serta anggaran yang cukup untuk proyek-proyek penelitian. Salah satu hasil dari penyebab masalah tersebut bahwa penelitian individu telah digantikan oleh upaya penelitian kolektif atau secara berkelompok (kolaborasi) dalam berbagai disiplin ilmu. Kolaborasi ilmiah telah menjadi salah satu hal yang sangat penting dalam mekanisme pada proyek-proyek penelitian terbaru. Hasil dari kerjasama ini adalah bahwa dalam membuat penelitian, banyak ilmuwan berkolaborasi antar organisasi, universitas, dan bahkan antar negara.

Istilah kolaborasi mempunyai pengertian yang mencakup semua kegiatan yang ingin dicapai dan mempunyai tujuan serta manfaat bersama, sedangkan pengertian istilah kerjasama mengacu pada cara mencapai tujuan masing-masing dengan cara bekerja sama. Dalam hal ini, walaupun tujuan yang ingin dicapai sama tetapi tidak selalu menguntungkan kedua belah pihak. Kerjasama atau kolaborasi terjadi apabila lebih dari satu orang/lembaga bekerjasama dalam suatu kegiatan penelitian dengan memberikan sumbangan dalam bentuk ilmu pengetahuan dan tindakan yang sifatnya intelektual maupun material.

Prihanto dikutip oleh Maryono (2012, 119) menjelaskan bahwa:

(10)

Sedangkan menurut Saparso (2006, 114) kolaborasi adalah ―proses kerja

sama yang berdasarkan prinsip, yang memberi kepercayaan, dan integritas‖. Prinsip ini memberikan dasar perubahan penting dan permanen bagi para pengarang atau peneliti. Kerja sama dapat memberikan intisari kreasi dan peningkatan hasil kerja yang dilakukan secara berkolaborasi.

Kedua pendapat di atas memiliki pendapat yang berbeda, dimana pendapat yang pertama mengacu pada para peneliti yang memberikan sumbangan sumber daya dan usahanya baik intelektual maupun fisik, baik kegiatan penelitian maupun kegiatan pendidikan. Sedangkan pendapat yang kedua mengacu pada proses kerja sama yang berdasarkan prinsip, yang memberi kepercayaan, dan integritas. Dari kedua pendapat tersebut juga memiliki persamaan yang tujuannya memberikan kontribusi atau sumbangan sumber daya dan usaha serta intisari kreasi, demi terciptanya penelitian yang maksimal.

Para peneliti atau ilmuwan dalam melakukan penelitian jarang sekali melakukannya secara individu melainkan mereka bekerja sama dengan ilmuwan-ilmuan lain maupun tenaga ahli lainnya dalam melakukan penelitiannya demi kemajuan bidang ilmu pengetahuan. Hal ini dipengaruhi oleh kompleks dan rumitnya masalah penelitian pada saat ini yang memerlukan adanya suatu kerjasama (kolaborasi) dengan peneliti lainnya.

(11)

luas dapat dikatakan bahwa kolaborasi dalam penelitian dapat terjadi di seluruh disiplin ilmu, baik itu antara peneliti muda dan yang lebih senior serta dengan praktisi yang sangat penting untuk karier pemula peneliti (Shaikh2015, 2).

Karena dengan adanya kolaborasi, dapat terjadi pertukaran ilmu pengetahuan dalam penelitian tersebut, dan sangat penting bagi peneliti pemula yang belum ahli agar dapat menjadikan kolaborasi sebagi penambahan ilmu pengetahuan peneliti pemula tersebut. Dengan adanya akses internet dan teknologi saat ini proses kolaborasimenjadi sangat mudah, saat ini tingkat kolaborasi telah mencapai antar institusi maupun lintas negara. Jelas bahwa kemajuanteknologi informasi telah dibongkar batas-batasnya dan telah membawa komunitas penelitian institusi akademikdan industri jauh lebih dekat satu sama lain. Faktor lain adalah integrasi berkembang, globalisasi dan sifat lintas disiplinbanyak bidang akademik dan disiplin yang mendorong para peneliti untuk berkolaborasi. Akibatnya, kolaborasi terus meningkat tanpa ada batasan jarak, serta didorong oleh teknologi media sosial. Para pelajar maupun sarjana saat ini dapat mengkomunikasikan atau menuangkan ide-ide riset dan temuan mereka melalui blog, mikroblog, situs jejaring sosial dan alatplatform lainnya.

Menurut Langley, et aldikutip oleh Harrasi (2017, 27) menyatakan bahwa: “Describe e-mail as the “ideal way for collaborators in different locations and on different schedules to share information without direct contact”. Social software can also assist libraries in fostering collaboration and communication. Blogs, wikis, and social bookmarking can improve knowledge sharing, market research and services, as well as providing reference services and communicating with patrons”.

(12)

langsung". Sosial software dapat juga membantu perpustakaan dalam membina kolaborasi dan komunikasi. Seperti blog, wiki, dan bookmark sosial dapat meningkatkan dalam berbagi pengetahuan (knowledge sharing) , riset pasar dan layanan, serta menyediakan layanan referensi dan berkomunikasi dengan pengunjung.

Berdasarkan defenisi di atas, konsep kolaborasi tumbuh dari anggapan bahwa ada kalanya karya penelitian tidak dapat dikerjakan seorang diri, sehingga dibutuhkan bantuan peneliti lain. Jika dilihat dari sumbangannya, bantuan tersebut dapat berupa sumbangan sumberdaya dan usaha secara intelektual maupun fisik. Seperti penyediaan sumber data, korespondensi lewat surat, pertukaran gagasan, kunjungan ke laboratorium di tempat lain, dan tukar menukar makalah, hal ini dilakukan demi kemajuan bidang ilmu pengetahuan.

2.2.2 Unsur-Unsur Kolaborasi

Setiap unsur yang ada memiliki keterkaitan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Sehingga dalam berkolaborasi mempunyai tujuan yang sama dari awal hingga akhir didasarkan pada prinsip bahwa semua pihak menyadari pentingnya kolaborasi dan tujuan berkolaborasi.Menurut Suaraatr (2008, 2) unsur-unsur yang ada pada kolaborasi adalah:

1. Keyakinan orang, artinya bagaimana anda dapat mempengaruhi orang, kalau tidak ada keyakinan orang manfaat yang akan ditarik dari visi anda untuk mewujudkan kerjasama. Oleh karena itu harus ditumbuhkan prinsip kolaborasi kedalam sikap dan perilaku.

(13)

3. Budaya organisasi, artinya semua anggota dalam organisasi memenuhi norma, nilai, wewenang dan ganjar yang telah disepakati bersama dalam bersikap dan berperilaku karena dengan budaya itulah dapat menuntun kita melaksanakan kolaborasi sebagai keyakinan dan kebutuhan.

4. Reaktif Adaptif, artinya setiap individu, kelompok dan organisasi harus mampu menggerakkan dalam tindakan pada saat yang mana dapat melaksanakan pikiran yang reaktif dan atau adaptif. Ukurannya dikaitkan dengan waktu dan tingkat masalah yang dihadapi, oleh karena itu dengan kolaborasi yang ditopang oleh keyakinan, kebutuhan dan budaya akan dapat memusatkan bertindak kapan reaktif dan atau adaptif.

5. Sistem intergrasi, artinya setiap individu, kelompok dan organisasi mampu bergerak dalam satu tindakan berdasarkan unsur keyakinan, kebutuhan, budaya, tindakan kedalam satu sistem yang dapat menyatukan penggabungan unsur yang ada agar pelaksanaan kolaborasi menjadi satu kesatuan yang bulat.

Sedangkan menurut Fizzanty, et al (2013, 112) terdapat tiga elemen atau unsur penting yang terkandung dalam kolaborasi yang efektif mencakup ―kompetensi, komitmen dan kepercayaan‖. Hubungan antara ketiga elemen

tersebut adalah kepercayaan berbasis kompetensi, hubungan berbasis kepercayaan, dan posisi tawar yang dihasilkan dari komitmen dan kompetensi.

(14)

dapat diwujudkan agar saling membantu dalam menyelesaikan kegiatan penelitian, demi perkembangan ilmu pengetahuan.

2.2.3 Manfaat Kolaborasi

Kolaborasi penelitian mempunyai beragam manfaat baik pada tingkat individu maupun tingkat organisasi. Manfaat dari kolaborasi riset itu beragam.Manfaat dari kolaborasi menurut Fizzanty, et al(2013, 103) adalah :

a. berbagi pengetahuan dan alih keterampilan b. menciptakan cara pandang dan pengetahuan baru c. mendukung jejaring dan menjadi lebih produktif

d. diseminasi pengetahuan akan mendorong dampak penting e. pembangunan kapasitas

f. publikasi internasional

g. dukungan finansial, dan pelatihan h. penghargaan internasional

Sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia umumnya kolaborasi dilakukan antar negara. Agar memberikan kontribusi atau sumbangan dari para peneliti yang telah ahli yang saling bertukar fikiran, ide, kreasi yang dapat di implementasikan kedalam penelitian.

(15)

bermanfaat membangun hubungan kolaboratif antara kedua negara, dengan berkolaborasi pemerintah bersedia untuk menjalin kerjasama antar universitas atau lembaga-lembaga penelitian untuk mendukung serta membantu pendanaan proyek-proyek kolaborasi.

Selain itu manfaat melalui kolaborasi, Harrasi (2014, 26)menyebutkkan bahwa untuk memecahan masalah yang rumit menjadi lebih mudah serta lebih efektif daripada menyelesaiannya secara individu atau pribadi. Kolaborasi membawa nilai ekonomi, berbagi sumber daya, pelatihan, dan manfaat lainnya.

Dengan berkolaborasi akan terjadi pembagian kerja dan penggunaan secara

efektif setiap kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing peneliti. Adapun keuntungan atau manfaat peneliti berkolaborasi menurut Sormin (2009, 1) adalah:

1. Transfer pengetahuan dan keahlian. Upaya untuk memperbaharui pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat memakan waktu dan terbentur beberapa masalah. Didokumentasikannya sebagian ilmu dan perkembangan terbarunya menyebabkan pengetahuan menjadi bersifat tacit, tidak menyebar dan tetap dalam kondisi seperti itu sampai ilmuwan yang menguasainya mempunyai waktu untuk menuliskan dan mempublikasikan.

2. Pertukaran ide dari berbagai ilmu yang akan menambah wawasan dan perspektif baru seseorang, sehingga dapat mendorong tumbuhnya kreatifitas. Efeknya akan lebih tinggi jika terjadi diantara orang- orang dari berbagai latar belakang ilmu yang berbeda.

3. Membuka kesempatan persahabatan intelektual. Peneliti akan membangun hubungan tidak hanya dengan kelompoknya yang terlibat dalam penelitian yang sedang dilakukan, tetapi juga akan berupaya memasuki jaringan yang lebih luas dalam komunikasi penelitian. 4. Peningkatan produktivitas: Kolaborasi menstimulasi peneliti untuk

berkarya bersama secara produktif. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara produktivitas dan kolaborasi

(16)

a. the sharing and transfer of knowledge, skills and techniques, including social and team management skills

b. the creation of critical mass in research skills, facilities and larger infrastructure

c. enhanced capability for creation of new knowledge

d. decreased lead time for research outputs and their practical application e. cross-fertilisation of ideas which can generate new insights to provide

better outcomes

f. enhanced intellectual companionship and peer recognition

g. the opportunity to increase the visibility of work including dissemination of information and knowledge through formal and informal networks, publication and route to end use activities

h. the early integration of researchers and industry to ascertain the capacity of local industry to commercialise likely research outcomes i. prestige and influence.

Manfaat kolaborasi tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut :

1. Berbagi dan bertukar pengetahuan, keahlian dan teknik, termasuk sosial dan ahli manajemen.

2. Kreasi dari kritik massa dalam kemampuan penelitian, fasilitas dan infrastruktur yang lebih besar.

3. Mempertinggi kemampuan untuk berkreasi pada pengetahuan yang baru. 4. Mempersingkat waktu untuk hasil penelitian dan aplikasi praktis mereka. 5. Penggabungan ide yang dapat menghasilkan wawasan baru untuk

memberikan hasil yang lebih baik.

6. Meningkatkan kerjasama intelektual dan saling mengakui. 7. Penghargaan dan pengaruh.

(17)

9. Kesempatan untuk meningkatkan cara pandang dari informasi dan pengetahuan melalui jaringan kerja formal dan informal, publikasi dan petunjuk akhir untuk melakukan aktivitas.

Dengan demikian, kolaborasi dapat menukar pikiranuntuk mendapatkan berbagai ide dan solusi baru serta menghasilkan wawasan baru dan mempersingkat waktu penelitian dan juga berbagi pengalaman. Dengan adanya kolaborasi terdapat pembagian kerja menurut keahlian masing-masing pada setiap anggota yang berkolaborasi. Penelitian yang berkolaborasi lebih baik dibandingkan jika dikerjakan secara individu karena dapat memunculkan ide-ide baru suatu penelitian ataupun kegiatan dapat dilakukan dengan waktu yang singkat, serta kolaborasi bermanfaat untuk menciptakan kesempatan dalam berbagi pengetahuan, keahlian dan teknik tertentu dalam sebuah ilmu demi perkembangan ilmu pengetahuan tersebut.

2.2.4 Jenis Kolaborasi

Secara umum jenis-jenis kolaborasi yang terjadi di kalangan ilmuan atau peneliti terdiri dari berbagai jenis.Jenis-jenis kolaborasi menurutut Bote (2013, 392) adalah sebagai berikut:

1. Domestic in-house collaboration (all authors from the same

institution)kolaborasi rumah domestik (semua pengarang dari lembaga

yang sama)

(18)

kolaborasi(semua pengarang dari negara yang sama tetapi dari lebih dari satu lembaga)

3. International collaboration (authors from more than one country). kerjasama internasional (pengarang dari lebih dari satu negara.

Dalam kolaborasi suatu karya ilmiah, ada beberapa jenis kolaborasi seperti yang dikemukakan oleh Subramanyam dalam Prasetyadi (2014, 8), bahwa ada enam jenis kolaborasi yaitu:

1. Kolaborasi dosen dan mahasiswa

Kolaborasi semacam ini sering dijumpai di perguruan tinggi. Pada kolaborasi semacam ini seorang dosen dapat memberikan arahan, gagasan petunjuk ataupun biaya penelitian dan mahasiswa yang melakukannya.Hasilnya dalam bentuk laporan atau pun makalah ataupun tulisan dalam majalah biasanya memuat nama dosen dan mahasiswa.Oleh karena itu, nama penulis yang tercantum dilaporan penelitian tersebut adalah nama dosen yang bersangkutan.

2. Kolaborasi sesama rekan

Kolaborasi jenis ini biasa dilakukan di lembaga penelitian. Dalam hal ini penelitian dilakukan oleh sekelompok peneliti, masing-masing anggota memberikan sumbangan sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki dalam berbagai aspek penelitian. Baik itu sumbangan sumber daya dan usaha seperti intelektual maupun fisik

(19)

Kolaborasi jenis ini biasa dilakukan antara peneliti senior dengan peneliti junior. Kasus yang paling umum pada kolaborasi ini biasanya dilakukan oleh peneliti di laboratorium. Pada peneliti di laboratorium biasanya seorang peneliti dibantu oleh laboran teknisi.

4. Kolaborasi peneliti dan konsultan

Kolaborasi jenis ini banyak dilakukan pada proyek penelitian berskala besar. Tim peneliti pada proyek ini menggunakan jasa dari lembagaatau perusahaan lain sebagai konsultan khusus dalam rangka pengumpulan, pengolahan dan analisis data.

5. Kolaborasi antar lembaga

Kolaborasi ini dilakukan oleh peneliti dan teknisi dari berbagai lembaga penelitian yang bekerja sama dalam proyek bersama, dengan menggunakan peralatan khusus yang dimiliki lembaga lain.

6. Kolaborasi internasional

Kolaborasi jenis ini melibatkan beberapa negara atau antar peneliti/ ilmuwan dari beberapa negara yang berkaitan dalam suatu penelitian.

Menurut Gazni (2014, 255) jenis kolaborasi yang ada antara lain: a) Pengarang publikasi tunggal (Single author publications )

b) Multi publikasi pengarang (Multi-author publications)

c) Kolaborasi intra kelembagaan (Intra-institutional collaboration) d) Kolaborasi antar institusi (Inter-institutional collaboration) e) Kolaborasi dalam negeri (Domestic collaboration)

(20)

Sedangkan Menurut Aijaz A. Shaikh (2015, 4) jenis kolaborasi penelitian antara lain sebagai berikut :

1. Collaboration between two research scholars or doctoral students from the same field or department belonging to the same or two different universities

2. Collaboration between a doctoral student and a senior research fellow or supervisor from the same field or department belonging to the same or two different universities.

3. Collaboration between two research scholars or between a research scholar and a senior research fellow from two different fields, disciplines or departments, preferably belonging to two different universities.

Jenis kolaborasi tersebut dapat diterjemahkan sebagai berikut:

a. Kolaborasi antara dua peneliti sarjana atau mahasiswa doktor dari bidang yang sama atau departemen yang sama atau dua universitas yang berbeda.

b. Kolaborasi antara mahasiswa doktoral dan rekan-rekan senior penelitian atau pengawas dari bidang yang sama atau departemen sama atau dua Universitas yang berbeda.

c. Kolaborasi antara dua peneliti sarjana atau antar peneliti sarjana dan senior sesama peneliti dari dua bidang yang berbeda, disiplin, atau departemen atau sebaliknya milik dua universitas yang berbeda.

Dalam Australian Goverment (2002, 4) juga menjelaskan beberapa jenis kolaborasi antara lain adalah:

1. Co-location, cluster formation, international and national networking, sharing of infrastructure, co-investment in infrastructure and research 2. Rapid and fl exible access to new ideas and technology, increased

opportunity for funding, increased opportunity for higher quality outcomes in shorter timeframes, enhanced market position

(21)

Jenis kolaborasi dapat diterjemahkan sebagai berikut:

1. Kerjasama lokasi (co-location), formasi berkelompok, jaringan kerjasama nasional dan internasional, pertukaran infrastruktur, kerjasama investasi dalam infrastruktur dan penelitian

2. Akses yang cepat dan fleksibel untuk ide-ide dan teknologi baru, peningkatan penyediaan pembiayaan, peningkatan kualitas pendapatan yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang singkat.

3. Sinergy intelektual, pertukaran visi yang strategis, pertukaran etos kerjasama, memperjelas objek umum, keahlian khusus dan kemampuan pelengkap, kesempatan pelatihan dan kerjasama supervisi.

(22)

2.2.5 Proses Penentuan Tingkat Kolaborasi

Subramanyam dalam Handoyo (2012) menyebutkan bahwa untuk

mengukur (menentukan) tingkat kolaborasi dalam satu bidang penelitian pada tahun tertentu, maka formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Nm C = ———— Nm + Ns Keterangan :

C: Tingkat kolaborasi peneliti dalam sebuah disiplin ilmu, dimana nilai ―C‖ tersebut berada pada interval 0-1

Nm: Total hasil penelitian dari peneliti dalam sebuah disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara berkolaborasi (bekerja sama)

Ns: Total hasil penelitian dari peneliti dalam sebuah disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara individual

Selanjutnya nilai tingkat kolaborasi (C) yang diperoleh akan diinterpretasikan untuk mendapatkan arti. Adapun interpretasi yang digunakan terhadap tingkat kolaborasi (C) adalah sebagai berikut :

a. Apabila nilai C = 0

(23)

penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya. Artinya penelitian masih dapat dilakukan secara individu.

b. Apabila nilai C > 0 dan C<0,5 atau 0<C<0,5

Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang x dilakukan secara individual lebih besar dibandingkan dengan banyaknya hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Artinya pelaksanaan penelitian pada bidang tersebut tidak semuanya memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya.

c. Apabila nilai C = 0,5

Maka dapat dikatakan bahwa banyaknya hasil penelitian pada bidang x dilakukan secara individual sama jumlahnya dengan yang dilakukan secara berkolaborasi. Artinya bahwa pelaksanaan penelitian di bidang tersebut sama-sama memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya.

d. Apabila nilai C > 0,5 dan C<1 atau 0,5<C<1

Maka dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang x dilakukan secara individual lebih sedikit jumlahnya dibandingkan jumlah hasil penelitian yang dilakukan secara berkolaborasi. Artinya bahwa pelaksanaan penelitian di bidang tersebut sangat memerlukan bantuan dan atau pendekatan dari disiplin ilmu, lembaga penelitian lain dan atau ahli lain dan sebagainya.

(24)

Maka dapat dikatakan bahwa kegiatan penelitian seluruhnya dilakukan secara berkolaborasi. Artinya pelaksanaan kegiatan penelitian memang sepenuhnya sangat membutuhkan bantuan dari bidang ilmu lain.

Tingkat kolaborasi adalah bervariasi antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain, adanya tingkat kolaborasi yang tinggi dikarenakan oleh kompleksitas penelitian yang menyebabkan dibutuhkan kolaborasi kepakaran peneliti dari bidang dan sub bidang lainnya, tingkat kolaborasi peneliti berbeda-beda pada masing-masing disiplin ilmu. Frekuensi peneliti dalam melakukan kolaborasi dengan peneliti lain akan menentukan tingkat kolaborasi peneliti. ―Tingkat kolaborasi bidang teknologi umumnya lebih tinggi dibandingkan bidang

humaniora‖. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sulistyo Basuki dalam Prasetyadi

(2014, 8).

2.2.6 Alasan Kolaborasi Penelitian

Sebuah kolaborasi penelitian dapat terjadi antara individu yang berasal dari lembaga yang sama atau antara individu-individu dari lembaga yang berbeda-beda, bahkan berbeda negara. Kolaborasi juga dapat menghubungkan berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda. Seorang peneliti kadang tidak terlihat sebagai seorang kolaborator dan berperan sebagai partner dari seorang penulis yang bertindak sebagai penyedia peralatan. Dengan demikian dalam kolaborasi penelitian ada bebarapa alasan yang menyebabkan sebuah penelitian berkolaborasi.

(25)

1. Trust and partner ccompatibility 2. Common and unique purpose

3. Shared governance and joint decision making 4. Clear understanding of roles and responsibilities 5. Open and frequent communication

6. Adequate financial and human resources

Yang diterjemahkan bahwa ada enam faktor alasan kolaborasi dalam penelitian ilmiah:

1. Kepercayaan dan kecocokan antar rekan kerja 2. Tujuan umum dan khusus

3. Pengaruh yang sama dan kerjasama pembuatan keputusan 4. Peraturan dan tanggung jawab yang jelas

5. Komunikasi yang terbuka dan sering

6. Sumber daya manusia dan keuangan yang cukup

Sedangkan menurut Perrault (2008, 64)alasan kolaborasi dalam penelitian yang sering diidentifikasi antar lain:

a. Building trust (membangun kepercayaan)

b. Time/attention to collaboration development(waktu/ perhatian untuk pengembangan kolaborasi)

c. Development of clear roles (pengembangan peran yang jelas) d. Attention to leadership (Perhatian kepemimpinan)

e. University is inclusive to community (universitas untuk komunitas inklusif)

(26)

1. Koordinasi dan komunikasi (coordination and communication) 2. Sumber daya teknis (technical resources)

3. Sumber daya manusia (human resources) 4. Sumber daya keuangan (financial resources) 5. Kebijakan dan strategi (policy and strategy)

Perkembangan kolaborasi riset yang demikian cepat tersebut menunjukkan pentingnya kolaborasi riset untuk dilakukan, di samping juga adanya permasalahan yang turut menyertainya. Menurut Bukvova (2010, 3), alasan para peneliti untuk melakukan kolaborasi, antara lain:

a. Akses untuk keahlian (access to expertise) b. Akses untuk sumber daya (access to resources)

c. Pertukaran ide, khususnya antar disiplin ilmu (Exchange of ideas, esp. Across disciplines)

d. Berkumpulnya para ahli untuk memecahkan masalah yang kompleks(pooling expertise for complex problems)

e. Menjaga aktivitas peneliti menjadi lebih fokus(keeping own activities focused)

f. Belajar keterampilan baru (learning new skills) g. Produktivitas yang lebih tinggi (higher productivity) h. Kualitas hasil yang lebih tinggi (higher quality of results) i. Akses ke pendanaan (access to funding)

j. Prestisius (prestige)

(27)

l. Faktor personal (personal factors)

m.Hiburan dan kesenangan (fun and pleasure)

Menurut Togatorop (2009, 2) alasan-alasan yang mempengaruhi pengarang berkolaborasi yaitu:

1. Kolaborasi bisa terjadi jika sebuah karya tidak dapat ditangani secara perorangan sehingga membutuhkan bantuan pihak lain.

2. Ada anggapan bahwa karya bersama lebih baik dari karya perorangan. 3. Semakin kompleks masalah yang diteliti, maka karya itu semakin

membutuhkan kolaborasi dengan ahli-ahli yang lain.

4. Adanya keinginan pengarang /peneliti untuk meningkatkan popularitas. 5. Pendanaan yang cenderung berjumlah besar dalam melakukan kegiatan

penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Distorsi juga bias mempengaruhi densitas pada citra radiografi, dari hasil uji dengan menggunakan densitometer maka di temukan setiap hasil gambar dengan FFD yang dekat di

Perangkat Wireless dan Sistem Keamanan.

gambar radiografi atau foto rontgen dengan kualitas yang semaksimal mungkin dalam1. rangka menegakkan diagnosis, membuat rencana perawatan, dan

menggunakan IP CAMERA atau umumnya disebut CCTV yang dapat dipantau realtime dimana saja dan kapan saja.. Disini penggunaan jaringan yang aman sangat

Jarak antara garis tengah struktur sejajar film yang tidak tegak lurus dengan pusat sinar-x (Central Ray/CR).. Disebabkan oleh jarak focus-film (FFD),

Kecepatan arus setelah pembangunan tahap II mengalami peningkatan kecepatan arus, pada saat kondisi pasang tertinggi peningkatan kecepatan arus sebesar 0,022 m/det